Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Ilmiah NERO Vol. xx No.

xx 2020

PENERAPAN KODE ETIK AKADEMIK TEHADAP SIVITAS AKADEMIKA


UNVERSITAS DARUSSALAM GONTOR DALAM MENANGGULANGI
PLAGIRISME PADA KARYA ILMIAH

Luky Vianika Sari

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sainstek, Universitas Darussalam Gontor


Email : lukyvianika@mhs.unida.gontor.ac.id
Corresponding author. Phone : +62 82115396420

Abstrak
Penerapan kode etik terhadap sivitas akademika merupakan tanggung jawab dari sebuah Insitusi pendidikan.
Upaya tersebut perlu dilakukan guna menanggulangi ketidakjujuran dosen maupun mahasiswa dalam menghasilkan
sebuah karya ilmiah. Mengakui karya orang lain merupakan tindakan plagirisme yang akan berdampak pada kerugian
diri sendiri dan orang lain, sebagaiman tertulis ptada UU No. 20 Tahun Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70 mengatur
tentang sanksi plagirisme. Dan salah satu sanski bagi seseorang yang melakukan tindak plagirisme adalah
pemberhentian tidak hormat dari status mahasiswa dan pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan..
Oleh sebab itu guna mencegah tindakan plagirisme pada karya ilmiah, maka perlu adanya kebijakan, arahan, dan
bimbingan bagi sivitas akademika dalam menerapakan kode etik disetiap penulisan karya ilmiah agar dapat
terciptanya manusia yang mandiri, jujur dan beradab.

Kata kunci: Kode etik, Karya Ilmiah, Plagirisme, Sivitas Akademika

1|N E R O

Jurnal Ilmiah NERO Vol. xx No. xx 2020


1. PENDAHULUAN
Di era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat, hal ini ditandai dengan hadirnya berbagai
teknologi yang memudahkan manusia dalam berbagai aktivitas sehari hari, salah satunya dibidang pendidikan.
Kemudahan dalam mendapatkan akses belajar, informasi, serta menarik minat untuk belajar menjadikan
pendidikan dan pengajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Namun, dibalik kemudahan yang
ditawarkan ada beberapa masalah yang terjadi di dunia pendidikan, yaitu kasus pelanggaran hak cipta atau
plagirisme pada karya ilmiah. Salah satu faktor terjadinya plagirisme adalah kurangnya pemahaman dari sivitas
akademika dalam penerapan kode etik pada sebuah karya pada penelitian. Untuk itu Universitas Darussalam
Gontor dengan mottonya “The Fountain of Wisdom” menjadikan adab dan akhlak sebagai dasar utama dalam
pembentukan karakter mahasiswa, dengan mendahulukan pendidikan karakter pada mahasiswa maka akan
menciptakan mahasiswa yang tidak hanya cerdas melainkan juga berakhlakul karimah. Tanpa adanya adab
dalam ilmu yang tercermin pada diri mahasiswa maka ditakutkan karya atau produk yang akan dihasilkan
adalah produk yang merusak umat. Contohnya saja kasus plagirisme pada karya ilmiah yang terjadi pada 3
dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang diduga menjiplak karya orang lain untuk mendapatkan
gelar guru besar, sehingga berakibat penurunan pangkat dari jabatan yang diatur pada peraturan pemerintah
No. 53 tahun 2010[1], dan kasus yang serupa juga menimpa Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof
Runtung Sitepu yang dilaporkan telah melakukan plagiat[2], dan juga kasus mahasiswa yang sering dijumpai
adalah menulis karya ilmiah dengan menyalin dan menggabungkan tulisan dari berbagai sumber artikel tanpa
dilakukanya prafarsa.
Oleh sebab itu, pentingnya pendidikan karakter dalam membenahi sebuah umat, terutama bagi
mahasiswa yang merupakan ujung tombak masa depan. Hal ini juga disinggung dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal. Pendidikan karakter tidak hanya sebatas menjadi orang yang baik
saja, melainakan berkaitan dengan penerapan norma hukun dan kode etik seseorang dilingkungannya.
Misalnya, penerapan kode etik akademik pada sivitas akademika dalam sebuah intusi pendidikan. Dengan
demikian perlu adanya penguatan karakter mahasiswa dalam mengkaji informasi literatur dengan memilih dan
mengidentifikasi sumber sumber informasi yang tepat serta terpecaya sehingga terhindar dari tindakan plagiat
ketika menuliskan ulang tulisan yang akan dibentuk. Di sisi lain, para pelaku plagiat sendiri merupakan sivitas
akademika yang tidak diragukan lagi keilmuanya, namun nyatanya mereka malah merasa bangga dan
mengganggap hal ini merupakan suatu yang lumrah. Jika hal ini terus berlanjut tanpa adanya penanggulangan
dari perguruan tinggi itu sendiri, maka akan menurunkan nilai integritas sebuah pendidikan. Maka, Perguruan
tinggi yang seharusnya menjadi wadah dalam menciptakan generasi bangsa yang cerdas dan bermanfaat bagi
masyarakat, malah beralih fungsi menjadi tempat untuk mendapatkan sebuah gelar saja.
Tujuan penulis pada penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang penerapan kode etik pada
sivitas akademika yang diterapkan pada Universitas Darussalam Gontor sehingga dapat menjadi acuan bagi
Insitusi perguruan tinggi di Indonesia dalam menanggulangi kasus plagirisme. Sebagaimana pak kyai Gontor
pernah berpesan ”Jadilah Ulama yang Intelek bukan Intelek yang Tahu Agama”. Perlu dipahami bahwasanya
yang dibutuhkan masyarakat bukanlah orang yang hanya pintar melainkan seorang yang cerdas dan berbudi
luhur. “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu bermanfaat bagi orang lain”. Tidak ada kemanfaatan bagi
seseorang jika berlaku tidak adil dan berbohong atas karya orang lain, tidak hanya merugikan orang lain, tetapi
juga merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi sebuah Perguruan Tinggi untuk
menerapkan kode etik akdemik dalam menanggulangi kasus plagiarisme pada sivitas akademika.

Karya Ilmiah merupakan hasil buah pikir seseorang yang melakukan studi kepustakaan, penelitian, dan
pengetahuan orang sebelumnya yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni[3].
2. DASAR TEORI
Kode Etik Akademik
Kode etik akademik adalah
Hak Cipta
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, Pasal 1
ayat 1 dinyatakan bahwa hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk dapat
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu tanpa mengurangi pembatasan
– pembatasan berdasarkan perundangan – perundangan yang berlaku. Sehingga tidak ada pihak lain yang boleh
melakukan kegiatan pengumuman atau memperbanyak karya cipta tanpa seizin pencipta apalagi kegiatan
tersebut bersifat komersil[4]. Maksud dari bersifat komersil adalah dengan memperbanyak karya dalam bentuk
eksploitasi karya cipta merupakan hak dari pencipta. Dalam Undang undang hak cipta menyatakan bahwasanya
hak cipta memiliki hak khusus kepada pencipta atau pemilik. Hak ini dihubungkan dengan pemahaman dan
pengakuan, serta penghormatan terhadap usaha dan jerih payah pencipta atas segala jerih payah dan
pengorbanan yang telah melahirkan suatu produk, karya dari sebuah ciptaan.
Dalam Undang – undang hak cipta Republik Indonesia Nomor 19 tentang Hak Cipta, mengenai karya
yang dilindungi hak ciptanya antara lain:
1. Buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain,
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis (alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau music dengan atau tanpa teks,
3. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime,
4. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, dan seni
patung, kolase, dan seni terapan,
5. Arsitektur, Peta, Seni Batik, Fotografi, Sinematografi,
6. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Oleh sebab itu, segala jenis karya cipta dengan memanfaatkan hasil karya orang lain dengan maksud
menjadikan sebuah keuntungan sendiri atau publik tanpa adanya perizinan dari pencipta karya tersebu, maka
hal itu dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Adapun usaha untuk mengikuti atau meniru karya orang
lain tanpa sepengetahuan dan izin dari orang yang bersangkutan maka dapat merusak integritas karya tersebut
dan bisa dikatorikan sebagai bentuk pelanggaran hak cipta.
Plagirisme
Plagirisme, dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari Bahasa Perancis, yang lebih dikenal
dibanding plagiarism. Plagirisme sendiri sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun
2010 tentang pencegahan dan penangg

Anda mungkin juga menyukai