Jurnal - Etika Profesi
Jurnal - Etika Profesi
xx 2020
Abstrak
Penerapan kode etik terhadap sivitas akademika merupakan tanggung jawab dari sebuah Insitusi pendidikan.
Upaya tersebut perlu dilakukan guna menanggulangi ketidakjujuran dosen maupun mahasiswa dalam menghasilkan
sebuah karya ilmiah. Mengakui karya orang lain merupakan tindakan plagirisme yang akan berdampak pada kerugian
diri sendiri dan orang lain, sebagaiman tertulis ptada UU No. 20 Tahun Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70 mengatur
tentang sanksi plagirisme. Dan salah satu sanski bagi seseorang yang melakukan tindak plagirisme adalah
pemberhentian tidak hormat dari status mahasiswa dan pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan..
Oleh sebab itu guna mencegah tindakan plagirisme pada karya ilmiah, maka perlu adanya kebijakan, arahan, dan
bimbingan bagi sivitas akademika dalam menerapakan kode etik disetiap penulisan karya ilmiah agar dapat
terciptanya manusia yang mandiri, jujur dan beradab.
1|N E R O
Karya Ilmiah merupakan hasil buah pikir seseorang yang melakukan studi kepustakaan, penelitian, dan
pengetahuan orang sebelumnya yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni[3].
2. DASAR TEORI
Kode Etik Akademik
Kode etik akademik adalah
Hak Cipta
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, Pasal 1
ayat 1 dinyatakan bahwa hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk dapat
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu tanpa mengurangi pembatasan
– pembatasan berdasarkan perundangan – perundangan yang berlaku. Sehingga tidak ada pihak lain yang boleh
melakukan kegiatan pengumuman atau memperbanyak karya cipta tanpa seizin pencipta apalagi kegiatan
tersebut bersifat komersil[4]. Maksud dari bersifat komersil adalah dengan memperbanyak karya dalam bentuk
eksploitasi karya cipta merupakan hak dari pencipta. Dalam Undang undang hak cipta menyatakan bahwasanya
hak cipta memiliki hak khusus kepada pencipta atau pemilik. Hak ini dihubungkan dengan pemahaman dan
pengakuan, serta penghormatan terhadap usaha dan jerih payah pencipta atas segala jerih payah dan
pengorbanan yang telah melahirkan suatu produk, karya dari sebuah ciptaan.
Dalam Undang – undang hak cipta Republik Indonesia Nomor 19 tentang Hak Cipta, mengenai karya
yang dilindungi hak ciptanya antara lain:
1. Buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain,
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis (alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau music dengan atau tanpa teks,
3. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime,
4. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, dan seni
patung, kolase, dan seni terapan,
5. Arsitektur, Peta, Seni Batik, Fotografi, Sinematografi,
6. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Oleh sebab itu, segala jenis karya cipta dengan memanfaatkan hasil karya orang lain dengan maksud
menjadikan sebuah keuntungan sendiri atau publik tanpa adanya perizinan dari pencipta karya tersebu, maka
hal itu dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Adapun usaha untuk mengikuti atau meniru karya orang
lain tanpa sepengetahuan dan izin dari orang yang bersangkutan maka dapat merusak integritas karya tersebut
dan bisa dikatorikan sebagai bentuk pelanggaran hak cipta.
Plagirisme
Plagirisme, dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari Bahasa Perancis, yang lebih dikenal
dibanding plagiarism. Plagirisme sendiri sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun
2010 tentang pencegahan dan penangg