UNIVERSITAS PASUNDAN
Bekerja sama dengan
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
PROVINSI JAWA BARAT
Oktober, 2014
Latar Belakang Masalah
Hasil sensus penduduk 2010 mengindikasikan
pertambahan dan pertumbuhan penduduk melebihi
proyeksi, namun meskipun demikian target laju
pertumbuhan penduduk nasional pada tahun 2012
sebesar 1,3% menurun dibandingkan dengan tahun
2011 yang mencapai 1,49%.
Jumlah akseptor yang memilih MKJP (IUD) relatif
mengalami penurunan, sementara MKH (pil dan
suntik) umumnya menjadi dominasi pilihan akseptor.
Preferensi akseptor memilih IUD dibandingkan
dengan kontrasepsi lainnya cenderung menurun.
Latar Belakang Masalah
Masyarakat pra sejahtera belum memahami
perlunya menggunakan alokon untuk mengatur
kehamilan, pada umumnya enggan menjangkau
tempat pelayanan karena alasan biaya
(infopublik.kominfo.go.id/indexf4c6-2.html).
Sulitnya menurunkan TFR dan unmet need pada pra
KS mengindikasikan kegiatan belum efektif dan
memberikan manfaat maksimal. (Direktorat
Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan
Perlindungan Anak, Bappenas, 2010)
Bila KIE program KB hanya setengah-setengah maka
ledakan penduduk akan terjadi.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi operasional pelaksanaan KIE di tingkat lini
lapangan;
Mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang program KB;
Mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang jenis-jenis alat
dan obat kontrasepsi;
Mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang efektivitas
masing-masing jenis alat dan obat kontrasepsi;
Mengetahui sumber informasi tentang program KB dan jenis-
jenis alokon;
Mengetahui sumber informasi tentang cara kerja alokon;
Mengetahui alasan klien memilih alokon tertentu dan tidak
memilih alokon yang lain;
Mengetahui alasan klien tidak memakai alokon.
Tujuan Penelitian (Lanjutan)
Tujuan Khusus
Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kesenjangan/gap antara tingkat
pengetahuan klien tentang alokon dan praktik
pemakaian alokon;
Merekomendasikan cara pemberian KIE yang efektif
yang dapat membantu klien dalam menentukan
alokon yang tepat sesuai kondisi klien.
Kerangka Pemikiran
Empowerment is the process of helping individuals,
families, groups and communities to increase their
personal, interpersonal, socioeconomic, and political
strength and to develop influence toward improving
their circumstances. (Zastrow, 2010).
The goal of gender planning is the emancipation of
women from their subordination, and their
achievement of equality, equity and empowerment.
(Moser, 1993).
S O R
(isi pernyataan) (khalayak) (efek)
Hovland et al. (dalam Mar'at 1982:26)
Kerangka Pemikiran
Paradigma Efektivitas Pelaksanaan KIE
Proses Output Outcome
Community
Empowerment Manfaat KIE yang Efektivitas
(level of dirasakan klien Pelaksanaan KIE
participation) klien
Feed back
Powerless Empowered
Metodologi
• Pendekatan kuantitatif dengan ditunjang oleh
data kualitatif
• Lokasi Studi (Kab. Cirebon, Kota Bandung, Kab.
Bandung Barat).
• Metode Pengumpulan data:
1. Survei
2. In depth interview
3. Focus Group Discussion (FGD)
Populasi dan Sampling
Adaptation
Kemampuan
(perekonomi
petugas lini
an)
lapangan dalam
pelaksanaan KIE
Goal (S-O-R)
Attainment
(tujuan
Pemprov)
Community
Empowerment Manfaat KIE Efektivitas
Integration (level of yang dirasakan Pelaksanaan
(LSM, participation) klien Strategi KIE
Tomasy) klien
Latency
(Budaya,
nilai, norma)
Feed back
Powerless Empowered
HASIL PENELITIAN
• Temuan Survey
• Root Cause Analysis
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan:
1. Pelaksanaan KIE di tingkat lini lapangan belum
optimal (kompetensi, jumlah petugas, dukungan
politik, tokoh agama, keterbatasanKIE kit)
2. Tingkat pengetahuan klien tentang program
Kependudukan dan KB masih harus ditingkatkan.
3. Tingkat pengetahuan klien tentang jenis-jenis alokon
masih rendah, pada umumnya hanya mengetahui
alokon pil dan suntik saja.
4. Tingkat pengetahuan klien tentang efektivitas dalam
dimensi keamanan dan resiko masing-masing jenis
alokon masih rendah
5. Sumber informasi tentang program KB dan
jenis-jenis alokon diperoleh dari petugas
penyuluh lapangan KB, TPD/K dan kader pos KB
6. Sumber informasi tentang cara kerja alokon
diperoleh dari petugas penyuluh lapangan,
TPD/K dan kader pos KB.
7. Alasan klien memilih alokon tertentu
dipengaruhi oleh suara komunitas dalam bentuk
rumor (misalnya jika ada kasus efek samping
atau kegagalan) dan keputusan kepala keluarga.
8. Alasan klien tidak memakai alokon adalah
karena ingin mempunyai anak.
Rekomendasi:
1. Pengayaan materi KIE KB dengan menambahkan intro
tentang kependudukan dan kesehatan ibu dan anak.
2. Peningkatan kualitas metode penyampaian materi KIE.
3. Meningkatkan peran/suara komunitas dalam
meningkatkan penggunaan alokon Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
4. Penanganan kasus khusus efek samping dan kegagalan
karena dapat berkembang menjadi rumor.
5. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
6. Komunikasi antar stakeholder (aparat desa/kecamatan,
PLKB, tenaga medis/puskesmas)
7. Merancang Media KIE yang sederhana dan dapat
dipahami oleh TPD/K dan Kader Pos KB
SOSIALISASI
MEDIA KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE) BELOW
THE LINE
Nara sumber:
1. Dr. Yuce Sariningsih, M.Si
2. Ir. Rindang Ekawati, M.Sc
3. Dra. Mira Rosana Gnagey, M.Pd
4. dr. Susi Oktowaty.