Anda di halaman 1dari 5

Nama : Medha Estu Fitria

NIM : 140612604786

1. Sebuah klinik swasta yang menyediakan poli KIA dan sudah menerapkan
manajemen mutu selama 2 tahun melaporkan adanya penurunan jumlah pasien
dalam 6 bulan terakhir. Apa yang harus dilakukan oleh Tim Penjaminan Mutu
untuk menyikapi hal tersebut?
Jawab :
Yang harus dilakukan Tim Penjaminan Mutu untuk menyikapi adanya penurunan
jumlah pasien dalam 6 bulan terakhir dengan mengevaluasi manajemen mutu yang
telat berjalan tersebut, dilihat apakah sudah sesuai dengan prodedur, apabila ada yang
kurang tepat maka langkah selanjutnya yaitu memperbaiki program yang ada di
dalam poli KIA tersebut.
Di mulai dari :
a. Sumber Daya Manusianya, dalam hal ini peningkatan sumber daya manusia
sangat berperan penting, dimana petugas medis yang bertugas di poli KIA ini
harus benar-benar paham tentang prosedur yang ada, perlunya pengetahuan,
kemauan dan kemapuan sangat dituntut dalam penyediaan program di poli
KIA
b. Perlunya treaning yang diperuntukkan kepada seluruh petugas medis yang
bertugas di poli KIA
c. Kelengkapan alat yang mendukung program pada poli KIA, seperti alat USG
Selain itu kepuasan pelanggan atau pasien juga harus diperhatikan, yang nantinya
bisa dibuat bahan evaluasi berikutnya. Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan
ketika kebutuhan, keinginan, dan harapan pasien dapat dipenuhi melalui produk/ jasa
yang dikonsumsi. Oleh karena itu, kepuasan pasien adalah rasio kualitas yang
dirasakan oleh pasien dibagi dengan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien
Sumber : Ratnawati, L . 2015. Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Kia Puskesmas Ngesrep Kota Semarang. Semarang :
Universitas Negeri Semarang
2. Praktek bidan delima Susi ingin meningkatkan cakupan imunisasi bayi di
daerahnya. Apakah yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu layanan
imunisasinya? Mengingat saat ini banyak kasus vaksin palsu.
Jawab :
Untuk memperbaiki mutu layanan imunisasi ada beberapa cara untuk
meningkatkan mutu layanan supaya lebih baik, antara lain:
1) Meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
perlengkapan dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi
tinggi atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur.
2) Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam
kegiatan pelayanan imunisasi, hal ini berarti memperbaiki proses pelayanan
organisasi pelayanan kesehatan.
Selain itu Bidan Delima Susi juga harus meyakinkan masyarakat agar masyarakat
dapat membedakan mana vaksin yang palsu dan mana vaksin yang asli, dengan cara
sosialisasi atau pemberian informasi kepada ibu-ibu tentang vaksin tersebut. Berikut
ini cara untuk membedakan vaksin yang palsu dengan yang asli:
Vaksin Palsu Vaksin Asli
a. Harga lebih murah dari pasaran a. Kemasan masih disegel
b. Tidak ada tanda dot merah b. Terdapat label yang
c. Bentuk kemasan lebih kasar mencantumkan keterangan
d. No.Batch tidak terbaca seputar vaksin pada ampul
e. Warna rubber stopper (tutup vial) c. Label ampul biasanya dilepas dan
berbeda dari produk asli) ditempelkan pada buku kesehatan
f. Tidak ada nomor ijin edar (nie) begitu vaksinasi lali kemasan
BPOM dihancurkan
g. Terdapat perbedaan pada cetakan
barcode kemasan vaksin palsu
h. Terdapat Tanggal Kadaluarsa

Sumber : Kurnia E. 2012. Peningkatan Mutu Layanan di Rumah Sakit. (online) pada
laman eprints.uny.ac.id/7902/3/BAB%202-05412144074.pdf
http://doctormums.com/menghadapi-keresahan-akibat-vaksin-palsu/
3. Banyaknya insiden Infeksi Menular Seksual di kota Y akibat lokalisasi liar di
perbatasan kota. Puskesmas terdekat ingin meningkatkan layanan kesehatan
reproduksi untuk merespon tingginya angka kesakitan yang muncul. Apakah
yang harus dilakukan menyangkut mutu layanan kespro barunya?
Jawaban:
Cara meningkatkan layanan kesehatan reproduksi dengan berbagai aspek, antara
lain:
a. Keterpaduan
Kegiatan KIE (komuniasi, informasi dan edukasi) Kesehatan Reproduksi
dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan dapat berupa keterpaduan dalam
aspek sasaran, lokasi, petugas penyelenggara, dana, maupun sarana
b. Mutu
Materi KIE Kesehatan Reproduksi haruslah bermutu, artinya selalu
didasarkan pada informasi ilmiah terbaru, kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan, jujur serta seimbang (mencakup keuntungan & kerugian bagi
sasaran), sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk
menyampaikannya, jelas dan
terarah pada kelompok sasaran secara tajam (lokasi, tingkat
sosial-ekonomi, latar belakang budaya, umur), tepat guna dan tepat
sasaran.
c. Media dan Jalur
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dapat dilaksanakan melalui berbagai
media, Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing media
dan jalur sesuai dengan kondisi kelompok sasaran dan pesan yang
ingin disampaikan.
d. Efektif (berorientasi pada Penambahan Pengetahuan danPerubahan Perilaku
Kelompok Sasaran
Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan
kelemahan masing-masing media dan jalur sesuai dengan kondisi kelompok
sasaran dan pesan yang ingin disampaikan.
e. Dilaksanakan Bertahap, Berulang dan Memperhatikan Kepuasan sasaran
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap,
berulang-ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan
kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan
f. Menyenangkan
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa kegiatan KIE
paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif dan
inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang atau terhibur.
g. Berkesinambungan
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan saja,
namun harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan. Artinya,
setelah kegiatan KIE dilaksanakan, perlu selalu diikuti penilaian atas proses
(apakah telah dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah
pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) untuk
menyiapkan kegiatan berikutnya.
Sumber : Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran. 2013. Komunikasi, Informasi,
Edukasi (Kie) Kesehatan Reproduksi. Solo : Univeristas Sebelas Maret. (online) pada
laman fk.uns.ac.id/static/filebagian/KESPRO.pdf
4. Tahun depan poli VCT suatu RS akan dinilai akreditasinya. Apakah yang
harus dilakukan tim penjaminan mutu untuk mempersiapkan poli menghadapi
proses akreditasinya? Apa saja dokumen yang perlu dipersiapkan?
Jawab :
Akreditasi RS merupakan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang
dilakukan dengan membangun sistem dan budaya mutu. Melalui akreditasi RS
diharapkan ada perbaikan sistem di RS yang meliputi input, process dan product
output (meliputi output dan outcome).
Sebagai dasar dimulainya pembangunan sistem di rumah sakit, diperlukan dokumen
yang merupakan regulasi di RS.
Regulasi diatur dalam bentuk Panduan Tata Naskah Rumah Sakit, yang akan
menetapkan ada 2 jenis naskah di RS, yaitu:
a. Merupakan produk hukum (regulasi) , dokumen regulasi meliputi:
1) Regulasi pelayanan RS, yang terdiri dari:
 Kebijakan Pelayanan RS
 Pedoman/Panduan Pelayanan RS
 Standar Prosedur Operasional (SPO)
 Rencana jangka panjang (Renstra, Rencana strategi bisnis, bisnis plan,
dll)
 Rencana kerja tahunan (RKA, RBA atau lainnya)
2) Regulasi di unit kerja RS yang terdiri dari:
 Kebijakan Pelayanan RS
 Pedoman/Panduan Pelayanan RS
 Standar Prosedur Operasional (SPO)
 Program (Rencana kerja tahunan unit kerja)
b. Bukan merupakan produk hukum (surat dinas), antara lain:
1) Bukti tertulis kegiatan/rekam kegiatan
2) Dokumen pendukung lainnya : misalnya ijazah, sertifikat pelatihan,
serifikat perizinan, kaliberasi,dll.
Di dalam Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi RS ini yang akan dibahas
hanyalah acuan untuk penyusunan regulasi. Hal ini menjadi penting, karena selain
sebagai panduan RS dalam menyusun dokumen, RS juga menyiapkan dokumen yang
terkait dengan aspek hukum.
Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah bagaimana membuat laporan evaluasi
pelaksanaan kegiatan tersebut. Dan kapan laporan tersebut harus dibuat. Jadi yang
harus ditulis di dalam kerangka acuan adalah cara atau bagaimana membuat laporan
evaluasi dan kapan laporan tersebut harus dibuat dan ditujukan kepada siapa.
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan selama RS tersebut berjalan:
a. Pencatatan adalah catatan kegiatan, karena itu yang ditulis di dalam kerangka
acuan adalah bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau membuat
dokumentasi kegiatan.
b. Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan program dan kurun waktu
(kapan) laporan harus diserahkan sera kepada siapa saja laporan tersebut
harus ditujukan.
c. Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan program secara menyeluruh.
Jadi yang ditulis di dalam kerangka acuan bagaimana melakukan evaluasi dan
kapan evaluasi harus dilakukan.
Sumber : Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012. Panduan Penyusunan Dokumen
Akreditasi. RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

Anda mungkin juga menyukai