Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“TAFSIR HUKUM”
(An-Nur Ayat 4)

Nama : Muhammad Rusdi

Kelas : Ilmu Hukum D

NIM : 10400118150

ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Ayat dan terjemahannya

ْ ُ‫ت ثُ َّم لَمۡ يَ ۡأت‬


ۡ َ‫وا بِأ َ ۡربَ َع ِة ُشهَ َدٓا َء ف‬
ۡ‫ٱجلِ ُدوهُم‬ ِ َ‫ص ٰن‬
َ ‫ون ۡٱل ُم ۡح‬ َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ۡر ُم‬
ٓ
‫ون‬ َ ِ‫وا لَهُمۡ َش ٰهَ َدةً أَبَ ًدا ۚ َوأُ ْو ٰلَئ‬
َ ُ‫ك هُ ُم ۡٱل ٰفَ ِسق‬ ْ ُ‫ين َج ۡل َدةً َواَل تَ ۡقبَل‬
َ ِ‫ثَ ٰ َمن‬

Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
(QS.an-Nur : 4).

B. Makna Kosakata (Mufradat)

َ ْ‫( َوالَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح‬Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
ِ ‫ص ٰن‬
‫ت‬
baik (berbuat zina)) Tuduhan perbuatan keji ini disebut dengan ‘qadzaf’.

Makna (‫ )المحصنات‬adalah para perempuan yang beriman dan selalu menjaga


kehormatan mereka. Penyebutan ini dikhususkan bagi mereka karena tuduhan
yang diarahkan kepada mereka menjadi lebih buruk dan aibnya lebih besar. Dan
kaum lelaki juga mengikuti hukum bagi kaum perempuan dalam hal ini tanpa ada
perbedaan pendapat di antara para ulama. Para ulama memiliki banyak
pembahasan yang panjang mengenai syarat orang tertuduh dan penuduh yang
mungkin dapat di kitab-kitab fiqih. Tidak ada hukuman bagi orang yang menuduh
(qadzaf) orang kafir laki-laki maupun perempuan.

۟ ُ‫(ثُ َّم لَ ْم يَأْت‬dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi) Yakni
‫وا بِأَرْ بَ َع ِة ُشهَدَآء‬
para saksi yang menyaksikan terjadinya zina. Jika para saksi tidak mencapai
empat orang maka mereka akan dianggap sebagai para penuduh, dan pada
kekhilafahan Umar bin Khattab ia mencambuk tiga saksi yang bersaksi bahwa
Mughirah melakukan zina.

ً‫(فَاجْ لِدُوهُ ْم ثَمٰ نِينَ َج ْل َدة‬maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera) Yakni cambuklah masing-masing mereka sebanyak 80 kali.
۟ ُ‫(ۚ واَل تَ ْقبَل‬
‫وا لَهُ ْم َش ٰه َدةً أَبَدًا‬ َ dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya) Yakni jadikan bagi mereka dua hal, yaitu hukuman cambuk dan tidak
diterimanya kesaksian mereka.
َ ِ‫(وأُ ۟و ٰلٓئ‬Dan
َ‫ك هُ ُم ْال ٰف ِسقُون‬ َ mereka itulah orang-orang yang fasik) Kefasikan yakni
berpaling dari ketaatan Allah. Orang-orang yang menuduh orang lain melakukan
zina akan dikelompokkan ke dalam golongan orang-orang fasik.

C. Asbabun Nuzul (Latar belakang diturunkannya ayat)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Hilal bin Umayyah mengadu kepada
Rasulullah saw. bahwa istrinya berzina. Nabi saw, meminta bukti kepadanya, dan
kalau tidak, ia sendiri yang akan dicambuk. Hilal berkata: “Ya Rasulullah!
Sekiranya salah seorang dari kami melihat laki-laki lain beserta istrinya, apakah ia
mesti mencari saksi lebih dahulu?” Nabi saw, tetap meminta bukti atau ia sendiri
yang akan dicambuk. Berkatalah Hilal: “Demi Allah, Dzat yang mengutus engkau
dengan hak, sesungguhnya akulah yang benar. Mudah-mudahan Allah
menurunkan sesuatu yang akan melepaskanku dari hukuman cambuk.” Maka
turunlah Jibril membawa ayat ini (QS: 24 an-Nur: 6) sebagai petunjuk bagaimana
seharusnya menyelesaikan masalah seperti ini. [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari
jalan ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas]

Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika turun ayat, wal ladzina yarmunal
muhshanat… [Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) sampai…syahadatan abada…(…kesaksian mereka buat selam-
lamanya…) ](QS: 24 an-Nur: 4), berkatalah Sa’ad bin ‘Ubadah, seorang pimpinan
kaum Anshar: “Apakah demikian lafal ayat itu, ya Rasulullah?” bersabdalah
Rasulullah: “Hai kaum Ansar! Tidaklah kalian dengar ucapan pemimpinmu itu?”
berkatalah kaum Anshar: “Ya Rasulullah, janganlah tuan mencelanya.
Sesungguhnya ia seorang yang sangat pencemburu. Demi Allah, karena sangat
pencemburanya, tidak seorang pun yang berani mengawini wanita yang disukai
Sa’d.” Berkatalah Sa’d: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tahu bahwa ayat
tersebut (QS: 24 an-Nur: 4) adalah hak dan ayat tersebut dari Allah. Akan tetapi
aku merasa aneh apabila aku dapatkan wanita jahat yang beradu paha dengan
seorang laki-laki, aku tidak boleh memisahkan atau mengusiknya sebelum aku
membawa empat orang saksi. Demi Allah, aku tidak akan dapat mendatangkan
(empat orang saksi) sebelum mereka selesai memuaskan nafsunya.”

Beberapa hari kemudian terjadilah suatu peristiwa yang dialami oleh Hilal bin
Umayyah (salah seorang dari tiga orang yang diampuni Allah karena tidak turut
perang Tabuk). Ia mengadu ke Rasulullah saw tentang kejadian yang dialaminya
pada malam hari, ketika ia pulang dari kebunnya. Ia melihat dengan mata
kepalanya sendiri. Istrinya sedang ditiduri seorang laki-laki. Namun ia dapat
menahan diri hingga mengadukannya kepada Rasulullah. Pengaduan Hilal ini
menyebabkan Rasulullah tidak merasa senang dan bahkan menyulitkannya. Maka
berkumpullah kaum Ansar membicarakan peristiwa Hilal itu.
Mereka brekata: “Kita benar-benar diuji dengan apa yang pernah dikatakan oleh
Sa’ad bin ‘Ubadah. Sekarang Rasulullah pasti membatalkan kesaksian Hilal dan
akan menjilidnya (menghukum dengan pukulan).”

Berkatalah Hilal: “Demi Allah, sesungguhnya aku berharap agar Allah


memberikan Jalan keluar bagiku.” Kaum Anshar berkata: “Pasti Rasulullah akan
memerintahkan menghukum Hilal.” Maka turunlah ayat (QS: 24 an-Nur: 6)
sehingga mereka menangguhkan hukuman terhadap Hilal itu. Ayat ini
menegaskan bahwa seseorang yang menuduh istrinya berzina dapat diterima
pengaduannya apabila ia bersumpah empat kali. [Diriwayatkan oleh Ahmad.
Diriwayatkan pula oleh Abu Ya’la yang bersumber dari Anas.]

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ‘Uwaimir datang kepada ‘Ashim bin
‘Adi sambil meminta bantuannya: “Tolong tanyakan kepada Rasulullah,
bagaimana pendapat beliau jika seorang laki-laki mendapatkan istrinya ditiduri
orang lain, apakah ia boleh membunuhnya,kemudian si pembunuh itu dihukum
bunuh. Atau hukuman apa yang harus dikenakan kepada pezina tadi?[1] Ashim
menanyakan hal ini ke pada Rasulullah, tetapi Rasulullah saw mecela pertanyaan
tersebut.

Ketika bertemu kembali dengan ‘Uwaimir, ‘Ashim berkata bahwa masalah yang
diajukannya tidak memberi kebaikan kepadanya, malah ia dicela oleh Rasulullah
saw, berkatalah ‘Uwaimir: “Aku akan datang sendiri untuk menanyakannya
kepada Rasulullah saw…” Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya telah turun
ayat berkenaan denganmu dan istrimu (QS: 24 an-Nur: 6).” [Diriwayatkan oleh
asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim) dan lain-lain, yang bersumber dari Sahl
bin Sa’d].

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah saw bebrsabda kepada Abu
Bakr: “Apa yang engkau perbuat sekiranya engkau melihat seorang laki-laki
(tidur) beserta Ummu Ruman (istrimu)?” Abu Bakr menjawab: “Tentu aku akan
menghajarnya.” Kemudian Rasulullah saw bertanya seperti itu pula kepada
‘Umar. ‘Umar menjawab: “Aku akan memohon kepada Allah agar melaknat
orang jahat yang tidak mampu menahan hawa nafsunya.” Maka turunlah ayat ini
(QS: 24 an-Nur: 6) sebagai ketentuan hukumnya.
[Diriwayatkan oleh al-Bazzar dari Zaid bin Muthi’ yang bersumber dari
Hudzaifah]

D. Munasabah (Korlasi) Ayat


 Ayat sebelumnya Qs An-Nur ayat 3. :
terjemah:“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (an-Nuur: 3)

Pada ayat sebelumya An-Nur ayat 3:


menjelaskan bahwa laki-laki pezina tidak boleh mengawini perempuan selain
perempuan musrik atau perempuan pezina dan begitupun sebaliknya perempuan yang
berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki musrik atau laki-laki pezina pula dan
demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin.Ini merupakan berita dari Allah
bahwa lelaki pezina tidaklah berpasangan kecuali dengan wanita pezina atau manita
musyrikah. Yaitumenurutikehendaknyauntuk berzina kecuali wanita pezina durhaka
atau wanita musyrikah yang tidak memandang haram perbuatan zina. Demikian pula:
waz zaaniyata laa yankihuHaa illaa zaanin (“Dan perempuan berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina.”) yaitu durhaka karena berzina. Au musyrikun
(“atau laki-laki musyrik”) yang tidak menganggap zinasebagaiperbuatan haram.
Sufyanats-Tsaurimeriwayatkandari Habib bin Abi ‘Amrah, dari Sa’id bin
Jubair, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas berkenaan dengan firman Allah: waz zaaniyata laa
yankihuHaa illaa zaanin au musyrik (“Dan perempuan berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik.”)
 Ayat sesudahnya Qs An-Nurayat 5 :

Terjemah: “kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki


(dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-
Nur: 5).
Di ayat sesudahnya dijelaskan kecuali orang-orang bertobat setelah itu artiya orang
yang bertobat setelah melakukan zina dan memperbaiki (dirinya), maka Sesungguh
Allah akan mengampuni-nya sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Imam Malik, Ahmad dan asy-Syafi’i berpendapat bahwa apabila ia bertaubat, maka
persaksiannya diterima kembali dan hukum fasik terangkat atas dirinya. Pendapat ini
juga ditegaskan oleh Sa’id bin al-Musayyab, penghulu para tabi’in dan sejumlah
ulama salaf lainnya. Imam Abu Hanifah berpendapat, pengecualian itu hanya untuk
hukum yang ketiga saja, yaitu hukum fasik terangkat atas dirinya apabila telah
bertaubat, sementara persaksiannya tetap ditolak selama-lamanya. Para ulama salaf
yang berpendapat seperti ini di antaranya al-Qadhi Syuraih, Ibrahim an-Nakha’i, Sa’id
bin Jubair, Mak-hul dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Jabir. wallaaHua’lam.

E. Tafsir Ayat
 Tafsir Quran Surat An-Nurayat 4.
Apabila ada Orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka mereka yang menuduh
wanita baik-baik berzina wajib di dera sebanyak delapan puluh kali dera
( hukumcambuk) , dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-
lamanya. Dan mereka Itulah orang-orang yang fasik”
 Tafsirjalalayn.
(Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik) menuduh berzina
wanita-wanita yang memelihara dirinya dari perbuatan zina (dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi) yang menyaksikan perbuatan zina mereka dengan
mata kepala sendiri (maka deralah mereka) bagi masing-masingdarimereka (delapan
puluh kali dera, dan janganlah kalian terima kesaksian mereka) dalam suatu perkara-
pun (buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik) karna mereka
telah melakukan dosa besar.

 TafsirQuraishShihab.
Orang-orang yang melontarkan tuduhan zina kepada wanita-wanita yang menjaga
kesucian-nya tanpa dapat mendatangkan empat orang saksi yang membenarkan
tuduhannya, hukuman-nya adalah delapan puluh cambuk dan dengan tidak menerima
persaksian mereka atas perkara apapun selama-nya. Sebab, mereka memang pantas
disebut sebagai orang-orang yang keluar dari batas-batas agama.

F. Kesimpulan (Kandungan Hukum Yang Terkandung)


Kesimpulan yang dapat dipetik dan kandungan hukum yang terdapat pada (QS.An-
Nurayat 4) adalah apabila seseorang hendak melakukan pengajuan tuduhan zina kepada
seorang wanita hendaklah seseorang itu melihat dengan mata kepalanya sendiridan
mendatangkan 4 orang saksi untuk menguatkan tuduhannya apabila tidak mempuyai
saksi (QS. An-nurayat 4) menjelaskan hukum bagi seseorang tidak mempunyai 4 orang
saksi yang menuduh wanita baik-baik yang tidak terbukti melakukan zina maka
hukumannya akan di cambuk sebanyak( delapan puluh kali ) dan akibat dari tuduhnnya
persaksian dari orang tersebut tidak akan diterima atas perkara apapun untuk selamanya.
Dan sesungguhnya mereka merupakan orang fasik( orang-orang yang keluar dari batas-
batas agama).

Anda mungkin juga menyukai