Anda di halaman 1dari 13

MENJAGA MARTABAT

MANUSIA DENGAN
MENJAUHI PERGAULAN
BEBAS DAN ZINA
• Zina: berhubungan layaknya suami-istri antara
perempuan dan laki-laki yang sudah mukallaf
(baligh) tanpa ikatan yang sah menurut syariat Islam.
• Hukum zina haram berdasarakan Al-Isra: 32
‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز َناۖ ِإَّنُه َك اَن َفاِح َش ًة َو َس اَء َس ِبياًل‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu
jalan yang buruk”. [al-Isrâ/17:32]
Kategori Zina
• Zina Muhsan: Pezina yang sudah baligh, berakal,
merdeka dan sudah pernah menikah.
• Zina Ghairu Muhsan: Pezina yang masih lajang dan
belum pernah menikah.
Seorang dihukumi sebagai al-Muhsan apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Pernah melakukan jima’ (hubungan seksual) langsung di
kemaluan. Dengan demikian, orang yang telah
melakukan aqad pernikahan namun belum melakukan
jima’, belum dianggap sebagai al-Muhshân.
2. Hubungan seksual (jima’) tersebut dilakukan
berdasarkan pernikahan sah atau kepemilikan budak
bukan hubungan diluar nikah
3. Pernikahannya tersebut adalah pernikahan yang sah.
4. Pelaku zina adalah orang yang baligh dan berakal.
5. Pelaku zina merdeka, bukan budak belian.
HAD (HUKUMAN) ZINA
• Zina Ghairu Muhsan:
Didera atau pukulan 100 kali dan
diasingkan/dibuang ke tempat yang jauh dari
tempat mereka selama 1 tahun. (berdasarkan An-
Nur: 2 dan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid)
• Zina Muhsan:
Dirajam sampai mati, berdasarkan hadits riwayat
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’i.
Allah Subhanahu wa Ta’alal berfirman

‫ُت‬ ‫ن‬ ‫ُك‬ ‫ن‬‫الَّزاِن ُة الَّزايِن َفاْج ِلُد وا ُك َّل اِح ٍد ِّم ْنُه ا اَئَة ْلَد ٍة َالَتْأُخ ْذُك م ِهِب ا ْأَفٌة يِف ِد يِن اِهلل ِإ‬
‫ْم‬ ‫ِمِن َم َر‬ ‫َم َم َج ِئ َو‬ ‫ِم َي َو ِهلل ِم ِخ َو‬
‫ُتْؤ ُنوَن ِبا َواْلَيْو ْاَأل ِر َو ْلَيْش َه ْد َعَذ اَبُه َم ا َطآ َف ٌة ِّم َن اْلُم ْؤ َني‬
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-
orang yang beriman. [An Nur : 2]
Hal ini juga disebutkan dalam banyak hadits. Antara lain : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
‫ال‬ ‫الَّل َّن ِبياًل اْلِبْك ِباْلِبْك ِر ْلُد ِم اَئٍة ْف َنٍة‬
‫َّث‬
‫ِّي‬
‫َو َن ُي َس َو ُب‬ ‫َج‬ ‫ُر‬ ‫ُخ ُذ وا َعيِّن ُخِمُذ واٍة َعيِّن َقْد َجَعَل ُه ُهَل َس‬
‫ْج‬‫َّر‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫َئ‬‫ا‬ ‫ُد‬ ‫ْل‬ ‫ِب‬ ‫َّث‬
‫ِّي‬ ‫ال‬‫ِب‬
‫َو ُم‬ ‫َج‬
Ambillah dariku, ambillah dariku. Sesungguhnya Allah telah memberi jalan
yang lain kepada mereka, [2] yaitu orang yang belum menikah (berzina)
dengan orang yang belum menikah, (hukumnya) dera 100 kali dan
diasingkan setahun. Adapun orang yang sudah menikah (berzina) dengan
orang yang sudah menikah (hukumnya) dera 100 kali dan rajam.
Dalam penerapan hukuman zina diperlukan syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Pelakunya adalah seorang mukallaf yaitu sudah baligh dan berakal (tidak gila).
2. Pelakunya berbuat tanpa ada paksaan.
3. Pelakunya mengetahui bahwa zina itu haram, walaupun belum tahu
hukumannya.
4. Jima’ (hubungan seksual) terjadi pada kemaluan.
5. Tidak adanya syubhat. Hukuman zina tidak wajib dilakukan apabila masih ada
syubhat seperti menzinahi wanita yang ia sangka istrinya atau melakukan
hubungan seksual karena pernikahan batil yang dianggap sah atau diperkosa
dan sebagainya. Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan : “Semua para
ulama yang saya hafal ilmu dari mereka telah berijma’ (bersepakat) bahwa had
(hukuman) dihilangkan dengan sebab adanya syubhat.”
6. Zina itu benar-benar terbukti dia lakukan. Pembuktian ini dengan dua perkara
yang sudah disepakati para ulama yaitu:
a. Pengakuan dari pelaku zina yang mukallaf dengan jelas dan tidak mencabut
pengakuannya sampai hukuman tersebut akan dilaksanakan.
b. Persaksian empat saksi yang melihat langsung kejadian.
• Persaksian yang diberikan oleh para saksi ini akan diakui
keabsahannya, apabila telah terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Mereka bersaksi pada satu majlis
b. Mereka bersaksi untuk satu kejadian perzinahan saja
c. Menceritakan perzinahan itu dengan jelas dan tegas yang
dapat menghilangkan kemungkinan lain atau menimbulkan
penafsiran lain seperti hanya melakukan hal-hal diluar jima’.
d. Para saksi adalah 4 lelaki yang adil.
e. Tidak ada yang menghalangi penglihatan mereka seperti buta
atau lainnya.
Apabila syarat-syarat ini tidak sempurna, maka para
saksi dihukum dengan hukuman penuduh zina. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫ا‬
‫و‬ ‫ُل‬ ‫ْق‬ ‫اَل‬ ‫ًة‬ ‫َد‬ ‫ْل‬ ‫َناِت َّمُث ْأُتوا ِبَأ ِة ُش َد ا َفا ِلُد و َمَثاِن‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َن‬‫و‬ ‫ي‬ ‫اَّلِذ‬
‫َو َن َيْرُم َٰلِئُم ْح َص ِس ْمَل َي ْرَبَع َه َء ْج ُه ْم َني َج َو َت َب ُهَلْم‬
“ ‫َش َه اَدًة َأَبًد اۚ َوُأو َك ُه ُم اْلَف ا ُقوَن‬
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera,
dan janganlah kamu terima keksaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasik” [an-Nûr/24:4]
TAJWID
(Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah)

• Contoh Mad Shilah Qashirah


‫َأَف ُزِّي َلُه و َع ِلِه‬
‫َم ْن َن ُس ُء َم‬
‫ْي‬‫ِر‬‫َق‬ ‫ْيٌع‬ ‫ِإَّنُه ِم‬
‫ٌب‬ ‫َس‬
‫َأْم ِبِه ِج َّنٌة‬
• Contoh Mad Shilah Thawilah
‫ِإَّنَم ا َأْم ُرُه ِإَذا َأَراَد‬
‫ا‬ ‫ِم وِنِه َأ ِل‬
‫ْن ُد ْو َي َء‬
• Pengertian Mad Silah Qasirah Adalah: Mad yang terjadi
apabila "Ha Dhamir" Berada diantara dua huruf yang
berharokat (bukan huruf mati) dan (‫ﻩ‬/‫ )ﻪ‬tersebut huruf
yang berharakat dan tidak disambungkan dengan huruf
berikutnya, dan tidak bertemu dengan hamzah yang
berharakat. Cara Membaca Mad Silah Qasirah Adalah
Dipanjangkan sampai satu 2 harokat ( dua ketukan).
• Pengertian Mad Silah Tawilah Adalah: mad yang terjadi
jika “ha dhamir” (kata ganti) bertemu huruf hamzah
yang berharokat dan huruf sebelum "ha dhamir"
tersebut juga berharokat. Cara Membaca Mad Silah
Tawilah Adalah Dipanjangkan 4 harokat (4 ketukan) atau
5 harokat (5 Ketukan).
Coba sebutkan hukum tajwid pada kalimat yang
digarisbawahi!

‫َو لَا َتْق َرُبوا الِّز َناۖ ِإَّنهُ َك اَن َفاِح َش ةً وََس اَء َس ِبيًلا‬
REFERENSI
• Buku Paket PAI Kemendikbud 2017
• https://almanhaj.or.id/2641-hukuman-untuk-
pezina.html

Anda mungkin juga menyukai