Anda di halaman 1dari 2

NAMA : JOHNATAN RIVANDO ANTONI JEREMIA RANGKUTI

NRP : 5011221001

DEPARTEMEN : TEKNIK MATERIAL & METALURGI

PENTINGNYA PELATIHAN KARYA TULIS ILMIAH GUNA MENCEGAH


PLAGIARISME DALAM LINGKUNGAN CIVITAS ACADEMICA
Perguruan tinggi adalah bagian berasal sistem pendidikan nasional memiliki peran
strategis pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, serta budaya dan
membuat intelektual, ilmuwan, serta profesional. Pengetahuan tersebut digali, disebar,
dan terus dikembangkan di tempat tersebut. Oleh karena itu, sikap perguruan tinggi
inilah yang harus selalu menjadi landasan tugas utama seseorang. Dalam pengembangan
keilmuan di perguruan tinggi, etika akademik harus menjadi pedoman bagi setiap
warganya. Mengikuti prinsip seperti kejujuran, objektivitas, rasionalitas dan kepatuhan
terhadap nilai-nilai ilmiah adalah sebuah kewajiban. Hal ini sinkron menggunakan isi
UU nomor 12 Tahun 2012 Pasal lima bahwa pendidikan tinggi bertujuan membuat
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora supaya bermanfaat bagi kemajuan bangsa, dan kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia. salah satu bentuk pertanggungjawabannya
adalah menghasilkan karya tulis ilmiah. Sebuah karya tulis ilmiah memiliki peranan
serta kedudukan yang krusial. semenjak dimulainya perkuliahan hingga berakhirnya
masa studi, mahasiswa setidaknya pernah mendapatkan tugas berupa penulisan karya
ilmiah. Beberapa model di antaranya; makalah, esai, tinjauan buku/artikel ilmiah sampai
penulisan tugas akhir, skripsi, tesis, serta disertasi. Bila karya tulis memiliki peranan
penting, maka apa definisi dari karya tulis itu sendiri. Menurut Brotowidjoyo karya tulis
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar Arifni dalam Ramdan (2021). Sebuah karya
tulis ilmiah disebutkan wajib memiliki empat kondisi primer yaitu; ialah karya yang
menggunakan bahas tulis menjadi medianya, membahas konsep ilmu pengetahuan,
disusun secara sistematis, serta dituangkan dengan memakai bahasa yang sahih. Bahasa
yang sahih pada kalimat sebelumnya merujuk pada bahasa standar. Bila salah satu
kondisi tersebut tak terpenuhi, maka tulisan tersebut tidak bisa disebut sebagai karya
ilmiah Abidin dalam Ramdan (2021). mahasiswa menjadi bagian dari lingkungan
akademis tersebutsudah dibutuhkan untuk melakukan kegiatan menulis secara rutin
sehingga dapat melahirkan karya tulis baik karya tulis ilmiah seperti buku, jurnal dan
lain-lainmaupun karya tulis ilmiah populer seperti artikel. tulisan-tulisan yang berisi
informasi pengetahuan tersebut akan lebih cepat diterima oleh masyarakat dibandingkan
dengan hanya berbicara. tetapi kenyataannya seperti halnya dengan membaca, aktivitas
menulis dikalangan mahasiswa Indonesia belum membudaya. Hal tersebut nampak pada
kecenderungan, dimana mereka lebih suka berbicara daripada menulis. kini terdapat
banyak orator handal, pembicara serta motivator ulung namun tidak bisa membuat karya
tulis sehebat apa yang dibicarakan. ide-ide luarbiasanya hanya mampu diungkapkan
secara lisan namun tidak dalam tulisan. Akibatnya, ketenarannya pada berbicara tidak
bisa bertahan dalam waktu lama. Pergeseran waktu akan meneggelamkan kepopuleran
mereka serta digantikan dengan pembicara lainnya. sebaliknya, justru ada orang yg
berasal dari kalangan biasa-biasa saja serta bahkan jarang tampil sebagai pembicara
kemudian menjadi terkenal setelah masyarakat membaca tulisannya. Tulisan ilmiah
NAMA : JOHNATAN RIVANDO ANTONI JEREMIA RANGKUTI

NRP : 5011221001

DEPARTEMEN : TEKNIK MATERIAL & METALURGI

yang dihasilkan oleh seseorang menjadi pengikat inspirasi, gagasan, dan kreativitas
yang dimiliki oleh penulis. Sayangnya, aktifitas menulis yang tentu saja harus dibarengi
dengan kebiasaan membaca sudah menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa.
Sejatinya ketika menulis sebuah karya ilmiah, seseorang pasti akan banyak membaca
karya orang lain tentang hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan mereka tulis bisa
didapatkan dengan pengalaman pribadi maupun yang ditulis sebagai karya ilmiah
sendiri (Mahfud MD, 1999 : 32). Akan tetapi di samping hal tersebut, masih banyak
juga civitas academica yang masih melakukan banyak kecurangan dalam membuat
sebuah karya tulis. Contoh hal simpelnya ialah mencuri gagasan dari penulis, ya sebuah
pelanggaran etika akademik. Etika berakademik yang merupakan dasar dan panduan
bagi civitas academica sebuah kampus guna menciptakan individu yang berkualitas.
Bukan hanya permasalahan etika yang menjadi pokok permasalahan bagi para
mahasiswa, dosen, para pimpinan, dan tendik. Plagiarisme dan pelanggaran hak cipta
juga kerap menjadi sebuah problematika yang cukup serius. Menurut Brotowidjojo,
plagiarisme merupakan pembajakan berupa fakta, penjelasan, ungkapan, dan kalimat
orang lain secara tidak sah. Menurut Undang-Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002
dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta
atau penerimaan hak untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-perundang yang berlaku” Ada beberapa cara atau
perangkat agar suatu karya ilmiah yang kita buat tidak terkena pelanggaran atau
plagiarisme. Rahasia umum yang sering dipakai para penulis adalah memparafrasekan
sebuah kalimat agar tidak berpotensi melakukan plagiarisme dengan tetap
mencantumkan sitasi. Yang kedua bisa menggunakan beberapa aplikasi software anti
plagiarisme dengan menunjukkan hasil berapa persen tingkat kemiripan yang
ditemukan. Yang terakhir dan tak kalah penting adalah pengakuan terhadap karya orang
lain, biasanya pada penulisan daftar pustaka, wajib dengan format yang tepat. Oleh
karena itu, Dengan teknologi yang semakin maju, maka kita semakin mudah dalam
melakukan sebuah tindakan yang tidak menunjukan moralitas sebagai mahasiswa
ataupun akademisi. Sikap ilmiah yang bermoral diharapkan tidak pudar sedikitpun
dalam melakukan berbagai aktivitas keilmiahan, walaupun distraksi dan godaan sangat
besar dikarenakan tuntutan zaman yang semakin maju. Berdasarkan fakta dan
penjelasan di atas maka, hubungan antara etika akademik, moral, karya tulis ilmiah, dan
hak cipta semuanya harus memiliki fundamental yang sama yaitu kejujuran dan
tanggung jawab, agar kasus plagiarisme tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai