Anda di halaman 1dari 16

BUDAYA SOPAN SANTUN DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

Oleh : Diva Alifia Arumdipta

(Pembimbing) Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, ST. M. Ikom.

divaalifiar@gmail.com

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Jl. Hang Lekir I No. 8, Gelora, Jakarta Pusat, Indonesia

Abstrak

Perubahan sistem pendidikan dengan diterapkannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)


dilatarbelakangi adanya pandemi Covid – 19 selama 2 tahun terakhir. Penyebaran virus tersebut
menimbulkan era baru di dunia. Semua aktivitas di berbagai sektor menjadi terganggu. Segala
hal diupayakan untuk memutus mata rantai penularan dengan dilakukannya physical distancing
sebagai cara untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Selama masa pandemi Covid-19, pola
pembelajaran yang semula dilakukan tatap muka secara langsung terpaksa dialihkan menjadi
pembelajaran secara daring di sekolah maupun perguruan tinggi. Dalam proses pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh atau yang kemudian disingkat PJJ ini, interaksi antara mahasiswa dan
dosen dilakukan secara daring. Pembelajaran secara daring dilakukan melalui platform online.

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) termasuk salah satu kampus yang
menerapkan kegiatan perkuliahan secara daring. Proses perkuliahan pun dilakukan melalui
Microsoft Teams, Google Meet maupun Zoom. Dengan memanfaatkan teknologi sebaik
mungkin diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dilakukan secara efektif di masa
pandemi ini. Dalam pembelajaran jarak jauh, pola komunikasinya tentu tidak bisa disamakan
dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini disebabkan ada media yang memisahkannya. Mulai
dari aturan berperilaku, pengolahan kata, dan tata bahasa yang disampaikan dalam
pembelajaran jarak jauh tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka.
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos. Secara umum, artinya kebiasaan
atau kehendak baik yang bersifat tetap. Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau
kebaikan dari tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun
kelompok. Dalam melaksanakan kegiatan belajar tentunya ada etika yang harus dijaga oleh
setiap mahasiswa agar kegiatan perkuliahan berjalan dengan kondusif ketika pembelajaran
jarak jauh berlangsung. Sementara itu, komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok seperti halnya di kelas. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Budaya Sopan Santun dalam
Pembelajaran Jarak Jauh di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik


wawancara. Narasumber yang terlibat yaitu dosen serta mahasiswa dari Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama). Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah effective intercultural
workgroup communication theory. Pada dasarnya, teori ini berfokus kepada kelompok dengan
anggota yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesopanan mahasiswa, seberapa penting rasa sopan santun dalam PJJ, serta
bagaimana cara mengimplementasikan budaya sopan santun dalam PJJ. Hasil dari penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya untuk memahami serta menerapkan budaya sopan
santun dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dengan itu, terbentuklah karakter yang baik
sehingga proses pembelajaran pun akan berlangsung dengan efektif.

Kata kunci : covid – 19, etika, budaya, sopan santun, pembelajaran jarak jauh (PJJ)
Abstract

The change in the education system with the implementation of Distance Learning was
motivated by the Covid-19 pandemic for the last 2 years. The spread of the virus created a new
era in the world. All activities in various sectors are disrupted. Everything is being done to
break the chain of transmission by doing physical distancing as a way to stop the spread of
Covid-19. During the Covid-19 pandemic, the pattern of learning that was originally carried
out face-to-face had to be shifted to online learning at schools and universities. In the process
of implementing distance learning, interactions between students and lecturers are carried out
online. Online learning is done through an online platform.

University of Prof. Dr. Moestopo (Beragama) is one of the campuses that implements
online lecture activities. The lecture process is also carried out through Microsoft Teams,
Google Meet and Zoom. By utilizing technology as well as possible, it is hoped that it can help
the learning process be carried out effectively during this pandemic. In distance learning, the
communication pattern certainly cannot be equated with face-to-face learning. This is because
there is a medium that separates them. Starting from the rules of behavior, word processing,
and grammar delivered by distance learning is certainly different from face-to-face learning.

Ethics comes from the ancient Greek word ethos. In general, it means a permanent habit
or good will. Ethics is the concept of assessing the nature of the truth or goodness of social
action based on the traditions possessed by individuals and groups. In carrying out learning
activities, of course, there are ethics that must be maintained by every student so that lecture
activities run conducive when distance learning takes place. Meanwhile, group communication
is communication that takes place between several people in a group as well as in class.
Therefore, the authors are interested in conducting research with the title “Culture of Politeness
in Distance Learning at Prof. University. Dr. Moestopo (Beragama)".

This study uses a qualitative method. Data were collected by interview technique. The
resource persons involved were lecturers and students from Prof. University. Dr. Moestopo
(Beragama). In this study, the theory used is effective intercultural workgroup communication
theory. Basically, this theory focuses on groups with members from different cultural
backgrounds. This study aims to determine the level of politeness of students, how important
is the sense of courtesy in distance learning, and how to implement a culture of courtesy in
distance learning. The results of this study can be concluded that it is important to understand
and apply the culture of courtesy in distance learning. With that, good character is formed so
that the learning process will take place effectively.

Keywords: covid-19, ethics, culture, manners, distance learning


PENDAHULUAN

Permasalahan yang menjadi topik utama dunia pada tahun 2020 adalah Covid-19.
Penyebaran virus tersebut menimbulkan era baru di dunia. Semua aktivitas di berbagai sektor
menjadi terganggu. Segala hal diupayakan untuk memutus mata rantai penularan dengan
dilakukannya physical distancing sebagai cara untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Tentunya hal ini berdampak pada bidang pendidikan yang mengalami perubahan metode
dalam pembelajaran sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus ini, pemerintah
menerapkan aturan pembelajaran jarak jauh. Selama masa pandemi Covid-19, pola
pembelajaran yang semula dilakukan tatap muka secara langsung terpaksa dialihkan menjadi
pembelajaran secara daring di sekolah maupun perguruan tinggi. Dalam proses pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh atau yang kemudian disingkat PJJ ini, interaksi antara mahasiswa dan
dosen dilakukan secara daring. Pembelajaran secara daring dilakukan melalui platform online.
Ketika pembelajaran daring dilaksanakan berbeda halnya seperti pembelajaran biasa di kelas.

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) termasuk salah satu kampus yang
menerapkan kegiatan perkuliahan secara daring. Proses perkuliahan pun dilakukan melalui
Microsoft Teams, Google Meet maupun Zoom. Dengan memanfaatkan teknologi sebaik
mungkin diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dilakukan secara efektif di masa
pandemi ini. Dalam pembelajaran jarak jauh, pola komunikasinya tentu tidak bisa disamakan
dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini disebabkan ada media yang memisahkannya. Mulai
dari aturan berperilaku, pengolahan kata, dan tata bahasa yang disampaikan dalam
pembelajaran jarak jauh tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar tentunya ada etika yang harus dijaga oleh setiap mahasiswa agar kegiatan
perkuliahan berjalan dengan kondusif ketika pembelajaran jarak jauh berlangsung

Mahasiswa dan dosen dituntut untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang
baru ini. Tentu tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan hal ini. Faktanya masih ada
mahasiswa yang bingung menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Bahkan ada
beberapa dosen yang merasa sulit menggunakan metode baru ini dalam menyampaikan materi.
Intensitas interaksi antar dosen dan mahasiswa menjadi menurun dari biasanya. Dosen juga
kesulitan melihat tingkat pemahaman mahasiswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Dapat dilihat dari interaksi yang terjadi, baik antar mahasiswa dengan mahasiswa lain
maupun dengan dosennya menjadi tidak optimal karena hanya terbatas pada hubungan secara
virtual dan tidak dapat berinteraksi di kehidupan nyata. Sedangkan menurut Aridarmaputri,
Akbar dan Yunairrahmah (2016) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan sosial
yang bersifat dinamis antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok lain yang dibutuhkan oleh manusia. Namun, sayangnya kebutuhan
ini tidak dapat dilakukan dengan normal seperti biasanya. Seperti halnya dalam kegiatan
pembelajaran banyak dikeluhkan oleh mahasiswa sebab ditemukan banyak permasalahan
selama mengikuti kelas online yang menganggu kegiatan pembelajaran menjadi tidak optimal.
Namun, tidak ada pilihan lain untuk menjalankan proses pembelajaran selain via online
dikarenakan situasi yang belum memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara tatap
muka.

Ketika pembelajaran daring dilaksanakan berbeda halnya seperti pembelajaran biasa di


kelas secara tatap muka. Dosen tidak dapat melihat langsung aktivitas mahasiswanya.
Sehingga, dosen juga tidak mengetahui bagaimana kondisi ataupun sikap mahasiswanya
selama pembelajaran berlangsung. Sopan santun sebenarnya sudah menjadi hal mendasar
yang wajib diterapkan dalam tiap pembelajaran untuk saling menghormati juga
menghargai antara mahasiswa dan dosen, termasuk juga dalam PJJ. Namun dalam
praktiknya, budaya sopan santun dalam PJJ ternyata tidak selalu diterapkan dengan baik. Ada
beberapa sikap kurang santun yang dilakukan ketika PJJ seperti tidur, bermain gawai
ketika kelas, tidak menyalakan kamera / mikrofon ketika diminta serta meninggalkan kelas
untuk melakukan aktivitas lainnya. Tidak diterapkannya budaya sopan santun dalam PJJ
ini dapat menimbulkan masalah. Selain pembelajaran menjadi tidak efektif, rasa respect dari
dosen ke mahasiswa pun bisa berkurang. Contohnya ketika dosen berbicara dan tidak ada yang
menanggapi maka bisa saja dosen tersebut tersinggung dengan sikap mahasiswanya.
Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh menurunkan nilai
kesopanan dalam keberlangsungan pembelajaran.

Etika

Dilansir dari Wikipedia, kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos.
Secara umum, artinya kebiasaan atau kehendak baik yang bersifat tetap. Etika adalah konsep
penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan etika melalui proses filsafat sehingga
etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang membentuk etika adalah moral. Etika
hanya mengatur tentang cara manusia dalam bertindak dan tidak memperhatikan kondisi fisik
dari manusia. Ruang lingkup etika meliputi analisis dan penerapan konsep mengenai
kebenaran, kesalahan, kebaikan, keburukan dan tanggung jawab. Pengelompokan etika secara
umum terdiri dari etika deskriptif, etika normatif, etika deontologi dan etika teleologi. Manfaat
dari etika adalah adanya pengendalian diri individu. yang dapat mempermudah pemenuhan
atas kepentingan kelompok sosial.

Etika kehidupan kampus adalah suatu pandangan tentang nilai-nilai, norma-norma,


moral yang merupakan peraturan disepakati bersama untuk mengatur tingkah laku warga
kampus (dosen, karyawan, mahasiswa) baik secara tertulis maupun tidak tertulis agar tidak
dapat digunakan sebagai pedoman dalam setiap tindakan di dalam maupun di luar kampus.

Isu etika dalam pembelajaran interaksi secara tatap muka akan mendapatkan umpan
balik secara langsung sehingga dapat melihat apakah seseorang berperilaku sesuai nilai atau
norma yang telah disepakati bersama. Sedangkan melalui media ada jarak yang menyebabkan
etika dan perilaku tidak terlihat secara nyata. Hal ini dikatakan sebagai psychological distance.

Budaya Sopan Santun

Budaya sopan santun adalah budaya yang sudah ada di Indonesia sejak dahulu kala.
Pada dasarnya, budaya ini tidak hanya ada di Indonesia. Sikap sopan santun merupakan sikap
yang dijunjung tinggi hampir di seluruh wilayah di dunia. Namun, terkhusus di Indonesia, sikap
sopan santun ini sudah menjadi budaya yang sudah diwariskan dari nenek moyang bangsa
Indonesia. Sebagai akibatnya, budaya sopan santun tersebut sangat penting untuk dilestarikan
dalam berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pembelajaran Jarak Jauh

Menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2003 pembelajaran merupakan proses


interaksi antara peserta didik dan pendidik dengan sumber belajar pada lingkungan belajar
(Pohan, 2020). Pembelajaran dilakukan guna memperoleh ilmu pengetahuan. Kegiatan
pembelajaran sudah umum dilakukan namun selama satu tahun kebelakang metode
pembelajaran yang dilakukan berbeda dengan sebelumnya. Memanfaatkan teknologi untuk
proses interaksi antara pengajar dan pelajar. Kegiatan pembelajaran ini disebut dengan
pembelajaran jarak jauh atau daring. Meidawati, dkk (dalam Pohan, 2020) menjelaskan bahwa
pembelajaran jarak jauh atau daring merupakan pendidikan formal yang diselenggarakan suatu
instansi pendidikan dengan tujuan menghubungkan peserta didik dengan instrukturnya dan
berbagai sumber daya yang terkait dalam kegiatan pembelajaran meskipun terpisah jarak
namun bisa berinteraksi menggunakan sistem telekomunikasi interaktif.

Pembelajaran jarak jauh sebagaimana kita ketahui pada prinsipnya adalah proses
pembelajaran dengan menggunakan media sebagai penyampai pesannya sehingga terjadi jarak
antara dosen, fasilitator atau tutor dengan para peserta didiknya. Oleh karena itu, interaksi yang
dilakukan bersifat komunikasi bermedia atau intermediated communication. Komunikasi tatap
muka dengan komunikasi bermedia sangat berbeda, hal ini dikarenakan tidak hadirnya secara
utuh tanda-tanda non verbal sebagaimana yang diungkapkan oleh Rice (1984) bahwa
komunikasi bermedia tidak bisa sepenuhnya menyertakan emosi atau hubungan personal dalam
interaksinya yang disebut komunikasi hyper-personal. Komunikasi Hyper Personal atau Hyper
Personal Communication adalah bagian dari komunikasi interpersonal yang dilakukan secara
virtual melalui dunia maya dan komunikator atau sumber mempunyai kebebasan untuk
menghasilkan, memperbaiki pesan yang ingin disampaikan. Namun, karakteristik komnikasi
online menyebabkan ketidakjelasan. Dikarenakan ketidakjelasan sering terjadi sehingga
munculnya rasa saling tidak mengenal maka membuat komunikasi tersebut tidak bersifat
personal. Dengan rasa tidak mengenal itulah, maka nilai-nilai atau norma budaya tidak selalu
diterapkan dengan baik dalam proses interaksi. Dalam proses pembelajaran biasanya
komunikasi terjadi secara top down atau dari atas ke bawah yaitu dosen ke mahasiswa. Hal ini
sifat peserta hanya berperan sebagai penerima. Ada juga metode yang bersifat horizontal
dimana interaksi dosen dan mahasiswa bersifat lebih sejajar. Hal ini ditandai dengan adanya
diskusi ataupun tukar pendapat antara dosen dengan mahasiswa. Interaksi ini tidak di dominasi
oleh dosen maupun tutor saja.

Atas dasar permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis menetapkan bahwa
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui tingkat kesopanan mahasiswa,
seberapa penting rasa sopan santun dalam PJJ, serta bagaimana cara mengimplementasikan
budaya sopan santun dalam PJJ di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dengan tersedianya banyak media ataupun wadah dalam mendukung pembelajaran


jarak jauh menjadi mudah untuk dilakukan. Namun, permasalahannya ada pada subjek atau
orang yang memanfaatkan perkembangan teknologi ini. Masalah utama pembelajaran secara
online ditemukan pada kurangnya penguasaan teknologi, jaringan yang tidak stabil,
pengeluaran yang biaya yang lebih besar, dan timbulnya masalah psikologis seperti stress dan
tidak fokus. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari Ibu Harti Yuwarti, Dra. M. Si selaku
salah satu dosen FIKOM Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) mengatakan bahwa
kendala jaringan maupun perangkat teknologi juga menjadi penyebab perkuliahan jarak jauh
menjadi sulit untuk dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu mahasiswa FIKOM Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) yaitu Audry Triani Noverana mengatakan bahwa menurutnya etika yang
seharusnya diterapkan ketika pembelajaran jarak jauh seperti saat ini adalah mematikan
microphone ketika tidak sedang berbicara di kelas untuk meminimalisir suara yang dapat
menganggu ketika pembelajaran sedang berlangsung, menyalakan kamera, serta menggunakan
bahasa yang baik dan sopan ketika berbicara di kelas.

Audry juga menambahkan bahwa penerapan budaya sopan santun ketika pembelajaran
jarak jauh di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) masih
belum maksimal dikarenakan beberapa mahasiswa yang hadir terlambat ketika kelas sudah
dimulai, tidak ada yang menyalakan kamera ketika dosen meminta, serta berbagai alasan teknis
yang menghambat proses pembelajaran di kelas. Pentingnya menerapkan budaya sopan santun
ketika pembelajaran jarak jauh juga didukung oleh pernyataan Audry bahwa sudah selayaknya
sebagai peserta didik mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan mempersiapkan diri dan
peralatan yang akan digunakan untuk menunjang perkuliahana agar berjalan dengan baik dan
adanya saling menghargai dan dihormati antar dosen maupun mahasiswa.

Pernyataan lainnya juga didukung oleh Rafid Ahmad Fauzi selaku salah satu
mahasiswa FIKOM Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Menurut Rafid, etika
pembelajaran jarak jauh yang semestinya diterapkan di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Prof. Dr. Moestopo (Beragama) adalah mengikuti dan menaati aturan dosen yang berlaku,
Misalnya, ketika dosen meminta mahasiswa untuk menyalakan kamera maka sebagai
mahasiswa harus menaati arahan tersebut. Hal lainnya juga seperti fokus memperhatikan
materi yang telah diberikan oleh dosen dengan tidak melakukan hal lain ketika dosen sedang
memberi materi dan hadir di kelas dengan tepat waktu.

Rafid juga menambahkan bahwa budaya sopan santun yang terjadi di FIKOM
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) adalah masih banyaknya mahasiswa yang kurang
memperhatikan dosen seperti adanya mahasiswa yang mengikuti kuliah sambil bekerja
maupun kegiatan lainnya. Hal ini juga turut menghambat proses penyerapan materi yang pada
akhirnya ketika dosen menanyakan pertanyaan tidak ada respon dari mahasiswa yang
bersangkutan. Sehingga, seharusnya terdapat sanksi yang diberikan oleh dosen kepada
mahasiswa yang masih suka mengabaikan hal-hal tersebut. Dari sisi mahasiswa sendiri juga
harus meningkatkan kesadaran individu bahwa pentingnya fokus disaat kuliah sedang
berlangsung.

Selain di Fakultas Ilmu Komunikasi, saya juga melakukan wawancara mengenai


budaya sopan santun pembelajaran jarak jauh dengan mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Berdasarkan wawancara dengan Nadhira Alifia selaku salah satu mahasiswa
FISIP Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) mengatakan bahwa etika sopan santun
ketika pembelajaran jarak jauh di FISIP adalah menyalakan kamera ketika dosen meminta,
menjawab pertanyaan saat dosen bertanya, hadir tepat waktu, tidak menghilang di tengah-
tengah kelas yang sedang berlangsung dan mengucapkan terima kasih setelah pembelajaran
berakhir. Namun, penerapan budaya sopan santun ketika pembelajaran jarak jauh seperti ini di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) belum
maksimal dikarenakan di kelas masih kerap terjadi mahasiswa menghilang di tengah-tengah
kelas sedang berlangsung, tidak hadir tepat waktu, tidak menyalakan kamera ketika dosen
meminta untuk menyalakan kamera, menitipkan absen kepada teman, dan banyaknya alasan
yang dibuat oleh mahasiswa itu sendiri. Nadhira juga menambahkan bahwa pentingnya
penerapan budaya sopan santun di masa pembelajaran jarak jauh seperti ini dikarenakan
menurutnya sikap itu adalah hal yang utama, terlebih di masa daring seperti ini mayoritas
belum pernah bertemu secara tatap muka baik mahasiswa maupun dosen. Dengan itu, kita harus
memberikan image yang baik dan penerapan sopan santun ini adalah bentuk menghargai dosen
yang telah mengajar dengan interaktif dan aktif

Selain FIKOM dan juga FISIP, saya melakukan wawancara dengan mahasiswa di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Berdasarkan
wawancara dengan Nila Widyaningtyas selaku salah satu mahasiswa FEB Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) mengatakan bahwa yang menjadi budaya sopan santun di FEB
adalah merespon percakapan dosen. Percakapannya dapat berupa pertanyaan mengenai
pembelajaran atau pertanyaan umum lainnya. Selain itu, menyalakan kamera juga termasuk
etika sopan santun karena dengan melakukan hal tersebut memicu timbulnya rasa menghargai
antara dosen maupun mahasiswa. Namun, penerapan sejauh ini belum maksimal dikarenakan
masih rendahnya kesadaran dari masing-masing individu yang belum mau melakukan hal
tersebut. Nila juga menambahkan bahwa pentingnya penerapan budaya sopan santun dalam
pembelajaran jarak jauh dikarenakan pada situasi saat ini merupakan kondisi yang terbatas
terlebih untuk bertemu satu sama lain maka dari itu budaya sopan santun ini tetap harus
dilaksanakan walaupun tidak dapat bertemu secara langsung baik dosen maupun mahasiswa.
Dengan menerapkan budaya sopan santun itu juga turut tidak melupakan penerapan budaya
sopan santun yang biasanya terjadi sehingga ketika keadaan akan kembali normal seperti
sediakala kita tidak akan kehilangan budaya sopan santun tersebut

Kaitan Komunikasi Kelompok dan Teori

Kelompok merupakan kumpulan orang dengan tujuan bersama yang saling


berinteraksidalam upaya pencapaian tujuan bersama, saling kenal, dan saling memandang
sebagai bagian darikelompok tersebut (Mulyana, 2005). Komunikasi kelompok adalah proses
pertukaran pesan yang berlangsung antara tiga orang atau lebih. Keanggotaan komunikasi
kelompok tidak memiliki batasan jumlah. Bisa terjadi antara tiga orang, dapat juga hingga tiga
puluh orang. Namun demikian, umumnya peserta dalam komunikasi kelompok tidak lebih dari
lima puluh orang (Rohim, 2009). Komunikasi kelompok merupakan proses menyamakan
makna dalam kelompok. Uraian tersebut didasari oleh eksistensi manusia dalam kelompok
(Hariadi, 2011) : motivasi, tujuan tertentu, interpendensi, dasar interaksi.

Dari definisi di atas ini berkaitan dengan studi kasus yang telah diuraikan bahwa para
mahasiswa yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh memiliki tujuan yang sama,
permasalahan yang sama dan juga mereka saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai
tujuan yang diinginkan.

Dalam uraian ini, teori komunikasi kelompok yang berkaitan adalah Effective
Intercultural Workgroup Communication Theory. Dalam teori ini, suatu kelompok dengan
keberagaman budaya (input) memiliki frekuensi berinteraksi yang menciptakan pengaruh pada
tiap anggota kelompok (process) dan menimbulkan hasil baik kepuasan / ketidakpuasan
(output). Keberagaman budaya terbagi menjadi beberapa bagian, namun yang berkaitan dengan
permasalahan diatas adalah individualism. Anggota kelompok dengan orientasi individualisme
merupakan individu yang cenderung memprioritaskan kepentingan pribadi dibandingkan
kepentingan kelompok. Biasanya individu dengan orientasi ini bergabung dengan kelompok
karena kepentingan tertentu. Sama halnya dengan kelompok belajar. Diperlukannya pertemuan
tatap muka agar pembelajaran menjadi optimal.

Teori ini relevan dengan permasalahan diatas dikarenakan berdasarkan hasil


wawancara dengan beberapa mahasiswa serta dosen di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) tercerminkan bahwa ketidakefektifan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama ini
dikarenakan pada masing-masing individu mempunyai latar belakang dan budaya sopan santun
yang berbeda sehingga perbedaan yang diciptakan selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
menghasilkan pengaruh yang menimbulkan ketidakpuasan bagi masing-masing individu.
Seperti halnya, salah satu orang tidak menjawab pertanyaan dosen yang menimbulkan dosen
menjadi marah kepada seluruh mahasiswa di kelas. Tidak dilaksanakannya Pertemuan Tatap
Muka (PTM) juga menjadi akibat kurang optimalnya pembelajaran selama ini.

Dalam proses pembelajaran jarak jauh, kita harus tetap memberikan rasa hormat
terhadap lawan bicara kita. Etika komunikasi yang baik ini adalah komponen utama dalam
sikap sopan santun. Dengan memiliki etika komunikasi yang baik, budaya sopan santun dapat
terlaksana dan pembelajaran jarak jauh dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya kesulitan
baik dari pihak dosen maupun mahasiswa tentu nilai kesopanan harus diterapkan sebagai
bentuk apresiasi dan rasa hormat antar satu sama lain dalam keberlangsungan Pembelajaran
Jarak Jauh di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Banyaknya kendala seperti jaringan
internet, kuota, dan kesadaran dari masing-masing individu menjadi salah satu faktor
penghambat implementasi budaya sopan santun tersebut belum maksimal.

Adanya keterbatasan baik jarak maupun teknologi memicu kurang efektifnya pembelajaran
jarak jauh. Akan tetapi, nilai-nilai kesopanan dapat diterapkan dengan cara berikut :

1. Menyalakan kamera / mikrofon jika diminta


2. Fokus mendengarkan materi yang dijelaskan dengan tidak melakukan aktivitas lain
3. Datang kelas tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas
4. Jika ada materi yang tidak dimengerti, dapat ditanyakan kepada dosen dengan kata-kata
yang baik dan sikap yang sopan
5. Jika dosen bertanya, hargailah dengan menjawab pertanyaannya sesuai dengan
kemampuan
6. Menghormati dan menghargai orang yang sedang berbicara di kelas
7. Menaati peraturan masing-masing dosen yang telah ditetapkan
PENUTUP

Kesimpulan

Dengan adanya wabah virus Covid – 19 inilah menjadi alasan mengapa segala aktivitas
dibatasi, perubahan sistem maupun aturan yang diterapkan. Hal ini juga berdampak pada sektor
pendidikan. Perubahan sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah guna menekan
angka penularan virus Covid – 19 di Indonesia serta menerapkan social distancing. Perubahan
sistem yang semula dilaksanakannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) menjadi Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) atau daring. Dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang
dilaksanakan selama pandemi Covid-19 ini, terdapat masalah-masalah baru yang muncul
dari sisi kesopanan mahasiswa dalam mengikuti kelas.

Banyak mahasiswa yang cenderung melakukan hal-hal yang melanggar norma


kesopanan, misalnya tidur saat kelas, bermain media sosial, meninggalkan kelas, tidak
mengikuti aturan yang diterapkan oleh masing-masing dosen dan sebagainya. Tingkat
kesopanan mahasiswa telah menurun dibanding saat pembelajaran offline dilakukan. Hal Ini
dikarenakan dalam Pembelajaran Jarak Jauh baik dosen ataupun mahasiswa tidak dapat
bertatap muka sehingga dosen tidak dapat memantau aktivitas mahasiswa. Sistem on-cam
pun tidak bisa diterapkan secara merata karena perbedaan kondisi internet pada setiap
mahasiswa. Banyak mahasiswa juga merasa pembelajaran jarak jauh ini kurang efektif, selain
dikarenakan banyak kendala teknis, penyampaian materi tidak dapat dilaksanakan secara
maksimal sehingga banyak mahasiswa yang merasa bosan dan sulit untuk berkonsentrasi saat
mengikuti pembelajaran. Hal ini juga menyebabkan mahasiswa yang bosan cenderung
melakukan hal-hal lain yang kurang sopan dilakukan saat kelas. Sopan santun yang telah
menjadi identitas kita sebagai bangsa Indonesia perlu dijaga. Dalam hal ini, solusi yang
dapat dilakukan adalah melalui kesadaran diri mahasiswa

Dalam hal ini, berkaitan dengan Effective Intercultural Workgroup Theory yang
dimana dalam suatu kelompok mempunyai anggota yang memiliki budaya yang berbeda-beda.
Sama halnya dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini yang terdiri dari perbedaan budaya
sopan santun di masing-masing mahasiswa. Anggota kelompok cenderung memprioritaskan
kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan kelompok.
Saran

Melalui tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan sopan santun
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan dapat
mengimplementasikannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Etika.

Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Etika pada 13 Desember 2021 pukul 10.00 WIB

Mei, E, Jihan, A, Safira, F, Aisyana, P, Cahaya, A, Bahrudin, I, Alifna, R. (2020). Budaya


Sopan Santun dalam Pembelajaran Jarak Jauh.

https://www.researchgate.net/publication/345310096_Budaya_Sopan_Santun_dalam_Pembel
ajaran_Jarak_Jauh Diakses pada hari Senin, 13 Desember 2021 pukul 11.00 WIB

Pohan, A. E. (2020). Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah. Penerbit


CV. SARNU UNTUNG.

https://edarxiv.org/n9ub2/ Diakses pada hari Selasa, 21 Desember 2021 pukul 21.45 WIB

Aridarmaputri, G. S., Akbar, S. N., & Yuniarrahmah, E. (2016). Pengaruh


jejaring sosial terhadap kebutuhan afiliasi remaja di program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Ecopsy.
https://edarxiv.org/n9ub2/ Diakses pada hari Selasa, 21 Desember 2021 pukul 21.45 WIB
Sediyaningsih (2017). Etika Komunikasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh.
http://repository.ut.ac.id/7213/1/fhisip2017-11.pdf Diakses pada hari Selasa, 21 Desember
2021 pukul 21.52 WIB
https://tambahpinter.com/teori-komunikasi-kelompok/ Diakses pada hari Selasa, 4 Januari
2022 pukul 22.29 WIB

Anda mungkin juga menyukai