Anda di halaman 1dari 268

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

DINAS PEKERJAAN UMUM


Jalan Urdu Nomor : 02 Telp. (0372) 81503 Fax. (0372) 81503 Taliwang

LAPORAN AKHIR

MASTER PLAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TAHUN ANGGARAN 2016


DAFTAR ISI
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1-1
1.2 Maksud dan Tujuan 1-2
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan 1-3
1.4 Keluaran 1-4
1.5 Pelaporan 1-5
BAB II Dasar-dasar Sistem Pengelolaan Sampah
2.1 Pendahuluan 2-1
2.2 Pendekatan Sistem Pengelolaan Persampahan 2-2
2.2.1 Beberapa Prinsip dan Pertimbangan 2-2
2.3 Aspek Pengelolaan Sampah 2-3
2.3.1 Aspek Teknis Operasi 2-3
2.3.2 Aspek Institusi & Manajemen 2-8
2.3.3 Aspek Pembiayaan 2-10
2.3.4 Aspek Peraturan 2-11
2.3.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan 2-12
2.4 Dampak Pencemaran
2.4.1 Potensi Dampak 2-13
2.4.2 Resiko Lingkungan 2-17
BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi
3.1 Kondisi Fisik Dasar 3-1
3.2 Wilayah Administratif 3-5
3.3 Kependudukan 3-6
3.4 Kondisi Prasarana Kota 3-8
BAB IV Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan
4.1 Pendekatan Pengamanan Pekerjaan 4-1
4.1.1 Persoalaan Pengelolaan Sampah 4-1
4.1.2 Paradidma Baru Pemerintah Indonesia 4-2
4.2 Pendekatan Kebijakan 4-3
4.3 Pendekatan Kelembagaan 4-3
4.4 Pendekatan Teknis 4-4
4.4.1 Daerah Study 4-4
4.4.2 Pengelolaan Persampahan 4-6
4.5 Metodologi Pelaksanaan 4-25
BAB V Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
5.1 Umum 5-1
5.1.1 Proyeksi Jumlah Penduduk 5-1
5.1.2 Timbulan dan Tingkat Pelayanan Sampah 5-2
5.1.3 Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah 5-4
5.1.4 Pembiayaan 5-5
5.1.5 Retribusi Sampah 5-6
BAB VI Kebijakan, Strategi dan Rencana
6.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah 6-1
6.1.1 Visi dan Misi 6-1
6.1.2 Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah 6-7
6.2 Rencana Pengembangan Sitem Pengelolaan Sampah 6-20
6.2.1 Teknis – Teknologi 6-20
6.2.2 Pengaturan 6-49
6.2.3 Kelembagaan 6-50
6.2.4 Keuangan 6-55
6.2.5 Peran Serta Masyarakat/Swasta/Dunia Pendidikan 6-56
BAB VII Rencana Program Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah
7.1 Rencana Program Teknis-Teknologis 7-1
7.1.1 Pemilihan/Pewadahan 7-4
7.1.2 Pengumpulan 7-9
7.1.3 Pengankutan 7-10
7.1.4 Pengolahan 7-13
7.1.4 Pemrosesan Akhir 7-13
7.2 Rencana Program Pengaturan 7-22
7.3 Rencana Program Kelembagaan 7-23
7.3 Rencana Program Keuangan 7-37
7.3 Rencana Program Peran Serta Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi 7-42
7.3 Memorandum Program 7-43
BAB VIII Kelayakan Program Kerja Jangka Pendek dan Menengah
8.1 Persyaratan Teknis 8-1
8.1.1 Kriteria Kelayakan Teknis 8-1
8.1.1 Kriteria Kelayakan Ekonomi 8-17
8.2 Persyaratan Non Teknis 8-18
8.2.1 Lingkungan 8-18
8.2.2 Sosial 8-19
8.2.3 Hukum 8-20
8.2.4 Kelembagaan 8-21
8.3 Kebijakan Penetapan Kelayakan 8-22
8.3.1 Konsolidasi Kriteria Kelayakan Teknis 8-25
8.3.2 Konsolidasi Persyaratan Non Teknis 8-27
8.3.3 Penetapan Kelayakan 8-30
8.4 Justifikasi Teknis 8-32
8.4.1 Perencanaan Pengumpulan dan Pengangkutan 8-33
8.4.2 Perencanaan Infrastruktur TPS 3 R 8-36
8.4.3 Perencanaan Infrastruktur TPST, SPA, FPSA dan TPA 8-38
8.4.4 Rekapitulasi Hasil Justifikasi Teknis 8-39
8.5 Analisis Kelayakan Keuangan 8-41
8.5.1 Perkiraan Biaya Operasi dan Pemeliharaan 8-44
8.5.1 Perkiraan Pembiayaan dan Penerimaan Uang 8-46
8.5.1 Perhitungan Kelayakan Eknomi (CBA/Cost Benefit, NPB/Net Present 8-49
Benefit, EIRR)
8.6 Analisis Kajian Lingkungan 8-51
8.6.1 Dokumen Kajian Lingkunan 8-51
8.6.2 Proyek yang Perlu Kajian Lingkungan 8-53
8.6.3 Rekapitulasi Kajian Lingkungan 8-55
8.7 Analisis Kajian Sosial 8-55
8.7.1 Analisis Kondisi Sosial Eksisting 8-55
8.7.2 Analisis Kondisi Saat Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan 8-56
Evaluasi
8.73 Rekapitulasi Kelayakan Sosial 8-56
8.8 Analisis Kajian Hukum 8-57
8.8.1 Analisis Produk Pengaturan Eksisting 8-57
8.8.2 Analisis Kebutuhan Produk Pengaturan 8-57
8.8.3 Rekapitulasi Kelayakan Pengaturan 8-58
8.9 Analisis Kajian Kelembagaan 8-58
8.9.1 Kelembagaan Regulator 8-58
8.9.2 Kelembagaan Operator 8-59
8.9.3 Kelembagaan Kelompok Swadaya Masyarakat 8-59
8.9.4 Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta 8-60
8.9.5 Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi 8-61
8.9.6 Sumber Daya Manusia 8-66
8.9.7 Rekapitulasi Kajian Kelembagaan 8-67
8.9.8 Rekapitulasi Kelayakan Program Jangka Pendek dan Menengah 8-68
8.9.9 Rencana Pertahapan Pelaksanaan 8-69
8.9.10 Rencana Sosialisasi Dokumen PTMP 8-71
8.9.11 Tahapan Legalisasi PTMP 8-72
BAB XI Kesimpulan dan Rekomendasi 9-1
9.1 Persyaratan Teknis 9-1
9.2 Rekomendasi 9-4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Timbulan & Komposisi Sampah Berbagai Negara 2-3


Tabel 3.1 Luas Kecamatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016 3-2
Tabel 3.2 Luas Lahan Menurut Penggunaan
Tabel 3.3 Curah Hujan Per-Bulan Menurut Stasiun Pencatatan di Kabupaten 3-3
Sumbawa Barat Tahun 2014
Tabel 3.4 Luas Kemiringan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2014 3-4
Tabel 3.5 Distribusi dan Banyaknya Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten 3-5
Sumbawa Barat Tahun 2014
Tabel 3.6 Banyaknya Rumahtangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jinis 3-7
Kelamin di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014
Tabel 3.7 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 3-7
2014
Tabel 3.8 Banyaknya Pelanggan, Pemakai dan Nilai Air Pada PDAM Sumbawa 3-9
Barat 2004-2014
Tabel 3.9 Perkembangan Produksi Listrik PT.PLN (Persero) Wilayah XI Cab. 3-9
Sumbawa Tahun 2014
Tabel 3.10 Status Konstruksi Jalan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014 3-10
Tabel 5.1 Proyeksi Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat 5-2
Tabel 5.2 Jumlah Pelayanan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat 5-3
Tabel 5.3 Daerah Pelayanan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 5-7
Tabel 6.1 Matriks Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah 6-17
Tabel 6.2 Data Kawasan Kota dan Desa per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa 6-20
Barat
Tabel 6.3 Matrik Rencana Sampah Kota Kabupaten Sumbawa Barat 6-22
Tabel 6.4 Matrik Rencana Sampah Desa Kabupaten Sumbawa Barat 6-25
Tabel 6.5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah 6-38
Tabel 6.6 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Timbulan Sampah di Kabupaten 6-40
Sumbawa Barat
Tabel 6.7 Komposisi Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat 6-43
Tabel 6.8 Karakteristik Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat 6-44
Tabel 6.9 Rencana Sarana Prasarana Pelayanan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 6-46
Tahun 2017 s/d 2036
Tabel 7.1 Jenis Pewadahan Berdasarkan Sumber Sampah 7-6
Tabel 7.2 Kebiasaan Praktek 3R 7-8
Tabel 7.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa 7-26
Barat
Tabel 7.4 Pembiayaan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat 7-38
Tabel 7.5 Komponen Biaya Investasi Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumabawa 7-39
Barat
Tabel 7.6 Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pengelolaan Sampah 7-40
Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 7.7 Biaya Investasi dan OP Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat (dengan 7-49
menerapkan program 3R)
Tabel 7.8 Biaya Investasi dan OP Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat (tanpa 7-41
menerapkan program 3R)
Tabel 8.1 Standar Kualitas Kompos 8-1
Tabel 8.2 Sarana dan Perasarana yang di Rencanakan 8-10
Tabel 8.3 Kebutuhan SDM Perencanaan Sistem Persampahan 8-17
Tabel 8.4 Ketentuan suatu Proyek Dinyatakan Layak/Tidak Layak 8-26
Tabel 8.5 Ketentuan Suatu Kajian Teknis Non Teknis Dinyatakan Layak/Tidak 8-31
Layak
Tabel 8.6 Biaya investasi Pemilihan/ Pewadahan 8-42
Tabel 8.7 Biaya investasi Pengumpulan 8-42
Tabel 8.8 Biaya investasi Pengangkutan 8-43
Tabel 8.9 Biaya investasi Pengolahan 8-43
Tabel 8.10 Biaya investasi Akhir 8-44
Tabel 8.11 O/P Pengumpulan 8-44
Tabel 8.12 O/P Pengangkutan 8-45
Tabel 8.13 O/P Pengolahan 8-45
Tabel 8.14 O/P Pemrosesan Akhir 8-46
Tabel 8.15 Sumber Dana APBN 8-47
Tabel 8.16 Sumber Dana APBD Provinsi 8-47
Tabel 8.17 Sumber Dana APBD Kab/Kota 8-48
Tabel 8.18 Sumber Dana dari Masyarakat 8-49
Tabel 8.19 Kelayakan Program Jangka Pendek dan Menengah 8-68
Tabel 8.20 Matrik Rencana Penanganan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 8-69
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Operasional Penanganan Sampah 2-6


Gambar 3.1 Wilayah Geografis Kabupaten Sumbawa Barat 3-1
Gambar 3.2 Grafik Luas Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat 3-2
Gambar 3.3 Grafik Luas Kemiringan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2014 3-4
Gambar 3.4 Batas Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat 3-6
Gambar 3.5 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Sumbawa per Kecamatan 3-8
Gambar 4.1 Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan 4-2
Gambar 4.2 Skema Kegiatan Operasional Persampahan 4-7
Gambar 4.3 Diagram Jenjang Pelayanan Masing-Masing Operasional Persampahan 4-15
Gambar 4.4 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 4-28
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pengelola Persampahan di Kabuopaten Sumbawa 5-5
Barat
Gambar 6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat 6-42
Gambar 6.2 Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 6-42
Gambar 6.3 Komposisi Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat 6-43
Gambar 7.1 Rencana Pola Penanganan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 7-3
Gambar 7.2 Pewadahan Sampah Ditandai dengan Pembebanan Warna 7-5
Gambar 7.3 Pola Pengangkutan Sampah 7-12
Gambar 7.4 Jalur Pengangkutan Sampah 7-12
Gambar 7.5 Sel Pembuangan Sampah 7-16
Gambar 7.6 Alat Berat Di TPA 7-17
Gambar 7.7 Perbandingan Kebutuhan Pengelolaan Sampah Jika Menerapkan 3R dan 7-21
Tanpa 3R
Gambar 7.9 Skenario Struktur Organisasi TPA Batu Putih 7-25
Gambar 7.10 Struktur Organisasi UPT 7-30
Gambar 7.11 Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah Skala Kawasan TPS 3R 7-35
Kecamatan
Gambar 7.12 Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah Skala Komunal 7-36
Gambar 8.1 Gambar Teknis Operasional Pengolahan Sampah 8-5
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan


terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang
selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan
adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang mejangkau kepada masyarakat
berpenghasilan menengah dan rendah.

Mengacu pada PERMEN PU No. 21/PRT/M/2006, tentang Kebijakan dan Strategi


Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan disingkat KSNP-SPP, pada pasal
2 disebutkan bahwa KSNP-SPP digunakan sebagai pedoman untuk pengaturan,
penyelenggaraan, dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah
lingkungan, baik ditingkat pusat, maupun daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat.

Sebagai penguatan sistem atas PERMEN PU No. 21/PRT/M/2006, maka ditetapkan


UU No. 18 tahun 2014 dimana pada sejumlah pasal secara deskripsi menguraikan dan
menegaskan sistem pengelolaan persampahan mulai dari hulu sampai pada hilir atau mulai
dari sumber penghasil sampah sampai pada tempat pemrosesan akhir.

Disamping sistem pengelolaan, juga dipertegas mengenai kewenangan pusat dan


daerah dalam urusan penanganan persampahan misalnya pusat bertanggung jawab pada
kegiatan hilir dan daerah bertanggung jawab pada pengelolaan di hulu.

Menurunnya kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak
lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era reformasi,
otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah di Indonesia.

PT GUMI ADIMIRA 1-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Adanya perubahan kebijakan arah pembangunan infrastruktur perkotaan, menguatnya ego


otonomi, menurunnya kapasitas pembiayaan daerah, menurunnya daya beli dan kepedulian
masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan merupakan pemicu terjadinya degradasi
kualitas lingkungan perkotaan termasuk masalah kebersihan kota.

Penurunan kinerja tersebut ditunjukkan oleh berbagai hal seperti menurunnya kapasitas
SDM karena banyaknya pergantian personil yang sebelumnya pernah terdidik dalam bidang
persampahan melalui program training atau capacity building, tidak jelasnya organisasi
pengelola sampah karena adanya perubahan kebijakan pola maksimal dan pola minimal suatu
Dinas, menurunnya alokasi APBD bagi pengelolaan sampah, menurunnya penerimaan
retribusi (secara nasional hanya dicapai 22 %), menurunnya tingkat pelayanan (tingkat
pelayanan dari data BPS tahun 2000 hanya 32 % yang sebelumnya pernah mencapai 50 %),
menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar menjadi open dumping dan timbulnya friksi
antar daerah / sosial, tidak adanya penerapan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan lain-lain.

Mengacu pada berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia serta
adanya tuntukan pemenuhan komitmen Internasional seperti Agenda 21 mengenai
pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA (3 R), Prinsip Dublin Rio, MDGs
(millenium development goals) mengenai peningkatan separo jumlah masyarakat yang belum
mendapatkan akses pelayanan pada tahun 2015, Kyoto Protocol mengenai mekanisme
pembangunan bersih (CDM) dan lain-lain, menuntut adanya suatu kebijakan nasional yang
tegas dan realistis yang dapat digunakan sebagai acuan bagi daerah dalam meningkatkan
sistem pengelolaan persampahan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakannya kegiatan tersebut adalah untuk menyediakan pedoman
Manajemen Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah agar arah pengelolaan persampahan
dilakukan secara terpola dan tersistem dengan baik termasuk standarisasi kelembagaan dan

PT GUMI ADIMIRA 1-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

SDM pengelola serta inovasi dan usaha-usaha yang mendukung peningkatan kelembagaan
dan SDM, termasuk peluang-peluang bisnis dalam pengelolaan persampahan.

1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan
meliputi :
a. Persiapan
1) Melakukan studi literatur atau review studi yang relevan
2) Membuat program kerja kegiatan secara keseluruhan
3) Menetapkan metode survey
4) Menyusun kuisioner untuk menjaring data
5) Menyusun jadual kerja dan kegiatan persiapan lain yang dibutuhkan
b. Pengumpulan Data
1) Data Primer
Melakukan survey lapangan tentang kondisi eksisting pengelolaan sampah
berkaitan dengan daerah pelayanan, timbulan sampah, komposisi dan karakteristik
sampah, kondisi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir, upaya 3R baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
pemerintah dan kemauan/kemampuan membayar retribusi serta pengumpulan data
lain yang relevan termasuk identifikasi lokasi TPA.
2) Data Sekunder
Melakukan survey ke instansi terkait mengenai kondisi kelembagaan yang
menanganani masalah persampahan (institusi, struktur organisasi, SDM dan tata
laksana kerja organisasi), kondisi pembiayaan (investasi, operasi pemeliharaan dan
retribusi) selama seditnya 3 tahun terakhir, dukungan peraturan yang dimiliki oleh
Kabupaten Sumbawa Barat berkaitan dengan pengelolaan persampahan dan program
penyuluhan yang ada, kondisi Kabupaten Lombok Timur (fisik kota, sosial ekonomi,
pendapatan masyarakat, fasilitas kota, daerah kumuh), rencana pengembangan kota
(tata guna lahan) serta pengumpulan data lain yang relevan.
3) Kompilasi dan Pengolahan Data
Mengelompokkan data kuantitatif dan kualitatif yang relevan dengan
perencanaan persampahan sebagai bahan analisis

PT GUMI ADIMIRA 1-3


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

4) Analisis
Melakukan analisis data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
meningkatkan pola pelayanan persampahan. Metode analisis dapat dilakukan secara
deskriptif, maupun metode lain.
5) Penyusunan Perencanaan
Master plan persampahan, meliputi :
- Proyeksi perkembangan penduduk
- Proyeksi volume sampah
- Pengembangan aspek institusi
- Pengembangan aspek teknis (kebutuhan prasarana dan sarana persampahan,
pewadahan, pegumpulan, pemindahan, pengolahan / 3R, pengangkutan dan
pembuangan akhir). Prasarana yang bersifat pengembangan fisik seperti prasarana
TPST, Transfer Depo, dll.
- Pengembangan aspek pembiayaan (kebutuhan biaya investasi selama kurun waktu
perencanaan, biaya operasi dan pemeliharaan per tahun serta perhitungan tarif
retribusi).
- Pengembangan aspek pengaturan (penyempurnaan perda termasuk untuk
kerjasama regional dan usulan penerapannya)
- Pengembangan aspek peran serta masyarakat (usulan program penyuluhan, pilot
project penanganan sampah berbasis masyarakat, pola pendidikan dan lain-lain)
6) Penyusunan laporan kegiatan

1.4 KELUARAN
a. Indikator Keluaran (kualitatif)
Tersedianya dokumen Perencanaan Teknis dan Manajemen Pengelolaan Persampahan
yang mencakup Teknis Operasional, Pengembangan Institusi, Pengembangan Aspek
Pembiayaan, Aspek peraturan, dan peranserta masyarakat/ swasta.
b. Keluaran (kuantitatif)
1 (satu) paket produk laporan Perencanaan Teknis, dan Manajemen Pengelolaan
Persampahan (Master Plan Persampahan) Kabupaten Sumbawa Barat.

PT GUMI ADIMIRA 1-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

1.5 PELAPORAN
Selama pelaksanaan kegiatan sesuai waktu kontrak yang ditetapkan, penyedia jasa
konsultansi Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat diwajibkan
untuk membuat dan menyampaikan produk laporan yang dibagi menjadi 4 (empat)
tahapan sebagai berikut:
1) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan diserahkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan ini berisikan materi-
materi pokok yang mencakup metode dan rencana kerja konsultan.
2) Laporan Interim
Laporan Interim diserahkan paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah
SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan ini berisikan Kondisi Umum
daerah perencanaan, data kondisi eksisting dan sistem pengelolaan persampahan yang
ada, kriteria dan konsep perencanaan, sajian data hasil survey, dan lain-lain.
3) Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir diserahkan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
kalender setelah SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan.
4) Laporan Akhir
Laporan akhir, berisikan seluruh hasil kegiatan Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat yang dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar yang
telah didiskusikan serta disetujui oleh tim teknis dan pihak terkait. Laporan akhir diserahkan
kepada pengguna jasa paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah penyerahan konsep
laporan akhir dan/atau 120 (seratus dua puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan.

PT GUMI ADIMIRA 1-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB II
DASAR-DASAR
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

2.1. PENDAHULUAN
Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani sampah yang dihasilkan
penduduknya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan masyarakat serta
menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Pada awalnya, pemukiman seperti
pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang masih sangat rendah. Secara alami tanah /
alam masih dapat mengatasi pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana (gali
urug). Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,
sampah tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari lingkungan
hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin perlu untuk dikelola secara
profesional.
Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak tekanan terutama akibat
semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun
konsumen. Hal ini menjadi semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama
pengelolaan yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan;
yang kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu; yang
bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak
terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak
mengikuti ketentuan teknis. Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada
rendahnya kuantitas dan kualitas pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan
lingkungan dalam pengelolaan; yang bila tidak segera dilakukan perbaikan akan berdampak
buruk terhadap kepercayaan dan kerjasama masyarakat yang sangat diperlukan untuk
menunjang pelayanan publik yang mensejahterakan masyarakat. Untuk dapat mengelola
sampah pemukiman atau kota yang sampahnya semakin banyak dengan masalah yang
kompleks, diperlukan adanya suatu system pengelolaan yang mencakup lembaga atau
institusi yang dilengkapi dengan peraturan, pembiayaan / pendanaan, peralatan penunjang

PT GUMI ADIMIRA 2-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

yang semuanya menjadikan suatu system, disamping kesadaran masyarakat yang cukup
tinggi.

2.2. PENDEKATAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


2.2.1. Beberapa Prinsip dan Pertimbangan
 Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional yang bertumpu pada proses
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir perlu diubah dengan
mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah. Pengurangan dan
pemanfaatan sampah secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan
sehingga sebaiknya dilakukan di semua tahap yang memungkinkan baik sejak di sumber,
TPS, Instalasi Pengolahan, dan TPA.
 Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak sumber akan memberikan dampak positif
paling menguntungkan yang berarti peran serta masyarakat perlu dijadikan target utama
 Sampah B3 rumah tangga perlu mendapat perhatian dalam penanganannya agar tidak
mengganggu lingkungan maupun kualitas sampah dalam pengolahan di hilirnya.
 Karakteristik sampah dengan kandungan organik tinggi (70-80 %) merupakan potensi
sumber bahan baku kompos sebagai soil conditioner dan energi (gas metan) melalui
proses dekomposisi secara anaerob
 Daur ulang oleh sektor informal sejauh memungkinkan diupayakan menjadi bagian dari
sistem pengelolaan sampah perkotaan
 Insinerator sebaiknya hanya dilakukan untuk kota-kota yang memiliki tingkat kesulitan
tinggi dalam penyediaan lokasi TPA dan memiliki karakteristik sampah yang sesuai,
serta menerapkan teknologi yang ramah lingkungan. Tempat Pembuangan Akhir
merupakan alternatif terakhir penanganan sampah mengingat potensi dampak negatif
yang tinggi. Pemanfaatan secara berulang sebaiknya diupayakan dengan memperhatikan
kualitas produk “kompos” yang dihasilkan.
Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan
sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan
pemukiman atau kota.

a. Penanganan Setempat
Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh

PT GUMI ADIMIRA 2-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara
lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan
masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.
b. Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan penanganan
sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota. Pengelolaan sampah
secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena cakupan berbagai aspek
yang terkait. Aspek – aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek
institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peran serta
masyarakat.

2.3. ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH


2.3.1. Aspek Teknis Operasional
1) Komposisi Sampah
Komposisi fisik sampah mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah
yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam dan lain-lain.
Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang dan pembuatan kompos serta
kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi alternatif.
Sebagai gambaran pada umumnya negara-negara berkembang memiliki komposisi
organik yang lebih tinggi dari negara dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Komosisi
sampah di Indonesia rata-rata mengandung organik yang cukup tinggi (70 – 80 %) dan
anorganik 20 – 30 %
Tabel 2.1. Timbulan & komposisi sampah berbagai negara
No Negara Timbulan (kg/cap) Organik (%) Kertas (%) Plastik (%)
1 Thailand 0.65 46 20 21
2 Vietnam 0.7 55
3 Malaysia 0.76 48 30 9.8
4 Indonesia 0.6 60 2 2
5 Asia (rata2) 0.42 75 2 1
6 Eropa (rata2) 0.72 25.4 28.7 4.6
7 Japan 1.12 11.7 38.5 11.9
8 USA 1.97 12 43 5
Sumber : B.G. Yeoh, Municipal Solid Waste Generation and Composition, Asean Committee On Science &
Technology, Sub Committee On Non Conventional Energy Research, 2006

PT GUMI ADIMIRA 2-3


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

2) Karakteristik Sampah
Data mengenai karakteristik kimia sampah dapat dilakukan dengan cara analisa di
laboratorium. Data ini erat kaitannya dengan komposisi fisiknya, apabila komposisi
organiknya tinggi, maka biasanya kandungan airnya tinggi, nilai kalornya rendah, kadar
abunya rendah, berat jenisnya tinggi. Karakteristik sampah di Indonesia rata-rata memiliki
kadar air 60 %, nilai kalor 1000 – 1300 k.cal/kg, kadar abu 10 – 11 % dan berat jenis 250
kg/m3.Data ini penting dalam menentukan pertimbangan dalam memilih alternatif
pengolahan sampah dengan cara pembakaran (insinerator). Sebagai contoh sampah yang
memiliki kadar air tinggi (> 55 %), nilai kalor rendah (< 1300 kcal / kg), berat jenis tinggi (>
200 kg / m3) tidak layak untuk dibakar dengan insinerator.

3) Sumber Sampah
Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan, yaitu :
 Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan
 Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial
 Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum
 Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial
Klasifikasi kategori sumber sampah tersebut pada dasarnya juga dapat menggambarkan
klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk menilai tingkat
kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan menentukan pola subsidi
silang.
Daerah Perumahan (rumah tangga)
Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :
 Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)
 Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)
 Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh (Low income / slum
area)
Daerah komersial
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan dan lain-lain.
Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan hotel restauran bioskop salon
kecantikan industri dan lain-lain
Fasilitas umum

PT GUMI ADIMIRA 2-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Fasilitas umum merupakan sarana / prasarana perkotaan yang dipergunakan untuk


kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini adalah
perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung olah raga, museum, taman, jalan,
saluran / sungai dan lain-lain.
Fasilitas sosial
Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untuk
kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi panti-panti sosial
(rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah (mesjid, gereja pura, dan lain-
lain)
Sumber lain
Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi jenis sumber-
sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau peruntukan tata guna
lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari tempat pemotongan hewan atau
limbah pertanian ataupun buangan dari instalasi pengolahan air limbah (sludge), dengan
catatan bahwa sampah atau limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukan kategori
sampah B3.

4) Pola Operasional
Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir (Gambar 2.1.)

PT GUMI ADIMIRA 2-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 2.1. Diagram Operasional Penanganan Sampah

Pewadahan
 Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampah sendiri
sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola dan atau
swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan operasionalnya,
tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah untuk
sampah basah dan sampah kering
 Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali
sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari
Pengumpulan
 Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan alat
angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan lahan
cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah
teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur)
 Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol, pusat
perdagangan, taman kota dan lain-lain.
Pemindahan
 Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk) dilakukan di
trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan.

PT GUMI ADIMIRA 2-6


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Lokasi pemindahan haru dekat dengan daerah pelayanan atau radius  500 m.
 Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih
besar dari 25 km.
Pengangkutan
 Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah pelayanan
tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika dengan
memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa
 Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time motion
study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.
 Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat
 Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan
kemampuan pemeliharaan
Pengolahan
 Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus
dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan
 Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin), pemanfaatan
gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas metan TPA (landfill
gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant mechanism) karena secara
significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim
global.
 Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota dan
skala regional.
 Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana, SDM
dan kemudahan operasional
Pembuangan akhir
 Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari lingkungan, maka
jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan terdekat > 500 m, ke airport
1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet). Selain itu muka air

PT GUMI ADIMIRA 2-7


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K < 10-6 cm/det.
 Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill (untuk
kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar dan metropolitan)
dengan “sistem sel”
 Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase keliling
dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone)
 Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar kedap
air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring atau landfill
gas extraction untuk mngurangi emisi gas.
 Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer, excavator,
loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup
 Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkala dengan
ketebalan 20 - 30 cm
 Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidak dapat
dilakukan secara harian
 Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan bekas TPA
 Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah ditutup
terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi sampah menjadi
gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah penutupan TPA
 Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan membutuhkan
tenaga terdidik yang memadai
 Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan terbuka hijau.

2.3.2. Aspek Institusi & manajemen


Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial perekonomian suatu kota, kompleksitas
permasalahan sampahpun akan meningkat, seperti meningkatnya produksi sampah dari tahun
ke tahun, menurunnya kualitas lingkungan perkotaan karena penanganan sampah yang
kurang memadai, kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan yang terus meningkat tanpa
diimbangi dengan penerimaan retribusi yang memadai, kesulitan mendapatkan lahan TPA,
teknis pengoperasian prasarana dan sarana persampahan yang juga memadai dan lain-lain
Keandalan institusi pengelola adalah hal penting dalam mengatasi permasalahan
tersebut di atas. Dengan demikian maka institusi pengelola persampahan merupakan kunci
pokok dalam suatu sistem pengelolaan persampahan, karena melalui aspek ini aktifitas

PT GUMI ADIMIRA 2-8


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pengelolaan dapat diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi pengelola sampah tersebut mempunyai tugas tidak hanya memberikan
pelayanan kebersihan kota saja, tetapi juga mampu mengembangkan kapasitas dan potensi
yang ada dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat.
Hal-hal yang mempengaruhi kebutuhan akan bentuk institusi yang mengelola persampahan
suatu kota adalah kategori kota, status kota dan jumlah penduduk. Makin besar suatu kota
maka besaran produksi sampah yang harus dikelola akan makin banyak sehingga kebutuhan
akan sarana prasarana persampahanpun akan meningkat. Kebutuhan dana otomatis juga
meningkat sejalan dengan itu. Kompleksitas permasalahan akan semakin besar apabila tidak
diimbangi dengan profesionalisme penanganan sampah.
Mengacu pada kebijaksanaan dan strategi nasional pembangunan bidang persampahan
serta ketentuan kelembagaan yang ada, yaitu Kepmendagri No. 80/1994, bahwa institusi
pengelola persampahan untuk kota metropolitan dan kota besar pada prinsipnya diarahkan
menjadi Perusahaan Daerah Kebersihan atau Dinas Kebersihan Pola Maksimal atau Dinas
Kebersihan Pola Minimal atau Suku Dinas Kebersihan (Pola Maksimal) atau Suku Dinas
Pekerjaan Umum (Pola Minimal).
Aspek Institusi & manajemen meliputi :
a) Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana persampahan dapat dilakukan secara
sendiri atau terpadu oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Swasta dan masyarakat
b) Bentuk institusi dan struktur organisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, secara
umum bentuk institusi yang ada adalah perusahaan daerah kebersihan (PDK), dinas
kebersihan (DK), dinas kebersihan dan pertamanan (DKP), seksi kebersihan dan lain-
lain. Struktur organisasi sebaiknya mencerminkan kegiatan utama penangan sampah dari
sumber sampei TPA termasuk memiliki bagian perencaan, retribusi, penyuluhan dan
lain-lain.
c) Instansi pengelola persampahan sebaiknya memiliki pola kerja sama dengan instansi
terkait termasuk PLN (untuk kerjasama penarikan retribusi) dan kerja sama antar kota
untuk pola penangangan sampah secara regional dan kerja sama dengan masyarakat atau
perguruan tinggi.
d) SDM sebaiknya memiliki keahlian bidang persampahan baik melalui pendidikan formal
(ada staf yang memiliki latar belakang pendidikan teknik lingkungan, ekonomi, ahli
manajemen dll) dan training bidang persampahan.
e) Kegiatan pengelolaan sampah yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat, menjadi

PT GUMI ADIMIRA 2-9


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

tanggung jawab Pemerintah Daerah


f) Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan harus dilaksanakan secara terpadu dan terus
menerus dengan melibatkan instansi terkait, LSM dan perguruan tinggi

2.3.3. Aspek Pembiayaan


Sumber Pembiayaan
a) Pengelolaan persampahan dapat dibiayai dari swadaya masyarakat, investasi swasta dan
APBN / APBD
b) Tata cara pembiayaan mengikuti ketentuan yang berlaku
c) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pembangunan prasarana dan sarana
persampahan dalam bentuk dana maupun aset kepada masyarakat
d) Pembiayaan penyediaan dan pemeliharaan pewadahan individual menjadi tanggung
jawab penghasil sampah

Tarif Retribusi
a) Biaya untuk penyediaan prasarana dan sarana pengumpulan serta pengelolaannya yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri dikenakan pada anggota masyarakat yang mendapat
pelayanan dalam bentuk iuran (besarnya ditentukan melalui musyawarah dan mufakat)
dan dikordinasikan dengan pihak instansi pengelola persampahan
b) Biaya untuk pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau
swasta untuk kepentingan masyarakat dibebankan kepada masyarakat dalam bentuk
retribusi kebersihan. Biaya pengelolaan tersebut meliputi biaya investasi dan biaya
operasi dan pemeliharaan
c) Penentuan tarif retribusi disusun berdasarkan asas keterjangkauan /willingness to pay
(secara umum kemampuan masyarakat membayar retribusi adalah 1 -2 % dari income)
dan subsidi silang dari masyarakat berpenghasilan tinggi ke masyarakat berpenghasilan
rendah dan dari sektor komersial ke non komersial tanpa meninggalkan prinsip ekonomi
/ cost recovery (minimal 80 %, 20 % merupakan subsidi Pemerintah kota/kab untuk
pembersihan fasilitas umum).
d) Mekanisme penarikan retribusi selain dilakukan langsung oleh instansi pengelola juga
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan PLN, PDAM, RT/RW dan lain-lain sesuai
dengan kondisi daerah pelayanan.
e) Aspek Pembiayaan dalam Sistem Pengelolaan Persampahan mempunyai peran penting

PT GUMI ADIMIRA 2-10


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dalam menjalankan roda operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan.
Berbagai masalah penanganan sampah yang timbul pada umumnya disebabkan oleh
adanya keterbatasan dana, seperti keterbatasan dana investasi peralatan, dana operasi dan
pemeliharaan sehingga kualitas pelayanan sampah sangat ditentukan oleh harga satuan
per meter 3 sampah. Besaran biaya satuan ini bahkan dapat digunakan sebagai indikator
tingkat efisiensi atau keberhasilan pengelolaan sampah disuatu kota. Tanpa ditunjang
dana yang memadai, akan sulit mewujudkan kondisi kota yang bersih dan sehat.
f) Kebutuhan biaya pengelolaan sampah ini akan meningkat sejalan dengan tingkat
pelayanan atau volume sampah yang harus dikelola. Pihak institusi pengelola
persampahan dituntut untuk dapat merencanakan kebutuhan dana secara akurat setiap
tahunnya agar roda pengelolaan dapat terus berjalan sesuai dengan tujuan utama, yaitu
mewujudkan kota bersih dan sehat.
g) Meskipun tanggung jawab pengelolaan persampahan sebenarnya ada pada pihak Pemda
tingkat II (PP 14/1987), tetapi Pemerintah Pusat tetap memberikan bantuan sebagai
wujud pembinaan. Sesuai dengan Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pembangunan
bidang Persampahan, bahwa untuk mencapai target tingkat pelayanan 60 % - 80 % pada
Pelita VI, Pemerintah Pusat telah memberikan bantuan proyek berupa peralatan
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan alat berat untuk TPA. Bantuan ini bersifat
stimulan sehingga Pemda diminta untuk dapat mengoperasikan, memelihara dan
mengembangkannya. Selain itu Pemerintah Pusat juga memberikan bantuan teknis
berupa Studi/Perencanaan dan Pedoman Teknis serta bantuan Pelatihan.
h) Pada saat ini kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan
sistem pengelolaan sampah adalah tidak saja dana investasi yang terbatas tetapi juga
keterbatasan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan tersebut, sehingga optimalisasi penggunaan peralatan yang ada kurang
memadai.

2.3.4. Aspek Peraturan


a) Undang-Undang (UU) yang berkaitan dengan persampahan adalah UU No 7 / 2004
tentang Sumber Daya Air, UU No 32/2004 tentang Otonomi Daerah, UU No 33 / 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, UU No 23/1997 tentang Pokok-
Pokok Lingkungan Hidup, UU No 24 /1992 tentang Penataan Ruang, UU No 23/1992
tentang Kesehatan, UU No 2/1992 Perumahan dan Permukiman

PT GUMI ADIMIRA 2-11


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

b) Peraturan Pemerintah (PP) yang berkaitan dengan masalah persampahan adalah PP


tentang Badan Layanan Umum, PP No 16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum , PP No.27 tahun 1999 tentang Amdal, PP No. 18 jo 85/1999
tentang Limbah B3 dan PP 16/2005 tentang Pengembangan Sistem penyediaan Air
Minum
c) Agenda 21 berkaitan dengan program optimaalisasi minimalisasi limbah secara bertahap
sampai tahun 2020, Kyoto Protocol tentang CDM (clean development mechanism),
MDGs tentang upaya pencapaian target pengurangan jumlah orang miskin dan akses
terhadap air minum dan sanitasi (target 10 dan 11)
d) SNI yang berkaitan dengan pedoman persampahan adalah SNI 19-2454-1991 tentang
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SNI tentang Spesifikasi Controlled
Landfill, SK SNI S-04-1992-03 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Kota Sedang dan
Kota Kecil, SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, SNI
03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, SNI 19-3964-1994 tentang
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah.
e) Pengaturan penyelenggaraan pembangunan bidang persampahan dilakukan melalui
peraturan daerah (perda) yang pada umumnya terdiri dari perda pembentukan institusi,
ketentuan umum kebersihan dan retribusi. Selain itu juga diperlukan perda yang
mengatur mengenai peran serta swasta, penanganan limbah B3 / rumah sakit dan lain-
lain.

2.3.5. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan


Peran Serta Masyarakat
a) Peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan
diperlukan sejak dari perencanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaan
b) Peran serta masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan dapat berupa usulan, saran, pertimbangan, keberatan serta bantuan lainnya
atau pelaksanaan program 3R baik untuk skala individual maupun skala kawasan.
c) Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan formal sejak
dini, penyuluhan yang intenssif, terpadu dan terus menerus serta diterapkannya sistem
insentif dan disinsentif
d) Masyarakat bertanggung jawab atas penyediaan dan pemeliharaan fasilitas pewadahan
dan atau meyelenggarakan pengumpulan / pengolahan sampah

PT GUMI ADIMIRA 2-12


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kemitraan
a) Pemerintah memberikan peluang kepada pihak swasta untuk menyelenggarakan
pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana persampahan serta dapat
menciptakan iklim investasi yang kondusif
b) Kemitraan dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh kegiatan system
pembangunan persampahan, termasuk melakukan upaya pengendalian pencemaran
lingkungan.
c) Pola kemitraan dapat dilakukan melalui studi kelayakan dengan memperhatikan
keterjangkauan masyarakat, kemampuan Pemda, peluang usaha dan keuntungan swasta.
d) Kemitraan dapat dilakukan dengan sistem BOO, BOT, kontrak manajemen, kontrak
konsesi dan lain-lain.

2.4 DAMPAK PENCEMARAN AKIBAT SAMPAH


2.4.1 Potensi Dampak
Dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalah dan
kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan
ketentuan teknis dan harapan masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat
pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah pencemaran selama
pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan yang meliputi: pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Berbagai
potensi yang menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi :
a. Perkembangan vektor penyakit
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit
terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan
dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara/Container juga merupakan
tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu
akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Vektor penyakit terutama
lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi pembuangan sampah. Hal ini terutama
disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan
sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan
dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari
lokasi pembuangan sampah.

PT GUMI ADIMIRA 2-13


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

b. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap
yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber
dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial
menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya
air lindi dari bak kendaraan.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x,
hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain.
Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini
akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara
langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya
pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat
teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di lokasi pembungan
sampah jjuga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.
Asap juga seringkali timbul di lokasi tersebut akibat terbakarnya tumpukan sampah baik
secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan
sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat
mengganggu daerah sekitarnya.

c. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran.
Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar

PT GUMI ADIMIRA 2-14


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk
menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lindi yang timbul di lokasi
pembuangan sampah sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya. Pada lahan
yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi
yang lebih rendah. Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang
belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar
lindi yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama
air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga
mematikan biota yang ada.

d. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah
organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini
terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan
pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat
mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari
kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai. Ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran sampah
dari truk pengangkut yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut.
Ceceran sampah tersebut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya Sarana
pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber
pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi pembuangan sampah

PT GUMI ADIMIRA 2-15


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi /
tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

f. Kemacetan Lalu lintas


Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan
dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar
muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu
lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA
berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain;
terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya.
Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa
kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi kedatangan
truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA
terletak berdekatan dengan jalan umum.

g. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem,
gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah
sensitif di sekitarnya.
Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah
disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah
sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas
kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat
berat yang ada.

h. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan
sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini
secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf

PT GUMI ADIMIRA 2-16


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

hidup mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan
mengambil langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.

2.4.2 Resiko Lingkungan


Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak akibat adanya kegiatan
pembangunan sistem penyediaan air bersih akan mencakup:
a. Geo-fisik-Kimia; yang meliputi: kuantitas dan kualitas air tanah/permukaan, kualitas
udara, kondisi tanah, dan kebisingan
b. Biologis: baik keanekaragaman maupun kondisi flora/fauna
c. Sosioekonomibudaya; yang meliputi: kependudukan, kesehatan masyarakat, pola
kehidupan masyarakat, mata pencaharian, estetika, kecemburuan masyarakat, persepsi
masyarakat terhadap proyek, nilai jual tanah, situs sejarah, adat, dan lain-lain
d. Prasarana umum: jalan, saluran drainase, jaringan PLN/Telkom, perpipaan air bersih / air
limbah, dll

PT GUMI ADIMIRA 2-17


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB III
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI

3.1.Kondisi Fisik Dasar

1. Letak Geografis Dan Batas Wilayah


Sumbawa Barat sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat, letaknya
diapit antara Kabupaten Sumbawa dan Selat Alas. Letaknya antara 08º 29’ dan 09º 07’
Lintang Selatan dan antara 116º 42’ – 117º 45’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Sumbawa
- Sebelah Timur : Kabupaten Sumbawa
- Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
- Sebelah Barat : Selat Alas

Gambar 3.1. Wilayah Geografis Kabupaten Sumbawa Barat

3-1
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

2. Luas Penggunaan Lahan


Luas wilayah Sumbawa Barat pada tahun 2014 tercatat sebesar 1.849,02 Km2, terdiri dari
11.625 hektar lahan sawah dan 173.277 hektar bukan lahan sawah.

Tabel 3.1. Luas Kecamatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014


Luas Wilayah Area
No Kecamatan Persentase
(Km2)
1 Sekongkang 372.42 20.14
2 Jereweh 260.19 14.07
3 Maluk 92.42 5.00
4 Taliwang 375.93 20.33
5 Brang Ene 140.90 7.62
6 Brang Rea 212.07 11.47
7 Seteluk 236.21 12.77
8 Poto Tano 158.88 8.59
Jumlah 1.849.02 100.00
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

Gambar 3.2. Grafik Luas Kecamatan Di Kabupaten Sumbawa Barat

Menurut penggunaannya sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah
berpengairan teknis (40.93 Ha), selainnya berpengairan setengah teknis, sederhana, tadah
hujan dan lain-lain. Berikut lahan kering yang dipakai untuk perkarangan/lahan untuk
bangunan dan halaman sekitarnya sebesar 10.48 ha dari total bukan lahan sawah. Persentase
itu merupakan yang terbesar, dibandingkan persentase penggunaan bukan lahan sawah lain.

3. Keadaan Iklim

Seperti daerah lainnya di Kabupaten Sumbawa Barat atau wilayah yang beriklim tropis
ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan
berlangsung antara bulan November – April. Sedangkan musim kemarau berlangsung antara
bulan Mei hingga Oktober. Akan tetapi karena perubahan klimatologi global maka terjadi

3-2
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim. Suhu udara di
Kabupaten Sumbawa Barat pada pagi hari berkisar antara 18 – 23 0C, sedangkan disiang hari
suhu udara berkisar antara 27 – 35 0C, dengan kelembaban udara rata-rata 80%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 3.2. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Sumbawa Barat

No. Jenis lahan/Land Type 2010 2011 2012 2013 2014


A Tanah Sawah / Wetland 9.405 9.705 11.105 11.149 11.625
1 Sawah irigasi 5 669 7 750 8 780 8279 9100
2 Sawah Tadah Hujan 1.655 1.955 2.325 2805 2.525
3 Rawa Pasang Surut 0 0 0 0 0
4 Rawa Lebak 0 0 0 65 0
B Tanah Kering 175.497 175.197 173.797 173.753 173.277
1 Tegal/Kebun 7 460 7 360 6 730 6 555 6429
2 Ladang / Huma 3 046 2 946 2 396 1 859 2394
3 Perkebunan 5 332 5 332 5 332 5 581 5232
4 Ditanami pohon/Hutan Rakyat 3 179 3 179 2 879 2 880 2879
5 Padang Rumput/Penggembalaan 2 610 2 610 2 685 2 679 2685
6 Sementara Tidak Diusahakan 2 407 2 307 2 307 2 733 2334
Lain – lain (pekarangan,
7 151 463 151 463 151 468 151 466 151 324
hutanNegara, jalan, sungai, dll)
jumlah 184 902 184 902 184 902 184 902 184 902
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

Tabel 3.3. Curah Hujan Per Bulan Menurut Stasion Pencatat di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2014
No Bulan Jereweh Seteluk Jumlah Total Rata-rata Average
-1 -2 -3 -4 -5
1 Januari 55 511 566 283
2 Pebruari 158 210 368 184
3 Maret 99 80 179 89.5
4 April 0 188 188 94
5 Mei 0 89 89 44.5
6 Juni 6 104 110 55
7 Juli 0 32 32 16
8 Agustus 0 0 0 0
9 September 0 15 15 7.5
10 Oktober 28 385 413 206.5

3-3
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

No Bulan Jereweh Seteluk Jumlah Total Rata-rata Average


11 November 228 229 457 228.5
12 Desember 0 802 802 401
Rata-rata 47.8333333 220.41667 268.25 134.125
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

4. Topografi

Secara umum kondisi topografi wilayah Kabupaten Sumbawa Barat cukup beragam,
mulai dari datar, bergelombang hingga curam dengan ketinggian berkisar antara 10 – 700
meter dpl. Wilayah dengan kemiringan datar digunakan untuk kegiatan pertanian dan
permukiman, sedangkan wilayah dengan kelerengan curam hingga sangat curam merupakan
kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung.

Bentuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat bervariasi dari bentuk datar sampai agak
curam dengan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.4. Luas Kemiringan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2014


Topografi Persentase Luas Luas (Ha)
(1) (2)
Datar (0 – 2 %) 21,822
Bergelombang (2 – 15 %) 16,369
Curam (15 – 40 %) 53,609
Sangat Curam (> 40 %) 93,102
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

100,000

Luas 80,000 Datar


(Ha)
60,000 Bergelombang
40,000 Curam
20,000 Sangat Curam
0
Topografi

Gambar 3.3. Grafik Luas kemiringan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2014

3-4
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5. Geologi Dan Struktur Batuan

Berdasarkan bentuk morfologi wilayah Sumbawa bagian Barat terdiri atas beberapa
satuan morfologi, yaitu pedataran yang meliputi 20% - 30%. Wilayah yang termasuk pada
satuan morfologi pedataran ini diantaranya beberapa wilayah di pesisir pantai dan sekitar
sungai besar dengan batuan-batuan penyusunnya adalah batuan kuarter sebagai hasil
sedimentasi dari sungai dan pantai (aluvium). Sedangkan satuan morfologi perbukitan
bergelombang terjal mendominasi morfologi wilayah ini. Morfologi perbukitan ini tersusun
oleh batuan-batuan gunung api / produk vulkanik seperti lava, Breksi, tuff, dan batuan lain
adalah batu gamping terumbu hasil pengendapan laut.

3.2. Wilayah Administratif

Kabupaten Sumbawa Barat, terbagi dalam 8 kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari
6 kelurahan dan 57 desa. Kecamatan Taliwang merupakan kecamatan terbesar dengan 8 desa
dan 57 lingkungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut berikut :

Tabel 3.5. Distribusi Dan Banyaknya Wilayah Adminstrasi Pemerintahan


Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014

Jumlah
No Kecamatan Ibu Kota Dusun/
Kelurahan Desa
Lingkungan
1. Sekongkang Sekongkang Bawah 0 7 21
2. Jereweh Beru 0 5 17
3. Maluk Benete 0 4 15
4. Taliwang Kuang 7 8 57
5. Brang Ene Manemeng 0 6 18
6. Brang Rea Tepas 0 9 32
7. Seteluk Steluk Tengah 0 10 35
8. Poto Tano Senayan 0 8 25
Jumlah 7 57 220
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

3-5
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 3.4. Batas Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat

3.3. Kependudukan
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Berdasarkan Proyeksi Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Sumbawa
Barat tahun 2014 tercatat 129.724 jiwa. Dilihat dari komposisi gender, jumlah penduduk laki-
laki masih lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan dengan sex ratio mencapai 103
atau dengan kata lain setiap 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki-laki. Jika
dikelompokkan menurut usia maka dapat dilihat bahwa penduduk Sumbawa Barat
didominasi oleh penduduk usia muda dimana penduduk usia produktif lebih banyak
dibanding penduduk lansia. Meskipun demikian penduduk muda dengan umur 15 tahun juga
relatif besar. Dilihat dari persebarannya penduduk Sumbawa Barat masih terkonsentrasi di
Wilayah Kecamatan Taliwang yang merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan.
Kepadatan penduduk di wilayah ini tercatat mencapai 132 jiwa/km2 pada tahun 2014. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.

3-6
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 3.6. Banyaknya Rumahtangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah
1. Sekongkang 9191
2. Jereweh 9462
3. Maluk 13325
4. Taliwang 49795
5. Brang Ene 5778
6. Brang Rea 14160
7. Seteluk 17485
8. Poto Tano 10528
Jumlah 129.724
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

2. Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat belum menyebar secara merata di seluruh wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat. Umumnya, penduduk banyak menumpuk di Kecamatan
Taliwang. Secara rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tercatat sebesar
52 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah terpadat adalah Kecamatan Taliwang dengan
tingkat kepadatan 96 orang setiap kilometer persegi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2014

Kepadatan Tahun/Density (per km2)


No. Kecamatan
Luas (Km2) Penduduk Kepadatan
1. Sekongkang 372.42 9191 25
2. Jereweh 260.19 9462 36
3. Maluk 92.42 13325 144
4. Taliwang 375.93 49795 132
5. Brang Ene 140.90 5778 41
6. Brang Rea 212.07 14160 67
7. Seteluk 236.21 17485 74
8. Poto Tano 158.88 10528 66
Jumlah 1849,02 129.724 70
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.

3-7
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 3.5. Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Sumbawa Per Kecamatan

3.4. Kondisi Prasarana Kota

Keberadaan prasarana dan sarana merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan
penting dalam menunjang pelaksanaan pembangunan di suatu daerah. Oleh sebab itu,
keberadaannya merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan, guna mendukung dan
menunjang kesukseskan pelaksanaan pembangunan yang sedang berjalan.
1. Prasarana Perekonomian
Fasilitas kota yang tersedia untuk fasilitas ekonomi adalah pasar,pegadaian, bank dan
koperasi, serta beberapa warung/kios yang tersebar pada masing-masing Kecamatan. Di
Kecamatan Taliwang banyaknya bank/BMT sebanyak 5 buah dan koperasi sebanyak 102 unit
yang tersebar di beberapa kelurahan.

2. Prasarana Air Bersih


Jumlah pelanggan air minum di Kabupaten Sumbawa Barat menurun terus sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2014. Jumlah pelanggan PDAM pada tahun 2014 sebanyak 237
dengan pemakaian air 42.660 m3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.8

3. Prasarana Listrik
Kebutuhan terhadap pelayanan listrik di kawasan Kabupaten Sumbawa Barat
sepenuhnya dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Ranting Taliwang.
Kebutuhan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat dari jangkauannya, pelayanan
listrik telah mencapai seluruh kawasan Kabupaten Sumbawa Barat bahkan seluruh Kelurahan
telah terlayani. Produksi listrik pada tahun 2014 mencapai 21.337.029 Kwh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.

3-8
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 3.8. Banyaknya Pelanggan, Pemakai Dan Nilai Air Pada PDAM Sumbawa
Barat 2004-2014
No Fasilitas kesehatan 2004 2005 2006 2014
1 Pelanggan 388 341 288 237
2 Pemakai air (M3) - - - 42.660
3 Nilai Air (Rp.000) 3.750.000 - - -
4 Rata-rata Pemakaian 10 11 12 15
Air/Pelangganan (M3)
5 Rata-rata Tarif per M3 (Rp) 400 400 400 400
6 Persentase Kenaikan Setahun
(%)
a. Konsumen 0.00 -12.11 -15.54 -17.71
b. Pemakaian 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Nilai 0.00 0.00 0.00 0.00
d. Tarif 0.00 10.00 9.09 25.00
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat, 2014.

Tabel 3.9. Perkembangan Produksi Listrik PT. PLN (Persero) Wilayah XI Cab.
Sumbawa Tahun 2014

Produksi Dipakai Sendiri Rata-Rata Beban Tertinggi (KW)


No Bulan
(Kwh) (Kwh) Siang Malam
1 Januari 1.669.436 21.944 - -
2 Februari 1.525.376 20.884 - -
3 Maret 1.714.216 25.048 - -
4 April 1.653.882 17.932 - -
5 Mei 1.739.498 22.444 - -
6 Juni 1.508.560 19.048 - -
7 Juli 1.585.424 22.200 - -
8 Agustus 1.754.362 8.616 - -
9 September 2.156.743 7.408 3.117 5.229
10 Oktober 2.135.863 7.316 3.015 5.067
11 November 1.998.448 6.040 3.024 4.559
12 Desember 1.895.221 7.168 2.810 5.222
Rata-rata 21.337.029 186.048 11.966 20.077
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat, 2014.

3-9
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

4. Karakteristik Jaringan Jalan

Jalan sebagai sarana penunjang pembangunan harus memiliki kualifikasi yang baik
dengan kondisi yang mendukung pula. Panjang ruas jalan di Kabupaten Sumbawa Barat pada
akhir tahun 2014 adalah 308.560 km, yang terdiri dari jalan negara sepanjang 43.610 km
dengan kondisi baik (100% aspal); jalan propinsi sepanjang 118.820 km dengan kondisi baik
(75.600 km aspal); dan jalan kabupaten sepanjang 146.130 km dengan kondisi baik (71.500
km aspal). Sedangkan sisanya dalam kondisi sedang, rusak dan rusak berat.

Menurut kondisinya, persentase jalan kabupaten di wilayah Sumbawa Barat berupa aspal
dan kerikil sekitar 53.600 km dan 19.900 km. Sedangkan menurut kualitas jalan tercatat
71.500 km baik, 15.700 km sedang, 21.800 km rusak dan 37.130 km rusak berat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini :

Tabel 3.10. Status Konstruksi Jalan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014

Status Jalan
No. Uraian Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/Kota
(Km) (Km) (Km)
1. Jenis Permukaan 43.610 118.820 146.130
a. Aspal 43.610 88.820 53.600
b. Tanah - - 72.630
c. Kerikil - 30.000 19.900
d. Tidak dirinci - - -
2. Kondisi Jalan 43.610 118.820 146.130
a. Baik 43.610 75.600 71.500
b. Sedang - 5.600 15.700
c. Rusak - 5.520 21.800
d. Rusak Berat - 32.100 37.130
3. Kelas Jalan 43.610 118.820 146.130
a. Kelas I 43.610 88.820 -
b. Kelas II - - -
c. Kelas III - - 146.130
d. Kelas III A - - -
e. Kelas III B - - -
f. Kelas III C - - -
g. Kelas Tidak Dirinci - 30.000 -
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat, 2014.

5. Angkutan Darat

Kendaraan bermotor merupakan angkutan darat utama. Pada tahun 2014, jumlah

3-10
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kendaraan bermotor di Sumbawa Barat mencapai 2.532 kendaraan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini : Pola Pergerakan Penduduk. Pergerakan penduduk
Kabupaten Sumbawa Barat ke kawasan kota dipengaruhi oleh kedudukan kota sebagai pusat
pemerintahan, jasa, pusat kegiatan sosial ekonomi penduduk serta berada pada jalur kawasan
strategis sehingga kawasan kota Taliwang merupakan pusat orientasi pergerakan penduduk
sekitarnya. Kondisi tersebut akan memacu perkembangan wilayahnya.

3-11
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB IV
POLA PIKIR PELAKSANAAN
PEKERJAAN

4.1. PENDEKATAN PENANGANAN PEKERJAAN


Pendekatan pola pikir pemecahan masalah yang diuraikan tidak dapat dipisahkan dari
permasalahan rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan di wilayah
studi, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan sektor persampahan. Permasalahan
tersebut diantaranya diakibatkan ada pertumbuhan pendudukan yang cukup pesat di wilayah
studi serta masih rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan persampahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara
meningkatkan kinerja pelayanan sektor persampahan secara berkelanjutan melalui
pelaksanaan pekerjaan ini. Untuk lebih jelasnya pendekatan pola pikir pemecahan masalah
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4.1.1. Persoalan Pengelolaan Sampah


Persoalan utama pada pengelolaan sampah terjadi karena beberapa hal, yaitu :
1. Peningkatan jumlah sampah secara signifikan akibat adanya perubahan gaya hidup dan
pola konsumsi masyarakat akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
pada era orde baru (sebelum terjadi krisis moneter tahun 1997).
2. Terjadi pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan yang membutuhkan
penanganan sampah secara kolektif. Pengelolaan secara individu (dalam arti menimbun
dan membakar) semakin tidak layak untuk lingkungan perkotaan.
3. Pertumbuhan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan yang
berasal dari masyarakat penghasil sampah untuk mendanai/membiayai pengelolaan
sampah perkotaan. Selain itu, anggaran pengelolaan persampahan yang berasal dari
Pemerintah tidak mencukupi untuk memenuhi standard pelayanan yang diperlukan.
4. Ketersediaan lahan untuk TPA sampah yang memenuhi persyaratan (teknis, lingkungan,
sosial budaya, legalitas kepemilikan, dan aspek keuangan) semakin terbatas.
5. Peningkatan kemampuan lembaga/institusi pengelola persampahan berjalan dengan lambat
sehingga tidak mampu mengantisipasi persolan yang timbul di masyarakat.

PT GUMI ADIMIRA 4-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

KEBIJAKAN DI SASARAN
BIDANG PENINGKATAN
PERSAMPAHAN PELAYANAN
PERSAMPAHAN

KEBUTUHAN
TINGKAT
PENINGKATAN
PELAYANAN
PERSAMPAHAN PELAYANAN STANDAR DAN
PERSAMPAHAN KRITERIA
DI WILAYAH
STUDI

PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN
PEREKONOMIAN
DI WILAYAH
STUDI

Gambar 4.1. Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan

4.1.2. Paradigma Baru Pemerintah Indonesia


Reformasi telah mengakibatkan terjadinya paradigma baru Pemerintahan di
Indonesia. Adapun paradigma baru tersebut antara lain adalah :
1. Demokratisasi dan Keterbukaan
Terjadi perubahan yang menginginkan diberlakukannya prinsip demokrasi dan
keterbukaan pada pemerintahan di Indonesia. Konsekuensinya adalah tuntutan pemenuhan
kepentingan masyarakat semakin kuat dan proses pemenuhan tersebut diminta dilaksanakan
secara transparan. Pengaruh lainnya adalah masyarakat semakin memahami haknya, salah
satu adalah hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang layak untuk ditempati, dan
menuntut Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang semakin besar kepada
Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang salah satu diantaranya
adalah pengelolaan persampahan. Selain pendelegasian (penyerahan) tanggung jawab
tersebut, Pemerintah Daerah juga mendapat tambahan pendapatan dari pembagian
pendapatan yang selama ini dikuasai oleh Pemerintah Pusat. Pembagian pendapatan tersebut
secara bersamaan juga akan diikuti dengan peningkatan beban pembiayaan pengelolaan
sarana yang selama ini dibiayai oleh Pemerintah Pusat.

PT GUMI ADIMIRA 4-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

3. Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak dan tanggung jawabnya.
Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut Institusi/ Lembaga pengelola
persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan kurang memuaskan (akibat diberlakukannya
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).

4.2 PENDEKATAN KEBIJAKAN


Secara lebih spesifik pendekatan yang akan dilakukan dalam penyusunan master plan
persampahan Kabupaten Sumbawa Barat ini, meliputi :
1. Pendekatan terhadap Peraturan PerUndang-Undangan/Kebijakan yang berlaku baik
ditingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. (seperti : RUTRK, RTRW dan lain
sebagainya yang relevan).
2. National Action Plan Persampahan
3. Ketentuan Teknis (SNI untuk perencanaan sampah perkotaan dan SNI UNJ 03-
3241-1994) tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan cara “Weighted
Ranking Technique”.

4.3. PENDEKATAN KELEMBAGAAN


Dalam melaksanakan pekerjaan ini Konsultan secara aktif akan melakukan koordinasi
dan membangun kerjasama yang erat dengan Tim Teknis Pemberi Tugas dan instansi lain
yang berkaitan dengan proyek ini. Pelaksanaan pendekatan kelembagaan dalam kegiatan ini
sangat diperlukan mengingat pertimbangan sebagai berikut :
 Waktu pelaksanaan pekerjaan ini cukup singkat yaitu 6 (enam) bulan, dengan
demikian dibutuhkan kesasama dan koordinasi yang cukup baik dari para pihak yang
terkait dengan pekerjaan ini khususnya yang dapat membantu menyediakan data-data
yang dibutuhkan.
 Kegiatan perencanaan teknis dan manajemen persampahan sangat terkait dengan
dengan instansi lain, dengan demikian kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sosialisasi
program dan meningkatkan kerjasama yang komprehensif dalam pengelolaan
persampahan di wilayah studi.
 Diperkirakan instansi terkait di daerah memiliki rencana dan program pengelolaan
persampahan, dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat menjadi penguatan

PT GUMI ADIMIRA 4-3


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

program-program atau saling melengkapi dengan program-program lokal yang ada.


 Dalam kaitannya dengan pendekatan kelembagaan ini, konsultan akan melakukan
kerjasama dan koordinasi dengan Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek, Tim Teknis, dan
aparat di daerah, agar kebutuhan dan aspirasi daerah dapat diakomodasikan.
Koordinasi dan komunikasi dalam frekuensi yang tinggi akan sangat membantu
kelancaran dan keberhasilan perencanaan ini dan setiap permasalahan yang timbul
akan dapat segera diselesaikan.
 Dengan seringnya berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak Pusat maupun
daerah, diharapkan akan memperlancar dan mempercepat dalam menyelesaikan
permasalahan yang mungkin akan terjadi. Survey lapangan dalam rangka
mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sampah serta mengidentifikasi daerah
genangan akan lebih baik bila dilakukan bersama-sama dengan pihak daerah untuk
menghindari kesalahan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan
nantinya.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikoordinasikan antara lain :
 Menyamakan interpretasi tugas, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
 Mendiskusikan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan khususnya pekerjaan
survey lapangan.
 Merencanakan sistem komunikasi yang efektif dan terorganisir antara Konsultan
dan Pemberi Tugas/Tim Teknis serta semua instansi terkait baik di Tingkat
Pusat maupun Daerah.
 Prosedur dan perizinan (surat izin survei) yang diperlukan dari Pemberi Tugas.

4.4. PENDEKATAN TEKNIS


4.4.1. Daerah Studi
a. Fisik Kota
Pendekatan terhadap daerah studi dalam hal ini Kabupaten Sumbawa Barat sangat
penting, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik kota. Dalam merencanakan
sistem pengelolaan persampahan harus mempertimbangkan topografi, hidrologi,
klimatologi dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang
surut air, kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan

PT GUMI ADIMIRA 4-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kelembaban pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan dipelajari
dan dipahami.
b. Sosial Ekonomi
 Kepemerintahan antara lain : struktur organisasi pemerintah kota, pembagian dan
batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-masing wilayah.
 Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun dan
kepadatan penduduk. data-data ini penting untuk dianalisa dan dihitung dalam
kurun waktu 15 (lima belas) tahun mendatang. Perkiraan laju pertumbuhan dan
arah penyebaran penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan
rencana kota menurut RUTRK/Renstra, dsb.
 Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kabupaten Sumbawa Barat
edisi terakhir.
 Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain
pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan dalam
berbagai kategori.
 Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa Barat
antara lain : jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.
 Fasilitas yang dimiliki Kabupaten Sumbawa Barat, seperti : pertokoan,
perniagaan, hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan,
tempat ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. data-data ini diperlukan untuk
menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk
menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.
 Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif
retribusi sampah yang akan diusulkan.
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun
mendatang.
c. Kesehatan Masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. Untuk
mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas sanitasi
yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan masyarakat
dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.
d. Rencana Pengembangan Kota
Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang

PT GUMI ADIMIRA 4-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat akan menjadi acuan bagi
penyusunan perencanaan teknis dan manajemen persampahan ini dapat terintegrasi
dengan rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.
Arah dan sasaran pembangunan kota, potensi yang dikembangkan di waktu
mendatang, berbagai sektor ekonomi yang meliputi kegiatan usaha dengan berbagai
kegiatan pelayanan dan lingkungan hidup serta permasalahannya merupakan salah
satu faktor penting dalam proses penyusunan studi ini.
Demikian juga halnya dengan rencana pengembangan fasilitas kota termasuk sarana
dan prasarana pengelolaan pesampahan.
e. Sistem Pengelolaan Eksisting
Pengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai
satu tujuan. Bentuk interaksi mi mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen
yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut
adalah:
1. Organisasi dan Manajemen
2. Teknik Operasional
3. Pembiayaan dan Retribusi
4. Ketentuan dan Peraturan

4.4.2. Pengelolaan Persampahan


1. KEGIATAN OPERASIONAL
Pengelolaan persampahan kota-kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama.
Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan
pewadahan sampai dengan pembuangan akhir. Operasi bersifat integral dan terpadu karena
setiap proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara
berantai. Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum
adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan pewadahan sampah
b. Kegiatan pengumpulan sampah
c. Kegiatan pemindahan sampah
d. Kegiatan pengangkutan sampah
e. Kegiatan pengelolaan sampah

PT GUMI ADIMIRA 4-6


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

f. Kegiatan pembuangan akhir

Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum di kumpulkan,
dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari
pewadahan adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga
mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika.

TIMBULAN SAMPAH

PEWADAHAN

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN DAN
PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN

PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH

Gambar 4.2. Skema Kegiatan Operasional Persampahan

Pewadahan dapat dikelompokkan sebagai pewadahan individual serta pewadahan


komunal (yang merupakan bagian dari proses pengumpulan). Pewadahan individual
dimaksudkan untuk menampung sampah dari masing-masing sumber sampah, sesuai dengan
sistem/ pola pengumpulan yang diterapkan, dimana setiap rumah tangga harus tetap
mempunyai pewadahan individual.

Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah dikelola dengan baik oleh setiap pemilik
persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor penunjang keberhasilan operasi
pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan akan tercapai apabila orang mau membuang
sampah kedalamnya, dan pewadahan tersebut mampu mengisolasi sampah terhadap segala
sesuatu di sekitarnya. Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain
pewadahan adalah sifat, bahan, warna, volume dan konstruksinya, yang harus memenuhi
persyaratan praktis, ekonomis, estetis dan higienis. Secara umum, bahan pewadahan sampah

PT GUMI ADIMIRA 4-7


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Awet dan tahan air (kedap air)


 Mudah untuk diperbaiki
 Ekonomis, mudah diperoleh/ dibuat oleh masyarakat
 Ringan dan mudah diangkat sehingga tidak melelahkan petugas dalam
proses pengumpulan
 Penggunaan warna yang menarik dan menyolok
Adapun kriteria penentuan ukuran (volume) pewadahan sampah biasanya ditentukan
berdasarkan:

 Jumlah penghuni dalam suatu rumah

 Tingkat hidup masyarakat

 Frekuensi pengambilan/ Pengumpulan sampah

 Sistem pelayanan, individual atau komunal

Berdasarkan tempat sumber timbulannya, bahan dan jenis wadah sampah padat
diuraikan sebagai berikut :

Sampah rumah tangga wadahnya dapat berupa :

 Tong/bin dari plastik/ fiberglas

 Tong/bin dari kayu

 Container besi

 Kantong plastik

 Kantong kertas

Sampah toko/ restoran wadahnya berupa :

 Tong/bin dari plastik/ fiberglas

 Tong/bin dari kayu

 Container besi

 Kantong plastik

Sampah kantor/ bangunan gedung wadahnya berupa :

PT GUMI ADIMIRA 4-8


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Bak tembok

 Container besi

 Kantong plastik besar

Cara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau secara
mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran dan bentuk serta
perlengkapannya. Ukuran wadah menggunakan tenaga orang (manual) misalnya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diangkat dan beratnya diperhitungkan mampu
bagi seseorang untuk mengangkatnya. Sedangkan wadah yang menggunakan tenaga
mekanik, ukuran dan berat penuhnya disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan angkutannya
(load-haul atau compactor truck).

Lokasi penempatan wadah pada umumnya belum seragam. Untuk wadah sampah
yang pengambilannya menggunakan tenaga orang, lokasi ada yang ditempatkan di depan
rumah, di belakang rumah, di tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Demikian pula cara
penempatannya ada yang ditempatkan di udara terbuka dan ada yang diberi alat pelindung/
atap.

Pengumpulan Sampah

Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber
timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus
diangkut ke tempat pembuangan akhir. Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai
dengan periodesasi tertentu. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu
pembusukkan sampah, yaitu kurang lebih berumur 2 – 3 hari, yang berarti pengumpulan
sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun biasanya
operasinya lebih mahal.

Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan Kota atau swadaya


masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Pengikut sertaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul
beban masalah persampahan kotanya. Termasuk dalam pekerjaan pengumpulan adalah
penyapuan jalan dan pembersihan selokan. Pengawasan akan mutu pekerjaan ini cukup
penting terutama pembersihan selokan pada musim penghujan, sehubungan dengan

PT GUMI ADIMIRA 4-9


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pencegahan banjir.

Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

 Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat


 Kebiasaan masyarakat (budaya)
 Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya
 Kedaan khusus setempat
 Kepadatan dan penyebaran penduduk
 Rencana penggunaan lahannya
 Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan
 Lokasi pembuangan akhirnya
 Biaya yang tersedia
Pemindahan Sampah
Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara
tidak langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan
untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung. Disamping itu juga
proses ini akan sangat membantu efisiensi proses pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses
ini yaitu memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut. Mengingat
tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka lokasi pemindahan
umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah yang perlu diperhatikan adalah
pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan. Lokasi
pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk pengangkut untuk
memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke dalam truk pengangkut dapat
dilakukan secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe kendaraan
pengangkutnya. Pengisian container dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul,
sedangkan pengangkatan container ke atas truck dilakukan secara mekanis (load-haul dan
compactor truck). Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau
tersebar. Fungsi lokasi pemindahan terpusat: proses pemindahan, penyimpanan alat,
perawatan ringan, proses pengendalian (desentralisasi). Sedangkan fungsi lokasi pemindahan
tersebar: proses pemindahan dan penyimpanan alat.
Pengangkutan Sampah
Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan
pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara (transfer

PT GUMI ADIMIRA 4-10


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir (TPA).
Keberhasilan kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya kegiatan/
sistim pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truck
dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana/ investasi
yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan pembuangan akhir.
Pekerjaan pengangkutan pada pokoknya membawa sampah makin menjauhi daerah sumber.
Arah pengangkutan biasanya relatif jauh keluar kota. Dasar alasan adalah kemungkinan
adanya rencana pengembangan kota masalah pengangkutan biasanya timbul seiring dengan
keharusan truk melewati jalan-jalan dalam kota. Kenyataan memperlihatkan bahwa tidak
semua jalan sesuai untuk dilewati truk tanpa menimbulkan gangguan pada kelancaran lalu
lintas. Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan
lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup
berpengaruh terhadap kenyamanan disekitarnya. Kesan kotor biasanya terjadi karena tetesan
air dan hamburan material sampah selama perjalanan.

2. POLA TEKNIS OPERASIONAL


Pewadahan
Pola pewadahan terdiri dari:
a. Pewadahan Individual
Bentuk pewadahan yang dipakai banyak tergantung selera dan kemampuan
pengadaannya dari pemiliknya, mulai dari pengadaan sampai penggunaannya dilakukan
secara pribadi. Ciri utama dalam penanganan selanjutnya adalah digunakan sistem
pengumpulan dari rumah ke rumah. Petugas akan langsung mendatangi tiap rumah untuk
mengumpulkan sampahnya.
b. Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan, pasar.
Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannya
adalah umum, alasan utama digunakannya pola ini adalah kesulitan petugas dalam mencapai
tempat sampah di setiap titik sumber, juga termasuk kesulitan utama adalah kondisi jalan
(sangat sempit, tidak dapat dilalui kendaraan pengumpul, sibuk sepanjang hari, dan
sebagainya). Agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya maka tempat sampah
komunal umumnya ditempatkan di tepi jalan besar, pada suatu lokasi yang strategis terhadap
penggunaannya. Penduduk akan membawa sampahnya untuk dibuang ke tempat sampah

PT GUMI ADIMIRA 4-11


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

komunal dan pengumpulan pun dilakukan oleh petugas dari tempat ini. Pada pola pewadahan
komunal, setiap rumah tangga tetap harus memiliki pewadahan individual, yang pada periode
tertentu dibuang sendiri oleh pemilik rumah ke wadah komunal. Pada beberapa literatur,
pewadahan diklasifikasikan termasuk dalam proses pengumpulan, karena memang sarana
pewadahan sangat berkaitan erat dengan proses pengumpulan, baik desain kapasitas alatnya
maupun pola yang diterapkan.
Pengumpulan
a. Pola Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah umumnya dapat dibagi atas:
 Individual langsung
 Individual tidak langsung
 Komunal langsung
 Komunal tidak langsung
1. Pola individual langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-
masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA, tanpa melalui proses pemindahan.
Persyaratan:
 Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 8%) sehingga alat pengumpul non
mesin sulit beroperasi
 Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.
 Kondisi dan jumlah alat memungkinkan
 Jumlah timbulan sampah besar (>0,5 m3/hari)
2. Pola individual tidak langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-
masing sumber sampah dan diangkut ke TPA dengan sarana pengangkut melalui proses
pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan kebutuhan alat angkut (truk), tetapi
membutuhkan kemampuan pengendalian personil dan alat yang lebih kompleks. Pola ini baik
untuk daerah dengan partisipasi aktif masyarakat yang rendah. Dan alat pengumpul masih
mampu menjangkau sumber secara langsung. Pola ini membutuhkan persyaratan sebagi
berikut :
 Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan
 Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak), maka dibutuhkan

PT GUMI ADIMIRA 4-12


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 8%)


 Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu
pemakai jalan lainnya.
 Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian
3. Pola komunal langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-
masing titik pewadahan komunal, langsung diangkut ke TPA tanpa melalui proses
pemindahan. Pola ini merupakan alternatif bila alat angkut terbatas, lokasi merupakan
timbulan sampah-sampah sulit dijangkau oleh pelayanan alat pengumpul non mesin
(gerobak), kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah, alat pengumpul
sulit menjangkau sumber-sumber sampah. Pola ini mempunyai prasyarat:
 Peran serta aktif masyarakat tinggi
 Wadah komunal dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
4. Pola komunal tidak langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah dari titik
pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak), lalu diangkut ke
TPA menggunakan alat angkut truk. Pola ini membutuhkan prasyarat:
 Peran serta aktif masyarakat tinggi
 Wadah komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi,
ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dilokasi yang mudah dijangkau alat
pengumpul
 Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan
 Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak), maka dibutuhkan
kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 8%)
 Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa menganggu
pemakai jalan lainnya
 Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian

Pemindahan
Kegiatan pemindahan terdapat pada pola pengumpulan tak langsung, yaitu
pengumpulan oleh alat bukan jenis truk. Sampah dari alat pengumpul (gerobak/ sejenisnya)

PT GUMI ADIMIRA 4-13


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

harus dipindahkan ke truk pengangkut untuk dibawa ke lokasi pembuangan akhir.


Berdasarkan kondisi dan fungsinya pemindahan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu terpusat dan
tersebar. Pola pemindahan terpusat dimaksudkan sebagai sentralisasi proses pemindahan dan
merupakan pos pengendali operasional, apabila sulit mendapatkan lahan kosong untuk lokasi
pemindahan, maka lokasi pemindahan dapat tersebar, tetapi akibatnya kurang dapat
dikendalikan. Selain itu, lokasi pemindahan dapat berfungsi pula sebagai penyimpan sarana
kebersihan, seperti gerobak dan peralatan lainnya, tanpa perawatan alat dan sebagainya.
Lokasi pemindahan dapat berbentuk:
 Pelataran berdinding (transfer depo)
Ukuran panjang dan lebar dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan keluar masuk
dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak langsung dilakukan dari gerobak, maka harus
tersedia tempat khusus penimbunan sampah sementara. Dinding dibuat cukup tinggi
sehingga dapat berfungsi sebagai isolator terhadap daerah sekitarnya. Memudahkan
keluar masuk dan pemuatan truk isolasi bertujuan menghilangkan kesan kotor dari kerja
pemindahan.
 Container muat (load- haul)
Berupa container yang umumnya bervolume 8 - 10m3, gerobak langsung menumpahkan
muatannya ke dalam container ini. Setelah penuh maka container ini akan dibawa ke
lokasi pembuangan akhir. Metoda ini membutuhkan biaya modal yang cukup besar
karena dibutuhkan truk dengan tipe khusus (load-haul truck)

PT GUMI ADIMIRA 4-14


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 4.3. Diagram Jenjang Pelayanan Masing-masing Operasional


Persampahan

Pengangkutan
Fase pengangkutan merupakan tahapan membawa sampah dari lokasi pemindahan
atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA.Hal yang penting dalam proses
pengangkutan adalah penentuan route pengangkutan, berupa penetapan titik pengambilan,
jadwal operasi dan pola pengangkutan. Untuk menentukan route pengangkutan sampah
tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

PT GUMI ADIMIRA 4-15


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Penentuan titik pengambilan


Untuk menentukan titik pengambilan perlu adanya peta daerah pelayanan dan peta
timbunan sampah. Peta derah pelayanan menunjukkan batas daerah yang akan dilayani saat
ini dan kemungkinan pengembangannya yang memuat data-data antara lain:
- Luas wilayah kota
- Luas daerah yang dilayani
- Jumlah penduduk yang dilayani
- Jumlah sampah yang harus dilayani setiap hari
Peta timbulan sampah menunjukan lokasi pengumpul/ timbunan sampah yang harus
dilayani oleh para petugas kebersihan, antara lain :
- Lokasi stasion pemindahan/ TPS
- Lokasi container besar
- Lokasi daerah pertokoan
- Lokasi bangunan besar/ khususnya yang diperkirakan timbulan sampah lebih 1m3
misalnya rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan kantor-kantor besar dan lain-lain.
Pada titik pengumpul tersebut jumlah volume sampah yang harus diangkut setiap hari
dari setiap daerah pelayanan dapat diketahui. Juga route angkutannya dapat direncanakan.
1. Jadwal Operasi
Jadwal kegiatan pelayanan harus ditetapkan sedemikian rupa agar operasi
pengangkutan sampah dapat berjalan secara teratur. Hal ini disamping untuk memberikan
gambaran kualitas pelayanan juga untuk menetapkan jumlah kebutuhan tenaga dan peralatan,
sehingga biaya operasi dapat diperkirakan. Selain itu dengan frekuensi pelayanan yang teratur
akan memudahkan bagi para petugas untuk melaksanakan tugasnya. Pengaturan jam
operasional tersebut harus disesuaikan dengan :
- Jumlah timbulan sampah yang harus diangkat setiap hari
- Jumlah kendaraan dan tenaga serta kapasitas kendaraan
- Sifat daerah pelayanan
- Waktu yang diperlukan tiap rit kendaraan
Dengan pengaturan jam kerja ini, operasi pengumpulan dan pengangkutan sampah
dapat berjalan tertib dan teratur, sehingga mudah dilakukan pengontrolan terhadap kebersihan
kota. Pengaturan kerja tersebut termasuk juga :
- Pengaturan penugasan
- Pengaturan kewajiban bagi para petugas untuk membersihkan kendaraan

PT GUMI ADIMIRA 4-16


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

- Kewajiban bagi para petugas untuk melaporkan hasil operasinya, sehingga volume
sampah yang terangkut setiap pengangkutan dapat diketahui

2. Pola Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah yang dialkukan dengan sistem stasiun pemindahan (transfer
depo), proses pengangkutan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan transfer
depo untuk mengangkut sampah langsung ke TPA
- Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit
berikutnya.
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container pola pengangkutan adalah
sebagai berikut :
a. Sistim container yang diangkut
Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama untuk
mengambil/ mengangkut sampah langsung ke TPA. Dari TPA kendaraan
tersebut dengan container kosong kembali ke lokasi pertama tadi untuk
menurunkan container tersebut, dan kemudian menuju ke lokasi ke dua untuk
mengambil container yang berisi untuk diangkut ke TPA dan selanjutnya
mengembalikan container kosong tersebut ketempat semula. Demikian
seterusnya sampai pada shift terakhir.
b. Sistim container yang diganti
Kendaraan keluar dari pool dengan membawa container kosong menuju ke
lokasi container pertama untuk mengambil/ mengganti container yang berisi
sampah dan langsung membawanya ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut
dengan container kosong kembali menuju lokasi container kedua dan
kemudian menurunkan container kosong tersebut sekaligus mengambil
container yang telah penuh untuk dibawa ke TPA. Demikian seterusnya
sampai pada shift terakhir.
c. Sistim container tetap
Penyerapan sistim ini biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa
truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju ke lokasi
container pertama dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam
truck compactor dan diletakkan kembali container yang kosong itu ketempat

PT GUMI ADIMIRA 4-17


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

semula, kemudian kendaraan langsung ke lokasi container kedua mengambil


sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya
jika kapasitas truk sudah penuh, kendaraan langsung menuju ke lokasi
pembuangan akhir.
d. Pola Pengangkutan Sistim Kontainer
1. Sistim Container yang diangkut

Beri Koson
si g

TPA

2. Sistim Container yang diganti

TPA
3. Sistim Container tetap

TPA
Compactor Truck

3. Peralatan Operasional Persampahan


Peralatan Pewadahan

1. Individual

PT GUMI ADIMIRA 4-18


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Bentuk pewadahan yang dipakai banyak tergantung selera dan kemampuan


pengadaannya dari pemiliknya secara umum adalah:

- Bentuk : Kotak, Silinder, Kantung, Container


- Sifat : Bersatu dengan tanah, dapat diangkat
- Bahan : Pasangan bata, logam, plastik, alternatif bahan harus bersifat kedepan
terhadap air, panas matahari, tanah diperlakukan kasar mudah dibersihkan.
- Ukuran :10 – 50 liter untuk pemukiman., toko kecil 100-500 liter untuk kantor,
toko besar, hotel, rumah makan
- Pengadaan :Pribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola
2. Komunal

Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/ kumuh, taman kota, jalan, pasar.
Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannya
adalah umum. Karakteristiknya adalah:

- Bentuk : Kotak, Silinder, Kantung, Container


- Sifat : Bersatu dengan tanah, dapat diangkat
- Bahan : Pasangan bata, logam, plastik, alternatif bahan harus bersifat kedepan
terhadap air, panas matahari, tanah diperlakukan kasar mudah dibersihkan.
- Ukuran :10 – 100 liter untuk pinggir jalan taman 100-500 liter untuk
pemukiman dan pasar
- Pengadaan :Pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil
produksi, instansi pengelola).
Adapun jenis-jenis peralatan pewadahan yang umum terdapat di kota-kota di
Indonesia adalah:

1. Kantong plastik, 30 – 50 liter


2. Bin plastik/ keranjang tertutup, 40 – 50 liter
3. Tong kayu, 40 – 60 liter
4. Bin plastik (tertutup dengan roda), 120 liter
5. Bin plastik permanen, 70 liter
6. Bin plat besi tertutup, 100 liter
7. Bak sampah permanen, ukuran variasi
8. Kontainer, volume 1,0 m3

PT GUMI ADIMIRA 4-19


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Peralatan Pengumpulan dan Pemindahan


Peralatan pengumpulan dan pemindahan sampah dapat bermacam-macam tergantung
sistem pewadahan dan pengumpulan yang diterapkan. Pada daerah pelayanan tertentu
peralatan pengumpulan dapat sekaligus sebagai peralatan pengangkutan (truk). Adapun
peralatan yang telah disesuaikan berdasarkan daerah timbulan sampahnya dan telah lazim
digunakan dalam sistem pengumpulan sampah yaitu :
1. Daerah perumahan/ pemukiman teratur:
Gerobak dorong, dimana sampahnya kemudian dikumpulkan pada tempat pengumpulan
sementara (transfer depo) dan container.

Gerobak sampah 1 m3

Langsung dengan truk sampah


BAB 1
 8 m3
Container

BAB 2Truck
Dump
BAB 3 Door to
door

2. Perumahan yang belum teratur (slump area)

(compactor truck).
BAB 4
Container komunal, gerobak dan transfer komunal, transfer station atupun truk pemadat
Diam
Truck

PT GUMI ADIMIRA 4-20


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

3. Daerah Pasar/ Komersial


Untuk daerah pasar/ komersial dapat digunakan langsung truk sampah atau container.

4. Daerah Pertokoan
Untuk daerah pertokoan dapat digunakan beberapa cara:

a. Digunakan gerobak dorong dan transfer station atau container

Gerobak sampah 1 m3

b. Digunakan container komunal

Comunal Container 1m3


BAB 5  8 m3
Container

c. Digunakan langsung truck sampah BAB 6  8 m3


Container

Dump Truck Arm Roll Truck Compactor Truck

Peralatan Pengangkutan

Peralatan pengangkutan sampah antara lain:


 Truck biasa
 Dump Truck (Tipper Truck)
 Compactor Truck
 Arm Roll Truck
 Multi Loader Truck
 Transfer Trailer
Penggunaan jenis-jenis truk ini tergantung dari sistim pewadahan, pengumpulan dan

PT GUMI ADIMIRA 4-21


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pemindahannya.

4. PEMILIHAN SISTEM DAN PERALATAN OPERASIONAL PERSAMPAHAN


Umum

Pemilihan sistem dan pemilihan peralatan operasional persampahan saling berkaitan erat.
Pemilihan jenis peralatan pada masing-masing komponen operasional sangat tergantung dari
sistem atau pola operasional yang digunakan. Demikian pula pemilihan sistem operasional
sangat tergantung pada kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah setempat.

Pewadahan

Penentuan segi baik dan buruknya suatu bentuk pewadahan dinilai dari hubungannya
sebagai pendukung pekerjaan penanganan berikutnya, yaitu pengumpulan, pekerjaan ini
umumnya dilakukan oleh petugas kota atau swadaya masyarakat. Para petugas dituntut untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan target yang telah ditentukan. Efektifitas kerja harus tinggi
dan dilakukan melalui efisiensi waktu, untuk mencapai target tersebut. Sehubungan dengan
hal ini maka cara pewadahan harus dapat memberikan kemudian dalam pekerjaan
pengumpulan.

5. PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DAN PENGOLAHAN.


Umum.

Tujuan pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau
yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa
sehingga tidak – atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.

Kegiatan operasional di pembuangan akhir pada dasarnya merupakan:

- Kegiatan yang merubah bentuk lahan

- Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan,
air dan udara.

Pembuangan Akhir

Yang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah cara yang digunakan untuk
memusnahkan sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan mapun

PT GUMI ADIMIRA 4-22


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

sampah padat hasil buangan kegiatan pengelolaan sampah itu sendiri.

Ada 2 cara pembuangan akhir, yaitu:


1. Open Dumping
2. Landfill, yang dapat dibedakan lagi atas:
a. Sistim Controlled Landfill
b. Sistim Sanitary Landfill
1) Open Dumping

 Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir
(TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan
sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru.
 Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah
dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga
manusia.
Keuntungan :

- Operasi sangat mudah


- Biaya operasi dan perawatan murah
- Biaya investasi TPA relatif murah
Kerugian :

- Timbul pencemaran udara oleh gas, debu dan bau


- Cepat terjadi proses timbulnya leachate, sehingga menimbulkan pencemaran
air tanah
- Sangat mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat,
nyamuk dan serangga lain).
- Mengurangi estetika lingkungan.
2) Controlled Landfill

Merupakan perbaikan dari pada cara open dumping yaitu dengan menambahkan
lapisan tanah penutup di atas sampah.

a. Sistem Controlled Landfill


 Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian
pada kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap
lingkungan.

PT GUMI ADIMIRA 4-23


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh
timbunan sampah harus ditutup dengan lapisan tanah.
 Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah penutup.
Keuntungan :

- Dampak negatif terhadap estetika lingkungan sekitarnya dapat dikurangi


- Kecil pengaruhnya terhadap estetika lingkungan awal
Kerugian:

- Operasi relatif lebih sulit dibanding open dumping


- Biaya investasi relatif lebih besar dari pada open dumping
- Biaya operasi dan perawatan relatif lebih tinggi dari pada open dumping
b. Sistem Sanitary Landfiil
 Adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana
yang telah ditetapkan.
 Pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada
akhir jam operasi.
 Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah.
 Keuntungannya adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan
sekitarnya relatif lebih kecil dibanding sistem controlled landfill.

Sampah buangan

TAHAP PERTAMA

Sampah yang sudah di padatkan


tanpa lapisan penutup

TAHAP AKHIR

OPEN DUMPING

PT GUMI ADIMIRA 4-24

6.1 Saluran
Persamp
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Saluran persampahan

Lapisa tanah

penutup harian

(t=20cm)

6.3 Rumah
Rumahjaga pos
6.2 Sampah
6.4 Jalan Jaga Pos Lapisa tanah penutup
Pipa aliran gas Buangan
Call
Masuk harian (t=20cm)
TPA

6.5 Rumah
6.7 Saluran
6.6 Jalan Jaga Pos
Persamp
Masuk
ahan
TPA

4.5. METODOLOGI PELAKSANAAN


Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan dalam
menangani pekerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Propinsi Nusa Tenggara Barat akan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan pokok.

1. Persiapan

- Melakukan studi literatur atau review studi yang relevan di Kota


Denpasar
- Membuat program kerja kegiatan secara keseluruhan
- Menetapkan metode survey
- Menyusun kuesioner untuk menjaring data

PT GUMI ADIMIRA 4-25


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

- Menyusun jadual kerja dan kegiatan persiapan lain yang dibutuhkan


2. Pengumpulan Data dan Survai Lapangan
Pada umumnya data yang akan dikumpulkan merupakan data sekunder, hanya pada
beberapa bagian mungkin akan diperlukan data primer, khususnya yang berhubungan
dengan data teknis operasional pengelolaan di TPA dan penentuan timbulan sampah.
Pengumpulan data akan dilaksanakan dengan cara observasi lapangan, interview, dan
pencatatan terhadap data yang telah ada (data sekunder). Data sekunder yang
dikumpulkan adalah data tentang studi terkait, kondisi fisik dan sosial ekonomi Kota,
dan kondisi pengelolaan persampahan eksisting di Kabupaten Sumbawa Barat, yang
mencakup data tentang aspek teknis pengelolaan sampah, data peraturan pengelolaan
sampah yang ada, data kelembagaan, data pembiayaan, dan data tentang peran serta
masyarakat dan swasta pada pengelolaan persampahan.

3. Kompilasi, Pengolahan Data dan Pengkajian


- Mengelompokkan data kuantitatif dan kualitatif yang relevan dengan perencanaan
persampahan sebagai bahan analisis

- Penyiapan standar Nasional yang dapat dipergunakan sebagai tujuan penyusunan


Masterplan Persampahan

- Pengkajian tata ruang kota yang mempengaruhi sistem kebersihan

- Pengkajian tertiadap sistem pengelolaan yang dilakukan saat ini

4. Analisis

Melakukan analisis data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

meningkatkan pola pelayanan persampahan. Metode analisis dapat

dilakukan secara deskriptif, SWOT maupun metode lain

5. Analisis dan Identifikasi Masalah

Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem


pengelolaan sampah yang ada saat ini. Kelemahan dan kekuatan tersebut akan
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun usulan konsep peningkatan
kinerja pengelolaan persampahan Kabupaten Sumbawa Barat. Pada tahap ini juga
dilakukan identifikasi masalah yang terjadi pada pengelolaan persampahan selama ini.
Selanjutnya hasil identifikasi tersebut akan disusun dalam bentuk formulasi masalah

PT GUMI ADIMIRA 4-26


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

yang telah dilengkapi dengan hasil evaluasi untuk menetapkan upaya yang diperlukan
untuk memperbaiki/mengatasi persoalan yang dihadapi saat ini. Formulasi masalah
dan rencana perbaikan tersebut dijadikan dasar untuk menyusun konsep peningkatan
kinerja pengelolaan persampahan Kabupaten Sumbawa Barat dalam bentuk
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat.

6. Penyusunan Master Plan Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

Hasil analisis tentang pengelolaan persampahan saat ini dan formulasi masalah beserta
rencana perbaikan digunakan untuk menyusun Master Plan Pengelolaan Sampah
Kabupaten Sumbawa Barat. Master Plan tersebut akan terdiri atas Penyusunan
Perencanaan Pengelolaan persampahan sampai 25 tahun kedepan yaitu tahun 2031
Perencanaan teknis dan manajemen persampahan meliputi :
- Proyeksi perkembangan penduduk
- Proyeksi volume sampah
- Pengembangan aspek institusi
Pengembangan aspek teknis (kebutuhan prasarana dan sarana persampahan,
pewadahan, pegumpulan, pemindahan, pengolahan/3R, pengangkutan dan
pembuangan akhir). Selain itu juga diperlukan rencana kebutuhan dukungan
Prasarana dan Sarana dalam rangka mendukung pengoperasian TPA Kota Taliwang
yang merupakan TPA yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir sampah di
Kabupaten Sumbawa Barat, dengan peta dan gambar dengan skala sesuai ketentuan
7. Finalisasi

Setelah konsep Master Plan terebut disusun, mak dilakukan kegiatan pembahasan
dengan instansi terkait. Hasil pembahasan berupa masukan dan perbaikan akan
digunakan untuk menyempurnakan konsep tersebut.Secara lebih jelas tahapan
metodologi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4.

PT GUMI ADIMIRA 4-27


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 4.4. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

PT GUMI ADIMIRA 4-28


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kunjungan Lapangan Ketiga, dilakukan untuk tujuan konfirmasi dan memperoleh


kesepakatan terhadap konsep laporan akhir yang disusun konsultan. Diharapkan Instansi
terkait di Daerah dapat memberikan masukan terhadap konsep perencanaan teknis maupun
data lapangan yang telah disusun. Selanjutnya dalam rangka penghematan waktu, maka
pelaksanaan analisis dengan penyusunan konsep akan dilakukan secara bersamaan jika
memungkinkan, dalam arti penyusunan konsep tidak harus dilakukan setelah seluruh analisis
diselesaikan. Tetapi jika beberapa bagian analisis diselesaikan langsung diikuti dengan
penyusunan konsep. Sebagai contoh pada aspek teknis operasional, jika analisis tentang
tenaga kerja dan pemakaian truk diselesaikan, maka penyusunan konsep efisiensi tenaga kerja
dan pemakaian truk dapat segera dilaksanakan, walaupun analisis secara lengkap tentang
aspek teknis operasional belum diselesaikan secara keseluruhan.

Selain faktor teknis tersebut, maka beberapa faktor non teknis perlu disepakati pada
saat pembahasan laporan pendahuluan. Antara lain perlu disepakati bahwa untuk menunjang
pelaksanaan survei ini maka administrasi untuk survei diharapkan dapat segera diselesaikan
oleh pihak Proyek Pemberi Tugas, dan pembahasan dilakukan tepat waktu sesuai jadwal,
serta asistensi dengan tim teknis dapat dilakukan secara teratur agar persoalan yang
ditemukan pada pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pemanfaatan
waktu dapat dilakukan secara efisien.

Berdasarakan masukan dari pembahasan laporan antara, maka dilanjutkan dengan


tahap analisa dan identifikasi masalah, analisa dilakuan terhadap data hasil survai lapangan
yang dilandasi dengan teori-teori dan ketentuan atau standar bidang persampahan. Hasil
analisa diformulasikan untuk mendapatkan perumusan dalam penyusunan Master Plan
Pengeolaan Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat. Keluaran pada tahap ini adalah berupa
Konsep Laporan Akhir, dan akan diserahkan paling lambat 5 (lima) bulan setelah SPMK.

Laporan Akhir (final) berupa penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir setelah
mendapatkan masukan dari diskusi konsep Laporan Akhir. Laporan Akhir ini akan
diserahkan 4 minggu setelah penyerahan laporan Konnsep Akhir.

4-29
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB V
KONDISI EKSISTING
PENGELOLAAN SAMPAH

5.1.UMUM
Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 kecamatan dengan luas 1849,02 km2. Sumber
penghasil sampah di kawasan ini adalah daerah-daerah permukiman, sektor-sektor kegiatan
ekonomi, taman lingkungan dan tempat-tempat fasilitas umum. Pengelolaan sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan dengan Sanitary Landfill (SLF). Sampah
dibuang di tempat pembuangan lokal di sekitar rumah dan kemudian dibakar. Sedangkan
sebagian penduduk di daerah pesisir membuang sampah dan limbah rumah tangga langsung
ke laut, karena aturan tentang pembuangan sampah tidak ada, sehingga sampah dan limbah
rumah tangga yang dibuang ke laut dibawa kembali oleh ombak, apalagi pada saat air pasang,
dan kembali lagi dan menyebar atau menjadi tumpukan sampah di tepi pantai, dan bahkan ke
area permukiman penduduk.

5.1.1. Proyeksi Jumlah Penduduk


Analisa kependudukan merupakan proyeksi dari pertumbuhan penduduk sampai
dengan tahun 2020. Jumlah penduduk dan perkembangannya merupakan faktor yang paling
terkait dengan perkembangan jumlah/volume timbulan sampah disuatu kota. Semakin besar
pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan semakin besar pula volume timbulan sampah
kota. Proyeksi pertumbuhan penduduk ini akan mengunakan metoda geometrik dengan laju
pertumbuhan penduduk per tahun. Hasil perhitungan proyeksi penduduk seperti pada tabel
berikut ini (Tabel 5.1).

PT GUMI ADIMIRA 5-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


Pn = Po ( 1 + r ) n-1
Dimana: Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun sekarang (jiwa)
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = Tahun ke-
Proyeksi penduduk dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Proyeksi Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat


Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

2010 102921
2011 106009
2012 109189
2013 112465
2014 115839
2015 119314
2016 122893
2017 126580
2018 130377
2019 134289
2020 138317
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2016

5.1.2. Timbulan dan Tingkat Pelayanan Sampah


Timbulan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat yang ditangani adalah berasal dari
daerah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat. Timbulan sampah domestik yang
asumsikan tidak berbeda dengan hasil penelitian mengenai timbulan sampah kota sedang di
Indonesia yang berkisar 2 – 2,5 l/org/hari sebesar 2,5 l/org/hari sedang untuk sampah non
domestik diperkirakan sebesar 25% dari sampah domestik.
Daerah pelayanan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8
kecamatan yaitu kecamatan Sekongkang, Jereweh, Maluk, Taliwang, Brang Ene, Brang Rea,
Seteluk dan Pototano.

PT GUMI ADIMIRA 5-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 5.2. Jumlah Pelayanan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kecamatan Jumlah penduduk


Tahun 2010
Sekongkang 7348
Jereweh 7196
Maluk 10159
Taliwang 38566
Brang Ene 4946
Brang Rea 11525
Seteluk 14878
Poto Tano 8304
Total 102921
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2010

Pada tahun 2010, prosentasi tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Sumbawa


Barat dapat dihitung dari besarnya volume timbulan sampah dibandingkan dengan volume
pengangkutan sampah.
 Jumlah penduduk total Kabupaten Sumbawa besar yang termasuk daerah pelayanan
sampah pada tahun 2010 adalah 102.921 jiwa.
 Laju timbulan sampah : 2,501 l/org/hari untuk sampah domestik sedang sampah non
domestik sebesar 25% dari sampah domestik.
 Volume timbulan sampah adalah sebesar 257 m3/hari .
 Volume pengangkutan sebesar 106 m3/hari.
Tingkat pelayanan sampah berdasarkan sampah terangkut adalah sebesar 41 %.
Volume pengangkutan sampah dihitung dari perkalian jumlah truk pengangkut yang
beroperasi dalam sehari dengan kapasitas angkut truk tersebut.
Pada saat ini, prosentase tingkat pelayanan akan dikaji kembali dengan melakukan survey
dan menghitung kembali volume timbulan sampah dan volume pengangkutan sampah di
Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan peningkatan jumlah penduduk, sudah dapat dipastikan
terjadi kenaikan volume timbulan sampah. Diharapkan terjadi peningkatan volume
pengangkutan sampah, sehingga tingkat pelayanan sampah akan meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya.

PT GUMI ADIMIRA 5-3


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5.1.3. Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah


Penanganan permasalahan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat ditangani oleh Badan
Lingkungan Hidup (Gambar 5.1). Berdasarkan Perda No 6 Tahun 2009 Tanggal 8 April 2009
tentang pembentukan, susunan, kedudukan, tugas pokok & fungsi Lembaga Teknis Derah
Kabupaten Sumbawa Barat. Kedudukan, tugas pokok & Fungsi dari Badan Lingkungan
Hidup sebagai berikut:
1. Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah dibidang
Lingkungan Hidup.
2. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Lingkungan
Hidup menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan lingkup tugasnya;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
e. pembinaan terhadap tenaga fungsional di lingkungan Badan Lingkungan
Hidup;
f. pengelolaan urusan ketatausahaan Kantor;
4. Badan Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Kantor.
5. Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
6. Rincian tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

PT GUMI ADIMIRA 5-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 5.1. Struktur Organisasi pengelola persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat

5.1.4. Pembiayaan
Biaya pengelolaan sampah oleh Badan Lingkungan Hidup pada kawasan tertentu yaitu
sebagai pengelola sampah selama ini didanai dari dana APBD yang dimasukan sebagai
anggaran rutin pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan sistem keuangan negara yang
berlaku sekarang, semua sumber pendapatan dan belanja negara/daerah harus tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanjaa Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Tidak ada lagi anggaran yang dialokasikan melalui Inpres dan bentuk-
bentuk non-budgeter lainnya. Oleh karena itu pendanaan pengelolaan persampahan oleh
dinas akan bersumber dari APBD. Penerimaan daerah bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat
c. Penerimaan daerah dan lain-lain penerimaan yang sah

PT GUMI ADIMIRA 5-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri bersumber dari: pajak daerah, retribusi daerah,
bagian laba dari BUMD dan lain-lain PAD yang sah. Penerimaan Daerah yang dimaksud di
atas dialokasikan penggunaanya ke sektor-sektor dan sub-sub sektor kegiatan sesuai
peruntukan dan kebutuhan sebagaimana direncanakan di daerah. Retribusi daerah termasuk
retribusi persampahan/kebersihan adalah bagian dari PAD. Penerimaan retribusi dimasukkan
ke dalam Kas Dinas Pendapatan Daerah, digabung dengan pajak- pajak dan sumber
penerimaan lainnya. Dengan cara ini, sifat dari dan perlakuan terhadap retribusi sebenarnya
tidak berbeda dengan pajak. Dengan demikian sistem yang berlaku tidak memungkinkan
untuk mengkaitkan retribusi tertentu dengan pelayanan tertentu. Juga tidak mungkin
mengetahui kemana atau untuk apa saja penerimaan retribusi persampahan digunakan.

5.1.5. Retribusi Sampah


Untuk Kabupaten Sumbawa Barat tidak ada pungutan retribusi sampah, pembiayaan
diambil dari APBD.

PT GUMI ADIMIRA 5-6


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 5.3. Daerah Pelayanan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat


D ae rah Pe layanan Sampah Pola Pe nge lolaan Gambar/Foto
No Je nis Sampah Volume TPS
Lokasi N ama Container Sampah Kondisi Lokasi

1 KTC Container Sampah 1 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

2 Brang Ene Container Sampah 2 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

3 Puskesmas Taliwang Container Sampah 3 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

4 RSUD Asy Syifa Container Sampah 4 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

5 Pasar Taliwang Container Sampah 5 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

6 Pasar Seteluk Container Sampah 6 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB VI
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN
RENCANA

6.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM


PENGELOLAAN SAMPAH
Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat di dalamnya mencakup
Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah. Secara detail akan diuraikan
mengenai kebijakan strategi (visi misi, kebijakan, strategi) dan rencana pengembangan
sistem pengelolaan sampah baik aspek teknis-teknologis, pengaturan, kelembagaan,
keuangan, maupun peran serta masyarakat.

Pembahasan ini didasari atas kondisi pengeloaan sampah yang mengacu pada
perencanaan di wilayah yang menjadi pengembangan dengan melihat dasar kebijakan
dan ketentuan yang sudah ada.

6.1.1. Visi dan Misi


Visi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 – 2015 yang dirumuskan
secara visoner dan normatif oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih
melalui Pilkada Langsung tahun 2010 adalah ”Terwujudnya Keunggulan Wilayah pada
semua bidang kehidupan untuk Mengokohkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai
Kabupaten Percontohan yang Berperadaban Fitrah di Provinsi Nusa Tenggara Barat”.

Visi tersebut dilandasi oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan
dan pemberi motivasi dalam membangun Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut :

1. Keunggulan Wilayah, baik berupa keunggulan komparatif (comparative adventage)


maupun keunggulan kompetitif (competitive adventage). Keunggulan komparatif
adalah keunggulan dari semua sumberdaya pembangunan (input) dalam memproduksi
hasil pembangunan (output), sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan

PT GUMI ADIMIRA 6-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dari semua produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output
lainnya di pasar.

2. Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam
melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan
pembangunan, meliputi lima kelompok bidang yaitu geografis & sumberdaya alam,
perekonomian, sosial budaya & sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan
pemerintahan & pelayanan umum.

3. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan, adalah kabupaten yang


dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, terutama kabupaten/kota yang ada di
wilayah Provinsi NTB karena adanya keberhasilan yang dicapai dalam berbagai
bidang/sektor/kegiatan pembangunan. Spirit kabupaten percontohan ini diharapkan
dapat memacu Pemerintah Daerah beserta masyarakatnya untuk secara bersama-sama
membangun wilayahnya pada berbagai bidang kehidupan, sehingga mampu menjadi
daerah percontohan yang berperadaban fitrah pada masa mendatang.

4. Kabupaten Sumbawa Barat Berperdaban Fitrah, adalah kabupaten yang lahir,


berproses dan berhasil karena adanya kepatuhan dari masyarakatnya dalam
menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Peradaban fitrah mengandung tiga dimensi yaitu dimensi idiologis yaitu adanya
aqidah/keyakinan yang mantap terhadap tata nilai Islam; dimenasi spiritual yaitu
adanya akhlak/psikologis atau perilaku yang sesuai tuntunan keislaman; dan dimensi
struktural yaitu adanya penampilan proses dan hasil-hasil pembangunan, baik berupa
teknologi maupun materi yang bernilai Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut
menjadi syarat wajib untuk dapat memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta
ridho Allah SWT dalam semua bidang kehidupan.

Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat
dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan
daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi kondisi umum
berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa depan. Visi yang dihasilkan
melalui cara ini disebut visi pembangunan.

PT GUMI ADIMIRA 6-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai


sumberdaya pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat, maka Visi pembangunan
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 – 2015 adalah ”Kabupaten Sumbawa Barat
Berkembang Melalui Pembangunan Agroindustri Andalan”.

Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas
(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dan
kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai pelaku
usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri merupakan pemicu
dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu mempunyai keterkaitan ke
belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu (penyediaan input dan usaha
pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam mendorong pembangunan sektor
hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil agroindustri) dengan dukungan berbagai
kelembagaan penunjang agribisnis.

Untuk mewujudkan visi pembangunan dan sekaligus visi daerah Kabupaten


Sumbawa Barat, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
2011 - 2015 sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam dengan


mempertimbangkan keunggulan komparatif sumberdaya dan integritas ekosistem
wilayah yang berkelanjutan.

2. Mengembangkan perekonomian wilayah dengan mengintegrasikan keunggulan sektor


pertanian dan industri secara efisien, efektif dan produktif, sehingga mampu
memperluas kesempatan kerja bagi masyatakat dan memberikan nilai tambah bagi
pertumbuhan ekonomi wilayah.

3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan yang
mampu menstimulasi pengembangan sumberdaya manusia yang beriman taqwa
(IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif
dalam pembangunan.

4. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunansebagai syarat harus dalam


berproduksi dan berkonsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat.

PT GUMI ADIMIRA 6-3


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan berlandaskan tata nilai pemerintahan


yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang arif-bijaksana (Sound
Governance).

A. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kota Sumbawa Barat Didasarkan Pada


Undang Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan Dan Kondisi Pengelolaan Sampah Di
Kabupaten Sumbawa Barat
1. Pengembangan Teknis – Teknologi
Kebijakan (1) : Pengurangan Sampah Semaksimal Mungkin Dimulai dari
Sumbernya

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah


paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan
untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan
memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat didaur ulang. Pengurangan
sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah
angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena
tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat
mencapai 50% dari total sampah yang dihasilkan.

Kebijakan (2) : Peningkatan Cakupan Pelayanan dan Kualitas Sistem


Pengelolaan

Tingkat pelayanan sampah Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 18,64%, pada saat
ini masih banyak dijumpai sampah TPS yang tidak terangkut secara rutin dan masih
banyak masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong/sungai karena
kurangnya sarana dan prasarana serta karena kondisi geografis atau jarak tempuh
yang jauh. Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan
pengumpulan sampah secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen
internasional sudah disepakati untuk mendorong peningkatan pelayanan yang lebih
tinggi kepada masyarakat. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2019

PT GUMI ADIMIRA 6-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

yang mengarah pada pencapaian 100% penduduk juga telah ditetapkan bersama, dan
perlu dioperasionalisasi melalui strategi-strategi yang tepat.

2. Pengembangan Pengaturan
Kebijakan : Pengembangan Peraturan dan Perundangan

Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku kepentingan


persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya.
Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh seperti
pengelola kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah dari TPS
sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan sampah secara open dumping.
Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar
retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah sembarangan. Legislatif belum
menyediakan anggaran sesuai kebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah
Pusat belum mampu menyediakan ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-
aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk
menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara
bertanggungjawab.

3. Pengembangan Kelembagaan
Kebijakan : Pengembangan Kelembagaan

Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan


untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas
pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung penguatan kapasitas kelembagaan
pengelola persampahan. Penguatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk
institusi yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung jawabnya,
memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh
tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.

PT GUMI ADIMIRA 6-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

4. Pengembangan Keuangan
Kebijakan : Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan

Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus


disediakan oleh Pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat. Namun demikian
pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk
menjaga keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat diperlukan untuk
menjaga agar pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik
dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari masyarakat
adalah melalui pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai
tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri.

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan


kebutuhan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan
tersebut; dan masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk membiayai
pelaksanaan pengelolaannya.

5. Pengembangan Peran Masyarakat/ Swasta/ Perguruan Tinggi


Kebijakan : Peningkatan Peran Aktif Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Sebagai Mitra Pengelolaan

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-pola


penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan pemahaman bahwa
masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang
mengandung makna kesetaraan. Masyarakat perlu diarahkan mengenai kesadaran
penanganan sampah yang dilakukan mulai dari pendidikan formal sejak dini,
sosialisasi ke masyarakat melalui informasi langsung dan tidak langsung. Tanpa
ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang
memadai.

Disamping masyarakat, pihak swasta atau dunia usaha juga memiliki potensi yang
besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Pihak swasta
dapat sebagai mitra pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan,

PT GUMI ADIMIRA 6-6


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pengelolaan prasarana dan sarana persampahan, termasuk melakukan upaya


pengendalian pencemaran lingkungan. Swasta perlu dilihat sebagai mitra untuk
bersama mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya sangat
diperlukan.

6.1.2. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah


1. Pengembangan Teknis – Teknologis
Kebijakan (1) : Pengurangan Sampah Semaksimal Mungkin Dimulai dari
Sumbernya

Strategi :

 Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R dan pengamanan sampah B3.


Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat kaitannya
dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran dan peningkatan
pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang dilakukan secara
berjenjang baik melalui promosi yang dapat memberi gambaran mengenai “nilai”
pengurangan sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan dan
lingkungan maupun kampanye yang terus menerus untuk membangun suatu
komitmen sosial. Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui
mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1), reuse (R2) dan recycle (R3). R1 adalah upaya
yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup konsumtif serta
senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali pakai" yang ramah lingkungan. R2
adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang berulang
agar tidak langsung menjadi sampah. R3 adalah setelah sampah harus keluar dari
lingkungan rumah, perlu dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan
secara setempat. Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah
tangga (lampu neon, kemasan pestisida, baterai dan lain-lain) secara khusus.
Rencana tindak lanjut dari strategi ini adalah pelaksanaan promosi dan kampanye
3R secara luas melalui berbagai media massa untuk menjangkau masyarakat dari
berbagai kalangan.

 Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam

PT GUMI ADIMIRA 6-7


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pelaksanaan 3R.
Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengan pemberian insentif
yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa melakukan kegiatan 3R.
Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,
pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat
kelurahan dan lain-lain. Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut harus
diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang memadai. Strategi
ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
 Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
persampahan di sumber
 Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan sampah
melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan daur ulang) di
permukiman
 Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil
melaksanakan reduksi sampah
 Replikasi model-model best practice

 Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.


Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat signifikan
dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan penjegahan
dengan membuat peraturan-peraturan juga perlu diperlakukan untuk mendorong
masyarakat tidak melakukan hal-hal diluar ketentuan. Pencegahan dapat berupa
antara lain peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/ pengangkutan untuk
jenis sampah tercampur dan lain-lain.
Rencana tindak selanjutnya adalah fasilitasi pembentukan forum koordinasi
interdepartemen untuk penerapan 3R sebagai wadah saling bertukar pikiran dan
penyusunan program untuk dapat diimplementasikan di masing-masing
Departemen terkait.

Kebijakan (2) : Peningkatan Cakupan Pelayanan dan Kualitas Sistem Pengelolaan

Strategi :

 Optimalisasi prasarana & sarana persampahan

PT GUMI ADIMIRA 6-8


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering diakibatkan oleh


rendahnya jumlah armada serta tingkat pemanfaatan armada pengangkut.
Pengelolaan sampah oleh Bidang Kebersihan yang bernaung dibawah Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat masih mengoperasikan truck
sampah dengan ritasi tidak efisien (tidak lebih dari 2 rit/hari). Sehingga
diperlukan upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan pengangkut dan peralatan
lainnya sehingga lebih banyak sampah terangkut dan lebih banyak masyarakat
dapat terlayani. Rencana tindak yang diperlukan adalah :
 Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana dan sarana persampahan
 Penyusunan pedoman manajemen asset persampahan

 Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan


Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan jangkauan yang memberikan
rasa keadilan. Disamping pusat kota yang mendapat prioritas, pelayanan juga
tetap harus disediakan bagi masyarakat kelas ekonomi rendah agar mereka juga
dapat menikmati lingkungan permukiman yang bersih dan sehat. Perluasan
jangkauan pelayanan juga harus dilakukan secara terencana dan terprogram
dengan baik dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan sumber
daya.

 Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan


Dalam batas pemanfaatan optimal telah tercapai dan masih dibutuhkan
peningkatan cakupan pelayanan maka akan diperlukan adanya peningkatan
kapasitas sarana persampahan khususnya armada pengangkutan. Rencana tindak
yang diperlukan adalah penambahan sarana persampahan khususnya armada
pengangkut sampah sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

 Mengembangkan/meningkatkan TPA kearah sanitary landfill atau controlled


landfill
TPA yang masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera
dilakukan upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode
sanitary landfill dan controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan dikemudian hari. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan

PT GUMI ADIMIRA 6-9


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pedoman peningkatan pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah


untuk perbaikan fasilitas persampahan yang dmiliki.

 Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan


Pengelolaan TPA yang buruk harus diakhiri dengan upaya peningkatan
pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang jelas-jelas telah
menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera mendapatkan
langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang terjadi dapat
diminimalkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi
TPA yang mencemari lingkungan sesuai dengan prioritas.

 Melaksanakan Litbang dan aplikasi teknologi penanganan sampah tepat guna dan
berwawasan lingkungan
Kekeliruan dalam pemilihan teknologi perlu segera dihentikan dengan
memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. Disamping itu juga sangat
diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan teknologi
yang paling sesuai dengan kondisi sampah di Indonesia pada umumnya. Rencana
tindak yang diperlukan adalah :
 Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
 Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA
 Penyusunan pedoman waste-to-energy

2. Pengembangan Pengaturan
Kebijakan : Pengembangan Peraturan dan Perundangan

Strategi:
 Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara
konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya.
Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah mendapat
pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan tindakan pengenaan sanksi
terhadap pelaku penyimpangan baik dari unsur pemerintah, masyarakat, swasta,
dan lain-lain untuk membina setiap pemangku kepentingan melaksanakan tugas

PT GUMI ADIMIRA 6-10


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dan kewajibannya secara bertanggung jawab. Rencana tindak yang diperlukan


adalah penyusunan pedoman penarapan produk dan sanksi hukum persampahan.
 Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan acuan
pelaksanaan pengelolaan persampahan
Produk hukum baik dari tingkat pusat berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri, sedangka produk hukum dari tingkat daerah
berupa Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan lain-lain
haruslah disediakan secara lengkap dan mampu mengantisipasi segala
perkembangan dinamika pengelolaan persampahan. Rencana tindak yang
diperlukan adalah penyusunan dan pengembangan NPSM persampahan.

3. Pengembangan Kelembagaan
Kebijakan : Pengembangan Kelembagaan

Strategi :

 Meningkatkan status & kapasitas institusi pengelola


Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan menjadi setingkat “Dinas”
atau “Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan didasarkan pada
kebutuhan manajemen untuk menyelesaikan masalah persampahan yang sudah
cenderung lebih komplek. Sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil
diperlukan institusi setingkat "Sub Dinas" atau "Seksi" atau "UPT" (unit
pelaksana teknis). Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman
kelembagaan pengelolaan persampahan.

 Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan


Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus menerus
dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga dapat diidentifikasi
berbagai kelemahan yang ada dan melakukan upaya-upaya peningkatan yang
terarah. Rencana tindak yang diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan
evaluasi kinerja pengelola persampahan.

 Memisahkan fungsi /unit regulator & operator


Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak untuk segera

PT GUMI ADIMIRA 6-11


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

diwujudkan sehingga satu institusi yang berperan ganda sebagai operator


sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan. Adanya dua peran dalam satu
institusi telah menyebabkan kerancuan dalam mekanisme pengawasan
pelaksanaan pengelolaan sampah, seperti yang saat ini terjadi. Apabila intitusi
akan berperan sebagai operator maka diperlukan intitusi pengawas yang berperan
sebagai regulator . Namun apabila untuk menyelenggarakan pelayanan
persampahan dikontrakkan dengan pihak ketiga, maka Dinas/Sub dinas menjadi
regulator dengan tetap berkordinasi dengan instansi terkait.
Struktur organisasi suatu Dinas/Perusahaan Daerah/Sub Dinas/Seksi/UPT
sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja dan perlu memiliki fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang efisien dan efektif. Rencana
tindak yang diperlukan adalah :
 Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator
 Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator

 Meningkatkan koordinasi & kerjasama antar stakeholder


Penguatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh pola-pola
kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama antar kota dalam
penerapan pola pengelolaan sampah secara regional. Kerjasama antar instansi
dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan kewenangan instansi lain
seperti pengelolaan sampah pasar, drainase/sungai, pihak
produsen/industri/perdagangan (penanganan sampah kemasan dan B3 rumah
tangga dan bahan-bahan daur ulang), pertanian/kehutanan (pemasaran kompos),
bidang pendidikan dan lain-lain. Selain itu kerjasama dengan pihak PLN
(kerjasama penarikan retribusi), pihak developer/kelurahan/LSM (penanganan
sampah skala kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan tinggi (penelitian dan
pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat diperlukan.

 Meningkatkan kualitas SDM bidang persampahan


Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan,
profesionalisme sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu unsur utama
yang dapat menggerakkan roda manajemen persampahan secara menyeluruh.
Peningkatan kualitas SDM menjadi sangat penting untuk terselenggaranya suatu

PT GUMI ADIMIRA 6-12


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

sistem pengelolaan persampahan yang berkelanjutan. Rencana tindak yang


diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan baik ditingkat pusat,
provinsi, dan kota / kabupaten.

4. Pengembangan keuangan
Kebijakan : Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan

Strategi :

 Menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam pengelolaan persampahan


dan kebutuhan anggaran
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi akan prioritas
dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk perlunya pemulihan biaya
pengelolaan; bahkan diantara para pengambil keputusan di Pemerintah Daerah.
Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan persepsi
agar pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian yang seimbang. Untuk
dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif pembiayaan persampahan,
diperlukan proses penyamaan persepsi ditingkat para pengambil keputusan baik
pusat maupun daerah sehingga pemahaman akan pentingnya pelayanan
persampahan dapat dimiliki dan menjadi pertimbangan dalam pengalokasian
anggaran selanjutnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah :
 Pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para
pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.
 Pengalokasian anggaran yang seimbang / adil bagi pengelolaan persampahan
agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara kuantitas maupun
kualitas

 Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan


Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan pemulihan biaya dari
pengelolaan persampahan agar subsidi bagi pelayanan publik ini dapat dibatasi
dan mengupayakan semaksimal mungkin pendanaan dari masyarakat. Rencana
tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman dan aturan untuk
memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya pemulihan biaya

PT GUMI ADIMIRA 6-13


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pengelolaan persampahan. Pedoman dan aturan tersebut akan meliputi pedoman


penyusunan rencana biaya, pedoman pengelolaan keuangan, pedoman
penyusunan tarif retribusi; yang akan menjadi acuan yang memudahkan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan upaya-upaya pemulihan biaya.

5. Pengembangan Peran Masyarakat/ Swasta/ Dunia Pendidikan


Kebijakan : Peningkatan Peran Aktif Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
sebagai Mitra Pengelolaan

Strategi :

 Meningkat pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak dini melalui


pendididkan di sekolah
Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa
terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari sumber.
Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu melalui
mekanisme pendidikan masalah kebersihan / persampahan sejak dini di sekolah.
Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kotadi Indonesia (SD,
SMP dan SMA).
Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan uji coba/pengembangan dan
replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia sekolah secara dini
mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan sampah sederhana di
lingkungan sekolahnya

 Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada


masyarakat umum
Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi masyarakat
agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan sehingga dapat
bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan
pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa
yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di
dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup: Penyusunan
pedoman/panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya melalui

PT GUMI ADIMIRA 6-14


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

media massa

 Membina masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan


persampahan
Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam jangka
panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan masyarakat
terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan sangat erat
kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75% sampah kota berasal
dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan yang efektif
untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum perempuan
yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai vocal
point. Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh
kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan
di rumah dan kelompok masing-masing.

 Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat


Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara efektif dan
bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila
keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui
pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di tempat
lainnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan
ujicoba/pengembangan/replikasi pengelolaan berbasis masyarakat.

 Mengembangkan sistem insentif dan iklim kondusif bagi dunia usaha/swasta


Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu
diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau
terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali pedoman
dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu segera
dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik faktor
keuntungan yang proporsional. Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan
melakukan uji coba kerjasama swasta dalam skala yang signifikan di beberapa
kota percontohan. Kerjasama ini hendaknya dilakukan secara profesional dan

PT GUMI ADIMIRA 6-15


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

transparan sehingga dapat menjadi contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.


Rencana tindak yang diperlukan adalah :
 Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan
 Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah
 Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala kawasan

Dari uraian kebijakan dan strategi nasional sistem pengelolaan persampahan


diatas dapat dipakai sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan dan strategi
pengelolaan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan melihat kondisi
pengelolaan sampah saat ini dan kemampuan yang dimiliki Pemda Kabupaten
Sumbawa Barat berikut ini dibuat matrik kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
Kabupaten Sumbawa Barat (Tabel 6.1)

PT GUMI ADIMIRA 6-16


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 6.1. Matriks Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah

KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA TINDAK


1. Pengurangan  Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3  Promosi dan kampanye 3 R melalui tingkat kabupaten,
timbulan sampah R dab pengamanan sampah B3 kecamatan, desa dan dusun (RT/RW).
semaksimal mungkin  Mengembangkan dan menerapkan sistem  Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R di
dimulai dari insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3 R permukiman
sumbernya  Mendorong koordinasi lintas sektor  Fasilitasi pembentukan forum koordinasi interdepartemen
perindustrian dan perdagangan untuk penerapan 3 R
2. Peningkatan peran  Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan  Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi sekolah
aktif masyarakat dan persampahan sejak dini melalui pendididkan di bersih dan hijau
dunia usaha/swasta sekolah  Pengembangan pedoman/panduan pengelolaan sampah
sebagai mitra  Menyebarluaskan pemahaman tentang  Fasilitasi forum lingkungan oleh kaum perempuan
pengelolaan pengelolaan persampahan kepada masyarakat  Pelaksanaan uji coba/pengembangan replikasi pengelolaan
umum sampah berbasis masyarakat
 Membina masyarakat khususnya kaum  Penyusunan pedoman kemitraan
perempuan dalam pengelolaan sampah  Fasilitasi/uji coba/pengembangan replikasi kemitraan
 Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis dengan swasta
masyarakat
 Mengembangkan sistem insentif dan iklim
kondusif bagi dunia usaha/swasta
3. Peningkatan cakupan  Optimalisasi prasarana & sarana persampahan  Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana & sarana
pelayanan dan  Meningkatkan cakupan pelayanan secara persampahan
kualitas sistem terencana dan berkeadilan  Pedoman manajemen aset persampahan

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA TINDAK


pengelolaan  Meningkatkan kapasitas sarana persampahan  Penyusunan Master plan, Studi kelayakan, Perencanaan
sesuai sasaran pelayanan Teknis dan Manajemen
 Melaksanakan rehabilitasi TPA yang  Penambahan prasarana & sarana persampahan sesuai
mencemari lingkungan kebutuhan
 Mengembangkan/meningkatkan TPA kearah  Penyusunan pedoman pengelolaan TPA
sanitary landfill atau controlled landfill  Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan
 Melaksanakan Litbang dan aplikasi teknologi TPA sesuai tata ruang
penanganan sampah tepat guna dan berwawasan  Uji coba pengelolaan TPA secara profesional
lingkungan  Penyusunan pedoman teknologi pengolahan sampah
ramah lingkungan
4. Pengembangan  Meningkatkan status & kapasitas institusi  Penyusunan pedoman kelembagaan
kelembagaan pengelola  Pelaksanaan evaluasi kinerja lembaga
 Meningkatkan kinerja institusi pengelola  Penyusunan pedoman pemisahan fungsi regulator dan
persampahan operator
 Memisahkan fungsi /unit regulator & operator  Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator
 Meningkatkan koordinasi & kerjasama antar  Penyusunan pedoman pengembangan kerja sama antar
stakeholder stakeholder di tingkat kabupaten
 Meningkatkan kualitas SDM bidang
persampahan
5. Pengembangan  Mendorong penerapan sistem pengawasan dan  Penyusunan pedoman penerapan produk dan sanksi
peraturan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten hukum persampahan
perundangan dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat  Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di tingkat
dan pemangku kepentingan lainnya. kabupaten

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA TINDAK


 Meningkatkan kelengkapan produk  Pedoman organisasi, pengelola fasilitas
hukum/NPSM sebagai landasan dan acuan  Pelaksanaan program Adipura/Kota Sehat
pelaksanaan pengelolaan persampahan

6. Pengembangan  Menyamakan persepsi para pengambil  Sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para
alternatif sumber keputusan dalam pengelolaan persampahan dan pengambil keputusan (eksekutif & legislatif)
pembiayaan kebutuhan anggaran  Pengalokasian anggaran persampahan
 Mendorong peningkatan pemulihan biaya  Penyusunan pedoman penyusunan rencana biaya,
persampahan pengelolaan keuangan, penyusunan tarif restribusi.
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Hasil Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

6.2. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah merupakan arahan rencana


program penanganan sampah yang hendak dicapai dalam Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat dan akan dipertajam pada sub-sub terkait
rencana dan tahapan program. Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah
dibuat berdasarkan periode pentahapan program jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang sebagaimana diuraikan pada sub sub berikut ini.

6.2.1. Teknis - Teknologis

Cakupan pelayanan yang meliputi seluruh daerah dalam wilayah Kabupaten


Sumbawa Barat, diprioritaskan ke Kecamatan Sumbawa Barat. Di Kabupaten Sumbawa
Barat terdapat sembilan (8) kawasan Ibu Kota yang telah dirumuskan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Dan untuk tahap pengembangan
selanjutnya yaitu diwilayah perdesaan kecamatan. Di Kabupaten Sumbawa Barat sendiri
terdapat lima puluh tujuh (57) kawasan Desa yang telah dirumuskan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut
seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.2. Data Kawasan Kota dan Desa Per Kecamatan di Kabupaten
Sumbawa Barat
Jumlah Kepadatan
Tahun/Density (per km2)
No Kecamatan Ibu Kota
Dusun/ Luas
Kelurahan Desa Penduduk Kepadatan
Lingkungan (Km2)
1. Sekongkang Sekongkang 0 7 21 25 36 144
Bawah
2. Jereweh Beru 0 5 17 132 41 67
3. Maluk Benete 0 4 15 74 66 70
4. Taliwang Kuang 7 8 57 25 36 144
5. Brang Ene Manemeng 0 6 18 132 41 67
6. Brang Rea Tepas 0 9 32 74 66 70
7. Seteluk Steluk 0 10 35 25 36 144
Tengah
8. Poto Tano Senayan 0 8 25 132 41 67
Jumlah 7 57 220 1849,02 129.724 74

Sumber : Sumbawa Barat dalam angka 2015

PT GUMI ADIMIRA 6-20


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Penentuan skala prioritas pada kawasan permukiman Kabupaten Sumbawa Barat


ditentukan menggunakan penetapan zona prioritas pelayanan . Penetapan zona
prioritas pelayanan persampahan tersebut ditetapkan sesuai dengan lingkup kegiatan
yang menjadi dasar dalam penanganan pada kawasan permukiman perkotaan dan
pedesaan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
 Kepadatan dan penyebaran penduduk lebih terpusat pada kawasan perkotaan.
Dengan kepadatan penduduk yang tinggi, timbulan sampah juga ikut tinggi.
 Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
 Secara fisik lingkungan, sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarkat
lebih dipusatkan ke kota, sehingga kondisi kota lebih padat dari di desa.
Perekonomian di kota juga lebih pesat dibanding perekonomian di desa sehingga
tingkat konsumsi barang semakin tinggi.
 Timbulan dan karakteristik sampah.
 Dengan semakin bertumbuhnya penduduk dan perekonomian, timbulan sampah
semakin tinggi dan karakteristiknya lebih banyak sampah anorganik dibanding
organik.
 Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
 Perilaku masyarakat kota lebih modern dan dapat diatur jika tersedia instrumen/
peraturan hukumnya, dibandingkan kehidupan desa yang lebih kental dengan
sistem kekeluargaan dan kerja sama/ gotong royong.
 Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.
 Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
 Sarana pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan.
 Biaya yang tersedia dan kesediaan membayar retribusi.
 Peraturan Daerah setempat.

1. Tujuan, Target Pengurangan dan Penanganan Sampah

a. Tujuan

Tujuan pengelolaan sampah Kabupaten Sumbawa Barat adalah untuk:


1) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat;
2) Menjadikan sampah sebagai sumber daya; dan

PT GUMI ADIMIRA 6-21


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

3) Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku

Tujuan pengelolaan sampah secara teknis dicapai melalui dua kegiatan utama
yaitu pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah terdiri dari
rangkaian upaya mengurangi timbulan sampah yang dilakukan melalui kegiatan
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.Penanganan sampah adalah rangkaian upaya dalam pengelolaan
sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah.

b. Target

Target penanganan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat dibagi


berdasarkan tahapan perencanaan. Target utama penanganan persampahan
mengacu pada target akses universal 100-0-100, yang diterjemahkan untuk sektor
persampahan adalah 100% pelayanan persampahan pada tahun 2019. Target
pencapaian pelayanan persampahan dijabarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6.3. Matrik Rencana Penanganan Sampah Kota Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penanganan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 25%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (2 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017 Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
1 motor & pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk TPA/Kontainer : 75 %
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
Penyiapan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU No TPS 3R skala
2018 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 20 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)

PT GUMI ADIMIRA 6-22


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan Armroll truck :
sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
dari kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (70
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Pemrosesan akhir
sampah (80%);
TPA (CLF/SLF)

WTE & Incenerator

Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
peningkatan TPA, dll)
2019
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten Pengolahan sampah di
Sumbawa Barat proses diajukan Tentang Retribusi Pelayanan TPS 3R skala kawasan
Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
Pemilahan sampah;
Pengumpulan sampah
(pengambilan dan
2020
pemindahan dengan
motor/pickup);
TPA/Kontainer : 50 %
2
Penyempurnaan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala
2021 No 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 40 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
2022 open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Penyusunan dan penyempurnaan AMDAL atau UKL/UPL Armroll truck :
2023 atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
dari kontainer
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan Pengolahan sampah (45
2024 masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
2025 persampahan yang bersifat menengah (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
peningkatan TPA, dll)

PT GUMI ADIMIRA 6-23


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di
Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi TPS 3R skala kawasan
Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2026 Pemrosesan akhir
sampah (50%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan
motor & pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan TPS 3R skala
2030 Kelurahan dan
kecamatan : 50 %
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan Pengangkutan sampah;
3 2031 sesuai dengan perencanaan
Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Armroll truck :
2032 pengangkutan sampah
dari kontainer
Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pengolahan sampah (45
2033
%);
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pengolahan sampah
2034 3R di beberapa kawasan mandiri : 20 %
Kampanye dan edukasi yang menerus TPS 3R skala kawasan
2035
dan kota : 27 %
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif Pemrosesan akhir
maupun mekanisme penarikannya sampah (40%);
2036
Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan TPA (CLF/SLF)
atau TPA/CDM)
WTE & Inchenerator
Sumber :Hasil Analisis Konsultan 2016

PT GUMI ADIMIRA 6-24


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 6.4. Matrik Rencana Penanganan Sampah Desa Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penanganan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 25%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (2 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017 Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
motor & pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk TPA/Kontainer : 75 %
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
1
Penyiapan PERDA/Perbup yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala
No 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 28 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Penyusunan kegiatan swadaya nasyarakat atau kajian Armroll truck :
lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
2018 dari kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (70
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Pemrosesan akhir
sampah (70%);
TPA (CLF/SLF)

WTE & Incenerator

Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
2 peningkatan TPA, dll)
2019
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten Pengolahan sampah di
Sumbawa Barat proses diajukan Tentang Retribusi Pelayanan TPS 3R skala kawasan
Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2020 Pemilahan sampah;

PT GUMI ADIMIRA 6-25


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
motor/pickup);
TPA/Kontainer : 50 %

Penyempurnaan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala


2021 No 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 40 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
2022 open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Penyusunan dan penyempurnaan AMDAL atau UKL/UPL Armroll truck :
2023 atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
dari kontainer
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan Pengolahan sampah (45
2024 masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
2025 persampahan yang bersifat menengah (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
peningkatan TPA, dll)

Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di
Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi TPS 3R skala kawasan
Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2026 Pemrosesan akhir
sampah (40%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
3 dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan
motor & pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan TPS 3R skala
2030 Kelurahan dan
kecamatan : 50 %

PT GUMI ADIMIRA 6-26


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan Pengangkutan sampah;
2031 sesuai dengan perencanaan
Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Armroll truck :
2032 pengangkutan sampah
dari kontainer
Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pengolahan sampah (45
2033
%);
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pengolahan sampah
2034 3R di beberapa kawasan mandiri : 20 %
Kampanye dan edukasi yang menerus TPS 3R skala kawasan
2035
dan kota : 30 %
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif Pemrosesan akhir
maupun mekanisme penarikannya sampah (30%);
2036
Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan TPA (CLF/SLF)
atau TPA/CDM)
WTE & Inchenerator
Sumber : Hasil Analisis Konsultan 2016

2. Kriteria Perencanaan

Kriteria perencanaan teknis berdasarkan prosedur teknis penyusunan rencana induk


sistem penanganan sampah (SPS) Kementerian PU adalah perencanaan harus
memuat :
 Tingkat pelayanan;
 Timbulan, komposisi dan karakteristik sampah ;
 Kinerja prasarana dan sarana (pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir);
 Prosedur dan kondisi operasi dan perawatan PSP yang ada termasuk TPA;
 Tingkat pencemaran akibat penanganan sampah yang tidak memadai;

Kriteria perencanaan aspek teknis untuk masing-masing sub sistem diuraikan sebagai
berikut :

1. Rencana Pengembangan Pemilahan/Pewadahan


 Penyedian tempat/pewadahan sampah menjadi 5 jenis (sampah B3, sampah
organik, sampah guna ulang, sampah daur ulang, residu)

PT GUMI ADIMIRA 6-27


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Jenis pewadahan seperti :


 Individual: berupa bin atau wadah lain yang memenuhi persyaratan
 Komunal: dapat berupa TPS

2. Rencana Pengembangan Pengumpulan


Tingkat Pelayanan Pengumpulan
Tingkat pelayanan pengumpulan dan pemindahan persampahan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Tingkat pengumpulan sampah dari wilayah permukiman harus
mempertimbangkan tingkat kepadatan penduduk. Tingkat pelayanan
penduduk di wilayah permukiman dengan kepadatan > 50 orang/ha harus
direncanakan minimal sebesar 60%.
 Tingkat pengumpulan dan pengangkutan sampah dari wilayah komersial dan
konstitusional harus direncanakan dengan tingkat pelayanan 100%.
 Tingkat pelayanan di seluruh wilayah pelayanan harus direncanakan untuk
ditingkatkan menjadi sekitar 90% pada akhir periode master plan.

3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pengumpulan, dan Pemindahan

Perencanaan prasarana (fasilitas) pengumpulan diperlukan apabila pelayanan


pengumpulan tidak dapat dilakukan secara langsung dengan truk. Daerah
pelayanan yang metode pengumpulan sampahnya dengan gerobak atau
pengumpulan komunal memerlukan prasarana pemindahan berupa TPS atau
Transfer Depo untuk mengangkut hasil pengumpulan sampah ke lokasi
pembuangan akhir atau ke tempat fasilitas 3R. Perencanaan prasarana
pengumpulan sampah adalah sebagai berikut :
 Fasilitas Gerobak
 Fasilitas TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
 Fasilitas Transfer Dipo (TD)

a. Pengumpulan sampah dilakukan oleh


 Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan
 Pemerintah kabupaten/kota, Pengelola kawasan permukiman, kawasan

PT GUMI ADIMIRA 6-28


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas


sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakukan pengumpulan sampah wajib
menyediakan :
 TPS;
 TPS 3R; dan/atau
 Alat pengumpul untuk sampah terpilah

b. Rencana Pengembangan Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan ketentuan :


 Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan;
 Rute pengangkutan sependek mungkin dan dengan hambatan sekecil
mungkin;
 Frekuensi pengangkutan dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST
dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada; dan
 Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
pengangkutan.

Operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan :


 Pola pengangkutan;
 Sarana pengangkutan; dan
 Rute pengangkutan.

Pola Pengangkutan sampah terdiri atas :


 Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan langsung dari sumber
menuju TPA dengan syarat sumber sampah lebih besar dari 300 liter/unit
serta topografi daerah pelayanan yang tidak memungkinkan penggunaan
gerobak.
 Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di TPS dan/atau TPS
3R.

Sarana Pengangkut sampah dapat berupa :


 Dump truck/tipper truck;
 Armroll truck;
 Compactor truck;

PT GUMI ADIMIRA 6-29


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Street sweeper vehicle; dan


 Trailer.

Pemilihan sarana pengangkut sampah harus mempertimbangkan:


 Umur teknis peralatan;
 Kondisi jalan daerah operasi;
 Jarak tempuh;
 Karakteristik sampah; dan
 Daya dukung fasilitas pemeliharaan.

Rute pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:


 Peraturan lalu lintas, kondisi lalu lintas;
 Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut;
 Timbulan sampah yang diangkut; dan
 Pola pengangkutan.

Pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan pengangkutan sampah dapat:


 Menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang
tidak mencemari lingkungan; dan
 Melakukan pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau
TPST.

Dalam pengangkutan sampah, pemerintah kabupaten/kota dapat menyediakan


stasiun peralihan antara.

c. Proyeksi Volume Sampah


 Perencanaan proyeksi volumen sampah (m3/hari) yang akan diangkut
harus dibedakan berdasarkan asal dan tujuan pengangkutan sampah
 Asal sampah yang akan diangkut direncanakan berdasarkan sentra-sentra
pengumpulan sampah termasuk lokasi Transfer Dipo dan TPS
 Tujuan angkutan sampah harus dibedakan atas tujuan ke lokasi TPA dan
tujuan ke lokasi fasilitas 3R.

d. Perencanaan Kebutuhan Armada Angkutan


 Perencanaan kebutuhan armada angkutan dihitung berdasarkan kapasitas

PT GUMI ADIMIRA 6-30


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

angkut truk dan jumlah ritasi yang dapat dicapai ke tujuan pengangkutan.
 Apabila jarak angkutan ke lokasi tujuan (TPA) tergolong jauh (>30 km)
dan volume yang diangkut lebih besar dari 1000 ton/hari, maka
perencanaan armada pengangkutan sampah perlu memperhitungkan
adanya suatu transfer station agar efisiensi biaya angkutan dapat
ditingkatkan melalui upaya pemadatan sampah dan mengganti moda
angkutan yang lebih besar kapasitasnya.

e. Rencana Pengembangan Fasilitas Pengolahan Sampah


 Teknologi pengolahan sampah dapat berupa:
 Teknologi pengolahan secara fisik berupa pengurangan ukuran sampah,
pemadatan, pemisahan secara magnetis, masa-jenis, dan optik;
 Teknologi pengolahan secara kimia berupa pembubuhan bahan kimia atau
bahan lain agar memudahkan proses pengolahan selanjutnya;
 Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan secara aerobik
dan/atau secara anaerobik seperti proses pengomposan dan/atau
biogasifikasi;
 Teknologi pengolahan secara termal berupa insinerasi, pirolisis dan/atau
gasifikasi;
 Pengolahan sampah dapat pula dilakukan dengan menggunakan teknologi
lain sehingga dihasilkan bahan bakar yaitu Refused Derifed Fuel (RDF);
 Wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah seperti:

1) TPS 3R
 TPS 3R termasuk skala lingkungan hunian dilaksanakan dengan
metode berbasis masyarakat.
 Keberadaan TPS 3R dapat diintegrasikan dengan sistem pengelolaan
sampah berbasis masyarakat seperti bank sampah.
 Persyaratan TPS 3R harus memenuhi persyaratan teknis seperti:
 Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;
 Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling
sedikit 5 (lima) jenis sampah;
 TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah

PT GUMI ADIMIRA 6-31


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

organik, dan/atau unit penghasil gas bio, gudang, zona penyangga,


dan tidak mengganggu estetika serta lalu lintas.
 Jenis pembangunan penampung sisa pengolahan sampah di TPS 3R
bukan merupakan wadah permanen;
 Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah
pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 km;
 Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
 Lokasinya mudah diakses;
 Tidak mencemari lingkungan; dan
 Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.

2) SPA (Stasiun Peralihan Antara)

SPA skala kota harus memenuhi persyaratan teknis seperti:


 Luas SPA lebih besar dari 20.000 m2;
 Produksi timbulan sampah lebih besar dari 500 ton/hari
 Penempatan lokasi SPA dapat di dalam kota;
 Fasilitas SPA skala kota dilengkapi dengan ramp, sarana pemadatan,
sarana alat angkut khusus, dan penampungan lindi;
 Pengolahan lindi dapat dilakukan di SPA atau TPA; dan
 Lokasi penempatan SPA ke permukiman terdekat paling sedikit 1
km.
 SPA skala lingkungan hunian harus memenuhi persyaratan teknis
seperti:
 Luas SPA paling sedikit 600 m2;
 Produksi timbulan sampah 20 – 30 ton/hari;
 Lokasi penempatan di titik pusat area lingkungan hunian;
 Fasilitas SPA skala kota dilengkapi dengan ramp dan sarana
pemadatan dan penampungan lindi; dan
 Pengolahan lindi dapat dilakukan di SPA atau TPA.

3) TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu)

PT GUMI ADIMIRA 6-32


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Persyaratan TPST harus memenuhi persyaratan teknis seperti:


 Luas TPST, lebih besar dari 20.000 m2;
 Penempatan lokasi TPST dapat di dalam kota dan atau di TPA;
 Jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m;
 Pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi
 Fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi
pengolahan sampah, pengendalian pencemaran lingkungan,
penanganan residu, dan fasilitas penunjang serta zona penyangga.

f. Rencana Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir

1) Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan:


 Metode lahan urug terkendali;
 Metode lahan urug saniter; dan/atau
 Teknologi ramah lingkungan.

2) Kegiatan pemrosesan akhir sampah yang di TPA, meliputi:


 Penimbunan/pemadatan;
 Penutupan tanah;
 Pengolahan lindi; dan
 Penanganan gas.

3) Pemrosesan akhir sampah di TPA harus memperhatikan :


 Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah
tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan residu;
 Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
 Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;
 Limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan beracun sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
 Limbah medis dari pelayanan kesehatan.
 Residu tidak berkategori bahan berbahaya dan beracun atau
mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
 Dalam hal terdapat sampah yang berkategori bahan berbahaya
dan beracun atau mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun

PT GUMI ADIMIRA 6-33


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

di TPA harus disimpan di tempat penyimpanan sementara sesuai


dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
 Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.

4) Persyaratan TPA meliputi penyediaan dan pengoperasian, harus


memperhatikan pemilihan lokasi, kondisi fisik, kemudahan operasi, aspek
lingkungan, dan sosial.

5) Pemilihan lokasi TPA paling sedikit memenuhi kriteria aspek:


 Geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih
aktif, tidak berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung
berapi, tidak berada di daerah karst, tidak berada di daerah berlahan
gambut, dan dianjurkan berada di daerah lapisan tanah kedap air atau
lempung;
 Hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak
kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar dari
10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum lebih besar dari
100 m di hilir aliran.
 Kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari
20%.
 Jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3.000 m untuk
lapangan terbang yang didarati pesawat turbo jet dan berjarak lebih
dari 1.500 m untuk lapangan terbang yang didarati pesawat jenis lain;
 Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km dengan
mempertimbangkan pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor
penyakit, dan aspek sosial;
 Tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau
 Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahun.

6) Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi
persyaratan, TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan
urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:

PT GUMI ADIMIRA 6-34


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara


periodik;
 Mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai
baku mutu;
 Mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang
berlaku; dan
 Membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA
tersebut.

7) Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan


timbulan sampah, tingkat pelayanan, dan kegiatan yang akan dilakukan di
dalam TPA. Umur teknis TPA paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

8) Prasarana dan sarana TPA meliputi:


a) Fasilitas dasar, terdiri dari:
 Jalan masuk;
 Jalan operasional;
 Listrik atau genset;
 Drainase;
 Air bersih;
 Pagar; dan
 Kantor
b) Fasilitas perlindungan lingkungan, terdiri dari:
 Pengolahan lindi
 Pengolahan gas
 Buffer zone
c) Fasilitas operasional, terdiri dari:
 Alat berat;
 Truk pengangkut tanah; dan
 Tanah
d) Fasilitas penunjang, terdiri atas:
 Bengkel;
 Garasi;

PT GUMI ADIMIRA 6-35


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Tempat pencucian alat angkut dan alat berat;


 Alat pertolongan pertama pada kecelakaan;
 Jembatan timbang;
 Laboratorium; dan
 Tempat parkir.
 TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang,
pengomposan, dan atau gas bio.

9) Perencanaan Volume Sampah Ke TPA


 Perencanaan volume sampah dihitung berdasarkan volume
sampah terkumpul dikurangi volume sampah yang diolah dalam
satuan m3/hari.
 Volume sampah yang dibawa ke TPA harus diketahui densitasnya
sehingga volume sampah tersebut dapat dikonversi dalam satuan
ton/hari.
 Volume sampah yang dibawa ke TPA dalam 1 tahun dihitung
berdasarkan hari kerja TPA yaitu 300 hari pertahun.
10) Perencanaan Kebutuhan Lahan TPA
 Perencanaan kebutuhan lahan per 1 lokasi TPA harus dihitung
berdasarkan umur rencana minimum 10 tahun.
 Perencanaan kebutuhan luas lahan TPA efektif (dalam m2 atau
Ha)dihitung berdasarkan dengan proyeksi volume sampah padat
ditambah volume tanah penutup dibagi desain tinggi sel harian dan
jumlah lapisan sel harian yang membentuk bukit akhir.
 Perencanaan ratio volume sampah terpadatkan di TPA terhadap
volume tanah penutup terpadatkan maksimum adalah 6 : 1 (enam
bagian sampah terhadap 1 bagian tanah penutup)
 Perencanaan tinggi timbunan sampah di TPA dihitung berdasarkan
jumlah lapisan sel (lift) yang membentuk bukit akhir. Jumlah
lapisan sel maksimal adalah 6 lapis untuk tinggi lapisan sel harian
maksimum dan kemiringanlereng timbunan sampah minimum 3 H
:1V

PT GUMI ADIMIRA 6-36


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Perencanaan tinggi timbunan sel harian harus mempertimbangkan


faktor pemadatan sampah dan maksimum adalah 3.0 m
 Perencanaan tinggi bukit akhir harus dihitung berdasarkan jumlah
lapisan sel harian dikali tinggi timbunan sel harian dikali faktor
dekomposisi sampah.
 Luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah luas lahan TPA efektif
(dumping area) ditambah luas untuk kebutuhan prasarana TPA
dan luas untuk buffer zone.
 Perencanaan luas buffer zone minimum 50% dari luas lahan TPA
efektif.

11) Perencanaan Pemilihan Lokasi Ke TPA


 Pemilihan lokasi TPA yang layak teknis harus berpedoman pada
tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah –
SNI-03-3241-1994
 Calon lokasi TPA yang layak teknis berdasarkan kriteria penyisih
sesuai tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir
sampah harus dilengkapi dengan studi AMDAL untuk mengetahui
kelayakan sosial dan kelayakan lingkungan calon lokasi TPA
 Calon lokasi TPA yang akan ditetapkan sebagi lokasi TPA dalam
rencana induk, harus memenuhi kelayakan teknis dan kelaykan
sosial dan kelayakan lingkungan serta kelayakan ekonomis.
 Apabila lokasi TPA yang layak tidak tersedia dalam wilayah
administratif kota tersebut, maka kerja sama regional harus
dilakukan.

Untuk skenario kebutuhan sarana prasarana pengelolaan sampah wilayah perkotaan


dapat dilihat pada Tabel 6.5

PT GUMI ADIMIRA 6-37


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 6.5. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah


Tahap
Tahap I Tahap II
Uraian Satuan III
2019 2026 2036

TOTAL
Pelayanan Sampah m3/hari 270,61 492,14 694,81
Dibawa ke TPA (C1+C4) m3/hari 236,78 344,50 347,41
Melewati TPS 3R kecamatan m3/hari 64,27 246,07 416,89
Residu dari TPS 3R kec (C4) m3/hari 30,44 98,43 69,48
Total Pengomposan (K1) m3/hari 24,52 98,43 208,44
Total Daur Ulang (D1) m3/hari 9,30 49,21 138,96
Total Prasarana Kecamatan
Gerobak unit 83 119 119
Motor sampah unit 13 45 73
Container untuk sampah ke TPA unit 44 61 61
Armroll truck unit 13 19 19
Lahan TPA
Timbulan sampah lt/org/hari 2,56 2,76 3,06
Kapasitas pengolahan org.tahun/Ha 337.117 313.050 281.619
Luas TPA Ha 4,12 5,99 6,04
Sumber: Hasil analisis konsultan 2016

1. Wadah sampah terpilah untuk menampung sampah dari sumbernya, disediakan oleh
masing-masing rumah tangga (individual)

2. Container kapasitas 6 m3 dibutuhkan untuk menampung sampah (transfer) sebelum


diangkut oleh truk sampah, container diletakkan di 2 lokasi, pada daerah pelayanan
yang sampahnya akan langsung diangkut ke TPA dan diletakkan di setiap TPS 3R
kecamatan untuk menampung residu sampah yang akan dibawa ke TPA

3. Gerobak sampah, direncanakan untuk melayani daerah pelayanan yang sampahnya


akan diangkut ket TPA, Gerobak kapasitas 1 m3, dengan ritasi 3 kali per hari (2 di
pagi hari dan 1 di sore hari) digunakan untuk mengumpulkan sampah dari rumah-
rumah penduduk (door to door) ke container

4. Motor sampah, direncanakan untuk melayani daerah pelayanan TPS 3R (C2), karena
jarak tempuhnya lebih jauh (1 TPS 3R untuk 1 kecamatan), Motor sampah kapasitas
1,5 m3 dengan ritasi sebanyak 4 kali per hari (2 di pagi hari dan 2 di sore hari),
digunakan untuk mengumpulkan sampah dari rumah-rumah penduduk ke TPS 3R
kecamatan

PT GUMI ADIMIRA 6-38


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5. Truk sampah jenis armroll truck, untuk mengangkut container sampah ke TPA, baik
container berisi residu sampah dari TPS 3R yang langsung dibawa ke zona landfill,
maupun container berisi sampah yang dibawa ke bagian pengolahan di TPA

6. TPA sampah : Umur teknis rencana TPA 10 Tahun, kedalaman landfill 15 meter,
Tinggi tumpukan 10 meter, faktor bentuk lahan 0,7, sampah tidak terkompaksi 0,33

7. TPS 3R untuk sebagai tempat transfer dan pengolahan sampah, direncanakan 1 unit
setiap kecamatan, Kapasitas TPS 3R disesuaikan dengan estimasi jumlah timbulan
di masing-masing kecamatan daerah pelayanan. Kapasitas alat :
 Gerobak 1 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit
 Motor sampah 1,5 m3/unit, 4 kali ritasi/hari/unit
 Container 6 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit
 Armrol truck 6 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit

3. Proyeksi Timbulan Sampah, Komposisi, dan Karakteristik Sampah

Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2016 berjumlah 136.077 jiwa. Rata-rata
tingkat pertumbuhan penduduk berdasarkan trend pertumbuhan penduduk adalah
2,42% pertahun. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut, dilakukan
proyeksi jumlah penduduk selama 10 tahun perencanaan menggunakan metode
geometrik. Hasil proyesksi pertumbuhan penduduk ditampilkan pada Tabel 4.7 dan
Gambar 6.1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat
pada tahun 2026 berjumlah 219.499 jiwa. Laju timbulan sampah dihitung dengan
menggunakan data tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,42%, pertumbuhan
sektor industri negatif (tidak diperhitungkan), pertumbuhan sektor pertanian negatif
(tidak diperhitungkan) dan laju peningkatan pendapatan per kapita 3,20%. Hasil
perhitungan laju timbulan sampah (Cs) adalah 1,06 %/tahun.

1 + + + /3
=
[1 + ]

[ ( , %)/ ]
= [
= 1,11%
, %]

PT GUMI ADIMIRA 6-39


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Cs : timbulan sampah ; Ci: pertumbuhan industri ; Cp: pertumbuhan pertanian ; Cqn:


peningkatan pendapatan per kapita ; p: pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan timbulan sampah 1,06 %/tahun, maka dapat diproyeksikan jumlah
sampah yang akan dihasilkan di Kota Sumbawa Barat 20 tahun akan datang, seperti
diagram pada Tabel 6.6. dan Gambar 6.1. Hasil proyeksi menunjukkan pada tahun
2036, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat berjumlah 219.499 jiwa dengan
jumlah timbulan sampah sebesar 672,65 m3/hari. Gambar 6.2. Proyeksi timbulan
sampah Kabupaten Sumbawa Barat.

Tabel 6.6. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Timbulan Sampah di


Kabupaten Sumbawa Barat
Eksisting Tahap I Tahap II Tahap III
No Uraian Satuan
2016 2019 2026 2036

1 Sekongkang
Jmlh.Penduduk Jiwa
9.641 10.358 12.245 15.552
Timbulan sampah lt/org/hari 2,48 2,56 2,76 3,06
Total Timbulan m3/hari
23,91 26,52 33,76 47,66
ton/hari
5,55 6,16 7,84 11,06
2 Jereweh
Jmlh.Penduduk Jiwa
9.925 10.663 12.606 16.010
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
24,61 27,30 34,75 49,06
ton/hari
5,71 6,34 8,07 11,39
3 Maluk
Jmlh.Penduduk Jiwa
13.978 15.017 17.752 22.547
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
34,66 38,44 48,94 69,09
ton/hari
8,05 8,92 11,36 16,04
4 Taliwang
Jmlh.Penduduk Jiwa
52.234 56.117 66.340 84.256
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06

PT GUMI ADIMIRA 6-40


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Eksisting Tahap I Tahap II Tahap III


No Uraian Satuan
2016 2019 2026 2036
Total Timbulan m3/hari
129,54 143,66 182,88 258,20
ton/hari
30,07 33,35 42,45 59,94
5 Brang Ene
Jmlh.Penduduk Jiwa
6.061 6.512 7.698 9.777
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
15,03 16,67 21,22 29,96
ton/hari
3,49 3,87 4,93 6,95
6 Brang Rea
Jmlh.Penduduk Jiwa
14.853 15.958 18.865 23.959
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
36,84 40,85 52,01 73,42
ton/hari
8,55 9,48 12,07 17,04
7 Seteluk
Jmlh.Penduduk Jiwa
18.341 19.705 23.295 29.585
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
45,49 50,44 64,22 90,66
ton/hari
10,56 11,71 14,91 21,05
8 Poto Tano
Jmlh.Penduduk Jiwa
11.044 11.865 14.026 17.814
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
27,39 30,37 38,67 54,59
ton/hari
6,36 7,05 8,98 12,67
TOTAL
Jumlah Penduduk Jiwa
136.077 146.195 172.826 219.499
3
Timbulan sampah m /hari
337,47 374,26 476,44 672,65
ton/hari
78,34 86,88 110,60 156,15
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA 6-41


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa


Barat Tahun 2017-2036
250,000 219,499
Jumlah penduduk (jiwa)

200,000 172,826
136,077142,741
150,000
100,000
50,000
-
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036
Tahun Proyeksi

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

Gambar 6.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat

Proyeksi Timbulan Sampah


Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2017-2036
800.00 672.65
timbulan sampah (m3/hari)

700.00 627.82
585.97
600.00 476.44 510.47 546.92
500.00 415.05 444.69
349.31 374.26
400.00
300.00
200.00
100.00
-
2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035
Tahun perencanaan

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

Gambar 6.2. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

PT GUMI ADIMIRA 6-42


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Komposisi sampah di Kabupaten Sumbawa Barat saat ini didominasi oleh materi
organik dengan prosentase terbesar sebesar 68,84% dan komposisi sampah tersebut
diprediksikan tidak berubah signifikan pada tahun mendatang.

Prosentase Komposisi Sampah Kabupaten Sumbawa Barat


0.72% 1.23% 0.60% 1.83%
3.72% Sampah organik
1.00% RUBBISH
10.72% Kertas

1.73% Kaca gelas


Plastik
9.61% Logam

68.84% Kayu
Kain / Tekstil
0
Karet
B3
Lain-lain

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

Gambar 6.3. Komposisi Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 6.7. Komposisi Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat

POTENSI
KOMPOSISI PROSENTASE POTENSI
NO DAUR RESIDU
SAMPAH (%) KOMPOS
ULANG
GARBAGE
I Sampah
67,48% 50,00% 17,48%
organik
RUBBISH
Kertas 10,77% 9,00% 1,77%
Kaca gelas 1,60% 0,50% 1,10%
Plastik 11,62% 10,00% 1,62%
Logam 1,00% 1,00% 0,00%
II Kayu 3,55% 3,55%
Kain /
0,65% 0,20% 0,45%
Tekstil
Karet 1,14% 0,30% 0,84%
B3 0,40% 0,00% 0,40%
Lain-lain 1,79% 0,00% 1,79%
TOTAL 100,00% 21,00% 50,00% 29,00%
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA 6-43


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Sebagaimana kawasan daerah tropis lainnya, sampah di Kabupaten Sumbawa Barat


sebagian besar termasuk dalam kategori sampah organik yang cenderung mudah
membusuk. Selain itu akibat dari pola hidup masyarakat yang semakin cenderung
konsumtif dan instantif sehingga karakteristik timbulan sampah cenderung mengalami
pergeseran trend, semula timbulan sampah didominasi sampah organik dan dominasi
sampah organik mulai berkurang menuju sampah anorganik. Karakteristik sampah di
Kabupaten Sumbawa Barat dapat tercermin pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Karakteristik Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat


NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI
1 pH - 8,3
2 Kelembapan % RH 72
3 Bahan Organik mg/Kg 166.163,079
4 Carbon mg/Kg 96.374,586
5 Nitrogen (N. Total) mg/Kg 3.440,016
6 Phospor (P) mg/Kg 1.828,629
7 Kadar abu (11000 C) % 18,64
8 Kadar Lengas % 4,08
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016

4. Perencanaan Prasarana dan Sarana Persampahan


Teknis operasional pengelolaan persampahan meliputi kegiatan
Pemilahan/Pewadahan, Pengumpulan, Pengangkutan, Pengolahan dan Pemrosesan
Akhir. Pengolahan sampah pada perencanaan tahap 1 dan tahap 2 dilakukan di skala
kawasan yaitu TPS 3R Distrik. Selanjutnya pada tahap 3 kegiatan 3R dilakukan juga
di TPA. Kebutuhan prasarana dan sarana persampahan dikelompokkan berdasarkan
lokasi pengolahan:
 TPS 3R Distrik
Pewadahan : Wadah sampah terpilah di masing-masing rumah tangga
Pengumpulan : motor sampah
Pemindahan : TPS 3R Distrik
Pengolahan : Pengomposan dan daur ulang di TPS 3R
Pengangkutan residu : Armroll truck
 Pengolahan di TPA Sewan

PT GUMI ADIMIRA 6-44


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

TPA Sewan direncanakan akan dipindah ke Munukania yang nantinya tidak


hanya untuk menampung residu sampah, tetapi juga ada kegiatan pemilahan dan
pengolahan. Pengolahan sampah organik dengan cara pengomposan, sedangkan
anorganik dapat didaur ulang.
Pengumpulan : gerobak, door to door
Pemindahan : Kontainer
Pengolahan : Hanggar 3R di TPA
Pengangkutan container : Armroll truck

Rencana kapasitas Prasarana dan Sarana Pengelolaan sampah


 Tong sampah komunal : 100-200 liter untuk 20 rumah tangga
 Kontainer : 6 m3/unit
 Armroll truck : 6 m3/unit (2 kali ritasi)
 Motor sampah : 1,5 m3/unit (4 kali ritasi per hari)
 Gerobak sampah : 1 m3/unit (4 kali ritasi per hari)
 Rencana kebutuhan lahan TPA : tinggi landfill maksimal 10 meter, dengan
umur rencana 7 tahun

Volume sampah ke TPS 3R (m3/hari)


Kebutuhan motor sampah =
1,5 m3/unit/ritasi x 4 kali ritasi/hari
Volume timbulan sampah ke TPA (m3/hari)
Kebutuhan gerobak sampah =
1 m3/unit/ritasi x 4 kali ritasi/hari

Kebutuhan container = Volume timbulan sampah ke TPA + residu 3R(m3/hari)


3
6 m /unit

3
Kebutuhan armroll = Volume timbulan sampah ke TPA + residu 3R(m /hari)
3
6 m /unit/ritasi x 4 kali ritasi/hari

Hasil perhitungan lengkap kebutuhan sarana pengumpulan sampah dapat dilihat


pada tabel 6.9. berikut ini.

PT GUMI ADIMIRA 6-45


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 6.9. Rencana Sarana Prasarana Pelayanan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2017 s/d 2036
T a h a p I T a h a p II T a h a p III
N o U r a ia n S a tu a n
2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 5 2 0 2 6 2 0 2 7 2 0 2 8 2 0 2 9 2 0 3 0 2 0 3 1 2 0 3 2 2 0 3 3 2 0 3 4 2 0 3 5 2 0 3 6

1 S e k o n g k a n g
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 9 ,7 2 3 6 ,9 1 4 5 ,8 5 6 7 ,8 0 7 0 ,1 8 7 2 ,6 4 7 5 ,1 9 7 7 ,8 3 8 0 ,5 6 8 3 ,3 9 8 6 ,3 1 8 9 ,3 4 9 2 ,4 7 9 5 ,7 2 9 9 ,0 8 1 0 2 ,5 5 1 0 6 ,1 5 1 0 9 ,8 8 1 1 3 ,7 3 1 1 7 ,7 2
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 9 ,7 2 3 3 ,2 2 4 0 ,1 2 5 7 ,6 3 5 7 ,9 0 5 8 ,1 1 5 8 ,2 7 5 8 ,3 7 5 8 ,4 0 5 8 ,3 7 5 8 ,6 9 5 8 ,9 6 5 9 ,1 8 5 9 ,3 5 5 9 ,4 5 5 9 ,4 8 5 9 ,4 5 5 9 ,3 3 5 9 ,1 4 5 8 ,8 6
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,9 7 7 ,3 8 1 0 ,8 9 1 8 ,6 4 2 1 ,9 3 2 5 ,4 2 2 9 ,1 4 3 3 ,0 8 3 7 ,2 6 4 1 ,6 9 4 4 ,0 2 4 6 ,4 6 4 9 ,0 1 5 1 ,6 9 5 4 ,4 9 5 7 ,4 3 6 0 ,5 1 6 3 ,7 3 6 7 ,1 0 7 0 ,6 3
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 0 1 2 1 4 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 2 4 4 5 5 6 7 7 8 8 9 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 2 1 2
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7

2 J e re w e h
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 8 ,3 2 3 5 ,1 7 4 3 ,6 9 6 4 ,6 0 6 6 ,8 7 6 9 ,2 1 7 1 ,6 4 7 4 ,1 6 7 6 ,7 6 7 9 ,4 5 8 2 ,2 4 8 5 ,1 2 8 8 ,1 1 9 1 ,2 0 9 4 ,4 0 9 7 ,7 2 1 0 1 ,1 4 1 0 4 ,6 9 1 0 8 ,3 7 1 1 2 ,1 7
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 8 ,3 2 3 1 ,6 5 3 8 ,2 3 5 4 ,9 1 5 5 ,1 7 5 5 ,3 7 5 5 ,5 2 5 5 ,6 2 5 5 ,6 5 5 5 ,6 2 5 5 ,9 2 5 6 ,1 8 5 6 ,3 9 5 6 ,5 5 5 6 ,6 4 5 6 ,6 8 5 6 ,6 4 5 6 ,5 3 5 6 ,3 5 5 6 ,0 9
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,8 3 7 ,0 3 1 0 ,3 8 1 7 ,7 7 2 0 ,9 0 2 4 ,2 2 2 7 ,7 6 3 1 ,5 2 3 5 ,5 0 3 9 ,7 3 4 1 ,9 4 4 4 ,2 6 4 6 ,7 0 4 9 ,2 5 5 1 ,9 2 5 4 ,7 2 5 7 ,6 5 6 0 ,7 2 6 3 ,9 4 6 7 ,3 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 0 1 1 1 3 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 2
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7

3 M a lu k
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 4 3 ,7 1 5 4 ,2 9 6 7 ,4 4 9 9 ,7 2 1 0 3 ,2 2 1 0 6 ,8 4 1 1 0 ,5 9 1 1 4 ,4 7 1 1 8 ,4 9 1 2 2 ,6 4 1 2 6 ,9 5 1 3 1 ,4 0 1 3 6 ,0 1 1 4 0 ,7 9 1 4 5 ,7 3 1 5 0 ,8 4 1 5 6 ,1 3 1 6 1 ,6 1 1 6 7 ,2 8 1 7 3 ,1 5
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 4 3 ,7 1 4 8 ,8 6 5 9 ,0 1 8 4 ,7 6 8 5 ,1 6 8 5 ,4 7 8 5 ,7 1 8 5 ,8 5 8 5 ,9 0 8 5 ,8 5 8 6 ,3 2 8 6 ,7 3 8 7 ,0 5 8 7 ,2 9 8 7 ,4 4 8 7 ,4 9 8 7 ,4 3 8 7 ,2 7 8 6 ,9 9 8 6 ,5 8
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 4 ,3 7 1 0 ,8 6 1 6 ,0 2 2 7 ,4 2 3 2 ,2 6 3 7 ,3 9 4 2 ,8 5 4 8 ,6 5 5 4 ,8 0 6 1 ,3 2 6 4 ,7 4 6 8 ,3 3 7 2 ,0 9 7 6 ,0 2 8 0 ,1 5 8 4 ,4 7 8 9 ,0 0 9 3 ,7 3 9 8 ,7 0 1 0 3 ,8 9
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 5 1 7 2 0 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 2 9 2 9
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 3 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 1 1 2 1 3 1 3 1 4 1 5 1 5 1 6 1 7 1 8
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 8 9 1 0 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 8 9 9 1 0 1 0

4 T a liw a n g
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 4 ,1 0 1 7 ,5 2 2 1 ,7 6 3 2 ,1 7 3 3 ,3 0 3 4 ,4 7 3 5 ,6 8 3 6 ,9 3 3 8 ,2 3 3 9 ,5 7 4 0 ,9 6 4 2 ,3 9 4 3 ,8 8 4 5 ,4 2 4 7 ,0 1 4 8 ,6 6 5 0 ,3 7 5 2 ,1 4 5 3 ,9 7 5 5 ,8 6
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 4 ,1 0 1 5 ,7 6 1 9 ,0 4 2 7 ,3 5 2 7 ,4 7 2 7 ,5 8 2 7 ,6 5 2 7 ,7 0 2 7 ,7 1 2 7 ,7 0 2 7 ,8 5 2 7 ,9 8 2 8 ,0 8 2 8 ,1 6 2 8 ,2 1 2 8 ,2 3 2 8 ,2 1 2 8 ,1 6 2 8 ,0 6 2 7 ,9 3
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,4 1 3 ,5 0 5 ,1 7 8 ,8 5 1 0 ,4 1 1 2 ,0 6 1 3 ,8 3 1 5 ,7 0 1 7 ,6 8 1 9 ,7 8 2 0 ,8 9 2 2 ,0 4 2 3 ,2 6 2 4 ,5 3 2 5 ,8 6 2 7 ,2 5 2 8 ,7 1 3 0 ,2 4 3 1 ,8 4 3 3 ,5 2
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3

5 B ra n g E n e
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 5 ,0 5 1 8 ,6 9 2 3 ,2 2 3 4 ,3 3 3 5 ,5 3 3 6 ,7 8 3 8 ,0 7 3 9 ,4 1 4 0 ,7 9 4 2 ,2 2 4 3 ,7 0 4 5 ,2 4 4 6 ,8 2 4 8 ,4 7 5 0 ,1 7 5 1 ,9 3 5 3 ,7 5 5 5 ,6 4 5 7 ,5 9 5 9 ,6 1
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 5 ,0 5 1 6 ,8 2 2 0 ,3 1 2 9 ,1 8 2 9 ,3 2 2 9 ,4 2 2 9 ,5 1 2 9 ,5 6 2 9 ,5 7 2 9 ,5 6 2 9 ,7 2 2 9 ,8 6 2 9 ,9 7 3 0 ,0 5 3 0 ,1 0 3 0 ,1 2 3 0 ,1 0 3 0 ,0 4 2 9 ,9 5 2 9 ,8 0
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,5 0 3 ,7 4 5 ,5 1 9 ,4 4 1 1 ,1 0 1 2 ,8 7 1 4 ,7 5 1 6 ,7 5 1 8 ,8 7 2 1 ,1 1 2 2 ,2 9 2 3 ,5 2 2 4 ,8 2 2 6 ,1 7 2 7 ,5 9 2 9 ,0 8 3 0 ,6 4 3 2 ,2 7 3 3 ,9 8 3 5 ,7 7
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 6 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4

6 B ra n g R e a
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 4 ,7 3 1 8 ,2 9 2 2 ,7 2 3 3 ,5 9 3 4 ,7 7 3 5 ,9 9 3 7 ,2 6 3 8 ,5 6 3 9 ,9 2 4 1 ,3 2 4 2 ,7 7 4 4 ,2 7 4 5 ,8 2 4 7 ,4 3 4 9 ,0 9 5 0 ,8 2 5 2 ,6 0 5 4 ,4 5 5 6 ,3 6 5 8 ,3 3
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 4 ,7 3 1 6 ,4 6 1 9 ,8 8 2 8 ,5 6 2 8 ,6 9 2 8 ,8 0 2 8 ,8 7 2 8 ,9 2 2 8 ,9 4 2 8 ,9 2 2 9 ,0 8 2 9 ,2 2 2 9 ,3 3 2 9 ,4 1 2 9 ,4 6 2 9 ,4 7 2 9 ,4 6 2 9 ,4 0 2 9 ,3 0 2 9 ,1 7
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,4 7 3 ,6 6 5 ,4 0 9 ,2 4 1 0 ,8 7 1 2 ,6 0 1 4 ,4 4 1 6 ,3 9 1 8 ,4 6 2 0 ,6 6 2 1 ,8 1 2 3 ,0 2 2 4 ,2 9 2 5 ,6 1 2 7 ,0 0 2 8 ,4 6 2 9 ,9 8 3 1 ,5 8 3 3 ,2 5 3 5 ,0 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3

7 S e te lu k
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 3 ,0 5 2 8 ,6 3 3 5 ,5 6 5 2 ,5 8 5 4 ,4 3 5 6 ,3 4 5 8 ,3 1 6 0 ,3 6 6 2 ,4 8 6 4 ,6 7 6 6 ,9 4 6 9 ,2 9 7 1 ,7 2 7 4 ,2 4 7 6 ,8 4 7 9 ,5 4 8 2 ,3 3 8 5 ,2 2 8 8 ,2 1 9 1 ,3 0
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 3 ,0 5 2 5 ,7 7 3 1 ,1 1 4 4 ,6 9 4 4 ,9 0 4 5 ,0 7 4 5 ,1 9 4 5 ,2 7 4 5 ,3 0 4 5 ,2 7 4 5 ,5 2 4 5 ,7 3 4 5 ,9 0 4 6 ,0 3 4 6 ,1 0 4 6 ,1 3 4 6 ,1 0 4 6 ,0 2 4 5 ,8 7 4 5 ,6 5
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,3 0 5 ,7 3 8 ,4 5 1 4 ,4 6 1 7 ,0 1 1 9 ,7 2 2 2 ,6 0 2 5 ,6 5 2 8 ,9 0 3 2 ,3 3 3 4 ,1 4 3 6 ,0 3 3 8 ,0 1 4 0 ,0 9 4 2 ,2 6 4 4 ,5 4 4 6 ,9 3 4 9 ,4 3 5 2 ,0 4 5 4 ,7 8
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 8 9 1 1 1 5 1 5 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 1 0
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 4 5 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5

8 P o to T a n o
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 6 ,7 3 8 ,3 6 1 0 ,3 8 1 5 ,3 5 1 5 ,8 9 1 6 ,4 5 1 7 ,0 3 1 7 ,6 3 1 8 ,2 4 1 8 ,8 8 1 9 ,5 5 2 0 ,2 3 2 0 ,9 4 2 1 ,6 8 2 2 ,4 4 2 3 ,2 3 2 4 ,0 4 2 4 ,8 8 2 5 ,7 6 2 6 ,6 6
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 6 ,7 3 7 ,5 2 9 ,0 9 1 3 ,0 5 1 3 ,1 1 1 3 ,1 6 1 3 ,2 0 1 3 ,2 2 1 3 ,2 3 1 3 ,2 2 1 3 ,2 9 1 3 ,3 5 1 3 ,4 0 1 3 ,4 4 1 3 ,4 6 1 3 ,4 7 1 3 ,4 6 1 3 ,4 4 1 3 ,3 9 1 3 ,3 3
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 0 ,6 7 1 ,6 7 2 ,4 7 4 ,2 2 4 ,9 7 5 ,7 6 6 ,6 0 7 ,4 9 8 ,4 4 9 ,4 4 9 ,9 7 1 0 ,5 2 1 1 ,1 0 1 1 ,7 1 1 2 ,3 4 1 3 ,0 1 1 3 ,7 0 1 4 ,4 3 1 5 ,2 0 1 6 ,0 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

T O T A L
P e la y a n a n S a m p a h m 3 /h a ri 1 7 5 ,4 0 2 1 7 ,8 6 2 7 0 ,6 1 4 0 0 ,1 5 4 1 4 ,1 9 4 2 8 ,7 3 4 4 3 ,7 7 4 5 9 ,3 4 4 7 5 ,4 6 4 9 2 ,1 4 5 0 9 ,4 1 5 2 7 ,2 9 5 4 5 ,7 9 5 6 4 ,9 4 5 8 4 ,7 6 6 0 5 ,2 8 6 2 6 ,5 2 6 4 8 ,5 0 6 7 1 ,2 6 6 9 4 ,8 1
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 7 5 ,4 0 1 9 6 ,0 8 2 3 6 ,7 8 3 4 0 ,1 3 3 4 1 ,7 1 3 4 2 ,9 8 3 4 3 ,9 2 3 4 4 ,5 1 3 4 4 ,7 1 3 4 4 ,5 0 3 4 6 ,4 0 3 4 8 ,0 1 3 4 9 ,3 0 3 5 0 ,2 6 3 5 0 ,8 6 3 5 1 ,0 6 3 5 0 ,8 5 3 5 0 ,1 9 3 4 9 ,0 5 3 4 7 ,4 1
M e le w a ti T P S 3 R k e c a m a ta n m 3 /h a ri 1 7 ,5 4 4 3 ,5 7 6 4 ,2 7 1 1 0 ,0 4 1 2 9 ,4 4 1 5 0 ,0 5 1 7 1 ,9 6 1 9 5 ,2 2 2 1 9 ,9 0 2 4 6 ,0 7 2 5 9 ,8 0 2 7 4 ,1 9 2 8 9 ,2 7 3 0 5 ,0 7 3 2 1 ,6 2 3 3 8 ,9 6 3 5 7 ,1 2 3 7 6 ,1 3 3 9 6 ,0 4 4 1 6 ,8 9
R e s id u d a r i T P S 3 R k e c ( C 4 ) m 3 /h a ri 1 7 ,5 4 2 1 ,7 9 3 0 ,4 4 5 0 ,0 2 5 6 ,9 5 6 4 ,3 1 7 2 ,1 1 8 0 ,3 8 8 9 ,1 5 9 8 ,4 3 9 6 ,7 9 9 4 ,9 1 9 2 ,7 8 9 0 ,3 9 8 7 ,7 1 8 4 ,7 4 8 1 ,4 5 7 7 ,8 2 7 3 ,8 4 6 9 ,4 8
T o ta l P e n g o m p o s a n (K 1 ) m 3 /h a ri 6 ,5 8 1 6 ,3 4 2 4 ,5 2 4 2 ,5 2 5 0 ,4 8 5 8 ,9 5 6 7 ,9 5 7 7 ,5 1 8 7 ,6 6 9 8 ,4 3 1 0 6 ,9 8 1 1 6 ,0 0 1 2 5 ,5 3 1 3 5 ,5 9 1 4 6 ,1 9 1 5 7 ,3 7 1 6 9 ,1 6 1 8 1 ,5 8 1 9 4 ,6 6 2 0 8 ,4 4
L T o ta l D a u r U la n g ( D 1 ) m 3 /h a ri 2 ,1 9 5 ,4 5 9 ,3 0 1 7 ,5 1 2 2 ,0 0 2 6 ,8 0 3 1 ,9 0 3 7 ,3 2 4 3 ,0 9 4 9 ,2 1 5 6 ,0 4 6 3 ,2 7 7 0 ,9 5 7 9 ,0 9 8 7 ,7 1 9 6 ,8 4 1 0 6 ,5 1 1 1 6 ,7 3 1 2 7 ,5 4 1 3 8 ,9 6
A T o ta l P ra s a ra n a K e c a m a ta n
T
O G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 6 2 7 0 8 3 1 1 8 1 1 8 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 9 1 1 9
T M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 8 1 1 1 3 2 2 2 4 3 1 3 3 3 7 4 1 4 5 4 6 4 9 5 3 5 5 5 9 6 1 6 3 6 8 7 0 7 3
c o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 3 7 4 4 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 1 6 1
a r m r o ll tr u c k ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 1 0 1 1 1 3 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 2 0 1 9 1 9 1 9 1 9
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 2 4 6 1 1 1 3 1 5 1 7 2 0 2 2 2 5 2 6 2 7 2 9 3 1 3 2 3 4 3 6 3 8 4 0 4 2
L a h a n T P A
tim b u la n s a m p a h lt/o r g /h a r i 2 ,5 1 2 ,5 3 2 ,5 6 2 ,5 9 2 ,6 1 2 ,6 4 2 ,6 7 2 ,7 0 2 ,7 3 2 ,7 6 2 ,7 9 2 ,8 2 2 ,8 5 2 ,8 8 2 ,9 1 2 ,9 4 2 ,9 7 3 ,0 0 3 ,0 3 3 ,0 6
k a p a s ita s p e n g o la h a n o rg .ta h u n /H a 3 4 4 .3 2 7 3 4 0 .7 0 3 3 3 7 .1 1 7 3 3 3 .5 6 9 3 3 0 .0 5 8 3 2 6 .5 8 4 3 2 3 .1 4 7 3 1 9 .7 4 6 3 1 6 .3 8 0 3 1 3 .0 5 0 3 0 9 .7 5 5 3 0 6 .4 9 5 3 0 3 .2 6 9 3 0 0 .0 7 7 2 9 6 .9 1 9 2 9 3 .7 9 4 2 9 0 .7 0 2 2 8 7 .6 4 2 2 8 4 .6 1 5 2 8 1 .6 1 9
L u a s T P A H a 3 ,0 5 3 ,4 1 4 ,1 2 5 ,9 1 5 ,9 4 5 ,9 6 5 ,9 8 5 ,9 9 5 ,9 9 5 ,9 9 6 ,0 2 6 ,0 5 6 ,0 7 6 ,0 9 6 ,1 0 6 ,1 0 6 ,1 0 6 ,0 9 6 ,0 7 6 ,0 4

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5. Perencanaan Infrastruktur Berbasis Masyarakat

Masyarakat dapat berpartisipasi secara menyeluruh dalam program/kegiatan pengelolaan


persampahan sejak dari perencanaan, implementasi, serta operasi dan pemeliharaan. Pada
tahap perencanaan keterlibatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat kehadiran dalam
pertemuan, keaktifan mengemukakan saran/usul, keterlibatan dalam menentukan konsep
rencana, dan keterlibatanmemberi persetujuan terhadap rancangan rencana. Keterlibatan
pada tahap implementasi adalah keterlibatan dalam fisik pelaksanaan dan keterlibatan
dalam kepengurusan pelaksanaan.Sedangkan pada tahap operasi dan pemeliharaan,
keterlibatan masyarakat dapat berupa kesediaan membayar iuran, keterlibatan dalam fisik
pemeliharaan, dan keterlibatan dalam kepengurusanpengelolaan.

Infrastruktur persampahan terdiri dari fasilitas pewadahan, pengumpulan, pemindahan,


pengolahan, pengangkutan dan pemrosesan akhir. Perencanaan infrastruktur persampahan
dalam PTMP ini terdiri dari 2 kelompok utama, yaitu infrastruktur skala kecamatan, dan
skala kabupaten.

Sarana prasarana skala kecamatan terdiri dari :


a. Pewadahan individu di masing-masing rumah tangga (terpilah)
b. Gerobak sampah bersekat kapasitas 1 m3 untuk pengumpulan sampah dari wadah
komunal ke container sampah
c. Motor sampah bersekat kapsitas 1,5 m3untuk pengumpulan sampah dari wadah
komunal ke TPS 3R
d. TPS 3R beserta fasilitas pengomposan dan daur ulang untuk pengolahan sampah

Sarana prasarana skala kabupaten terdiri dari:


a. Container sampah kapasitas 6 m3, untuk ± 500 s/d 600 rumah tangga pada daerah
yang pengolahan sampahnya dilakukan di TPA
b. Container sampah kapasitas 6 m3, untuk menampung residu pengolahan sampah di
TPS 3R
c. Armroll truck untuk mengangkut container sampah ke TPA, baik container berisi
sampah yang akan diolah, maupun container berisi residu sampah dari TPS 3R yang
akan ditimbun (landfill)
d. TPA sampah beserta segala fasilitasnya sesuai standar TPA controlled landfill
(dibahas khusus pada DED TPA)

PT GUMI ADIMIRA 6-47


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tanggung jawab pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur persampahan tersebut dibagi


dua, oleh masyarakat/swasta dan oleh pemerintah. Masyarakat bertanggung jawab atas
fasilitas pewadahan s/d pemindahan. Masyarakat dan pemerintah bertanggung jawab
bersama atas fasilitas pengolahan. Pemerintah bertanggung jawab atas fasilitas
pengangkutan dan pemrosesan akhir.

a. Perencanaan infrastruktur berbasis masyarakat diuraikan sebagai berikut:


b. Masing-masing rumah tangga/pengguna gedung menyediakan wadah sampah di
rumahnya.
c. Setiap 20 rumah tangga atau kawasan menyediakan wadah komunal sesuai volume
sampah dari kawasan tersebut.
d. Masing-masing rumah tangga bertanggung jawab membawa sampahnya ke wadah
komunal
e. Pengumpulan sampah dari wadah komunal ke TPS 3R atau ke container yang akan
diangkut ke TPA dilakukan oleh petugas sampah kecamatan/desa/kelurahan
f. Alat pengumpulan sampah (gerobak/motorsampah) dapat diadakan oleh
kelurahan/kecamatan, atau oleh pengelola kawasan, atau oleh swadaya masyarakat
g. Kegiatan pengolahan sampah di TPS 3R dilakukan oleh kelompok masyarakat di
kecamatan yang bersangkutan atau tanggung jawab pengelola kawasan, untuk
pengolahan sampah skala kawasan.
h. Pemasaran produk dapat bekerja sama dengan pihak swasta, dan dibantu/difasilitasi
oleh pemerintah.
i. Rencana detail masing-masing aspek akan lebih jelas diuraikan pada Bab 5 Laporan
ini.

6. Perencanaan Infrastruktur Berbasis Institusi

Pemerintah bertanggung jawab terhadap pengolahan sampah di TPA dan terhadap


pengangkutan sampah ke TPA, serta terhadap penanganan sampah B3. Dengan demikian
maka infrastruktur yang penyediaan dan pemeliharaannya adalah tanggung jawab
pemerintah terdiri dari:
a. Pengadaan TPS 3R dilakukan oleh pemerintah atau dengan kerja sama dengan pihak
swasta
b. Fasilitas armroll truk dan kontainer untuk pemindahan sampah dan pengangkutannya

PT GUMI ADIMIRA 6-48


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c. TPA beserta fasilitasnya sesuai standar TPS controlled landfill/sanitary landfill.

6.2.2. Pengaturan

Aspek hukum dan peraturan berupa peraturan-peraturan daerah yang merupakan dasar
hukum pengelolaan persampahan, yang mengatur tentang ketentuan umum pengelolaan
kebersihan, bentuk institusi formal pengelola kebersihan, dan pembiayaan/retribusi sampah.
Rencana pengembangan peraturan daerah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi
2. Substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat diimplementasikan
untuk jangka panjang (20 tahun)
3. Penerapan Perda perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasan tertentu dan
penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari mulai
kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksi atas pelanggaran yang
terjadi.
4. Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya.

Beberapa hal penting mengenai aspek peraturan pengelolaan persampahan di Kota


Sumbawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan pembuatan peraturan yang bersifat mengikat yang berlaku bagi masyarakat
agar dapat mengikuti aturan-aturan bagi terlaksananya pengeloaan sampah terpadu, serta
sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan tata cara pengelolaan kebersihan.
2. Pembuatan aturan atau produk hukum terkait dengan keterlibatan instansi pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat dalam penanganan sampah di saluran sekunder sampai
saluran primer dan peraturan yang mengatur kerjasama Bidang Kebersihan yang
bernaung di bawah Badan Lingkungan Hidup dengan Dinas terkait untuk menyelesaikan
persoalan sampah.
3. Evaluasi/ review peraturan penanganan kebersihan ditingkat TPS sampai TPA sehingga
dapat diperluas sampai penanganan sampah dimulai dari sumber sampah.
4. Sosialisasi penyesuaian tarif retribusi sesuai dengan tingkat ekonomi dan jumlah sampah
yang dihasilkan.
5. Melakukan tindak hukum (law enforcemet) yang tegas dan mahal.

PT GUMI ADIMIRA 6-49


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

6. Peraturan yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah kota.
7. Membuat peraturan yang mengatur tentang tata cara pengelolaan sampah B3 dari
masyarakat maupun rumah sakit.
8. Membuat peraturan hukum yang mengatur tentang tata cara penyelenggaraan pengelolaan
sampah di perkotaan yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah.
9. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan dengan besaran
yang memadai dan fleksibel terhadap perubahan kondisi finanasial.
10. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban melaksanakan
pemenuhan system pengelolaan sampah dan larangan memperlakukan sampah yang
mengakibatkan gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan dan kesehatan umum
ditujukan kepada setiap pemeran baik perorangan atau badan.
11. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis/ master plan/ rencana
induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi kebijakan dan program
pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan pengelolaan prasarana lainnya.
12. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan
pengelolaan dan pembuangan akhir.
13. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peran serta swasta dalam
pengelolaan sampah.
14. Membuat peraturan khusus bagi masyarakat/operator yang membuang/melakukan
pengumpulan sampah secara sembarangan.

6.2.3. Kelembagaan

Aspek kelembagaan meliputi organisasi dan manajemen terkait pengelolaan


persampahan baik fungsi regulator (pengaturan dan pengarahan aturan persampahan serta
perencanaan persampahan) maupun operator persampahan (penyediaan dan pendistribusian
layanan persampahan serta pemantauan dan evaluasi program/kegiatan pengelolaan
persampahan). Bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota.
Bentuk kelembagaan tersebut adalah:
1. Kota Raya dan Kota Besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola
sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.
2. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) atau Ibukota Propinsi bentuk
lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

PT GUMI ADIMIRA 6-50


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) bentuk lembaga yang
dianjurkan berupa dinas/suku dinas/unit pelaksana teknis daerah (UPTD) Dinas
Pekerjaaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.
4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) bentuk lembaga pengelolaan
sampah yang dianjurkan berupa dinas/suku dinas/UPTD, Dinas Pekerjaan Umum atau
seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

Dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Sampah, bahwa kelembagaan yang diharapkan


dalam pengelolaan sampah adalah kelembagaan yang sesuai dengan amanat PP 38/2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, PP 41/2007 tentang Pemerintahan Daerah, PP
23/2004 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, serta Permendagri 61/2009
tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Perangkat peraturan
tersebut di atas digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kelembagaan pengelolaan
sampah, antara lain:

 Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya membentuk UPTD atau
kerjasama dengan swasta sebagai operator;

 Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk jangka panjang
sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemen karena struktur
organisasi mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan-kegiatan
penanganan sampah yang harus senantiasa ditunjang dengan kapasitas serta kualitas SDM
yang memadai;

 Pengelolaan sampah lintas kabupaten/kota, dapat dibentuk lembaga pengelola di tingkat


provinsi, sedangkan untuk pengelolaan sampah lintas provinsi, dapat dibentuk lembaga
pengelola di tingkat nasional.

Analisis permasalahan terkait kelembagaan pengelola persampahan di Kabupaten


Sumbawa Barat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bentuk Badan/ Institusi

Bentuk badan/institusi pengelola sampah untuk Kabupaten Sumbawa Barat, idealnya


dengan jumlah penduduk sekitar ± 132.863 jiwa (tahun 2015) adalah pengelolaan
persampahannya berbentuk dinas. Kondisi saat ini pengelola persampahan Kabupaten

PT GUMI ADIMIRA 6-51


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Sumbawa Barat yaitu Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan Lingkungan
Hidup tidak mempunyai wewenang penuh dalam mengatur anggaran dan keuangan,
sehingga program-program yang akan dilaksanakan tidak dapat segera direalisasikan
karena penentuan anggaran bukan wewenang penuh Dinas.

Pengelolaan sampah membutuhkan biaya yang besar, yang semakin hari semakin
meningkat dengan bertambahnya jumlah sampah yang harus dikelola. Sumber
pembiayaan diharapkan dapat diperoleh melalui pemasukan retribusi dari masyarakat
yang memanfaatkan pelayanan kebersihan. Namun saat ini hasil dari retribusi sampah
maupun pemanfaatan aset Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat tidak mencukupi untuk mengelola seluruh
sampah yang ada, selain itu dana retribusi yang masuk tidak dikelola langsung oleh
Bidang Kebersihan namun harus diserahkan ke kas daerah. Selanjutnya besarnya
anggaran pengelolaan sampah ditentukan oleh pemerintah daerah, yang besarnya
disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah, bukan berdasarkan kebutuhan nyata dinas.

2. Struktur Organisasi

Pada dasarnya struktur organisasi yang baik adalah terdapat bagian-bagian yang bertugas
sebagai perencana, bagian pelaksanaan dan bagian kontrol yang bertugas mengevaluasi
apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan rencana dan target yang diharapkan.
Dalam penyusunan struktur organisasi harus memperhatikan beban kerja dan
pengelompokan kerja, pembagian kerja yang seimbang, adanya pengendalian internal,
tentang kendali yang sesuai dengan batas kemampuan serta pola kerja yang terstruktur.
Struktur organisasi ini mengacu pada Pedoman Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan
Struktur Organisasi Dinas Pelaksana Daerah. Struktur organiasasi yang efesien akan
menunjang tujuan pengelolaan sampah. Dibeberapa negara yang sudah maju pengelolaan
sampah tidak hanya merupakan tanggung jawab satu lembaga/institusi, tetapi sangat
terkait dengan lembaga lainnya, baik dalam sistem perencanaan maupun pengawasan dan
kontrol dalam pelaksanaan.

Keberadaan Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan Lingkungan Hidup


Kabupaten Sumbawa Barat sebagai lembaga/ Institusi yang bertanggung jawab terhadap
kualitas lingkungan seharusnya dapat ditingkatkan fungsinya dalam proses pengelolaan
sampah kota, misalnya melakukan pemantauan secara rutin kondisi lingkungan TPA,

PT GUMI ADIMIRA 6-52


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

hasil komposting serta limbah hasil pencucian plastik. Selain itu juga diharapkan
penelitian dan bantuan lainnya untuk mengurangi masalah-masalah lingkungan yang
ditimbulkan karena kegiatan pengelolaan sampah. Kerjasama lainnya juga diharapkan
dari instansi lainnya, terkait dengan jalur dan kondisi jalan yang digunakan dalam
transportasi sampah ke TPA maupun kerjasama dengan Dinas terkait, untuk menangani
kasus-kasus sampah yang berada di saluran atau badan air yang berpotensi sebagai salah
satu penyebab terjadinya genangan setiap kali musim hujan.

Terkait dengan retribusi saat ini Kabupaten Sumbawa Barat belum menarik retribusi
kemasyarakat. Karena itu perlu beberapa pertimbangan adanya variabel-variabel yang
harus dilihat dalam menetapkan tarif retribusi sampah seperti luas bangunan, jumlah
penduduk/KK, kegiatan-kegiatan incidential yang barangkali seringkali lolos dalam
pengamatan Bidang Kebersihan. Dengan demikian maka kinerja perlu ditingkatkan
dengan mengevaluasi seluruh target pelanggan sampah yang seharusnya dapat menjadi
target penerimaandan tidak terbatas hanya yang menjadi pelanggan listrik saja. Keperluan
pengembangan organisasi adalah pada penataan struktur dengan pertimbangan
keseimbangan beban kerja, spesifikasi tugas, dan prioritas pengembangan, mengingat
fungsi organisasi tidak hanya menangani kebersihan, tetapi mempunyai tugas lain yaitu
penanganan air limbah (IPLT).

3. Personil

Personil dalam manajemen persampahan meliputi staff dan tenaga operasional yang
jumlah dan kemampuannya harus mencukupi sesuai dengan tugasnya. Dalam menghitung
kebutuhan jumlah staff harus memperhatikan struktur organisasi dan beban tugas,
sedangkan kebutuhan jumlah tenaga operasional dihitung dengan memperhatikan desain
pengendalian, desain jumlah peralatan, desain operasional, kebutuhan akan tenaga
penunjang dan pembantu serta beban penugasan.

Kondisi saat ini jumlah personil yang terlibat dalam pengangkutan sampah belum
memenuhi. Dibutuhkan peningkatan kemampuan personil sesuai dengan tanggung
jawabnya yang dapat diperoleh melalui pendidikan khusus atau kursus-kursus.Dengan
dikembangkannya pengelolaan persampahan, baik secaraterknis maupun manajemen,
maka diperlukan pengembangan personil dalam jumlah dan kualitasnya. Pengembangan
jumlah personil adalah untuk mengisi kekosongan dan penyempurnaan struktur serta agar

PT GUMI ADIMIRA 6-53


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

sesuai dengan kebutuhan operasional (bertambahnya peralatan karenapengembangan


wilayah pelayanan). Personil operasional atau petugas lapangan yang dibutuhkan untuk
pengelolaan persampahan Kota Sumbawa Barat antara lain:
a. Pengawas/supervisor, terdiri dari pengawas TPA, penyapuan jalan dan pengumpulan-
pengangkutan sampah
b. Awak kendaraan pengangkut, terdiri dari sopir dan pendamping sopir truk sampah
c. Petugas penyapu jalan
d. Petugas di TPA, terdiri dari penjaga/petugas kebersihan, administrasi, petugas 3R, dan
operator alat berat

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka diperlukan personil yang
membidangi tugasnya. Karena saat ini belum seluruh personil mempunyai keahlian
dibidang persampahan, maka diperlukan pengembangan kualitas personil melalui training
maupun kursus-kursus dibidang tersebut.

4. Tata Laksana Kerja

Struktur organisasi tidak cukup menggambarkan aktivitas maupun interaksi antar bagian,
sehingga perlu disusun suatu tata laksana kerja. Dalam suatu tata laksana kerja didapatkan
kejelasan lingkup tugas, wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit/
komponen organisasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tata
laksana kerja adalah penciptaan tingkat pembebanan yang merata, pendelegasian
wewenang yang proporsional dan berimbang, birokrasi yang jelas dan terukur, adanya
pengawasan, pelaporan dan evaluais hasil kerja. Selama ini yang terlihat lemah dalam
sistem ini adalah sistem pengawasan, pelaporan dan evaluasi kerja. Pengawasan tidak
hanya terkait dengan kinerja personil tapi juga pada kondisi sarana peralatan dan
bangunan yang digunakan.

Sebagai contoh dalam aspek kegiatan pengangkutan sampah, kondisi TPS yang tidak
bersih setelah jam operasional pengangkutan sampah dimana masih terdapat sampah yang
menumpuk, hal ini akan mengganggu kondisi lingkungan sekitar TPS, selain itu juga
berdampak pada kegiatan pengangkutan selanjutnya. Dengan peningkatan kemampuan
personil diharapkan pemahaman yang baik dan pentingnya setiap tahap kegiatan
pengelolaan sampah, sehingga sistem pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.
Untuk mencapai tata laksana kerja yang diharapkan, maka diperlukan penegasan tugas

PT GUMI ADIMIRA 6-54


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dan tanggung jawab masing-masing unit organisasi, baik yang terkait secara struktural
maupun sebagai unit organisasi, baik yang sifatnya koordinasi. Penugasan harus
dituangkan dalam bentuk yuridis, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
pelaksanaannya.

5. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan latihan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu teknik dan manajemen yang
diperuntukkan bagi level manajemen menengah yaitu sub seksi keatas, teknik operasional
bagi pengawas ke bawah dan pendidikan khusus bagi karyawan dalam tugasnya
membutuhkan keahalian khusus atau karyawan yang diarahkan untuk memegang tugas
perencanaan.

6.2.4. Keuangan
Aspek pembiayaan berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaan sampah yang
dimulai dari sumber sampah (termasuk penyapuan jalan), pengumpulan, transfer dan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Selama ini dalam pengelolaan sampah
perkotaan memerlukan subsidi yang besar, kemudian diharapkan sistem pengelolaan sampah
dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari retribusi.

Pembiayaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah:


- Investasi yang lebih memadai yang didasarkan pada kebutuhan dan peningkatan sarana
prasarana, kapasitas SDM, serta kampanye dan edukasi bidang persampahan;
- Biaya operasi dan pemeliharaan yang mencukupi untuk kebutuhan pengoperasian sarana
prasarana persampahan yang perhitungannya didasarkan pada kebutuhan alternatif
pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber sampai TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir) sampah untuk jangka panjang;
- Tarif atau retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib retribusi (cross
subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat yang dapat mencukupi kebutuhan
operasional pengelolaan sampah (mengarah pada pola cost recovery)
- Penerapan pola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan
persampahan;
- Pendapatan dari penarikan tarif atau retribusi harus terkoordinasi dan tercatat secara baik
dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk kepentingan pengelolaan sampah.

PT GUMI ADIMIRA 6-55


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Dalam kaitan tersebut perlu kiranya dipersiapkan langkah-langkah strategis, melalui


penelusuran kemungkinan penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar
volume sampah yang dibuang pelanggan atau penimbul baik domestik, industri, maupun
komersial. Dengan landasan penerapan tarif seperti itu, maka dimungkingkan adanya intensif
bagi operator dalam melakukan perhitungan jumlah volume yang dibuang dengan tarif
retribusi yang ditarik. Struktur tarif retribusi yang berlaku pada umumnya dirasakan masih
konvensional dan belum memungkinkannya untuk adanya subsidi diantara pelanggan
sebagaimana yang telah dilakanakan pada sistem pelayanan publik yang lain seperti air
minum dan listrik. Struktur tarif tersebut perlu disesuaikan dengan berpegang pada prinsip
pemulihan biaya (full cost recovery) dan juga dengan dasar yang berkeadilan.

Dalam hal ini perlu dilakukan perbedaan struktur tarif diantara domestik, industri dan
komersial dengan melihat kemungkinan adanya silang pembiayaan dari tipe tarif ini adalah
adanya ability to pay dan willingness to pay yang berlainan dari masing-masing tipe
pelanggan. Dengan melakukan silang pembiayaan akan dapat menciptakan insentif diantara
pelanggan tanpa membebani operator secara berlebihan, sehingga tarif retribusi bagi
masyarakat kurang mampu masih dapat terjangkau. Penerapan subsidi yang dikemukakan
diatas perlu dikaji lebih mendalam agar kebijakan atas subsidi tersebut tidak salah sasaran.
Subsidi dalam jasa pelayanan hanya dan harus diberlakukan kepada golongan dengan
kemampuan membayar yang rendah.

6.2.5. Peran Serta Masyarakat/ Swasta/ Dunia Pendidikan


Masyarakat sebagai salah satu sumber sampah harus ikut memikul tanggung jawab
terhadap sampah yang dihasilkan. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat
penting terutama untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya misalnya :
1. Membersihkan lingkungan rumah dan pekarangan sendiri.
2. Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah secara
sembarangan
3. Menyediakan tempat sampah.
4. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah melalui antara lain
kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang persampahan;
5. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria)
persampahan yang ada;

PT GUMI ADIMIRA 6-56


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

6. Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan pemerintah
daerah.

Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah adalah
membiasakan dan merubah persepsi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang
baik, termasuk faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat. Keberhasilan dari
pengelolaan sampah tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan
dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977) mengemukakan
bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu :
1. Partisipasi pada tahap perencanaan
2. Partisipasi pada tahap pelaksanaan
3. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan
4. Partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring

Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila


terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain: kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran,
kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal
maupun formal. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu
faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman
dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Reduce (mengurangi), Reuse (penggunan
kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif aplikatif dan dapat bernilai
ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan
kompleksitas sampah. Model ini akan dapat memangkas rantai transportasi yang panjang dan
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang berat. Selain itu masyarakat
secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan memancing proses serta hasil
yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan saat ini.

Peran serta masyarakat tersebut dapat dilaksanakan melalui beberapa cara dan tahapan :
1. Pembentukan forum kelompok kerja yang terdiri dari berbagai stakeholder, diantaranya
anggota masyarakat, pemulung, LSM, Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan
Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, Swasta, Lembaga
Pendidikan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
Masing-masing kelompok kerja mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi/
mengumpulkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan pengelolaan sampah. Kondisi

PT GUMI ADIMIRA 6-57


Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

saat ini banyak masyarakat dan stakeholder lainnya yang menaruh perhatian pada
masalah sampah namun karena belum adanya program kerja/ target yang jelas maka hasil
yang dicapai masih jauh dari memuaskan.
2. Pemberian pengetahuan pentingnya pengelolaan sampah sejak dini mulai dari TK hingga
sekolah lanjutan atas. Pentingnya kesadaran akan pengelolaan sampah perlu ditanamkan
sejak dini pada anak anak melalui edukasi bertemakan lingkungan.
3. Kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dalam rangka pengembangan pengelolaan
sampah.
4. Adanya transparansi pada setiap pendanaan kegiatan persampahan akan menumbuhkan
dukungan positif masyarakat terhadap program pengelolaan sampah.
5. Tersedianya infrastruktur yang mendukung pengelolaan sampah, misalnya: kondisi jalan
yang layak
6. Tersedianya tempat khusus yang secara resmi berfungsi untuk mendaur ulang sampah
Keterlibatan pemulung dalam upaya mengurangi sampah sangat besar. Semakin
banyaknya pemulung saat ini, khususnya di tiap-tiap TPS atau kontainer maka diperlukan
adanya organisasi yang dapat mengkoordinir dan membina pemulung-pemulung agar
hasil kerja mereka lebih optimal.

PT GUMI ADIMIRA 6-58


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB VII
RENCANA PROGRAM
PENGEMBANGAN SISTEM
PENGELOLAAN SAMPAH

7.1. RENCANA PROGRAM TEKNIS-TEKNOLOGIS

Pola pengelolaan sampah yang direkomendasikan untuk Kabupaten Sumbawa Barat


mengutamakan kegiatan 3R yang terdiri dari pengurangan sampah dari sumber/hulu,
pemanfaatan sampah dan pengolahan sampah. Penerapan 3R dilakukan baik di sumber, di
TPS 3R Kecamatan dan di TPST/TPA. Skenario pola penanganan sampah secara garis
besar dijelaskan sebagai berikut: :
1. Pewadahan :
Sampah dari sumber sampah seperti pemukiman, perkantoran, fasilitas umum, dan
sampah jalan ditampung dalam wadah masing-masing dengan prinsip pemisahan
sampah.
2. Pemilahan :
Sampah dibedakan menjadi sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3.
Sampah organik yang mudah hancur dijadikan kompos, sampah anorganik yang masih
dapat dimanfaatkan didaur ulang, sampah B3 dipisahkan khusus untuk dikelola oleh
pemerintah (pengelolaan khusus), dan sisa/residu ditimbun (landfill) di TPA
3. Pengumpulan :
Alat pengumpulan menggunakan kendaraan motor sampah dan gerobak. Motor sampah
untuk mengumpulkan sampah dari daerah pelayanan TPS 3R, sedangkan gerobak
untuk mengumpulkan sampah dari sumber-sumber sampah lainnya ke lokasi
penampungan sementara (kontainer) yang akan dibawa ke TPA.
4. Pemindahan :
Sarana pemindahan menggunakan kontainer. Kontainer diletakkan pada setiap TPS 3R
kecamatan untuk menampung residu, dan pada lokasi-lokasi di luar daerah pelayanan
TPS 3R.

PT GUMI ADIMIRA VII-1


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

5. Pengolahan :
Pengolahan sampah dengan pengomposan dan daur ulang, dilakukan di TPS 3R.
6. Pengangkutan :
Pengangkutan ditujukan untuk mengangkut residu sampah dari TPS 3R yang sudah
ditampung di TPS 3R kecamatan, dan kontainer-kontainer lain dari wilayah pelayanan
7. Pemrosesan akhir :
Pemrosesan akhir dilakukan di TPA Batu Putih dan rencananya dengan metode
controlled landfill. Sampah ditimbun secara berkala disertai pengelolaan lindi, gas,
lalat dan perlindungan lingkungan lainnya sesuai standar/kriteria.

Pola pelayanan tersebut harus tetap dievaluasi secara berkala untuk melihat
ketepatan pola dengan karakteristik wilayah yang dilayani. Modifikasi atau penyesuaian
sangat perlu untuk dilakukan demi perbaikan pola pelayanan. Untuk mencapai efektifitas
dan efisiensi yang tinggi di setiap tahapan penanganan harus dilakukan pengoperasian dan
pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.

Rencana pola penanganan sampah Kabupaten Sumbawa Barat digambarkan pada


Gambar 7.1. Selanjutnya masing-masing aspek akan diuraikan di sub-sub bab berikut.

PT GUMI ADIMIRA VII-2


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 7.1. Rencana Pola Penanganan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.1.1. Pemilahan/Pewadahan

Pemilahan/Pewadahan sampah merupakan kegiatan menampung sampah sebelum


sampah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut. Kegiatan ini dikelompokkan secara
individual dan komunal. Tujuan pewadahan baru akan tercapai jika orang mau membuang
sampah ke dalamnya. Selain itu diperlukan adanya kesadaran para pemakai. Pewadahan
individual harus dimiliki setiap rumah tangga karena pewadahan yang dikelola dengan
baik akan menunjang keberhasilan penumpulan sampah.

Wadah komunal adalah fasilitas wadah untuk menampung sampah yang


dikumpulkan dari rumah-rumah, sebelum kemudian diangkut ke TPS/TPA. Terdapat jeda
waktu dari waktu pembuangan sampah ke dalam kontainer/pewadahan sampah, sampai
sampah diangkut ke TPS/TPA, sehingga dalam penyimpanan sampah harus diperhatikan:
pengaruh penyimpanan terhadap komponen sampah, jenis kontainer yang digunakan,
lokasi kontainer, kesehatan masyarakat dan estetika.

1. Tujuan pewadahan

Tujuan pewadahan adalah untuk :

a. Menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga menggangu lingkungan


dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika

b. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas

2. Program pemilahan/pewadahan :

a. Meningkatkan kesadaran pemakai untuk :

1) Menyediakan wadah sampah masing-masing dengan memisahkan wadah untuk


sampah organik, anorganik dan B3 dibedakan berdasarkan warna : hijau untuk
organik, kuning untuk anorganik, merah untuk B3. Wadah sampah dirancang yang
menarik dan membuat orang mau menggunakan wadah tersebut, dengan
mempertimbangkan sifat, bahan, warna, volume dan konstruksinya, dan memenuhi
persyaratan praktis, ekonomis, estetis dan higienis.

2) Membuang sampah pada wadah, sesuai dengan jenis sampahnya.

3) Menjaga fasilitas wadah sampah dengan cara memelihara kebersihannya, tidak

PT GUMI ADIMIRA VII-4


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

merusak dan membuang sampah tepat ke dalam wadah tanpa membiarkan


berceceran di luar

Gambar 7.2. Pewadahan Sampah Ditandai dengan Pembedaan Warna

b. Waktu penyimpanan sampah atau waktu tinggal sampah dalam kontainer tidak boleh
lebih dari 2 hari; tempat sampah harus dilengkapi tutup; Masa penyimpanan
mempengaruhi:

a. Dekomposisi mikrobiologi. Proses pembusukan akibat penguraian sampah


makanan dan jenis sampah mudah membusuk lainnya oleh bakteri dan jamur akan
terjadi, dan apabila dibiarkan terlalu lama, sampah tersebut dapat menjadi media
tumbuh lalat, dan timbul bau.

b. Penyerapan air. Karena sampah tersusun dari berbaga komponen yang berbeda
kadar airnya, maka selama penyimpanan dapat terjadi penyeimbanganan kadar air
pada semua komponen sampah, yang tingkat penyerapan airnya ditentukan oleh
lamanya penyimpanan. Apabila diangkut, maka kadar air akan merata di seluruh
komponen sampah. Jika tidak dilengkapi tutup, maka sampah akan basah bakan
terendam jika terjadi hujan.

c. Kontaminasi komponen sampah. Jika sampah tercampur dan terjadi kontaminasi


sampah oleh bahan-bahan yang bersifat berbahaya dan beracun (B3), maka dapat
mengurangi nilai sampah untuk daur-ulang, serta sampah tersebut menjadi
tergolong dalam kategori sampah B3.

c. Pola pewadahan dilakukan dengan beberapa pola, berdasarkan jenis sumber sampah:

1) Perumahan warga : Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas

2) Pasar, Pertokoan, hotel : Disediakan oleh masyarakat atau oleh organisasi swadaya
masyarakat dengan model yang ditetapkan oleh pemerintah

PT GUMI ADIMIRA VII-5


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

3) Perkantoran, tempat umum, jalan dan taman : Disediakan oleh pemerintah daerah
atau organisasi swadaya masyarakat.

Jenis pewadahan berdasarkan sumber sampah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7.1. Jenis Pewadahan Berdasarkan Sumber Sampah


Sumber Sampah Jenis Pewadahan
Daerah perumahan yang sudah a. Kantong plastik/kertas volume sesuai yang ada
teratur/belum teratur b. Bin plastik/tong volume 40-60 lt, dengan tutup
Pasar a. Bin/tong sampah, volume 50-60 lt yang dipasang
secara permanen
b. Bin plastik,volume 120-140 lt ada tutupnya dan
memakai roda
c. Gerobak sampah volume 1,0 m3
d. Kontainer dari armroll kapasitas 6-10 m3
Pertokoan a. Kantong plastik, volume bervariasi
b. Bin plastik/tong, volume 50-60 lt
c. Bin plastik, volume 120-140 lt dengan roda
Perkantoran/hotel a. Kontainer volume 1 m3 beroda
b. Kontainer besar volume 6-10 m3
Tempat umum, jalan dan a. Bin plastik/tong volume 50-60 lt, yang dipasang
taman secara permanen
b. Bin plastik, volume 120-140 lt dengan roda
Sumber: hasil analisis konsultan, 2016

d. Berdasarkan mekanisme penggunaannya, secara perlahan-lahan mulai tidak digunakan


lagi model wadah sampah tetap, misalnya bak sampah dari pasangan batu bata, karena
model ini menghambat kecepatan operasional, sulit dikontrol tingkat kebersihannya
dan dari segi estetika juga kurang baik. Wadah sampah yang direkomendasikan adalah
model semi tetap atau non tetap, yang lebih fleksibel, tetapi tentunya harus disertai
dengan partisipasi masyarakat untuk pemeliharaannya.

Pemisahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna


mereduksi volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini sampah yang masih
memiliki nilai ekonomis dipisahkan berdasarkan jenisnya dari sampah organik yang mudah
membusuk. Sampah yang telah dipisahkan selanjutnya dapat digunakan kembali secara

PT GUMI ADIMIRA VII-6


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat. Pemilahan
sampah dilakukan sebagai upaya pengurangan sampah melalui kegiatan 3R:

1. Kegiatan membatasi/mengurangi (R1) sampah adalah upaya meminimalisir produk


sampah (Reduce)

Reduce merupakan pembatasan jumlah sampah yang dalam hal ini dilakukan dengan
membentuk kebiasaan/perilaku masyrakat yang mengarah pada pola hidup sedikit
menghasilkan sampah. Pembatasan dalam hal ini lebih merupakan upaya
pencegahan/pembatasan sebelum sampah dihasilkan.

2. Kegiatan mengguna-ulang (R2: Reuse)

Banyak bagian dari sampah yang yang sebenarnya masih dapat digunakan sesuai
fungsinya semula, misalnya: jerigen minyak, botol kemasan kopi, pakaian yang masih
layak pakai, peralatan elektronik, dll. Dengan menyisihkan sampah tersebut lalu
menjual atau memberikan sampah ke orang lain maka barang tersebut akan dapat
digunakan kembali, baik oleh diri sendiri atau untuk orang lain. Ini akan menunda
terbentuknya sampah dan otomatis akan mengurangi sampah yang dihasilkan.

3. Kegiatan pendauran ulang (R3: Recycle)

Beberapa jenis sampah dapat diolah kembali oleh suatu kegiatan industri dan
menghasilkan produk baru yang sama dengan sampah sebelumnya. Contohnya:
Sampah plastik dapat dicacah dan diolah kembali menjadi biji plastik untuk digunakan
sebagai bahan tambahan dalam proses industri pembuatan plastik. Demikian juga
sampah kertas diolah menjadi bubur kertas, sampah logam, sampah kaca, aluminium,
dan lain-lain.

PT GUMI ADIMIRA VII-7


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 7.2. Kebiasaan Praktek 3R

Lokasi Reduce Reuse


1. Permukiman - Membawa tas dari rumah saat hendak - Menggunakan kembali jerigen
berbelanja minyak dan membeli produk isi
- Membatasi menerima kantung plastik ulang / refill yang lebih sedikit
sebagai pembungkus barang belanjaan sampahnya
- Memilih produk yang sampahnya sedikit - Menggunakan kembali botol
- Kebiasaan untuk memilih produk yang wadah kopi atau produk lainnya
ramah lingkungan dengan membeli produk refiil
- Mengurangi pemakaian kertas tisu, yang lebih sedikit sampahnya
pempers bayi dan menggunakan satu - Menjual atau memberikan
tangan/ kain lap dan popok bayi. pakaian bekas
- Membatasi konsumsi sesuai kebutuhan
- Memilih produk yang berdaya tahan
lama/tidak mudah rusak sekalipun lebih
mahal harganya
2. Perkantoran - Melakukan fotokopi dua sisi/ bolak-balik - Menggunakan tinta isi ulang
untuk laporan dan lain-lain untuk printer
- Membiasakan penggunaan dokumen - Menggunakan kertas bekas
elektronik tanpa kertas (paperless) fotokopi satu sisi untuk membuat
- Membiasakan memanfaatkan luas kertas catatan, konsep, disposisi, dll
dengan maksimal, dan untuk penggunaan - Menggunakan spidol isi ulang
sehari-hari dapat menggunakan kertas
bekas
3. Pertokoan/pasar - Membatasi pemberian kantong plastik - Menggunakan kantung plastik
- Membatasi sampah pertanian yang bekas pakai
masuk ke pasar (sabut kelapa, sisa sayur, - Menggunakan kembali botol
dll) kemasan isi ulang
- Menggunakan sampah makanan untuk
pakan ternak
4. Industri - Menggunakan lebih banyak bahan daur
ulang
Sumber: hasil analisis konsultan, 2016

3. Pemeliharaan wadah/kontainer sampah:

Pemeliharaan wadah/kontainer sampah dilakukan dengan langkah-langkah:

a. Wadah sampah harus dicuci bersih segera setelah dikosongkan isinya

b. Wadah sampah ditiriskan dengan cara diletakkan terbalik

c. Wadah sampah yang retak/rusah harus segera diganti

d. Wadah sampah minimal dicuci minimal seminggu

e. Wadah sampah umum yang terbuat dari serat kaca atau logam harus dicat ulang
minimal setiap 1 tahun sekali

PT GUMI ADIMIRA VII-8


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.1.2. Pengumpulan

Sistem pengumpulan sampah merupakan kegiatan awal dari urutan pengelolaan


sampah disamping kegiatan pewadahan yang merupakan tanggung jawab
penghasil/sumber sampah. Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah (sumber timbulan sampah)
sampai ke tempat pengolahan atau ke TPA.

Pengumpulan sampah dalam PTMP ini direncanakan menggunakan motor sampah


untuk mengumpulkan sampah dari wadah komunal ke TPS 3R kecamatan. Oleh karena
jarak yang tidak dekat antar wadah komunal dengan TPS 3R, sehingga dibutuhkan motor
sampah yang digerakkan tenaga mesin. Sedangkan penggunaan gerobak untuk
mengumpulkan sampah dari wadah komunal atau dari rumah-rumah penduduk di
kawasan/daerah teratur, dikumpulkan ke wadah yang lebih besar (kontainer) yang nantinya
akan diangkut oleh truk ke TPA. Jarak pengumpulan ini lebih dekat, sehingga
direncanakan menggunakan gerobak.

Rencana program pengumpulan dan pemindahan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota (untuk sampah yang akan
dibawa ke TPA) dan swadaya masyarakat/badan swasta/RT/RW (untuk sampah yang
akan dibawa ke TPS 3R)

2. Pengambilan sampah dilakukan sesuai jadwal dan ritasi sesuai kesepakatan bersama,
misalnya setiap pagi hari sebelum jam sibuk masyarakat. Sesuai waktu pembusukan
sampah yang biasanya 2-3 hari, maka waktu pengambilan sampah maksimal adalah 3
hari sekali.

3. Pola pengumpulan sampah yang direkomendasikan adalah pola tidak langsung, baik
individual tidak langsung maupun komunal langsung. Pola ini dirasa lebih efektif, serta
lebih banyak memberi ruang bagi masyarakat untuk berperan aktif.

a. Pola individual tidak langsung:

Yaitu pola pengumpulan dengan menggunakan gerobak/motor sampah. Alat


pengumpul mengumpulkan sampah dari setiap sumber dan memindahkannya ke
truck di tempah pemindahan. Pola ini cocok diterapkan di daerah pelayanan yang
teratur dan lebar jalan cukup dilewati gerobak/motor sampah, serta masyarakat

PT GUMI ADIMIRA VII-9


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

bersedia membayar jasa petugas kebersihan lebih mahal dibanding pola komunal.

b. Pola komunal tidak langsung

Yaitu pola pengumpulan sampah yang dilakukan langsung oleh masyarakat/sumber


dengan membawa sampah dan meletakkannya ke dalam wadah komunal atau di
tempat penampungan sementara. Cara ini cocok untuk melayani kawasan yang
sangat padat, atau untuk masyarakat yang siap berpartisipasi aktif, dan atau pada
masyarakat dengan tingkat ekonomi relatif rendah sehingga masyarakat lebih
memilih membawa sampahnya sendiri daripada membayar petugas pengumpul.

4. Oleh karena pola pengumpulan direncanakan menggunakan pola tidak langsung, maka
diperlukan perencanaan pemindahan sampah. Pemindahan sampah merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk membantu proses pengumpulan dan pengangkutan sampah.
Sistem pemindahan merupakan fase antara yang dapat mengurangi ketergantungan
antara fase pengumpulan dengan fase pengangkutan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi masing-masing fase. Dalam hal ini fase pemindahan diperlukan untuk daerah
pelayanan yang sampahnya akan diangkut ke TPA. Pemindahan sampah dari alat
pengumpul (gerobak) ke alat angkut (container truk) dilakukan di TPS tempat adanya
kontainer yang berjarak radius ± 500 meter dari daerah pelayanan. Pada TPS tersebut
dilengkapi dengan container dan landasan kontainer.

7.1.3. Pengangkutan

Pengangkutan didefinisikan sebagai bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau


dari TPS atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat
pemrosesan akhir. Rencana program pengangkutan sampah adalah sebagai berikut:

PT GUMI ADIMIRA VII-10


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

1. Sarana pemindahan sampah yang direncanakan adalah kontainer sampah, sehingga alat
angkut yang cocok adalah armroll truck.

2. Pola pengangkutan sampah adalah pola tidak langsung, dimana truk mengambil
sampah dari TPS/container dan diangkut ke TPA. Sedangkan yang mengumpulkan dan
membawa sampah dari sumber ke TPA tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas
tukang gerobak swadaya masyarakat yang dikoordinir oleh Ketua RT/RW.

3. Pola pengangkutan tidak langsung ini proses pengangkutannya disarankan


menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled Container System = HCS) yang dapat
dilakukan secara mekanis maupun manual

4. Operasional sistem pengangkutan sampah merupakan tanggung jawab dari pemerintah


kabupaten, sedangkan pelaksana adalah pengelola kebersihan dalam kawasan/wilayah,
atau badan usaha yang ditunjuk pemerintah.

5. Waktu operasi dan ritasi truk dijadwalkan sesuai waktu pengumpulan sampah oleh
gerobak, dan perlu disepakati jalur masing-masing truk sesuai wilayah pelayanannya.

6. Pola pengangkutan armroll truck 6 m3 direncanakan menggunakan sistem kontainer


yang diganti. Kontainer diletakan di masing-masing titik pengumpulan, dan pola
pengangkutannya sebagai berikut :

- Armroll truck disiapkan sesuai ketentuan.

- Armroll dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer 1 sesuai


rencana.

- Armroll meletakkan kontainer kosong dan mengangkat kontainer 1 yang penuh


dan membawanya ke TPA untuk dibongkar.

- Armroll truck membawa kontainer kosong dan meletakkan di lokasi 2 lalu


mengangkat kontainer 2 yang penuh. Demikian seterusnya sampai seluruh rute
yang direncanakan diselesaikan.

- Pada akhir operasi, kontainer yang kosong dibawa kembali ke pool setelah
sebelumnya dicuci terlebih dahulu. Pola pengangkutan yang direncanakan ini dirasa
efektif, dengan membawa kontainer kosong dari pool, akan mempersingkat waktu
ritasi pengangkutan karena armroll truck tidak perlu mengembalikan truk kosong

PT GUMI ADIMIRA VII-11


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pada ritasi akhir menuju TPS lagi.

Pola pengangkutan sampah Kabupaten Sumbawa Barat digambarkan pada Gambar


7.3. dan jalur pengangkutan sampah ada di Gambar selanjutnya.

Gambar 7.3. Pola Pengangkutan Sampah

Gambar 7.4. Jalur Pengangkutan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

PT GUMI ADIMIRA VII-12


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.1.4. Pengolahan

Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus


dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan. Rencana program pengolahan sampah adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan sampah dilakukan mulai dari skala individual, komunal (kawasan) dan
skala kota.

2. Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana, sumber


daya manusia dan kemudahan operasional dengan berbagai teknik pengolahan sampah.

3. Berbagai teknik pengolahan sampah dapat dilakukan seperti pembuatan kompos,


pembakaran sampah secara aman (bebas COx, Sox, Nox dan Diokasin), pemanfaatan
gas methan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatan gas methan TPA (landfill
gas) dapat masuk dalam Clean Development Mechanism (CDM) karena secara
signifikan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim
global.

4. Direncanakan tempat pengolahan sampah dilakukan di TPS 3R kecamatan yang


dilakukan berbasis masyarakat.

7.1.5. Pemrosesan Akhir

TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU Nomor 18


tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir yaitu didefinisakan sebagai pemrosesan akhir
sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya
ke media lingkungan secara aman. Rencana progam pemrosesan akhir sampah Kabupaten
Sumbawa Barat dilakukan di TPA Batu Putih dengan uraian program sebagai berikut :

1. Aktivitas Utama

Aktivitas utama di lokasi TPA yaitu pengurugan/penimbungan sampah residu dari proses
di atas di lokasi pengurugan atau penimbungan (landfill). TPA merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaanya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan
tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

PT GUMI ADIMIRA VII-13


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang


benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

2. Kelengkapan TPA

Agar TPA dapat dimanfaatkan dengan baik, lancar dan tidak menimbulkan masalah
terhadap lingkungan sekitarnya maka diperlukan berbagai prasarana dan sarana yang
digolongkan atas:

a. Prasarana dasar TPA

b. Sarana operasional TPA

c. Sarana perlindungan lingkungan TPA

d. Sarana penunjang TPA

Secara lebih rinci prasarana dan sarana tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Prasarana Dasar TPA

Merupakan prasarana dasar yang diperlukan agar TPA dapat dijangkau dan
dimanfaatkan. Prasarana dimaksud meliputi:

1) Prasarana jalan

- Prasarana jalan sangat diperlukan dan menentukan mudah tidaknya lokasi TPA
dijangkau oleh kendaraan pengangkut. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan
semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi baik pengangkutan
maupun pembuangan menjadi tinggi. Jalan TPA yang rusak akan membuat
waktu perjalanan menjadi lebih panjang sehingga pada gilirannya ritasi
kendaraan akan menjadi lebih sedikit.

- Jalan di TPA dibedakan atas letak dan fungsinya yaitu:

 Jalan masuk/akses: yaitu jalan yang menghubungkan lokasi TPA dengan


jalan raya umum yang telah tersedia

 Jalan penghubung : yaitu yang menghubungkan antara satu bagian dengan


bagian lain dalam area TPA.

PT GUMI ADIMIRA VII-14


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Jalan operasi/kerja : yaitu jalan yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut


untuk menuju titik pembongkaran sampah yang ditentukan. Jalan kerja
bersifat temporer yang pada suatu saat dapat dibongkar atau ditutup dengan
sampah.

- Jika luas TPA terbatas, jalan penghubung dapat berfungsi sekaligus sebagai
jalan kerja/operasi. Konstruksi jalan dapat berupa hotmix, beton, aspal,
perkerasan sirtu atau kayu.

2) Prasarana Drainase Keliling dan Pagar Pengaman

- Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan


dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit leachete
yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan
sampah akan semakin kecil pula debit leachete yang dihasilkan yang akan
memperkecil kebutuhan unit pengolahannya.

- Drainase penahan limpasan air hujan dibangun di sekeliling blok atau zona
penimbunan dengan peletakkan sesuai kontur/kemiringan lahan di TPA.

- Selain itu untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat
berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas
timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga
kondisinya agar mampu menahan rembesan air hujan dan kemiringannya dijaga
mengarah pada saluran drainase yang tersedia.

3) Sel Pembuangan

Sel pembuangan diperlukan untuk menampung sampah yang datang ke TPA.


Jumlah dan volume yang disediakan direncanakan agar mampu menampung
sampah sesuai perhitungan yang telah dilakukan. Bentuk sel pembuangan
disesuaikan dengan metode pembuangan yang dalam hal ini direncanakan sesuai
karakteristik lokasi TPA yang ditempati.

PT GUMI ADIMIRA VII-15


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 7.5. Sel Pembuangan dengan Lapisan Kedap Air Sintetis

b. Sarana operasional TPA

Sarana dan prasarana pengoperasian sampah di TPA terdiri dari:

1) Fasilitas penerimaan

Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang


datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pemeriksaan
sampah dimaksudkan untuk memastikan jenis sampah yang dibuang tidak berupa
sampah berbahaya/industri; pendataan diperlukan untuk keperluan perencanaan dan
pengembangan selanjutnya; dan pengaturan kendaraan dilakukan agar pembuangan
dapat dilakukan secara tepat dan lancar

2) Alat berat

Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator
dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
dalam operasionalnya.

Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam
kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi
kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan
baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk
TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator;

PT GUMI ADIMIRA VII-16


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Gambar 7.6. Alat Berat di TPA

3) Stok tanah penutup

4) Alat transportasi lokal

5) Cadangan bahan bakar

6) Cadangan insektisida

7) Pelataran penimbunan

c. Sarana perlindungan lingkungan TPA

Agar pengoperasian TPA tidak menimbulkan masalah baru bagi lingkungan sekitarnya
maka TPA dilengkapi dengan fasilitas perlindungan lingkungan diantaranya berupa:

- Sistem liner dasar dan dinding yang kedap

- Drainase sekeliling TPA dan dalam area pengurugan sampah

- Sarana penangkap, pengumpul dan pengolah leachete

- Sumur pemantau

- Ventilasi gasbio/flaring/landfill gas extraction untuk mengurangi emisi gas

- Sarana analisa air

- Jalur hijau penyangga

- Pengendali vektor

PT GUMI ADIMIRA VII-17


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

1) Lapisan kedap air

Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga leachete terhambat meresap ke dalam
tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan dasar TPA
harus lebih kecil dari 10-6 cm/det.

Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air leachete yang mengalir
ke dasar TPA dan/atau kolam pengolahan leachete ke dalam lapisan tanah di
bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dipasang di seluruh permukaan dalam TPA
dan/atau kolam pengolahan leachete, baik dasar maupun dinding. Bila tersedia di
tempat, tanah lempung (k < 10-7) setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik
sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan
lapisan sintetis lainnya dengan konsentrasi biaya yang relatif tinggi.

2) Fasilitas pengamanan leachete

Sampah yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia dan
biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut
leachate. Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati sampah
yang telah mengekstraksi material terlarut/tersuspensi dari sampah tersebut.
Sumber utama leachete berasal dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase,
air hujan, air tanah dan air dari bawah tanah, sedangkan sumber internal adalah
cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Fasilitas pengamanan leachete
terdiri dari:

a) Pengumpul leachete

Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul


leachete yang dipasang pada dasar TPA. Pengumpul leachete terbuat berupa
perpipaan berlubang-lubang yang dipasang di dasar sel pembuangan dan
disusun miring ke arah tertentu

b) Penampung leachete

Tempat pengumpulan leachete umumnya berupa kolam penampung yang


ukurannya dihitung berdasarkan debit leachete dan kemampuan unit
pengolahannya.

PT GUMI ADIMIRA VII-18


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c) Pengolah leachete

Pengolahan leachete dapat menerapkan beberapa metode diantaranya:


penguapan/evaporasi, sirkulasi leachete ke dalam timbunan TPA untuk
menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pencemarnya, atau pengolahan
biologis seperti halnya pengolahan air limbah. Di Indonesia yang kaya dengan
sinar matahari sangat ideal untuk menerapkan pengolahan dengan kolam
oksidasi. Pengolahan secara bertahap yaitu kolam anaerobik, aerobik, dan
maturasi.

3) Fasilitas pengamanan gas

Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan methan
dengan komposisi hampir sama, disamping gas-gas lain yang sangat sedikit
jumlahnya. Kandungan gas yang tersimpan dalam timbunan sampah dapat
menghambat proses dekomposisi sehingga harus dikeluarkan. Untuk itu dipasang
pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik
tertentu.

4) Penghijauan

Penghijauan lahan TPA dilakukan untuk maksud: peningkatan estetika lingkungan,


sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Untuk itu
perencanaan daerah penghijauan ini mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan
masyarakat di sekitarnya (permukiman, jalan raya dan lain-lain)

d. Sarana penunjang TPA

Failitas penunjang yang diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA yang baik
adalah:

- Pagar

- Papan nama site

- Jembatan timbang

- Pos penjaga, kantor, garasi, rumah penjaga, gudang, workshop, bengkel, tempat

PT GUMI ADIMIRA VII-19


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

cuci mobil

- Fasilitas pengolahan selain pengurugan : daur ulang, pengomposan, insinerasi, dan


lain-lain

- Prasarana penunjang (hidrant kebakaran, reservoir penampungan air, sumur


pemantauan, dan lain-lain)

- Lahan penunjang kegiatan lain, seperti transit sampah, dsb

- Fasilitas lain seperti mesin pengasap (mist blower), kesehatan/keselamatan kerja,


toilet, dan lain-lain.

Pengelolaan sampah dengan sistem 3R diprogramkan untuk mengurangi beban


pengolahan sampah dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya. Melalui program
3R, volume sampah yang diangkut ke TPA berkurang, demikian juga dengan kebutuhan
tenaga, biaya dan sarana pengelolaan. Dapat dilihat bahwa dengan penerapan 3R, dapat
menekan kebutuhan sarana prasarana (30-40) %.

PT GUMI ADIMIRA VII-20


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Dengan 3R Tanpa 3R

TAHAP I (Tahun 2018)

Tanpa 3R
Dengan 3R
Tahap II (Tahun 2026)

Tanpa 3R
Dengan 3R
Tahap III (Tahun 2036)

Gambar.7.6. Perbandingan Kebutuhan Pengelolaan Sampah Jika Menerapkan 3R dan Tanpa 3R

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.2. RENCANA PROGRAM PENGATURAN

Dukungan peraturan merupakan hal penting dalam menjalankan proses pengelolaan


sampah dan harus memuat ketentuan hukum berdasarkan peraturan perundangan bidang
persampahan yang berlaku (UU dan PP), kebijakan Nasional dan Provinsi serta NSPK
bidang persampahan. Rencana pengembangan peraturan harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :

a. Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi.

b. Substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat


diimplementasikan untuk jangka panjang (10 tahun).

c. Penerapan Perda perlu didahului denngan sosialisasi uji coba di kawasan tertentu
dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari
mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman unutuk penerapan sanksi atas
pelanggaran yang terjadi.

d. Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji kelayakannya.

Program aspek pengaturan disusun sebagai berikut:

1. Penyiapan kebijakan pengelolaan sampah yang mengacu pada kebijakan nasional,


propinsi dan NSPK yang berlaku

2. Penyempurnaan Perda yang sesuai dengan NSPK dan UU Nomor 18 tahun 2008

3. Sosialisasi Peraturan dan kebijakan yang berlaku ke seluruh tingkat masyarakat

4. Penerapan peraturan yang berlaku disertai penerapan sanski dan insentif

Peraturan yang perlu disusun terdiri dari:

1. Perda Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

2. Perda tentang retribusi sampah

3. AMDAL atau UKL/UPL Bangunan pengolahan sampah Kabupaten Sumbawa Barat


(TPA dan atau TPS 3R)

4. Pedoman pelaksanaan pengelolaan persampahan berbasis kemandirian

PT GUMI ADIMIRA VII-22


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Peraturan yang perlu direview dan disempurnakan terdiri dari :

Perda tentang institusi penanggung jawab sektor persampahan, baik institusi pemerintahan
maupun lembaga masyarakat

7.3. RENCANA PROGRAM KELEMBAGAAN


Struktur Organisasi Pemerintah Daerah berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka Organisasi Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat diatur dalam Peraturan Daerah No 14 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Dari
aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan, Desa/Kelurahan, RW dan RT

Penyusunan dan perancangan organisasi dimaksudkan untuk memperjelas tugas dan


tanggung jawab yang harus dijalankan para pelaku pengelola sampah. Berikut ini
merupakan kriteria penyusunan dan perancangan organisasi pengelola sampah :

1. Melaksanakan dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengelolaan kebersihan kota
(ideal dan sistem tertutup), dilakukan oleh satu institusi (memudahkan koordinasi dan
pengendalian) dan kalau lebih dari satu, pembagian kerjanya harus tegas dan batasannya
jelas.

2. Mempunyai fungsi perencanaan dan pengembangan sistem.

3. Tugas-tugas operasional pelaksanaannya dilakukan oleh satu komando untuk


memudahkan pelaksanaan koordinasi.

4. Kegiatan pengawasan dan pengendalian operasional lebih diarahkan kepada


pengawasan desentralisasi (terutama menyangkut daerah rentang kendali yang luas dan
rumit).

5. Melaksanakan/membantu Dispenda dalam pemungutan Retribusi.

6. Melaksanakan mekanisme pengendalian sistem (sasaran program, personalia,


administrasi, keuangan), serta menerapkan pengawasan, monitoring, pengukuran
prestasi kerja dan evaluasi.

PT GUMI ADIMIRA VII-23


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7. Bertanggung jawab atas O & M peralatan dan prasarana lainnya.

8. Berusaha mengajak masyarakat ikut berperan secara aktif.

9. Selalu aktif mengevaluasi dasar hukum (Perda) yang ada.

Rencana program kelembagaan dalam Master Plan Persampahan ini dibagi dua,
yaitu kelembagaan pemerintah dan non pemerintah.
1. Kelembagaan Pemerintah
Dari lembaga Perangkat Daerah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat, terdapat
lembaga-lembaga yang terkait dengan program sanitasi antara lain:
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan ini merupakan leading sektor dalam setiap pelaksanaan perencanaan
pembangunan di daerah dimana dalam pelaskanaan program yang berkaitan dengan
sanitasi Bappeda merumuskan dan menyusun strategi serta menyatukan semua
stakeholder terkait sanitasi untuk menyelesaikan masalah sanitasi secara bersama-
sama.
2) Badan Lingkungan Hidup
Secara khusus lembaga ini berperan dalam teknis operasional pemeliharaan
kebersihan ruang, dimana sektor persampahan adalah salah satu bagian utama.
3) Dinas Pekerjaan Umum
Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana umum.
Pembangunan sarana ini juga termasuk sarana sanitasi seperti bak sampah,
pengadaan kontainer sampah, TPA, IPLT, drainase dan lain-lain.

PT GUMI ADIMIRA VII-24


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Koordinator TPA

Seksi Alat Seksi Pengolah Seksi Seksi Operator Seksi


Berat Kompos Kebersihan Keamanan Jembatan Kendaraan
Timbang

Gambar.7.9. Skenario Struktur Organisasi TPA Batu Putih

4) Dinas Kesehatan
Dinas ini dalam program sanitasi berfungsi mewadahi urusan-urusan di bidang
kesehatan masyarakat, sehingga dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan
dan masyarakat dapat menjadi sarana pendukung bagi terciptanya program-
program kesehatan.

Dalam kaitan dengan pengelolaan persampahan sebagai bagian dari lingkungan


hidup, Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi regulator dengan tugas
melaksanakan kegiatan pengembangan kapasitas, kegiatan pengawasan dan
pengendalian, kegiatan pemantauan dan pemulihan lingkungan hidup.

Lebih lanjut dalam tabel berikut ini diuraikan secara rinci tugas dan kewajiban
lembaga pengelola sektor persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat.

PT GUMI ADIMIRA VII-25


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel.7.3.Tugas dan Tanggung Jawab Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat


NO NAMA LEMBAGA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. Pemerintah Pusat 1. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran
(UU 18 Th. 2008) masyarakat dalam pengelolaan sampah;
2. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi
pengurangan, dan penanganan sampah;
3. Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan
upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan
sampah;
4. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
5. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat
hasil pengolahan sampah;
6. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang
berkembang pada masyarakat setempat untuk
mengurangi dan menangani sampah; dan
7. Melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan
dalam pengelolaan sampah.

2. Pemerintah Provinsi; 1. Menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan


(UU 18 Th. 2008) sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah;
2. Memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu
provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan
sampah;
3. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan
pengawasan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan
sampah; dan
4. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan
sampah antar kabupaten/antar kota dalam 1 (satu)
provinsi.

PT GUMI ADIMIRA VII-26


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

NO NAMA LEMBAGA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


3. Pemerintah Kabupaten; 1. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
(UU 18 Th. 2008) berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;
2. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala
kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja
pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
4. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara,
tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat
pemrosesan akhir sampah;
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala
setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun
terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan
sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan
6. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap
darurat pengelolaan sampah sesuai dengan
kewenangannya.

BAPPEDA 1. Membuat rencana program dan investasi


2. Melakukan koordinasi lintas lembaga birokrasi

DPU 1. Perumusan kebijaksanaan teknis untuk mengatur,


mengurus dan mengembangkan upaya-upaya
pengelolaan bidang persampahan;
2. Pemberian bimbingan dan pembinaan dalam bidang
persampahan sesuai peraturan yang berlaku;
3. Penentu kebijakan bentuk dan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan bidang persampahan, misalnya
penentuan besaran tarif jasa layanan kebersihan dan
pertamanan, bentuk peran serta masyarakat dalam
pengelolaan limbah, dsb;
4. Pengamanan dan pengendalian teknis atas tugas
pokoknya sesuai peraturan yang berlaku;
5. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
6. Penyelenggaraan dan penyediaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan, seperti pengadaan TPS,
TPST, mesin pengolah sampah dan armada pengangkut
sampah;
7. Penyediaan anggaran bagi operasional dan pemeliharaan
awal pengelolaan sampah di masyarakat.

PT GUMI ADIMIRA VII-27


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

NO NAMA LEMBAGA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


UPT. Kebersihan dan 1. Penyelenggara operasional/teknis Dinas dalam jasa
Tata Kota layanan kebersihan bidang persampahan dan drainase
untuk mewujudkan lingkungan yang bersih;
2. Penyelenggara usaha jasa layanan kebersihan dan
pertamanan kepada masyarakat;
3. Pemberian rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan
umum sesuai dengan ruang lingkup tugasnya;
4. Pembinaan terhadap seluruh perangkat UPT

BLH/KLH 1. Pembinaan kepada masyarakat dalam peranserta


terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat,
dengan tetap berkoordinasi dengan DPU;
2. Pengembangan penyelenggaraan dan penyediaan sarana
prasarana pengelolaan persampahan;
3. Monitoring dan evaluasi keberlanjutan program
pengelolaan persampahan;
4. Memberikan insentif dan stimulan bagi berbagai pihak
pengelola sampah.

DINAS PERTANIAN 1. Memberikan insentif dan stimulan bagi pihak pengelola


sampah dalam kaitan menunjang program dinas, seperti:
membeli pupuk kompos dari hasil olahan masyarakat.
2. Pengembangan penyelenggaraan dan penyediaan sarana
prasarana pengelolaan persampahan, seperti: bantuan
mesin pengolah sampah.
3. Monitoring dan evaluasi keberlanjutan program
pengelolaan persampahan dalam kaitan dengan program
dinas;
4. Pembinaan kepada masyarakat dalam penggunaan
pupuk kompos dari olahan sampah organik.

DINAS KESEHATAN 1. Pengembangan penyelenggaraan dan penyediaan sarana


prasarana pengelolaan persampahan, seperti pengadaan
tong sampah.
2. Memberikan insentif dan stimulan bagi pihak pengelola
sampah,
3. Monitoring dan evaluasi keberlanjutan program
pengelolaan persampahan;
Sumber: UU No. 18 Tahun 2008 & Analisis Konsultan 2016

Penyusunan dan perancangan organisasi dimaksudkan untuk memperjelas tugas dan


tanggung jawab yang harus dijalankan para pelaku pengelola sampah. Berikut ini
merupakan kriteria penyusunan dan perancangan organisasi pengelola sampah :

1. Melaksanakan dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengelolaan kebersihan kota

PT GUMI ADIMIRA VII-28


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

(ideal dan sistem tertutup), dilakukan oleh satu institusi (memudahkan koordinasi dan
pengendalian) dan kalau lebih dari satu, pembagian kerjanya harus tegas dan batasannya
jelas.

2. Mempunyai fungsi perencanaan dan pengembangan sistem.

3. Tugas-tugas operasional pelaksanaannya dilakukan oleh satu komando untuk


memudahkan pelaksanaan koordinasi.

4. Kegiatan pengawasan dan pengendalian operasional lebih diarahkan kepada


pengawasan desentralisasi (terutama menyangkut daerah rentang kendali yang luas dan
rumit).

5. Melaksanakan/membantu Dispenda dalam pemungutan Retribusi.

6. Melaksanakan mekanisme pengendalian sistem (sasaran program, personalia,


administrasi, keuangan), serta menerapkan pengawasan, monitoring, pengukuran
prestasi kerja dan evaluasi.

7. Bertanggung jawab atas O & M peralatan dan prasarana lainnya.

8. Berusaha mengajak masyarakat ikut berperan secara aktif.

Selain dari SKPD diatas, ada beberapa juga SKPD yang tekait dengan permasalahan
sanitasi secara tidak langsung diantaranya :
1) Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD)
Tidak bisa dipungkiri, permasalahan sanitasi juga berkaitan dengan tingkat
kesadaran masyarakat dalam penanganannya. Selama ini penanganan masalah
sanitasi mengalami permasalahan terutama dalam pengoperasionalannya dan
pemeliharannya sehingga sarana yang terbangun tidak memiliki aspek
keberlanjutan dalam fungsi dan kegunaannya. Perlu keterlibatan masyarakat dalam
penuntasan masalah sanitasi dan untuk itu SKPD ini memiliki fungsi yang penting
sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan dan kelembagaan masyarakat agar
mendukung penyelesaian permasalahan sanitasi di masyarakat.
2) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan memiliki kaitan dengan pembangunan sarana sanitasi di
sekolahsekolah dan bagaimana menanamkan kepada anak sekolah tentang

PT GUMI ADIMIRA VII-29


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pentingnya masalah sanitasi.


3) Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler Sekretariat Daerah
Aspek komunikasi dan informasi menjadi penting saat permasalahan sanitasi
menjadi hal yang tidak populer dimasyarakat. Dimana masalah sanitasi menjadi isu
yang tidak penting dan tampak pada hasil usulan musrenbang dari masyarakat yang
menempatkan usulan pembangunan sarana sanitasi sebagai hal yang jarang
diusulkan. Untuk itu SKPD ini sangat penting untuk menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat akan pentingnya arti sanitasi yang baik dan buruk.

Berdasar analisis tupoksi kelembagaan pengelolaan sampah sebagaimana pada Bab


VI mengenai kebijakan dan strategi, serta yang telah diuraikan diatas dan dapat juga dilihat
pada struktur organisasi yang disajikan pada Gambar 7.10 organisasi operasional
pengelolaan sampah Kabupaten Sumbawa Barat sudah perlu dikembangkan menjadi Unit
Pelaksana Teknis Kebersihan dan Tata Kota guna menunjang tugas dan wewenangnya
selaku operator pengelolaan sampah.

Pengembangan organisasi pengelolaan sampah berupa UPT Kebersihan dan Tata Kota
Kabupaten Sumbawa Barat dapat diilustrasikan pada struktur organisasi di bawah ini.

Kepala UPT

Divisi Operasional Divisi Umum

Seksi Pengumpulan dan Seksi Keuangan dan


Penyapuan Pembukuan

Seksi Pengangkutan dan Seksi Tata Usaha dan


Operasional TPA Personalia
Seksi Pengolahan dan
Seksi Peran Serta
Pemanfaatan Sampah
Masyarakat

Gambar 7.10. Struktur Organisasi UPT

PT GUMI ADIMIRA VII-30


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

UPT. Kebersihan terdiri dari 2 divisi yaitu :

a. Divisi Operasional yang bertugas secara operasional melakukan pengelolaan sampah


mulai dari sumber sampai TPA
b. Divisi Umum yang bertugas secara administratif mengelola tata usaha, keuangan,
personalia, dan peranserta masyarakat baik dalam hal kebersihan khususnya
persampahan.

Fungsi UPT Kebersihan adalah :

a. Penyelenggara operasional/teknis dinas dalam jasa layanan kebersihan bidang


persampahan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih;
b. Penyelenggara usaha jasa layanan kebersihan kepada masyarakat;
c. Pemberian rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan ruang
lingkup tugasnya;
d. Pembinaan terhadap seluruh perangkat UPT.

Pembagian tugas masing-masing bagian di UPT dapat disusun sebagai berikut:

1. Kepala UPT mempunyai tugas :

a. Memimpin, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan UPT;

b. Melaksanakan kegiatan teknis operasional pengelolaan kebersihan meliputi


pengelolaan, pemeliharaan, dan pengawasan operasional terhadap sarana dan
prasarana kebersihan;

c. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan dinas/instansi/lembaga lainnya


dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;

d. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugasnya.

Kepala UPT dibantu oleh dua divisi yaitu Divisi Operasional dan Divisi Umum

2. Divisi Operasional mempunyai tugas :

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan dari Seksi Pengumpulan


dan Penyapuan, Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA dan Seksi Pengolahan

PT GUMI ADIMIRA VII-31


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dan Pemanfaatan Sampah


b. Menyusun kebijakan dan strategi operasional pelayanan kebersihan meliputi
penyapuan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan serta
pengelolaan sampah.
c. Menyusun kebijakan dan strategi pemeliharaan/ perbaikan kendaraan pengangkut
sampah, alat berat serta sarana dan prasarana persampahan lainnya.
d. Menyelenggarakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap kegiatan
pelayanan kebersihan, pemeliharaan/ perbaikan kendaraan, peralatan serta sarana
lainnya serta pemanfaatan dan pembuangan sampah
e. Melakukan koordinasi dengan Divisi lainnya untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan tugasnya.
f. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pengelolaan pasar dalam penanganan
sampah pasar.
g. Memberi laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai bidang tugasnya.

3. Divisi Umum mempunyai tugas :

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan seksi Keuangan dan


Pembukuan, Seksi Tata Usaha dan Personalia serta Seksi Peran Serta Masyarakat.
b. Mengadakan koordinasi dengan Divisi lain mengenai persetujuan rencana dalam
rangka pelayanan fisik, keuangan, ketatalaksanaan dan personil yang dibutuhkan.
c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan penagihan jasa layanan kebersihan.
d. Mengusulkan besaran tarif jasa layanan kebersihan sesuai dengan analisis ekonomi
kepada Kepala UPT untuk kemudian diusulkan kepada regulator.
e. Mengawasi pelaksanaan kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan.
f. Memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai dengan bidang
tugasnya.

Divisi Operasional terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pengumpulan dan Penyapuan,
Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA serta Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan
Sampah.

PT GUMI ADIMIRA VII-32


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

4. Tugas Dari Seksi Pengumpulan dan Penyapuan adalah :

a. Merencanakan dan melakukan operasional pengumpulan sampah mulai dari sumber


sampai TPS
b. Melakukan penyapuan jalan-jalan utama atau jalan yang ditentukan
c. Merencanakan, membangun dan memelihara TPS
d. Melakukan usulan pembelian dan perawatan sarana dan prasarana pengumpulan
dan penyapuan
e. Melakukan koordinasi dengan penghasil sampah baik itu dari rumah tinggal,
komersial, pasar dan industri berkenaan dengan jadwal pembuangan dan
pengangkutan sampah dari sumber
f. Melakukan koordinasi dengan Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA
berkenaan dengan pengankutan sampan dari TPS
g. Mengumpulkan data-data teknis dan non teknis untuk perencanaan pengumpulan
dan penyapuan sampah;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Tugas Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA adalah :

a. Merencanakan dan menyelenggarakan operasional pengangkutan dan pembuangan


sampah mulai dari TPS sampai TPA
b. Merencanakan dan menyelenggarakan operasional pengelolaan sampah di TPA
sesuai dengan perundangan yang berlaku
c. Melakukan usulan pembelian dan perawatan sarana, prasarana serta suku cadang
pengangkut sampah dan alat berat di TPA.
d. Merencanakan dan menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian lingkungan di
TPA sesuai dengan standar teknik pengelolaan sampah
e. Melaporkan dan melaksanakan tindakan/penanggulangan terhadap kejadian yang
menurut sifatnya perlu ditangani dengan segera sesuai dengan kewenangannya.
f. Mengumpulkan data-data teknis dan non teknis untuk perencanaan pengangkutan,
pembuangan dan pengelolaan sampah di TPA;
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya.

PT GUMI ADIMIRA VII-33


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

6. Tugas Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah adalah :

a. Merencanakan dan menyelenggarakan pengolahan dan pemanfaatan sampah yang


tidak diangkut ke TPA
b. Merencanakan dan menyelenggarakan upaya-upaya pemanfaatan sampah dan
pemanfaatan sampah yang ramah lingkungan yang melibatkan masyarakat, swasta
maupun instansi lainnya yang terkait
c. Merencanakan dan menyelenggarakan program-program yang berhubungan
dengan kegiatan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang dapat melibatkan
masyarakat, swasta maupun instansi lainnya terkait
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya

Divisi Umum terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi Keuangan dan Pembukuan, Seksi
Tata Usaha dan Personalia dan Seksi Peran Serta Masyarakat.

7. Tugas dari Seksi Keuangan dan Pembukuan adalah :

a. Merencanakan, dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan dan pembukuan


sesuai perundangan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan kegiatan penagihan jasa pelayanan kebersihan kepada
masyarakat, baik sektor rumah tinggal, komersial, pasar, dan industri sesuai
perundangan yang berlaku
c. Melaksanakan usaha pencapaian penerimaan jasa layanan kebersihan sesuai target
yang ditetapkan
d. Mengelola keuangan yang didapatkan dari jasa layanan kebersihan dan melaporkan
pengelolaannya kepada Kepala Divisi Umum
e. Menyusun, mengatur dan mengevaluasi kegiatan sehari-hari sesuai dengan data dan
laporan yang disampaikan.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya

8. Seksi Tata Usaha dan Personalia mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum dan hal-hal ketatalaksanaan yang


dibutuhkan oleh UPT

PT GUMI ADIMIRA VII-34


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

b. Menyusun jadwal kegiatan acara Kepala UPT dan agenda kegiatan UPT
c. Merencanakan kebutuhan pegawai untuk berbagai divisi dan seksi
d. Melaksanakan administrasi kepegawaian.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya

9. Seksi Peran Serta Masyarakat mempunyai tugas

a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembinaan dan pemberian informasi


kepada masyarakat terkait dengan kegiatan pelayanan kebersihan dan pertamanan
dan jasa layanan yand diberikan UPT
b. Melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat berkenaan dengan kegiatan 3R
bekerja sama dengan seksi lain yang terkait
c. Mendukung dan membantu seksi keuangan dalam upaya penagihan jasa layanan
kebersihan dalam hal pemberian informasi dan sosialisasi
d. Membuat kerja sama dengan pihak lain berkaitan dengan pengelolaan sampah dan
drainase
e. Menampung opini dan pengaduan masyarakat terkait kegiatan pengelolaan
kebersihan dan pertamanan dan mengkoordinasikan pengaduan tersebut dengan
seksi lain yang terkait
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya.

2. Organisasi Pengelola Sampah Skala TPS 3R Kecamatan

Pengelolaan sampah direncanakan secara terintegrasi mulai dari sumber sampah


sampai dengan pemrosesan akhir di TPA. Pengelolaan sampah dari sumbernya berupa
pengelolaan skala rumah tangga, pengelolaan skala komunal beberapa rumah tangga
dan pengelolaan skala kawasan di TPS 3R Kecamatan. Organisasi pengelola masing-
masing tingkatan direncanakan untuk pengembangan tingkat pelayanan. Berikut ini
rencana struktur organisasi pengelolaan sampah skala kawasan di TPS 3R Kecamatan.

PT GUMI ADIMIRA VII-35


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Koordinator
Pengumpulan PELAKSANA
PENASEHAT

Koordinator
PELAKSANA
Pengangkutan

KETUA Koordinator
Pengomposan PELAKSANA
& Anorganik

Pengelolaan Koordinator
TPST Sarana & PELAKSANA
Prasarana

PEMBINA Koordinator
PELAKSANA
Residu

Gambar 7.11. Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah Skala Kawasan TPS 3R Kecamatan

Tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut :

Penasihat; Membimbing dan mengarahkan warga masyarakat agar tetap mempunyai


kesadaran untuk mengelola sampah secara berkelanjutan.

Pembina; Memonitor kegiatan pengelolaan sampah dan memberikan saran terhadap


kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah.

Ketua; Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan sampah dan memotivasi


masyarakat agar tetap merasa memiliki kegiatan swakelola sampah.

Koordinator Pengumpulan; Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan


dengan proses pengumpulan sampah dari sumber ke wadah komunal.

Koordinator Pengangkutan; Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan


dengan proses pengangkutan sampah yang telah dipilahkan yang berasal dari wadah
komunal untuk diangkut ke TPS 3R.

Koordinator pengomposan dan Sampah Anorganik; Mengkoordinasi kegiatan


pengomposan di TPS 3R dan mengkoordinasi kegiatan pengelolaan sampah
anorganik untuk didaur ulang.

PT GUMI ADIMIRA VII-36


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Koordinator sarana dan prasarana; Mengkoordinasi penggunaan dan


pemeliharaan sarana dan prasarana di TPS 3R. Selain itu juga mengkoordinasi
pemeliharaan peralatan lainnya yang digunakan dalam pengelolaan sampah.

Koordinator Residu; Mengkoordinasi kegiatan yang berhubungan dengan


pengelolaan residu sampah, yaitu residu dari proses pengomposan, dan residu dari
sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang.

Pelaksana; Melaksanakan Kegiatan yang berhubungan dengan proses pengelolaan


sampah, yaitu pengumpulan, pengangkutan, pengomposan, pengelolaan residu.

Untuk menunjang operasional pengelolaan sampah skala kawasan perlu dibentuk


organisasi pengelolaan sampah skala komunal (tingkat desa/kelurahan) sebagaimana dapat
dilihat pada struktur organisasi berikut ini.

PENASEHAT KETUA/
KOORDINATOR

SEKRETARIS BENDAHARA

PELAKSANA 1 PELAKSANA 2 PELAKSANA 3

Gambar 7.12. Struktur Organisasi Pengelola Sampah Skala Komunal

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut: :

Penasihat; Membimbing dan mengarahkan serta memotivasi semua warga


masyarakat agar tetap mempunyai kesadaran untuk mengelola sampah secara
berkelanjutan.

Ketua/Koordinator; Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan sampah


kampung dan memotivasi masyarakat agar tetap merasa memiliki kegiatan swakelola
sampah.

PT GUMI ADIMIRA VII-37


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Sekretaris; Mengagendakan semua kegiatan program swakelola sampah.

Bendahara; Mengurusi masalah keuangan, sarana prasarana, dan penjualan hasil


pengolahan sampah.

Pelaksana 1,2,3; Mengambil dan mengumpulkan sampah dari rumah tangga dan
mengolah memprosesnya, termasuk memilah sampah anorganik sesuai dengan
jenisnya, serta melakukan pengepakan (Packaging).

7.4. RENCANA PROGRAM KEUANGAN


Pembangunan ekonomi selalu menjadi sentral dan lokomotif pembangunan bidang
lain, oleh karena itu dalam penyusunan strategi pembangunan selalu dimulai dengan
pemetaan serta analisa mendalam tentang kondisi perekonomian yang sedang dihadapi dan
prospek pengembangannya yang didasari oleh asumsi terhadap variabel yang
mempengaruhi pembangunan ekonomi itu sendiri.
.
1. Biaya Retribusi
Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus disediakan
oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian pengelolaan
persampahan juga merupakan tanggung jawab bersama semua pemangku kepentingan,
baik pemerintah, swasta dan masayarakat. Salah satu bentuk sharing tanggung jawab
adalah melalui pembayaran restribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai
tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri. Tipping fee adalah besar biaya yang
harus dikeluarkan untuk membiayai pengelolaan setiap m3 sampah yang dihasilkan
oleh sumber sampah. Tipping Fee tidak langsung dibebankan kepada masyarakat,
tetapi dibagi berdasarkan struktur tarif, yaitu terdiri dari pemerintah 40%, swasta
(komersial) 30%, domestik (masyarakat) 20% dan sosial 10%. Berdasarkan pembagian
tersebut, diperoleh besar retribusi yang akan dibebankan kepada masyarakat
(domestik). Tarif domestik akan dilakukan lagi subsidi silang 40:60 untuk rumah non
permanen (low income) dan permanen (high income), sedangkan rumah semi permanen
tidak disubsidi. Hasil perhitungan tarif dapat dilihat pada Tabel 7.4 berikut.

PT GUMI ADIMIRA VII-38


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 7.4. Pembiayaan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat


Pembiayaan Sampah (Rp)
Uraian
Menerapkan Program 3R Tanpa Penerapan 3R
Tipping Fee
Tahap I 233.062 1.583.366
Tahap II 311.068 476.589
Tahap III 261.493 433.015
Tarif Domestik (20
%)
Tahap I 46.612 316.673
Tahap II 62.214 95.318
Tahap III 52.299 86.603
Simulasi Tarif (Rp per rumah tangga per bulan dengan asumsi anggota keluarga = 5 orang)
Tahap I 14.403 97.852
Rumah non permanen 5.761 39.141
Rumah semi permanen 14.403 97.852
Rumah permanen 23.045 156.563
Tahap II 19.224 29.453
Rumah non permanen 7.690 11.781
Rumah semi permanen 19.224 29.453
Rumah permanen 30.758 47.125
Tahap III 16.160 26.760
Rumah non permanen 6.464 10.704
Rumah semi permanen 16.160 26.760
Rumah permanen 25.856 42.817
Sumber : Hasil analisis konsultan, 2016

2. Biaya investasi
Disamping mempertimbangkan kebutuhan pelayanan secara teknis, investasi prasarana
dan sarana persampahan harus memperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan
daerah dan masyarakat. Selain itu, potensi swasta untuk investasi bidang persampahan
juga perlu dikaji lebih intensif.
Investasi prasarana dan sarana Persampahan meliputi :
- Investasi untuk pewadahan hingga pengangkutan sampah ke TPA
- Investasi untuk pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA)
- Investasi untuk pembangunan TPS 3R, TPST

PT GUMI ADIMIRA VII-39


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 7.5. Komponen Biaya Investasi Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

No. Nama Sarana & Prasarana Satuan Harga (Rp.)

1 Pewadahan & Pengumpulan


1.1 Tong/Bin Unit 500.000
1.2 Gerobak sampah Unit 1.500.000
1.3 Pickup Unit 150.000.000
1.4 Motor roda 3 Unit 33.000.000

2 Pemindahan
2.1 TPS Unit 500.000.000
2.2 Container Unit 30.000.000
2.3 Landasan Container Unit 15.000.000

3 Pengangkutan
3.1 Dump truck Unit 400.000.000
3.2 Armroll truck Unit 350.000.000

4 Pengolahan & Pemrosesan Akhir


4.1 TPST Unit 600.000.000
4.2 TPA (lahan & konstruksi) Ha 11.000.000

Sumber: Hasil Analisis Konsulta, 2016

3. Biaya Operasi dan Pemeliharaan


Keberhasilan pengelolaan sampah pada dasarnya sangat bergantung pada ketersediaan
dana operasi dan pemeliharaan (O/P) yang memadai. Strategi untuk penyediaan dana
O/P dapat berupa :
- Penyediaan dana O/P dari APBD sesuai kebutuhan
- Kontribusi dana O/P masyarakat berupa pengelolaan sampah mandiri berbasis
masyarakat skala kawasan (didahului dengan program kampanye atau
sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat)
Peran swasta dalam penyediaan dana O/P berupa kontak manajemen, BOO, BOT
dll sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

PT GUMI ADIMIRA VII-40


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 7.6. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pengelolaan Sampah


Kabupaten Sumbawa Barat

Harga (Rp.) Harga (Rp.) Harga (Rp.)


No Komponen Biaya Satuan
Tahap I Tahap II Tahap III
1 BBM Tahun 1.006.000.000 1.175.000.000 1.407.000.000
2 Gaji/Upah Tahun 139.000.000 398.000.000 463.000.000
3 Peralatan & Pemeliharaan Tahun 598.000.000 1.104.000.000 1.239.000.000
4 Administrasi Tahun 210.000.000 573.000.000 665.000.000
Total 1.953.000.000 3.250.000.000 3.774.000.000
Sumber: Hasil Analisis Konsulta, 2016

Tabel 7.7. Biaya Investasi dan OP Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat


(dengan menerapkan program 3R)

Harga (Rp.) Harga (Rp.) Harga (Rp.)


No Komponen Biaya Satuan
Tahap I Tahap II Tahap III
1 Pengumpulan & Pewadahan Tahun 1.270.000.000 10.455.000.000 11.495.000.000
2 Pemindahan Tahun 9.744.000.000 12.169.000.000 13.143.000.000
3 Pengangkutan Tahun 674.000.000 6.160.000.000 7.694.000.000
4 Pengolahan Akhir TPA Tahun 82.362.000.000 148.611.000.000 179.366.000.000
Total 94.050.000.000 177.395.000.000 211.698.000.000
Sumber: Hasil Analisis Konsulta, 2016

Tabel 7.8. Biaya Investasi dan OP Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat


(tanpa penerapan program 3R)

Harga (Rp.) Harga (Rp.) Harga (Rp.)


No Komponen Biaya Satuan
Tahap I Tahap II Tahap III
1 Pengumpulan & Pewadahan Tahun 1.270.000.000 10.455.000.000 11.495.000.000
2 Pemindahan Tahun 944.000.000 1.169.000.000 1.263.000.000
3 Pengangkutan Tahun 674.000.000 6.160.000.000 7.694.000.000
4 Pengolahan Akhir TPA Tahun 82.362.000.000 148.611.000.000 179.366.000.000
Total 85.250.000.000 166.395.000.000 199.818.000.000
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA VII-41


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.5. RENCANA PROGRAM PERAN SERTA


MASYARAKAT/SWASTA/PERGURUAN TINGGI

Ada beberapa hal yang diselenggarakan pemerintah dalam pengelolaan sampah,


karena masyarakat sebagai salah satu sumber sampah harus ikut memikul tanggung jawab
terhadap sampah yang dihasilkan. Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini
yaitu, peran serta dan pemberdayaan masyarakat .

a. Program untuk peran serta masyarakat dalam peningkatan kemitraan :

1) Melaksanakan kampanye gerakan reduksi dan daur ulang sampah.

2) Memfasilitasi forum lingkungan dan organisasi wanita sebagai mitra.

3) Penerapan pola tarif iuran sampah.

4) Menelusuri pedoman investasi dan kemitraan untuk meningkatkan minat swasta

b. Pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat dilakukan pada saat :

1) Perencanaan, mulai dari survei kampung sendiri sampai dengan merencanakan


sistem pengelolaan, kebutuhan dana.

2) Pembangunan, bagaimana masyarakat melakukan pembangunan atau pengawasan


pembangunan.

3) Pengelolaan, untuk menentukan pembentukan kelembagaan pengelola dan


personil.

Proses pengelolaan 3R bisa berjalan dengan lancar Reduce (mengurangi), Reuse


(penggunaan kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif aplikatif dan dapat
bernilai ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil
kuantitas dan kompleksitas sampah. Model ini akan dapat memangkas rantai transportasi
yang panjang dan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang berat.
Selain itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan
memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan saat
ini.

PT GUMI ADIMIRA VII-42


Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

7.6. MEMORANDUM PROGRAM

RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TABEL PROGRAM 1

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 7 8 9 10 11 12 13

I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan sampah a. Penyusunan Perda Rencana Paket 1
yang mengacu pada kebijakan nasional, Induk Sistem Pengelolaan 200,000 200,000
propinsi dan NSPK yang berlaku. Sampah Kabupaten Sumbawa
Barat

2 Penyiapan dan atau penyempumaan b. Penyusunan dokumen Paket 1


PERDA yang sesuai dengan NSPK dan lingkungan hidup sesuai 200,000 200,000
UU No 18/2008. kebutuhan (AMDAL atau
UKL/UPL)
3 Pembuatan revisi PERDA Tentang c. Penyusunan pedoman Paket 1
Retribusi Pelayanan pelaksanaan pengelolaan 200,000 200,000
Persampahan/Kebersihan. persampahan berbasis
kemandirian
d. Penyusunan dan/atau kajian Paket 1
Perda tentang Institusi 200,000 200,000
Penanggung jawab sektor
persampahan
e. Penerapan dan kajian ulang Paket 1
Peraturan Daerah Kabupaten 200,000 200,000
Sumbawa Barat Nomor 12
Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan
Persampahan/Kebersihan Dan
Penyediaan Dan/Atau
Penyedotan Kakus

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2017 2018 2019 2020 2021
f. Sosialisasi kebijakan Paket 1
persampahan 50,000 50,000
Sub Total I
1,050,000

II Aspek Kelembagaan
1 a. Pelatihan teknis pengelolaan Paket 1 1 1 1 1
sampah 50,000 250,000
Peningkatan kelembagaan terutama SDM
sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan sampah.
2 b. Bantek pengelolaan sampah Paket 1 1 1 1 1
Merintis kelembagaan di tingkat 100,000 500,000
masyarakat (mandiri) untuk pengelolaan
sampah berbasis masyarakat
Pendampingan masyarakat
c. Paket 1 1 1 1 1
pengelola sampah 50,000 250,000
d. Bintek Persampahan Paket 1 1 1 1 1
25,000 125,000
e. Studi banding Paket 1 1 1 1 1
50,000 250,000
Sub Total II
1,375,000

III Aspek Pembiayaan


1 a. Kerjasama pengelolaan
Pengembangan alternatif pembiayaan dan 250,000
kerja sama dalam pengelolaan sampah dengan pihak -3 Paket 1 1 1 1 1
50,000
persampahan (Swasta)
b.
Pajak dan penyusutan Paket 1 1 1 1 1
10,000 50,000
Sub Total III
300,000

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2017 2018 2019 2020 2021
IV Aspek Teknis
1 Perencanaan teknis pengelolaan
a. Perencanaan teknis 3R Paket 1
persampahan 200,000 200,000
b Konsultan pendamping 3R Paket 1
200,000 200,000
c Konsultan supervisi Paket 1
200,000 200,000
Konsultan pemberdayaan
d Paket 1
masyarakat 3R 100,000 100,000
e Pemberdayaan Masyarakat Paket 1 1 1 1 1
50,000 250,000
Studi kelayakan
f pengembangan PS Paket -
400,000
persampahan

2
Pengadaan Tong/bin sampah 180,500
Pengadaan dan pembangunan prasarana a. Unit 72 72 72 72 72
kap. 50 liter 500
dan sarana pengelolaan sampah
b. Pengadaan pickup kap. 3 m3 Unit 1 0 0 0 0
150,000 150,000
Pengadaan motor sampah roda
c. Unit 18 19 21 22 22
3 kap. 1,5 m3 33,000 3,366,000
Pengadaan Kontainer Kap. 6
d. Unit 21 21 24 24 25
m3 44,970 5,171,550
Pembangunan TPS 3R skala
e. Unit 4,000,000
kelurahan Kap. 10 m3 500,000 8 - - - -
Pembangunan TPS 3R skala
f. Unit 8,000,000
kecamatan Kap. 50 m3 1,000,000 8 - - - -
Pengadaan Armroll Truck
g. Unit 2 2 4 4 4
Kap. 6 m3 542,782 7,818,918
Pengadaan lahan TPA
h. Paket
Munukania 2,000,000 0.53 0.65 1.10 1.11 1.12 9,013,585
Peningkatan PS TPA
i. Paket 1 1 1
Munukania 1,500,000 4,500,000

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2017 2018 2019 2020 2021
3
a Operasional dan pemeliharaan Paket 1 1 1 1 1
Operasional dan Pemeliharaan 2,097,195 10,485,976
b Pemeliharaan kebersihan kota Paket 1 1 1 1 1
100,000 500,000
Sub Total IV
54,136,529

V Aspek Peran Serta Masyarakat


1 Kampanye dan edukasi sebagai dasar a. Sosialisasi/workshop Paket 1 1 1 1 1
untuk penyiapan masyarakat dalam pengelolaan sampah 50,000 250,000
partisipasi program 3R.

Edukasi pengelolaan sampah


b. Paket 1 1 1 1 1
di sekolahan 25,000 125,000
Kampanye pemberitaan media
c. Paket 1 1 1 1 1
massa 15,000 75,000
d. Pembentukan KSM Paket 1 1 1 1 1
10,000 50,000
e. Pembentukan Bank Sampah Paket 1 1
10,000 20,000
Sub Total V
520,000

TOTAL
57,381,529

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TABEL PROGRAM 2

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
SATUA HARGA Volume
TOTAL
N (Rp.000,-) 2022 2023 2024 2025 2026
1 2 3 7 8 9 10 11 12 13

I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan a. Review Perda Rencana Induk Sistem Pengelolaan Paket 1
sampah yang mengacu pada Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 300,000 300,000
kebijakan nasional, propinsi dan
NSPK yang berlaku.
2 Penyiapan dan atau penyempumaan b. Penyusunan dokumen lingkungan hidup sesuai Paket 1
PERDA yang sesuai dengan NSPK kebutuhan (AMDAL atau UKL/UPL) 300,000 300,000
dan UU No 18/2008.
3 Pembuatan revisi PERDA Tentang c. Review pedoman pelaksanaan pengelolaan persampahan Paket 1
Retribusi Pelayanan berbasis kemandirian 300,000 300,000
Persampahan/Kebersihan.

d. Review Perda tentang Institusi Penanggung jawab sektor Paket 1


persampahan 300,000 300,000

e. Penerapan dan kajian ulang Peraturan Daerah tentang Paket 1


Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 300,000 300,000

f. Sosialisasi kebijakan persampahan Paket


75,000 -
Sub Total I
1,500,000

II Aspek Kelembagaan

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
SATUA HARGA Volume
TOTAL
N (Rp.000,-) 2022 2023 2024 2025 2026
1 a. Pelatihan teknis pengelolaan sampah Paket 1 1 1 1 1
Peningkatan kelembagaan terutama 75,000 375,000
SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional
penanganan sampah.
2 Merintis kelembagaan di tingkat b. Bantek pengelolaan sampah Paket 1 1 1 1 1
masyarakat (mandiri) untuk 150,000 750,000
pengelolaan sampah berbasis
masyarakat
c. Pendampingan masyarakat pengelola sampah Paket 1 1 1 1 1
75,000 375,000
d. Bintek Persampahan Paket 1 1 1 1 1
37,500 187,500
e. Studi banding Paket 1 1 1 1 1
75,000 375,000
Sub Total II
2,062,500

III Aspek Pembiayaan


1 a.
Pengembangan alternatif Kerjasama pengelolaan sampah dengan pihak -3 75,000 375,000
pembiayaan dan kerja sama dalam Paket 1 1 1 1 1
(Swasta)
pengelolaan persampahan
b.
Pajak dan penyusutan Paket 1 1 1 1 1
15,000 75,000
Sub Total III
450,000

IV Aspek Teknis
1 Perencanaan teknis pengelolaan
a. Perencanaan teknis 3R Paket 1
persampahan 300,000 300,000
b Konsultan pendamping 3R Paket 1
300,000 300,000
c Konsultan supervisi Paket 1
300,000 300,000

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
SATUA HARGA Volume
TOTAL
N (Rp.000,-) 2022 2023 2024 2025 2026
d Konsultan pemberdayaan masyarakat 3R Paket 1
150,000 150,000
e Pemberdayaan Masyarakat Paket 1 1 1 1 1
75,000 375,000
f Studi kelayakan pengembangan PS persampahan Paket 1
600,000 600,000

2 Pengadaan dan pembangunan a. Pengadaan Tong/bin sampah kap. 50 liter Unit 72 72 72 72 72


prasarana dan sarana pengelolaan 750 270,750
sampah

b. Pengadaan pickup kap. 3 m3 Unit 0 0 0 0 0


225,000 -
c. Pengadaan motor sampah roda 3 kap. 1,5 m3 Unit 23 23 23 25 26
49,500 5,940,000
d. Pengadaan Kontainer Kap. 6 m3 Unit 25 25 25 25 26
67,455 8,499,330
e. Pembangunan TPS 3R skala kelurahan Kap. 10 m3 Unit 750,000 7,500,000
10 - - - -

f. Pembangunan TPS 3R skala kecamatan Kap. 50 m3 Unit 1,500,000 15,000,000


10 - - - -
g. Pengadaan Armroll Truck Kap. 6 m3 Unit 4 4 4 4 4
814,173 15,011,265
h. Peningkatan TPA Munukania Paket 1 1 1
3,000,000 9,000,000
i. Peningkatan PS TPA Munukania Paket 1 1
2,250,000 4,500,000

3
a Operasional dan pemeliharaan Paket 1 1 1 1 1
Operasional dan Pemeliharaan 3,145,793 15,728,964
b Pemeliharaan kebersihan kota Paket 1 1 1 1 1
150,000 750,000
Sub Total IV
84,225,309

V Aspek Peran Serta Masyarakat

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
SATUA HARGA Volume
TOTAL
N (Rp.000,-) 2022 2023 2024 2025 2026
1 Kampanye dan edukasi sebagai a. Sosialisasi/workshop pengelolaan sampah Paket 1 1 1 1 1
dasar untuk penyiapan masyarakat 75,000 375,000
dalam partisipasi program 3R.

b. Edukasi pengelolaan sampah di sekolahan Paket 1 1 1 1 1


37,500 187,500
c. Kampanye pemberitaan media massa Paket 1 1 1 1 1
22,500 112,500
d. Pembentukan KSM Paket 1 1 1
15,000 45,000
e. Pembentukan Bank Sampah Paket 1 1 1
15,000 45,000
Sub Total V
765,000

TOTAL
89,002,809

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TABEL PROGRAM 3

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2027 2028 2029 2030 2031
1 2 3 7 8 9 10 11 12 13

I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan sampah yang a. Review Perda Rencana Induk Paket 300,000 1
mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan Sistem Pengelolaan Sampah 300,000
NSPK yang berlaku. Kabupaten Sumbawa Barat
2 Penyiapan dan atau penyempumaan PERDA yang b. Penyusunan dokumen lingkungan Paket 300,000 1
sesuai dengan NSPK dan UU No 18/2008. hidup sesuai kebutuhan (AMDAL 300,000
atau UKL/UPL)
3 Pembuatan revisi PERDA Tentang Retribusi c. Review pedoman pelaksanaan Paket 300,000 1
Pelayanan Persampahan/Kebersihan. pengelolaan persampahan 300,000
berbasis kemandirian

d. Review Perda tentang Institusi Paket 300,000 1


Penanggung jawab sektor 300,000
persampahan

e. Penerapan dan kajian ulang Paket 300,000 1


Peraturan Daerah tentang 300,000
Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
f. Sosialisasi kebijakan Paket 75,000 -
persampahan
Sub Total I 1,500,000

II Aspek Kelembagaan
1 a. Pelatihan teknis pengelolaan Paket 75,000 1 1 1 1 1
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai
sampah 375,000
dasar untuk peningkatan kinerja operasional
penanganan sampah.

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2027 2028 2029 2030 2031
2 b. Bantek pengelolaan sampah Paket 150,000 1 1 1 1 1
Merintis kelembagaan di tingkat masyarakat 750,000
(mandiri) untuk pengelolaan sampah berbasis
masyarakat
Pendampingan masyarakat 75,000
c. Paket 1 1 1 1 1
pengelola sampah 375,000
37,500
d. Bintek Persampahan Paket 1 1 1 1 1
187,500
75,000
e. Studi banding Paket 1 1 1 1 1
375,000
Sub Total II 2,062,500

III Aspek Pembiayaan


1 a. 75,000
Kerjasama pengelolaan sampah 375,000
Pengembangan alternatif pembiayaan dan kerja sama Paket 1 1 1 1 1
dengan pihak -3 (Swasta)
dalam pengelolaan persampahan
b. 15,000
Pajak dan penyusutan Paket 1 1 1 1 1
75,000
Sub Total III
450,000

IV Aspek Teknis
1 300,000
a. Perencanaan teknis 3R Paket 1
Perencanaan teknis pengelolaan persampahan 300,000
300,000
b Konsultan pendamping 3R Paket 1
300,000
300,000
c Konsultan supervisi Paket 1
300,000
Konsultan pemberdayaan 150,000
d Paket 1
masyarakat 3R 150,000
75,000
e Pemberdayaan Masyarakat Paket 1 1 1 1 1
375,000
Studi kelayakan pengembangan 600,000
f Paket 1
PS persampahan 600,000

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2027 2028 2029 2030 2031

2 Pengadaan dan pembangunan prasarana dan sarana a. Pengadaan Tong/bin sampah kap. Unit 750 72 72 72 72 72
pengelolaan sampah 50 liter 270,750

162
b. Pengadaan pickup kap. 3 m3 Unit 1 0 0 0 0
162
Pengadaan motor sampah roda 3 49,500 6,682,500
c. Unit 26 26 26 28 29
kap. 1,5 m3
d. Pengadaan Kontainer Kap. 6 m3 Unit 67,455 26 26 26 26 26 8,769,150

Pembangunan TPS 3R skala 750,000 7,297,500,000


e. Unit
kelurahan Kap. 10 m3 10 540 5,400 2,700 1,080
Pembangunan TPS 3R skala 1,500,000 17,511,000,000
f. Unit
kecamatan Kap. 50 m3 10 648 6,480 3,240 1,296
Pengadaan Armroll Truck Kap. 6 814,173 15,847,361
g. Unit 4 4 4 4 4
m3
h. Peningkatan lahan TPA Srabah Paket 3,000,000 0.56 0.58 0.59 0.61 0.63 8,905,075

i. Peningkatan PS TPA Srabah Paket 2,250,000 1 1 4,500,000

3 a Operasional dan pemeliharaan Paket 3,145,793 1 1 1 1 1 15,728,964


Operasional dan Pemeliharaan
150,000
b Pemeliharaan kebersihan kota Paket 1 1 1 1 1
750,000
Sub Total IV 24,871,978,962

V Aspek Peran Serta Masyarakat


1 Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk a. Sosialisasi/workshop pengelolaan Paket 75,000 1 1 1 1 1
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R. sampah 375,000

Edukasi pengelolaan sampah di 37,500


b. Paket 1 1 1 1 1
sekolahan 187,500

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kebutuhan Penanganan menyeluruh


NO. PROGRAM KEGIATAN
HARGA Volume
SATUAN TOTAL
(Rp.000,-) 2027 2028 2029 2030 2031
Kampanye pemberitaan media 22,500
c. Paket 1 1 1 1 1
massa 112,500
15,000
d. Pembentukan KSM Paket 1 1 1
45,000
15,000
e. Pembentukan Bank Sampah Paket 1 1 1
45,000
Sub Total V
765,000

TOTAL 24,876,756,462

PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB VIII
KELAYAKAN PROGRAM JANGKA
PENDEK DAN MENENGAH

8.1. PERSYARATAN TEKNIS

Saat ini penanganan sampah lebih mengedepankan pengurangan sampah yang


ditimbun di TPA, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya melalui kegiatan 3R.
Kelayakan program bidang persampahan ini, terdiri dari studi kelayakan ekonomi,
keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan prasarana dan sarana
persampahan yang telah direncanakan sebelumnya di Bab 7.

8.1.1. Kriteria Kelayakan Teknis


Ketentuan kelayakan teknis harus berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kajian timbulan dan karakteristik sampah

Tabel 8.1.Standar Kualitas Kompos

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2004)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-1
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

2. Kajian teknologi dan sumberdaya setempat


Teknologi yang digunakan dinyatakan layak jika setidaknya efisiensi pengolahan
sebesar ± (90-95)%.
3. Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan
Pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat atau metode pengolahan sampah yang akan
diterapkan harus memenuhi hal-hal berikut :
 Para stakeholder mampu menjalankan alat dengan baik
 Para stakeholder mampu mengatasi permasalahan pada alat dengan segera
4. Kajian kondisi fisik setempat
Kondisi fisik setempat dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan lokasi/site
pembuangan akhir hasil pengolahan yaitu TPA, tempat pemindahan sampah (TPS) dan
tempat pengolahan sampah 3R (TPS 3R).

a. Kriteria TPA :
1) Lokasi jauh dari permukiman lebih dari 1 km
2) Tidak berada di kawasan lindung dan cagar alam
3) Bukan daerah banjir
4) Kondisi muka air tanah tidak kurang 3m
5) Kemiringan zona kurang dari 20 %
6) Berada didaerah dengan jenis tanah kedap air/lempung
7) Fasilitas dasar TPA terdiri dari : Jalan masuk, jalan operasional, listrik/genset,
drainase, air bersih, pagar, kantor
8) Fasilitas perlindungan lingkungan TPA terdiri dari : pengolahan lindi,
pengolahan gas, buffer zone
9) Fasilitas operasional terdiri dari : bengkel, garasi, tempat cuci alat
angkut/berat, alat P3K, jembatan timbang, ruang uji (laboratorium)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-2
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.1.1.1. Kriteria Kelayakan


Pelayanan ditinjau dari Studi kelayakan perencanaan sistem persampahan adalah suatu
studi untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan program perencanaan persampahan di
suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek kelayakan :
1) Teknis
Aspek Teknis dinyatakan layak apabila tersedia teknologi yang mendukung
terlaksananya perencanaan dengan biaya yang relatif murah untuk melaksanakannya;
dandibenarkan secara aturan dan ketentuan.Untuk mendukung terciptanya kelayakan
teknis, lazimnya diperlukan berbagai informasi pendukung, seperti :
a. Hasil pengukuran atau pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain yang
relevan sesuai dengan jenis kegiatan;
b. Rencana Tata Ruang Kawasan (RUTRK/RDTRK/RTRK) untuk mengetahui
peruntukan kawasan, batasan-batasan pengembangannya, dan keterkaitannya
dengan strategi pembangunan daerah;
c. Gambaran lokasi perencanaan
d. Foto-foto lokasi perencanaan, untuk mengetahui kondisi aktual di lapangan.
2) Ekonomi
Aspek Ekonomi dinyatakan layak apabila apabila manfaat proyek tersebut lebih besar
dari biaya ekonomi yang ditimbulkannya.
3) Keuangan
Aspek Keuangan dinyatakan layak apabila apabila kegiatan dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan (demand) masyarakat, investasi yang ditanamkan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat, besarnya nilai keuntungan lebih besar dari nilai
bunga bank yang berlaku sehingga penerimaan yang dihasilkan dari operasionalisasi
proyek dapat mengembalikan biaya investasi sesuai dengan jadwal pengembalian
investasi yang ditetapkan.
4) Lingkungan
Aspek Lingkungan dinyatakan layak apabilakegiatan memberikan manfaat yang
melebihi biaya lingkungannya.Perhatian khusus pada kajian lingkungan diberikan
pada proyek-proyek yang memerlukan AMDAL atau UKL/UPL, atau LARAP.
5) Sosial

PT GUMI ADIMIRA

VIII-3
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Aspek Sosial dinyatakan layak apabila kegiatan memberikan manfaat yang melebihi
biaya sosial, serta distribusi manfaat sosial dapat merata.Perhatian khusus dalam
kajian kelayakan sosial diberikan pada proyek yang memerlukan pengadaan tanah
(dengan atau tanpa pemukiman kembali), dan proyek yang mengenai, atau
mempengaruhi kehidupan masyarakat terasing dan rentan.
6) Hukum
Aspek Hukum dinyatakan layak apabilaterdapat legalisasi dan legitimasi hukum yang
kuat terkait kegiatan yang dilakukan. Apabila kegiatan akan menghasilkan sebuah
produk hukum, maka produk hukum tersebut haruslah tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang telah disetujui di daerah.
7) Kelembagaan
Aspek Kelembagaan dinyatakan layak apabila memiliki hal-hal seperti berikut:
kondisi lembaga yang layak (sistem organisasi termasuk struktur dan kultur organisasi,
fungsi dan tugas dan kewenangan);kualitas pengelolaan yang layak (termasuk
prosedur kerja, teknologi yang dikuasai, rekrutmen, penempatan, dan pengembangan
personil) dan efektivitas menangani tugas dan fungsinya;kepemimpinan, termasuk
corak kepemimpinan, cara pengambilan keputusan, dan inovasi yang telah, sedang,
atau dapat diharapkan berjalan;akuntabilitas dan transparansi berkaitan dengan
pengambilan kebijakan, penegakan peraturan dan pelibatan masyarakat.

8.1.1.2. Muatan teknis


Muatan teknis dalam Studi Kelayakan Persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat
terdiri dari :
1) Rencana teknik operasional;
2) Kebutuhan lahan;
3) Kebutuhan air dan energi;
4) Kebutuhan prasarana dan sarana;
5) Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;
6) Masa layan sistem; dan
7) Kebutuhan sumber daya manusia

PT GUMI ADIMIRA

VIII-4
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.1.1.2.1. Rencana Teknik Operasional

Secara garis besar teknis operasional pengelolaan sampah dapat digambarkan


sebagai berikut : Secara garis besar teknis operasional pengelolaan sampah yang sudah
direncanakan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 8.1. Gambar Teknis operasional pengelolaan sampah

Pewadahan sampah dilakukan dengan menggunakan penampungan sampah


sementara di sumbernya baik individual maupun komunal.Wadah sampah individual
umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya.Sedangkan wadah sampah
komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses.Sampah diwadahi sehingga
memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis
sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnya
dalam upaya daur-ulang.

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan


dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat pembuangan sementara
atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3) langsung ke tempat pembuangan
atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-5
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah


hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau secara tidak langsung (dengan
menggunakan Transfer Depo/Container) sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Pola pengumpulan sampah terdiri atas pola individual langsung dan individual tidak
langsung.

Pola individual langsung oleh truk pengangkut menuju ke pemrosesan dilakukan


bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%), hanya alat pengumpul mesin yang
dapat beroperasi, sedang alat pengumpul non-mesin akan sulit beroperasi; Kondisi jalan
cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya; Kondisi dan jumlah alat
memadai; Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari; dan biasanya daerah layanan adalah
pertokoan, kawasan pemukiman yang tersusun rapi, daerah elite, dan jalan protocol.
Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas pengangkut tidak masuk ke
gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini datang, misal dengan bunyi-
bunyian.

Pola individual tidak langsung, dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak


sampah, dapat diterapkan bila lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.Lahan ini dapat
difungsikan sebagai tempat pemerosesan sampah skala kawasan; Kondisi topografi relatif
datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak); Alat
pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung; Lebar jalan atau gang cukup lebar
untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya; dan terdapat
organisasi pengelola pengumpulan sampah, dengan sistem pengendaliannya.

Pola komunal langsung oleh truk pengangkut dilakukan, bila: Alat angkut terbatas;
Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah; Alat pengumpul sulit
menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi daerah berbukit, gang/jalan
sempit); dan adanya peran serta masyarakat yang tinggi.Wadah komunal ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
Pola ini baik diterapkan pada pemukiman yang tidak teratur.

Pola komunal tidak langsung, dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut : Peran
serta masyarakat tinggi; Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di

PT GUMI ADIMIRA

VIII-6
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

lokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul; Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat pemerosesan sampah skala kawasan; Bagi
kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat pengumpul non
mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi > 5% dapat digunakan cara lain seperti
pikulan, kontainer kecil beroda dan karung; lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul
tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya; dan harus ada organisasi pengelola
pengumpulan sampah.

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan ritasi antara 1 – 4 rit


per hari.Periodisasi untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun
sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas kerja, serta
kondisi komposisi sampah.Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi
pelayanan semakin sering.Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan
lebih dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;
mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap; mempunyai petugas pelaksana yang tetap
dan perlu dipindahkan secara periodik; pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan
kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang
akan diangkut.

Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil


pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pemrosesan atau ke
pembuangan akhir.Lokasi pemindahan sampah hendaknya memudahkan bagi sarana
pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi pemindahan, dan
tidak jauh dari sumber sampah. Pemerosesan sampah atau pemilahan sampah dapat
dilakuykan di lokasi ini, sehingga sarana ini dapat berfungsi sebagai lokasi pemerosesan
tingkat kawasan. Pemindahan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat
dilakukan secara manual atau mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian kontainer
dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke
atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).

Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari


lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan
akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-7
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran me ngoptimalkan waktu


angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila terdapat sarana pemindahan
sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah; lokasi titik tujuan sampah
relatif jauh; sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari
berbagai area; ritasi perlu diperhitungkan secara teliti, terutama masalah lalu-lintas jalur
menuju titik sasaran tujuan sampah.

8.1.1.2.2. Kebutuhan Lahan


Kebutuhan lahan merupakan luas lahan yang akan dibutuhkan pada setiap tahun
perencanaan, yang dihitung berdasarkan rencana banyaknya unit TPS, TPS 3R dan luas
lahan TPA. Luas lahan tiap unit bangunan dihitung berdasarkan kriteria luas sebagaimana
tercantum pada sub-bab sebelumnya. Berdasarkan perhitungan, diperoleh kebutuhan lahan
TPA total untuk perencanaan hingga tahun 2036 adalah seluas 6,04 Ha., dan luas lahan
TPS 3R sebanyak 42 unit untuk 8 kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat.

Status Lahan
Penetapan status lahan dilakukan dengan mengadakankoordinasi dengan dinas terkait dan
menyiapkan surat keterangan tanah yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat yang
menunjukkan lahan dapat dipakai untuk kegiatan TPA/ TPS/ TPS 3R.Kondisi status lahan
saat ini di Kabupaten Sumbawa Barat adalah sudah dibebaskan khusus untuk TPA.Untuk
TPS dan TPS 3R masih dalam proses pembebasan. Melihat hal tersebut, sebagai langkah
strategi penyiapan untuk memastikan status lahan sebelum dilakukan konstruksi, akan
dilakukan harus berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah dan pemerintah desa
setempat, serta sosialiasi dengan warga setempat.

Kriteria Lahan

Kriteria lahan untuk TPS, TPS 3R dan TPA memerlukan perhatian khusus, karena
perencanaan, konstruksi, hingga ke operasional dan pemeliharaan sangat bergantung pada
kondisi lahan.Penyiapan lahan untuk dijadikan TPA harus melalui beberapa tahapan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-8
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

penting, yaitu : Lokasi dipilih sesuai dengan kebutuhan perencanaan, dengan


memperhatikan kawasan pelayanan dan efektifitas pengangkutan. Tidak diizinkan
membangun permukiman dan sarana lain yang tidak sesuai dengan tata-guna lahan pada
area penyangga yang merupakan satu kesatuan dengan lokasi TPA. Peruntukan sekitar
lokasi TPA misalnya untuk pertanian, perkebunan, peternakan. Pemukiman dijinkan
dibangun dengan radius minimal 500 m sekeliling lokasi TPA. Dibutuhkan adanya buffer
area (daerah penyangga).
Keadaan Tanah untuk pembangunan TPS 3R memungkinkan (tidak pada tanah lembah dan
rawa-rawa) Jalan masuk ke lokasi mencukupi syarat jalan perkerasan (lapen) dan
masuknya angkutan roda 6 (enam). Mempunyai penduduk yang lebih dari ± 200 KK.
Kriteria lahan untuk TPS menurut Tchobanoglous (1977: 185), dalam penentuan lokasi
TPS harus memperhatikan beberapa aspek berikut, yaitu :
1. Kedekatan terhadap pusat timbulan sampah yang akan dilayani.
2. Memiliki aksesibilitas yang baik khususnya terhadap rute pengangkutan
menuju TPA.
3. Memiliki dukungan dari masyarakat maupun lingkungan sekitar.
4. Memiliki rencana pembiayaan pembangunan dan operasional yang paling
ekonomis.
Menurut Kruse (1967), hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
lokasi TPS adalah:
1. Pola penggunaan lahan, baik di sekitar maupun pada rencana lokasi TPS.
2. Kepadatan dan jumlah penduduk.
3. Jumlah timbulan sampah yang ada serta prediksi timbulan sampah.
4. Kondisi geografi.
5. Kondisi lalu lintas rencana lokasi TPS meliputi jenis jalan dan volume lalu
lintas.
Selain beberapa pandangan tersebut di atas, White (1995) berpendapat bahwa
hal yang perlu dipertimbangkan masalah kemampuan pelayanan sarana TPS yang
akan diberikan kepada masyarakat.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-9
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.1.1.2.3. Kebutuhan Air dan Energi


Kebutuhan air dan energi dalam perencanaan sistem persampahan memerlukan
perhitungan yang matang, yaitu untuk mengetahui berapa banyak air dan energi yang
dibutuhkan untuk setiap fasilitas pengelolaan sampah setiap tahun berdasarkan hasil
perencanaan. Perhitungan tersebut diasumsikan dari setiap unit alat/fasilitas yang telah
direncanakan.Berdasarkan perhitungan, tiap truk sampah membutuhkan berapa banyak air
(untuk perawatan) dan bahan bakar (untuk energi operasional), dikalikan jumlah truk yang
direncanakan.

Berdasarkan perhitungan, tiap truk sampah membutuhkan berapa banyak air (untuk
perawatan) dan bahan bakar (untuk energi operasional), dikalikan jumlah truk yang
direncanakan. Dengan jumlah armroll truk sebanyak 19 unit pada tahap III, maka
dibutuhkan air sebanyak 2.850 liter per hari dengan perkiraan satu unit truk membutuhkan
150 liter air untuk proses pencucian. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk truk armroll
sampah per hari adalah 20 liter solar, dengan jumlah truk pada tahap III sebanyak 19 unit
maka dibutuhkan bahan bakar sebanyak 380 liter solar per hari. Untuk motor sampah,
dibutuhkan bahan bakar sebanyak 2,4 liter per hari. Dengan jumlah motor sampah 73 unit,
pada tahap III maka dibutuhkan bahan bakar sebanyak 175,2 liter per hari nya. Sedangkan
kebutuhan energi listrik untuk setiap unit TPS 3R sebesar 300 KwH per bulan. Apabila
terdapat 42 unit TPS 3R maka dibutuhkan listrik sebesar 12.600 KwH per bulan. Untuk
kebutuhan listrik TPA adalah sebesar 642.857 KwH per bulan (berdasarkan perhitungan
TPA).

8.1.1.2.4. Kebutuhan Prasarana dan Sarana

Operasional persampahan yang telah berjalan membutuhkan penyediaan sarana dan


prasarana sampah. Kebutuhan sarana dan prasarana dianalisis menggunakan metode
statistik dan deskriptif evaluatif dengan cara memperbandingkan eksisting yang ada
terhadap kondisi ideal yang ingin dicapai dengan rentang waktu 20 Tahun kedepan,
meliputi sarana pewadahan individu, sarana pengumpul, TPS, usaha komposting individu
dan skala komposting TPS, kontainer sampah serta alat angkutnya beserta kebutuhan lahan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-10
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

TPA yang bisa mengakomodasi sampah domestik. Banyak prasarana dan sarana antara lain
jumlah TPS 3R yang dibutuhkan adalah sebanyak 28 unit, yaitu terbagi untuk tiap
kecamatan masing-masing 2 unit. Sarana dan prasarana yang direncanakan lainnya adalah :

Tabel 8.1. Sarana dan prasarana yang direncanakan


Tahap I Tahap II Tahap III
No Uraian Satuan
2019 2026 2036
A PERKOTAAN
1 Gerobak unit 83 119 119
2 Motor sampah unit 13 45 73
3 Container unit 44 61 61
4 Armroll truck unit 13 19 19
5 Lahan TPA Ha 4,12 5,99 6,04

Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.1.1.2.5. Gambaran Umum Pengoperasian dan Pemeliharaan


Bagian ini menjelaskan gambaran bagaimana pengoperasian dan pemeliharaan
setiap jenis sarana/prasarana pengelolaan sampah yang direncanakan.Tujuan pemeliharaan
dan perawatan secara rutin, serta pengoperasian yang sesuai prosedur adalah untuk
mengantisipasi kerusakan, mengurangi down time unit, dan meningkatkan efektivitas kerja.
Alat berat yang digunakan untuk operasi pengurugan sampah hendaknya selalu siap untuk
dioperasikan setiap hari. Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan dan
diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas.Loader atau bulldozer (120 – 300 HP)
atau landfill compactor (200 – 400 HP) berfungsi untuk mendorong, menyebarkan,
menggilas/memadatkan lapisan sampah. Gunakan blade sesuai spesifikasi pabrik guna
memenuhi kebutuhan kapasitas aktivitas. Excavator untuk penggalian dan peletakan tanah
penutup ataupun memindahkan sampah dengan spesifikasi yang disyaratkan dengan bucket
0,5 - 1,5 m3. Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan) dengan
volume 8 – 12 m3. Untuk mengurangi resiko kerusakan tersebut, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah :
 Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang kerja TPA
yang telah disiapkan, jalan operasional dan tanah penutup.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-11
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan memelihara
alat-alat berat.
 Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana yang
memadai untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik
 Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan yang diperlukan Pembersihan dan
pemeliharaan alat-alat berat harian Servis alat-alat berat bulanan Penyediaan minyak
pelumas/oli Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget tahunan)
 Hubungan on-line dengan supplier/dealer alat-alat berat dan pelatihan diusahakan
untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis,
penggunaan dan pelaksanaan perawatan kendaraan secara rutin dan berkala.
 Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan data-
data terkait dengan pemeliharaan rutin dan berkala.
Pengoperasian TPA meliputi SOP detail di TPA, dirinci mulai dari tata cara sampah
masuk ke TPA, tata cara landfill, pemeliharaan dan pemantauan lingkungan (gas, lindi),
pemeliharaan fasilitas (alat berat, perpipaan, dan lain-lain) dan pasca operasi TPA.
Penanganan Sampah yang masuk, kegiatan operasi pengurugan dan penimbunan pada area
pengurugan sampah secara berurutan meliputi penerimaan sampah di pos pengendalian,
dimana sampah diperiksa, dicatat dan diarahkan menuju area lokasi penuangan.
Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan
sesuai rute yang diperintahkan. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang
telah ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas. Perataan sampah
oleh alat berat yang dilakukan lapis-perlapis agar tercapai kepadatan optimum yang
diinginkan. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang
cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat menyangga lapisan berikutnya.
Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui
petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal waktu
pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa dan akan diproses di
TPA bila tidak sesuai ketentuan. Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam
satuan volume (m3) dalam satuan berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis
di jembatan timbang/pos jaga dengan mengurangi berat truk masuk (isi) dengan berat truk
keluar TPA (kosong). Pemrosesan sampah masuk di TPA menuju area pengurugan untuk

PT GUMI ADIMIRA

VIII-12
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

diurug, atau menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau menuju area transit
untuk diangkut ke luar TPA.Sampah yang akan diproses dengan pengurugan atau
penimbunan setelah didata akan dibawa menuju tempat pengurugan yang telah ditentukan.
Dilarang menuang sampah di mana saja kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh
pengawas lapangan. Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas
kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses
berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi
sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk
dapat dengan mudah mencapainya.
Pengurugan sampah pada sanitary landfill sampah disebar dan dipadatkan lapis
per-lapis sampai ketebalan sekitar 1,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal
sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak
4 sampai 6 gilasan, dan setiap hari ditutup oleh tanah penutup setebal minimum 15 cm,
sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut
kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal minimum 30 cm. Panjang sel
dihitung berdasarkan volume sampah yang akan diurug pada hari itu (untuk sanitary
landfill) dibagi dengan lebar dan tebal sel. Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan
patok-patok dan tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar. Untuk
mencegah terjadinya erosi air permukaan, maka dibuat drainase pelindung penggerusan
menuju titik di bawahnya.
Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah (lajur utama pipa lindi).
Pelapisan berikutnya adalah di bagian kemiringan dinding sesuai dengan naiknya lift
timbunan sampah. Kedalaman muka air tanah pada musim hujan terhadap lapisan dasar
TPA minimum 3 meter sebelum tanah dasar dikupas dan dipadatkan.Padatkan tanah dasar
dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menuju sistem pengumpul
leachate.Konstruksi pengumpul lindi (leachate) dapat berupa pola tulang ikan atau pola
lurus. Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1 - 2 % dengan pengaliran secara
gravitasi menuju instalasi pengolah lindi.Sistem penangkap lindi diarahkan menuju pipa
berdiameter minimum 150 mm, atau saluran pengumpul lindi.
Pertemuan antar pipa penangkap atau antara pipa penangkap dengan pipa pengumpul
dibuat bak kontrol yang dihubungkan sistem ventilisasi vertikal penangkap atau

PT GUMI ADIMIRA

VIII-13
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pengumpul gas.Sistem penanganan gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA
harus dikontrol di tempat agar tidak mengganggu kesehatan pegawai, orang yang
menggunakan fasilitas TPA, serta penduduk sekitarnya.
Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikan
efisiensi operasi alat berat. Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk
mendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang
baik. Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan
perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan
kurang efisien dilakukan. Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka
perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang.
Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka alat angkut tersebut dicuci, paling tidak
dengan membersihkan bak dan roda truk agar sampah yang melekat tidak terbawa ke luar
lokasi operasi. Bilasan pencucian ini dialirkan menuju pengolah lindi, atau dikembalikan
ke urugan sampah.
Pemantauan dan pencatatan rutin hendaknya dilakukan secara baik, untuk
mencatat. Permasalahan operasional lapangan yang penting, pengaduan dari masyarakat
atau kesulitan yang dijumpai selama operasi harian. Sumber, jumlah, karakteristik dan
komposisi sampah yang ditangani. Secara rutin dilakukan pengukuran topografi ulang di
atas timbunan sampah untuk mengevaluasi sisa kapasitas lahan yang tersedia. Setelah area
pengurugan ditutup karena penuh, suatu laporan rinci perlu dibuat, yang berisi catatan dan
data yang penting, yang terkait dengan monitoring jangka panjang. Setiap awal operasi di
pagi hari, pengawas lapangan melakukan peninjauan pada rencana lokasi penuangan
sampah hari itu untuk mengevaluasi Kondisi sekitar lahan operasi, khususnya erosi
timbunan, settlement, fungsi instalasi pengolah lindi dan pengendali biogas, kondisi
drainase permukaan, kondisi jalan operasi, stok tanah penutup. Pada musim hujan, lakukan
pengamatan rutin terhadap kemiringan tanah penutup harian, untuk menjamin pengaliran
run-off dari atas lapisan penutup mengalir secara lancar menuju ke saluran drainase.
Timbunan sampah dalam landfill yang telah matang, sekitar 3-5 tahun, dapat digali
kembali untuk dimanfaatkan sebagai kompos atau tanah penutup. Setelah landfill site ditata
kembali, maka residu yang tidak dapat dimanfaatkan diurug kembali ke dalam tanah.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-14
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Selama pengoperasian, permasalahan lingkungan yang biasanya muncul, hendaknya


dipantau dan dikelola secara baik dan profesional.
Rencana kontrol kualitas air harus memuat kondisi badan air dan prediksi daerah
yang berpotensi tercemar oleh lindi, elevasi dan arah aliran air tanah, lokasi dan tinggi
muka air permukaan yang berdekatan. Potensi hubungan antara lokasi pengurugan, akuifer
setempat, dan air permukaan yang didasarkan atas catatan historis serta informasi lain.
Kualitas air dari zone yang berpotensi terkena dampak sebelum pengurugan dilakukan.
Rencana penempatan sumur pemantau, stasiun sampling, serta program sampling. Lakukan
pengecekan dan pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap kualitas air tanah di sumur-
sumur monitoring, sumur penduduk di sekitar TPA dengan parameter utama pH, daya
hantar listrik, khlorida, BOD, COD.Sampah dan lindi tidak boleh berkontak langsung
dengan air tanah atau badan air yang digunakan sebagai sumber air minum. Sampling dan
analisa air tanah yang digunakan sebagai sumber air minum dilakukan secara berkala,
mengikuti standar kualitas air minum yang berlaku. Sampling dan analisa air sungai yang
berjarak kurang dari 200 m dari batas terluar TPA dilakukan secara berkala sesuai
peraturan yang berlaku, yaitu setiap 6 bulan selama TPA tersebut dioperasikan. Kontrol
terhadap timbulnya bau dan debu harus diadakan untuk melindungi kesehatan serta
keselamatan personel, penduduk sekitar, serta orang yang menggunakan fasilitas TPA ini.
Tingkat kebauan yang keluar dari TPA digolongkan pada bau yang berasal dari bau
campuran, dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih
dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang. Kontrol bau dapat
juga dilakukan dengan menggunakan fly-index dengan menggunakan standar kepadatan
lalat yang biasa digunakan.
Kontrol kebakaran yang muncul akibat pembakaran liar di lokasi, atau karena
terbakarnya bagian sampah yang mudah terbakar, serta tersedianya bahan bakar gasbio
pada timbunan, dapat dihindari dengan menerapkan peraturan yang ketat agar tidak
membuang puntung rokok pada area timbunan sampah, dan agar tidak membakar sampah
pada timbunan sampah. Kebakaran yang terjadi pada area penimbunan sampah hanya
dapat dipadamkan dengan aplikasi tanah penutup secara merata agar udara tidak masuk ke
dalam timbunan sampah.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-15
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Kontrol Stabilitas lereng lahan TPA, khususnya area pengurugan, hendaknya selalu
dikontrol terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran akibat terjadinya ketidakstabilan
terhadap keruntuhan geser, atau terganggunya kestabilan lereng. Batasan nilai yang biasa
digunakan agar material dalam timbunan tidak runtuh dikenal dengan sebagai faktor
keamanan (safety factor atau SF). Syarat kriteria nilai SF minimum 1,3 untuk kemiringan
timbunan sementara dan 1,5 untuk kemiringan yang permanen. Kontrol terhadap stabilitas
lereng dan reruntuhan sampah ke saluran drainase perlu dilakukan secara rutin dengan
menatur dan membenahi kembali kemiringan talud timbunan, dan memperbaiki tanah
penutup reguler yang telah mengalami erosi dan telah mengalami penurunan.
Manual tentang tatacara dan prosedur terhadap penyelamatan kecelakaan harus
tersedia di lapangan untuk digunakan oleh pekerja. Setiap pekerja harus diinformasikan
tentang cara-cara penyelenggaraan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti
sarung tangan, topi lapangan, kacamata pelindung, sepatu kerja harus disiapkan di
lapangan. Tanda-tanda peringatan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan, seperti
pemadam kebakaran, dilarang merokok,dan sebagainya harus jelas terlihat dari kejauhan.

8.1.1.2.6. Masa Layan Sistem (waktu/tahapan) sumber – TPA

Masa layan sistem merupakan perhitungan jangka waktu sampah dari sejak diambil
dari sumber sampai akhirnya tiba di TPA (umur perjalanan sampah) yang direncanakan,
dirinci berdasarkan tahap tahap penanganan sampah (pengumpulan, pemindahan, waktu
tunggu di TPS, pengangkutan, dan penimbunan). Dengan perencanaan ritasi antara 1 – 4 rit
per hari.Periodisasi untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun
sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas kerja, serta
kondisi komposisi sampah.Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi
pelayanan semakin sering.Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan
lebih dari 3 hari 1 kali.Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

8.1.1.2.7. Kebutuhan Sumber Daya Manusia


. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam
organisasi perencanaan sistem persampahan. Oleh karena itu sangat penting untuk

PT GUMI ADIMIRA

VIII-16
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

menghitung berapa banyak SDM yang diperlukan untuk setiap tahapan pada setiap
tahun.SDM terdiri dari bentuk pelayanan persampahan dan juga petugas kebersihan
pengelola sampah. Tujuan perencanaan dan perhitungan Sumber Daya Manusia dalam
pelayanan persampahan antara lain: 1. Untuk efektifnya pelayanan persampahan,
Pemerintah Daerah dapat menunjuk Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah Daerah dapat
menunjuk Pemerintahan Kelurahan dan Pemerintahan Desa untuk pelayanan persampahan
yang tidak dapat dilalui mobil angkutan persampahan. 2. Pelayanan persampahan
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui penyediaan peralatan persampahan (TPS,
gerobak pengangkut dan sejenisnya, sapu) oleh Pemerintah. 3. Penunjukan petugas sampah
dilakukan oleh pemerintahan desa dan kelurahan. Petugas kebersihan pengelola atau dapat
disebut tenaga lepas harian memiliki tugas antara lain: 1. Menjaga, memelihara dan
meningkatkan kebersihan, keindahan dan kenyamanan Kota Sumbawa Barat dan
sekitarnya. 2. Mengelola dan menangani masalah sampah, baik sampah rumah tangga,
sampah jalanan maupun sampah pasar dalam rangka mencipatakan dan memelihara
kebersihan, keindahan dan kenyamanan kota. 3. Menangani pembuangan sampah, baik dari
TPS ke TPA maupun proses pemusnahan akhir di TPA. Kebutuhan SDM dirinci
berdasarkan jabatan dan jobdesk masing-masing.Berdasarkan perencanaan, kebutuhan
SDM dirangkum dalam Tabel 8.2.

Tabel 8.2. Kebutuhan SDM Perencanaan Sistem Persampahan


Jumlah Personil
Jenis Tugas
Tahap I Tahap II Tahap III
Pengawas 5 5 5
Sopir truck 13 19 19
Crew truck 13 19 19
Penyapu jalan 42 42 42
Petugas/Buruh TPA 3 3 3
Petugas komposter TPA 33 57 58
Operator alat berat 2 2 2
Jumlah 111 148 149
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.1.2. Kriteria Kelayakan Ekonomi


Kelayakan ekonomi diperlukan untuk mengetahui manfaat utama yang diterima
masyarakat dalam mendorong peningkatan kesehatan dan produktivitas pengelolaan
sampah. Sedangkan kelayakan keuangan diperlukan untuk mengetahui dana yang cukup

PT GUMI ADIMIRA

VIII-17
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

untuk biaya pengoperasian, modal investasi dan besarnya keuntungan yang diperoleh.
Untuk menghitung kelayakan ekonomi program persampahan ini, jumlah tahun proyeksi
yang digunakan adalah selama 20 tahun sejak tahun pertama investasi (tahun 2017-2036).
Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan
biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan Rasio Manfaat Biaya (Benefit
Cost Ratio/ BCR). Rasio Manfaat Biaya adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.Suatu proyek atau kegiatan investasi
dapat dikatakan layak bila diperoleh B/C > 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh B/C
<1.BCR merupakan suatu analisis yang diperlukan untuk melihat sejauh mana
perbandingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya dilihat pada kondisi nilai sekarang /
present value (PV). Ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek adalah jika BCR > 1,
proyek dapat dikatakan layak dikerjakan; sebaliknya, jika nilai BCR < 1, proyek tersebut
tidak layak utuk dikerjakan. Secara umum, rumus perhitungan BCR adalah :
BCR = (PV dari manfaat) / (PV dari biaya)
Selain itu, kelayakan ekonomi juga dihitung berdasarkan penentuan tarif/retribusi
berdasarkan biaya investasi dan biaya operasi pemeliharaan, dan kemampuan pembiayaan
dan subsidi pemerintah sesuai dengan kewenangannya dan peraturan perundangan yang
berlaku.

8.1.2.1. Norma Kelayakan Ekonomi


Norma kelayakan ekonomi dan keuangan terdiri dari:
 Perencanaan pengembangan prasarana dan sarana persampahan yang meliputi studi
kelayakan dan perencanaan teknis terperinci.
 Studi Kelayakan Ekonomi dan Keuangan Pengembangan Prasarana dan sarana
 Studi kelayakan pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

8.1.2.2. Standart Perhitungan Ekonomi


Standar perhitungan Ekonomi dan Keuangan pembangunan prasarana dan sarana
persampahan :

PT GUMI ADIMIRA

VIII-18
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

a. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan TPA menggunakan metode:


 Internal Rate of Return (IRR)
 Net Present Value (NPV)
b. Perubahan nilai uang terhadap waktu (Time value of money) dihitung berdasarkan
Discout Factor (DF).

c. Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama tahun
proyeksi ditambah perkiraan faktor resiko investasi.

8.2. Persyaratan Non Teknis

Disamping persyaratan teknis, terdapat juga persyaratan non teknis untuk


menyatakan kelayakan program, yang terdiri dari : persyaratan lingkungan, sosial, hukum,
dan kelembagaan.

8.2.1. Lingkungan

Persyaratan lingkungan atau kriteria proyek dinyatakan layak dari segi/aspek


penilaian lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lokasi TPS 3R dan atau
TPA. Dinyatakan layak jika memenuhi ketentuan kajian lingkungan sesuai dokumen kajian
yang ada.Skema kelayakan lingkungan adalah sebagaimana ditampilkan pada Gambar 8.3.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-19
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 8.3. Skema Kajian Lingkungan Perencanaan Sistem Persampahan

8.2.2. Sosial

Persyaratan sosial dan kajian kelayakan meliputi pertimbangan-pertimbangan sosial


yang perlu dilakukan dan dijelaskan mengenai peranan aspirasi masyarakat dalam bidang
persampahan. Partisipasi masyarakat terhadap persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat
dinilai melalui dua tahap, yaitu pada tahap proses pembuatan kebijakan dan perencanaan
dan pelaksanaan.

a. Partisipasi proses pembuatan kebijakan dan perencanaan


Dalam proses ini, masyarakat mulai berpartisipasi aktif maupun pasif dalam dalam
perumusan kebijakan dan perencanaan.Semakin besar keinginan masyarakat untuk
meningkatkan kebersihan, semakin besar pula partisipasi masyarakat dalam
persampahan.Contoh partisipasi masyarakat dalam tahap ini adalah masyarakat
memberikanmasukan atau pertimbangan baik secara lisan atau tertulis kepada
pemerintah daerah untuk menjadikan bahan pertimbangan dalam menentukan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-20
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kebijakan dan perencanaan sebelum diterapkan.Pada dasarnya keterlibatan masyarakat


telah diwadahi dalam salah satu strategi dari kebijakan ke-2 dalam Peraturan Menteri
Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan, yaitu peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan. Masyarakat terbukti mampu melaksanakan
berbagai program secara efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat
tinggi terutama bila keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi ini merupakan partisipasi yang nyata dalam kehidupan sehari-
hari.Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan publik atau pembangunan,
dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan menyumbangkan tenaga, harta,
pikiran dan lain-lain.Contoh partisipasi masyarakat pada tahap ini adalah masyarakat
menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang
tempat, pelaksanaan sistem pengurangan sampah mulai dari sumbernya, penerapan
3R, dan sebagainya. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pola penanganan sampah
yang baik dan benar mulai digiatkan, terutama dalam perogram 3R yang dimulai dari
mulai tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Jika individu menyadari bahwa di dalam
sampah terdapat nilai investasi yang besar dan manfaat serta menyadari kemana dan
bagaimana sampah itu harus diperlakukan, orang tersebut akan mengambil keuntungan
dari sampah itu. Sebagai contoh, pembuatan kompos di rumah untuk bahan tanaman,
pemilahan sampah secara individu mulai dari sumbernya yang dilakukan oleh
masyarakat sehingga nantinya hasil pemilahan tersebut dapat dijual langsung ke
perusahaan yang memproduksi produk yang berasal dari daur ulang tersebut. Kegiatan
ini dapat dilaksanakan untuk meningkatkanpengelolaan sampah di lingkungan
perumahan melalui pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnyadapat
direplikasi di tempat lainnya.

8.2.3. Hukum

Kewenangan pembentukan Peraturan Daerah berada pada Kepala Daerah dan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala

PT GUMI ADIMIRA

VIII-21
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Daerah setelah mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.


Mengenai dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah diatur dalam Pasal 18 ayat
(6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi:”Pemerintah Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”; serta Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 65 ayat (2) huruf b,
Pasal 154 ayat (1) huruf a, dan Pasal 236 ayat (2), Pasal 242 (1). Pembuatan dan penerapan
Perda pengelolaan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat terutama dititikberatkan
pada Perda pengelolaan sampah, Perda retibusi, dan peraturan lain terkait pemberian sanksi
apabila terjadi pelanggaran dalam pengelolaan persampahan.

8.2.4. Kelembagaan

Pengkajian Kelembagaan dalam penyusunan perencanaan sistem persampahan di


Kabupaten Sumbawa Barat mengacu pada RPJM Nasional dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku; meliputi :

1. Kondisi eksisting kelembagaan penyelenggara pengembangan sistem pengelolaan


persampahan baik dari segi penanggungjawab penyelenggaraan awal maupun
pengelolaannya.

2. Rencana pengembangan persampahan apakah sudah terkoordinasi denganlembaga


terkait dalam hal arah perkembangan ekonomi, sosial,budaya RTRW/RUTRK,
pengkajian derajat kesehatan masyarakat dan pengkajian kebutuhan dan pelayanan
persampahan. Pengkajian kelembagaan penyelenggara pengembangan sistem
persampahan dibentuk

a. Sebelum TPA selesai dibangun keberadaan rencana induk sangat diperlukan


agar TPA dapat langsung beroperasi secara optimal. Kelembagaan pengelolaan
persampahan dapat berdiri sendiri atau bekerjasama antar lembaga-lembaga
terkait.

b. Apabila wilayah pelayanan persampahan belum mempunyai rencana induk.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-22
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c. Apabila wilayah pelayanan persampahan memiliki rencana induk yang selama


20 tahun belum dikajiulang.

Dalam pengelolaan persampahan khususnya kelembagaan perlu melihat bentuk


institusi dalam kapasitas sebagai operator dan regulator, struktur organisasi pengelolanya
dan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dalam bidang persampahan.
Ketentuan teknis kelembagaan dalam perencanaan sistem persampahan meliputi
pembentukan tim teknis dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing. Rencana kerja
kelembagaan meliputi 6 aspek, yaitu penyiapan data, studi literatur, rencana
pengembangan, kesimpulan, rekomendasi, dan pengesahan.

8.3. Kebijakan Penetapan Kelayakan


Penjelasan langkah-langkah kebijakan penetapan kelayakan dapat dibahas melalui kajian
lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan. Kajian tersebut dianalisis baik dari sisi teknis
serta ekonomi dan keuangan. Untuk analisis teknis yang perlu diperhatikan adalah aspek-
aspek berupa: (1) Kemudahan dan kehandalan konstruksi, (2) kualitas bahan yang baik, (3)
Kemudahan O/P (Operasional dan Pemeliharaan), (4) Kemudahan suku cadang, (5)
Jaminan kinerja alat atau bahan sesuai spek atau teknologi yang digunakan. Dari aspek
tersebut apakah sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang berlaku. Jika
sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, selanjutnya adalah menetukan
teknologi apa yang digunakan untuk membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena
penentuan teknologi berhubungan dengan aspek ekonomi. Jika sudah sesuai dengan
ketentuan teknis dari awal kajian hingga teknologi yang digunakan baru dibuat Detail
Engineering Desain (DED) untuk difisikan atau diterapkan pada tahun berikutnya.
Untuk analisis ekonomi dan keuangan yang perlu diperhatikan adalah Kebijakan
penetapan kelayakan dalam penyelenggaraan PSP sebagaimana disebutkan dalam Permen
PU No. 03/PRT/M/2013, studi kelayakan penyelenggaraan PSP adalah suatu studi untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan program penyelenggaraan PSP di suatuwilayah
pelayanan ditinjau dari aspek kelayakan teknis, ekonomi, keuangan, lingkungan, sosial,
hukum dan kelembagaan.
Kajian kelayakan hendaknya memuat data atau informasi berupa :

PT GUMI ADIMIRA

VIII-23
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

a. Perencanaan PSP yang ada


Penyelenggaraan PSP mengikuti rencana induk penyelenggaraan PSP yang ada.
Sasaran pelayanan yang akan dikaji ditujukanpada daerahyang memiliki potensi
ekonomi dan secara teknis dapat dilakukan. Setelah itu prioritas pelayanan
diarahkan pada daerah pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan
induk kota
b. Perkiraan timbulan sampah
Perkiraan laju timbulan sampah ditentukan berdasarkan proyeksi penduduk dan
perkiraan pengembangan aktivitas non domestik dilakukan sesuai dengan
besaran rencana pengembangan;
danbesaran timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dan karakteristik
kota.
c. Kondisi sosial dan ekonomi
Kondisi ini diperoleh berdasarkan survei kebutuhan nyata. Kondisi yang harus
diperhatikan dalam penetapan wilayah survey meliputi
a.Fungsi dan nilai daerah;
b.Kepadatan penduduk;
c.Daerah pelayanan;
d.Kondisi lingkungan;
e.Tingkat pendapatan penduduk.
d. Kelembagaan
Pembentukan kelembagaan disesuaikan dengan besaran kegiatan dan peraturan
terkait kelembagaan.
e. Data sumber sampah
Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana indukpenyelenggaraan
PSP.
f. Program pengembangan dan strategi pelaksanaan
g. Analisis dampak lingkungan atau UKL/UPL
Aktivitas penyelenggaraan PSP memperhatikan kelayakan lingkungan
meliputi:

PT GUMI ADIMIRA

VIII-24
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

a. Identifikasi kegiatan yang akan dilakukan dan berpotensi dapat


mempengaruhi rona lingkungan,
b. Identifikasi dampak besar dan dampak penting dari kegiatan,
c. Perkiraan perubahan rona lingkungan sebagai dampak aktivitas
Penyelenggaraan PSP; dan
d. Merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
h. Rencana operasi dan pemeliharaan
Rencana operasi dan pemeliharaan meliputi rencana operasi/pengelolaan,
rencana pemeliharaan, pemantauan lingkungan dari kegiatan pengoperasian.
i. Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan
Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan terdiri dari :
a.Biaya investasi,
b.Biaya operasional
1) Biaya O/P, dan
2) Biaya umum dan administrasi
j. Perkiraan pendapatan;
Perkiraan pendapatan berasal dari retribusi yang dibayarkan oleh masyarakat
dan dana pemerintah
k. Kajian sumber pembiayaan.
Kajian sumber dan sistem pembiayaan meliputi alternatif sumber pembiayaan
dan sistem pendanaan yang disepakati oleh masing-masing pihak terkait
(perencanaan jika layak diterima pembiayaan/fisik pembuatan TPA dibiayai
dari pemerintah pusat). Jika sudah sesuai dengan ketentuan ekonomi dan
keuangan dari awal kajian hingga teknologi yang sesuai atau O/P nya lebih
rendah selanjutnya penerapan untuk difisikan pada tahun berikutnya.Dibawah
ini Gambar.8.1. diagram proses penentuan layak atau tidaknya suatu proyek.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-25
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Proyek

Kajian
Analisis Kelayakan
Lingkuangan
Sosial
Hukum
Ekonomi dan Keuangan Kelembagaan
Teknis

Ditinjau dari aspek :


Ekonomi Keuangan
 Kemudahan & kehandalan
konstruksi
 Kualitas bahan yang baik Metode Pengukuran: Metode Pengukuran:
 EBCR  Playback Period
 Kualitas O/P
 ENPV  FNPV
 Kemudahan suku cadang
 EIRR  FIRR
 Jaminan Kinerja Alat,
Bahan sesuai Spek &
Teknologi
% Hasil % Hasil Defisit O/P
EIRR > FIRR >
Discount Faktor Discount Faktor
Tidak Tidak Ya
Sesuai dgn
Norma, Standar,
Prosedur dan Revisi skala Akan layak Opsi
Kriteria yang
berlaku?
investasinya jika dibiayai teknologi:
Tidak
agar tidak APBD/Sum dicari
berlebihan ber yang teknologi
Ya tidak Ya yang O/P Tidak
Dilakukan Revisi
Ya berbunga lebih rendah

Tidak
Ada teknologi
unutuk membangun
Layak diterima Layak diterima Layak diterima
TPA? (Proyek dibiayai
dari pinjaman
komersial tanpa
Ya membebeani
APBD)

Layak diterima
Layak diterima

Penerapan

Gambar 8.1. proses penentuan layak atau tidaknya suatu proyek

PT GUMI ADIMIRA

VIII-26
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.3.1. Konsolidasi Kriteria Kelayakan Teknis


a. Kriteria kelayakan
Komponen kriteria kelayakan teknis pembangunan atau pengembangan prasarana
dansarana persampahan meliputi parameter luas, umur, lokasi, kelengkapan
prasarana dan sarana, kemudahan operasi serta sumber daya manusia yang tersedia.
Kelayakan teknis harus berdasarkan:
· Kajian timbulan dan karakteristik sampah;
· Kajian teknologi dan sumberdaya setempat;
· Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan; dan
· Kajian kondisi fisik setempat.
b. Muatan Teknis, terdiri dari:
· Rencana teknik operasional;
· Kebutuhan lahan;
· Kebutuhan air dan energi;
· Kebutuhan prasarana dan sarana;
· Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;
· Masa layan sistem; dan
· Kebutuhan sumber daya manusia

Tabel 8.4. Ketentuan suatu proyek dinyatakan layak/tidak layak


Jenis Analisis Kelayakan
No. Keterangan
Proyek Teknis Ekonomi Keuangan
1. TPSP/TPA    Layak apabila:
 Dibiayai
APBD/ Sumber
yang tidak
berbunga
 Revisi
Teknologi,
dicari yang
teknologi O/P
nya lebih
rendah
2. TPS    Layak apabila:
 Dibiayai
APBD/ Sumber
yang tidak
berbunga
 Revisi
Teknologi,
dicari yang
teknologi O/P

PT GUMI ADIMIRA

VIII-27
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Jenis Analisis Kelayakan


No. Keterangan
Proyek Teknis Ekonomi Keuangan
nya lebih
rendah
3 FPSA Hasil seperti ini
hampir dapat
dipastikan tidak
akan terjadi
dalam analisis
kelayakan PTMP
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.3.2. Konsolidasi Persyaratan Non Teknis


Persyaratan non teknis meliputi persyaratan ekonomi dan keuangan, lingkungan,
sosial, hukum, dan kelembagaan.
a. Kriteria Kelayakan Ekonomi
Komponen kriteria kelayakan ekonomi meliputi rasio manfaat biaya (Benefit
Cost Ratio/ BCR), penentuan tarif/retribusi berdasarkan biaya investasi dan
biaya operasi pemeliharaan, kemampuan pembiayaan dan subsidi pemerintah
sesuai dengan kewenangannya dan peraturan
perundangan yang berlaku.
Standar perhitungan Ekonomi dan Keuangan pembangunan prasarana dan
sarana persampahan:
1. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan TPA menggunakan
metode:
– Internal Rate of Return (IRR)
– Net Present Value (NPV)
2. Perubahan nilai uang terhadap waktu (Time value of money) dihitung
berdasarkan Discout Factor (DF)
3. Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama
tahun proyeksi ditambah perkiraan faktor resiko investasi.
Kriteria Kelayakan Ekonomi dapat disusun sebagai berikut:
1. Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar
dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional
maupun biaya pengembalian modal;

PT GUMI ADIMIRA

VIII-28
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

2. Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode :


a. Economic Benefit Cost Ratio (EBCR);
b. Economic Net Present Value (ENPV); dan
c. Economic Internal Rate of Return (EIRR).
Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%)
lebih besar dari faktor diskon, maka perhitungan tersebut merekomendasikan
bahwa proyek layak diterima dalam pengertian melaksanakan proyek (Do
Something) lebih baik dibanding tidak melaksanakan proyek (Do Nothing). Jika
EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih kecil dari faktor diskon,
maka proyek ditolak.Proyek ini perlu direvisi skala investasinya agar tidak
kelebihan investasi.
Kriteria Kelayakan Keuangan disusun sebagai berikut:
1. Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi
Persampahan lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik
berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
2. Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial
Economic Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
3. Kelayakan keuangan diukur berdasarkan :
– Pay Back Period;
– Financial Net Present Value (FNPV); dan
– Financial Internal Rate of Return (EIRR).
b. Kriteria Kelayakan Lingkungan
Kajian kelayakan lingkungan didasarkan atas beberapa studi. studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya PemantauanLingkungan (UPL), dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan
PTMP Sumbawa Barat, kelayakan lingkungan harus memperhatikan beberapa
aspek berikut:
1. Rencana Tata Ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

PT GUMI ADIMIRA

VIII-29
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

2. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta


sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
3. Kepentingan pertahanan keamanan;
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogefisik kritis, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi
Usaha dan/atau Kegiatan;
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negatif;
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari
Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi,
sosial dan kelembagaan;
7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view);
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan;
a) entiras dan/atau spesies kunci (key species);
b) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
c) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
d) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan;
10. Tidak dilampauimya daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup dari
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya
dukung dan daya tamping lingkungan dimaksud.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-30
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c. Kriteria Kelayakan Sosial


Penyusunan PTMP memerlukan suatu legitimasi yang kuat dari masyarakat,
yang menunjukkan diterimanya program, strategi, dan rencana yang disusun.
Untuk mencapai hal tersebut, kelayakan sosial dari PTMP harus
mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana
penyelenggaraan perencanaan tersebut.
d. Kriteria Kelayakan Hukum
Perlu melihat kelayakan hukum berdasarkan peraturan-peraturan yang sesuai
dengan :
a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang
mensyaratkan ketentuan antara lain pengurangan sampah melalui program
3R untuk semua kawasan dalam waktu 1 tahun, menutup TPA dengan
penimbunan terbuka paling lama 5 tahun dan melaksanakan pemantauan
lingkungan terhadap TPA yang telah ditutup selama 20 tahun
b. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
c. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 yang mensyaratkan ketentuan
perlindungan airbaku melalui penyediaan prasarana dan sarana
persampahan yang memadai
d. Kebijakan Nasional Persampahan, yang mengedepankan pengurangan
sampah di sumber,peningkatan kualitas TPA menjadi lahan urug saniter
(kota besar dan metropolitan) sertalahan urug terkendali (kota sedang dan
kecil)
e. Komitmen internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah sepeti
Kyoto Protocoluntuk pengurangan emisi gas rumah kaca melalui
mekanisme CDM, MDGs untuk meningkatkan akses pelayanan
persampahan pada tahun 2015.
f. Efisiensi dan efektivitas proses penanganan sampah
g. NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria) bidang persampahan yang
berlaku.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-31
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

h. Kemampuan organisasi daerah, kapasitas SDM dan pembiayaan untuk


menyelenggarakankegiatan penanganan sampah.
e. Kriteria Kelayakan Kelembagaan
Kelayakan kelembagaan dalam penyusunan PTMP perlu memperhitungkan dua
aspek, yaitu aspek perencanaan dan pelaksanaan program. Manajemen selama
masa perencanaan meliputipenyiapan program dan sistem. Manajemen dalam
masa pelaksanaan meliputi bentuk dan struktur organisasi, deskripsi dan
spesifikasi jabatan, personalia, dan jumlah personil/SDM yang sesuai dengan
kebutuhan.

8.3.3. Penetapan Kelayakan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Sumbawa Barat Rencana Struktur Ruang Wilayah


Kabupaten dalam usulan program disebutkan bahwa :
USULAN PROGRAM SUMBER
No. LOKASI INSTANSI PELAKSANA
UTAMA DANA
Perwujudan Sistem
Prasarana
Lingkungan
1 Pembangunan TPA dan kampung APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
penyediaan sarana munukania Prov. Kebersihan dan Pertamanan
Kab. Sumbawa Barat
2 Pembangunan TPS Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
Distrik Prov. Kebersihan dan
Pertamanan Kab.
Sumbawa Barat
3 Pemanfaatan teknologi Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
tepat guna dalam Distrik Prov. Kebersihan dan
Pertamanan Kab.
Sumbawa Barat
4 Pengelolaan sampah Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
domestik dengan Distrik Prov. Kebersihan dan
metode 3 R Pertamanan Kab.
Sumbawa Barat
5 Penyiapan peralatan Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
dengan pembangunan Distrik Prov. Kebersihan dan
Pertamanan Kab.
Sumbawa Barat
6 Pengadaan TPS / Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
Container/ Bak sampah Distrik Prov. Kebersihan dan
Pertamanan Kab.
Sumbawa Barat

PT GUMI ADIMIRA

VIII-32
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

USULAN PROGRAM SUMBER


No. LOKASI INSTANSI PELAKSANA
UTAMA DANA
7 Penerbitan pemisahan Seluruh APBN/APBD BAPPEDA,DPU,Dinas
sampah non B3 dari Distrik Prov. Kebersihan dan
Industri, bangunan Pertamanan Kab.
APBD Kabupaten, Sumbawa Barat
komersil, rumah sakit,
hotel dan bangunan
Swasta dan BL.
penghasil sampah
lainnya
Sumber: RTRW Kabupaten Sumbawa Barat

Dari RTRW disusun aspek-aspek mengenai pengeloaan persampahan dari mulai kajian
teknis dan non teknis.

Tabel 8.5. Ketentuan suatu kajian teknis dan non teknis dinyatakan layak/tidak layak
Keterangan
No. Kriteria Non Keterangan
Teknis
Teknis
1. Pengembangan   Layak apabila:
 Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPA berbunga
 Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
2. Pembangunan   Layak apabila:
 Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPST berbunga
 Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
3. Pengembangan   Layak apabila:
 Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPS berbunga
 Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
4. Pengeloaan   Layak apabila:
 Melakukan pemilahan sampah di
sampah skala sumber
perumahan  Melakukan pengolahan sampah
dengan konsep 3R
dengan 3R  Mematuhi aturan pembuangan
sampah yang ditetapkan
 Turut menjaga kebersihan
lingkungan sekitar
 Berperan aktif dalam sosialisasi
pengeloaan sampah lingkungan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-33
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.4. Justifikasi Teknis


Perencanaan operasional pengumpulan di Kabupaten Sumbawa Barat dapat
meliputi:
 Ritasi antara 1- 4 rit/hari
 Periodisasi: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi
komposisi sampah (semakin besar prosentase sampah organik periodisasi
pelayanan maksimal sehari), kapasitas kerja, desain peralatan dan kualitas
pelayanan
 Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap
 Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik
 Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.
Untuk mewujudkan sistem pengangkutan yang efisien dan efektif maka pengangkutan
sampah di Kabupaten Sumbawa Barat direncanakan sebagai berikut :
 Menggunakan rute pengangkutan yang sependek mungkin dan dengan
hambatan yang sekecil mungkin
 Menggunakan kendaraan angkut dengan kapasitas/daya tampung
yangsemaksimal mungkin
 Mengunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar
 Dapat memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan
meningkatkanjumlah beban kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan
jumlah beban kerja/ritasi pengangkutan.
 Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem
pengumpulan sampah, yaitu sebagai berikut:
o Pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem pemindahan (transfer
depo)
o Pengumpulan sampah dengan sistem container

PT GUMI ADIMIRA

VIII-34
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.4.1. Perencanaan Pengumpulan dan Pengangkutan


Perencanaan infrastruktur TPS 3R dimaksudkan untuk melakukan kegiatan
pengurangan sampah dari sumbernya. Perencanaan infrastruktur TPS3R meliputi
penyediaan kebutuhan lahan minimal 200 m2 dan tingkat pelayanan minimal 200 KK.
Lahan yang disediakan untuk pelaksanaan pembangunan TPS 3R adalah tanah milik
Pemerintah atau Masyarakat. Ketersediaan lahan diperkuat dengan surat dari kesediaan
lahan yaitu surat tidak keberatan lahan. Selanjutnya dibangun beberapa bangunan kantor,
gudang, area kompos sekaligus tempat sampah sementara untuk transitsampah ke TPA.
Lahan yang tersedia mempunyai akses jalan keras yang dapat dilewati mobil minimal roda
empat. Terkait status lahan, dapat dilakukan langkah koordinasi dengan dinas terkait dan
dapat memberikan surat keterangan tanah dapat dipakai untuk kegiatan TPS 3R. Untuk
melengkapi syarat syarat yang lain, pengurus KSM melaksanakan dan membuat
persetujuan kepada masyarakat yang berdekatan dengan TPS 3R yang dibangun. Fungsi
dari dibuatnya surat pernyataan tidak keberatan adalah agar nantinya pembangun tidak
mengalami hambatan dan pengoperasi berjalan normal,hal ini tertera didalam surat itu
bahwa penduduk dan Pemerintah daerah sama-sama menanda tangani kesepakatan dan
mengetahui tujuan dari fungsi pembangunan TPS 3R.
Perencanaan Infrastruktur TPS3R sebaiknya memiliki beberapa fungsi/ bangunan sebagai
berikut :
1. Pintu Masuk
2. Pengumpulan

Petugas pengumpulan sampah pada proses pengambilan dari sumbernya untuk selanjutnya
akan dibawa ke tempat penampungan TPS 3R yang sudah disediakan. Adapun proses
pengumpulan sampah adalah sebagai berikut :

 Peralatan untuk pengangkutan sampah (motor sampah)dan peralatan pendukung :


Baju Kerja, Topi helm, Masker, Sarung tangan, Sepatu Kedap Air, Sekop,
Garukan sampah, dan Sapu lidi.
 Pada operasional motor sampah ini akan diperuntukkan tiga tempat/bak angkut
sampah yang ukurannya sudah sesuai, akan menempatkan sampah pada gerobak
sampah.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-35
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan pada pagi hari sampai dengan siang
karena sampah menumpuk pada semalaman, petugas angkut mendapat rotasi
setiap 1 minggu sekali dan kepada setiap yang bertugas.
 Sampah yang telah diangkat dari pelanggan ditempatkan pada area penerimaan
sampah, kemudian dilanjutkan pada ke tempat pemilahan.
3. Bank Sampah
Petugas bank sampah melaksanakan pengepakan/packing untuk mengelompokan
barang pecah belah untuk didata dan tumpukan diruangan Bank Sampah, yaitu sebagai
berikut :
 Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas
yang berlapis (minyak atau plastik).
 Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.
 Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening maupun
yang berwarna terutama gelas.
 Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi
rangka beton.
 Hasil dari pengumpulan barang pecah belah seperti botol, kertas, besi, plastik
akan dijual pada lapak/penampungan. Adapun sistem kerja Bank sampah ini
adalah pola kemitraan dimana setiap anggota akan mendapat bagi hasil.
4. Kantor
Ruang melakukan pendataan kegiatan administrasi dan melakukan evaluasi kegiatan.
5. Rak Penyimpanan
Hasil dari pengumpulan barang pecah belah seperti kertas dan hasil kompos dapat
disimpan dalam rak penyimpanan, dengan susunan dapat dilaksanakan menurut
tempat.
6. Kamar Mandi
7. Pintu Masuk Area Pengelolaan dan Pemilahan
Sampah yang masuk pada tempat pemilahan akan dipilah menjadi 3 penumpukan
yaitu sampah organik, non organik, B3. Pada proses pemilahan sampah ini dibutuhkan
3 atau 4 orang petugas untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya selanjutnya
menempatkan wadah yang telah tersedia. Petugas menggunakan peralat alat kerja,

PT GUMI ADIMIRA

VIII-36
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Baju Kerja, Masker, Sarung tangan karet, Helmet, Sepatu kedap Air, Sekop, Garukan
sampah, Lori dan Sapu lidi, pada waktu 1 hari itu juga harus tercapai pemilahan
sampah organik dengan terseleksi.
8. Tempat Pencacahan Sampah Plastik
Pencacahan ini dengan bahan botol plastik, ember bekas, untuk dijadi biji plastik
dijadikan bahan baku
9. Pencacahan Sampah Organik
Proses pengolahan sampah dengan menggunakan sistem Open Windrow (Aerator
bambu), Bak Komposting, Keranjang Tersusun yang diperlukan dalam pengomposan
secara aerobik terdiri dari peralatan, perlindungan, dan keselamatan bagi pekerja.
Tempat pengelompokan sampah
Pemilahan adalah proses menempatkan sampah sesuai dengan kelompok atau jenisnya
untuk mempermudah proses pelaksanaan pengomposan, selanjutnya dapat diikuti dari
pemilah sampah dibawah ini :
- Non Organik
Jenis kertas/kerdus, jenis plastik, botol dan besi ditempatkan pada wadah yang
disediakan lalu di data Bank Sampah yang biasa layak jual dan jenis kaca/beling,
yang tak laku akan dipacking dan akan tempatkan B3.
- B3
Selanjutnya bersama sampah B3 meliputi baterai, sisa elektronik, popok bayi akan
dimasukkan kedalam wadah karung plastik akan dibuang ke truk sampah bersama
residu lainnya ke TPA.
10. Bak Komposting
Teknik bak komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik dengan
menggunakan bak truk sampah bekas.Untuk mengalirkan udara didalam timbunan
sampah tersebut terdapat pipa-pipa berpori yang tertanam didalam sampah organik.
11. Aerator Bambu/Kayu
Teknik windrow/aerator bambu dibuat dengan menimbun sampah organik di atas
sebuah konstruksi segitiga bambu yang dipasangi bilah memanjang pada dua sisi
segitiga itu, sehingga udara mengalir diantara rongga.Dengan demikian kebutuhan
oksigen untuk komposting.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-37
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

12. Pintu Keluar


13. Tempat Pembuangan Residu
· Petugas pengumpul sampah B3 untuk menyiapkan tempat bebas dari genangan air,
yang bersih, asri, dan luas yang secukupnya guna menampung sampah B3 yang
terpilah.
· Petugas menyediakan tempat bagian dari bangunan sekunder untuk meletakan
sampah residu.
· Setelah petugas mengepak Sampah B3 kemudian kemas/packing lalu ditimbang
dan dapat menghubungi petugas Dinas Kebersihan untuk diantar ke TPA.
· Petugas membuat jadwal kerja sama pengangkutan sampah B3 kepada supir truk
sampah atau melalui instansi terkait (Dinas Kebersihan).
14. Jalan Keluar

8.4.2. Perencanaan Infrastruktur TPS 3 R


Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode
pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi yang
komprehensif (feasibility study dan studi amdal). Apabila dalam perencanaan mengalami
kesulitan mendapatkan lahan yang memadai, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA
yang dapat digunakan secara regional.Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat
menggunakan sistem transfer station. Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design
(DED), harus dapat mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian
maka perencanaan TPA tersebut harus meliputi :
 Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia
 Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi,
saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul,
lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas,
barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung
(air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain)
 Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk
membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA
tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-38
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

 Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain
 Perpindahan atau pergeseran lokasi TPA harus diikuti oleh pembuatan DED pada
lokasi baru (redisign).
 Data untuk pembuatan DED TPA harus meliputi :
o Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA
o Komposisi dan karakteristik sampah
o Data jaringan jalan ke lokasi TPA
o Jumlah alat angkut (truk)
 Perencanaan TPA juga meliputi perencanaan tahap konstruksi, yaitu :
1. Pembersihan lahan (land clearing)
Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah
tanaman dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai
pengganti atau membuat green barrier yang memadai.
2. Pembangunan fasilitas umum :
a) Jalan Masuk TPA
b) Kantor TPA
c) Drainase
d) Pagar TPA
3. Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan:
a) Lapisan Dasar Kedap Air
b) Jaringan Pengumpul Lindi
c) Pengolahan Lindi
d) Ventilasi Gas
e) Green Barrier
f) Sumur Uji
4. Pembangunan fasilitas pendukung
a) Sarana Air Bersih
b) Bengkel
c) Jembatan Timbang

PT GUMI ADIMIRA

VIII-39
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.4.3. Perencanaan Infrastruktur TPST, SPA, FPSA dan TPA


Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode
pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi yang
komprehensif (feasibility study dan studi amdal).Apabila dalam perencanaan mengalami
kesulitan mendapatkan lahan yang memadai, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA
yang dapat digunakan secara regional.Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat
menggunakan sistem transfer station.Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design
(DED), harus dapat mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian
maka perencanaan TPA tersebut harus meliputi :
 Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia
 Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi,
saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul,
lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas,
barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung
(air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain)
 Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk
membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA
tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.
 Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain
 Perpindahan atau pergeseran lokasi TPA harus diikuti oleh pembuatan DED pada
lokasi baru (redisign).
 Data untuk pembuatan DED TPA harus meliputi :
o Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA
o Komposisi dan karakteristik sampah
o Data jaringan jalan ke lokasi TPA
o Jumlah alat angkut (truk)
 Perencanaan TPA juga meliputi perencanaan tahap konstruksi, yaitu :
1. Pembersihan lahan (land clearing)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-40
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah tanaman


dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti atau
membuat green barrier yang memadai.
2. Pembangunan fasilitas umum:
a) Jalan Masuk TPA
b) Kantor TPA
c) Drainase
d) Pagar TPA
3. Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan:
a) Lapisan Dasar Kedap Air
b) Jaringan Pengumpul Lindi
c) Pengolahan Lindi
d) Ventilasi Gas
e) Green Barrier
f) Sumur Uji
4. Pembangunan fasilitas pendukung
d) Sarana Air Bersih
e) Bengkel
f) Jembatan Timbang

8.4.4. Rekapitulasi Hasil Justifikasi Teknis


Rekapitulasi hasil justifikasi teknis meliputi justifikasi perencanaan pengumpulan
dan pengangkutan; justifikasi perencanaan infrastruktur TPS 3R; dan justifikasi
perencanaan infrastruktur TPST, SPA, FPSA, dan TPA.

Rekapitulasi Justifikasi Teknis


No Perencanaan Justifikasi Teknis Keterangan
Teknis
1 Pengumpulan Ritasi per hari ditargetkan Pengumpulan telah
dengan jumlah antara 1- 4 direncanakan
ritasi/hari. Pengambilan dengan
sampah direncanakan akan mempertimbangkan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-41
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

No Perencanaan Justifikasi Teknis Keterangan


Teknis
dilakukan secara periodik, berbagai aspek
yaitu 1 hari, 2 hari atau kelayakan teknis
maksimal 3 hari sekali,
tergantung dari kondisi
komposisi sampah kapasitas
kerja, desain peralatan dan
kualitas pelayanan.
Perencanaan telah memiliki
daerah pelayanan tertentu
dan tetap, serta direncanakan
mempunyai petugas
pelaksana yang tetap dan
dipindahkan secara periodik
dengan beban
pekerjaandiusahakan merata
dengan kriteria jumlah
sampah terangkut, jarak
tempuh dan kondisi daerah.
2 Pengangkutan Pengangkutan direncanakan Pengangkutan telah
secara efisien dan efektif, direncanakan
meliputi rute pengangkutan dengan
yang sependek mungkin mempertimbangkan
dan dengan hambatan berbagai aspek
yang sekecil mungkin, kelayakan teknis
kendaraan angkut dipilih
dengan kapasitas/daya
tampung yang semaksimal
mungkin dan hemat bahan
bakar. Selain itu waktu kerja
dimanfaatkan semaksimal
mungkin dengan
meningkatkan jumlah beban
kerja /ritasi pengangkutan.
3 Infrastruktur Perencanaan infrastruktur Infrastruktur TPS
TPS 3R TPS 3R telah dilakukan 3R telah
dengan mempertimbangkan direncanakan
penyediaan kebutuhan lahan dengan
dan perencanaan beberapa mempertimbangkan
fungsi/ bangunanutama dan berbagai aspek
pendukung TPS 3R. kelayakan teknis
4 Infrastruktur Perencanaan pengelolaan Infrastruktur TPA
TPST, SPA, TPA dilakukan dengan telah direncanakan
FPSA, dan memperhatikan kebutuhan dengan
TPA teknis TPA, sehingga apabila mempertimbangkan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-42
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

No Perencanaan Justifikasi Teknis Keterangan


Teknis
diwaktu mendatang berbagai aspek
diperlukan pembangunan kelayakan teknis
fisik TPA, dapat
direncanakan sesuai dengan
kriteria-kriteria kelayakan.
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5. Analisis Kelayakan Keuangan

Perkiraan Biaya Investasi

Aspek pembiayaan merupakan biaya yang akan dikeluarkan terlebih dahulu.

a. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya disajikan dalam


perhitungan spread sheet, sehingga data-data perhitungan dan proyeksi perhitungan
dapat disajikan secara jelas.

b. Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR dan NPV
sekurang-kurangnya meliputi :

- Jadwal konstruksi dan jadwal investasi

- Jadwal operasi dan proyeksi kapasitas operasi

- Asumsi-asumsi biaya O/M, umum dan administrasi

- Asumsi tarif retribusi

- Proyeksi Net Cash

- Analisis Sensitifitas

- Proyeksi rugi/laba

8.5.1.1. Biaya Investasi Pemilahan/Pewadahan

Pemilahan/Pewadahan sampah merupakan kegiatan menampung sampah sebelum


sampah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut. Kegiatan ini dikelompokkan secara
individual dan komunal. Tujuan pewadahan baru akan tercapai jika orang mau membuang

PT GUMI ADIMIRA

VIII-43
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

sampah ke dalamnya. Agar masyarakat mau membuang sampah pada tempatnya


diperlukan wadah, dengan biaya investasi :

Tabel 8.6. Biaya investasi Pemilahan/Pewadahan


HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 tong sampah unit 0,5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.1.2. Biaya Investasi Pengumpulan

Sistem pengumpulan sampah merupakan kegiatan awal dari urutan pengelolaan


sampah disamping kegiatan pewadahan yang merupakan tanggung jawab
penghasil/sumber sampah. Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah (sumber timbulan sampah)
sampai ke tempat pengolahan sementara (TPS) atau TPS 3R.

Tabel 8.7. Biaya investasi pengumpulan

HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 kontainer unit 30
2 landasan kontainer unit 15
3 pakaian kerja pasang 0,3
4 pakaian jas hujan pasang 0,07
5 sepatu bot pasang 0,12
6 masker unit 0,035
7 sarung tangan unit 0,05
8 topi unit 0,4
9 sapu unit 0,01
10 penanda jalan unit 0,01
11 serokan unit 0,03
12 Pembebasan lahan Ha 11.500
13 Pembangunan fisik Ha 115.000
14 TPS 3R Skala Kelurahan unit 500
15 TPS 3R Skala Kecamatan unit 600
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA

VIII-44
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.5.1.3. Biaya Investasi Pengangkutan

Pengangkutan didefinisikan sebagai bentuk membawa sampah dari sumber


dan/atau dari TPS atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu atau
tempat pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan.

Tabel 8.8. Biaya investasi pengangkutan


HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 mobil pick up unit 150
2 mobil armroll unit 350
3 motor sampah unit 33
5 penanda jalan unit 0,01
6 Premium liter 0,0065
7 Solar liter 0,0051
8 Pelumas liter 0,03
9 Dump Truck unit 400
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.1.4. Biaya Investasi Pengolahan


Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus
dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan.

Tabel 8.9. Biaya investasi pengolahan

HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 Pembebasan lahan Ha 11.500
2 Pembangunan fisik Ha 115.000
3 TPS 3R Skala Kelurahan unit 500
4 TPS 3R Skala Kecamatan unit 600
5 Solar liter 0,008
6 Pelumas liter 0,03
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.1.5. Biaya Investasi Pemprosesan Akhir

TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU Nomor 18


tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir (TPA) yaitu didefinisakan sebagai

PT GUMI ADIMIRA

VIII-45
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Tabel 8.10. Biaya investasi pemprosesan Akhir


NO NAMA ALAT SATUAN HARGA SATUAN (Rp. Juta)
1 Pembebasan lahan Ha 11.500
2 Pembangunan Sarana prasarana/ fisik unit 115.000
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.1. Perkiraan Biaya Operasi dan Pemeliharaan

8.5.2.1. Biaya O/P Pemilahan/Pewadahan

Pada tahap pewadahan, biaya investasi dan pemeliharaannya disarankan dilakukan


oleh masyarakat sendiri sebagai bentuk peran serta masyarakat

8.5.2.2. Biaya O/P Pengumpulan

Biaya operasional dan pemeliharaan pengumpulan terdiri dari :

− Biaya upah penarik gerobak dan motor roda tiga

− Biaya perlengkapan kerja seperti baju seragam, sepatu kerja dan lainlain

− Biaya penggantian ban dan perbaikan gerobak dan motor roda tiga

Tabel 8.11. O/P Pengumpulan


HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN (Rp. Juta)
1 Upah penarik gerobak dan motor roda tiga Orang 1
2 pakaian kerja pasang 0,3
3 pakaian jas hujan pasang 0,07
4 sepatu bot pasang 0,12
5 masker unit 0,035
6 sarung tangan unit 0,05
7 Penggantian ban dan perbaikan kendaraan unit 3.5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA

VIII-46
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.5.2.3. Biaya O/P Pengangkutan

Biaya operasional dan pemeliharaan pengangkutan adalah :

− Biaya personil (gaji / upah) untuk sopir dan crew

− Biaya operasi (bahan bakar, oil)

− Biaya peralatan bantu seperti baju seragam, sepatu kerja, sapu sekop dan lain-lain

− Biaya perawatan kendaraan seperti pencucian, pelumasan, penggantian ban, perbaikan


dan lain-lain.

Tabel 8.12. O/P Pengangkutan


HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
1 Upah sopir Orang 1.5
2 Upah crew Orang 1
3 pakaian kerja pasang 0,3
4 pakaian jas hujan pasang 0,07
5 sepatu bot pasang 0,12
6 masker unit 0,035
7 sarung tangan unit 0,05
8 Bahan bakar liter 0,0073
Pencucian, pelumasan,Penggantian ban
9
dan perbaikan kendaraan unit 10
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.2.4. Biaya O/P Pengolahan

Biaya operasional dan pemeliharaan Pengolahan adalah :

− Biaya personil (gaji/upah)

− Biaya operasi (air, listrik dan lain-lain)

− Biaya perlengkapan kerja seperti baju seragam, sepatu kerja, sekop, Biaya
pengepakan kompos

− Biaya perawatan alat

PT GUMI ADIMIRA

VIII-47
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 8.13. O/P Pengolahan

HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
1 Upah personil Orang 1
2 pakaian kerja pasang 0,3
3 pakaian jas hujan pasang 0,07
4 sepatu bot pasang 0,12
5 masker unit 0,035
6 sarung tangan unit 0,05
7 Biaya operasi (air, listrik dan lain-lain) unit 50
8 Bahan bakar liter 0,0073
9 Perawatan alat unit 5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.2.5. Biaya O/P Pemprosesan Akhir

Biaya operasional dan pemeliharaan TPA meliputi :

− Biaya personil (petugas TPA dan operator alat berat)

− Biaya bahan bakar alat berat

− Biaya perawatan alat berat seperti pelurasan, pergantian suku cadang, dan lain-lain

− Biaya penutupan tanah (tanah penutup)

− Biaya penyemprotan insektisida

− Biaya reklamasi lahan dan penghijauan di bekas TPA

− Biaya perawatan dan perbaikan fasilitas TPA (jalan masuk, kantor, saluran
drainase, ventilasi gas, pengolahan lindi dan lain-lain) Listrik, air dan lain-lain

Tabel 8.14. O/P Pemrosesan Akhir


HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
1 Upah personil Orang 1
2 pakaian kerja pasang 0,3
3 pakaian jas hujan pasang 0,07
4 sepatu bot pasang 0,12
5 masker unit 0,035
6 sarung tangan unit 0,05
7 Pembebasan Lahan ha 11.500

PT GUMI ADIMIRA

VIII-48
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
8 Pembangunan Fisik ha 115.000
9 Bahan bakar liter 0,0073
10 Perawatan alat unit 5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.2. Perkiraan Pembiayaan dan Penerimaan Keuangan

8.5.3.1. Sumber Dana APBN

Untuk perencanaan pengeloaan sampah terutama dana investasi, salah satunya


dibiayai melalui dana penerimaan dan pengeluaran negara yang ditetapkan melalui
tahapan dalam jangka waktu tertentu.

Tabel 8.15. Sumber Dana APBN


NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp. Juta)
Investasi
1 Pengumpulan dan Pewadahan Unit 50%
Tong/Bin Unit 0,025
Motor sampah roda 3 Unit 16,5
2 Pemindahan Unit 50%
Container Unit 15
Landasan Container Unit 7,5
3 Pengangkutan Unit 50%
Armroll Truck Unit 175
4 Pengolahan Akhir (TPA) Ha 50%
Pembebasan Lahan Ha 5,75
Pembangunan Fisik Ha 57,5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.3.2. Sumber Dana APBD Provinsi

Untuk perencanaan pengeloaan sampah terutama dana investasi, salah satunya


dibiayai melalui dana penerimaan dan pengeluaran Daerah Provinsi yang ditetapkan
melalui tahapan dalam jangka waktu tertentu.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-49
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 8.16. Sumber Dana APBD Provinsi


NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp. Juta)
Investasi
1 Pengumpulan dan Pewadahan Unit 20%
Tong/Bin Unit 0,1
Motor sampah roda 3 Unit 6,6
2 Pemindahan Unit 20%
Container Unit 6
Landasan Container Unit 3
3 Pengangkutan Unit 20%
Armroll Truck Unit 70
4 Pengolahan Akhir (TPA) Ha 20%
Pembebasan Lahan Ha 2,3
Pembangunan Fisik Ha 23
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.3.3. Sumber Dana APBD Kab/Kota

Untuk perencanaan pengeloaan sampah terutama dana investasi, operasional dan


pemeliharaan, dibiayai melalui dana penerimaan dan pengeluaran Daerah Kabupaten/Kota
yang ditetapkan melalui tahapan dalam jangka waktu tertentu.

Tabel 8.17. Sumber Dana APBD Kab/Kota


NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp. Juta)
Investasi
1 Pengumpulan dan Pewadahan Unit 20%
Tong/Bin Unit 0,1
Motor sampah roda 3 Unit 6,6
2 Pemindahan Unit 20%
Container Unit 6
Landasan Container Unit 3
3 Pengangkutan Unit 20%
Armroll Truck Unit 70
4 Pengolahan Akhir (TPA) Ha 20%
Pembebasan Lahan Ha 2.300
Pembangunan Fisik Ha 23.000
Operasional & Pemeliharaan 20%
5 BBM liter 0,0016
6 Gaji Pegawai orang 0,2
7 Peralatan & pemeliharaan unit 10,73
8 Administrasi unit 27
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

PT GUMI ADIMIRA

VIII-50
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.5.3.4. Sumber Dana Dari Masyarakat

Sumber dana dari partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya
program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang,
sumber dana penerimaan dan pengeluaran KSM yang ditetapkan melalui tahapan dalam
jangka waktu tertentu.

Tabel 8.18. Sumber Dana Dari Masyarakat


NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp. Juta)
Investasi
1 Pengumpulan dan Pewadahan Unit 10%
Tong/Bin Unit 0,05
Motor sampah roda 3 Unit 3,3
2 Pemindahan Unit 10%
Container Unit 3
Landasan Container Unit 1,5
3 Pengangkutan Unit 10%
Armroll Truck Unit 35
4 Pengolahan Akhir (TPA) Ha 10%
Pembebasan Lahan Ha 1.150
Pembangunan Fisik Ha 11.500
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.5.3.5. Sumber Dana Dari Swasta

Untuk sumber dana dari pihak swasta tidak dapat ditetapkan, karena bantuan dari
pihak swasta dapat berupa barang, jasa, uang dan sebagainya yang jumlahnya bervariasi
atau tidak tetap.

8.5.3. Perhitungan Kelayakan Ekonomi (CBA/Cost Benefit, NPB/Net Present


Benefit, EIRR)

Metode Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis) Ada tiga metode untuk
menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek, yaitu NPB (Net Present Benefit), IRR
(Internal Rate of Return), dan BCR (Benefit Cost Ratio).

A. Metode NPB (Net Benefit atau Nilai Bersih Sekarang)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-51
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek dikurangkan
dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat
diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya adalah :

dimana :

NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun
ke n

i = tingkat bunga

n = 1,50 : umur proyek

M = manfaat

B = biaya

B. Metode IRR (Internal Rate of Return)


Metode IRR merupakan metode dengan cara menghitung tingkat diskonto (y) yang
menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan
adalah:

PT GUMI ADIMIRA

VIII-52
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

C. Metode BCR (Benefit Cost Ratio atau Perbandingan Manfaat dan Biaya)
Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai
sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang seluruh
biaya proyek tersebut. Rumus yang digunakan adalah :

8.6. Analisis Kajian Lingkungan

8.6.1. Dokumen Kajian Lingkungan


Kajian lingkungan yang ada di PTMP didasarkan atas studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) serta Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.Upaya kajian lingkungan tersebut merupakan perwujudan dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap Usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. (Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.UKL-UPL merupakan
perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk
menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.Dokumen UKL-UPL dibuat pada fase
perencanaan proyek sebagai kelengkapan dalam memperoleh perizinanuntuk proyek-
proyek yang dampak lingkungannya dapat diatasi, skala pengendaliannya kecil dan tidak
kompleks.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-53
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

UPL yang disusun mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan disusun sesuai
dengan Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, yang
berisi :

 Kesanggupan pemrakarsa kegiatan untuk melaksanakan apa-apa yang telah disusun


dalam dokumen UKL-UPL dan secara berkala sanggup melaporkannya kepada
instansi terkait.
 Kesanggupan pemrakarsa kegiatan untuk dipantau dampaknya oleh instansi yang
mempunyai surat tugas
 Kesanggupan pemrakarsa kegiatan untuk menerima sangsi bilamana lalai dalam
pelaksanaan pengelolaan lingkungan (menimbulkan pencemaran)
 Kesanggupan pemrakarsa kegiatan untuk memperbaharui dokumen UKL-UPL
apabila ada perubahan kegiatan (jenis kegiatan dan lokasi), dan lain sebagainya.

Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis
kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi
kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses
yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak,
dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok
ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa,
upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak
yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme
pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina,
BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan
pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu proses dalam
studi formal untuk memperkirakan dampak lingkungan atau rencana kegiatan proyek
dengan bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang di analisis pada
tahap perencanaan dan perancangan proyek sebagai pertimbangan bagi pembuat
keputusan. Dalam hal ini arti lingkungan hidup adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-

PT GUMI ADIMIRA

VIII-54
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah


Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenaii Dampak
Lingkungan Hidup".Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) AMDAL,
AMDAL, RKL / RPL.

KA AMDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi),


ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup rona lingkungan
hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode pengumpulan dan analisa
data, metode prakiraan dampak dan penentuan dampak penting, metode evaluasi dampak),
pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan waktu). KA AMDAL juga dilengkapi dengan
daftar pustaka dan lampiran.

Penyusunan dokumen AMDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi


dan kegunaan studi), metode studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi, metode
pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak
penting), rencana kegiatan ( identitas pemrakarsa dan penyusun AMDAL, tujuan rencana
kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona lingkungan hidup
(fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk komponen-komponen
yang berpotensi terkena dampak penting), prakiraan dampak penting (pra konstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme aliran dampak pada berbagai
komponen lingkungan), evaluasi dampak penting (telaahan terhadap dampak penting dan
digunakan sebagai dasar pengelolaan). Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar
pustaka sebagai dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk
pemrakarsa, SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain

Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan,


rencana pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak penting, tolok ukur
dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan, pengelolaan lingkungan melalui
pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi, lokasi pengelolaan lingkungan, periode
pengelolaan lingkungan, pembiayaan pengelolaan lingkungan dan institusi yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi
dengan pustaka dan lampiran.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-55
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan (dampak


penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantaau, tujuan
RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pemantauan lingkungan.

8.6.2. Proyek Yang Perlu Kajian Lingkungan

Salah satu proyek dalam perencanaan sistem persampahan yang memerlukan kajian
lingkungan adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Lokasi TPA merupakan tempat
pembuangan akhir sampah yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan
sampah terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi
(leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca
serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat (Judith, 1996). Menurut Qasim
(1994) dan Thobanoglous (1993), potensi pencemaran leachate maupun gas dari suatu
landfill ke lingkungan sekitarnya cukup besar, mengingat proses pembentukan leachate
dan gas dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 20 – 30 tahun setelah TPA
ditutup. Dengan demikian maka perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan untuk
pengamanan pencemaran lingkungan.Upaya pengamanan lingkungan TPA diperlukan
dalam rangka mengurangi terjadinya dampak potensial yang mungkin terjadi selama
kegiatan pembuangan akhir berlangsung (dampak potensial dapat dilihat pada tabel 1).
Upaya tersebut meliputi :

 Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SNI No. 03-3241-1997 tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA).
 Pembangunan fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai dengan
persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan peruntukan lahan dan
tata ruang.
 Monitoring pasca operasi terhadap bekas lahan TPA.

Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan manajemen pengelolaan TPA secara lebih
memadai terutama ketersediaan SDM yang handal serta ketersediaan biaya operasi dan
pemeliharaan TPA. Dokumen kajian lingkungan TPA yang berisikan hal-hal tersebut

PT GUMI ADIMIRA

VIII-56
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

diatas, harus disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (UU 23 /
1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 / 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen LH/Depkes/Kimpraswil yang
berkaitan dengan masalah kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan). Secara umum
dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian
TPA adalah :
1. AMDAL
Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha
Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan
dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas
lingkungan kawasan lindung.
2. UKL / UPL
Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha

8.6.3. Rekapitulasi Kajian Lingkungan


AMDAL, UKL dan UPL merupakan 3 pokok kajian lingkungan yang tidak bisa
dilewatkan untuk sebuah proyek atau kegiatan yang memberikan dampak langsung
terhadap lingkungan hidup. Jika dilihat dari kegiatan perencaan ini, TPA merupakan salah
satu kegiatan yang terbukti akan berdampak langsung pada lingkungan di sekitarnya. Pada
tahap perencanaan inilah persyaratan AMDAL, UKL dan UPL harus dipenuhi untuk
mengkaji prakiraan masalah dampak pada lingkungan.

Tidak hanya itu, pada pembangunan dan pengoperasian TPA khususnya di Sumbawa Barat
ini juga tidak bisa dikesampingkan dalam hal pengelolaan manajemen serta kualitas dan
kuantitas SDM yang tersedia. Karena faktor tersebut juga merupakan salah satu kajian
pendukung terciptanya kegiatan pengamanan pencemaran lingkungan serta dampak
potensial yang mungkin terjadi selama kegiatan pembuangan akhir berlangsung.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-57
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.7. Analisis Kajian Sosial

6.7.1. Analisis Kondisi Sosial Eksisting


Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan tentunya tidak luput dari dampak
sosial masyarakat khususnya warga Kabupaten Sumbawa Barat. Namun dalam PTMP ini
sudah diarahkan untuk memberikan manfaat yang baik khususnya untuk pemberdayaan
masyarakat. Walaupun untuk saat ini minat masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat untuk
berinvestasi di sektor sanitasi masih rendah, namun setidaknya peran masyarakat dalam
membantu mengurangi pencemaran lingkungan sudah berjalan dengan adanya berbagai
peran seperti penyapu jalan, sopir mobil sampah, petugas TPS, petugas TPA dan tenaga
kebersihan di kecamatan Sumbawa Barat

Sosialisasi dan informasi mengenai perencanaan kegiatan inilah yang juga


mendukung untuk dalam pengelolaan sampah yang sampai saat ini juga sudah mulai
diterapkan. Sosialisasi mengenai Program 3R juga merupakan faktor pendukung sebagai
jembatan untuk mewujudkan pengelolaan sampah secara terpadu karena selama ini
pengelolaan sampah dilakukan secara konvensional yaitu pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir.

6.7.2. Analisis Kondisi Sosial Saat Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan


Evaluasi
Perencanaan Penanganan Sampah di Kabupaten Sumbawa Barat ini sudah
melibatkan masyarakat dari mulai perencanaan hingga gambaran sampai pada tahap
evaluasi. Pada tahap perencanaan yang sudah didukung dengan berjalannya sistem
pengolahan sampah walaupun belum optimal namun ada beberapa kendala yang mungkin
akan dihadapi yaitu masih adanya perilaku dan kesadaran masyarakat yang rendah akan
prinsip penerapan 3R, dasar hukum yang masih lemah akan peraturan pengolahan sampah
serta keterlibatan masyarakat untuk mengelola sampah sebuah kawasan yang masih belum
sepenuhnya dilakukan. Dengan penanganan dan edukasi mengenai sampah yang baik
dengan diberikannya fasilitas yang baik pula, diharapkan kondisi sosial akan lebih tertata
dalam pengelolaan sampah hingga proses evaluasi

PT GUMI ADIMIRA

VIII-58
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Akan tetapi hal tersebut masih merupakan gambaran dan estimasi kondisi karena tahap
tersebut belum terlewati. Oleh sebab itu perlu adanya pengelolaan sampah secara
terpadu berbasis masyarakat dengan baik tanpa menimbulkan dampak yang buruk terhadap
lingkungan agar program dapat berjalan dengan dukungan maksimal dari warga sekitar.

6.7.3. Rekapitulasi Kelayakan Sosial


Berdasarkan analisis, kondisi sosial masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat dalam
menanggapi pengelolaan persampahan telah mulai mengubah pemikiran dari yang semula
pasif menjadi berpartisipasi aktif. Untuk mencapai partisipasi yang optimal dan
menyeluruh dari masyarakat, perencanaan sistem persampahan mengakomodir peran
masyarakat melalui beberapa kegiatan, diantaranya: bank sampah, 3R, ketertiban
pemilahan dan pewadahan, ketertiban dalam membuang sampah sesuai jadwal yang
ditentukan, dan juga tidak ketinggalan ikut menjaga kebersihan lingkungan permukiman
lain-lain. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perencanaan sistem persampahan dapat
dinyatakan layak, dengan catatan mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam tiap
upaya dan kegiatan pengelolaan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat.

8.8. Analisis Kajian Hukum

6.8.1. Analisis Produk Pengaturan Eksisting


Dalam pengelolaan persampahan yang terkait kondisi eksisting perlu adanya
dukungan melalui peraturan dalam memnjalankan proses pengelolaan sampah dan harus
memuat ketentuan hukum berdasarkan peraturan perundang bidang persampahan yang
berlaku (Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah), kebijakan nasional
dan provinsi serta NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria) bidang persampahan.
Dengan kondisi yang adanya dukungan menyeluruh dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan dinas terkait terutama dalam membuat produk hukum yang terkait PTMP.
Bentuk dukungan dapat berupa Peraturan yang perlu direview dan disempurnakan yang
terkait dengan peraturan daerah tentang institusi penanggung jawab sektor persampahan,
baik institusi pemerintahan maupun lembaga masyarakat serta peraturan daerah yang

PT GUMI ADIMIRA

VIII-59
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

mengatur tentang kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan
sampah.

6.8.2. Analisis Kebutuhan Produk Pengaturan


Dalam produk pengaturan pengeloaan persampahan dapat dianalisis bahwa dari
produk pengaturan diperlukan adanya review dan penyempurnaan beberapa Perda terdiri
dari: Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan Persampahan dan Perda
Retribusi. Serta substansi materi Perda yang dibuat nantinya perlu menyeluruh, tegas dan
dapat diimplementasikan untuk jangka panjang (20 Tahun) yang terbagi dalam tiga tahap
yaitu Tahap I (2 tahun), Tahap II (8 tahun) dan Tahap III (10 tahun).
Yang paling penting setelah produk pengaturan dibuat perlu adanya sosialisasi ke
masyarakat, stake holder dan dinas terkait sebelum dilakukan penerapan Perda, uji coba
dikawasan tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu perlu disiapkan aparat dari
mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksi atas pelanggaran yang
terjadi. Selain itu perlu adanya evaluasi Perda yang dilakukan 5 tahun sekali untuk menguji
tingkat kelayakan dari Perda yang sudah diterapkan.

6.8.3. Rekapitulasi Kelayakan Pengaturan


Dari hasil kajian eksisting jika nantinya sudah dibuat Perda dan AMDAL, serta
sudah dilakukan sosialisali perlu dilakukan penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi
bagi pelanggaran penyelenggaraan pengelolaan persampahan sebagai upaya pembinaan
bagi masyarakat, aparat, dan stakeholder terkait. Hal ini diperlukan untuk
melengkapi/meningkatkan produk hukum yang diperlukan bagi landasan penyelenggaraan
pengelolaan persampahan baik di kabupaten, kecamatan maupun desa/kelurahan.

Selain itu perlu dilakukan koordinasi dari dinas dan pihak terkait pada saat
membuat Peraturan Daerah (Perda) Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten
Sumbawa Barat, Perda tentang retribusi sampah dan AMDAL atau UKL/UPL Bangunan
pengolahan sampah Kabupaten Sumbawa Barat (TPA dan atau TPS 3R) serta Pedoman
pelaksanaan pengelolaan persampahan berbasis kemandirian. Sehingga di harapkan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-60
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kedepannya peraturan yang dibuat layak untuk digunakan dalam rangka pengaturan sistem
Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat.

8.9. Analisis Kajian Kelembagaan

8.9.1. Kelembagaan Regulator

Penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat dilaksanakan


oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan didukung oleh BAPPEDA, DPU yang
berkoordinasi dengan dinas terkait yang setingkat atau diatasnya. Tugas pokoknya adalah
penampungan, pengangkutan, pembuangan, pemusnahan dan mengelola TPA. Jika dikaji
untuk kelembagaan regulator yang menangani sampah setelah adanya otonomi daerah,
pemerintah pusat hanya menyampaikan tentang perlu adanya pengaturan kelembagaan
yang berbasis institusi sedangkan penempatan kelembagaan tersebut di dinas mana,
sepenuhnya merupakan kebijakan daerah.

Untuk kelembagaan pengeloaan persampahan yang dikelola Badan Lingkungan


Hidup (BLH) perlu dikuatkan dari Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal
kesesuaian bidang keahlian atau kemampuan, peningkatan kemampuan dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan sehingga pada saat Peraturan Daerah dibuat dapat menjalankan dan
menegakan peraturan terutama dalam mewajibkan pengelolaan persampahan pada seluruh
pihak di Kabupaten Sumbawa Barat.

8.9.2. Kelembagaan Operator

Dalam menjalankan pelaksananaan pengeloaan sampah, dari mulai sumber.


Pelayanan kegiatan persampahan, personil yang bekerja dan menjadi bagian dari tim terdiri
atas beberapa tugas, antara lain adalah tukang sapu jalan, petugas motor sampah tiga roda,
petugas truk sampah (sopir dan pengangkut sampah), petugas truck armroll dan petugas
TPA. Dari kondisi eksisting dan dari hasil kajian perlu adanya penambahan sumber daya
manusia dari pelaksana operator karena dari perhitungan 1 orang menangani 6m 3 per hari.
Dengan adanya pengaturan dan penambahan sumber daya manusia sesuai dengan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-61
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

kebutuhan jangka pendek, menengah dan jangka panjang pengelolaan persampahan di


kabupaten Sumbawa Barat akan menjadi lebih baik.

8.9.3. Kelembagaan Kelompok Swadaya Masyarakat

Peran kelompok swadaya pemerintah mencakup pada sistem mekanisme


pengawasan, pelaksanaan, pemanfaatan. Pembentukan kelompok swadaya masyarakat
(KSM) dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah/aparat kota dan desa. Dari
mulai RT/ Dukuh, RW, Kecamatan , Bupati Adanya bank sampah pada tingkat RT secara
tidak langsung masyarakat mendapatkan keuntungan dari pemilahan sampah terutama
yang memiliki nilai jual. Saat ini kelompok swadaya masyarakat (KSM) sangat minim,
hanya ada beberapa wilayah yang memiliki kelompok bank sampah, dengan tidak
banyaknya kelompok swadaya masyarakat (KSM) di kabupaten Sumbawa Barat
sedangkan untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan sampah perlu
adanya peran serta masyarakat. Jika masyarakat tidak turut serta membantu program 100-
0-100 yang dicanangkan pemerintah tidak akan berhasil. Karena itu diperlukan Peran Serta
Masyarakat dalam pengelolaannya, sebagai berikut:

 Peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan


diperlukan sejak dari perencanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaan
 Peran serta masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan dapat berupa usulan, saran, pertimbangan, keberatan Serta bantuan
lainnya atau pelaksanaan program 3R baik untuk skala individual maupun skala
kawasan.
 Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan formal
sejak dini, penyuluhan yang intenssif, terpadu dan terus menerus serta
diterapkannya sistem insentif dan disinsentif.
 Masyarakat bertanggung jawab atas penyediaan dan pemeliharaan fasilitas
pewadahan dan atau meyelenggarakan pengumpulan / pengolahan sampah.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-62
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.9.4. Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta

Dengan minimnya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta perlu adanya
terobosan-terobosan kerjasama yang saling berkesinambungan sehingga dimungkinkan
adanya bentuk kerjasama atau adanya peluang kerjasama dalam menjaga kebersihan
lingkungan.

Pemerintah

 Badan Lingkungan Hidup (BLH) hendaknya menjalin kerja sama dan koordinasi
dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, LSM, sponsor, dan masyarakat
pada umumnya, terutama yang berkaitan dengan pengeloaan sambah dari mulai
sumber sampai dengan TPA.
 Perlu ada dukungan berkelanjutan dari pemangku/ pengambil keputusan di daerah
mengenai pengeloaan persampahan. Kegiatan ini dapat menjadi ikon bagi
masyarakat bahwa masalah kebersihan adalah tanggungjawab bersama. Mulai dari
sumber/masyarakat sampai dengan pemimpin daerah (Gubernur dan Walikota).

Swasta

 Pemerintah memberikan peluang kepada pihak swasta untuk menyelenggarakan


pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana persampahan serta dapat
menciptakan iklim investasi yang kondusif
 Kemitraan dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh kegiatan sistem
pembangunan persampahan, termasuk melakukan upaya pengendalian pencemaran
lingkungan.
 Pola kemitraan dapat dilakukan melalui studi kelayakan dengan memperhatikan
keterjangkauan masyarakat, kemampuan Pemda, peluang usaha dan keuntungan
swasta.

Selain itu program kemitraan pemerintah dengan pihak swasta atau stake holder
perlu ditingkatkan program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan dunia usaha
karena hingga saat ini belum ada komitmen pihak dunia usaha.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-63
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

8.9.5. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi

Dari Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan didukung oleh
BAPPEDA, DPU Kabupaten Sumbawa Barat, kedepannya perlu adanya pengembangan
dalam struktur kelembagaan organisasi pengelolaan sampah berupa UPT Kebersihan
Kabupaten Sumbawa Barat.

Kepala UPT

Divisi Operasional Divisi Umum

Seksi Pengumpulan dan Seksi Keuangan dan


Penyapuan Pembukuan

Seksi Pengangkutan dan Seksi Tata Usaha dan


Operasional TPA Personalia
Seksi Pengolahan dan
Seksi Peran Serta
Pemanfaatan Sampah
Masyarakat

UPT. Kebersihan terdiri dari 2 divisi yaitu :

a. Divisi Operasional yang bertugas secara operasional melakukan pengelolaan sampah


mulai dari sumber sampai TPA
b. Divisi Umum yang bertugas secara administratif mengelola tata usaha, keuangan,
personalia, dan peranserta masyarakat baik dalam hal kebersihan khususnya
persampahan.

Fungsi UPT Kebersihan adalah :

a. Penyelenggara operasional/teknis dinas dalam jasa layanan kebersihan bidang


persampahan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih;
b. Penyelenggara usaha jasa layanan kebersihan kepada masyarakat;

PT GUMI ADIMIRA

VIII-64
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c. Pemberian rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan ruang


lingkup tugasnya;
d. Pembinaan terhadap seluruh perangkat UPT.

Pembagian tugas masing-masing bagian di UPT dapat disusun sebagai berikut:

1. Kepala UPT mempunyai tugas :

a. Memimpin, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan UPT;

b. Melaksanakan kegiatan teknis operasional pengelolaan kebersihan meliputi


pengelolaan, pemeliharaan, dan pengawasan operasional terhadap sarana dan
prasarana kebersihan;

c. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan dinas/instansi/lembaga lainnya


dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;

d. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugasnya.

Kepala UPT dibantu oleh dua divisi yaitu Divisi Operasional dan Divisi Umum

2. Divisi Operasional mempunyai tugas :

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan dari Seksi Pengumpulan


dan Penyapuan, Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA dan Seksi Pengolahan
dan Pemanfaatan Sampah
b. Menyusun kebijakan dan strategi operasional pelayanan kebersihan meliputi
penyapuan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan serta
pengelolaan sampah.
c. Menyusun kebijakan dan strategi pemeliharaan/ perbaikan kendaraan pengangkut
sampah, alat berat serta sarana dan prasarana persampahan lainnya.
d. Menyelenggarakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap kegiatan
pelayanan kebersihan, pemeliharaan/ perbaikan kendaraan, peralatan serta sarana
lainnya serta pemanfaatan dan pembuangan sampah
e. Melakukan koordinasi dengan Divisi lainnya untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan tugasnya.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-65
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

f. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pengelolaan pasar dalam penanganan
sampah pasar.
g. Memberi laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai bidang tugasnya.

3. Divisi Umum mempunyai tugas :

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan seksi Keuangan dan


Pembukuan, Seksi Tata Usaha dan Personalia serta Seksi Peran Serta Masyarakat.
b. Mengadakan koordinasi dengan Divisi lain mengenai persetujuan rencana dalam
rangka pelayanan fisik, keuangan, ketatalaksanaan dan personil yang dibutuhkan.
c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan penagihan jasa layanan kebersihan.
d. Mengusulkan besaran tarif jasa layanan kebersihan sesuai dengan analisis ekonomi
kepada Kepala UPT untuk kemudian diusulkan kepada regulator.
e. Mengawasi pelaksanaan kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan kebersihan.
f. Memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai dengan bidang
tugasnya.

Divisi Operasional terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pengumpulan dan Penyapuan,
Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA serta Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan
Sampah.

4. Tugas Dari Seksi Pengumpulan dan Penyapuan adalah :

a. Merencanakan dan melakukan operasional pengumpulan sampah mulai dari sumber


sampai TPS
b. Melakukan penyapuan jalan-jalan utama atau jalan yang ditentukan
c. Merencanakan, membangun dan memelihara TPS
d. Melakukan usulan pembelian dan perawatan sarana dan prasarana pengumpulan
dan penyapuan

PT GUMI ADIMIRA

VIII-66
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

e. Melakukan koordinasi dengan penghasil sampah baik itu dari rumah tinggal,
komersial, pasar dan industri berkenaan dengan jadwal pembuangan dan
pengangkutan sampah dari sumber
f. Melakukan koordinasi dengan Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA
berkenaan dengan pengankutan sampan dari TPS
g. Mengumpulkan data-data teknis dan non teknis untuk perencanaan pengumpulan
dan penyapuan sampah;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Tugas Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA adalah :

a. Merencanakan dan menyelenggarakan operasional pengangkutan dan pembuangan


sampah mulai dari TPS sampai TPA
b. Merencanakan dan menyelenggarakan operasional pengelolaan sampah di TPA
sesuai dengan perundangan yang berlaku
c. Melakukan usulan pembelian dan perawatan sarana, prasarana serta suku cadang
pengangkut sampah dan alat berat di TPA.
d. Merencanakan dan menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian lingkungan di
TPA sesuai dengan standar teknik pengelolaan sampah
e. Melaporkan dan melaksanakan tindakan/penanggulangan terhadap kejadian yang
menurut sifatnya perlu ditangani dengan segera sesuai dengan kewenangannya.
f. Mengumpulkan data-data teknis dan non teknis untuk perencanaan pengangkutan,
pembuangan dan pengelolaan sampah di TPA;
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Tugas Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah adalah :

a. Merencanakan dan menyelenggarakan pengolahan dan pemanfaatan sampah yang


tidak diangkut ke TPA
b. Merencanakan dan menyelenggarakan upaya-upaya pemanfaatan sampah dan
pemanfaatan sampah yang ramah lingkungan yang melibatkan masyarakat, swasta
maupun instansi lainnya yang terkait

PT GUMI ADIMIRA

VIII-67
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

c. Merencanakan dan menyelenggarakan program-program yang berhubungan


dengan kegiatan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang dapat melibatkan
masyarakat, swasta maupun instansi lainnya terkait
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya

Divisi Umum terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi Keuangan dan Pembukuan, Seksi
Tata Usaha dan Personalia dan Seksi Peran Serta Masyarakat.

7. Tugas dari Seksi Keuangan dan Pembukuan adalah :

a. Merencanakan, dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan dan pembukuan


sesuai perundangan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan kegiatan penagihan jasa pelayanan kebersihan kepada
masyarakat, baik sektor rumah tinggal, komersial, pasar, dan industri sesuai
perundangan yang berlaku
c. Melaksanakan usaha pencapaian penerimaan jasa layanan kebersihan sesuai target
yang ditetapkan
d. Mengelola keuangan yang didapatkan dari jasa layanan kebersihan dan melaporkan
pengelolaannya kepada Kepala Divisi Umum
e. Menyusun, mengatur dan mengevaluasi kegiatan sehari-hari sesuai dengan data dan
laporan yang disampaikan.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya

8. Seksi Tata Usaha dan Personalia mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum dan hal-hal ketatalaksanaan yang


dibutuhkan oleh UPT
b. Menyusun jadwal kegiatan acara Kepala UPT dan agenda kegiatan UPT
c. Merencanakan kebutuhan pegawai untuk berbagai divisi dan seksi
d. Melaksanakan administrasi kepegawaian.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya

PT GUMI ADIMIRA

VIII-68
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

9. Seksi Peran Serta Masyarakat mempunyai tugas

a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembinaan dan pemberian informasi


kepada masyarakat terkait dengan kegiatan pelayanan kebersihan dan pertamanan
dan jasa layanan yand diberikan UPT
b. Melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat berkenaan dengan kegiatan 3R
bekerja sama dengan seksi lain yang terkait
c. Mendukung dan membantu seksi keuangan dalam upaya penagihan jasa layanan
kebersihan dalam hal pemberian informasi dan sosialisasi
d. Membuat kerja sama dengan pihak lain berkaitan dengan pengelolaan sampah dan
drainase
e. Menampung opini dan pengaduan masyarakat terkait kegiatan pengelolaan
kebersihan dan pertamanan dan mengkoordinasikan pengaduan tersebut dengan
seksi lain yang terkait
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya.

Dengan adanya pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berupa


UPT diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kelembagaan karena setiap sumber
daya manusia mengetahui tupoksi dalam mengelola persampahan di daerahnya.

8.9.6. Sumber Daya Manusia

Aktivitas pengorganisasian merupakan suatu upaya menetapkan dan menata


kembali sumber daya (resources), unit-unit dan metode-metode yang mengarah pada
upaya mewujudkan (merealisasikan kebijakan menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Aktivitas interpretasi merupakan aktivitas
interpretasi (penjelasan) substansi dari suatu kebijakan dalam bahasa yang lebih
operasional dan mudah dipahami, sehingga substansi kebijakan dapat dilaksanakan dan
diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan. Aktivitas aplikasi merupakan aktivitas
penyediaan pelayanan secara rutin, pembayaran atau lainnya sesuai dengan tujuan dan
sarana kebijakan yang ada. Strategi pencapaian yang sifatnya attainable (dapat dicapai)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-69
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

dengan kondisi SDM saat ini. Perlu adanya strategi-strategi yang dilaksanakan dalam
peningkatan SDM antara lain adalah :

a. Peningkatan pendapatan jasa pelayanan kebersihan

b. Peningkatan kemampuan pegawai dengan mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang


dilaksanakan pusat atau daerah.

c. Perbaikan kesejahteraan pegawai agar semnagat kerja semakin meningkat sehingga


akan diikuti dengan peningkatan lainnya.

d. Peningkatan operasi pelayanan secara umum dapat dilakukan dengan bekerjasama


dengan masyarakat dengan memberikan informasi-informasi mengenai cara
mengelola sampah mulai dari rumah dengan program 3R baik melalui media atau
door to door.

8.9.7. Rekapitulasi Kajian Kelembagaan


Pengembangan pengelolaan kelembagaan yang nantinya akan dibentuk UPT
Kebersihan Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilakukan atau dianggap layak jika fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik
dibidang manajemen persampahan.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan dalam beberapa hal :
1. Perencanaan pengembangan Sumber Daya Manusia di Badan Lingkungan Hidup.
Kabupaten Sumbawa Barat hendaknya dibuat, disusun, direncanakan, dan
diarahkan dalam konteks tertentu sehingga dapat diacu sebagai perencanaan yang
komprehensif dan pengembangannya yang bersifat makro, disesuaikan dengan
ketersediaan teknologi dalam mengelola sampah, mulai dari pengangkutan dari
TPS ke TPA, pengolahan sampah di TPA, dan teknologi pengelolaan sampah
lainnya.
2. Kriteria implementasi pengembangan SDM di Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa Barat. . hendaknya terus meningkatkan efisiensi dalam hal
administrasi dan dukungan kebijakan yang jelas, kejelasan tujuan pengembangan
Sumber Daya Manusia, keterlibatan staf profesional dalam pengembangan Sumber

PT GUMI ADIMIRA

VIII-70
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Daya Manusia tingkat bawah, koordinasi tugas dan fungsi serta bahan/peralatan
yang digunakan, target yang rasional sesuai dengan tujuan perusahaan,
kepemimpinan dan tanggung jawab peran untuk kelompok kerja tertentu, alur
komunikasi dan umpanbalik sebagai bagian dari proses dan program
pengembangan Sumber Daya Manusia, serta dukungan dan modifikasi (bila
dibutuhkan) dalam semua komponen sistem.
3. Dari evaluasi pengembangan Sumber Daya Manusia tidak begitu berhasil dalam
menangani masalah pengelolaan sampah, pihak Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa Barat. hendaknya terus melakukan peningkatan dalam
aktivitas evaluasi sehingga umpanbalik dari aktivitas evaluasi tersebut dapat
dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja individu, kelompok, dan sistem Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat. dalam mengelola sampah.
Beberapa pertimbangan yang hendaknya dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa Barat dalam melakukan evaluasi pengembangan Sumber
Daya Manusia adalah: tujuan evaluasi, prinsip evaluasi, jenis evaluasi, pendataan,
dan hasil evaluasi.
4. Badan Lingkungan Hidup hendaknya menjalin kerja sama dan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat., LSM, sponsor, dan masyarakat pada
umumnya, terutama yang berkaitan dengan TPA. Kerja sama dan koordinasi antara
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. dan Badan Lingkungan Hidup sangat
diperlukan karena kedua lembaga tersebut sangat berperan dalam pembangunan
Kabupaten Sumbawa Barat.

8.10. Rekapitulasi Kelayakan Program Jangka Pendek dan Menengah

Dari hasil program jangka pendek dan menengah dapat dilihat program-program
pencapaian pada tahun-tahun yang sudah ditetapkan, untuk tahap satu dua tahun dari tahun
2017 sampai dengan 2018 dan pada tahap ke dua delapan tahun dari tahun 2019 sampai
dengan tahun 2026.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-71
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 8.19. Kelayakan Program Jangka Pendek dan Menengah


Analisis Kelayakan
Tujuan Target
No. Tahap Tahun Keterangan
Penanganan Penanganan
Pelaksanaan
Sampah Sampah
1. Tahap I    Layak apabila:
 Target dapat
(Jangka tercapai
Pendek)  Jika dapat
terpenuhi
2. Tahap II    Layak apabila:
 Target dapat
(Jangka tercapai
Menengah)  Jika dapat
terpenuhi
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.11. Rencana Pentahapan Pelaksanaan

Perencanaan penangan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada


matrik dibawah ini yang merupakan hasil analisis konsultan tahun 2016, hasil dari analisis
ini dibuat melalui beberapa tahapan-tahapan proyek, analisis kelayakan dan penerapan.
Untuk rencana penangan sampah berada diruang lingkup analisis kelayakan.

Tabel 8.20. Matrik Rencana Penanganan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Pengananan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 60%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (3 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017
Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
1 yang berlaku pemindahan dengan motor &
pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar TPA/Kontainer : 75 %
untuk peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
Penyiapan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU No TPS 3R skala Kelurahan dan
2018
18/2008 Distrik/kecamatan: 25 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan Pengangkutan sampah;
TPA open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)

PT GUMI ADIMIRA

VIII-72
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan Armroll truck :
sesuai kebutuhan pengangkutan sampah dari
kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (30 %);
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R

Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Pengolahan sampah mandiri:
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah 20 %
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan Pengolahan sampah di TPS
sampah, peningkatan TPA, dll) 3R skala kawasan dan kota:
2019 20 %
Pemrosesan akhir sampah
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten (70%);
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan TPA (CLF/SLF)
Persampahan/Kebersihan
WTE & Incenerator
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka menengah Pemilahan sampah;
(7 tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
melanjutkan dari tahap sebelumnya

Melaksanakan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah


2020 yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
motor/pickup);
2
Melanjutkan Peningkatan kelembagaan terutama SDM TPA/Kontainer : 50 %
sebagai dasar untuk peningkatan kinerja operasional
penanganan sampah
Penyempurnaan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala Kelurahan dan
2021
No 18/2008 kecamatan : 50 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan Pengangkutan sampah;
2022 TPA open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)

Penyusunan dan penyempurnaan AMDAL atau UKL/UPL Armroll truck :


2023 atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah dari
kontainer
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan Pengolahan sampah (45 %);
2024 masyarakat dalam partisipasi program 3R

Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah mandiri:
persampahan yang bersifat menengah (bin pemilahan 20 %
2025
sampah, peningkatan TPA, dll)

Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di TPS
2026 Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi 3R skala kawasan dan kota:
Pelayanan Persampahan/Kebersihan 20 %

PT GUMI ADIMIRA

VIII-73
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Pemrosesan akhir sampah
(45%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan motor &
pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun

Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan TPS 3R skala Kelurahan dan


2030
kecamatan : 50 %
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan Pengangkutan sampah;
3 2031 sesuai dengan perencanaan

Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Armroll truck :


2032 pengangkutan sampah dari
kontainer
2033 Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pengolahan sampah (45 %);
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat pengolahan sampah mandiri
2034 dengan 3R di beberapa kawasan : 20 %

Kampanye dan edukasi yang menerus TPS 3R skala kawasan dan


2035
kota : 27 %
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan Pemrosesan akhir sampah
tarif maupun mekanisme penarikannya (35%);
2036
Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan TPA (CLF/SLF)
atau TPA/CDM)
WTE & Inchenerator
Sumber: Analisis Konsultan, 2016

8.12. Rencana Sosialisasi Dokumen PTMP


Untuk menghindari terjadinya keberatan sosial atas perencanaan sistem
persampahan, perlu diadakan sosialisasi dan advokasi publik.Sosialisasi dilakukan
secara bertahap dan jauh sebelum dilakukan perencanaan.Dokumen Rencana Induk

PT GUMI ADIMIRA

VIII-74
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Sistem Pengelolaan Sampah (RISPS) Kabupaten Sumbawa Barat harus


disosialisasikan secara lebih memadai baik kepada pihak eksekutif, legislatif
maupun masyarakat umum, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan semua
pihak agar proses pelaksanaannya dapat berjalan seperti yang diharapkan. Rencana
kegiatan sosialisasi dokumen rencana induk sebagai berikut :
 Konsultasi publik min. 3 kali selama 12 bulan ketika menyusun rencana induk
 konsultasi melibatkan stakeholder: Eksekutif, Legislatif, Akademisi, Praktisi,
LSM dan tokoh masyarakat.

8.13. Tahapan Legalisasi PTMP


Dokumen RISPS Kabupaten Sumbawa Barat setelah konsultasi publik selama 3
kali dalam 12 bulan, kemudian dilakukan penetapan oleh kepala daerah
menjadi Peraturan Bupati atau dibuat naskah akademik draft raperda untuk
selanjutnya dibahas dan ditetapkan bersama anggota DPRD menjadi Peraturan
Daerah.

PT GUMI ADIMIRA

VIII-75
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

BAB IX

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

9.1. PERSYARATAN TEKNIS

1. Kabupaten Sumbawa Barat, terbagi dalam 8 kecamatan. Wilayah tersebut terdiri


dari 7 Kelurahan 57 Desa dan 220 Dusun/Lingkungan. Kecamatan Taliwang
merupakan Kecamatan terbesar dengan 8 desa dan 57 lingkungan dengan luas
wilayah 1849,02 km2 dan jumlah penduduk tahun 2014 sebesar 129.724 jiwa
serta kepadatan penduduk 52 jiwa/km2.

2. Kondisi eksisting pelayanan sampah Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 30,64


%, tahun 2016 sebanyak 140.560 jiwa dan timbulan sampah perkapita 2,50
liter/orang/hari, dengan laju pertumbuhan timbulan sampah 1,06 %. Sampah
yang masuk ke TPA Batu Putih 24 ton/hari.

3. Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah (RISPS) Kabupaten Sumbawa Barat


dikategorikan sebagai Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan (PTMP)
jangka waktu 20 tahun. Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah Kabupaten
Sumbawa Barat mengikuti Jakstra nasional sebagaimana tertuang pada UU No.
18 Tahun 2008 dan Permen PU No. 21/PRT/M/2006, dengan target penanganan
sampah melalui tahapan sebagai berikut:
- Jangka Pendek (2017 – 2018) : 60% perkotaan dan 60% perdesaan
- Jangka Menengah (2019 – 2026) : 100% perkotaan dan 100% perdesaan
- Jangka Panjang (2027 – 2036) : 100% perkotaan dan 100% perdesaan

PT GUMI ADIMIRA 1-1


9-1
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

4. Zona pelayanan sampah Kabupaten Sumbawa Barat meliputi seluruh wilayah di


Kabupaten Sumbawa Barat (8 Kecamatan)

5. TPS 3R dibangun di setiap Kecamatan masing-masing 2 unit, (1 unit untuk


perkotaan & 1 unit untuk perdesaan) sehingga jumlah TPS 3R adalah 16 unit

6. Rencana Pelayanan Sampah Perkotaan Kabupaten Sumbawa Barat


Tahap I Tahap II Tahap III
Uraian Satuan
2019 2026 2036
Jmlh.Penduduk Jiwa
151.012 178.520 226.731
Timbulan sampah lt/org/hari
2,56 2,76 3,06
Total Timbulan m3/hari
386,59 492,14 694,81
ton/hari
89,74 114,25 161,29
Pelayanan Sampah m3/hari
270,61 492,14 694,81
Pengelolaan Sampah:
Langsung landfill (C1) m3/hari
206,34 246,07 277,92
Masuk ke TPS 3R (C2) m3/hari
64,27 246,07 416,89
Kompos (K1) m3/hari
24,52 98,43 208,44
Daur Ulang (D1) m3/hari
9,30 49,21 138,96
Residu dari TPS 3R (C4) m3/hari
30,44 98,43 69,48
Total landfill di TPA
m3/hari
(C1+C4) 236,78 344,50 347,41

7. Kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan sampah Sumbawa Barat :


Tahap
Tahap I Tahap II
Uraian III
2019 2026 2036
TOTAL
Pelayanan Sampah 270,61 492,14 694,81
Dibawa ke TPA (C1+C4) 236,78 344,50 347,41
Melewati TPS 3R kecamatan 64,27 246,07 416,89
Residu dari TPS 3R kec (C4) 30,44 98,43 69,48
Total Pengomposan (K1) 24,52 98,43 208,44
Total Daur Ulang (D1) 9,30 49,21 138,96
Total Prasarana Kecamatan
Gerobak (kapasitas 1 m3)

PT GUMI ADIMIRA 1-2


9-2
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

Tahap
Tahap I Tahap II
Uraian III
2019 2026 2036
83 119 119
Motor sampah (kapasitas 1,5 m3)
13 45 73
container untuk sampah ke TPA (kapasitas 6
m3) 44 61 61

TPST 3 3 3

armroll truck (kapasitas 6 m3) 13 19 19

TPS 3R (kapasitas 10 m3) 6 25 42


Lahan TPA
timbulan sampah
2,56 2,76 3,06

kapasitas pengolahan 337.117 313.050 281.619

Luas TPA 4,12 5,99 6,04

8. Kebutuhan biaya investasi dan operasi pemeliharaan sampah Kabupaten


Sumbawa Barat :

No. Nama Sarana & Prasarana Satuan Harga (Rp.)

1 Pewadahan & Pengumpulan


1.1 Tong/Bin Unit 500.000
1.2 Gerobak sampah Unit 1.500.000
1.3 Pickup Unit 150.000.000
1.4 Motor roda 3 Unit 33.000.000

2 Pemindahan
2.1 TPS Unit 500.000.000
2.2 Container Unit 30.000.000
2.3 Landasan Container Unit 15.000.000

3 Pengangkutan
3.1 Dump truck Unit 450.000.000
3.2 Armroll truck Unit 437.000.000

4 Pengolahan & Pemrosesan Akhir


4.1 TPST Unit 600.000.000
4.2 TPA (lahan & konstruksi) Ha 126.500.000.000

PT GUMI ADIMIRA 1-3


9-3
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

9. Kebutuhan biaya pengelolaan sampah Kabupaten Sumbawa Barat :

Uraian Pembiayaan Sampah (Rp) Ukuran


juta
Tipping Fee
Tahap I 115.403 m3
Tahap II 124.851 m3
Tahap III 136.174 m3
Tarif Domestik (20
%)
Tahap I 23.080
Tahap II 25.470
Tahap III 27.234
Simulasi Tarif (Rp per rumah tangga per bulan
dengan asumsi anggota keluarga = 5 orang)
Tahap I 28.000
Tahap II 33.000
Tahap III 38.500

10. Biaya operasi dan pemeliharaan pengelolaan sampah Kabupaten Sumbawa Barat

Harga (Rp. Harga (Rp. Harga (Rp.


No Komponen Biaya Satuan juta) juta) juta)
Tahap I Tahap II Tahap III
1 BBM Tahun 2.655. 13.276. 42.172
2 Gaji/Upah Tahun 111 148 149
3 Peralatan & Pemeliharaan Tahun 574 1.385 7.148
4 Administrasi Tahun 343 445 448
Total 3.683 15.254 49.917

9.2. REKOMENDASI

a. Perlunya kampanye edukasi secara terus menerus sehingga semua elemen


masyarakat mulai dari anak-anak (usia dini) sampai dengan dewasa/orang tua

PT GUMI ADIMIRA 1-4


9-4
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat

untuk sadar dan peduli terhadap penanganan sampah berwawasan lingkungan.

b. Perlunya panyadaran bahwa pengelolaan sampah akan sukses kalau dimulai


dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan pemerintah, sehingga pengelolaan
sampah dapat dikelola dengan baik sejak dari sumbernya.

c. Perlunya pendampingan dalam bentuk bantuan teknis dan bantuan program


dari pemerintah/dinas terkait agar program pengelolaan sampah 3R betul-betul
sukses sampai pada elemen masyarakat paling bawah.

d. Perlunya ketegasan peran dan fungsi lembaga di lingkungan Pemerintah


Kabupaten Sumbawa Barat, BAPPEDA berfungsi sebagai lembaga koordinasi
bagi instansi teknis, DPU berfungsi sebagai instansi teknis operasional
pengelolaan persampahan, KLH berfungsi sebagai lembaga pembinaan dan
pengembangan pengelolaan persampahan, Dinas Kesehatan dan Dinas
Pertanian & Kehutanan berfungsi sebagai instansi pendukung pengelolaan
persampahan.

PT GUMI ADIMIRA 1-5


9-5

Anda mungkin juga menyukai