Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Qadzaf

Qadzaf(‫ )ق ذف‬menurut bahasa yaitu ram’yu syain berarti melempar sesuatu. Sedangkan
menurut istilah syara’ adalah melempar tuduhan (wath’i) zina kepada orang lain yang
karenanya mewajibkan hukuman had bagi tertuduh (makdzuf).
Sejalan dengan beratnya hukuman bagi pelaku jarimah zina, hukum Islam juga
mengancamkan hukuman yang tak kalah beratnya bagi seseorang yang melakukan tuduhan
berzina kepada orang lain. Hukuman tersebut tidak dijatuhkan ketika tuduhannya
mengandung kebohongan. Namun, apabila tuduhannya dapat dibuktikan kebenarannya, maka
jarimah qadzaf itu tidak ada lagi dan di jatuhkan kepada orang yang menuduh. Artinya, bila si
penuduh tak dapat membuktikan tuduhannya karena lemahnya pembuktian atau
kesaksiannya, hukuman qadzaf dijatuhkan bagi si penuduh.
Suatu prinsip dalam fiqih Jinayah bahwa barang siapa menuduh orang lain dengan sesuatu
yang haram, maka wajib atasnya membuktikan tuduhan itu. Apabila ia tak dapat
membuktikan tuduhan itu, maka ia wajib dikenai hukuman.

ٌ‫وا فِي ٱل ُّد ۡنيَا َوٱأۡل ٓ ِخ َر ِة َولَهُمۡ َع َذاب‬


ْ ُ‫ت لُ ِعن‬ ِ َ‫ت ۡٱل ٰ َغفِ ٰل‬
ِ َ‫ت ۡٱل ُم ۡؤ ِم ٰن‬ ِ َ‫ص ٰن‬
َ ‫ون ۡٱل ُم ۡح‬ َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ۡر ُم‬
٢٣ ‫يم‬ٞ ‫َع ِظ‬

Allah SWT berfirman dalam surat Annur ayat 23 yang artinya kurang lebih:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina) wanita yang baik-baik, yang lengah
(dari perbuatan keji) lagi beriman, mereka mendapat laknat di dunia dan akhirat dan bagi
mereka azab yang besar."

misalnya seseorang mengatakan "Wahai orang yang berzina"atau lain sebagainya yang dari
pernyataan tersebut difaham bahwa seseorang telah menuduh orang lain berzina.Menuduh
orang lain berbuat zina tanpa dasar yang kuat termasuk sebuah kejahatan dan termasuk
perbuatan dalam kategori tindak pidana hudud yang diancam dengan hukuman yang berat
dan hukumnya haram.

Had Qadzaf  Bagi pelaku yang menuduh seseorang yang beriman berzina maka diancam
dengan hukuman dera 80 kali jika ia merdeka dan 40 kali jika ia hamba sahaya, jika
kesaksiannya tidak diterima.

Sesuai dengan Q.S. An Nur ayat 4 :

ْ ُ‫ين َج ۡل َد ٗة َواَل تَ ۡقبَل‬


‫وا‬ ْ ُ‫ت ثُ َّم لَمۡ يَ ۡأت‬
ۡ َ‫وا بَِأ ۡربَ َع ِة ُشهَ َدٓا َء ف‬
َ ِ‫ٱجلِ ُدوهُمۡ ثَ ٰ َمن‬ ِ َ‫ص ٰن‬
َ ‫ون ۡٱل ُم ٓ ۡح‬ َ ‫ين يَ ۡر ُم‬ َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
٤ ‫ون‬ َ ُ‫ك هُ ُم ۡٱل ٰفَ ِسق‬ َ ‫لَهُمۡ َش ٰهَ َدةً َأبَ ٗد ۚا َوُأ ْو ٰلَِئ‬
" dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (Muhsonaati) berbuat zina dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka dengan delapan puluh
kali dera."

B.UNSUR-UNSUR JARIMAH QADZAF


1.Menuduh zina atau mengingkari nasab

Maksudnya adalah ucapan yang mengandung tuduhan atau penolakan terhadap


tuduhan keturunan, seperti mengatai seseorang telah berbuat zina atau menempelkan
predikat pezina kepada seseorang dan tidak mengakui anak atau janin yang lahir atau
masih dalam kandungan istrinya.

2.Orang Yang Dituduh Harus Orang Yang Muhsan

Artinya orang yang dituduh itu orang baik-baik bukan seseorang yang biasa berbuat
zina, kalau yang dituduh itu pezina, hal itu bukanlah tuduhan tetapi sesuai dengan
kenyataannya.

3.Adanya I’tikad jahat

I’tikad jahat inilah yang memotivasi perbuatan tersebut untuk mencelakakan orang
lain yang tidak berdosa, sehingga tercemar nama baiknya aau celaka karena hukumna
dera. Mengenai qadzif (orang yang menuduh orang lain berzina) ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi, antara lain: berakal, dewasa, tidak dipaksa, inilah syarat-syarat
yang menjadi dasar penuntutan.

Sedangkan maqdzuf (orang yang dituduh berzina) fuqaha’ sepakat bahwa diantara
syaratnya adalah: islam, akal sehat, baligh, merdeka (bukan budak), iffah (menjauhi
perbuatan zina). Kelima syarat tersebut harus terdapat pada tertuduh agar hukuman
qadzaf dapat dilaksanakan terhdaap penuduh (atas tuduhan dustanya).

C.PEMBUKTIAN QADZAF

1.Persaksian

Jarimah Qadzaf dapat dibuktikan dengan persaksian dan persyaratan persaksian dalam
masalah qadzaf sama dengan persyaratan persaksian dalam kasus zina. Bagi orang
yang menuduh zina itu dapat mengambil beberapa kemungkinan, yaitu:

a.Memungkiri tuduhan itu dengan mengajukan persaksian cukup satu orang laki-laki
atau perempuan.

b.Membuktikan bahwa yang dituduh mengakui kebenaran tuduhan dan untuk ini
cukup dua orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang perempuan.

c.Membuktikan kebenaran tuduhan secara penuh dengan mangajukan empat orang


saksi

d.Bila yang dituduh itu istrinya dan ia menolak tuduhannya maka suami yang
menuduh itu dapat mengajukan sumpah li’an.
2.Pengakuan

Yakni si penuduh mengakui bahwa telah malakukan tuduhan zina kepada seseorang.

Menurut sebagian ulama, kesaksian terhadap orang yang melakukan zina harus jelas,
seperti masuknya ember ke dalam sumur (kadukhulid dalwi ilal bi’ri). Ini
menunjukkan bahwa jarimah ini sebagai jarimah yang berat seberat derita yang akan
ditimpahkan bagi tertuduh, seandainya tuduhan itu mengandung kebenaran yang
martabat dan harga diri seserang. Pera hakim dalam hal ini dituntut untuk ekstra hati-
hati dalam menanganinya, baik terhadap penuduh maupun tertuduh. Kesalahan
berindak dalam menanganinya akan berakibat sesuatu yang tak terbayangkan.

3.Dengan Sumpah

Menurut Imam Syafi’i jarimah qadzaf bisa dibuktikan dengan sumpah apabila tidak
ada saksi dan pengakuan. Caranya adalah orang yang dituduh (korban) meminta
kepada orang menuduh (pelaku) untuk bersumapah bahwa ia tidak melakukan
penuduhan. Apabila penuduh enggan untuk bersumpah maka jarimah qadzaf bisa
dibuktikan dengan keengganannya untuk sumaph tersebut. Demikian pila sebaliknya,
penuduh (pelaku) bisa meminta kepada orang yang dituduh (korban) bahwa penuduh
benar malakukan penuduhan. Apabila orang yang dituduh enggan melakukan smpah
maka tuduhan dianggap benar dan penuduh dibebaskab dari hukuman had qadzaf.

Akan tetapi Imam Malik dan Imam Ahmad tidak membenarkan pembuktian dengan
sumpah, sebagaimana yang di kemukakan oleh madzhab Syafi’i. sebagian ulama
Hanafiyah pendapatnya sama dengan madzhab Syafi’i.

D.HUKUMAN (SANKSI) UNTUK JARIMAH QADZAF

Dalam qadzaf akan hukuman pokok yaitu berupa dera (jild) delapan puluh kali dan
hukuman tambahan berupa tidak diterimanya kasaksian yang bersangkutan selama
seumur hidup. Hal ini berdasarkan firman Allah:

َ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوا بَِأرْ بَ َع ِة ُش هَدَآ َء فَاجْ لِ دُوهُ ْم ثَ َم انِينَ َج ْل َدةً َوالَتَ ْقبَلُ وا لَهُ ْم َش هَا َدةً َأبَ دًا َوُأوْ لَِئ‬
‫ك هُ ُم‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬
}4{ َ‫الفَا ِسقون‬ُ ْ

Artinya:

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat rang saksi, mak deralah mereka (yang menuduh itu
delapan pulah kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya.

(QS. An-Nuur : 4)
Pelaku zina pada hakikatnya mendapat dua hukuman, yaitu hukuman fisik (dera dan
rajam) yang telah ditentukan Tuhan dan hukuman non fisik berupa hilangnya
martabat yang bersangkutan di mata masyarakat. Oleh karena itu penuduh pun berhak
mendapatkan hukuman setimpal fisik dan non fisik. Hukuman fisik berupa dera dan
jild sebanyak delapan puluh kali, sedangkan hukuman tambahan yang tak kalah
beratnya, bahkan mungkin inilah yang terberat yaitu tidak diterima kesaksiannya
dalam segala jenis peristiwa, karena ia telah berbuat bohong, atau menfitnah.
Hukuman non fisik berupa hilangnya hak kesaksian bagi si penuduh sebagai hukuman
terberat sebab hukuman ini menyebabkan berubahnya martabat si penuduh dari
kategori orang baik-baik menjadi orang yang dianggap kotor, jahat, dan tidak dapat di
pakai menjadi saksi.

Adapun pelaksanaan sanksi qadzaf yang berupa jild ini sama dengan pelaksanaan
sanksi zina, hanya jumlahnya yang berbeda.

E. HAL-HAL YANG DAPAT MENGGUGURKAN HUKUMAN

1. Penuduh dapat membuktikan dengan empat orang saksi bahwa tertuduh telah benar-
benar berzina.
2. Dengan cara li'an jika tertuduh adalah istri penuduh
3. Pengakuan dari si tertuduh bahwa tuduhan adalah benar

Gugur sebab dimaafkan ialah karena had itu hak orang yang dituduh, karena inilah
had ini tidak dapat gugur kecuali dengan seizin yang tertuduh dan dengan
permintaannya, sedangkan yang tertuduh boleh memaafkannya, dan apabila si
tertuduh sudah memaafkan, hukuman (had) gugur karena had itu hak yang tertuduh
semata seperti qishash.

2.Lia’an

Li’an adalah  sumpah seorang  suami untuk meneguhkan tuduhannya


bahwa  istrinya telah  berzina dengan laki-laki lain. Sumpah itu dilakukan suami karena
istrinya telah menyanggah tuduhan suaminya itu, sementara suami sendiri tidak memiliki
bukti-bukti atas tuduhan  zina-nya. Di sidang  Pengadilan Agama, hakim karena jabatannya
dapat menyuruh suami untuk bersumpah secara  Li’an.  

Dalam permohonan cerai talak  karena alasan zina, dimana suami tak memiliki bukti-bukti


atas tuduhannya itu, hakim Pengadilan Agama dapat menyuruh suami yang menuduh istrinya
berzina itu untuk bersumpah secara Li’an. Sebelum diperintahkan untuk bersumpah Li’an,
terlebih dahulu sang istri punya kesempatan untuk menyanggah tuduhan zina dari suaminya.
Apabila istri tidak menyanggahnya dan malah mengakuinya, maka dengan sendirinya
pengakuan itu adalah bukti kuat adanya zina. Tuduhan yang tidak disanggah itu dapat
dianggap diterima, sehingga cukup alasan bagi hakim untuk menceraikan mereka dengan
alasan salah satu pihak telah berzina. 

Namun bila sebaliknya, yaitu jika istri menyanggahnya dan suami tidak dapat mengandalkan
bukti-bukti lain selain pengakuan istrinya, maka ketiadaan pembuktian itu tidak boleh
membuat hakim tidak punya jalan keluar. Dalam keadaan demikian, hakim dapat
memerintahkan suami untuk bersumpah secara Li’an, sedangkan istrinya juga diberi
kesempatan untuk bersumpah menyanggah tuduhan itu. 

Sumpah Li’an dilakukan oleh suami dengan menyatakan bahwa atas nama Allah ia


bersumpah, bahwa istrinya telah berbuat zina. Sumpah itu dinyatakan sebanyak 4 kali oleh
suami, dan pada sumpah kelima suami menyatakan siap menerima laknat Allah jika ia
berbohong. Demikian sebaliknya, istri juga dapat melakukan sumpah balik (sumpah nukul),
bahwa atas nama Allah ia bersumpah bahwa ia tidak berbuat zina. Sumpah itu dinyatakan
istri juga sebanyak 4 kali dan pada sumpah kelima ia menyatakan siap menerima laknat Allah
jika tuduhan suaminya itu benar. 

Karena perceraian dengan alasan zina bagi orang-orang yang beragama Islam diatur dalam
undang-undang Peradilan Agama (UU No. 7 Tahun 1989 dan perubahannya), maka
ketentuan-ketentuan di dalamnya banyak diadopsi dari hukum Islam. Khusus mengenai
tuduhan zina dan sumpah Li’an, Qur’an Surat An Nuur (6-9) menerangkan demikian: 

“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang
yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika dia termasuk
orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya
empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-
orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima: bahwa murka Allah atasnya jika suaminya
itu termasuk orang-orang yang benar.”

Menurut( KUHP)

Negera Kesatuan Republik Indonesia telah menentukan koridor hukum, terkait dengan
pencemaran nama baik.
Undang-undang tidak menetapkan pasal tuduhan zina secara spesifik. Namun kasus
tuduhan zina bisa masuk dalam dua ranah:
Pertama, adalah kasus perselingkuhan suami / istri yang sanksinya maksimal 9 bulan.
KUHP pasal 284.
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa
pasal 27 BW berlaku baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa
yang turut bersalah telah kawin;
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
baginya.
Kedua, adalah kasus pencemaran nama baik, dengan ancaman pidana sembilan bulan
atau satu tahun empat bulan. Sebagaimana termaktub dalam KUHP pasal 310 Berikut:
(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan
atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas
dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.
Kedua kasus diatas (perselingkuhan dan pencemaran nama baik) masuk dalam ranah
delik aduan. Artinya, si pelaku tidak dapat diproses secara hukum jika korban yang
bersangkutan tidak mengadukan kasusnya kepada pihak yang berwajib

Kesimpulan

1.Qadzaf adalah perbuatan yang dilarang (jarimah)karena dapat merugikan seseorang


akibat fitnah yang telah ditimbulkan.Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman had

2.Li‟an merupakan ucapan tertentu yang digunakan untuk menuduh isteri yang telah
melakukan perbuatan yang mengotori dirinya sendiri iaitu berzina. Li‟an merupakan satu
alternatif yang ditawarkan oleh Islam kepada umatnya seandainya di tengah-tengah
perkahwinan wujudnya satu kejanggalan berkaitan anak yang dikandung oleh isteri.

Pensyariatan li‟an dilihat dapat menjamin kesahihan nasab dan keturunan manusia serta
menyelamatkan maruah suami dan isteri. Li‟an juga menghindar suami dan isteri
daripada dikenakan hukuman had qazaf dan had zina

Anda mungkin juga menyukai