37-Article Text-52-1-10-20190720 (Boraks)
37-Article Text-52-1-10-20190720 (Boraks)
1
Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Kristen Indonesia Tomohon
2
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Kristen Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Boraks merupakan salah satu zat pengawet berbahaya yang sering digunakan sebagai bahan
tambahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi melalui identifikasi ada
tidaknya kandungan zat pengawet boraks pada mie basah yang beredar di Supermarket dan Pasar
Tradisional di Kota Bitung. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 2 sampel di
supermarket dan 4 sampel diambil di tiap-tiap pasar tradisional. Identifikasi sampel dilakukan
dengan metode uji kualitatif yaitu metode uji warna menggunakan kertas tumerik dan metode tes kit
boraks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel mie basah yang dijual di supermarket
dan pasar tradisional di Kota Bitung tidak mengandung zat pengawet berbahaya boraks.
Kata Kunci : Boraks, Mie Basah, Kertas Tumerik, Tes Kit.
ABSTRACT
Borax is a dangerous preservative that is often used as a food additive. This research aims to get
information through collection that does not contain borax preservatives on wet noodles used in
Supermarkets and Traditional Markets in Bitung City. Sampling is done by taking 2 samples in the
supermarket and 4 samples taken at each traditional market. The identification of samples was
carried out by qualitative test methods, namely the color test method using tumeric paper and the
method of the borax kit test. The results showed that all samples of wet noodles sold in supermarkets
and traditional markets in Bitung City did not contain dangerous borax preservatives.
Key words : Borax, Wet noodles, Tumeric paper, Kit test.
36
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
Pada umumnya dalam pengelolaan basah yang dijual di Kota Manado seluruhnya
makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan positif mengandung boraks. Metode yang
produk makanan yang disukai dan berkualitas digunakan pada penelitian ini salah satunya yaitu
baik. Makanan tersaji harus tersedia dalam uji warna dengan menggunakan kertas Tumerik.
bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa yang Dari hasil yang didapat kelima sampel A, B, C,
enak, serta warna dan konsistensinya baik juga D dan E tersebut pada uji warna menggunakan
awet. Untuk mendapatkan makanan seperti yang kertas tumerik (kurkumin) menunjukan kertas
diinginkan maka pada proses pembuatannya berubah warna menjadi orange kemerahan, yang
sering dilakukan penambahan “Bahan artinya kelima sampel positif mengandung
Tambahan Pangan (BTP)” (Mudzkirah, 2016). boraks. Boraks dianggap berbahaya karena
Bahan Tambahan Pangan (BTP) ini memiliki efek racun pada sistem metabolisme
biasanya digunakan produsen makanan sebagai manusia, sebagaimana halnya zat-zat tambahan
pembantu dalam pengolahan pangan dengan makanan lain yang dapat merusak kesehatan
tujuan untuk memperbaiki karakter makanan manusia.
supaya kualitasnya meningkat. Bahan tambahan Berdasarkan temuan kasus tersebut di
pangan biasanya bukan merupakan komponen Kota Manado tidak menutup kemungkinan di
khas makanan, baik yang mempunyai nilai gizi wilayah Kota Bitung juga ada mie basah yang
atau tidak, yang sengaja di tambahkan ke dalam mengandung boraks. Oleh sebab itu, perlu untuk
makanan untuk mempengaruhi sifat khas melakukan penelitian kandungan zat pengawet
makanan tersebut. Bahan tambahan pangan ini berbahaya boraks pada mie basah yang beredar
merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan di Supermarket dan Pasar Tradisional di Kota
sebagai makanan pokok (Widyaningsih dan Bitung.
Murtini, 2006).
Penambahan bahan tambahan pangan METODE PENELITIAN
sebenarnya diperbolehkan, apabila bahan
tambahan tersebut dilegalkan dan tidak Waktu dan Tempat Penelitian
berbahaya bagi konsumen (masyarakat). Namun, Penelitian dilakukan pada bulan
banyak produsen ataupun penjual tidak November 2018 - Februari 2019 di
memahami dan tidak memperhatikan hal Laboratorium Analisis Farmasi Program Studi
tersebut, dengan sengaja menambahkan bahan- Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
bahan kimia berbahaya yang justru digunakan Pengetahuan Alam, Universitas Kristen
sebagai bahan tambahan pangan padahal tidak Indonesia Tomohon.
ditujukan untuk makanan contohnya yaitu
boraks, formalin, rhodamin B, methanil yellow
Alat dan Bahan Penelitian
dan lain sebagainya (Rohmawati, 2017). Alat
Pada beberapa jenis bahan kimia
Alat-alat yang digunakan yaitu mortar &
berbahaya tersebut yang paling sering digunakan
alu, tabung reaksi, pipet tetes, spatula, gunting,
secara bebas di masyarakat yaitu boraks.
cawan petri, krus porselen, gelas beaker, hot
Larangan penggunaan boraks sebagai bahan
plate dan timbangan analitik.
tambahan pangan diperjelas dengan adanya
Peraturan Menteri Kesehatan RI
Bahan
No.033/Menkes/Per/IV/2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan, BTP hanya boleh digunakan Bahan yang digunakan yaitu mie basah,
tidak melebihi batas maksimum penggunaan aquades, Na2B4O7 (Boraks), reagen test kit
dalam kategori pangan. Boraks (terdiri dari reagen boraks, standar
Penelitian yang dilakukan oleh Payu boraks tabung reaksi dan paper boraks), kunyit,
et al., (2014) ditemukan bahwa 5 sampel mie kertas saring, kertas, pulpen dan label.
37
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
38
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
Analisis Data
Analisis data yang diperoleh dari
penelitian ini disajikan secara deskriptif dalam Tabel 2. Hasil identifikasi kandungan boraks
bentuk tabel yang dijabarkan secara naratif, yaitu dengan metode uji warna dengan
menguraikan dan menjelaskan hasil dari proses kertas tumerik (kertas kurkumin)
pengamatan yang dilakukan secara kualitatif.
39
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
40
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
41
Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2019, 2 (1), 36-42 e-ISSN 2685-3167
Anonim. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan RI UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Diakses
No. 033/Menkes/Per/IV/2012. Tentang tanggal 14 februari 2019
Bahan Tambahan Pangan, Jakarta. Tumbel, M. 2010. Analisis Kandungan Boraks
Arifin, M., Wijaya, A.E., Kusumawardani, A.S., Dalam Mie Basah yang Beredar di Kota
Lutfatin, R.I., Astuti, E.D. 2012. Laporan Makasar. Jurnal Chemica. 11(1). 57- 64.
Akhir PKM-P Curcumax Reagen Praktis Widyaningsih, T.D dan E.S, Murtini. 2006.
Penguji Kandungan Boraks pada Bakso. Alternatif pengganti formalin Pada
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Produk pangan. Trubus Agriarana,
Astuti, E.D., dan W.S, Nugroho. 2017. Surabaya.
Kemampuan Reagen Curcumax
mendeteksi boraks dalam bakso yang
direbus. Jurnal SAIN VETENER. 35(1).
ISSN 2407-3733.
Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara, Jakarta.
Dolot, F., Fatimawali., dan N, Pelealu. 2016.
Analisis Boraks Pada Nugget Olahan yang
diproduksi di Kotamobagu. Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT. 5(4). ISSN 2302-
2493.
Fuad, N.R. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks
Pada Tahu Pasar Tradisional Di Daerah
Ciputat. 13– 19.
Ginting, J.P,S. 2016. Strip tes berbasis kurkumin
untuk deteksi boraks pada sampel
makanan. Skripsi. Universitas Jember,
Jember. Diakses 25 maret 2019
Mudzkirah, I. 2016. Identifikasi Zat Pengawet
Boraks dan Formalin pada Makanan
Jajanan di Kantin UIN Alaudin Makasar.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alaudin Makasar,
Makasar. Diakses tanggal 25 september
2018.
Nurhasanah. 2017. Identifikasi Penggunaan
Boraks Pada Mie Basah yang Dijual Oleh
Pedagang Pangsit DI KOTA KENDARI.
Politeknik kesehatan, Kendari. Di akses
tanggal 30 september 2018
Payu, M., J, Abidjulu., dan C, Gayatriningtyas.
2014. Analisis boraks pada mie basah
yang dijual di kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT. 3(2).
Rohmawati, W. 2017. Analisis Formalin pada
Mie Basah Secara Spektrofotometri Uv-
Vis. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
42