ir -4-
• ♦ -I 'J.'
DISUSUN OLEH;
TIM PELAKSANA
DISUSUN OLEH:
TIM PELAKSANA
PERPUSTAmw
Judul :
Mengetahul
Kepala Satuan Kerja
Puslitbang Permukiman
DAFTAR ISI
1 Pendahuluan 1
2 Acuan Normatif 1
3 Istllah dan DefinisI 2
4 Ketentuan Umum 4
4.1 Prinsip dan Azas Pengelolaan TPA Regional 4
4.2 Pengelolaan Sampah 5
4.3 Kegunaan 5
4.4 Cakupan 6
5 Penyediaan infrastruktur dengan Pola Kerjasama antar Daerah 6
5.1 Koordinasi antar Daerah 6
6 Aspek Teknik Operaslonal 9
6.1 Perencanaan 9
6.1.1 Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir(TPA)Sampah Regional 11
6.1.1.1 Kriteria Penyisih Berdasarkan SNI 03-3241-1994 13
6.1.1.2 Kriteria Penyisih Berdasarkan Metode Le Grand, 1980 14
6.1.2 Daerah Pelayanan 15
6.2 Tata Cara Operasional 15
6.2.1 Penyiapan Lahan TPA 15
6.2.2 Pembagian Lahan Keija 16
6.2.3 Kebutuhan Lahan 16
6.2.4 Volume Sampah yang Masuk TPA 16
6.3 Evaluasi dan Monitoring 16
7 Aspek Pembiayaan 18
7.1 Konsep Pembiayaan Pengelolaan TPA Regional 18
7.1.1 Konsep Dasar Penentuan Pembiayaan 18
7.1.2 Sumber Pembiayaan 19
7.2 Perencanaan 20
7.2.1 Rencana Pembiayaan 20
7.3 Pelaksanaan 22
7.3.1 Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee 25
7.3.2 Pola Pengelolaan Keuangan 25
7.3.3 Efisiensi dari Sisi Investasi dan Operasi 25
7.3.4 Efisiensi Biaya Pengangkutan 26
7.4 Monitoring dan Evaluasi 26
8 Aspek Kelembagaan dan Pola Kerjasama 27
8.1 Umum 27
8.2 Pedoman Kerjsaama 28
8.3 Perencanaan 28
8.3.1 Kelembagaan TPA Regional 29
8.3.2 Fasilitasi Penandatanganan MoU 30
Sub Kegiatan - 3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Sub Kegiatan - 3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Sub Kegiatan -3 Iv
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
1 Pendahuluan
Mengingat masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan balk saat sekarang
maupun dl masa mendatang maka perlu dikembangkan sistem pengelolaan persampahan
lintas kabupaten/kota atau secara regional. Pengembangan pegelolaan sampah secara
regional diharapkan dapat mendorong peningkatkan kinerja pengelolaan sampah. Sistem
pengelolaan sampah secara regional juga diharapkan dapat mendorong penerapan metode
sanitary landfill atau minimal control landfill yang selama ini terkendala karena terbatasnya
ketersediaan lahan, minimnya prasarana dan sarana pendukung yang kesemuanya
bersumber pada keterbatasan sumber pembiayaan.
Pengelolaan persampahan secara regional dapat terwujud apabila tersedia TPA dengan skala
regional. Disamping harus memenuhi aspek-aspek umum (administrasi, kepemilikan lahan,
kapasitas lahan, partisipasi masyarakat) dan aspek lingkungan fisik (karakteristik tanah,
sistem aliran air tanah, bahaya banjir, tanah penutup, intensitas hujan aksesibilitas dan tata
guna tanah).
Komponen yang saling terkait dan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan sampah
secara regional ini selanjutnya disebut sebagai aspek dari sistem pengelolaan sampah
regional, yaitu aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, aspek kelembagaan, aspek
peraturan dan aspek peran serta masyarakat.
2 Acuan Normatif
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Sub Kegiatan-3 1
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Sampah yang berasal dari kegiatan sehari hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.
Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
umum,fasilitas sosial, dan /atau fasilitas lainnya.
Sub Kegiatan-3 2
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
3.7 Musrenbang
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
4 Ketentuan Umum
Dalam pelaksanaan kerjasama in! perlu dikembangkan prinsip dan asas yang menjadi dasar
dilakukannya kerjasama, yaitu :
- Kemitraan, maksudnya adalah bahwa kerjasama ini dilakukan dan digalang sebagai upaya
bersama memenuhi kebutuhan penanganan sampah antar daerah untuk jangka panjang.
- Proporslonal, maksudnya adalah bahwa segala hak dan kewajiban yang timbul atas
kerjasama ini didasarkan pada standar penilaian yang dicapai secara musyawarah mufakat.
- Akuntabilitas, maksudnya adalah bahwa seluruh proses dan kegiatan yang melibatkan
pembiayaan / pendanaan, alokasi, dan pertanggung-jawabannya diselenggarakan dengan
cara seksama dan berhati-hati (prudential).
- IntegrasI, bahwa harus mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah dan air
sampah dengan pembangunan perkotaan lainnya, mempertimbangkan semua aspek
berpengaruh, serta memberi peluang bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat
dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan
- Kewilayahan, bahwa pengelolaan sampah dan air sampah pada dasarnya tidak mengenal
batas administratif pemerintahan, bahkan sektor ataupun departemen
- Berkelanjutan, bahwa pengelolaan sampah dan air sampah regional harus menjamin
bahwa tidak terdampak pada integritas ekologi pada badan air atau kawasan alamiah atau
batas kab/kota di masa kini dan yang akan datang.
- Orlentasi Daur Ulang, bahwa diperlukan pengurangan kuantitas sampah yang dibuang
maMPMh ponggunaan sumberdaya alam secara efektif, dan penetapan alur daur ulang
dangan kegiatan 3R {Reduce, Reuse, Recycle) melalui partsipasi masyarakat.
Sub Kegiatan-3 4
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
a) Daerah yang belum teriayani atau belum ada prasarana / sarana dapat bergabung
dengan daerah yang telah berkembang upaya minimasi dan daur ulang sampah.
b) Kerjasama antar daerah dapat berkembang pada masa yang akan datang dengan
daerah lain untuk kepentingan ekonomi khususnya sarana/prasarana pengelolaan
sampah.
4.4 Cakupan
b) Perencanaan
c) Pelaksanaan
KoordinasI antar daerah dalam rangka kerjasama daerah ditujukan untuk mencapal pelayanan
yang efektif dan efislen kepada masyarakat. Sehlngga dapat mencapal pembangunan
berkelanjutan meialui pengelolaan sampah yang diselenggarakan secara terpadu dengan
Sub Keglatan-3 5
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Pengelolaan sampah melalui kerjasama daerah dapat dilakukan terpadu secara regional
dengan kemungkinan infrastrukturnya lintas daerah. Secara umum mated program kerjasama
dapat ditetapkan sebagai benkut:
-Koordinasi Vertikal
b) Koordinasi vertikal dilakukan dengan gubernur untuk tingkat provinsi, menteri dalam
negeri dan departemen atau kementrian terkait (Departemen Pekerjaan Umum,
Kementrian Lingkungan Hidup dll) untuk tingkat pusat, camat untuk tingkat kecamatan,
lurah/kepala desa untuk tingkat kelurahan/desa
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
d) Koordinasi vertikai dllakukan dengan menteri dalam negeri dan departemen atau
kementrian terkait (Departemen Pekerjaan Umum, Kementrian Lingkungan Hidup dll),
untuk mensinkronkan pembangunan secara terpadu dan berkelanjutan
f) Koordinasi vertikai diiakukan dengan lurah / kepala desa untuk mendapatkan informasi
aktuai dari masyarakat mengenai permasaiahan pencemaran lingkungan serta untuk
sosiallsasi suatu program.
- Koordinasi Horizontal
a) Koordinasi horizontal dengan pemerintah daerah lain terutama apabila terjadi dampak
lintas daerah
a) Perlu koordinasi pengeiolaan sampah dengan sektor air bersih dan drainase untuk
menjamin kualitas air baku
b) Koordinasi antara sektor sampah dengan air bersih untuk mendukung program
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
Koordinasi
Sinkronisasi
Sub Kegiatan-S
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Badan Keijasama
Dinas/instansi/swast
analisis pennasalahan,
potensi, tantangan
Infrastruktur Sampah
Sinkronisasi
Propinsi, Kota, Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6.1 Perencanaan
Perencanaan teknis yang harus disiapkan antara lain penyesuaian lokasi TPA Regional di
dalam RTRK yang menjadikan payung bagi keberadaan lokasi TPA Regional sehingga
memiiiki dasar hukum yang kuat. Selain itu studi mengenai kelayakan lingkungannya, DED
dan SOP yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengoperasian TPA regional sangat
diperlukan.
Sub Kegiatan-3 8
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
Dalam pemllihan sistem harus mencakup pemetaan area layanan permukiman di seluruh
masing masing daerah sesuai kesepakatan, kondisi tanah (daya resap tanah, kedalaman
air tanah, kemlringan tanah), vegetasi serta kawasan konservasi. Lokasi pelayanan
kemungkinan mencakup lokasi permukiman lintas daerah atau seluruh daerah.
Berdasarkan target dan strategi pengelolaan sampah, aliran sampah ke depan harus
diprediksikan
d) Timbulan Sampah
Timbulan sampah tanpa dan dengan daur ulang diprediksikan berdasarkan penduduk
yang dllayani dengan mempertimbangkan:
e) Perkembangan Ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi baik pada kondisi eksisting maupun proyeksi, akan
menentukan karakteristik sampah, sumber dan kuantitas timbulan. Tujuan dan kebljakan
perencanan pembangunan ekonomi yang berkaltan harus dipertimbangkan dalam
pemllihan sistem sampah.
daur ulang sampah bersama pada kawasan yang padat diupayakan dapat mereduksi
timbulan leblh dan 50 %.
Sub Keglatan-3
J
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
g) Pemilihan Sistem
Penentuan jenis pengolahan dilakukan berdasarkan kriteria penentu di atas, sesuai Revisi
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Pengelolaan Umum Teknik Sampah Perkotaan dan RT-13-
2002-C Pengelolaan Sampah dengan sistem Daur Ulang pada Lingkungan
- pengolahan antara
h) Sharing Pembiayaan, untuk menentukan sistem retribusi yang tidak hanya berdasarkan
tingkat layanan namun mempertimbangkan kompensasi area pengaruh dampak.
- biaya investasi
- biaya OM
- biaya kompensasi(CSR)
Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Regional melalui proses
pentahapan berikut ini:
Tahap Regional yaitu merupakan tahap untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut, terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.
Mengingat bahwa tahap ini merupakan tahap penyisihan awal untuk menentukan zona layak
sebagai lokasi TPA sampah, maka pada tahap ini digunakan kriteria-kriteria maupun
memperhatikan batasan-batasan terhadap Aspek Tata Guna Lahan, Aspek Geologi, aspek
Kemiringan Lereng, Aspek Hidrogeoiogi dan Aspek Bahaya Lingkungan.
Tahap Penyisihan, yaitu merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona kelayakan pada tahap regional. Pada
tahap ini akan digunakan aspek hidrogeoiogi, geologi, air tanah, aliran sungai, situ dan danau,
untuk menentukan rangking kelayakan.
Tahap Penetapan, yaitu merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
benvenang, yang dilakukan melalui suatu forum diskusi. Dalam tata cara pemilihan Lokasi
TPA yang baik ada beberapa tahap, tahap penyelidikan regional, pemilihan tapak, dan lokasi
aktual.
Sub Kegiatan-S 10
I,
'A'
JM'
,/fVlS,'
'MM
I??}
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Kriteria : Hasil :
Pemiiihan Tapak - lokasi tapak terbaik
- Kriteria
Skala 1 : 5.000 s/d 1: 1.000 - rangkir^ beberapa tapak
(kondisi tapak)
Tahap penentuan lokasi TPA Regional, berikutnya adalah tahap pemiiihan dari beberapa
lokasi yang sudah dinyatakan layak secara ranking.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyisihan yang dilakukan untuk memilih beberapa
calon lokasi TPA sampah yang terbaik dalam zona layak yang telah ditetapkan pada tahap
regional.
Pada tahap ini akan diteliti secara mendalam yang dihubungkan dengan kondisi daerah yang
telah ditetapkan tersebut.
Pada bagian ini akan dilakukan penyisihan untuk menentukan beberapa altematif calon lokasi
TPA sampah untuk setiap daerah pelayanan. Penyisihan dilakukan terhadap lokasi-lokasi
yang layak berdasarkan kondisi daerah pada setiap zona yang didapatkan dari hasil
penyelidikan lapangan masing-masing dengan pembatasan dan penilaian, yang nantinya
akan diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai bahan rekomendasi.
Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari
kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut;
Sub Kegiatan-3 11
I
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
1. Iklim:
• Angin arah angin dominan tidak menuju kepemukiman dinilai makin baik.
3. Lingkungan biologis;
• Daya dukung kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik.
4. Kondisi tanah:
• Kapasitas dan umur dapat menampung bahan lebih banyak dan lebih lama dinilai makin
baik.
10. Ekonomi semakin kecil biaya satuan pengolahan sampah (per m^/ton) dinilai semakin
baik.
• Jarak TPA ke titik pemanfaatan / fasilitas umum / pemukiman/dli. Hal ini dilakukan
berdasarkan survey dan pengukuran dengan alat Teodolit ataupun GPS
dibandingkan dengan peta topografi dan RTRW yang telah ada.
• Kedalaman muka air tanah dari dasar TPA. Hal ini dilakukan dengan survey air
tanah mencakup peninjauan lokasi sumber-sumber air (sungai, sumur, mata air),
pengukuran dalam sumur, muka air tanah, tebal air tanah.
• Gradien muka air tanah dan arah aliran air tanah dari TPA. Hal ini dilakukan dengan
pengamatan morfologi, curah hujan, daerah resapan (recharge) dan keluaran
Sub Kegiatan-3 12
il
{|#
•VSS
• p
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
• Tingkat racun dan bahaya sampah TPA. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan
volume, karakteristik dan komposisi jenis sampah, metode penimbunan, desain
TPA yang ada.
• Kestabilan Lahan. Hal ini dilakukan terutama untuk menghindarkan dari longsor,
yaitu dengan cara pengamatan, analisa dan evaluasi morfologi (bentang alam),
tutupan lahan sekitar TPA, kemiringan lereng, geoteknik, jenis dan karaktersitik
tanah (sondir), metoda penimbunan, volume dan geometri timbunan sampah, dan
curah hujan.
Daerah pelayanan mengaou kepada skala kepentingan serta perkembangan dari daerah yang
akan dilayani, aturan pengelolan teknis sampah kota, selain itu Juga melihat kemudahan
dalam pengoperasional pengangkutan. Untuk daerah pelayaan dari TPA regional perlu
diperhitungkan berdasarkan perkembangan daerah masing-masing dan kemudahan
pencapainya. Tingkat pelayanan ditentukan oleh kemampuan dari lembaga pengelola
terhadap management persampahan yang secara bertahap perlu adanya peningkatan.
Sasaran utama dari pra rancangan TPA Regional ini adalah menyiapkan suatu rancangan
awal tempat penimbunan sampah dalam tanah yang aman bagi lingkungan maupun dalam
operasionalnya, tidak tertutup kemungkinan dilakukan hal-hal yang dapat menguntungkan
untuk memperpanjang usia pemakaian TPA seperti pengomposan sampah atau
pendaurulangan sampah yang masih tinggi nilai ekonomisnya.
Sub Kegiatan-3 13
v!};iS»
,,i:ip
i.0S$ii
', i',' ,
■ V,
m
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknotogi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Sekitar 20 - 30 % dari total luas lahan tersebut diperuntukkan bag! fasllitas penunjang TPA.
Dilakukan penanaman pepohonan di sekellling lokasi TPA hingga membentuk suatu sabuk
hijau {Green Belt). Ketebalan sabuk hijau Ini direncanakan hingga mencapai 20 - 30 m dengan
bagian terbesar terdiri dari pohon bambu di baglan dalam.
Mengurangi bau
Pembagian lahan kerja diperlukan untuk menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
serta untuk menentukan kapasitas tampung TPA. Pembagian lahan kerja ini direncanakan
dalam bentuk zona-zona yang dibatasi oleh :
Terhadap lahan yang tersedia tersebut akan direncanakan sebesar-besarnya untuk lahan
efektif TPA.
Volume sampah yang masuk TPA dihitung berdasarkan laju timbulan sampah dan jumlah
penduduk yang dilayani.
Sub Kegiatan-3 14
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakeiola)
Tahap ini terdiri atas kegiatan-kegiatan evaluasi sistem persampahan terpilih, sistem
kerjasama serta penanganan masaiah-masalah yang terjadi. Evaluasi juga hams menyajikan
upaya pengembangan pengelolaan persampahan secara bertahap. Tahapan ini hams
mempertimbangkan antara lain:
a) Area pelayanan
- analisis timbulan, frekuensi sampah bersama di area pelayanan, potensi dan target 3R
- perubahan kebijakan dan strategi suatu daerah akan mempengaruhi daerah yang
berdekatan
Dampak perubahan lingkungan, sosial, ekonomi harus diantisipasi dari setiap alternatif
sistem, baik dampak tangible maupun intangible. Kemungkinan terjadinya pencemaran di
lintas daerah dapat diprediksikan sesuai karakter kawasan lintas daerah.
Contoh: Untuk antisipasi pencemaran lintas daerah di area Tempat Pemrosesan Akhir,
maka selain buffer zone juga perlunya pengembangan Free Zone yaitu berdasarkan
pertimbangan area proteksi terhadap sumber air dari pencemaran bakteri, senyawa
kimia/logam berat, yang diklasifikasikan dengan pembatasan sebagai berikut:
b. Zona Proteksi kawasan, sebagai area total tangkapan air untuk penyediaan air harus
dilindungi dari pencemaran, yang meiiputi proteksi lapisan aquifer tertekan yang
berhubungan dengan badan air. Dalam zona ini semua kegiatan konstruksi dan
kegiatan yang membahayakan sumber daya air dihindari baik Jangka pendek maupun
jangka panjang, dengan kepadatan penduduk dibatasi maksimum 30 orang/ha.
Keberadaan sungai dan mata air yang dapat terancam oleh pembangunan infrastruktur
sampah, memerlukan konservasi atau pemulihan ekosistemnya mendekati kondisi
alaminya.
Sub Kegiatan-3 15
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Apabila zona proteksi tersebut apabila dapat diterapkan maka dapat meminimasi
terlarutnya polutan polutan yang terkandung dalam air leachate, dimana terlarutnya
logam berat dalam air dapat meningkatkan keasaman air. Logam berat dapat
terakumulasi dalam sedimen dan mengendap dan meningkatkan senyawa organik
logam yang tidak terlarut yang akan terbawa dalam rantai makanan melaiui
metabolisme mikroba.
^r
Konsultan
Pengembangan Program Pendamping
Kerjasama Investor
Peningkatan TPA,3R,COM
Pembiayaan
Replikasi
Sub Kegiatan-3 16
■
^ivi
)A 1-s.tWe^-ul
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Pada aspek pembiayaan salah satu komponen operasional yang sangat besar adalah
unsur pengangkutan dari lokasi timbulan sampah ke lokasi TPA. Maka apabila diiihat
jarak antara wilayah tersebut, karena kecendemngan berada dalam satu garis (linear) dari
aspek pembiayaan pengelolaan persampahan secara regional belum tentu
pengembangan TPA regional yang meliputi beberapa kabupaten / kota untuk
mewujudkan sistem pengelolaan yang optimal dan efisien.
• Dari total biaya TPA regional kemudian diturunkan menjadi cost sharing yang akan
menjadi beban setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TPA
regional. Seluruh prinsip dan bentuk cost sharing ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
• Bentuk cost sharing dapat ditetapkan berupa natura (tanah, peralatan dan
perlengkapan, asset bergerak, atau SDM)dan atau innatura (dana).
• Seluruh kebutuhan pembiayaan didasarkan pada kondisi saat ini, untuk itu
diperlukan tim yang melakukan penilaian keserasian retribusi. Misalnya, bila terjadi
perbedaan besar retribusi maka perlu dilakukan kajian apakah besaran itu akan
mempengaruhi besaran tipping fee.
Sub Kegiatan-3 17
"lill
I
if
ii:
■Ij
i
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dilakukan secara share operasional yang
didasarkan pada jumlah rata-rata sampah yang masuk dan kebutuhan rata-rata
operasional per tahun.
Bila jumlah sampah yang masuk ke TPA semakin banyak, maka biaya yang dikeluarkan
per m^ sampah menjadi lebih murah, karena biaya investasi dan biaya OM yang
dikeluarkan adalah tetap.
Sumber pembiayaan pengelolaan TPA regional, pada fase pembangunan awal sampai
dengan pemeliharaan diuraikan dibawah ini.
• Tipping fee
Sumber biaya ini merupakan jasa penanganan dan pengolahan sampah yang diberikan
oleh Badan Pengelola TPA regional kepada setiap pihak yang membuang sampah.
Prinsip dari penetapan tipping fee adalah besaran tarif dikalikan kubikasi sampah yang
masuk sehingga mampu menutup seluruh biaya operasi pengelolaan yang menjadi beban
Badan Pengelola TPA.
• APBD Kota/Kabupaten
Sumber biaya ini dapat dikatakan initial investment kontribusi daerah yang melakukan
kerjasama pengelolaan TPA regional. Sifat dari sumber biaya dari APBD adalah hibah
dan tidak pulih biaya (dikembalikan). Meskipun demikian, mengingat antar daerah
memiliki keterbatasan maka bisa jadi kontribusi daerah tidak sama sepanjang telah
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan initial invesment.
Sumber biaya dari APBD propinsi juga diharapkan sama dengan APBD kota/kabupaten
merupakan initial investment dalam bentuk hibah dan tidak dikembalikan. Demikian juga
dengan APBN.
• Kredit/Pinjaman
Sumber biaya dari kredit/pinjaman baik dari lembaga perbankan, lembaga keuangan non-
bank, maupun dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, prinsipnya harus
dikembalikan. Selain kembali pokok kredit/pinjaman juga disertai pengenaan bunga atau
jasa yang besarnya bervariasi. Sumber pembiayaan ini potensinya sangat besar namun
dalam pemanfaatannya perlu memperhatlkan analisis keuangan.
Sub Kegiatan-3 18
'3'
s-
i j,
■m
I
'I
'?!
ifh
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasls 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Sumber-sumber pembiayaan lain yang bersifat hibah tap! tidak mengikat dapat juga
diusahakan misalnya daiam kerangka kerjasama dengan LSM iokal, LSM internasional,
kerjasama antar kota dengan kota-kota di luar negeri, atau juga bantuan-bantuan dari
daiam negeri baik dari pemerintah maupun bukan pemerintah. Contohnya adalah bantuan
Swisscontact kepada TPA regional Piyungan di Yogyakarta.
7.2 Perencanaan
Analisa biaya TPA perlu disusun dan dianalisis sehubungan dengan sistem pembiayaan
dan tiping fee. Semua biaya direkapitulasi dengan menghitung biaya penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya pegawai yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biaya
pemasukan sampah akan sangat ben/ariasi tergantung dari pola penumpukan sampah
yang dipakal dan metode yang digunakan.
Dari gambaran aspek pembiayaan secara umum masing-masing dinas kebersihan telah
menjalankan sistem retribusi sampah kepada masyarakat. Namun terdapat beberapa
keterbatasan terutama anggaran biaya dari APBD yang relatif jumlahnya sangat kecil
dibandingkan dengan biaya Operasional dan Pemeliharaan kebersihan Kota.
Sub Kegiatan-3 19
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Penerimaan pendapatan dari retribusi sampah beberapa kabupaten telah sesuai antara
target dan realisasi, namun masih juga terdapat kondisi yang maslh jauh dari yang
ditargetkan. Umumnya beberapa penyebab dari kurang optimainya pendapatan dari
aspek retribusi adalah sebagai berikut:
2. Alokasi anggaran tidak membedakan antara biaya untuk pelayanan dan biaya-biaya
umum pengoperasian
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kurang adanya hubungan antara alokasi
anggaran biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari basil retribusi sampah. Prinsip-
prinsip dasar yang harus diikuti untuk menetapkan struktur tarif masing-masing kabupaten
yang bekerja sama nantinya yaitu:
Tarif yang diusulkan berdasarkan pada tuntutan agar korporet / lembaga baru dapat
mandiri secara finansial dalam jangka panjang. Dengan demikian tarif tersebut dirancang
untuk menutup kembali biaya-biaya yang meliputi:
2. Kesederhanaan administrasi
Sistem tarif berdasarkan volume mudah diadministrasikan dan dipantau antara lain:
a. Total volume yang diangkut ke TPA dapat dicatat dan dibandingkan dengan estimasi
b. Perbandingan volume aktual dan estimasi dapat dibuat untulk setiap "service area"
3. Keadilan sosial
Sistem yang diusulkan akan menetapkan tarif yang sama per unit volume bagi seluruh
pelanggan akan tetapi tetap mempertimbangkan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah.
Sub Kegiatan-3 20
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
4. Effisiensi ekonomi
Tarif hams bertujuan untuk memaksimalkan kinerja lembaga / badan / korporet bam
maupun peianggan dengan mendorong pemanfaatan secara maksimal sumberdaya-
sumberdaya termasuk:
tmk-truk
- awak tmk
Dengan demikian maka seluruh tarif diusulkan untuk ditetapkan berdasarkan perkiraan
volume sampah yang dihasllkan oleh setiap peianggan, dengan besar tarif standar per
yang sama. Perhitungan tarif standar per didasarkan pada prinsip pengembaiian
seluruh biaya sehingga unit operasional TPA Regional akan mampu mandiri dalam jangka
panjang.
Sebagian besar biaya adalah biaya variabel, karena secara langsung berhubungan
dengan volume sampah yang dikumpulkan dan diangkut. Hal ini dapat dijadikan
justifikasi atas sistem berdasarkan volume
2. Subsidi menjadi jelas dan terukur
Subsidi dan subsidi silang dapat diminimalkan dan dikontrol sehingga hanya terdapat
dua kemungkinan tarif baru dapat mensubsidi antara lain:
7.3 Pelaksanaan
Sub Kegiatan-3 21
■
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
c. Biaya untuk kelembagaan pengelola sampah TPA Regional yang meliputi biaya
supervisi dan manajemen, penagihan retribusi, kerugian karena pembebasan tarif dan
resiko serta adanya inflasi.
Komponen investasi pengadaan aiat berat disesuaikan dengan jenis aiat berat dan volume
sampah yang masuk ke TPA.
Pada proses awal, sumber dana dapat berasal dari proyek yang diselenggarakan oleh
pemerintah propinsi / pusat dan pemerintah daerah. Pada proses pengembangan layanan,
pengolahan antara ataupun pengolahan daur ulang, pembiayaannya dapat dilakukan oleh
masing masing daerah, yang pada hakekatnya merupakan dana pembayaran dari retribusi
dan dana subsidi. Untuk pengembangan sistem dapat mempertimbangkan:
- untuk pengembangan sistem maka evaluasi harus meliputi total biaya dari setiap
alternatif pemilihan sistem.
Sub Kegiatan-3 22
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Pada aspek pemblayaan salah satu komponen operasional yang sangat besar adalah unsur
pengangkutan darl lokasi timbulan sampah ke lokasi TPA. Maka apabila dillhat jarak antara
wilayah tersebut, karena kecenderungan berada dalam satu garis (linear) darl aspek
pemblayaan pengelolaan persampahan secara regional belum tentu pengembangan TPA
regional yang mellputi beberapa kabupaten / kota untuk mewujudkan sistem pengelolaan
yang optimal dan eflslen.
• Darl total blaya TPA regional kemudlan diturunkan menjadi cost sharing yang akan
menjadi beban setlap plhak yang terllbat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TPA
regional. Seluruh prinsip dan bentuk cost sharing ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
• Bentuk cost sharing dapat ditetapkan berupa natura (tanah, peralatan dan
perlengkapan, asset bergerak, atau SDM)dan atau Innatura (dana).
• Setlap plhak kemudlan menetapkan beban retrlbusi kepada masyarakat berdasarkan
kebljakan daerah maslng-maslng.
2. Pemblayaan Berbasis Kemampuan (Masyarakat)
• Pemblayaan berbasis kemampuan maksudnya kebutuhan pengadaan TPA regional
dihltung berdasarkan pengalaman penarlkan retrlbusi selama Inl. Pendekatan Inl
merupakan kebalikan darl pendekatan pemblayaan berbasis kebutuhan diatas.
• Seluruh kebutuhan pemblayaan dldasarkan pada kondisi saat Inl, untuk Itu diperlukan
tim yang melakukan penllalan keserasian retrlbusi. MIsalnya, blla terjadi perbedaan
besar retrlbusi maka perlu dllakukan kajlan apakah besaran Itu akan mempengaruhl
besaran tipping fee.
Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dilakukan secara share operasional yang
didasarkan pada jumlah rata-rata sampah yang masuk dan kebutuhan rata-rata operasional
per tahun.
Bila jumlah sampah yang masuk ke TPA semakin banyak, maka biaya yang dikeluarkan per
m^ sampah menjadi lebih murah, karena biaya investasi dan biaya OM yang dikeluarkan
adalah tetap.
Sumber pembiayaan pengeioiaan TPA regionai, pada fase pembangunan awal sampai
dengan pemeiiharaan diuraikan dibawah inl.
• Tipping fee
Sumber biaya ini merupakan Jasa penanganan dan pengoiahan sampah yang diberikan oleh
Badan Pengeiola TPA regional kepada setiap pihak yang membuang sampah. Prinsip dari
penetapan tipping fee adalah besaran tarif dikalikan kubikasi sampah yang masuk sehingga
mampu menutup seluruh biaya operasi pengelolaan yang menjadi beban Badan Pengeiola
TPA.
• APBD Kota/Kabupaten
Sumber biaya ini dapat dikatakan initlai investment kontribusi daerah yang melakukan
kerjasama pengelolaan TPA regional. Sifat dari sumber biaya dari APBD adalah hibah dan
tidak pulih biaya (dikembalikan). Meskipun demikian, mengingat antar daerah memiliki
keterbatasan maka bisa jadi kontribusi daerah tidak sama sepanjang telah mencukupi untuk
memenuhl kebutuhan initial invesment
Sumber biaya dari APBD propinsi juga diharapkan sama dengan APBD kota/kabupaten
merupakan initial investment dalam bentuk hibah dan tidak dikembalikan. Demikian juga
dengan APBN.
• Kredit/Pinjaman
Sumber biaya dari kredit/pinjaman baik dari lembaga perbankan, lembaga keuangan non-
bank. maupun dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, prinsipnya harus
dikembalikan. Selain kembaii pokok kredit/pinjaman juga disertai pengenaan bunga atau jasa
yang besarnya bervariasi. Sumber pembiayaan ini potensinya sangat besar namun dalam
pemanfaatannya perlu memperhatikan analisis keuangan.
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insineratcr(swakelola)
Sumber-sumber pembiayaan lain yang berslfat hibah tap! tidak mengikat dapat juga
diusahakan misalnya dalam kerangka kerjasama dengan LSM lokal, LSM internasional,
kerjasama antar kota dengan kota-kota di luar negeri, atau juga bantuan-bantuan dari dalam
negeri baik dari pemerintah maupun bukan pemerintah. Contohnya adalah bantuan
Swisscontact kepada TPA regional Piyungan di Yogyakarta.
7.2 Perencanaan
pemerintah propinsi / pusat dapat mengalokasikan dana APBN untuk mendukung program
tersebut. Alokasi dana dapat digunakan untuk pembangunan TPA atau penyiapan
konsultan pendamping untuk konstruksi atau kelembagaan.
pemerintah daerah menyiapkan proses pembebasan dan pematangan lahan untuk lokasi
TPA atau pemerintah daerah menyiapkan pengembangan sistem apabila telah
mempunyai sistem sampah
Analisa biaya TPA perlu disusun dan dianalisis sehubungan dengan sistem pembiayaan dan
tiping fee. Semua biaya direkapitulasi dengan menghitung biaya penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya pegawai yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biaya
pemasukan sampah akan sangat bervariasi tergantung dari pola penumpukan sampah yang
dipakai dan metode yang digunakan.
Dari gambaran aspek pembiayaan secara umum masing-masing dinas kebersihan telah
menjalankan sistem retribusi sampah kepada masyarakat. Namun terdapat beberapa
keterbatasan terutama anggaran biaya dari APBD yang relatif jumlahnya sangat kecil
dibandingkan dengan biaya Operasional dan Pemeliharaan kebersihan Kota.
Penerimaan pendapatan dari retribusi sampah beberapa kabupaten telah sesuai antara target
dan realisasi, namun masih juga terdapat kondisi yang masih jauh dari yang ditargetkan.
Sub Kegiatan-3 20
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Umumnya beberapa penyebab dari kurang optlmalnya pendapatan dari aspek retribusi adalah
sebagai berikut:
2. Alokasi anggaran tidak membedakan antara biaya untuk pelayanan dan biaya-biaya umum
pengoperasian
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kurang adanya hubungan antara alokasi anggaran
biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil retribusi sampah. Prinsip-prinsip dasar
yang harus diikuti untuk menetapkan struktur tarif masing-masing kabupaten yang bekerja
sama nantinya yaitu:
Sistem tarif berdasarkan volume mudah diadministrasikan dan dipantau antara lain:
a. Total volume yang diangkut ke TPA dapat dicatat dan dibandingkan dengan estimasi
b. Perbandingan volume aktual dan estimasi dapat dibuat untulk setiap "service area"
3. Keadilan sosial
Sistem yang diusulkan akan menetapkan tarif yang sama per unit volume bagi seluruh
pelanggan akan tetapi tetap mempertimbangkan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah.
Sub Kegiatan-3 21
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
4. Effisiensi ekonomi
Tarif harus bertujuan untuk memaksimalkan kinerja lembaga / badan / korporet baru maupun
pelanggan dengan mendorong pemanfaatan secara maksimal sumberdaya-sumberdaya
termasuk:
truk-truk
awak truk
Dengan demiklan maka seiuruh tarif diusulkan untuk ditetapkan berdasarkan perkiraan
volume sampah yang dihasilkan oleh setlap pelanggan, dengan besar tarif standar per m^
yang sama. Perhitungan tarif standar per m^ didasarkan pada prinsip pengembalian seiuruh
biaya sehingga unit operasional TPA Regional akan mampu mandiri dalam jangka panjang.
Keuntungan-keuntungan tarif berdasarkan volume sampah yang dihasilkan dan dibuang
adalah sebagai berikut:
Sebagian besar biaya adalah biaya variabel, karena secara langsung berhubungan dengan
volume sampah yang dikumpulkan dan diangkut. Hal ini dapat dijadikan justifikasi atas
sistem berdasarkan volume
Subsidi dan subsidi silang dapat diminimalkan dan dikontrol sehingga hanya terdapat dua
kemungkinan tarif baru dapat mensubsidi antara lain:
a. kelompok keluarga berpenghasilan rendah akan membayar di bawah biaya per m^ yang
sesungguhnya. Cara ini akan berdasarkan pada kebijakan dan bersifat sementara yang
akan diatur dengan one-o/f basis (sekali pakai) dan tidak dianggap sebagai tarif khusus.
7.3 Pelaksanaan
Sub Kegiatan-3 22
:ij'lv,;,;''.'
(j®
' ■■pyfi
iM'
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
Kegiatan pembebasan lahan dllakukan agar dapat segera dipersiapkan dalam proses
pembangunan TPA. Besamya investasi untuk pembebasan lahan Ini bervariasi sesuai
dengan harga tanah setempat yang umumnya mengacu pada NJOP (Nilai Jual Obyek
Pajak).
Biaya pembangunan fisik di TPA meliputi biaya konstruksi dan biaya pengadaan Sarana
dan Prasarana Fisik mencakup:
4. Talud bronjong
5. Pemasangan geomembran
8. Jembatan timbang
Sub Kegiatan-3 23
■■■
::!i i i i ;
■ ■
h :
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Investasi pengadaan alat berat; komponen investasi pengadaan aiat berat disesualkan
dengan jenis alat berat dan volume sampah yang masuk ke TPA.
Komponen biaya operasional dan pemeliharaan ditentukan berdasarkan jenis dan jumiah
fasiiitas maupun alat berat yang dipakai. Diantaranya adalah Jembatan timbang, IPAL,
operasional land covering, bahan bakar dan pemeliharaan aiat, maupun operasional
kantor dan gaji pegawai, adalah sebagai berikut:
Biaya ini adaiah biaya yang dikeiuarkan untuk pengoperasian kolam lindi. Biaya ini
meliputi biaya operasional yaitu biaya untuk bahan kimia dan pembeiian van bakar.
Dan biaya pemeliharaan, yaitu biaya untuk untuk perawatan investasi pada kolam
lindi.
Biaya lain adalah biaya yang sebenarnya harus ditanggung oleh TPA meliputi biaya studi
pemilihan lokasi yang diperlukan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dan aman bagi
pengoperasian TPA. Biaya studi iingkungan yang diperlukan agar TPA dapat dioperasikan
secara balk dan seminimal mungkin menimbulkan dampak terhadap Iingkungan
sekitarnya. Biaya ini adalah biaya AMDAL, biaya UKL / UPL dan penyusunan SOP, biaya
rancangan teknis pembangunan sarana dan prasarana TPA. Dan biaya untuk
kelembagaan pengelola sampah TPA Regional yang meliputi biaya supervisi dan
Sub Kegiatan-3 24
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
manajemen, penagihan retribusi, keruglan karena pembebasan tarif dan resiko serta
adanya inflasi.
Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dllakukan secara operaslonal share atau biaya
yang harus ditanggung balk untuk biaya investasi maupun biaya operaslonal dibagi dalam
jumlah rata-rata sampah yang masuk ke TPA. Dengan prinsip Full Cost Recovery, maka
Tipping fee didasarkan kepada semua biaya yang telah dikeluarkan oleh pengelola TPA, baik
biaya investasi maupun biaya operaslonal dan pemeliharaan.
7.3.2 Pola Pengelolaan Keuangan
Sesuai dengan PP 23/2005 dan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi,
produktivitas dan praktek bisnis yang sehat, maka perlu diterapkan pola pengelolaan
keuangan yang harus memenuhi persyaratan:
- SUBSTANTIF, yaitu menyelengarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan
dengan pelayanan publik, dan tidak mengutamakan keuntungan;
- TEKNIS, yaitu kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya;
- ADMINISTRATIF, yaitu memuat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan keuangan, pola tata kelola, Renstra bisnis, laporan keuangan pokok, SPM,
laporan audit keuangan.
Sub Kegiatan-3 25
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Dengan syarat TPA yang idea, misalkan jarak darl pemnuklman yang cukup jauh, maka lahan
yang dapat dialokasikan untuk TPA semakin jauh dari kota. Dan menglngat bahwa biay
apengadaan TPA, terutama pembellan lahan di kota, akan cukup tinggi, maka TPA akan
berada di luar kota. Permasalahan TPA yang jauh dari kota adalah masalah biaya
pengangkutan sampah dengan truk dari sumber timbulan sampah ke TPA.
Efisiensi biaya pengangkutan perlu dipikirkan dengan adanya pengelolaan sampah dengan
TPA terpusat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendiversifikasi jenis truk 5 m^ dan (8-10) m^
sesuai dengan kondisi jalan dan target rute dan rit yangada. Serta perencanaan
pengangkutan sampah dari sumber timbulan sampah (Rumah Tangga, toko, pasar dan pusat
perbelanjaan) ke TPS dengan truk 5 m®, dan mengganti moda angkutan dengan truk 8-10 m®
kte TPA dengan perantaraan SPA (Stasiun Pengangkutan Antara).
Sub Kegiatan-3 26
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
8.1 Umum
Output
Dasar Hukum Proses
M-
Tim Penyiapan SK Gubernur
Pembentukan Tim Teknis
M.
Surat Keputusan Bersama
PP 50 / 2007 Perjanjian Kerjasama
SK Gubernur
M-
SK Gubernur /
PP 50 / 2007 Pembentukan Lembaga
Peraturan bupati
SK Gubernur
Pengelola
PP No 23/2005
Sub Keglatan-3 27
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
2) Kesepakatan dan kebutuhan untuk mengelola sampah secara bersama dari sag! teknis;
Kerja sama pengelolaan sampah terpadu dan saling menguntungkan harus tetap
mempertimbangkan prinslp-prinsip antara lain;
8.3 PerencandaH
Dalam pelaksanaan program untuk penyiapan para pelaku terkait dan mekanisme koordlnasi
antar-pelaku, dapat mempertimbangkan hal hal sbb:
- Membentuk suatu lembaga di tingkat propinsi, dimana untuk mengelola sarana yang cukup
besar dan daerah pelayanan yang bersifat lintas daerah/regional memerlukan suatu
lembaga untuk mengelolanya. Untuk menjaga kesinambungan sarana persampahan yang
telah dibangun diperlukan suatu kelembagaan berupa Badan Pelayanan Umum (BLU) tidak
mengutamakan keuntungan namun tetap dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan.
Sub Kegiatan-3 28
I
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Aset yang kepemilikan merupakan bagian tidak terpisahkan dari aset Pemerintah Daerah
sebagaimana Badan Usaha Milik daerah (BUMD). Melalui BLU juga dapat dibentuk Satuan
Kerja Pelaksaan Daerah (SKPD) dengan demlkian BLU dapat menggunakan menerima
dana dari DAU atau DAK, dana dekonsentrasi, dan dana bersifat subsidi silang.
Badan Keijasama/Sekretariat
Betsama
"T"
I I
Instansi LH Swasta/Masyarakat
j
Tingkat Daerah
Tingkat Masyarakat
Perlu diketahul kondlsl calon InstltusI pengeloia kegiatan pengelolaan TPA Regional balk dari
plhak Dinas ProplnsI, Dinas Teknis dl tiap-tlap Kabupaten, Swasta yang dibentuk oleh
pemerintah Kabupaten / ProplnsI maupun swasta murni. Perbandlngan Inl dllakukan pada
kondlsl organlsasi, sumber daya manusia, serta sumber dan flekslbllltas finanslal yang
mendukungnya. Perbandlngan Inl dibuat dengan memandang diperlukannya sebuah payung
perjanjian keijasama antar daerah untuk mengatur tentang bentuk organlsasi dan pola
pertanggungjawabannya.
Sub Keglatan-3 29
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakeiola)
Pada tahap awai akan dilakukan seluruh perslapan yang diperlukan untuk membentuk TPA
Regional, diantaranya adalah : pembuatan dokumen kesepakatan kerja sama antar
Kabupaten/Kota untuk mengeiola sampah pada TPA yang sama, pembentukan Institusi
(lembaga) yang bertanggung jawab merencanakan TPA Regional, penyusunan landasan
hukum yang diperlukan pada pembentukan TPA Regional, menentukan perkiraan biaya
pembangunan dan pengoperasian TPA Regional.
Tahap awal kegiatan pembentukan TPA Regional adalah pembuatan dokumen kesepakatan
kerja sama. Kesepakatan kerja sama ini disusun oleh para pihak Kabupaten yang bemiat
mengadakan kerja sama pengelolaan sampah pada suatu lokasi tempat pembuangan akhir
sampah secara bergabung (disebut TPA Regional). Inisiatif pembuatan kerja sama tersebut
dapat berasal dari satu pihak atau beberapa pihak yang terlibat, dengan tujuan memperoleh
manfaat/keuntungan yang lebih besar daripada menggunakan TPA sampah secara sendiri.
Umumnya inisiatif awal berasal dari Kabupaten atau Kota yang mempunyai problem pada
penyediaan lahan untuk TPA atau Kabupaten yang melihat peluang untuk mendapatkan
manfaat/keuntungan jlka menggunakan TPA sampah secara bersama (TPA Regional). Dari
hasll anallsis yang telah dilakukan sebelumnya, maka didapat rekomendasi TPA Regional
terpilih.
Sub Kegiatan-3 30
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegialan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
Sebelum Kota / Kabupaten tersebut melakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah, maka
perlu adanya Nota Kesepakatan Bersama (MoU) diantara Kota/Kabupaten tersebut. Nota
kesepakatan ini nantinya digunakan untuk mengatur hal-hal yang dianggap perlu dalam
kerjasama. Nota Kesepakatan Bersama merupakan suatu landasan hukum yang merupakan
arahan kegiatan selanjutnya.
Adapun is! Nota Kesepakatan Bersama ini adalah kesepakatan antara Kepala Pemerintahan
Daerah. Adapun isi pasal-pasal Nota Kesepakatan Bersama ini secara umum adalah sebagai
berikut:
Sub Kegiatan-3 31
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator (swakelola)
Pengertian melakukan pengelolaan sampah dl daerahnya sendlri tidak harus diartikan bahwa
daerah yang bersangkutan harus melakukan sendlri penanganan sampah terutama pada saat
pengelolaan akhir sampah. Untuk hal itu antar daerah dapat melakukan kerjasama melalui
pengelolaan TPA regional yaitu pengelolaan TPA yang melibatkan lebih darl satu
kabupaten/kota. Hal Ini dilakukan dengan berbagai pertlmbangan, salah satunya adalah
dalam rangka eflsiensl dan efektivitas.
PP No. 14/1987
Pengelolaan sampah merupakan
kewenangan daerah olonom
, (Oeseniralisasi)
Pengalaman
TPA Plyungan
t PP No.84/2000 I
Pelaksanaan tugas desentralisasi
Pengalaman dilaksanakan Dinas Kota/Kabupaten
TPA Bantargebang
ISU STRATEGIS
UU No. 32/2004 & No. 33/2004
Pengalaman Memperkual pelaksanaan
TPA-R Surabaya PP No. 14/1987 & PP No. 84/2000
PENGELOLAAN
Sebagai bagian dari naskah kerjasama yang akan ditandatangani, sebaiknya juga ditetapkan
pengaturan lembaga pengelolaan TPA regional. Sebagaimana ketentuan yang ada maka
lembaga pengelolaan TPA regional dibedakan menurut tugas pokok dan fungsi yaitu lembaga
yang melakukan pengaturan dan pengendalian, lembaga pengelola, serta lembaga yang
melakukan pengawasan pengelolaan TPA regional.
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KolaTeipadu BeTbasas SR
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
NASKAH
KERJASAMA
Garis Garis
pelaksanaan operasionallsasi
pengawasan BADAN PENGELOLA kebijakan dan
operasionallsasi TPA REGIONAL strategi
Dengan adanya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur otonomi
daerah telah memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil dan
mengembangkan prakarsanya bagi pengembangan pembangunan prasarana yang
dibutuhkan.
Pembentukan Kelembagaan dalam pengelolaan TPA Regional disusun dengan maksud untuk
mengupayakan kesatuan tindak dalam mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan
kebersihan wilayah dan sekitarnya.
Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka bentuk kelembagaan
pengelola TPA dapat merupakan perpanjangan dari Dinas Propinsi/kabupaten, kerjasama
dengan pihak PT (Badan Usaha) atau murni PT (Badan Usaha). Untuk memudahkan
Sub Kegiatan-3 33
.S
' i
Konsep Pedoman Pengelolaan Smnpah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
pengoperasian darlpada TPA Regional maka skenario pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan pembentukan beberapa badan atau korporate yang terlibat langsung dalam
pengelolaan TPA yaltu:
Dengan demlkian maka komponen yang terlibat dalam pembentukan badan pengelola TPA
Regional adalah:
• Bupati masing-masing wilayah rencana atau daerah yang secara sukarela dapat
bekeijasama dalam penyelenggaraan TPA Regional
• Petugas perwakilan dari masing-masing wilayah rencana
Sub Kegiatan-3 34
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Tetpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
• Dalam rangka pengelolaan TPA regional perlu dibentuk Badan Pengatur (Regulator)
yang memlllki tugas pokok dan fungsl melakukan pengaturan dan pengendalian atas
pengelolaan TPA regional.
• Badan ini harus dibentuk sebagai konsekuensi dari ketentuan pemisahan antara
tugas-tugas regulator dengan operator. Pembentukan badan ini menjadi
tanggungjawab pihak-pihak yang melaksanakan kerjasama pengelolaan TPA
regional, dimana kebutuhan personalia badan ini direkrut tersendiri dan atau
memanfaatkan SDM dari dinas/instansi terkait yang ada di tiap-tiap daerah.
• Badan ini memiliki tugas pokok dan fungsi antara lain sebagai berikut:
- Menyiapkan kebijakan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan teknis
sebagai kerangka kerja dan kerangka legal operasionalisasi TPA regional
Menyiapkan kebijakan, pengaturan, dan pengendalian peran serta swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan TPA regional
- Menyiapkan kebijakan dan pengaturan perlindungan masyarakat sebagai
konsumen dan pengendalian pencemaran lingkungan
Menentukan besaran tarif
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengetolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
WALIKOTA BUPATI
Sekretariat
Sub Kegiatan-3 36
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
Struktur organisasi Badan Pengatur dan Pengendalian TPA Regional dapat diberikan
bentuknya sebagai berikut;
Sub Bag
Kepegawaian
Sub Bid. Sub Bid. Sub Bid. Sub Bid. ' Sub Bid. Sub Bid.
Kebijakan Soslallsasi Perijinan Manajemen Pembinaan Pemantauan
Pelayanan Informasi Teknis dan Evaluasi
Sistem (SIM)
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengeiolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
• Keanggotaan Badan Pengawas berasal dari daerah yang terlibat dalam rangka
kerjasama pengembangan TPA regional. Jika diperlukan dapat diusulkan wakil-wakil
independen seperti dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan,
LSM yang kompeten, atau pihak lainnya.
• Badan ini dibentuk sebagai bagian dari kerjasama oleh Pemerintah Kota dan
Kabupaten dan memberi kewenangan DPRD untuk bertindak sebagai pihak yang
berkepentingan dengan hasil-hasil pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas
kepada Badan Pengelola TPA regional.
Sub Kegiatan-3 38
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknoiogi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakelola)
Sekretariat
Sub Kegiatan-3 39
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berfaasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
Struktur organisasi Badan Pengawas Pengelolaan TPA Regional dapat digambarkan secara
umum adalah sebagai berikut:
Forum Komunikasi
Masyarakat
Unit Kerja Pemantauan dan Unit Keria Pengelolaan Unit Kerja Sosialisasi dan Unit Kega Pengembangan
EvaluasI Pengaduan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Sistim Pelayanan
(PE) (PPM) Masyarakat
Sub Keglatan-S
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknoiogi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
• Alternatif Badan Pengelola (Operator) TPA regional dapat diusulkan sebagai berikut:
a. Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Propinsi dan UPTD Kabupaten
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah bagian dari instansi pemerintah
daerah yang dapat difungsikan untuk melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
khusus termasuk pengelolaan TPA regional. Bentuk lembaga ini sudah sangat
dikenal oleh daerah termasuk oleh Kota dan Kabupaten. Secara administrasi,
bentuk lembaga ini tidak dapat dipisahkan ketika berfungsi sebagai bagian dari
dinas/instansi teknis yang melaksanakan pelayanan umum dan ketika
menjalankan fungsi tertentu dengan prinsip efisien dan efektif.
Keberaddan UPTD sangat menguntungkan karena UPTD tetap dalam kendali
Dinas terkait dan mudah untuk mengontrol pelaksanaannya di lapangan.
Kabupaten/Kota yang akan ikut serta dalam TPA Regional hanya mengirim
sampah ke lokasi TPA regional hanya mengirim sampah ke lokasi TPA regional
dengan hanya dibebankan typping fee. Pengangkutan sampah dari sumber
sampah sampai TPA atau dari sumber sampah ke Depo tetap menjadi tanggung
jawab Dinas Kebersihan masing-masing kabupaten.
b. Perudahaan Daerah (Perusda)
Berbeda dengan UPTD. Perusda merupakan sebuah bentuk badan usaha yang
secara administrasi terpisah dari dinas/instansi teknis dan dikelola dengan
prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas layaknya sebuah badan usaha. Bentuk
lembaga ini dapat digunakan sebagai pengelola TPA regional.
c. Badah Ldyanan Umum (BLU)
Badan Layanan Umum (BLU) adalah alternatif kelembagaan baru dalam rangka
meningketkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek bisnis karena BLU dapat mengenakan tarif (yang
tidak memberatkan masyarakat).
41
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelotaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelotaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
BLU beroperasi sebagai unit keija KL/ Pemda untuk tujuan pemberian
layanan umum berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi
induk yang bersangkutan.
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
TPA regional, balk yang berbentuk badan usaha maupun bukan badan usaha
dengan tugas khusus melakukan pengelolaan TPA regional. Tentang
mekanlsme pembentukan dan pengelolaan badan Inl dllakukan musyawarah
antar daerah yang terllbat dalam pembentukannya. Pada alternatif Inl maslng-
maslng daerah dapat mengambll peran yang setara dan atau proporslonal.
Badan Pengelola Inl dapat berbentuk perusahaan atau koperasl.
e. Pihak Ketiga
• Blla pengelolaan TPA dllakukan oleh salah satu plhak, maka pihak yang
bersangkutan memlllkl kewenangan menetapkan pengelola.
- Membentuk pengelola yang berbentuk badan usaha perseorangan,
koperasl. yayasan, Badan Layanan Umum (BLU), bentuk lalnnya, atau
- Menetapkan kerjasama dengan plhak ketiga sebagai pengelola TPA
regional.
jalannya pengelolaan TPA regional oleh lembaga pengelola, dan lembaga in!
juga bertanggung jawab kepada lembaga sampah regional.
45
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Badan Pengawas
TPA Regional
Kepala
Badan Pengelola
TPA Regional
Badan Pengelola TPA Regional bertanggung jawab kepada Badan Pengawas TPA
Regional.
Badan Pengelola diplmpin oleh seorang Kepala (atau sebutan lalnnya), kemudlan 3
(tiga) orang Kepala Seksi (atau sebutan lalnnya) masing-masing adalah Seksi
Perencanaan, Seksi Operasi, dan Seksi Perawatan dan Perbekalan.
Setlap Kepala Seksi membawahl beberapa staf balk yang statusnya permanen
maupun yang tidak permanen (kontrak).
Setlap seksi dan staf yang berada didalam seksi tersebut memillkl uralan tugas
pokok dan fungsl maslng-masing serta berkewajiban melaksanakan uralan tugas
pokok dan fungsl tersebut secara bertanggungjawab.
46
Sub Keglatan-3
•' w
IT
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berfoasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
• Susunan personil permanen dapat direkrut dari dinas/lnstansi darl tiap-tlap daerah
yang bergabung dalam pengelolaan TPA regional, misalnya PNS atau calon PNS di
Dinas yang mengurusi masaiah sampah, balk Itu di Kota maupun Kabupaten.
• Badan Pengelola membuat Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) dan
disahkan oleh Badan Pengawas.
• Badan Pengelola berhak menetapkan tipping fee dan dibebankan kepada semua
kendaraan pengangkut sampah yang membuang sampah ke dalam lokasi TPA
regional, baik itu sampah darl Kota maupun Kabupaten, dengan besaran tipping fee
yang sama.
• Dalam ha I diperlukan adanya sharing modal investasi dan modal kerja maka hal itu
harus dicatat dalam akuntansi dan dicatat sebagai modal disetor (ekuitas) didalam
pembukuan Badan Pengelola TPA dan seterusnya terhadap urusan yang berslfat
administratif.
• Mekanisme kerja selanjutnya dapat dibahas dan dieksplorasi lebih dalam dan lebih
detil terutama oleh Kota dan Kabupaten.
47
Sub Kegiatan-3
Ml J
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
Bentuk umum daripada Badan Pengelola TPA Regional adalah sebagal berlkut:
Bupati Bupati
Pengemb.Teknis TPA
Regional
Seksl Pemll^an
Seksl Kompos
Seksl Pemeliharaan
S^sl Pengwasan'
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator (swakelola)
Pembentukan Badan Pengelola yang lainnya dengan membentuk Badan Usaha berbentuk PT
juga dapat dllakukan dengan bentuk diagram organisasi sebagai berikut:
Swasta
Manajemen Operaslonal
j'-DInas LH,
TPA REGIONAL
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)
• Isi perjanjian kerjasama harus secara rinci menjelaskan peranan dari masing-masing
pemerintah daerah, bentuk dan struktur badan usaha yang akan dibentuk serta hal-hal
yang menyangkut finansial, dan aset badan usaha tersebut
• Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membentuk badan usaha in!
UPTD atau Unit Pelaksana Teknis DInas bidang kebersihan merupakan pelaksana teknis di
lapangan yang menangani masalah-masalah penanganan persampahan perkotaan yang
umumnya terbagi berdasarkan zona-zona pelayanan persampahan. UPTD adalah unsur
pelaksana teknis operasional dinas yang mempunyal tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas yang wllayah kerjanya meliputi satu atau beberapa Kecamatan. UPTD dapat dibentuk
berdasarkan SK Bupati masing-masing. UPTD dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di
bawah tanggung-jawab Kepala Dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh Camat
Dalam rangka penanganan persampahan di TPA dengan skala TPA Regional yang
penetapan lokaslnya telah dilakukan, maka keberadaan UPTD Kebersihan yang ada dapat
digunakan untuk menangani TPA Regional tersebut sebagai langkah awal yang lebih mudah
jika harus membuat suatu bentuk badan usaha. Dengan adanya UPTD Kebersihan dapat
digunakan sebagai perpanjangan kelembagaan Dinas kebersihan masing-masing kabupaten
yang melakukan kerjasama pengelolaan TPA Regional, untuk menjadi pengelola TPA
Regional tersebut. Keberadaan UPTD sangat menguntungkan karena UPTD tetap dalam
kendali Dinas terkait dan mudah untuk mengontrol pelaksanaannya di lapangan. Kabupaten-
kabupaten yang akan ikut serta dalam TPA regional hanya mengirlm sampah ke lokasi TPA
Regional dengan hanya dibebankan tipping fee, sehlngga pengangkutan sampah baik dari
sumber sampah sampai pada SPA atau depo tetap tanggung-jawab Dinas Kebersihan
masing-masing kabupaten. Gambaran tersebut dapat dipolakan sebagai berikut:
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)
Terkait dengan struktur UPTD yang nantinya dapat digunakan sebagai alternatif bentuk
kelembagaan pengelola TPA Regional, maka Bupati / Walikota telah menylapkan peraturan
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Keija Unit Peiaksana Teknis Dinas
Pengelolaan Sampah Akhir pada Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten.
Pada intinya UPTD Pengelolaan Sampah Akhir mempunyal tugas pokok melaksanakan
sebaglan tugas-tugas Dinas Lingkungan Hidup, kebersihan dan Pertamanan di bidang
pengelolaan sampah akhir berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun fungsi UPTD Pengelolaan Akhir Sampah adalah sebagai berikut:
• Penyusunan kebijakan pembangunan di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan sesuai dengan ketentuan
Untuk melakukan fungsi tersebut maka UPTD mempunyal kewehangan sebagai berikut:
• Penyusunan rencdna pembangunan teknis operasional
• Penyusunan data statistik
Pada prinsipnya, mekanisme penyelenggaraan pembangunan yang dilakukan pada tahap ini
adalah sama dengan tahap awal program, hanya saja pada tahap ini lembaga pengelola antar
daerah di tingkat propinsi atau kerjasama pemerintah daerah, bertanggungjawab untuk
pengelolaan sampah dan peran tim konsultan akan diambil alih oleh lembaga pengelola antar
51
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
52
Sub Kegiatan>3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swaketola)
- Pelaksanaan Kerjasama
- Sumber Pembiayaan
- Ketentuan Iain-Iain
9.1.1.2 SKB tentang Pembentukan Tim Teknis / Tim Penyiapan Kerjasama Pengelolaan
Sampah TPA Regional
Perjanjian keijsama In! dibuat berdasarkan PP 50 tahun 2007 yang memuat hasll kerjasama
antar pemkab/pemkot dlharapkan dapat menlngkatkan tujuan antara lain:
- EfisiensI dan efektifitas pelayanan
1. Subyek kerjasama
2. Obyek kerjasama
6. Pengakhlran kerjasama
8. Penyelesalan persellslhan.
Pemerintah No 50 tahun 2007. Surat Keputusan Bersama ini memuat beberapa ha! pokok
permasalahan antara lain:
- Pelaksanaan koordlnasi
- Sumber pemblayaan
- Ketentuan Iain-Iain
b. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis / master plan / rencana
Induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi kebijakan dan program
pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan pengelolaan prasarana kota lainnya.
0. Peraturan hukum yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah
regional;
2. Usianya tidak lebih dari 5 tahun terutama menyangkut tarif dan kelembagaan yang mudah
berubah karena tuntutan.
55
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)
c. struktur organisasi
1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbltkan, disoslallsaslkan, termasuk kewajiba
dalam melaksanakan penlngkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan samp
2. Dokumen peraturan yang telah diterbltkan mudah.
3. Setlap lembaga yang tugas dan tanggung jawabnya terkalt dengan materi pengaturan
dalam peraturan yang telah diterbltkan, bertanggung Jawab dalam pelaksanaannya.
56
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakeiola)
Reran serta masyarakat dalam mendukung keberadaan dan pengoperasian TPA Regional
sangat dlperlukan. Namun demikian hal ini membutuhkan beberapa kegiatan yang
mendukung keberlangsungan peran serta masyarakatnya. antara lain:
10.1 Sosialisasi
1. Mensinkronkan program di tingkat pusat dengan PEMDA Propinsi dan Kota / Kabupaten;
2. Mengkonfirmasikan rencana pengelolaan TPA kepada PEMDA kota / kabupaten dan
jajarannya maupun instansi terkait, serta mengidentifikasi kebutuhan agar terlaksananya
rencana tersebut;
4. Mencarikan jalur keluar dari permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga dapat
dicegah terjadinya konflik, yang pada akhirnya dukungan masyarakat dapat terpelihara;
10.2 Rencana Misdia Komunikasi
Pembentukan tim pengawas yang berasal dari unsur masyarakat setempat, LSM, masyarakat
media, para pakar dan Perguruan Tinggi sangat diperiukan. Tim pengawas ini dibentuk
57
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakelola)
selama tahap pembangunan TPA dan akan dlpertahankan selama TPA tersebut beroperasi.
Kelompok In! akan memberikan masukan langsung darl / kepada masyarakat sekitar TPA dan
masyarakat sepanjang jalur utama pengankutan. Tim pengawas Ini akan bertindak sebagai
baglan dari tim monitoring untuk menjamin adanya transparasni pengoperasiannya.
bang3/j p
58
Sub Kegiatan-3
r
jj
1 1
ir-
cVi::2A ti
Source: Price:
Ciass;
■Ji
n
^-•A-y,:v-\:*^r-^.„•' i.;- - •.
'■■ i- "'-■"' ■:-t'"
i'?' •■•'7
' '.X'
W^. -
♦l'-
• . C s J U ^ L
• tl? ■ ■ •' • ■
■1 p ''' ■ ",'V.^«, '' ■• „l^.-
y-
' i
■ -K-
. ■> \