LAPORAN AKHIR
MASTER PLAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
BAB I
PENDAHULUAN
Menurunnya kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak
lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era reformasi,
otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah di Indonesia.
Penurunan kinerja tersebut ditunjukkan oleh berbagai hal seperti menurunnya kapasitas
SDM karena banyaknya pergantian personil yang sebelumnya pernah terdidik dalam bidang
persampahan melalui program training atau capacity building, tidak jelasnya organisasi
pengelola sampah karena adanya perubahan kebijakan pola maksimal dan pola minimal suatu
Dinas, menurunnya alokasi APBD bagi pengelolaan sampah, menurunnya penerimaan
retribusi (secara nasional hanya dicapai 22 %), menurunnya tingkat pelayanan (tingkat
pelayanan dari data BPS tahun 2000 hanya 32 % yang sebelumnya pernah mencapai 50 %),
menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar menjadi open dumping dan timbulnya friksi
antar daerah / sosial, tidak adanya penerapan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan lain-lain.
Mengacu pada berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia serta
adanya tuntukan pemenuhan komitmen Internasional seperti Agenda 21 mengenai
pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA (3 R), Prinsip Dublin Rio, MDGs
(millenium development goals) mengenai peningkatan separo jumlah masyarakat yang belum
mendapatkan akses pelayanan pada tahun 2015, Kyoto Protocol mengenai mekanisme
pembangunan bersih (CDM) dan lain-lain, menuntut adanya suatu kebijakan nasional yang
tegas dan realistis yang dapat digunakan sebagai acuan bagi daerah dalam meningkatkan
sistem pengelolaan persampahan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah agar arah pengelolaan persampahan
dilakukan secara terpola dan tersistem dengan baik termasuk standarisasi kelembagaan dan
SDM pengelola serta inovasi dan usaha-usaha yang mendukung peningkatan kelembagaan
dan SDM, termasuk peluang-peluang bisnis dalam pengelolaan persampahan.
4) Analisis
Melakukan analisis data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
meningkatkan pola pelayanan persampahan. Metode analisis dapat dilakukan secara
deskriptif, maupun metode lain.
5) Penyusunan Perencanaan
Master plan persampahan, meliputi :
- Proyeksi perkembangan penduduk
- Proyeksi volume sampah
- Pengembangan aspek institusi
- Pengembangan aspek teknis (kebutuhan prasarana dan sarana persampahan,
pewadahan, pegumpulan, pemindahan, pengolahan / 3R, pengangkutan dan
pembuangan akhir). Prasarana yang bersifat pengembangan fisik seperti prasarana
TPST, Transfer Depo, dll.
- Pengembangan aspek pembiayaan (kebutuhan biaya investasi selama kurun waktu
perencanaan, biaya operasi dan pemeliharaan per tahun serta perhitungan tarif
retribusi).
- Pengembangan aspek pengaturan (penyempurnaan perda termasuk untuk
kerjasama regional dan usulan penerapannya)
- Pengembangan aspek peran serta masyarakat (usulan program penyuluhan, pilot
project penanganan sampah berbasis masyarakat, pola pendidikan dan lain-lain)
6) Penyusunan laporan kegiatan
1.4 KELUARAN
a. Indikator Keluaran (kualitatif)
Tersedianya dokumen Perencanaan Teknis dan Manajemen Pengelolaan Persampahan
yang mencakup Teknis Operasional, Pengembangan Institusi, Pengembangan Aspek
Pembiayaan, Aspek peraturan, dan peranserta masyarakat/ swasta.
b. Keluaran (kuantitatif)
1 (satu) paket produk laporan Perencanaan Teknis, dan Manajemen Pengelolaan
Persampahan (Master Plan Persampahan) Kabupaten Sumbawa Barat.
1.5 PELAPORAN
Selama pelaksanaan kegiatan sesuai waktu kontrak yang ditetapkan, penyedia jasa
konsultansi Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat diwajibkan
untuk membuat dan menyampaikan produk laporan yang dibagi menjadi 4 (empat)
tahapan sebagai berikut:
1) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan diserahkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan ini berisikan materi-
materi pokok yang mencakup metode dan rencana kerja konsultan.
2) Laporan Interim
Laporan Interim diserahkan paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah
SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan ini berisikan Kondisi Umum
daerah perencanaan, data kondisi eksisting dan sistem pengelolaan persampahan yang
ada, kriteria dan konsep perencanaan, sajian data hasil survey, dan lain-lain.
3) Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir diserahkan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
kalender setelah SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku laporan.
4) Laporan Akhir
Laporan akhir, berisikan seluruh hasil kegiatan Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat yang dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar yang
telah didiskusikan serta disetujui oleh tim teknis dan pihak terkait. Laporan akhir diserahkan
kepada pengguna jasa paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah penyerahan konsep
laporan akhir dan/atau 120 (seratus dua puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan.
BAB II
DASAR-DASAR
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
2.1. PENDAHULUAN
Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani sampah yang dihasilkan
penduduknya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan masyarakat serta
menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Pada awalnya, pemukiman seperti
pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang masih sangat rendah. Secara alami tanah /
alam masih dapat mengatasi pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana (gali
urug). Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,
sampah tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari lingkungan
hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin perlu untuk dikelola secara
profesional.
Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak tekanan terutama akibat
semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun
konsumen. Hal ini menjadi semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama
pengelolaan yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan;
yang kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu; yang
bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak
terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak
mengikuti ketentuan teknis. Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada
rendahnya kuantitas dan kualitas pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan
lingkungan dalam pengelolaan; yang bila tidak segera dilakukan perbaikan akan berdampak
buruk terhadap kepercayaan dan kerjasama masyarakat yang sangat diperlukan untuk
menunjang pelayanan publik yang mensejahterakan masyarakat. Untuk dapat mengelola
sampah pemukiman atau kota yang sampahnya semakin banyak dengan masalah yang
kompleks, diperlukan adanya suatu system pengelolaan yang mencakup lembaga atau
institusi yang dilengkapi dengan peraturan, pembiayaan / pendanaan, peralatan penunjang
yang semuanya menjadikan suatu system, disamping kesadaran masyarakat yang cukup
tinggi.
a. Penanganan Setempat
Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh
penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara
lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan
masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.
b. Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan penanganan
sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota. Pengelolaan sampah
secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena cakupan berbagai aspek
yang terkait. Aspek – aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek
institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peran serta
masyarakat.
2) Karakteristik Sampah
Data mengenai karakteristik kimia sampah dapat dilakukan dengan cara analisa di
laboratorium. Data ini erat kaitannya dengan komposisi fisiknya, apabila komposisi
organiknya tinggi, maka biasanya kandungan airnya tinggi, nilai kalornya rendah, kadar
abunya rendah, berat jenisnya tinggi. Karakteristik sampah di Indonesia rata-rata memiliki
kadar air 60 %, nilai kalor 1000 – 1300 k.cal/kg, kadar abu 10 – 11 % dan berat jenis 250
kg/m3.Data ini penting dalam menentukan pertimbangan dalam memilih alternatif
pengolahan sampah dengan cara pembakaran (insinerator). Sebagai contoh sampah yang
memiliki kadar air tinggi (> 55 %), nilai kalor rendah (< 1300 kcal / kg), berat jenis tinggi (>
200 kg / m3) tidak layak untuk dibakar dengan insinerator.
3) Sumber Sampah
Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan, yaitu :
Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan
Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial
Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum
Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial
Klasifikasi kategori sumber sampah tersebut pada dasarnya juga dapat menggambarkan
klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk menilai tingkat
kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan menentukan pola subsidi
silang.
Daerah Perumahan (rumah tangga)
Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :
Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)
Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)
Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh (Low income / slum
area)
Daerah komersial
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan dan lain-lain.
Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan hotel restauran bioskop salon
kecantikan industri dan lain-lain
Fasilitas umum
4) Pola Operasional
Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir (Gambar 2.1.)
Pewadahan
Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampah sendiri
sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola dan atau
swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan operasionalnya,
tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah untuk
sampah basah dan sampah kering
Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali
sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari
Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan alat
angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan lahan
cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah
teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur)
Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol, pusat
perdagangan, taman kota dan lain-lain.
Pemindahan
Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk) dilakukan di
trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan.
Lokasi pemindahan haru dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m.
Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih
besar dari 25 km.
Pengangkutan
Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah pelayanan
tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika dengan
memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa
Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time motion
study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.
Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat
Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan
kemampuan pemeliharaan
Pengolahan
Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus
dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan
Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin), pemanfaatan
gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas metan TPA (landfill
gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant mechanism) karena secara
significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim
global.
Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota dan
skala regional.
Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana, SDM
dan kemudahan operasional
Pembuangan akhir
Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari lingkungan, maka
jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan terdekat > 500 m, ke airport
1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet). Selain itu muka air
tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K < 10-6 cm/det.
Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill (untuk
kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar dan metropolitan)
dengan “sistem sel”
Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase keliling
dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone)
Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar kedap
air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring atau landfill
gas extraction untuk mngurangi emisi gas.
Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer, excavator,
loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup
Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkala dengan
ketebalan 20 - 30 cm
Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidak dapat
dilakukan secara harian
Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan bekas TPA
Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah ditutup
terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi sampah menjadi
gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah penutupan TPA
Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan membutuhkan
tenaga terdidik yang memadai
Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan terbuka hijau.
pengelolaan dapat diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi pengelola sampah tersebut mempunyai tugas tidak hanya memberikan
pelayanan kebersihan kota saja, tetapi juga mampu mengembangkan kapasitas dan potensi
yang ada dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat.
Hal-hal yang mempengaruhi kebutuhan akan bentuk institusi yang mengelola persampahan
suatu kota adalah kategori kota, status kota dan jumlah penduduk. Makin besar suatu kota
maka besaran produksi sampah yang harus dikelola akan makin banyak sehingga kebutuhan
akan sarana prasarana persampahanpun akan meningkat. Kebutuhan dana otomatis juga
meningkat sejalan dengan itu. Kompleksitas permasalahan akan semakin besar apabila tidak
diimbangi dengan profesionalisme penanganan sampah.
Mengacu pada kebijaksanaan dan strategi nasional pembangunan bidang persampahan
serta ketentuan kelembagaan yang ada, yaitu Kepmendagri No. 80/1994, bahwa institusi
pengelola persampahan untuk kota metropolitan dan kota besar pada prinsipnya diarahkan
menjadi Perusahaan Daerah Kebersihan atau Dinas Kebersihan Pola Maksimal atau Dinas
Kebersihan Pola Minimal atau Suku Dinas Kebersihan (Pola Maksimal) atau Suku Dinas
Pekerjaan Umum (Pola Minimal).
Aspek Institusi & manajemen meliputi :
a) Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana persampahan dapat dilakukan secara
sendiri atau terpadu oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Swasta dan masyarakat
b) Bentuk institusi dan struktur organisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, secara
umum bentuk institusi yang ada adalah perusahaan daerah kebersihan (PDK), dinas
kebersihan (DK), dinas kebersihan dan pertamanan (DKP), seksi kebersihan dan lain-
lain. Struktur organisasi sebaiknya mencerminkan kegiatan utama penangan sampah dari
sumber sampei TPA termasuk memiliki bagian perencaan, retribusi, penyuluhan dan
lain-lain.
c) Instansi pengelola persampahan sebaiknya memiliki pola kerja sama dengan instansi
terkait termasuk PLN (untuk kerjasama penarikan retribusi) dan kerja sama antar kota
untuk pola penangangan sampah secara regional dan kerja sama dengan masyarakat atau
perguruan tinggi.
d) SDM sebaiknya memiliki keahlian bidang persampahan baik melalui pendidikan formal
(ada staf yang memiliki latar belakang pendidikan teknik lingkungan, ekonomi, ahli
manajemen dll) dan training bidang persampahan.
e) Kegiatan pengelolaan sampah yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat, menjadi
Tarif Retribusi
a) Biaya untuk penyediaan prasarana dan sarana pengumpulan serta pengelolaannya yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri dikenakan pada anggota masyarakat yang mendapat
pelayanan dalam bentuk iuran (besarnya ditentukan melalui musyawarah dan mufakat)
dan dikordinasikan dengan pihak instansi pengelola persampahan
b) Biaya untuk pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau
swasta untuk kepentingan masyarakat dibebankan kepada masyarakat dalam bentuk
retribusi kebersihan. Biaya pengelolaan tersebut meliputi biaya investasi dan biaya
operasi dan pemeliharaan
c) Penentuan tarif retribusi disusun berdasarkan asas keterjangkauan /willingness to pay
(secara umum kemampuan masyarakat membayar retribusi adalah 1 -2 % dari income)
dan subsidi silang dari masyarakat berpenghasilan tinggi ke masyarakat berpenghasilan
rendah dan dari sektor komersial ke non komersial tanpa meninggalkan prinsip ekonomi
/ cost recovery (minimal 80 %, 20 % merupakan subsidi Pemerintah kota/kab untuk
pembersihan fasilitas umum).
d) Mekanisme penarikan retribusi selain dilakukan langsung oleh instansi pengelola juga
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan PLN, PDAM, RT/RW dan lain-lain sesuai
dengan kondisi daerah pelayanan.
e) Aspek Pembiayaan dalam Sistem Pengelolaan Persampahan mempunyai peran penting
dalam menjalankan roda operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan.
Berbagai masalah penanganan sampah yang timbul pada umumnya disebabkan oleh
adanya keterbatasan dana, seperti keterbatasan dana investasi peralatan, dana operasi dan
pemeliharaan sehingga kualitas pelayanan sampah sangat ditentukan oleh harga satuan
per meter 3 sampah. Besaran biaya satuan ini bahkan dapat digunakan sebagai indikator
tingkat efisiensi atau keberhasilan pengelolaan sampah disuatu kota. Tanpa ditunjang
dana yang memadai, akan sulit mewujudkan kondisi kota yang bersih dan sehat.
f) Kebutuhan biaya pengelolaan sampah ini akan meningkat sejalan dengan tingkat
pelayanan atau volume sampah yang harus dikelola. Pihak institusi pengelola
persampahan dituntut untuk dapat merencanakan kebutuhan dana secara akurat setiap
tahunnya agar roda pengelolaan dapat terus berjalan sesuai dengan tujuan utama, yaitu
mewujudkan kota bersih dan sehat.
g) Meskipun tanggung jawab pengelolaan persampahan sebenarnya ada pada pihak Pemda
tingkat II (PP 14/1987), tetapi Pemerintah Pusat tetap memberikan bantuan sebagai
wujud pembinaan. Sesuai dengan Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pembangunan
bidang Persampahan, bahwa untuk mencapai target tingkat pelayanan 60 % - 80 % pada
Pelita VI, Pemerintah Pusat telah memberikan bantuan proyek berupa peralatan
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan alat berat untuk TPA. Bantuan ini bersifat
stimulan sehingga Pemda diminta untuk dapat mengoperasikan, memelihara dan
mengembangkannya. Selain itu Pemerintah Pusat juga memberikan bantuan teknis
berupa Studi/Perencanaan dan Pedoman Teknis serta bantuan Pelatihan.
h) Pada saat ini kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan
sistem pengelolaan sampah adalah tidak saja dana investasi yang terbatas tetapi juga
keterbatasan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan tersebut, sehingga optimalisasi penggunaan peralatan yang ada kurang
memadai.
Kemitraan
a) Pemerintah memberikan peluang kepada pihak swasta untuk menyelenggarakan
pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana persampahan serta dapat
menciptakan iklim investasi yang kondusif
b) Kemitraan dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh kegiatan system
pembangunan persampahan, termasuk melakukan upaya pengendalian pencemaran
lingkungan.
c) Pola kemitraan dapat dilakukan melalui studi kelayakan dengan memperhatikan
keterjangkauan masyarakat, kemampuan Pemda, peluang usaha dan keuntungan swasta.
d) Kemitraan dapat dilakukan dengan sistem BOO, BOT, kontrak manajemen, kontrak
konsesi dan lain-lain.
b. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap
yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber
dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial
menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya
air lindi dari bak kendaraan.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x,
hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain.
Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini
akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara
langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya
pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat
teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di lokasi pembungan
sampah jjuga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.
Asap juga seringkali timbul di lokasi tersebut akibat terbakarnya tumpukan sampah baik
secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan
sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat
mengganggu daerah sekitarnya.
c. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran.
Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar
pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk
menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lindi yang timbul di lokasi
pembuangan sampah sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya. Pada lahan
yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi
yang lebih rendah. Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang
belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar
lindi yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama
air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga
mematikan biota yang ada.
d. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah
organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini
terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan
pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
e. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat
mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari
kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai. Ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran sampah
dari truk pengangkut yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut.
Ceceran sampah tersebut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya Sarana
pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber
pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi pembuangan sampah
umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi /
tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.
g. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem,
gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah
sensitif di sekitarnya.
Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah
disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah
sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas
kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat
berat yang ada.
h. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan
sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini
secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf
hidup mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan
mengambil langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI
3-1
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Menurut penggunaannya sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah
berpengairan teknis (40.93 Ha), selainnya berpengairan setengah teknis, sederhana, tadah
hujan dan lain-lain. Berikut lahan kering yang dipakai untuk perkarangan/lahan untuk
bangunan dan halaman sekitarnya sebesar 10.48 ha dari total bukan lahan sawah. Persentase
itu merupakan yang terbesar, dibandingkan persentase penggunaan bukan lahan sawah lain.
3. Keadaan Iklim
Seperti daerah lainnya di Kabupaten Sumbawa Barat atau wilayah yang beriklim tropis
ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan
berlangsung antara bulan November – April. Sedangkan musim kemarau berlangsung antara
bulan Mei hingga Oktober. Akan tetapi karena perubahan klimatologi global maka terjadi
3-2
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim. Suhu udara di
Kabupaten Sumbawa Barat pada pagi hari berkisar antara 18 – 23 0C, sedangkan disiang hari
suhu udara berkisar antara 27 – 35 0C, dengan kelembaban udara rata-rata 80%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 3.3. Curah Hujan Per Bulan Menurut Stasion Pencatat di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2014
No Bulan Jereweh Seteluk Jumlah Total Rata-rata Average
-1 -2 -3 -4 -5
1 Januari 55 511 566 283
2 Pebruari 158 210 368 184
3 Maret 99 80 179 89.5
4 April 0 188 188 94
5 Mei 0 89 89 44.5
6 Juni 6 104 110 55
7 Juli 0 32 32 16
8 Agustus 0 0 0 0
9 September 0 15 15 7.5
10 Oktober 28 385 413 206.5
3-3
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
4. Topografi
Secara umum kondisi topografi wilayah Kabupaten Sumbawa Barat cukup beragam,
mulai dari datar, bergelombang hingga curam dengan ketinggian berkisar antara 10 – 700
meter dpl. Wilayah dengan kemiringan datar digunakan untuk kegiatan pertanian dan
permukiman, sedangkan wilayah dengan kelerengan curam hingga sangat curam merupakan
kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung.
Bentuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat bervariasi dari bentuk datar sampai agak
curam dengan klasifikasi sebagai berikut :
100,000
Gambar 3.3. Grafik Luas kemiringan Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2014
3-4
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Berdasarkan bentuk morfologi wilayah Sumbawa bagian Barat terdiri atas beberapa
satuan morfologi, yaitu pedataran yang meliputi 20% - 30%. Wilayah yang termasuk pada
satuan morfologi pedataran ini diantaranya beberapa wilayah di pesisir pantai dan sekitar
sungai besar dengan batuan-batuan penyusunnya adalah batuan kuarter sebagai hasil
sedimentasi dari sungai dan pantai (aluvium). Sedangkan satuan morfologi perbukitan
bergelombang terjal mendominasi morfologi wilayah ini. Morfologi perbukitan ini tersusun
oleh batuan-batuan gunung api / produk vulkanik seperti lava, Breksi, tuff, dan batuan lain
adalah batu gamping terumbu hasil pengendapan laut.
Kabupaten Sumbawa Barat, terbagi dalam 8 kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari
6 kelurahan dan 57 desa. Kecamatan Taliwang merupakan kecamatan terbesar dengan 8 desa
dan 57 lingkungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut berikut :
Jumlah
No Kecamatan Ibu Kota Dusun/
Kelurahan Desa
Lingkungan
1. Sekongkang Sekongkang Bawah 0 7 21
2. Jereweh Beru 0 5 17
3. Maluk Benete 0 4 15
4. Taliwang Kuang 7 8 57
5. Brang Ene Manemeng 0 6 18
6. Brang Rea Tepas 0 9 32
7. Seteluk Steluk Tengah 0 10 35
8. Poto Tano Senayan 0 8 25
Jumlah 7 57 220
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.
3-5
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
3.3. Kependudukan
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Berdasarkan Proyeksi Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Sumbawa
Barat tahun 2014 tercatat 129.724 jiwa. Dilihat dari komposisi gender, jumlah penduduk laki-
laki masih lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan dengan sex ratio mencapai 103
atau dengan kata lain setiap 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki-laki. Jika
dikelompokkan menurut usia maka dapat dilihat bahwa penduduk Sumbawa Barat
didominasi oleh penduduk usia muda dimana penduduk usia produktif lebih banyak
dibanding penduduk lansia. Meskipun demikian penduduk muda dengan umur 15 tahun juga
relatif besar. Dilihat dari persebarannya penduduk Sumbawa Barat masih terkonsentrasi di
Wilayah Kecamatan Taliwang yang merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan.
Kepadatan penduduk di wilayah ini tercatat mencapai 132 jiwa/km2 pada tahun 2014. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
3-6
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 3.6. Banyaknya Rumahtangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014
No Kecamatan Jumlah
1. Sekongkang 9191
2. Jereweh 9462
3. Maluk 13325
4. Taliwang 49795
5. Brang Ene 5778
6. Brang Rea 14160
7. Seteluk 17485
8. Poto Tano 10528
Jumlah 129.724
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka 2015.
2. Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat belum menyebar secara merata di seluruh wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat. Umumnya, penduduk banyak menumpuk di Kecamatan
Taliwang. Secara rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tercatat sebesar
52 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah terpadat adalah Kecamatan Taliwang dengan
tingkat kepadatan 96 orang setiap kilometer persegi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2014
3-7
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Keberadaan prasarana dan sarana merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan
penting dalam menunjang pelaksanaan pembangunan di suatu daerah. Oleh sebab itu,
keberadaannya merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan, guna mendukung dan
menunjang kesukseskan pelaksanaan pembangunan yang sedang berjalan.
1. Prasarana Perekonomian
Fasilitas kota yang tersedia untuk fasilitas ekonomi adalah pasar,pegadaian, bank dan
koperasi, serta beberapa warung/kios yang tersebar pada masing-masing Kecamatan. Di
Kecamatan Taliwang banyaknya bank/BMT sebanyak 5 buah dan koperasi sebanyak 102 unit
yang tersebar di beberapa kelurahan.
3. Prasarana Listrik
Kebutuhan terhadap pelayanan listrik di kawasan Kabupaten Sumbawa Barat
sepenuhnya dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Ranting Taliwang.
Kebutuhan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat dari jangkauannya, pelayanan
listrik telah mencapai seluruh kawasan Kabupaten Sumbawa Barat bahkan seluruh Kelurahan
telah terlayani. Produksi listrik pada tahun 2014 mencapai 21.337.029 Kwh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.
3-8
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 3.8. Banyaknya Pelanggan, Pemakai Dan Nilai Air Pada PDAM Sumbawa
Barat 2004-2014
No Fasilitas kesehatan 2004 2005 2006 2014
1 Pelanggan 388 341 288 237
2 Pemakai air (M3) - - - 42.660
3 Nilai Air (Rp.000) 3.750.000 - - -
4 Rata-rata Pemakaian 10 11 12 15
Air/Pelangganan (M3)
5 Rata-rata Tarif per M3 (Rp) 400 400 400 400
6 Persentase Kenaikan Setahun
(%)
a. Konsumen 0.00 -12.11 -15.54 -17.71
b. Pemakaian 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Nilai 0.00 0.00 0.00 0.00
d. Tarif 0.00 10.00 9.09 25.00
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat, 2014.
Tabel 3.9. Perkembangan Produksi Listrik PT. PLN (Persero) Wilayah XI Cab.
Sumbawa Tahun 2014
3-9
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Jalan sebagai sarana penunjang pembangunan harus memiliki kualifikasi yang baik
dengan kondisi yang mendukung pula. Panjang ruas jalan di Kabupaten Sumbawa Barat pada
akhir tahun 2014 adalah 308.560 km, yang terdiri dari jalan negara sepanjang 43.610 km
dengan kondisi baik (100% aspal); jalan propinsi sepanjang 118.820 km dengan kondisi baik
(75.600 km aspal); dan jalan kabupaten sepanjang 146.130 km dengan kondisi baik (71.500
km aspal). Sedangkan sisanya dalam kondisi sedang, rusak dan rusak berat.
Menurut kondisinya, persentase jalan kabupaten di wilayah Sumbawa Barat berupa aspal
dan kerikil sekitar 53.600 km dan 19.900 km. Sedangkan menurut kualitas jalan tercatat
71.500 km baik, 15.700 km sedang, 21.800 km rusak dan 37.130 km rusak berat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini :
Tabel 3.10. Status Konstruksi Jalan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014
Status Jalan
No. Uraian Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/Kota
(Km) (Km) (Km)
1. Jenis Permukaan 43.610 118.820 146.130
a. Aspal 43.610 88.820 53.600
b. Tanah - - 72.630
c. Kerikil - 30.000 19.900
d. Tidak dirinci - - -
2. Kondisi Jalan 43.610 118.820 146.130
a. Baik 43.610 75.600 71.500
b. Sedang - 5.600 15.700
c. Rusak - 5.520 21.800
d. Rusak Berat - 32.100 37.130
3. Kelas Jalan 43.610 118.820 146.130
a. Kelas I 43.610 88.820 -
b. Kelas II - - -
c. Kelas III - - 146.130
d. Kelas III A - - -
e. Kelas III B - - -
f. Kelas III C - - -
g. Kelas Tidak Dirinci - 30.000 -
Sumber : BPS Kab. Sumbawa Barat, 2014.
5. Angkutan Darat
Kendaraan bermotor merupakan angkutan darat utama. Pada tahun 2014, jumlah
3-10
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
kendaraan bermotor di Sumbawa Barat mencapai 2.532 kendaraan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini : Pola Pergerakan Penduduk. Pergerakan penduduk
Kabupaten Sumbawa Barat ke kawasan kota dipengaruhi oleh kedudukan kota sebagai pusat
pemerintahan, jasa, pusat kegiatan sosial ekonomi penduduk serta berada pada jalur kawasan
strategis sehingga kawasan kota Taliwang merupakan pusat orientasi pergerakan penduduk
sekitarnya. Kondisi tersebut akan memacu perkembangan wilayahnya.
3-11
PT. GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
BAB IV
POLA PIKIR PELAKSANAAN
PEKERJAAN
KEBIJAKAN DI SASARAN
BIDANG PENINGKATAN
PERSAMPAHAN PELAYANAN
PERSAMPAHAN
KEBUTUHAN
TINGKAT
PENINGKATAN
PELAYANAN
PERSAMPAHAN PELAYANAN STANDAR DAN
PERSAMPAHAN KRITERIA
DI WILAYAH
STUDI
PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN
PEREKONOMIAN
DI WILAYAH
STUDI
3. Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak dan tanggung jawabnya.
Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut Institusi/ Lembaga pengelola
persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan kurang memuaskan (akibat diberlakukannya
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
kelembaban pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan dipelajari
dan dipahami.
b. Sosial Ekonomi
Kepemerintahan antara lain : struktur organisasi pemerintah kota, pembagian dan
batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-masing wilayah.
Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun dan
kepadatan penduduk. data-data ini penting untuk dianalisa dan dihitung dalam
kurun waktu 15 (lima belas) tahun mendatang. Perkiraan laju pertumbuhan dan
arah penyebaran penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan
rencana kota menurut RUTRK/Renstra, dsb.
Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kabupaten Sumbawa Barat
edisi terakhir.
Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain
pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan dalam
berbagai kategori.
Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa Barat
antara lain : jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.
Fasilitas yang dimiliki Kabupaten Sumbawa Barat, seperti : pertokoan,
perniagaan, hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan,
tempat ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. data-data ini diperlukan untuk
menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk
menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.
Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif
retribusi sampah yang akan diusulkan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun
mendatang.
c. Kesehatan Masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. Untuk
mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas sanitasi
yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan masyarakat
dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.
d. Rencana Pengembangan Kota
Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat akan menjadi acuan bagi
penyusunan perencanaan teknis dan manajemen persampahan ini dapat terintegrasi
dengan rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.
Arah dan sasaran pembangunan kota, potensi yang dikembangkan di waktu
mendatang, berbagai sektor ekonomi yang meliputi kegiatan usaha dengan berbagai
kegiatan pelayanan dan lingkungan hidup serta permasalahannya merupakan salah
satu faktor penting dalam proses penyusunan studi ini.
Demikian juga halnya dengan rencana pengembangan fasilitas kota termasuk sarana
dan prasarana pengelolaan pesampahan.
e. Sistem Pengelolaan Eksisting
Pengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai
satu tujuan. Bentuk interaksi mi mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen
yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut
adalah:
1. Organisasi dan Manajemen
2. Teknik Operasional
3. Pembiayaan dan Retribusi
4. Ketentuan dan Peraturan
Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum di kumpulkan,
dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari
pewadahan adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga
mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika.
TIMBULAN SAMPAH
PEWADAHAN
PENGUMPULAN
PEMINDAHAN DAN
PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah dikelola dengan baik oleh setiap pemilik
persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor penunjang keberhasilan operasi
pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan akan tercapai apabila orang mau membuang
sampah kedalamnya, dan pewadahan tersebut mampu mengisolasi sampah terhadap segala
sesuatu di sekitarnya. Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain
pewadahan adalah sifat, bahan, warna, volume dan konstruksinya, yang harus memenuhi
persyaratan praktis, ekonomis, estetis dan higienis. Secara umum, bahan pewadahan sampah
Berdasarkan tempat sumber timbulannya, bahan dan jenis wadah sampah padat
diuraikan sebagai berikut :
Container besi
Kantong plastik
Kantong kertas
Container besi
Kantong plastik
Bak tembok
Container besi
Cara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau secara
mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran dan bentuk serta
perlengkapannya. Ukuran wadah menggunakan tenaga orang (manual) misalnya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diangkat dan beratnya diperhitungkan mampu
bagi seseorang untuk mengangkatnya. Sedangkan wadah yang menggunakan tenaga
mekanik, ukuran dan berat penuhnya disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan angkutannya
(load-haul atau compactor truck).
Lokasi penempatan wadah pada umumnya belum seragam. Untuk wadah sampah
yang pengambilannya menggunakan tenaga orang, lokasi ada yang ditempatkan di depan
rumah, di belakang rumah, di tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Demikian pula cara
penempatannya ada yang ditempatkan di udara terbuka dan ada yang diberi alat pelindung/
atap.
Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber
timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus
diangkut ke tempat pembuangan akhir. Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai
dengan periodesasi tertentu. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu
pembusukkan sampah, yaitu kurang lebih berumur 2 – 3 hari, yang berarti pengumpulan
sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun biasanya
operasinya lebih mahal.
pencegahan banjir.
Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir (TPA).
Keberhasilan kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya kegiatan/
sistim pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truck
dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana/ investasi
yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan pembuangan akhir.
Pekerjaan pengangkutan pada pokoknya membawa sampah makin menjauhi daerah sumber.
Arah pengangkutan biasanya relatif jauh keluar kota. Dasar alasan adalah kemungkinan
adanya rencana pengembangan kota masalah pengangkutan biasanya timbul seiring dengan
keharusan truk melewati jalan-jalan dalam kota. Kenyataan memperlihatkan bahwa tidak
semua jalan sesuai untuk dilewati truk tanpa menimbulkan gangguan pada kelancaran lalu
lintas. Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan
lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup
berpengaruh terhadap kenyamanan disekitarnya. Kesan kotor biasanya terjadi karena tetesan
air dan hamburan material sampah selama perjalanan.
komunal dan pengumpulan pun dilakukan oleh petugas dari tempat ini. Pada pola pewadahan
komunal, setiap rumah tangga tetap harus memiliki pewadahan individual, yang pada periode
tertentu dibuang sendiri oleh pemilik rumah ke wadah komunal. Pada beberapa literatur,
pewadahan diklasifikasikan termasuk dalam proses pengumpulan, karena memang sarana
pewadahan sangat berkaitan erat dengan proses pengumpulan, baik desain kapasitas alatnya
maupun pola yang diterapkan.
Pengumpulan
a. Pola Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah umumnya dapat dibagi atas:
Individual langsung
Individual tidak langsung
Komunal langsung
Komunal tidak langsung
1. Pola individual langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-
masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA, tanpa melalui proses pemindahan.
Persyaratan:
Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 8%) sehingga alat pengumpul non
mesin sulit beroperasi
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.
Kondisi dan jumlah alat memungkinkan
Jumlah timbulan sampah besar (>0,5 m3/hari)
2. Pola individual tidak langsung
Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah masing-
masing sumber sampah dan diangkut ke TPA dengan sarana pengangkut melalui proses
pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan kebutuhan alat angkut (truk), tetapi
membutuhkan kemampuan pengendalian personil dan alat yang lebih kompleks. Pola ini baik
untuk daerah dengan partisipasi aktif masyarakat yang rendah. Dan alat pengumpul masih
mampu menjangkau sumber secara langsung. Pola ini membutuhkan persyaratan sebagi
berikut :
Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan
Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak), maka dibutuhkan
Pemindahan
Kegiatan pemindahan terdapat pada pola pengumpulan tak langsung, yaitu
pengumpulan oleh alat bukan jenis truk. Sampah dari alat pengumpul (gerobak/ sejenisnya)
Pengangkutan
Fase pengangkutan merupakan tahapan membawa sampah dari lokasi pemindahan
atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA.Hal yang penting dalam proses
pengangkutan adalah penentuan route pengangkutan, berupa penetapan titik pengambilan,
jadwal operasi dan pola pengangkutan. Untuk menentukan route pengangkutan sampah
tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Kewajiban bagi para petugas untuk melaporkan hasil operasinya, sehingga volume
sampah yang terangkut setiap pengangkutan dapat diketahui
2. Pola Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah yang dialkukan dengan sistem stasiun pemindahan (transfer
depo), proses pengangkutan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan transfer
depo untuk mengangkut sampah langsung ke TPA
- Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit
berikutnya.
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container pola pengangkutan adalah
sebagai berikut :
a. Sistim container yang diangkut
Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama untuk
mengambil/ mengangkut sampah langsung ke TPA. Dari TPA kendaraan
tersebut dengan container kosong kembali ke lokasi pertama tadi untuk
menurunkan container tersebut, dan kemudian menuju ke lokasi ke dua untuk
mengambil container yang berisi untuk diangkut ke TPA dan selanjutnya
mengembalikan container kosong tersebut ketempat semula. Demikian
seterusnya sampai pada shift terakhir.
b. Sistim container yang diganti
Kendaraan keluar dari pool dengan membawa container kosong menuju ke
lokasi container pertama untuk mengambil/ mengganti container yang berisi
sampah dan langsung membawanya ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut
dengan container kosong kembali menuju lokasi container kedua dan
kemudian menurunkan container kosong tersebut sekaligus mengambil
container yang telah penuh untuk dibawa ke TPA. Demikian seterusnya
sampai pada shift terakhir.
c. Sistim container tetap
Penyerapan sistim ini biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa
truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju ke lokasi
container pertama dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam
truck compactor dan diletakkan kembali container yang kosong itu ketempat
Beri Koson
si g
TPA
TPA
3. Sistim Container tetap
TPA
Compactor Truck
1. Individual
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/ kumuh, taman kota, jalan, pasar.
Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannya
adalah umum. Karakteristiknya adalah:
Gerobak sampah 1 m3
BAB 2Truck
Dump
BAB 3 Door to
door
(compactor truck).
BAB 4
Container komunal, gerobak dan transfer komunal, transfer station atupun truk pemadat
Diam
Truck
4. Daerah Pertokoan
Untuk daerah pertokoan dapat digunakan beberapa cara:
Gerobak sampah 1 m3
Peralatan Pengangkutan
pemindahannya.
Pemilihan sistem dan pemilihan peralatan operasional persampahan saling berkaitan erat.
Pemilihan jenis peralatan pada masing-masing komponen operasional sangat tergantung dari
sistem atau pola operasional yang digunakan. Demikian pula pemilihan sistem operasional
sangat tergantung pada kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah setempat.
Pewadahan
Penentuan segi baik dan buruknya suatu bentuk pewadahan dinilai dari hubungannya
sebagai pendukung pekerjaan penanganan berikutnya, yaitu pengumpulan, pekerjaan ini
umumnya dilakukan oleh petugas kota atau swadaya masyarakat. Para petugas dituntut untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan target yang telah ditentukan. Efektifitas kerja harus tinggi
dan dilakukan melalui efisiensi waktu, untuk mencapai target tersebut. Sehubungan dengan
hal ini maka cara pewadahan harus dapat memberikan kemudian dalam pekerjaan
pengumpulan.
Tujuan pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau
yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa
sehingga tidak – atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.
- Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan,
air dan udara.
Pembuangan Akhir
Yang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah cara yang digunakan untuk
memusnahkan sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan mapun
Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir
(TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan
sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru.
Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah
dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga
manusia.
Keuntungan :
Merupakan perbaikan dari pada cara open dumping yaitu dengan menambahkan
lapisan tanah penutup di atas sampah.
Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh
timbunan sampah harus ditutup dengan lapisan tanah.
Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah penutup.
Keuntungan :
Sampah buangan
TAHAP PERTAMA
TAHAP AKHIR
OPEN DUMPING
6.1 Saluran
Persamp
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Saluran persampahan
Lapisa tanah
penutup harian
(t=20cm)
6.3 Rumah
Rumahjaga pos
6.2 Sampah
6.4 Jalan Jaga Pos Lapisa tanah penutup
Pipa aliran gas Buangan
Call
Masuk harian (t=20cm)
TPA
6.5 Rumah
6.7 Saluran
6.6 Jalan Jaga Pos
Persamp
Masuk
ahan
TPA
1. Persiapan
4. Analisis
yang telah dilengkapi dengan hasil evaluasi untuk menetapkan upaya yang diperlukan
untuk memperbaiki/mengatasi persoalan yang dihadapi saat ini. Formulasi masalah
dan rencana perbaikan tersebut dijadikan dasar untuk menyusun konsep peningkatan
kinerja pengelolaan persampahan Kabupaten Sumbawa Barat dalam bentuk
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat.
Hasil analisis tentang pengelolaan persampahan saat ini dan formulasi masalah beserta
rencana perbaikan digunakan untuk menyusun Master Plan Pengelolaan Sampah
Kabupaten Sumbawa Barat. Master Plan tersebut akan terdiri atas Penyusunan
Perencanaan Pengelolaan persampahan sampai 25 tahun kedepan yaitu tahun 2031
Perencanaan teknis dan manajemen persampahan meliputi :
- Proyeksi perkembangan penduduk
- Proyeksi volume sampah
- Pengembangan aspek institusi
Pengembangan aspek teknis (kebutuhan prasarana dan sarana persampahan,
pewadahan, pegumpulan, pemindahan, pengolahan/3R, pengangkutan dan
pembuangan akhir). Selain itu juga diperlukan rencana kebutuhan dukungan
Prasarana dan Sarana dalam rangka mendukung pengoperasian TPA Kota Taliwang
yang merupakan TPA yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir sampah di
Kabupaten Sumbawa Barat, dengan peta dan gambar dengan skala sesuai ketentuan
7. Finalisasi
Setelah konsep Master Plan terebut disusun, mak dilakukan kegiatan pembahasan
dengan instansi terkait. Hasil pembahasan berupa masukan dan perbaikan akan
digunakan untuk menyempurnakan konsep tersebut.Secara lebih jelas tahapan
metodologi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Selain faktor teknis tersebut, maka beberapa faktor non teknis perlu disepakati pada
saat pembahasan laporan pendahuluan. Antara lain perlu disepakati bahwa untuk menunjang
pelaksanaan survei ini maka administrasi untuk survei diharapkan dapat segera diselesaikan
oleh pihak Proyek Pemberi Tugas, dan pembahasan dilakukan tepat waktu sesuai jadwal,
serta asistensi dengan tim teknis dapat dilakukan secara teratur agar persoalan yang
ditemukan pada pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pemanfaatan
waktu dapat dilakukan secara efisien.
Laporan Akhir (final) berupa penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir setelah
mendapatkan masukan dari diskusi konsep Laporan Akhir. Laporan Akhir ini akan
diserahkan 4 minggu setelah penyerahan laporan Konnsep Akhir.
4-29
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
BAB V
KONDISI EKSISTING
PENGELOLAAN SAMPAH
5.1.UMUM
Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 kecamatan dengan luas 1849,02 km2. Sumber
penghasil sampah di kawasan ini adalah daerah-daerah permukiman, sektor-sektor kegiatan
ekonomi, taman lingkungan dan tempat-tempat fasilitas umum. Pengelolaan sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan dengan Sanitary Landfill (SLF). Sampah
dibuang di tempat pembuangan lokal di sekitar rumah dan kemudian dibakar. Sedangkan
sebagian penduduk di daerah pesisir membuang sampah dan limbah rumah tangga langsung
ke laut, karena aturan tentang pembuangan sampah tidak ada, sehingga sampah dan limbah
rumah tangga yang dibuang ke laut dibawa kembali oleh ombak, apalagi pada saat air pasang,
dan kembali lagi dan menyebar atau menjadi tumpukan sampah di tepi pantai, dan bahkan ke
area permukiman penduduk.
2010 102921
2011 106009
2012 109189
2013 112465
2014 115839
2015 119314
2016 122893
2017 126580
2018 130377
2019 134289
2020 138317
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2016
5.1.4. Pembiayaan
Biaya pengelolaan sampah oleh Badan Lingkungan Hidup pada kawasan tertentu yaitu
sebagai pengelola sampah selama ini didanai dari dana APBD yang dimasukan sebagai
anggaran rutin pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan sistem keuangan negara yang
berlaku sekarang, semua sumber pendapatan dan belanja negara/daerah harus tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanjaa Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Tidak ada lagi anggaran yang dialokasikan melalui Inpres dan bentuk-
bentuk non-budgeter lainnya. Oleh karena itu pendanaan pengelolaan persampahan oleh
dinas akan bersumber dari APBD. Penerimaan daerah bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat
c. Penerimaan daerah dan lain-lain penerimaan yang sah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri bersumber dari: pajak daerah, retribusi daerah,
bagian laba dari BUMD dan lain-lain PAD yang sah. Penerimaan Daerah yang dimaksud di
atas dialokasikan penggunaanya ke sektor-sektor dan sub-sub sektor kegiatan sesuai
peruntukan dan kebutuhan sebagaimana direncanakan di daerah. Retribusi daerah termasuk
retribusi persampahan/kebersihan adalah bagian dari PAD. Penerimaan retribusi dimasukkan
ke dalam Kas Dinas Pendapatan Daerah, digabung dengan pajak- pajak dan sumber
penerimaan lainnya. Dengan cara ini, sifat dari dan perlakuan terhadap retribusi sebenarnya
tidak berbeda dengan pajak. Dengan demikian sistem yang berlaku tidak memungkinkan
untuk mengkaitkan retribusi tertentu dengan pelayanan tertentu. Juga tidak mungkin
mengetahui kemana atau untuk apa saja penerimaan retribusi persampahan digunakan.
4 RSUD Asy Syifa Container Sampah 4 Sampah permukiman 6 m3 Diambil oleh petugas
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
BAB VI
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN
RENCANA
Pembahasan ini didasari atas kondisi pengeloaan sampah yang mengacu pada
perencanaan di wilayah yang menjadi pengembangan dengan melihat dasar kebijakan
dan ketentuan yang sudah ada.
Visi tersebut dilandasi oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan
dan pemberi motivasi dalam membangun Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut :
dari semua produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output
lainnya di pasar.
2. Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam
melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan
pembangunan, meliputi lima kelompok bidang yaitu geografis & sumberdaya alam,
perekonomian, sosial budaya & sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan
pemerintahan & pelayanan umum.
Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat
dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan
daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi kondisi umum
berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa depan. Visi yang dihasilkan
melalui cara ini disebut visi pembangunan.
Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas
(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dan
kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai pelaku
usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri merupakan pemicu
dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu mempunyai keterkaitan ke
belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu (penyediaan input dan usaha
pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam mendorong pembangunan sektor
hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil agroindustri) dengan dukungan berbagai
kelembagaan penunjang agribisnis.
3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan yang
mampu menstimulasi pengembangan sumberdaya manusia yang beriman taqwa
(IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif
dalam pembangunan.
Tingkat pelayanan sampah Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 18,64%, pada saat
ini masih banyak dijumpai sampah TPS yang tidak terangkut secara rutin dan masih
banyak masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong/sungai karena
kurangnya sarana dan prasarana serta karena kondisi geografis atau jarak tempuh
yang jauh. Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan
pengumpulan sampah secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen
internasional sudah disepakati untuk mendorong peningkatan pelayanan yang lebih
tinggi kepada masyarakat. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2019
yang mengarah pada pencapaian 100% penduduk juga telah ditetapkan bersama, dan
perlu dioperasionalisasi melalui strategi-strategi yang tepat.
2. Pengembangan Pengaturan
Kebijakan : Pengembangan Peraturan dan Perundangan
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-
aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk
menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara
bertanggungjawab.
3. Pengembangan Kelembagaan
Kebijakan : Pengembangan Kelembagaan
4. Pengembangan Keuangan
Kebijakan : Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan
Disamping masyarakat, pihak swasta atau dunia usaha juga memiliki potensi yang
besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Pihak swasta
dapat sebagai mitra pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan,
Strategi :
pelaksanaan 3R.
Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengan pemberian insentif
yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa melakukan kegiatan 3R.
Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,
pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat
kelurahan dan lain-lain. Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut harus
diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang memadai. Strategi
ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
persampahan di sumber
Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan sampah
melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan daur ulang) di
permukiman
Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil
melaksanakan reduksi sampah
Replikasi model-model best practice
Strategi :
Melaksanakan Litbang dan aplikasi teknologi penanganan sampah tepat guna dan
berwawasan lingkungan
Kekeliruan dalam pemilihan teknologi perlu segera dihentikan dengan
memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. Disamping itu juga sangat
diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan teknologi
yang paling sesuai dengan kondisi sampah di Indonesia pada umumnya. Rencana
tindak yang diperlukan adalah :
Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA
Penyusunan pedoman waste-to-energy
2. Pengembangan Pengaturan
Kebijakan : Pengembangan Peraturan dan Perundangan
Strategi:
Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara
konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya.
Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah mendapat
pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan tindakan pengenaan sanksi
terhadap pelaku penyimpangan baik dari unsur pemerintah, masyarakat, swasta,
dan lain-lain untuk membina setiap pemangku kepentingan melaksanakan tugas
3. Pengembangan Kelembagaan
Kebijakan : Pengembangan Kelembagaan
Strategi :
4. Pengembangan keuangan
Kebijakan : Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan
Strategi :
Strategi :
media massa
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
6. Pengembangan Menyamakan persepsi para pengambil Sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para
alternatif sumber keputusan dalam pengelolaan persampahan dan pengambil keputusan (eksekutif & legislatif)
pembiayaan kebutuhan anggaran Pengalokasian anggaran persampahan
Mendorong peningkatan pemulihan biaya Penyusunan pedoman penyusunan rencana biaya,
persampahan pengelolaan keuangan, penyusunan tarif restribusi.
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Hasil Analisis Konsultan, 2016
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 6.2. Data Kawasan Kota dan Desa Per Kecamatan di Kabupaten
Sumbawa Barat
Jumlah Kepadatan
Tahun/Density (per km2)
No Kecamatan Ibu Kota
Dusun/ Luas
Kelurahan Desa Penduduk Kepadatan
Lingkungan (Km2)
1. Sekongkang Sekongkang 0 7 21 25 36 144
Bawah
2. Jereweh Beru 0 5 17 132 41 67
3. Maluk Benete 0 4 15 74 66 70
4. Taliwang Kuang 7 8 57 25 36 144
5. Brang Ene Manemeng 0 6 18 132 41 67
6. Brang Rea Tepas 0 9 32 74 66 70
7. Seteluk Steluk 0 10 35 25 36 144
Tengah
8. Poto Tano Senayan 0 8 25 132 41 67
Jumlah 7 57 220 1849,02 129.724 74
a. Tujuan
Tujuan pengelolaan sampah secara teknis dicapai melalui dua kegiatan utama
yaitu pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah terdiri dari
rangkaian upaya mengurangi timbulan sampah yang dilakukan melalui kegiatan
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.Penanganan sampah adalah rangkaian upaya dalam pengelolaan
sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah.
b. Target
Tabel 6.3. Matrik Rencana Penanganan Sampah Kota Kabupaten Sumbawa Barat
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penanganan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 25%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (2 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017 Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
1 motor & pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk TPA/Kontainer : 75 %
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
Penyiapan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU No TPS 3R skala
2018 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 20 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan Armroll truck :
sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
dari kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (70
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Pemrosesan akhir
sampah (80%);
TPA (CLF/SLF)
Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
peningkatan TPA, dll)
2019
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten Pengolahan sampah di
Sumbawa Barat proses diajukan Tentang Retribusi Pelayanan TPS 3R skala kawasan
Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
Pemilahan sampah;
Pengumpulan sampah
(pengambilan dan
2020
pemindahan dengan
motor/pickup);
TPA/Kontainer : 50 %
2
Penyempurnaan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala
2021 No 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 40 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
2022 open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Penyusunan dan penyempurnaan AMDAL atau UKL/UPL Armroll truck :
2023 atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
dari kontainer
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan Pengolahan sampah (45
2024 masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
2025 persampahan yang bersifat menengah (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
peningkatan TPA, dll)
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di
Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi TPS 3R skala kawasan
Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2026 Pemrosesan akhir
sampah (50%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan
motor & pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan TPS 3R skala
2030 Kelurahan dan
kecamatan : 50 %
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan Pengangkutan sampah;
3 2031 sesuai dengan perencanaan
Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Armroll truck :
2032 pengangkutan sampah
dari kontainer
Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pengolahan sampah (45
2033
%);
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pengolahan sampah
2034 3R di beberapa kawasan mandiri : 20 %
Kampanye dan edukasi yang menerus TPS 3R skala kawasan
2035
dan kota : 27 %
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif Pemrosesan akhir
maupun mekanisme penarikannya sampah (40%);
2036
Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan TPA (CLF/SLF)
atau TPA/CDM)
WTE & Inchenerator
Sumber :Hasil Analisis Konsultan 2016
Tabel 6.4. Matrik Rencana Penanganan Sampah Desa Kabupaten Sumbawa Barat
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penanganan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 25%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (2 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017 Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
motor & pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk TPA/Kontainer : 75 %
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
1
Penyiapan PERDA/Perbup yang sesuai dengan NSPK dan UU TPS 3R skala
No 18/2008 Kelurahan dan
kecamatan : 28 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA Pengangkutan sampah;
open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
Penyusunan kegiatan swadaya nasyarakat atau kajian Armroll truck :
lingkungan sesuai kebutuhan pengangkutan sampah
2018 dari kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (70
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R %);
Pemrosesan akhir
sampah (70%);
TPA (CLF/SLF)
Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah, mandiri: 20 %
2 peningkatan TPA, dll)
2019
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten Pengolahan sampah di
Sumbawa Barat proses diajukan Tentang Retribusi Pelayanan TPS 3R skala kawasan
Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2020 Pemilahan sampah;
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
yang berlaku pemindahan dengan
motor/pickup);
TPA/Kontainer : 50 %
Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di
Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi TPS 3R skala kawasan
Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan kota: 20 %
2026 Pemrosesan akhir
sampah (40%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
3 dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan
motor & pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan TPS 3R skala
2030 Kelurahan dan
kecamatan : 50 %
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan Pengangkutan sampah;
2031 sesuai dengan perencanaan
Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Armroll truck :
2032 pengangkutan sampah
dari kontainer
Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pengolahan sampah (45
2033
%);
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pengolahan sampah
2034 3R di beberapa kawasan mandiri : 20 %
Kampanye dan edukasi yang menerus TPS 3R skala kawasan
2035
dan kota : 30 %
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif Pemrosesan akhir
maupun mekanisme penarikannya sampah (30%);
2036
Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan TPA (CLF/SLF)
atau TPA/CDM)
WTE & Inchenerator
Sumber : Hasil Analisis Konsultan 2016
2. Kriteria Perencanaan
Kriteria perencanaan aspek teknis untuk masing-masing sub sistem diuraikan sebagai
berikut :
angkut truk dan jumlah ritasi yang dapat dicapai ke tujuan pengangkutan.
Apabila jarak angkutan ke lokasi tujuan (TPA) tergolong jauh (>30 km)
dan volume yang diangkut lebih besar dari 1000 ton/hari, maka
perencanaan armada pengangkutan sampah perlu memperhitungkan
adanya suatu transfer station agar efisiensi biaya angkutan dapat
ditingkatkan melalui upaya pemadatan sampah dan mengganti moda
angkutan yang lebih besar kapasitasnya.
1) TPS 3R
TPS 3R termasuk skala lingkungan hunian dilaksanakan dengan
metode berbasis masyarakat.
Keberadaan TPS 3R dapat diintegrasikan dengan sistem pengelolaan
sampah berbasis masyarakat seperti bank sampah.
Persyaratan TPS 3R harus memenuhi persyaratan teknis seperti:
Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;
Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling
sedikit 5 (lima) jenis sampah;
TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah
6) Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi
persyaratan, TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan
urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:
TOTAL
Pelayanan Sampah m3/hari 270,61 492,14 694,81
Dibawa ke TPA (C1+C4) m3/hari 236,78 344,50 347,41
Melewati TPS 3R kecamatan m3/hari 64,27 246,07 416,89
Residu dari TPS 3R kec (C4) m3/hari 30,44 98,43 69,48
Total Pengomposan (K1) m3/hari 24,52 98,43 208,44
Total Daur Ulang (D1) m3/hari 9,30 49,21 138,96
Total Prasarana Kecamatan
Gerobak unit 83 119 119
Motor sampah unit 13 45 73
Container untuk sampah ke TPA unit 44 61 61
Armroll truck unit 13 19 19
Lahan TPA
Timbulan sampah lt/org/hari 2,56 2,76 3,06
Kapasitas pengolahan org.tahun/Ha 337.117 313.050 281.619
Luas TPA Ha 4,12 5,99 6,04
Sumber: Hasil analisis konsultan 2016
1. Wadah sampah terpilah untuk menampung sampah dari sumbernya, disediakan oleh
masing-masing rumah tangga (individual)
4. Motor sampah, direncanakan untuk melayani daerah pelayanan TPS 3R (C2), karena
jarak tempuhnya lebih jauh (1 TPS 3R untuk 1 kecamatan), Motor sampah kapasitas
1,5 m3 dengan ritasi sebanyak 4 kali per hari (2 di pagi hari dan 2 di sore hari),
digunakan untuk mengumpulkan sampah dari rumah-rumah penduduk ke TPS 3R
kecamatan
5. Truk sampah jenis armroll truck, untuk mengangkut container sampah ke TPA, baik
container berisi residu sampah dari TPS 3R yang langsung dibawa ke zona landfill,
maupun container berisi sampah yang dibawa ke bagian pengolahan di TPA
6. TPA sampah : Umur teknis rencana TPA 10 Tahun, kedalaman landfill 15 meter,
Tinggi tumpukan 10 meter, faktor bentuk lahan 0,7, sampah tidak terkompaksi 0,33
7. TPS 3R untuk sebagai tempat transfer dan pengolahan sampah, direncanakan 1 unit
setiap kecamatan, Kapasitas TPS 3R disesuaikan dengan estimasi jumlah timbulan
di masing-masing kecamatan daerah pelayanan. Kapasitas alat :
Gerobak 1 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit
Motor sampah 1,5 m3/unit, 4 kali ritasi/hari/unit
Container 6 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit
Armrol truck 6 m3/unit, 3 kali ritasi/hari/unit
Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2016 berjumlah 136.077 jiwa. Rata-rata
tingkat pertumbuhan penduduk berdasarkan trend pertumbuhan penduduk adalah
2,42% pertahun. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut, dilakukan
proyeksi jumlah penduduk selama 10 tahun perencanaan menggunakan metode
geometrik. Hasil proyesksi pertumbuhan penduduk ditampilkan pada Tabel 4.7 dan
Gambar 6.1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat
pada tahun 2026 berjumlah 219.499 jiwa. Laju timbulan sampah dihitung dengan
menggunakan data tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,42%, pertumbuhan
sektor industri negatif (tidak diperhitungkan), pertumbuhan sektor pertanian negatif
(tidak diperhitungkan) dan laju peningkatan pendapatan per kapita 3,20%. Hasil
perhitungan laju timbulan sampah (Cs) adalah 1,06 %/tahun.
1 + + + /3
=
[1 + ]
[ ( , %)/ ]
= [
= 1,11%
, %]
1 Sekongkang
Jmlh.Penduduk Jiwa
9.641 10.358 12.245 15.552
Timbulan sampah lt/org/hari 2,48 2,56 2,76 3,06
Total Timbulan m3/hari
23,91 26,52 33,76 47,66
ton/hari
5,55 6,16 7,84 11,06
2 Jereweh
Jmlh.Penduduk Jiwa
9.925 10.663 12.606 16.010
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
24,61 27,30 34,75 49,06
ton/hari
5,71 6,34 8,07 11,39
3 Maluk
Jmlh.Penduduk Jiwa
13.978 15.017 17.752 22.547
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
3
Total Timbulan m /hari
34,66 38,44 48,94 69,09
ton/hari
8,05 8,92 11,36 16,04
4 Taliwang
Jmlh.Penduduk Jiwa
52.234 56.117 66.340 84.256
Timbulan sampah lt/org/hari
2,48 2,56 2,76 3,06
200,000 172,826
136,077142,741
150,000
100,000
50,000
-
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036
Tahun Proyeksi
700.00 627.82
585.97
600.00 476.44 510.47 546.92
500.00 415.05 444.69
349.31 374.26
400.00
300.00
200.00
100.00
-
2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035
Tahun perencanaan
Komposisi sampah di Kabupaten Sumbawa Barat saat ini didominasi oleh materi
organik dengan prosentase terbesar sebesar 68,84% dan komposisi sampah tersebut
diprediksikan tidak berubah signifikan pada tahun mendatang.
68.84% Kayu
Kain / Tekstil
0
Karet
B3
Lain-lain
POTENSI
KOMPOSISI PROSENTASE POTENSI
NO DAUR RESIDU
SAMPAH (%) KOMPOS
ULANG
GARBAGE
I Sampah
67,48% 50,00% 17,48%
organik
RUBBISH
Kertas 10,77% 9,00% 1,77%
Kaca gelas 1,60% 0,50% 1,10%
Plastik 11,62% 10,00% 1,62%
Logam 1,00% 1,00% 0,00%
II Kayu 3,55% 3,55%
Kain /
0,65% 0,20% 0,45%
Tekstil
Karet 1,14% 0,30% 0,84%
B3 0,40% 0,00% 0,40%
Lain-lain 1,79% 0,00% 1,79%
TOTAL 100,00% 21,00% 50,00% 29,00%
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2016
3
Kebutuhan armroll = Volume timbulan sampah ke TPA + residu 3R(m /hari)
3
6 m /unit/ritasi x 4 kali ritasi/hari
Tabel 6.9. Rencana Sarana Prasarana Pelayanan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2017 s/d 2036
T a h a p I T a h a p II T a h a p III
N o U r a ia n S a tu a n
2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 5 2 0 2 6 2 0 2 7 2 0 2 8 2 0 2 9 2 0 3 0 2 0 3 1 2 0 3 2 2 0 3 3 2 0 3 4 2 0 3 5 2 0 3 6
1 S e k o n g k a n g
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 9 ,7 2 3 6 ,9 1 4 5 ,8 5 6 7 ,8 0 7 0 ,1 8 7 2 ,6 4 7 5 ,1 9 7 7 ,8 3 8 0 ,5 6 8 3 ,3 9 8 6 ,3 1 8 9 ,3 4 9 2 ,4 7 9 5 ,7 2 9 9 ,0 8 1 0 2 ,5 5 1 0 6 ,1 5 1 0 9 ,8 8 1 1 3 ,7 3 1 1 7 ,7 2
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 9 ,7 2 3 3 ,2 2 4 0 ,1 2 5 7 ,6 3 5 7 ,9 0 5 8 ,1 1 5 8 ,2 7 5 8 ,3 7 5 8 ,4 0 5 8 ,3 7 5 8 ,6 9 5 8 ,9 6 5 9 ,1 8 5 9 ,3 5 5 9 ,4 5 5 9 ,4 8 5 9 ,4 5 5 9 ,3 3 5 9 ,1 4 5 8 ,8 6
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,9 7 7 ,3 8 1 0 ,8 9 1 8 ,6 4 2 1 ,9 3 2 5 ,4 2 2 9 ,1 4 3 3 ,0 8 3 7 ,2 6 4 1 ,6 9 4 4 ,0 2 4 6 ,4 6 4 9 ,0 1 5 1 ,6 9 5 4 ,4 9 5 7 ,4 3 6 0 ,5 1 6 3 ,7 3 6 7 ,1 0 7 0 ,6 3
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 0 1 2 1 4 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 2 4 4 5 5 6 7 7 8 8 9 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 2 1 2
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7
2 J e re w e h
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 8 ,3 2 3 5 ,1 7 4 3 ,6 9 6 4 ,6 0 6 6 ,8 7 6 9 ,2 1 7 1 ,6 4 7 4 ,1 6 7 6 ,7 6 7 9 ,4 5 8 2 ,2 4 8 5 ,1 2 8 8 ,1 1 9 1 ,2 0 9 4 ,4 0 9 7 ,7 2 1 0 1 ,1 4 1 0 4 ,6 9 1 0 8 ,3 7 1 1 2 ,1 7
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 8 ,3 2 3 1 ,6 5 3 8 ,2 3 5 4 ,9 1 5 5 ,1 7 5 5 ,3 7 5 5 ,5 2 5 5 ,6 2 5 5 ,6 5 5 5 ,6 2 5 5 ,9 2 5 6 ,1 8 5 6 ,3 9 5 6 ,5 5 5 6 ,6 4 5 6 ,6 8 5 6 ,6 4 5 6 ,5 3 5 6 ,3 5 5 6 ,0 9
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,8 3 7 ,0 3 1 0 ,3 8 1 7 ,7 7 2 0 ,9 0 2 4 ,2 2 2 7 ,7 6 3 1 ,5 2 3 5 ,5 0 3 9 ,7 3 4 1 ,9 4 4 4 ,2 6 4 6 ,7 0 4 9 ,2 5 5 1 ,9 2 5 4 ,7 2 5 7 ,6 5 6 0 ,7 2 6 3 ,9 4 6 7 ,3 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 0 1 1 1 3 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 2 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 2
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7
3 M a lu k
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 4 3 ,7 1 5 4 ,2 9 6 7 ,4 4 9 9 ,7 2 1 0 3 ,2 2 1 0 6 ,8 4 1 1 0 ,5 9 1 1 4 ,4 7 1 1 8 ,4 9 1 2 2 ,6 4 1 2 6 ,9 5 1 3 1 ,4 0 1 3 6 ,0 1 1 4 0 ,7 9 1 4 5 ,7 3 1 5 0 ,8 4 1 5 6 ,1 3 1 6 1 ,6 1 1 6 7 ,2 8 1 7 3 ,1 5
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 4 3 ,7 1 4 8 ,8 6 5 9 ,0 1 8 4 ,7 6 8 5 ,1 6 8 5 ,4 7 8 5 ,7 1 8 5 ,8 5 8 5 ,9 0 8 5 ,8 5 8 6 ,3 2 8 6 ,7 3 8 7 ,0 5 8 7 ,2 9 8 7 ,4 4 8 7 ,4 9 8 7 ,4 3 8 7 ,2 7 8 6 ,9 9 8 6 ,5 8
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 4 ,3 7 1 0 ,8 6 1 6 ,0 2 2 7 ,4 2 3 2 ,2 6 3 7 ,3 9 4 2 ,8 5 4 8 ,6 5 5 4 ,8 0 6 1 ,3 2 6 4 ,7 4 6 8 ,3 3 7 2 ,0 9 7 6 ,0 2 8 0 ,1 5 8 4 ,4 7 8 9 ,0 0 9 3 ,7 3 9 8 ,7 0 1 0 3 ,8 9
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 1 5 1 7 2 0 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 2 9 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 2 9 2 9
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 2 3 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 1 1 2 1 3 1 3 1 4 1 5 1 5 1 6 1 7 1 8
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 8 9 1 0 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 8 9 9 1 0 1 0
4 T a liw a n g
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 4 ,1 0 1 7 ,5 2 2 1 ,7 6 3 2 ,1 7 3 3 ,3 0 3 4 ,4 7 3 5 ,6 8 3 6 ,9 3 3 8 ,2 3 3 9 ,5 7 4 0 ,9 6 4 2 ,3 9 4 3 ,8 8 4 5 ,4 2 4 7 ,0 1 4 8 ,6 6 5 0 ,3 7 5 2 ,1 4 5 3 ,9 7 5 5 ,8 6
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 4 ,1 0 1 5 ,7 6 1 9 ,0 4 2 7 ,3 5 2 7 ,4 7 2 7 ,5 8 2 7 ,6 5 2 7 ,7 0 2 7 ,7 1 2 7 ,7 0 2 7 ,8 5 2 7 ,9 8 2 8 ,0 8 2 8 ,1 6 2 8 ,2 1 2 8 ,2 3 2 8 ,2 1 2 8 ,1 6 2 8 ,0 6 2 7 ,9 3
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,4 1 3 ,5 0 5 ,1 7 8 ,8 5 1 0 ,4 1 1 2 ,0 6 1 3 ,8 3 1 5 ,7 0 1 7 ,6 8 1 9 ,7 8 2 0 ,8 9 2 2 ,0 4 2 3 ,2 6 2 4 ,5 3 2 5 ,8 6 2 7 ,2 5 2 8 ,7 1 3 0 ,2 4 3 1 ,8 4 3 3 ,5 2
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
5 B ra n g E n e
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 5 ,0 5 1 8 ,6 9 2 3 ,2 2 3 4 ,3 3 3 5 ,5 3 3 6 ,7 8 3 8 ,0 7 3 9 ,4 1 4 0 ,7 9 4 2 ,2 2 4 3 ,7 0 4 5 ,2 4 4 6 ,8 2 4 8 ,4 7 5 0 ,1 7 5 1 ,9 3 5 3 ,7 5 5 5 ,6 4 5 7 ,5 9 5 9 ,6 1
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 5 ,0 5 1 6 ,8 2 2 0 ,3 1 2 9 ,1 8 2 9 ,3 2 2 9 ,4 2 2 9 ,5 1 2 9 ,5 6 2 9 ,5 7 2 9 ,5 6 2 9 ,7 2 2 9 ,8 6 2 9 ,9 7 3 0 ,0 5 3 0 ,1 0 3 0 ,1 2 3 0 ,1 0 3 0 ,0 4 2 9 ,9 5 2 9 ,8 0
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,5 0 3 ,7 4 5 ,5 1 9 ,4 4 1 1 ,1 0 1 2 ,8 7 1 4 ,7 5 1 6 ,7 5 1 8 ,8 7 2 1 ,1 1 2 2 ,2 9 2 3 ,5 2 2 4 ,8 2 2 6 ,1 7 2 7 ,5 9 2 9 ,0 8 3 0 ,6 4 3 2 ,2 7 3 3 ,9 8 3 5 ,7 7
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 6 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4
6 B ra n g R e a
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 1 4 ,7 3 1 8 ,2 9 2 2 ,7 2 3 3 ,5 9 3 4 ,7 7 3 5 ,9 9 3 7 ,2 6 3 8 ,5 6 3 9 ,9 2 4 1 ,3 2 4 2 ,7 7 4 4 ,2 7 4 5 ,8 2 4 7 ,4 3 4 9 ,0 9 5 0 ,8 2 5 2 ,6 0 5 4 ,4 5 5 6 ,3 6 5 8 ,3 3
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 4 ,7 3 1 6 ,4 6 1 9 ,8 8 2 8 ,5 6 2 8 ,6 9 2 8 ,8 0 2 8 ,8 7 2 8 ,9 2 2 8 ,9 4 2 8 ,9 2 2 9 ,0 8 2 9 ,2 2 2 9 ,3 3 2 9 ,4 1 2 9 ,4 6 2 9 ,4 7 2 9 ,4 6 2 9 ,4 0 2 9 ,3 0 2 9 ,1 7
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 1 ,4 7 3 ,6 6 5 ,4 0 9 ,2 4 1 0 ,8 7 1 2 ,6 0 1 4 ,4 4 1 6 ,3 9 1 8 ,4 6 2 0 ,6 6 2 1 ,8 1 2 3 ,0 2 2 4 ,2 9 2 5 ,6 1 2 7 ,0 0 2 8 ,4 6 2 9 ,9 8 3 1 ,5 8 3 3 ,2 5 3 5 ,0 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 5 6 7 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
7 S e te lu k
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 2 3 ,0 5 2 8 ,6 3 3 5 ,5 6 5 2 ,5 8 5 4 ,4 3 5 6 ,3 4 5 8 ,3 1 6 0 ,3 6 6 2 ,4 8 6 4 ,6 7 6 6 ,9 4 6 9 ,2 9 7 1 ,7 2 7 4 ,2 4 7 6 ,8 4 7 9 ,5 4 8 2 ,3 3 8 5 ,2 2 8 8 ,2 1 9 1 ,3 0
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 2 3 ,0 5 2 5 ,7 7 3 1 ,1 1 4 4 ,6 9 4 4 ,9 0 4 5 ,0 7 4 5 ,1 9 4 5 ,2 7 4 5 ,3 0 4 5 ,2 7 4 5 ,5 2 4 5 ,7 3 4 5 ,9 0 4 6 ,0 3 4 6 ,1 0 4 6 ,1 3 4 6 ,1 0 4 6 ,0 2 4 5 ,8 7 4 5 ,6 5
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 2 ,3 0 5 ,7 3 8 ,4 5 1 4 ,4 6 1 7 ,0 1 1 9 ,7 2 2 2 ,6 0 2 5 ,6 5 2 8 ,9 0 3 2 ,3 3 3 4 ,1 4 3 6 ,0 3 3 8 ,0 1 4 0 ,0 9 4 2 ,2 6 4 4 ,5 4 4 6 ,9 3 4 9 ,4 3 5 2 ,0 4 5 4 ,7 8
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 8 9 1 1 1 5 1 5 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 1 0
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 4 5 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5
8 P o to T a n o
P e la y a n a n S a m p a h m 3
/h a ri 6 ,7 3 8 ,3 6 1 0 ,3 8 1 5 ,3 5 1 5 ,8 9 1 6 ,4 5 1 7 ,0 3 1 7 ,6 3 1 8 ,2 4 1 8 ,8 8 1 9 ,5 5 2 0 ,2 3 2 0 ,9 4 2 1 ,6 8 2 2 ,4 4 2 3 ,2 3 2 4 ,0 4 2 4 ,8 8 2 5 ,7 6 2 6 ,6 6
P e n g e lo la a n S a m p a h (m 3 /h a r i)
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 6 ,7 3 7 ,5 2 9 ,0 9 1 3 ,0 5 1 3 ,1 1 1 3 ,1 6 1 3 ,2 0 1 3 ,2 2 1 3 ,2 3 1 3 ,2 2 1 3 ,2 9 1 3 ,3 5 1 3 ,4 0 1 3 ,4 4 1 3 ,4 6 1 3 ,4 7 1 3 ,4 6 1 3 ,4 4 1 3 ,3 9 1 3 ,3 3
M a s u k k e T P S 3 R (C 2 ) m 3 /h a ri 0 ,6 7 1 ,6 7 2 ,4 7 4 ,2 2 4 ,9 7 5 ,7 6 6 ,6 0 7 ,4 9 8 ,4 4 9 ,4 4 9 ,9 7 1 0 ,5 2 1 1 ,1 0 1 1 ,7 1 1 2 ,3 4 1 3 ,0 1 1 3 ,7 0 1 4 ,4 3 1 5 ,2 0 1 6 ,0 0
P ra s a ra n a P e rk o ta a n K e c a m a ta n
G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
C o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
T O T A L
P e la y a n a n S a m p a h m 3 /h a ri 1 7 5 ,4 0 2 1 7 ,8 6 2 7 0 ,6 1 4 0 0 ,1 5 4 1 4 ,1 9 4 2 8 ,7 3 4 4 3 ,7 7 4 5 9 ,3 4 4 7 5 ,4 6 4 9 2 ,1 4 5 0 9 ,4 1 5 2 7 ,2 9 5 4 5 ,7 9 5 6 4 ,9 4 5 8 4 ,7 6 6 0 5 ,2 8 6 2 6 ,5 2 6 4 8 ,5 0 6 7 1 ,2 6 6 9 4 ,8 1
D ib a w a k e T P A ( C 1 + C 4 ) m 3 /h a ri 1 7 5 ,4 0 1 9 6 ,0 8 2 3 6 ,7 8 3 4 0 ,1 3 3 4 1 ,7 1 3 4 2 ,9 8 3 4 3 ,9 2 3 4 4 ,5 1 3 4 4 ,7 1 3 4 4 ,5 0 3 4 6 ,4 0 3 4 8 ,0 1 3 4 9 ,3 0 3 5 0 ,2 6 3 5 0 ,8 6 3 5 1 ,0 6 3 5 0 ,8 5 3 5 0 ,1 9 3 4 9 ,0 5 3 4 7 ,4 1
M e le w a ti T P S 3 R k e c a m a ta n m 3 /h a ri 1 7 ,5 4 4 3 ,5 7 6 4 ,2 7 1 1 0 ,0 4 1 2 9 ,4 4 1 5 0 ,0 5 1 7 1 ,9 6 1 9 5 ,2 2 2 1 9 ,9 0 2 4 6 ,0 7 2 5 9 ,8 0 2 7 4 ,1 9 2 8 9 ,2 7 3 0 5 ,0 7 3 2 1 ,6 2 3 3 8 ,9 6 3 5 7 ,1 2 3 7 6 ,1 3 3 9 6 ,0 4 4 1 6 ,8 9
R e s id u d a r i T P S 3 R k e c ( C 4 ) m 3 /h a ri 1 7 ,5 4 2 1 ,7 9 3 0 ,4 4 5 0 ,0 2 5 6 ,9 5 6 4 ,3 1 7 2 ,1 1 8 0 ,3 8 8 9 ,1 5 9 8 ,4 3 9 6 ,7 9 9 4 ,9 1 9 2 ,7 8 9 0 ,3 9 8 7 ,7 1 8 4 ,7 4 8 1 ,4 5 7 7 ,8 2 7 3 ,8 4 6 9 ,4 8
T o ta l P e n g o m p o s a n (K 1 ) m 3 /h a ri 6 ,5 8 1 6 ,3 4 2 4 ,5 2 4 2 ,5 2 5 0 ,4 8 5 8 ,9 5 6 7 ,9 5 7 7 ,5 1 8 7 ,6 6 9 8 ,4 3 1 0 6 ,9 8 1 1 6 ,0 0 1 2 5 ,5 3 1 3 5 ,5 9 1 4 6 ,1 9 1 5 7 ,3 7 1 6 9 ,1 6 1 8 1 ,5 8 1 9 4 ,6 6 2 0 8 ,4 4
L T o ta l D a u r U la n g ( D 1 ) m 3 /h a ri 2 ,1 9 5 ,4 5 9 ,3 0 1 7 ,5 1 2 2 ,0 0 2 6 ,8 0 3 1 ,9 0 3 7 ,3 2 4 3 ,0 9 4 9 ,2 1 5 6 ,0 4 6 3 ,2 7 7 0 ,9 5 7 9 ,0 9 8 7 ,7 1 9 6 ,8 4 1 0 6 ,5 1 1 1 6 ,7 3 1 2 7 ,5 4 1 3 8 ,9 6
A T o ta l P ra s a ra n a K e c a m a ta n
T
O G e r o b a k ( k a p a s ita s 1 m 3 ) u n it 6 2 7 0 8 3 1 1 8 1 1 8 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 9 1 1 9
T M o to r s a m p a h ( k a p a s ita s 1 ,5 m 3 ) u n it 8 1 1 1 3 2 2 2 4 3 1 3 3 3 7 4 1 4 5 4 6 4 9 5 3 5 5 5 9 6 1 6 3 6 8 7 0 7 3
c o n ta in e r u n tu k s a m p a h k e T P A ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 3 3 3 7 4 4 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 1 6 1
a r m r o ll tr u c k ( k a p a s ita s 6 m 3 ) u n it 1 0 1 1 1 3 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 2 0 1 9 1 9 1 9 1 9
T P S 3 R ( k a p a s ita s 1 0 m 3 ) u n it 2 4 6 1 1 1 3 1 5 1 7 2 0 2 2 2 5 2 6 2 7 2 9 3 1 3 2 3 4 3 6 3 8 4 0 4 2
L a h a n T P A
tim b u la n s a m p a h lt/o r g /h a r i 2 ,5 1 2 ,5 3 2 ,5 6 2 ,5 9 2 ,6 1 2 ,6 4 2 ,6 7 2 ,7 0 2 ,7 3 2 ,7 6 2 ,7 9 2 ,8 2 2 ,8 5 2 ,8 8 2 ,9 1 2 ,9 4 2 ,9 7 3 ,0 0 3 ,0 3 3 ,0 6
k a p a s ita s p e n g o la h a n o rg .ta h u n /H a 3 4 4 .3 2 7 3 4 0 .7 0 3 3 3 7 .1 1 7 3 3 3 .5 6 9 3 3 0 .0 5 8 3 2 6 .5 8 4 3 2 3 .1 4 7 3 1 9 .7 4 6 3 1 6 .3 8 0 3 1 3 .0 5 0 3 0 9 .7 5 5 3 0 6 .4 9 5 3 0 3 .2 6 9 3 0 0 .0 7 7 2 9 6 .9 1 9 2 9 3 .7 9 4 2 9 0 .7 0 2 2 8 7 .6 4 2 2 8 4 .6 1 5 2 8 1 .6 1 9
L u a s T P A H a 3 ,0 5 3 ,4 1 4 ,1 2 5 ,9 1 5 ,9 4 5 ,9 6 5 ,9 8 5 ,9 9 5 ,9 9 5 ,9 9 6 ,0 2 6 ,0 5 6 ,0 7 6 ,0 9 6 ,1 0 6 ,1 0 6 ,1 0 6 ,0 9 6 ,0 7 6 ,0 4
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Pendahuluan
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
6.2.2. Pengaturan
Aspek hukum dan peraturan berupa peraturan-peraturan daerah yang merupakan dasar
hukum pengelolaan persampahan, yang mengatur tentang ketentuan umum pengelolaan
kebersihan, bentuk institusi formal pengelola kebersihan, dan pembiayaan/retribusi sampah.
Rencana pengembangan peraturan daerah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi
2. Substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat diimplementasikan
untuk jangka panjang (20 tahun)
3. Penerapan Perda perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasan tertentu dan
penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari mulai
kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksi atas pelanggaran yang
terjadi.
4. Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya.
6. Peraturan yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah kota.
7. Membuat peraturan yang mengatur tentang tata cara pengelolaan sampah B3 dari
masyarakat maupun rumah sakit.
8. Membuat peraturan hukum yang mengatur tentang tata cara penyelenggaraan pengelolaan
sampah di perkotaan yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah.
9. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan dengan besaran
yang memadai dan fleksibel terhadap perubahan kondisi finanasial.
10. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban melaksanakan
pemenuhan system pengelolaan sampah dan larangan memperlakukan sampah yang
mengakibatkan gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan dan kesehatan umum
ditujukan kepada setiap pemeran baik perorangan atau badan.
11. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis/ master plan/ rencana
induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi kebijakan dan program
pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan pengelolaan prasarana lainnya.
12. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan
pengelolaan dan pembuangan akhir.
13. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peran serta swasta dalam
pengelolaan sampah.
14. Membuat peraturan khusus bagi masyarakat/operator yang membuang/melakukan
pengumpulan sampah secara sembarangan.
6.2.3. Kelembagaan
3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) bentuk lembaga yang
dianjurkan berupa dinas/suku dinas/unit pelaksana teknis daerah (UPTD) Dinas
Pekerjaaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.
4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) bentuk lembaga pengelolaan
sampah yang dianjurkan berupa dinas/suku dinas/UPTD, Dinas Pekerjaan Umum atau
seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.
Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya membentuk UPTD atau
kerjasama dengan swasta sebagai operator;
Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk jangka panjang
sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemen karena struktur
organisasi mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan-kegiatan
penanganan sampah yang harus senantiasa ditunjang dengan kapasitas serta kualitas SDM
yang memadai;
Sumbawa Barat yaitu Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan Lingkungan
Hidup tidak mempunyai wewenang penuh dalam mengatur anggaran dan keuangan,
sehingga program-program yang akan dilaksanakan tidak dapat segera direalisasikan
karena penentuan anggaran bukan wewenang penuh Dinas.
Pengelolaan sampah membutuhkan biaya yang besar, yang semakin hari semakin
meningkat dengan bertambahnya jumlah sampah yang harus dikelola. Sumber
pembiayaan diharapkan dapat diperoleh melalui pemasukan retribusi dari masyarakat
yang memanfaatkan pelayanan kebersihan. Namun saat ini hasil dari retribusi sampah
maupun pemanfaatan aset Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat tidak mencukupi untuk mengelola seluruh
sampah yang ada, selain itu dana retribusi yang masuk tidak dikelola langsung oleh
Bidang Kebersihan namun harus diserahkan ke kas daerah. Selanjutnya besarnya
anggaran pengelolaan sampah ditentukan oleh pemerintah daerah, yang besarnya
disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah, bukan berdasarkan kebutuhan nyata dinas.
2. Struktur Organisasi
Pada dasarnya struktur organisasi yang baik adalah terdapat bagian-bagian yang bertugas
sebagai perencana, bagian pelaksanaan dan bagian kontrol yang bertugas mengevaluasi
apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan rencana dan target yang diharapkan.
Dalam penyusunan struktur organisasi harus memperhatikan beban kerja dan
pengelompokan kerja, pembagian kerja yang seimbang, adanya pengendalian internal,
tentang kendali yang sesuai dengan batas kemampuan serta pola kerja yang terstruktur.
Struktur organisasi ini mengacu pada Pedoman Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan
Struktur Organisasi Dinas Pelaksana Daerah. Struktur organiasasi yang efesien akan
menunjang tujuan pengelolaan sampah. Dibeberapa negara yang sudah maju pengelolaan
sampah tidak hanya merupakan tanggung jawab satu lembaga/institusi, tetapi sangat
terkait dengan lembaga lainnya, baik dalam sistem perencanaan maupun pengawasan dan
kontrol dalam pelaksanaan.
hasil komposting serta limbah hasil pencucian plastik. Selain itu juga diharapkan
penelitian dan bantuan lainnya untuk mengurangi masalah-masalah lingkungan yang
ditimbulkan karena kegiatan pengelolaan sampah. Kerjasama lainnya juga diharapkan
dari instansi lainnya, terkait dengan jalur dan kondisi jalan yang digunakan dalam
transportasi sampah ke TPA maupun kerjasama dengan Dinas terkait, untuk menangani
kasus-kasus sampah yang berada di saluran atau badan air yang berpotensi sebagai salah
satu penyebab terjadinya genangan setiap kali musim hujan.
Terkait dengan retribusi saat ini Kabupaten Sumbawa Barat belum menarik retribusi
kemasyarakat. Karena itu perlu beberapa pertimbangan adanya variabel-variabel yang
harus dilihat dalam menetapkan tarif retribusi sampah seperti luas bangunan, jumlah
penduduk/KK, kegiatan-kegiatan incidential yang barangkali seringkali lolos dalam
pengamatan Bidang Kebersihan. Dengan demikian maka kinerja perlu ditingkatkan
dengan mengevaluasi seluruh target pelanggan sampah yang seharusnya dapat menjadi
target penerimaandan tidak terbatas hanya yang menjadi pelanggan listrik saja. Keperluan
pengembangan organisasi adalah pada penataan struktur dengan pertimbangan
keseimbangan beban kerja, spesifikasi tugas, dan prioritas pengembangan, mengingat
fungsi organisasi tidak hanya menangani kebersihan, tetapi mempunyai tugas lain yaitu
penanganan air limbah (IPLT).
3. Personil
Personil dalam manajemen persampahan meliputi staff dan tenaga operasional yang
jumlah dan kemampuannya harus mencukupi sesuai dengan tugasnya. Dalam menghitung
kebutuhan jumlah staff harus memperhatikan struktur organisasi dan beban tugas,
sedangkan kebutuhan jumlah tenaga operasional dihitung dengan memperhatikan desain
pengendalian, desain jumlah peralatan, desain operasional, kebutuhan akan tenaga
penunjang dan pembantu serta beban penugasan.
Kondisi saat ini jumlah personil yang terlibat dalam pengangkutan sampah belum
memenuhi. Dibutuhkan peningkatan kemampuan personil sesuai dengan tanggung
jawabnya yang dapat diperoleh melalui pendidikan khusus atau kursus-kursus.Dengan
dikembangkannya pengelolaan persampahan, baik secaraterknis maupun manajemen,
maka diperlukan pengembangan personil dalam jumlah dan kualitasnya. Pengembangan
jumlah personil adalah untuk mengisi kekosongan dan penyempurnaan struktur serta agar
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka diperlukan personil yang
membidangi tugasnya. Karena saat ini belum seluruh personil mempunyai keahlian
dibidang persampahan, maka diperlukan pengembangan kualitas personil melalui training
maupun kursus-kursus dibidang tersebut.
Struktur organisasi tidak cukup menggambarkan aktivitas maupun interaksi antar bagian,
sehingga perlu disusun suatu tata laksana kerja. Dalam suatu tata laksana kerja didapatkan
kejelasan lingkup tugas, wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit/
komponen organisasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tata
laksana kerja adalah penciptaan tingkat pembebanan yang merata, pendelegasian
wewenang yang proporsional dan berimbang, birokrasi yang jelas dan terukur, adanya
pengawasan, pelaporan dan evaluais hasil kerja. Selama ini yang terlihat lemah dalam
sistem ini adalah sistem pengawasan, pelaporan dan evaluasi kerja. Pengawasan tidak
hanya terkait dengan kinerja personil tapi juga pada kondisi sarana peralatan dan
bangunan yang digunakan.
Sebagai contoh dalam aspek kegiatan pengangkutan sampah, kondisi TPS yang tidak
bersih setelah jam operasional pengangkutan sampah dimana masih terdapat sampah yang
menumpuk, hal ini akan mengganggu kondisi lingkungan sekitar TPS, selain itu juga
berdampak pada kegiatan pengangkutan selanjutnya. Dengan peningkatan kemampuan
personil diharapkan pemahaman yang baik dan pentingnya setiap tahap kegiatan
pengelolaan sampah, sehingga sistem pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.
Untuk mencapai tata laksana kerja yang diharapkan, maka diperlukan penegasan tugas
dan tanggung jawab masing-masing unit organisasi, baik yang terkait secara struktural
maupun sebagai unit organisasi, baik yang sifatnya koordinasi. Penugasan harus
dituangkan dalam bentuk yuridis, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
pelaksanaannya.
Pendidikan dan latihan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu teknik dan manajemen yang
diperuntukkan bagi level manajemen menengah yaitu sub seksi keatas, teknik operasional
bagi pengawas ke bawah dan pendidikan khusus bagi karyawan dalam tugasnya
membutuhkan keahalian khusus atau karyawan yang diarahkan untuk memegang tugas
perencanaan.
6.2.4. Keuangan
Aspek pembiayaan berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaan sampah yang
dimulai dari sumber sampah (termasuk penyapuan jalan), pengumpulan, transfer dan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Selama ini dalam pengelolaan sampah
perkotaan memerlukan subsidi yang besar, kemudian diharapkan sistem pengelolaan sampah
dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari retribusi.
Dalam hal ini perlu dilakukan perbedaan struktur tarif diantara domestik, industri dan
komersial dengan melihat kemungkinan adanya silang pembiayaan dari tipe tarif ini adalah
adanya ability to pay dan willingness to pay yang berlainan dari masing-masing tipe
pelanggan. Dengan melakukan silang pembiayaan akan dapat menciptakan insentif diantara
pelanggan tanpa membebani operator secara berlebihan, sehingga tarif retribusi bagi
masyarakat kurang mampu masih dapat terjangkau. Penerapan subsidi yang dikemukakan
diatas perlu dikaji lebih mendalam agar kebijakan atas subsidi tersebut tidak salah sasaran.
Subsidi dalam jasa pelayanan hanya dan harus diberlakukan kepada golongan dengan
kemampuan membayar yang rendah.
6. Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan pemerintah
daerah.
Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah adalah
membiasakan dan merubah persepsi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang
baik, termasuk faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat. Keberhasilan dari
pengelolaan sampah tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan
dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977) mengemukakan
bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu :
1. Partisipasi pada tahap perencanaan
2. Partisipasi pada tahap pelaksanaan
3. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan
4. Partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring
Peran serta masyarakat tersebut dapat dilaksanakan melalui beberapa cara dan tahapan :
1. Pembentukan forum kelompok kerja yang terdiri dari berbagai stakeholder, diantaranya
anggota masyarakat, pemulung, LSM, Bidang Kebersihan yang bernaung di bawah Badan
Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, Swasta, Lembaga
Pendidikan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
Masing-masing kelompok kerja mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi/
mengumpulkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan pengelolaan sampah. Kondisi
saat ini banyak masyarakat dan stakeholder lainnya yang menaruh perhatian pada
masalah sampah namun karena belum adanya program kerja/ target yang jelas maka hasil
yang dicapai masih jauh dari memuaskan.
2. Pemberian pengetahuan pentingnya pengelolaan sampah sejak dini mulai dari TK hingga
sekolah lanjutan atas. Pentingnya kesadaran akan pengelolaan sampah perlu ditanamkan
sejak dini pada anak anak melalui edukasi bertemakan lingkungan.
3. Kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dalam rangka pengembangan pengelolaan
sampah.
4. Adanya transparansi pada setiap pendanaan kegiatan persampahan akan menumbuhkan
dukungan positif masyarakat terhadap program pengelolaan sampah.
5. Tersedianya infrastruktur yang mendukung pengelolaan sampah, misalnya: kondisi jalan
yang layak
6. Tersedianya tempat khusus yang secara resmi berfungsi untuk mendaur ulang sampah
Keterlibatan pemulung dalam upaya mengurangi sampah sangat besar. Semakin
banyaknya pemulung saat ini, khususnya di tiap-tiap TPS atau kontainer maka diperlukan
adanya organisasi yang dapat mengkoordinir dan membina pemulung-pemulung agar
hasil kerja mereka lebih optimal.
BAB VII
RENCANA PROGRAM
PENGEMBANGAN SISTEM
PENGELOLAAN SAMPAH
5. Pengolahan :
Pengolahan sampah dengan pengomposan dan daur ulang, dilakukan di TPS 3R.
6. Pengangkutan :
Pengangkutan ditujukan untuk mengangkut residu sampah dari TPS 3R yang sudah
ditampung di TPS 3R kecamatan, dan kontainer-kontainer lain dari wilayah pelayanan
7. Pemrosesan akhir :
Pemrosesan akhir dilakukan di TPA Batu Putih dan rencananya dengan metode
controlled landfill. Sampah ditimbun secara berkala disertai pengelolaan lindi, gas,
lalat dan perlindungan lingkungan lainnya sesuai standar/kriteria.
Pola pelayanan tersebut harus tetap dievaluasi secara berkala untuk melihat
ketepatan pola dengan karakteristik wilayah yang dilayani. Modifikasi atau penyesuaian
sangat perlu untuk dilakukan demi perbaikan pola pelayanan. Untuk mencapai efektifitas
dan efisiensi yang tinggi di setiap tahapan penanganan harus dilakukan pengoperasian dan
pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
7.1.1. Pemilahan/Pewadahan
1. Tujuan pewadahan
2. Program pemilahan/pewadahan :
b. Waktu penyimpanan sampah atau waktu tinggal sampah dalam kontainer tidak boleh
lebih dari 2 hari; tempat sampah harus dilengkapi tutup; Masa penyimpanan
mempengaruhi:
b. Penyerapan air. Karena sampah tersusun dari berbaga komponen yang berbeda
kadar airnya, maka selama penyimpanan dapat terjadi penyeimbanganan kadar air
pada semua komponen sampah, yang tingkat penyerapan airnya ditentukan oleh
lamanya penyimpanan. Apabila diangkut, maka kadar air akan merata di seluruh
komponen sampah. Jika tidak dilengkapi tutup, maka sampah akan basah bakan
terendam jika terjadi hujan.
c. Pola pewadahan dilakukan dengan beberapa pola, berdasarkan jenis sumber sampah:
2) Pasar, Pertokoan, hotel : Disediakan oleh masyarakat atau oleh organisasi swadaya
masyarakat dengan model yang ditetapkan oleh pemerintah
3) Perkantoran, tempat umum, jalan dan taman : Disediakan oleh pemerintah daerah
atau organisasi swadaya masyarakat.
Jenis pewadahan berdasarkan sumber sampah dapat dilihat pada tabel berikut:
langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat. Pemilahan
sampah dilakukan sebagai upaya pengurangan sampah melalui kegiatan 3R:
Reduce merupakan pembatasan jumlah sampah yang dalam hal ini dilakukan dengan
membentuk kebiasaan/perilaku masyrakat yang mengarah pada pola hidup sedikit
menghasilkan sampah. Pembatasan dalam hal ini lebih merupakan upaya
pencegahan/pembatasan sebelum sampah dihasilkan.
Banyak bagian dari sampah yang yang sebenarnya masih dapat digunakan sesuai
fungsinya semula, misalnya: jerigen minyak, botol kemasan kopi, pakaian yang masih
layak pakai, peralatan elektronik, dll. Dengan menyisihkan sampah tersebut lalu
menjual atau memberikan sampah ke orang lain maka barang tersebut akan dapat
digunakan kembali, baik oleh diri sendiri atau untuk orang lain. Ini akan menunda
terbentuknya sampah dan otomatis akan mengurangi sampah yang dihasilkan.
Beberapa jenis sampah dapat diolah kembali oleh suatu kegiatan industri dan
menghasilkan produk baru yang sama dengan sampah sebelumnya. Contohnya:
Sampah plastik dapat dicacah dan diolah kembali menjadi biji plastik untuk digunakan
sebagai bahan tambahan dalam proses industri pembuatan plastik. Demikian juga
sampah kertas diolah menjadi bubur kertas, sampah logam, sampah kaca, aluminium,
dan lain-lain.
e. Wadah sampah umum yang terbuat dari serat kaca atau logam harus dicat ulang
minimal setiap 1 tahun sekali
7.1.2. Pengumpulan
1. Pengumpulan dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota (untuk sampah yang akan
dibawa ke TPA) dan swadaya masyarakat/badan swasta/RT/RW (untuk sampah yang
akan dibawa ke TPS 3R)
2. Pengambilan sampah dilakukan sesuai jadwal dan ritasi sesuai kesepakatan bersama,
misalnya setiap pagi hari sebelum jam sibuk masyarakat. Sesuai waktu pembusukan
sampah yang biasanya 2-3 hari, maka waktu pengambilan sampah maksimal adalah 3
hari sekali.
3. Pola pengumpulan sampah yang direkomendasikan adalah pola tidak langsung, baik
individual tidak langsung maupun komunal langsung. Pola ini dirasa lebih efektif, serta
lebih banyak memberi ruang bagi masyarakat untuk berperan aktif.
bersedia membayar jasa petugas kebersihan lebih mahal dibanding pola komunal.
4. Oleh karena pola pengumpulan direncanakan menggunakan pola tidak langsung, maka
diperlukan perencanaan pemindahan sampah. Pemindahan sampah merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk membantu proses pengumpulan dan pengangkutan sampah.
Sistem pemindahan merupakan fase antara yang dapat mengurangi ketergantungan
antara fase pengumpulan dengan fase pengangkutan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi masing-masing fase. Dalam hal ini fase pemindahan diperlukan untuk daerah
pelayanan yang sampahnya akan diangkut ke TPA. Pemindahan sampah dari alat
pengumpul (gerobak) ke alat angkut (container truk) dilakukan di TPS tempat adanya
kontainer yang berjarak radius ± 500 meter dari daerah pelayanan. Pada TPS tersebut
dilengkapi dengan container dan landasan kontainer.
7.1.3. Pengangkutan
1. Sarana pemindahan sampah yang direncanakan adalah kontainer sampah, sehingga alat
angkut yang cocok adalah armroll truck.
2. Pola pengangkutan sampah adalah pola tidak langsung, dimana truk mengambil
sampah dari TPS/container dan diangkut ke TPA. Sedangkan yang mengumpulkan dan
membawa sampah dari sumber ke TPA tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas
tukang gerobak swadaya masyarakat yang dikoordinir oleh Ketua RT/RW.
5. Waktu operasi dan ritasi truk dijadwalkan sesuai waktu pengumpulan sampah oleh
gerobak, dan perlu disepakati jalur masing-masing truk sesuai wilayah pelayanannya.
- Pada akhir operasi, kontainer yang kosong dibawa kembali ke pool setelah
sebelumnya dicuci terlebih dahulu. Pola pengangkutan yang direncanakan ini dirasa
efektif, dengan membawa kontainer kosong dari pool, akan mempersingkat waktu
ritasi pengangkutan karena armroll truck tidak perlu mengembalikan truk kosong
7.1.4. Pengolahan
1. Pengolahan sampah dilakukan mulai dari skala individual, komunal (kawasan) dan
skala kota.
1. Aktivitas Utama
Aktivitas utama di lokasi TPA yaitu pengurugan/penimbungan sampah residu dari proses
di atas di lokasi pengurugan atau penimbungan (landfill). TPA merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaanya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan
tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
2. Kelengkapan TPA
Agar TPA dapat dimanfaatkan dengan baik, lancar dan tidak menimbulkan masalah
terhadap lingkungan sekitarnya maka diperlukan berbagai prasarana dan sarana yang
digolongkan atas:
Secara lebih rinci prasarana dan sarana tersebut diuraikan sebagai berikut:
Merupakan prasarana dasar yang diperlukan agar TPA dapat dijangkau dan
dimanfaatkan. Prasarana dimaksud meliputi:
1) Prasarana jalan
- Prasarana jalan sangat diperlukan dan menentukan mudah tidaknya lokasi TPA
dijangkau oleh kendaraan pengangkut. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan
semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi baik pengangkutan
maupun pembuangan menjadi tinggi. Jalan TPA yang rusak akan membuat
waktu perjalanan menjadi lebih panjang sehingga pada gilirannya ritasi
kendaraan akan menjadi lebih sedikit.
- Jika luas TPA terbatas, jalan penghubung dapat berfungsi sekaligus sebagai
jalan kerja/operasi. Konstruksi jalan dapat berupa hotmix, beton, aspal,
perkerasan sirtu atau kayu.
- Drainase penahan limpasan air hujan dibangun di sekeliling blok atau zona
penimbunan dengan peletakkan sesuai kontur/kemiringan lahan di TPA.
- Selain itu untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat
berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas
timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga
kondisinya agar mampu menahan rembesan air hujan dan kemiringannya dijaga
mengarah pada saluran drainase yang tersedia.
3) Sel Pembuangan
1) Fasilitas penerimaan
2) Alat berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator
dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
dalam operasionalnya.
Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam
kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi
kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan
baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk
TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator;
6) Cadangan insektisida
7) Pelataran penimbunan
Agar pengoperasian TPA tidak menimbulkan masalah baru bagi lingkungan sekitarnya
maka TPA dilengkapi dengan fasilitas perlindungan lingkungan diantaranya berupa:
- Sumur pemantau
- Pengendali vektor
Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga leachete terhambat meresap ke dalam
tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan dasar TPA
harus lebih kecil dari 10-6 cm/det.
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air leachete yang mengalir
ke dasar TPA dan/atau kolam pengolahan leachete ke dalam lapisan tanah di
bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dipasang di seluruh permukaan dalam TPA
dan/atau kolam pengolahan leachete, baik dasar maupun dinding. Bila tersedia di
tempat, tanah lempung (k < 10-7) setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik
sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan
lapisan sintetis lainnya dengan konsentrasi biaya yang relatif tinggi.
Sampah yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia dan
biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut
leachate. Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati sampah
yang telah mengekstraksi material terlarut/tersuspensi dari sampah tersebut.
Sumber utama leachete berasal dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase,
air hujan, air tanah dan air dari bawah tanah, sedangkan sumber internal adalah
cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Fasilitas pengamanan leachete
terdiri dari:
a) Pengumpul leachete
b) Penampung leachete
c) Pengolah leachete
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan methan
dengan komposisi hampir sama, disamping gas-gas lain yang sangat sedikit
jumlahnya. Kandungan gas yang tersimpan dalam timbunan sampah dapat
menghambat proses dekomposisi sehingga harus dikeluarkan. Untuk itu dipasang
pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik
tertentu.
4) Penghijauan
Failitas penunjang yang diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA yang baik
adalah:
- Pagar
- Jembatan timbang
- Pos penjaga, kantor, garasi, rumah penjaga, gudang, workshop, bengkel, tempat
cuci mobil
Dengan 3R Tanpa 3R
Tanpa 3R
Dengan 3R
Tahap II (Tahun 2026)
Tanpa 3R
Dengan 3R
Tahap III (Tahun 2036)
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
a. Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi.
c. Penerapan Perda perlu didahului denngan sosialisasi uji coba di kawasan tertentu
dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari
mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman unutuk penerapan sanksi atas
pelanggaran yang terjadi.
2. Penyempurnaan Perda yang sesuai dengan NSPK dan UU Nomor 18 tahun 2008
Perda tentang institusi penanggung jawab sektor persampahan, baik institusi pemerintahan
maupun lembaga masyarakat
1. Melaksanakan dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengelolaan kebersihan kota
(ideal dan sistem tertutup), dilakukan oleh satu institusi (memudahkan koordinasi dan
pengendalian) dan kalau lebih dari satu, pembagian kerjanya harus tegas dan batasannya
jelas.
Rencana program kelembagaan dalam Master Plan Persampahan ini dibagi dua,
yaitu kelembagaan pemerintah dan non pemerintah.
1. Kelembagaan Pemerintah
Dari lembaga Perangkat Daerah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat, terdapat
lembaga-lembaga yang terkait dengan program sanitasi antara lain:
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan ini merupakan leading sektor dalam setiap pelaksanaan perencanaan
pembangunan di daerah dimana dalam pelaskanaan program yang berkaitan dengan
sanitasi Bappeda merumuskan dan menyusun strategi serta menyatukan semua
stakeholder terkait sanitasi untuk menyelesaikan masalah sanitasi secara bersama-
sama.
2) Badan Lingkungan Hidup
Secara khusus lembaga ini berperan dalam teknis operasional pemeliharaan
kebersihan ruang, dimana sektor persampahan adalah salah satu bagian utama.
3) Dinas Pekerjaan Umum
Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana umum.
Pembangunan sarana ini juga termasuk sarana sanitasi seperti bak sampah,
pengadaan kontainer sampah, TPA, IPLT, drainase dan lain-lain.
Koordinator TPA
4) Dinas Kesehatan
Dinas ini dalam program sanitasi berfungsi mewadahi urusan-urusan di bidang
kesehatan masyarakat, sehingga dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan
dan masyarakat dapat menjadi sarana pendukung bagi terciptanya program-
program kesehatan.
Lebih lanjut dalam tabel berikut ini diuraikan secara rinci tugas dan kewajiban
lembaga pengelola sektor persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat.
1. Melaksanakan dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengelolaan kebersihan kota
(ideal dan sistem tertutup), dilakukan oleh satu institusi (memudahkan koordinasi dan
pengendalian) dan kalau lebih dari satu, pembagian kerjanya harus tegas dan batasannya
jelas.
Selain dari SKPD diatas, ada beberapa juga SKPD yang tekait dengan permasalahan
sanitasi secara tidak langsung diantaranya :
1) Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD)
Tidak bisa dipungkiri, permasalahan sanitasi juga berkaitan dengan tingkat
kesadaran masyarakat dalam penanganannya. Selama ini penanganan masalah
sanitasi mengalami permasalahan terutama dalam pengoperasionalannya dan
pemeliharannya sehingga sarana yang terbangun tidak memiliki aspek
keberlanjutan dalam fungsi dan kegunaannya. Perlu keterlibatan masyarakat dalam
penuntasan masalah sanitasi dan untuk itu SKPD ini memiliki fungsi yang penting
sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan dan kelembagaan masyarakat agar
mendukung penyelesaian permasalahan sanitasi di masyarakat.
2) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan memiliki kaitan dengan pembangunan sarana sanitasi di
sekolahsekolah dan bagaimana menanamkan kepada anak sekolah tentang
Pengembangan organisasi pengelolaan sampah berupa UPT Kebersihan dan Tata Kota
Kabupaten Sumbawa Barat dapat diilustrasikan pada struktur organisasi di bawah ini.
Kepala UPT
Kepala UPT dibantu oleh dua divisi yaitu Divisi Operasional dan Divisi Umum
Divisi Operasional terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pengumpulan dan Penyapuan,
Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA serta Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan
Sampah.
Divisi Umum terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi Keuangan dan Pembukuan, Seksi
Tata Usaha dan Personalia dan Seksi Peran Serta Masyarakat.
b. Menyusun jadwal kegiatan acara Kepala UPT dan agenda kegiatan UPT
c. Merencanakan kebutuhan pegawai untuk berbagai divisi dan seksi
d. Melaksanakan administrasi kepegawaian.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Umum sesuai
dengan bidang tugasnya
Koordinator
Pengumpulan PELAKSANA
PENASEHAT
Koordinator
PELAKSANA
Pengangkutan
KETUA Koordinator
Pengomposan PELAKSANA
& Anorganik
Pengelolaan Koordinator
TPST Sarana & PELAKSANA
Prasarana
PEMBINA Koordinator
PELAKSANA
Residu
Gambar 7.11. Struktur Organisasi Pengelolaan Sampah Skala Kawasan TPS 3R Kecamatan
PENASEHAT KETUA/
KOORDINATOR
SEKRETARIS BENDAHARA
Pelaksana 1,2,3; Mengambil dan mengumpulkan sampah dari rumah tangga dan
mengolah memprosesnya, termasuk memilah sampah anorganik sesuai dengan
jenisnya, serta melakukan pengepakan (Packaging).
2. Biaya investasi
Disamping mempertimbangkan kebutuhan pelayanan secara teknis, investasi prasarana
dan sarana persampahan harus memperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan
daerah dan masyarakat. Selain itu, potensi swasta untuk investasi bidang persampahan
juga perlu dikaji lebih intensif.
Investasi prasarana dan sarana Persampahan meliputi :
- Investasi untuk pewadahan hingga pengangkutan sampah ke TPA
- Investasi untuk pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA)
- Investasi untuk pembangunan TPS 3R, TPST
Tabel 7.5. Komponen Biaya Investasi Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat
2 Pemindahan
2.1 TPS Unit 500.000.000
2.2 Container Unit 30.000.000
2.3 Landasan Container Unit 15.000.000
3 Pengangkutan
3.1 Dump truck Unit 400.000.000
3.2 Armroll truck Unit 350.000.000
TABEL PROGRAM 1
I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan sampah a. Penyusunan Perda Rencana Paket 1
yang mengacu pada kebijakan nasional, Induk Sistem Pengelolaan 200,000 200,000
propinsi dan NSPK yang berlaku. Sampah Kabupaten Sumbawa
Barat
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
II Aspek Kelembagaan
1 a. Pelatihan teknis pengelolaan Paket 1 1 1 1 1
sampah 50,000 250,000
Peningkatan kelembagaan terutama SDM
sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan sampah.
2 b. Bantek pengelolaan sampah Paket 1 1 1 1 1
Merintis kelembagaan di tingkat 100,000 500,000
masyarakat (mandiri) untuk pengelolaan
sampah berbasis masyarakat
Pendampingan masyarakat
c. Paket 1 1 1 1 1
pengelola sampah 50,000 250,000
d. Bintek Persampahan Paket 1 1 1 1 1
25,000 125,000
e. Studi banding Paket 1 1 1 1 1
50,000 250,000
Sub Total II
1,375,000
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
2
Pengadaan Tong/bin sampah 180,500
Pengadaan dan pembangunan prasarana a. Unit 72 72 72 72 72
kap. 50 liter 500
dan sarana pengelolaan sampah
b. Pengadaan pickup kap. 3 m3 Unit 1 0 0 0 0
150,000 150,000
Pengadaan motor sampah roda
c. Unit 18 19 21 22 22
3 kap. 1,5 m3 33,000 3,366,000
Pengadaan Kontainer Kap. 6
d. Unit 21 21 24 24 25
m3 44,970 5,171,550
Pembangunan TPS 3R skala
e. Unit 4,000,000
kelurahan Kap. 10 m3 500,000 8 - - - -
Pembangunan TPS 3R skala
f. Unit 8,000,000
kecamatan Kap. 50 m3 1,000,000 8 - - - -
Pengadaan Armroll Truck
g. Unit 2 2 4 4 4
Kap. 6 m3 542,782 7,818,918
Pengadaan lahan TPA
h. Paket
Munukania 2,000,000 0.53 0.65 1.10 1.11 1.12 9,013,585
Peningkatan PS TPA
i. Paket 1 1 1
Munukania 1,500,000 4,500,000
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TOTAL
57,381,529
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TABEL PROGRAM 2
I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan a. Review Perda Rencana Induk Sistem Pengelolaan Paket 1
sampah yang mengacu pada Sampah Kabupaten Sumbawa Barat 300,000 300,000
kebijakan nasional, propinsi dan
NSPK yang berlaku.
2 Penyiapan dan atau penyempumaan b. Penyusunan dokumen lingkungan hidup sesuai Paket 1
PERDA yang sesuai dengan NSPK kebutuhan (AMDAL atau UKL/UPL) 300,000 300,000
dan UU No 18/2008.
3 Pembuatan revisi PERDA Tentang c. Review pedoman pelaksanaan pengelolaan persampahan Paket 1
Retribusi Pelayanan berbasis kemandirian 300,000 300,000
Persampahan/Kebersihan.
II Aspek Kelembagaan
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
IV Aspek Teknis
1 Perencanaan teknis pengelolaan
a. Perencanaan teknis 3R Paket 1
persampahan 300,000 300,000
b Konsultan pendamping 3R Paket 1
300,000 300,000
c Konsultan supervisi Paket 1
300,000 300,000
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
3
a Operasional dan pemeliharaan Paket 1 1 1 1 1
Operasional dan Pemeliharaan 3,145,793 15,728,964
b Pemeliharaan kebersihan kota Paket 1 1 1 1 1
150,000 750,000
Sub Total IV
84,225,309
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TOTAL
89,002,809
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TABEL PROGRAM 3
I Aspek Peraturan
1 Penyiapan kebijakan pengelolaan sampah yang a. Review Perda Rencana Induk Paket 300,000 1
mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan Sistem Pengelolaan Sampah 300,000
NSPK yang berlaku. Kabupaten Sumbawa Barat
2 Penyiapan dan atau penyempumaan PERDA yang b. Penyusunan dokumen lingkungan Paket 300,000 1
sesuai dengan NSPK dan UU No 18/2008. hidup sesuai kebutuhan (AMDAL 300,000
atau UKL/UPL)
3 Pembuatan revisi PERDA Tentang Retribusi c. Review pedoman pelaksanaan Paket 300,000 1
Pelayanan Persampahan/Kebersihan. pengelolaan persampahan 300,000
berbasis kemandirian
II Aspek Kelembagaan
1 a. Pelatihan teknis pengelolaan Paket 75,000 1 1 1 1 1
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai
sampah 375,000
dasar untuk peningkatan kinerja operasional
penanganan sampah.
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
IV Aspek Teknis
1 300,000
a. Perencanaan teknis 3R Paket 1
Perencanaan teknis pengelolaan persampahan 300,000
300,000
b Konsultan pendamping 3R Paket 1
300,000
300,000
c Konsultan supervisi Paket 1
300,000
Konsultan pemberdayaan 150,000
d Paket 1
masyarakat 3R 150,000
75,000
e Pemberdayaan Masyarakat Paket 1 1 1 1 1
375,000
Studi kelayakan pengembangan 600,000
f Paket 1
PS persampahan 600,000
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
2 Pengadaan dan pembangunan prasarana dan sarana a. Pengadaan Tong/bin sampah kap. Unit 750 72 72 72 72 72
pengelolaan sampah 50 liter 270,750
162
b. Pengadaan pickup kap. 3 m3 Unit 1 0 0 0 0
162
Pengadaan motor sampah roda 3 49,500 6,682,500
c. Unit 26 26 26 28 29
kap. 1,5 m3
d. Pengadaan Kontainer Kap. 6 m3 Unit 67,455 26 26 26 26 26 8,769,150
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TOTAL 24,876,756,462
PT GUMI ADIMIRA
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
BAB VIII
KELAYAKAN PROGRAM JANGKA
PENDEK DAN MENENGAH
PT GUMI ADIMIRA
VIII-1
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
a. Kriteria TPA :
1) Lokasi jauh dari permukiman lebih dari 1 km
2) Tidak berada di kawasan lindung dan cagar alam
3) Bukan daerah banjir
4) Kondisi muka air tanah tidak kurang 3m
5) Kemiringan zona kurang dari 20 %
6) Berada didaerah dengan jenis tanah kedap air/lempung
7) Fasilitas dasar TPA terdiri dari : Jalan masuk, jalan operasional, listrik/genset,
drainase, air bersih, pagar, kantor
8) Fasilitas perlindungan lingkungan TPA terdiri dari : pengolahan lindi,
pengolahan gas, buffer zone
9) Fasilitas operasional terdiri dari : bengkel, garasi, tempat cuci alat
angkut/berat, alat P3K, jembatan timbang, ruang uji (laboratorium)
PT GUMI ADIMIRA
VIII-2
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-3
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Aspek Sosial dinyatakan layak apabila kegiatan memberikan manfaat yang melebihi
biaya sosial, serta distribusi manfaat sosial dapat merata.Perhatian khusus dalam
kajian kelayakan sosial diberikan pada proyek yang memerlukan pengadaan tanah
(dengan atau tanpa pemukiman kembali), dan proyek yang mengenai, atau
mempengaruhi kehidupan masyarakat terasing dan rentan.
6) Hukum
Aspek Hukum dinyatakan layak apabilaterdapat legalisasi dan legitimasi hukum yang
kuat terkait kegiatan yang dilakukan. Apabila kegiatan akan menghasilkan sebuah
produk hukum, maka produk hukum tersebut haruslah tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang telah disetujui di daerah.
7) Kelembagaan
Aspek Kelembagaan dinyatakan layak apabila memiliki hal-hal seperti berikut:
kondisi lembaga yang layak (sistem organisasi termasuk struktur dan kultur organisasi,
fungsi dan tugas dan kewenangan);kualitas pengelolaan yang layak (termasuk
prosedur kerja, teknologi yang dikuasai, rekrutmen, penempatan, dan pengembangan
personil) dan efektivitas menangani tugas dan fungsinya;kepemimpinan, termasuk
corak kepemimpinan, cara pengambilan keputusan, dan inovasi yang telah, sedang,
atau dapat diharapkan berjalan;akuntabilitas dan transparansi berkaitan dengan
pengambilan kebijakan, penegakan peraturan dan pelibatan masyarakat.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-4
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-5
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Pola komunal langsung oleh truk pengangkut dilakukan, bila: Alat angkut terbatas;
Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah; Alat pengumpul sulit
menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi daerah berbukit, gang/jalan
sempit); dan adanya peran serta masyarakat yang tinggi.Wadah komunal ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
Pola ini baik diterapkan pada pemukiman yang tidak teratur.
Pola komunal tidak langsung, dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut : Peran
serta masyarakat tinggi; Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di
PT GUMI ADIMIRA
VIII-6
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
lokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul; Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat pemerosesan sampah skala kawasan; Bagi
kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat pengumpul non
mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi > 5% dapat digunakan cara lain seperti
pikulan, kontainer kecil beroda dan karung; lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul
tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya; dan harus ada organisasi pengelola
pengumpulan sampah.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-7
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Status Lahan
Penetapan status lahan dilakukan dengan mengadakankoordinasi dengan dinas terkait dan
menyiapkan surat keterangan tanah yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat yang
menunjukkan lahan dapat dipakai untuk kegiatan TPA/ TPS/ TPS 3R.Kondisi status lahan
saat ini di Kabupaten Sumbawa Barat adalah sudah dibebaskan khusus untuk TPA.Untuk
TPS dan TPS 3R masih dalam proses pembebasan. Melihat hal tersebut, sebagai langkah
strategi penyiapan untuk memastikan status lahan sebelum dilakukan konstruksi, akan
dilakukan harus berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah dan pemerintah desa
setempat, serta sosialiasi dengan warga setempat.
Kriteria Lahan
Kriteria lahan untuk TPS, TPS 3R dan TPA memerlukan perhatian khusus, karena
perencanaan, konstruksi, hingga ke operasional dan pemeliharaan sangat bergantung pada
kondisi lahan.Penyiapan lahan untuk dijadikan TPA harus melalui beberapa tahapan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-8
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-9
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Berdasarkan perhitungan, tiap truk sampah membutuhkan berapa banyak air (untuk
perawatan) dan bahan bakar (untuk energi operasional), dikalikan jumlah truk yang
direncanakan. Dengan jumlah armroll truk sebanyak 19 unit pada tahap III, maka
dibutuhkan air sebanyak 2.850 liter per hari dengan perkiraan satu unit truk membutuhkan
150 liter air untuk proses pencucian. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk truk armroll
sampah per hari adalah 20 liter solar, dengan jumlah truk pada tahap III sebanyak 19 unit
maka dibutuhkan bahan bakar sebanyak 380 liter solar per hari. Untuk motor sampah,
dibutuhkan bahan bakar sebanyak 2,4 liter per hari. Dengan jumlah motor sampah 73 unit,
pada tahap III maka dibutuhkan bahan bakar sebanyak 175,2 liter per hari nya. Sedangkan
kebutuhan energi listrik untuk setiap unit TPS 3R sebesar 300 KwH per bulan. Apabila
terdapat 42 unit TPS 3R maka dibutuhkan listrik sebesar 12.600 KwH per bulan. Untuk
kebutuhan listrik TPA adalah sebesar 642.857 KwH per bulan (berdasarkan perhitungan
TPA).
PT GUMI ADIMIRA
VIII-10
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
TPA yang bisa mengakomodasi sampah domestik. Banyak prasarana dan sarana antara lain
jumlah TPS 3R yang dibutuhkan adalah sebanyak 28 unit, yaitu terbagi untuk tiap
kecamatan masing-masing 2 unit. Sarana dan prasarana yang direncanakan lainnya adalah :
PT GUMI ADIMIRA
VIII-11
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan memelihara
alat-alat berat.
Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana yang
memadai untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik
Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan yang diperlukan Pembersihan dan
pemeliharaan alat-alat berat harian Servis alat-alat berat bulanan Penyediaan minyak
pelumas/oli Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget tahunan)
Hubungan on-line dengan supplier/dealer alat-alat berat dan pelatihan diusahakan
untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis,
penggunaan dan pelaksanaan perawatan kendaraan secara rutin dan berkala.
Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan data-
data terkait dengan pemeliharaan rutin dan berkala.
Pengoperasian TPA meliputi SOP detail di TPA, dirinci mulai dari tata cara sampah
masuk ke TPA, tata cara landfill, pemeliharaan dan pemantauan lingkungan (gas, lindi),
pemeliharaan fasilitas (alat berat, perpipaan, dan lain-lain) dan pasca operasi TPA.
Penanganan Sampah yang masuk, kegiatan operasi pengurugan dan penimbunan pada area
pengurugan sampah secara berurutan meliputi penerimaan sampah di pos pengendalian,
dimana sampah diperiksa, dicatat dan diarahkan menuju area lokasi penuangan.
Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan
sesuai rute yang diperintahkan. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang
telah ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas. Perataan sampah
oleh alat berat yang dilakukan lapis-perlapis agar tercapai kepadatan optimum yang
diinginkan. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang
cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat menyangga lapisan berikutnya.
Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui
petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal waktu
pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa dan akan diproses di
TPA bila tidak sesuai ketentuan. Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam
satuan volume (m3) dalam satuan berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis
di jembatan timbang/pos jaga dengan mengurangi berat truk masuk (isi) dengan berat truk
keluar TPA (kosong). Pemrosesan sampah masuk di TPA menuju area pengurugan untuk
PT GUMI ADIMIRA
VIII-12
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
diurug, atau menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau menuju area transit
untuk diangkut ke luar TPA.Sampah yang akan diproses dengan pengurugan atau
penimbunan setelah didata akan dibawa menuju tempat pengurugan yang telah ditentukan.
Dilarang menuang sampah di mana saja kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh
pengawas lapangan. Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas
kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses
berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi
sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk
dapat dengan mudah mencapainya.
Pengurugan sampah pada sanitary landfill sampah disebar dan dipadatkan lapis
per-lapis sampai ketebalan sekitar 1,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal
sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak
4 sampai 6 gilasan, dan setiap hari ditutup oleh tanah penutup setebal minimum 15 cm,
sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut
kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal minimum 30 cm. Panjang sel
dihitung berdasarkan volume sampah yang akan diurug pada hari itu (untuk sanitary
landfill) dibagi dengan lebar dan tebal sel. Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan
patok-patok dan tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar. Untuk
mencegah terjadinya erosi air permukaan, maka dibuat drainase pelindung penggerusan
menuju titik di bawahnya.
Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah (lajur utama pipa lindi).
Pelapisan berikutnya adalah di bagian kemiringan dinding sesuai dengan naiknya lift
timbunan sampah. Kedalaman muka air tanah pada musim hujan terhadap lapisan dasar
TPA minimum 3 meter sebelum tanah dasar dikupas dan dipadatkan.Padatkan tanah dasar
dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menuju sistem pengumpul
leachate.Konstruksi pengumpul lindi (leachate) dapat berupa pola tulang ikan atau pola
lurus. Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1 - 2 % dengan pengaliran secara
gravitasi menuju instalasi pengolah lindi.Sistem penangkap lindi diarahkan menuju pipa
berdiameter minimum 150 mm, atau saluran pengumpul lindi.
Pertemuan antar pipa penangkap atau antara pipa penangkap dengan pipa pengumpul
dibuat bak kontrol yang dihubungkan sistem ventilisasi vertikal penangkap atau
PT GUMI ADIMIRA
VIII-13
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
pengumpul gas.Sistem penanganan gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA
harus dikontrol di tempat agar tidak mengganggu kesehatan pegawai, orang yang
menggunakan fasilitas TPA, serta penduduk sekitarnya.
Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikan
efisiensi operasi alat berat. Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk
mendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang
baik. Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan
perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan
kurang efisien dilakukan. Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka
perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang.
Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka alat angkut tersebut dicuci, paling tidak
dengan membersihkan bak dan roda truk agar sampah yang melekat tidak terbawa ke luar
lokasi operasi. Bilasan pencucian ini dialirkan menuju pengolah lindi, atau dikembalikan
ke urugan sampah.
Pemantauan dan pencatatan rutin hendaknya dilakukan secara baik, untuk
mencatat. Permasalahan operasional lapangan yang penting, pengaduan dari masyarakat
atau kesulitan yang dijumpai selama operasi harian. Sumber, jumlah, karakteristik dan
komposisi sampah yang ditangani. Secara rutin dilakukan pengukuran topografi ulang di
atas timbunan sampah untuk mengevaluasi sisa kapasitas lahan yang tersedia. Setelah area
pengurugan ditutup karena penuh, suatu laporan rinci perlu dibuat, yang berisi catatan dan
data yang penting, yang terkait dengan monitoring jangka panjang. Setiap awal operasi di
pagi hari, pengawas lapangan melakukan peninjauan pada rencana lokasi penuangan
sampah hari itu untuk mengevaluasi Kondisi sekitar lahan operasi, khususnya erosi
timbunan, settlement, fungsi instalasi pengolah lindi dan pengendali biogas, kondisi
drainase permukaan, kondisi jalan operasi, stok tanah penutup. Pada musim hujan, lakukan
pengamatan rutin terhadap kemiringan tanah penutup harian, untuk menjamin pengaliran
run-off dari atas lapisan penutup mengalir secara lancar menuju ke saluran drainase.
Timbunan sampah dalam landfill yang telah matang, sekitar 3-5 tahun, dapat digali
kembali untuk dimanfaatkan sebagai kompos atau tanah penutup. Setelah landfill site ditata
kembali, maka residu yang tidak dapat dimanfaatkan diurug kembali ke dalam tanah.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-14
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-15
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Kontrol Stabilitas lereng lahan TPA, khususnya area pengurugan, hendaknya selalu
dikontrol terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran akibat terjadinya ketidakstabilan
terhadap keruntuhan geser, atau terganggunya kestabilan lereng. Batasan nilai yang biasa
digunakan agar material dalam timbunan tidak runtuh dikenal dengan sebagai faktor
keamanan (safety factor atau SF). Syarat kriteria nilai SF minimum 1,3 untuk kemiringan
timbunan sementara dan 1,5 untuk kemiringan yang permanen. Kontrol terhadap stabilitas
lereng dan reruntuhan sampah ke saluran drainase perlu dilakukan secara rutin dengan
menatur dan membenahi kembali kemiringan talud timbunan, dan memperbaiki tanah
penutup reguler yang telah mengalami erosi dan telah mengalami penurunan.
Manual tentang tatacara dan prosedur terhadap penyelamatan kecelakaan harus
tersedia di lapangan untuk digunakan oleh pekerja. Setiap pekerja harus diinformasikan
tentang cara-cara penyelenggaraan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti
sarung tangan, topi lapangan, kacamata pelindung, sepatu kerja harus disiapkan di
lapangan. Tanda-tanda peringatan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan, seperti
pemadam kebakaran, dilarang merokok,dan sebagainya harus jelas terlihat dari kejauhan.
Masa layan sistem merupakan perhitungan jangka waktu sampah dari sejak diambil
dari sumber sampai akhirnya tiba di TPA (umur perjalanan sampah) yang direncanakan,
dirinci berdasarkan tahap tahap penanganan sampah (pengumpulan, pemindahan, waktu
tunggu di TPS, pengangkutan, dan penimbunan). Dengan perencanaan ritasi antara 1 – 4 rit
per hari.Periodisasi untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun
sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas kerja, serta
kondisi komposisi sampah.Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi
pelayanan semakin sering.Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan
lebih dari 3 hari 1 kali.Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-16
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
menghitung berapa banyak SDM yang diperlukan untuk setiap tahapan pada setiap
tahun.SDM terdiri dari bentuk pelayanan persampahan dan juga petugas kebersihan
pengelola sampah. Tujuan perencanaan dan perhitungan Sumber Daya Manusia dalam
pelayanan persampahan antara lain: 1. Untuk efektifnya pelayanan persampahan,
Pemerintah Daerah dapat menunjuk Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah Daerah dapat
menunjuk Pemerintahan Kelurahan dan Pemerintahan Desa untuk pelayanan persampahan
yang tidak dapat dilalui mobil angkutan persampahan. 2. Pelayanan persampahan
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui penyediaan peralatan persampahan (TPS,
gerobak pengangkut dan sejenisnya, sapu) oleh Pemerintah. 3. Penunjukan petugas sampah
dilakukan oleh pemerintahan desa dan kelurahan. Petugas kebersihan pengelola atau dapat
disebut tenaga lepas harian memiliki tugas antara lain: 1. Menjaga, memelihara dan
meningkatkan kebersihan, keindahan dan kenyamanan Kota Sumbawa Barat dan
sekitarnya. 2. Mengelola dan menangani masalah sampah, baik sampah rumah tangga,
sampah jalanan maupun sampah pasar dalam rangka mencipatakan dan memelihara
kebersihan, keindahan dan kenyamanan kota. 3. Menangani pembuangan sampah, baik dari
TPS ke TPA maupun proses pemusnahan akhir di TPA. Kebutuhan SDM dirinci
berdasarkan jabatan dan jobdesk masing-masing.Berdasarkan perencanaan, kebutuhan
SDM dirangkum dalam Tabel 8.2.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-17
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
untuk biaya pengoperasian, modal investasi dan besarnya keuntungan yang diperoleh.
Untuk menghitung kelayakan ekonomi program persampahan ini, jumlah tahun proyeksi
yang digunakan adalah selama 20 tahun sejak tahun pertama investasi (tahun 2017-2036).
Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan
biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan Rasio Manfaat Biaya (Benefit
Cost Ratio/ BCR). Rasio Manfaat Biaya adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.Suatu proyek atau kegiatan investasi
dapat dikatakan layak bila diperoleh B/C > 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh B/C
<1.BCR merupakan suatu analisis yang diperlukan untuk melihat sejauh mana
perbandingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya dilihat pada kondisi nilai sekarang /
present value (PV). Ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek adalah jika BCR > 1,
proyek dapat dikatakan layak dikerjakan; sebaliknya, jika nilai BCR < 1, proyek tersebut
tidak layak utuk dikerjakan. Secara umum, rumus perhitungan BCR adalah :
BCR = (PV dari manfaat) / (PV dari biaya)
Selain itu, kelayakan ekonomi juga dihitung berdasarkan penentuan tarif/retribusi
berdasarkan biaya investasi dan biaya operasi pemeliharaan, dan kemampuan pembiayaan
dan subsidi pemerintah sesuai dengan kewenangannya dan peraturan perundangan yang
berlaku.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-18
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
c. Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama tahun
proyeksi ditambah perkiraan faktor resiko investasi.
8.2.1. Lingkungan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-19
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
8.2.2. Sosial
PT GUMI ADIMIRA
VIII-20
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
8.2.3. Hukum
PT GUMI ADIMIRA
VIII-21
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
8.2.4. Kelembagaan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-22
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-23
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-24
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-25
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Proyek
Kajian
Analisis Kelayakan
Lingkuangan
Sosial
Hukum
Ekonomi dan Keuangan Kelembagaan
Teknis
Tidak
Ada teknologi
unutuk membangun
Layak diterima Layak diterima Layak diterima
TPA? (Proyek dibiayai
dari pinjaman
komersial tanpa
Ya membebeani
APBD)
Layak diterima
Layak diterima
Penerapan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-26
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-27
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-28
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-29
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-30
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-31
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-32
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Dari RTRW disusun aspek-aspek mengenai pengeloaan persampahan dari mulai kajian
teknis dan non teknis.
Tabel 8.5. Ketentuan suatu kajian teknis dan non teknis dinyatakan layak/tidak layak
Keterangan
No. Kriteria Non Keterangan
Teknis
Teknis
1. Pengembangan Layak apabila:
Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPA berbunga
Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
2. Pembangunan Layak apabila:
Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPST berbunga
Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
3. Pengembangan Layak apabila:
Dibiayai APBD/ Sumber yang tidak
TPS berbunga
Revisi Teknologi, dicari yang
teknologi O/P nya lebih rendah
4. Pengeloaan Layak apabila:
Melakukan pemilahan sampah di
sampah skala sumber
perumahan Melakukan pengolahan sampah
dengan konsep 3R
dengan 3R Mematuhi aturan pembuangan
sampah yang ditetapkan
Turut menjaga kebersihan
lingkungan sekitar
Berperan aktif dalam sosialisasi
pengeloaan sampah lingkungan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-33
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-34
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Petugas pengumpulan sampah pada proses pengambilan dari sumbernya untuk selanjutnya
akan dibawa ke tempat penampungan TPS 3R yang sudah disediakan. Adapun proses
pengumpulan sampah adalah sebagai berikut :
PT GUMI ADIMIRA
VIII-35
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan pada pagi hari sampai dengan siang
karena sampah menumpuk pada semalaman, petugas angkut mendapat rotasi
setiap 1 minggu sekali dan kepada setiap yang bertugas.
Sampah yang telah diangkat dari pelanggan ditempatkan pada area penerimaan
sampah, kemudian dilanjutkan pada ke tempat pemilahan.
3. Bank Sampah
Petugas bank sampah melaksanakan pengepakan/packing untuk mengelompokan
barang pecah belah untuk didata dan tumpukan diruangan Bank Sampah, yaitu sebagai
berikut :
Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas
yang berlapis (minyak atau plastik).
Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.
Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening maupun
yang berwarna terutama gelas.
Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi
rangka beton.
Hasil dari pengumpulan barang pecah belah seperti botol, kertas, besi, plastik
akan dijual pada lapak/penampungan. Adapun sistem kerja Bank sampah ini
adalah pola kemitraan dimana setiap anggota akan mendapat bagi hasil.
4. Kantor
Ruang melakukan pendataan kegiatan administrasi dan melakukan evaluasi kegiatan.
5. Rak Penyimpanan
Hasil dari pengumpulan barang pecah belah seperti kertas dan hasil kompos dapat
disimpan dalam rak penyimpanan, dengan susunan dapat dilaksanakan menurut
tempat.
6. Kamar Mandi
7. Pintu Masuk Area Pengelolaan dan Pemilahan
Sampah yang masuk pada tempat pemilahan akan dipilah menjadi 3 penumpukan
yaitu sampah organik, non organik, B3. Pada proses pemilahan sampah ini dibutuhkan
3 atau 4 orang petugas untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya selanjutnya
menempatkan wadah yang telah tersedia. Petugas menggunakan peralat alat kerja,
PT GUMI ADIMIRA
VIII-36
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Baju Kerja, Masker, Sarung tangan karet, Helmet, Sepatu kedap Air, Sekop, Garukan
sampah, Lori dan Sapu lidi, pada waktu 1 hari itu juga harus tercapai pemilahan
sampah organik dengan terseleksi.
8. Tempat Pencacahan Sampah Plastik
Pencacahan ini dengan bahan botol plastik, ember bekas, untuk dijadi biji plastik
dijadikan bahan baku
9. Pencacahan Sampah Organik
Proses pengolahan sampah dengan menggunakan sistem Open Windrow (Aerator
bambu), Bak Komposting, Keranjang Tersusun yang diperlukan dalam pengomposan
secara aerobik terdiri dari peralatan, perlindungan, dan keselamatan bagi pekerja.
Tempat pengelompokan sampah
Pemilahan adalah proses menempatkan sampah sesuai dengan kelompok atau jenisnya
untuk mempermudah proses pelaksanaan pengomposan, selanjutnya dapat diikuti dari
pemilah sampah dibawah ini :
- Non Organik
Jenis kertas/kerdus, jenis plastik, botol dan besi ditempatkan pada wadah yang
disediakan lalu di data Bank Sampah yang biasa layak jual dan jenis kaca/beling,
yang tak laku akan dipacking dan akan tempatkan B3.
- B3
Selanjutnya bersama sampah B3 meliputi baterai, sisa elektronik, popok bayi akan
dimasukkan kedalam wadah karung plastik akan dibuang ke truk sampah bersama
residu lainnya ke TPA.
10. Bak Komposting
Teknik bak komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik dengan
menggunakan bak truk sampah bekas.Untuk mengalirkan udara didalam timbunan
sampah tersebut terdapat pipa-pipa berpori yang tertanam didalam sampah organik.
11. Aerator Bambu/Kayu
Teknik windrow/aerator bambu dibuat dengan menimbun sampah organik di atas
sebuah konstruksi segitiga bambu yang dipasangi bilah memanjang pada dua sisi
segitiga itu, sehingga udara mengalir diantara rongga.Dengan demikian kebutuhan
oksigen untuk komposting.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-37
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-38
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain
Perpindahan atau pergeseran lokasi TPA harus diikuti oleh pembuatan DED pada
lokasi baru (redisign).
Data untuk pembuatan DED TPA harus meliputi :
o Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA
o Komposisi dan karakteristik sampah
o Data jaringan jalan ke lokasi TPA
o Jumlah alat angkut (truk)
Perencanaan TPA juga meliputi perencanaan tahap konstruksi, yaitu :
1. Pembersihan lahan (land clearing)
Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah
tanaman dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai
pengganti atau membuat green barrier yang memadai.
2. Pembangunan fasilitas umum :
a) Jalan Masuk TPA
b) Kantor TPA
c) Drainase
d) Pagar TPA
3. Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan:
a) Lapisan Dasar Kedap Air
b) Jaringan Pengumpul Lindi
c) Pengolahan Lindi
d) Ventilasi Gas
e) Green Barrier
f) Sumur Uji
4. Pembangunan fasilitas pendukung
a) Sarana Air Bersih
b) Bengkel
c) Jembatan Timbang
PT GUMI ADIMIRA
VIII-39
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-40
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-41
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-42
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
b. Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR dan NPV
sekurang-kurangnya meliputi :
- Analisis Sensitifitas
- Proyeksi rugi/laba
PT GUMI ADIMIRA
VIII-43
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 kontainer unit 30
2 landasan kontainer unit 15
3 pakaian kerja pasang 0,3
4 pakaian jas hujan pasang 0,07
5 sepatu bot pasang 0,12
6 masker unit 0,035
7 sarung tangan unit 0,05
8 topi unit 0,4
9 sapu unit 0,01
10 penanda jalan unit 0,01
11 serokan unit 0,03
12 Pembebasan lahan Ha 11.500
13 Pembangunan fisik Ha 115.000
14 TPS 3R Skala Kelurahan unit 500
15 TPS 3R Skala Kecamatan unit 600
Sumber: Analisis Konsultan, 2016
PT GUMI ADIMIRA
VIII-44
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
HARGA SATUAN
NO NAMA ALAT SATUAN
(Rp. Juta)
1 Pembebasan lahan Ha 11.500
2 Pembangunan fisik Ha 115.000
3 TPS 3R Skala Kelurahan unit 500
4 TPS 3R Skala Kecamatan unit 600
5 Solar liter 0,008
6 Pelumas liter 0,03
Sumber: Analisis Konsultan, 2016
PT GUMI ADIMIRA
VIII-45
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
− Biaya perlengkapan kerja seperti baju seragam, sepatu kerja dan lainlain
− Biaya penggantian ban dan perbaikan gerobak dan motor roda tiga
PT GUMI ADIMIRA
VIII-46
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
− Biaya peralatan bantu seperti baju seragam, sepatu kerja, sapu sekop dan lain-lain
− Biaya perlengkapan kerja seperti baju seragam, sepatu kerja, sekop, Biaya
pengepakan kompos
PT GUMI ADIMIRA
VIII-47
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
1 Upah personil Orang 1
2 pakaian kerja pasang 0,3
3 pakaian jas hujan pasang 0,07
4 sepatu bot pasang 0,12
5 masker unit 0,035
6 sarung tangan unit 0,05
7 Biaya operasi (air, listrik dan lain-lain) unit 50
8 Bahan bakar liter 0,0073
9 Perawatan alat unit 5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016
− Biaya perawatan alat berat seperti pelurasan, pergantian suku cadang, dan lain-lain
− Biaya perawatan dan perbaikan fasilitas TPA (jalan masuk, kantor, saluran
drainase, ventilasi gas, pengolahan lindi dan lain-lain) Listrik, air dan lain-lain
PT GUMI ADIMIRA
VIII-48
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
HARGA SATUAN
NO JENIS TUGAS SATUAN
(Rp. Juta)
8 Pembangunan Fisik ha 115.000
9 Bahan bakar liter 0,0073
10 Perawatan alat unit 5
Sumber: Analisis Konsultan, 2016
PT GUMI ADIMIRA
VIII-49
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-50
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Sumber dana dari partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya
program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang,
sumber dana penerimaan dan pengeluaran KSM yang ditetapkan melalui tahapan dalam
jangka waktu tertentu.
Untuk sumber dana dari pihak swasta tidak dapat ditetapkan, karena bantuan dari
pihak swasta dapat berupa barang, jasa, uang dan sebagainya yang jumlahnya bervariasi
atau tidak tetap.
Metode Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis) Ada tiga metode untuk
menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek, yaitu NPB (Net Present Benefit), IRR
(Internal Rate of Return), dan BCR (Benefit Cost Ratio).
PT GUMI ADIMIRA
VIII-51
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek dikurangkan
dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat
diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya adalah :
dimana :
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun
ke n
i = tingkat bunga
M = manfaat
B = biaya
PT GUMI ADIMIRA
VIII-52
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
C. Metode BCR (Benefit Cost Ratio atau Perbandingan Manfaat dan Biaya)
Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai
sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang seluruh
biaya proyek tersebut. Rumus yang digunakan adalah :
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.UKL-UPL merupakan
perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk
menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.Dokumen UKL-UPL dibuat pada fase
perencanaan proyek sebagai kelengkapan dalam memperoleh perizinanuntuk proyek-
proyek yang dampak lingkungannya dapat diatasi, skala pengendaliannya kecil dan tidak
kompleks.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-53
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
UPL yang disusun mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan disusun sesuai
dengan Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, yang
berisi :
Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis
kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi
kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses
yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak,
dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok
ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa,
upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak
yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme
pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina,
BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan
pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu proses dalam
studi formal untuk memperkirakan dampak lingkungan atau rencana kegiatan proyek
dengan bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang di analisis pada
tahap perencanaan dan perancangan proyek sebagai pertimbangan bagi pembuat
keputusan. Dalam hal ini arti lingkungan hidup adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
PT GUMI ADIMIRA
VIII-54
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-55
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Salah satu proyek dalam perencanaan sistem persampahan yang memerlukan kajian
lingkungan adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Lokasi TPA merupakan tempat
pembuangan akhir sampah yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan
sampah terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi
(leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca
serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat (Judith, 1996). Menurut Qasim
(1994) dan Thobanoglous (1993), potensi pencemaran leachate maupun gas dari suatu
landfill ke lingkungan sekitarnya cukup besar, mengingat proses pembentukan leachate
dan gas dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 20 – 30 tahun setelah TPA
ditutup. Dengan demikian maka perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan untuk
pengamanan pencemaran lingkungan.Upaya pengamanan lingkungan TPA diperlukan
dalam rangka mengurangi terjadinya dampak potensial yang mungkin terjadi selama
kegiatan pembuangan akhir berlangsung (dampak potensial dapat dilihat pada tabel 1).
Upaya tersebut meliputi :
Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SNI No. 03-3241-1997 tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA).
Pembangunan fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai dengan
persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan peruntukan lahan dan
tata ruang.
Monitoring pasca operasi terhadap bekas lahan TPA.
Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan manajemen pengelolaan TPA secara lebih
memadai terutama ketersediaan SDM yang handal serta ketersediaan biaya operasi dan
pemeliharaan TPA. Dokumen kajian lingkungan TPA yang berisikan hal-hal tersebut
PT GUMI ADIMIRA
VIII-56
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
diatas, harus disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (UU 23 /
1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 / 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen LH/Depkes/Kimpraswil yang
berkaitan dengan masalah kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan). Secara umum
dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian
TPA adalah :
1. AMDAL
Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha
Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan
dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas
lingkungan kawasan lindung.
2. UKL / UPL
Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha
Tidak hanya itu, pada pembangunan dan pengoperasian TPA khususnya di Sumbawa Barat
ini juga tidak bisa dikesampingkan dalam hal pengelolaan manajemen serta kualitas dan
kuantitas SDM yang tersedia. Karena faktor tersebut juga merupakan salah satu kajian
pendukung terciptanya kegiatan pengamanan pencemaran lingkungan serta dampak
potensial yang mungkin terjadi selama kegiatan pembuangan akhir berlangsung.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-57
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-58
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Akan tetapi hal tersebut masih merupakan gambaran dan estimasi kondisi karena tahap
tersebut belum terlewati. Oleh sebab itu perlu adanya pengelolaan sampah secara
terpadu berbasis masyarakat dengan baik tanpa menimbulkan dampak yang buruk terhadap
lingkungan agar program dapat berjalan dengan dukungan maksimal dari warga sekitar.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-59
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
mengatur tentang kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan
sampah.
Selain itu perlu dilakukan koordinasi dari dinas dan pihak terkait pada saat
membuat Peraturan Daerah (Perda) Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten
Sumbawa Barat, Perda tentang retribusi sampah dan AMDAL atau UKL/UPL Bangunan
pengolahan sampah Kabupaten Sumbawa Barat (TPA dan atau TPS 3R) serta Pedoman
pelaksanaan pengelolaan persampahan berbasis kemandirian. Sehingga di harapkan
PT GUMI ADIMIRA
VIII-60
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
kedepannya peraturan yang dibuat layak untuk digunakan dalam rangka pengaturan sistem
Pengelolaan Sampah Kabupaten Sumbawa Barat.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-61
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-62
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Dengan minimnya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta perlu adanya
terobosan-terobosan kerjasama yang saling berkesinambungan sehingga dimungkinkan
adanya bentuk kerjasama atau adanya peluang kerjasama dalam menjaga kebersihan
lingkungan.
Pemerintah
Badan Lingkungan Hidup (BLH) hendaknya menjalin kerja sama dan koordinasi
dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, LSM, sponsor, dan masyarakat
pada umumnya, terutama yang berkaitan dengan pengeloaan sambah dari mulai
sumber sampai dengan TPA.
Perlu ada dukungan berkelanjutan dari pemangku/ pengambil keputusan di daerah
mengenai pengeloaan persampahan. Kegiatan ini dapat menjadi ikon bagi
masyarakat bahwa masalah kebersihan adalah tanggungjawab bersama. Mulai dari
sumber/masyarakat sampai dengan pemimpin daerah (Gubernur dan Walikota).
Swasta
Selain itu program kemitraan pemerintah dengan pihak swasta atau stake holder
perlu ditingkatkan program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan dunia usaha
karena hingga saat ini belum ada komitmen pihak dunia usaha.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-63
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Dari Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan didukung oleh
BAPPEDA, DPU Kabupaten Sumbawa Barat, kedepannya perlu adanya pengembangan
dalam struktur kelembagaan organisasi pengelolaan sampah berupa UPT Kebersihan
Kabupaten Sumbawa Barat.
Kepala UPT
PT GUMI ADIMIRA
VIII-64
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Kepala UPT dibantu oleh dua divisi yaitu Divisi Operasional dan Divisi Umum
PT GUMI ADIMIRA
VIII-65
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
f. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pengelolaan pasar dalam penanganan
sampah pasar.
g. Memberi laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai bidang tugasnya.
Divisi Operasional terdiri dari tiga seksi, yaitu Seksi Pengumpulan dan Penyapuan,
Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA serta Seksi Pengolahan dan Pemanfaatan
Sampah.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-66
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
e. Melakukan koordinasi dengan penghasil sampah baik itu dari rumah tinggal,
komersial, pasar dan industri berkenaan dengan jadwal pembuangan dan
pengangkutan sampah dari sumber
f. Melakukan koordinasi dengan Seksi Pengangkutan dan Operasional TPA
berkenaan dengan pengankutan sampan dari TPS
g. Mengumpulkan data-data teknis dan non teknis untuk perencanaan pengumpulan
dan penyapuan sampah;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Divisi Operasional
sesuai dengan bidang tugasnya.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-67
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Divisi Umum terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi Keuangan dan Pembukuan, Seksi
Tata Usaha dan Personalia dan Seksi Peran Serta Masyarakat.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-68
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-69
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
dengan kondisi SDM saat ini. Perlu adanya strategi-strategi yang dilaksanakan dalam
peningkatan SDM antara lain adalah :
PT GUMI ADIMIRA
VIII-70
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Daya Manusia tingkat bawah, koordinasi tugas dan fungsi serta bahan/peralatan
yang digunakan, target yang rasional sesuai dengan tujuan perusahaan,
kepemimpinan dan tanggung jawab peran untuk kelompok kerja tertentu, alur
komunikasi dan umpanbalik sebagai bagian dari proses dan program
pengembangan Sumber Daya Manusia, serta dukungan dan modifikasi (bila
dibutuhkan) dalam semua komponen sistem.
3. Dari evaluasi pengembangan Sumber Daya Manusia tidak begitu berhasil dalam
menangani masalah pengelolaan sampah, pihak Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa Barat. hendaknya terus melakukan peningkatan dalam
aktivitas evaluasi sehingga umpanbalik dari aktivitas evaluasi tersebut dapat
dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja individu, kelompok, dan sistem Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat. dalam mengelola sampah.
Beberapa pertimbangan yang hendaknya dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa Barat dalam melakukan evaluasi pengembangan Sumber
Daya Manusia adalah: tujuan evaluasi, prinsip evaluasi, jenis evaluasi, pendataan,
dan hasil evaluasi.
4. Badan Lingkungan Hidup hendaknya menjalin kerja sama dan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat., LSM, sponsor, dan masyarakat pada
umumnya, terutama yang berkaitan dengan TPA. Kerja sama dan koordinasi antara
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. dan Badan Lingkungan Hidup sangat
diperlukan karena kedua lembaga tersebut sangat berperan dalam pembangunan
Kabupaten Sumbawa Barat.
Dari hasil program jangka pendek dan menengah dapat dilihat program-program
pencapaian pada tahun-tahun yang sudah ditetapkan, untuk tahap satu dua tahun dari tahun
2017 sampai dengan 2018 dan pada tahap ke dua delapan tahun dari tahun 2019 sampai
dengan tahun 2026.
PT GUMI ADIMIRA
VIII-71
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Pengananan sampah
Tahap I Jangka Pendek (Tahun 2017-2018)
perkotaan 60%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (3 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak
dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya.
2017
Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten Pengumpulan sampah
yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK (pengambilan dan
1 yang berlaku pemindahan dengan motor &
pickup);
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar TPA/Kontainer : 75 %
untuk peningkatan kinerja operasional penanganan sampah
Penyiapan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU No TPS 3R skala Kelurahan dan
2018
18/2008 Distrik/kecamatan: 25 %
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan Pengangkutan sampah;
TPA open dumping/ revitalisasi TPA, program 3R)
PT GUMI ADIMIRA
VIII-72
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan Armroll truck :
sesuai kebutuhan pengangkutan sampah dari
kontainer
Sosialisai Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk Pengolahan sampah (30 %);
penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R
Pengananan sampah
Tahap II Jangka Menengah (Tahun 2019-2026)
perkotaan 100%
Pengolahan sampah mandiri:
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah 20 %
persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan Pengolahan sampah di TPS
sampah, peningkatan TPA, dll) 3R skala kawasan dan kota:
2019 20 %
Pemrosesan akhir sampah
Penerapan tarif (iuran dan retribusi) sesuai Perda Kabupaten (70%);
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan TPA (CLF/SLF)
Persampahan/Kebersihan
WTE & Incenerator
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka menengah Pemilahan sampah;
(7 tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
melanjutkan dari tahap sebelumnya
Penyediaan prasarana dan sarana uhtuk mengatasi masalah Pengolahan sampah mandiri:
persampahan yang bersifat menengah (bin pemilahan 20 %
2025
sampah, peningkatan TPA, dll)
Peninjauan atau evaluasi tarif (iuran dan retribusi) sesuai Pengolahan sampah di TPS
2026 Perda Kabupaten Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi 3R skala kawasan dan kota:
Pelayanan Persampahan/Kebersihan 20 %
PT GUMI ADIMIRA
VIII-73
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
Target Penanganan
No Tahun Tujuan Penanganan Sampah
Sampah
Pemrosesan akhir sampah
(45%);
TPA (CLF/SLF)
WTE & Incenerator
Pengananan sampah
Tahap III Jangka Panjang (2027-2036)
perkotaan 100%
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (9 Pemilahan sampah;
tahun) merupakan tahap pelaksanaan sembilan tahun yang
2027
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan
mempertimbangkan tahap menengah yang telah dilakukan:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator Pengumpulan sampah
dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan (pengambilan dan
2028
dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru pemindahan dengan motor &
pickup);
Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan TPS/kontainer : 50 %
2029 sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun
PT GUMI ADIMIRA
VIII-74
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
PT GUMI ADIMIRA
VIII-75
Laporan Akhir
2016
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat
BAB IX
Tahap
Tahap I Tahap II
Uraian III
2019 2026 2036
83 119 119
Motor sampah (kapasitas 1,5 m3)
13 45 73
container untuk sampah ke TPA (kapasitas 6
m3) 44 61 61
TPST 3 3 3
2 Pemindahan
2.1 TPS Unit 500.000.000
2.2 Container Unit 30.000.000
2.3 Landasan Container Unit 15.000.000
3 Pengangkutan
3.1 Dump truck Unit 450.000.000
3.2 Armroll truck Unit 437.000.000
10. Biaya operasi dan pemeliharaan pengelolaan sampah Kabupaten Sumbawa Barat
9.2. REKOMENDASI