Anda di halaman 1dari 146

iXl' KONSEP

{f\ ^ PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL


XK

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA


TERPADU BERBASIS 3R

Sub Kegiatan Penerapan TPA Regional dan Insinerator

ir -4-
• ♦ -I 'J.'

'V<T^' *■ • ••''■ ■"

DISUSUN OLEH;

TIM PELAKSANA

BANDUNG. DESEMBER 2008

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jl. Panyawungan Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung 40393 PO Box: 812 Bandung 40008
Telp (022) 7798393 (4 saluran)-Fax (022) 7798392-Email.kapu8klm@bdg.contrln.net.ld
KONSEP
PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL

PENERAt>AN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA


TERPADU BERBASIS 3R

Sub Kegiatan Penerapan TPA Regional dan Insinerator

DISUSUN OLEH:

TIM PELAKSANA

PERPUSTAmw

BANDUNG, DESEMBER 2008

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jl. Panyawungan Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung 40393 PO Box: 812 Bandung 40008
Telp. (022) 7798393(4 saluran)-Fax (022) 7798392-Email:kapusklm@bdg.centrln.net.id
I
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diberikan persetujuan penyelesaian Konsep Pedoman Pengelolaan


Sampah Regional

Judul :

TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTATERPADU BERBASIS 3R

Dengan Sub Kegiatan:

1 :Peningkatan Kualitas TPA Sampah Lama (Swakelola)


2:Pengkajian Penerapan TPA Regional Dan Insinerator(Swakelola)
3:Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R

Penangguang Jawab Kegiatan Bandung, Desember 2008


Koordinator

If. Lva lllanv Setvawatl.MT Sarbidi. ST.MT


.110025632^ NIP. 110036276

Mengetahul
Kepala Satuan Kerja
Puslitbang Permukiman

DR.ir, Anita Firmanti. Ml


NIP.110038583
.J..
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

DAFTAR ISI

1 Pendahuluan 1
2 Acuan Normatif 1
3 Istllah dan DefinisI 2
4 Ketentuan Umum 4
4.1 Prinsip dan Azas Pengelolaan TPA Regional 4
4.2 Pengelolaan Sampah 5
4.3 Kegunaan 5
4.4 Cakupan 6
5 Penyediaan infrastruktur dengan Pola Kerjasama antar Daerah 6
5.1 Koordinasi antar Daerah 6
6 Aspek Teknik Operaslonal 9
6.1 Perencanaan 9
6.1.1 Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir(TPA)Sampah Regional 11
6.1.1.1 Kriteria Penyisih Berdasarkan SNI 03-3241-1994 13
6.1.1.2 Kriteria Penyisih Berdasarkan Metode Le Grand, 1980 14
6.1.2 Daerah Pelayanan 15
6.2 Tata Cara Operasional 15
6.2.1 Penyiapan Lahan TPA 15
6.2.2 Pembagian Lahan Keija 16
6.2.3 Kebutuhan Lahan 16
6.2.4 Volume Sampah yang Masuk TPA 16
6.3 Evaluasi dan Monitoring 16
7 Aspek Pembiayaan 18
7.1 Konsep Pembiayaan Pengelolaan TPA Regional 18
7.1.1 Konsep Dasar Penentuan Pembiayaan 18
7.1.2 Sumber Pembiayaan 19
7.2 Perencanaan 20
7.2.1 Rencana Pembiayaan 20
7.3 Pelaksanaan 22
7.3.1 Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee 25
7.3.2 Pola Pengelolaan Keuangan 25
7.3.3 Efisiensi dari Sisi Investasi dan Operasi 25
7.3.4 Efisiensi Biaya Pengangkutan 26
7.4 Monitoring dan Evaluasi 26
8 Aspek Kelembagaan dan Pola Kerjasama 27
8.1 Umum 27
8.2 Pedoman Kerjsaama 28
8.3 Perencanaan 28
8.3.1 Kelembagaan TPA Regional 29
8.3.2 Fasilitasi Penandatanganan MoU 30

Sub Kegiatan - 3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

8.3.3 Konsep Lembaga Pengelolaan TPA 31


8.3.3.1 Alur PIkir Perumusan Konsep Lembaga Pengelolaan 31
8.3.3.2 Pengelolaan lewat UPTD Keberslhan 50
8.4 Evaluasi dan Monitoring 51
9 Aspek Pengaturan / Hukum 53
9.1 Perencanaan Ketjasama 53
9.1.1 Penylapan Dokumen-dokumen 53
9.1.1.1 SKB Kesepakatan Kerjasama Pengolaan Sampah Regional 53
9.1.1.2 SKB tentang Pembentukan Tim Tiknis / Tim Penyiapan Kerjasama 53
Pengelolaan Sampah TPA Regional
9.1.1.3 Penyusunan Perjanjian Kerjasama 54
9.1.1.4 Keputusan Gubernur / SKB PemKab tentang Pembentukan Institusi 54
9.2 Ketentuan Jenis 55
9.3 Kriteria Perda yang Baik 56
9.4 Ketentuan Materi Pengaturan 56
10 Aspek Peran Serta Masyarakat 57
10.1 Sosialisasi 57
10.2 Rencana Media Komunikasi 57
10.3 Pembentukan Tim Pengawas 5.7

Sub Kegiatan - 3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

DAFTAR GAMBAR

1 Koordinasi antar Daerah dalam Penyediaan Infrastruktur 7


Sampah
2 Mekanisme Pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur Sampah di 8
Kawasan LIntas Daerah
3 Koordinasi tahap Evaluasi dan Monitoring Penyediaan 16
Infrastruktur Persampahan Lintas Daerah
5 Kelembagaan Program Penyediaan Infrastruktur 29
Persampahan
6 Alur Pikir Perumusan Konsep Pengelolaan TPA-R 32
7 Diagram Struktur Organisasi Badan Pengatur dan 37
Pengendalian TPA Regional
8 Diagram Struktur Organisasi Badan Pengawas dan 40
Pengendalian TPA Regional
9 Diagram Struktur Organisasi Badan Pengelola TPA Regional .. 48
10 Diagram organisasi Pengelola TPA Regional (altematif 2) 49

Sub Kegiatan -3 iii


Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

DAFTAR TABEL

1 Materi Program Kerjasama Pengelolaan Samah Regional 6


2 Proses Pentahapan Pembentukan Kelembagaan Sampah 27
Regional
3 Perbandingan Kondisi Bentuk Institusi Galon Pengelola TPA 30
Regional

Sub Kegiatan -3 Iv
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

KONSEP PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL

1 Pendahuluan

Mengingat masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan balk saat sekarang
maupun dl masa mendatang maka perlu dikembangkan sistem pengelolaan persampahan
lintas kabupaten/kota atau secara regional. Pengembangan pegelolaan sampah secara
regional diharapkan dapat mendorong peningkatkan kinerja pengelolaan sampah. Sistem
pengelolaan sampah secara regional juga diharapkan dapat mendorong penerapan metode
sanitary landfill atau minimal control landfill yang selama ini terkendala karena terbatasnya
ketersediaan lahan, minimnya prasarana dan sarana pendukung yang kesemuanya
bersumber pada keterbatasan sumber pembiayaan.

Pengelolaan persampahan secara regional dapat terwujud apabila tersedia TPA dengan skala
regional. Disamping harus memenuhi aspek-aspek umum (administrasi, kepemilikan lahan,
kapasitas lahan, partisipasi masyarakat) dan aspek lingkungan fisik (karakteristik tanah,
sistem aliran air tanah, bahaya banjir, tanah penutup, intensitas hujan aksesibilitas dan tata
guna tanah).

Komponen yang saling terkait dan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan sampah
secara regional ini selanjutnya disebut sebagai aspek dari sistem pengelolaan sampah
regional, yaitu aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, aspek kelembagaan, aspek
peraturan dan aspek peran serta masyarakat.

2 Acuan Normatif

Undang-Undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No 10 tahun 2004 tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-


undangan

- Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1999 tentang Analisa mengenai Dampak Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah No 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Air Minum

Peraturan Pemerintah No 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


Usaha

Sub Kegiatan-3 1
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan pemerintahan antar


pemerintah, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah / kota

Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama


Daerah

Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Presiden No 67 tahun 2005 tentang Kerjasama pemerintah dengan Badan


Usaha dalam penyediaan infrastruktur

Peraturan Presiden No 42 tahun 2005 tentang Komite kebijakan percepatan penyediaan


infrastruktur

SNI 03-3242-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara Pemilihan Lokasi TPA

Guide to the Preparation of Regional Solid Waste Management Plans by Regional


Districts, January 2005, Ministry ofEnvironment of British Columbia

3 Istilah dan Definisi

3.1 Sampah Rumah Tangga

Sampah yang berasal dari kegiatan sehari hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.

3.2 Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
umum,fasilitas sosial, dan /atau fasilitas lainnya.

3.3 Kerjasama daerah

3.4 Pencemaran Lintas Daerah

Penurunan kualitas lingkungan hidup yang dampaknya lintas kota/kabupaten yang


mengakibatkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.

3.5 Daur Ulang

Proses pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan yang dipisahkan dari alur/sumber


sampah dari suatu produk yang tidak dimanfaatkan lagi untuk menjadi produk baru atau
turunannya.

Sub Kegiatan-3 2
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

3.6 Badan Layanan Umum(UU No 1/2004)

Instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan peiayanan kepada


masyarakat berupa penyedlaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam meiakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivita

3.7 Musrenbang

Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang seianjutnya disingkat Musrenbang adalah


forum antar pemangku kepentlngan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah

Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

4 Ketentuan Umum

4.1 Prinsip dan Asas Pengelolaan TPA Regional

Dalam pelaksanaan kerjasama in! perlu dikembangkan prinsip dan asas yang menjadi dasar
dilakukannya kerjasama, yaitu :
- Kemitraan, maksudnya adalah bahwa kerjasama ini dilakukan dan digalang sebagai upaya
bersama memenuhi kebutuhan penanganan sampah antar daerah untuk jangka panjang.

- Proporslonal, maksudnya adalah bahwa segala hak dan kewajiban yang timbul atas
kerjasama ini didasarkan pada standar penilaian yang dicapai secara musyawarah mufakat.

- Mufakat, maksudnya adalah bahwa proses untuk menghasilkan keputusan terbaik


dilakukan dalam forum pertemuan yang semaksimal mungkin melibatkan peserta MoU
sehingga hasil-hasilnya mengikat dan dipatuhi.

- TransparansI, maksudnya adalah bahwa proses menuju terjalinnya kerjasama sampai


dengan dirumuskannya rencana dan pengendalian di masa mendatang dilakukan secara
terbuka bagi peserta MoU.

- Akuntabilitas, maksudnya adalah bahwa seluruh proses dan kegiatan yang melibatkan
pembiayaan / pendanaan, alokasi, dan pertanggung-jawabannya diselenggarakan dengan
cara seksama dan berhati-hati (prudential).

- IntegrasI, bahwa harus mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah dan air
sampah dengan pembangunan perkotaan lainnya, mempertimbangkan semua aspek
berpengaruh, serta memberi peluang bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat
dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan

- Kewilayahan, bahwa pengelolaan sampah dan air sampah pada dasarnya tidak mengenal
batas administratif pemerintahan, bahkan sektor ataupun departemen

- Berkelanjutan, bahwa pengelolaan sampah dan air sampah regional harus menjamin
bahwa tidak terdampak pada integritas ekologi pada badan air atau kawasan alamiah atau
batas kab/kota di masa kini dan yang akan datang.

- Orlentasi Daur Ulang, bahwa diperlukan pengurangan kuantitas sampah yang dibuang
maMPMh ponggunaan sumberdaya alam secara efektif, dan penetapan alur daur ulang
dangan kegiatan 3R {Reduce, Reuse, Recycle) melalui partsipasi masyarakat.

- ^QrYice-prpfit-oriented, bahwa proses pengelolaan dapat dilakukan melalui swastanisasi,


di mana pemerintah baik pusat maupun daerah hanya berfungsi sebagai regulator,
sedangkan pengelolanya diserahkan ke swasta melalui mekanisme tender yang transparan.

Sub Kegiatan-3 4
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

4.2 Pengelolaan Sampah

a) Daerah yang belum teriayani atau belum ada prasarana / sarana dapat bergabung
dengan daerah yang telah berkembang upaya minimasi dan daur ulang sampah.

b) Kerjasama antar daerah dapat berkembang pada masa yang akan datang dengan
daerah lain untuk kepentingan ekonomi khususnya sarana/prasarana pengelolaan
sampah.

c) EvaluasI keefektlfan pengelolaan dllakukan setiap tahun oleh instansi yang


berwenang

d) Perubahan lokasi pengolahan sampah atau ekspansi area pelayanan dllakukan


sesuai kesepakatan

e) Perencanaan yang disetujui melalui proses pelibatan masyarakat mulai dari


perencanaan sampai ImplementasI

f) Akses terbuka terhadap respon masyarakat

g) SIstem pendanaan dengan, kemltraan pemerintah dan sektor swasta dapat


dijalankan agar pengelolaan sampah dapat dllakukan secara efektif dan eflsien.

4.3 Kegunaan Tata Cara

a) Penyusunan dan review RTRW ProvlnsI

b) Penyusunan dan review RTRW Kota/Kabupaten

c) Penyusunan RDTRK/RTBL kawasan llntas daerah

d) Pelaksanaan Musrenbang Daerah

e) Penyusunan Program Pembangunan Daerah

4.4 Cakupan

a) KoordinasI antar daerah

b) Perencanaan

c) Pelaksanaan

d) EvaluasI dan Monitoring

5 Penyediaan Infrastruktur dengan Pola Kerjasama antar Daerah

5.1 KoordinasI antar Daerah

KoordinasI antar daerah dalam rangka kerjasama daerah ditujukan untuk mencapal pelayanan
yang efektif dan efislen kepada masyarakat. Sehlngga dapat mencapal pembangunan
berkelanjutan meialui pengelolaan sampah yang diselenggarakan secara terpadu dengan

Sub Keglatan-3 5
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

pendekatan ekosistem yang dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,


dan evaluasi.

Pengelolaan sampah melalui kerjasama daerah dapat dilakukan terpadu secara regional
dengan kemungkinan infrastrukturnya lintas daerah. Secara umum mated program kerjasama
dapat ditetapkan sebagai benkut:

Tabel 1 Materi Program Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

Infrastruktur Materi Program Kerjasama


Ffsik Peningkatan Teknis Pengembangan kawasan
Kontainer standar dan kriteria untuk kontainer reduksi potensi pencemaran
tergantung tipe masyarakat sekitar TPS dengan
pengembangan RTH
Pengumpulan kriteria operasi dan biaya untuk mapping cakupan pengumpulan
berbagai tipe permukiman dan potensi penerapan 3R secara
komunal
Pengangkutan station dan ukuran truk evaluasi pencemaran selama
pengangkutan
Pengolahan peralatan dan lokasi, market untuk kesepakatan service-profit-
dan daur ulang material recover oriented
Pemrosesan Detail pemilihan lokasi TPA - penerapan 3 R, COM
Akhir regional, standar untuk operasi - keamanan lokasi TPA melalui
pengembangan Free Zone di
lintas daerah
Non Fislk
Pendidikan - Pendidikan Lingkungan bagi Masyarakat dan Generasi Mendatang
- Pengenalan Kegiatan 3R {Reduce, Reuse, Recycling) dengan
Partisipasi Masyarakat(konsep masyarakat sadar daur ulang)
- perluasan tanggung jawab produsen secara bertahap
- Pencegahan terhadap pembuangan sampah secara ilegal/liar
Pendanaan - Investasi
- OM
- dampak/CSR
Lembaga pengelola antar daerah yang telah terbentuk atau kerjasama daerah dapat
berkoordinasi secara vertikal maupun sektor dalam pengelolaan sampah yang dilaksanakan
secara terpadu mulai tahap perencanaan, pengolahan, monitoring dan pembiayaan.

-Koordinasi Vertikal

a) Koordinasi vertikal diperlukan untuk mencapai keseimbangan, keselarasan,


keterpaduan pembangunan serta keberlanjutan

b) Koordinasi vertikal dilakukan dengan gubernur untuk tingkat provinsi, menteri dalam
negeri dan departemen atau kementrian terkait (Departemen Pekerjaan Umum,
Kementrian Lingkungan Hidup dll) untuk tingkat pusat, camat untuk tingkat kecamatan,
lurah/kepala desa untuk tingkat kelurahan/desa

c) Koordinasi vertikal dilakukan dengan gubemur untuk mengintegrasikan pengelolaan


lintas kota/kabupaten melalui pendekatan ekosistem

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

d) Koordinasi vertikai dllakukan dengan menteri dalam negeri dan departemen atau
kementrian terkait (Departemen Pekerjaan Umum, Kementrian Lingkungan Hidup dll),
untuk mensinkronkan pembangunan secara terpadu dan berkelanjutan

e) Koordinasi vertikai dilakukan dengan camat melalui PUSKESMAS untuk memudahkan


pendataan mengenai jenis, jumlah, kondisi dan iokasi sarana dan prasarana limbah

f) Koordinasi vertikai diiakukan dengan lurah / kepala desa untuk mendapatkan informasi
aktuai dari masyarakat mengenai permasaiahan pencemaran lingkungan serta untuk
sosiallsasi suatu program.

- Koordinasi Horizontal

a) Koordinasi horizontal dengan pemerintah daerah lain terutama apabila terjadi dampak
lintas daerah

b) Koordinasi horizontal bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui


pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang diselenggarakan
secara terpadu dengan pendekatan ekosistem yang dilakukan pada tahap
perencanaan, peiaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.

c) Koordinasi horizontal dalam rangka kerjasama daerah untuk mencapai pelayanan


yang efektif dan efisien kepada masyarakat

- Koordinasi antar Sektor

a) Perlu koordinasi pengeiolaan sampah dengan sektor air bersih dan drainase untuk
menjamin kualitas air baku

b) Koordinasi antara sektor sampah dengan air bersih untuk mendukung program
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

Pemerintah Pemerintah Pemerintah


Pusat Propinsi Kota-Kab

Kesepakatan -Pembentukan Kelembagaan Penyiapan Kesepakatan


Program - Perencanaan Infhistruktur Program
Makro

Sosialisasi Kesepakatan Pembangunan Infiastruktur


TPA Regional

Koordinasi
Sinkronisasi

Gambar 1 Koordinasi antar Daerah dalam Penyediaan Infrastruktur Sampah

Sub Kegiatan-S
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

6 ASPEK TEKNIK OPERASIONAL

Penyediaan infrastruktur sampah atau peningkatan kualitas infrastruktur mengacu pada


persyaratan, kebutuhan dan kriteria yang berlaku. Kegiatan diiaksanakan sesuai perencanaan
infrastruktur makro yang meliputi rencana induk, studi kelayakan, rancangan teknik terinci dari
sistem persampahan sesuai kesepakatan.

Badan Keijasama

Pemerintah Penetapan Kawasan Kota


Pusat Perbatasan Perkotaan
Kabupaten

Dinas/instansi/swast
analisis pennasalahan,
potensi, tantangan

Peraturan Kesepakatan ►{ Swasta


standar Keijasama ! Masyaiakat

-Sumber Timbulan Pembiayaan Pengelolaan


- Pengelolaan Dampak /CSR

Infrastruktur Sampah

Lintas Daerah Tidak Lintas Daerah

Sinkronisasi
Propinsi, Kota, Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Gambar 2 Mekanisme Pelaksanaan Penyediaan infrastruktur Sampah di Kawasan Lintas


Daerah

6.1 Perencanaan

Perencanaan teknis yang harus disiapkan antara lain penyesuaian lokasi TPA Regional di
dalam RTRK yang menjadikan payung bagi keberadaan lokasi TPA Regional sehingga
memiiiki dasar hukum yang kuat. Selain itu studi mengenai kelayakan lingkungannya, DED
dan SOP yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengoperasian TPA regional sangat
diperlukan.

Dalam kegiatan perencanaan penyediaan infrastruktur pengelolaan sampah Regional harus


mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:

a) Eksisting Pengelolaan Sampah

Analisis kondisi eksisting pengelolaan sampah harus mencakup

- karakteristik dan sumber sumber timbulan

Sub Kegiatan-3 8
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

sistem pengumpulan dan pengolahan di masing masing daerah

organisasi pengelola masing masing daerah

b) Lokasi Geografis Kawasan

Dalam pemllihan sistem harus mencakup pemetaan area layanan permukiman di seluruh
masing masing daerah sesuai kesepakatan, kondisi tanah (daya resap tanah, kedalaman
air tanah, kemlringan tanah), vegetasi serta kawasan konservasi. Lokasi pelayanan
kemungkinan mencakup lokasi permukiman lintas daerah atau seluruh daerah.

c) Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang di masing masing daerah akan menentukan dampak


perkembangan permukiman dan lahan terhadap perencanaan pengelolaan sampah
regional

Berdasarkan target dan strategi pengelolaan sampah, aliran sampah ke depan harus
diprediksikan

d) Timbulan Sampah

Timbulan sampah tanpa dan dengan daur ulang diprediksikan berdasarkan penduduk
yang dllayani dengan mempertimbangkan:

penduduk eksisting di masing masing daerah

penduduk komuter yang berkontribusl dalam peningkatan sampah

proyeksi penduduk minimum selama periode perencanaan sistem

e) Perkembangan Ekonomi

Perencanaan pembangunan ekonomi baik pada kondisi eksisting maupun proyeksi, akan
menentukan karakteristik sampah, sumber dan kuantitas timbulan. Tujuan dan kebljakan
perencanan pembangunan ekonomi yang berkaltan harus dipertimbangkan dalam
pemllihan sistem sampah.

f) Potensi Pengelolaan Bersama Sampah Regional

identifikasi permasalahan dan upaya daur ulang sampah Regional

potensi lokasi, teknologi, masyarakat

daur ulang sampah bersama pada kawasan yang padat diupayakan dapat mereduksi
timbulan leblh dan 50 %.

Sub Keglatan-3
J
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

g) Pemilihan Sistem

Penentuan jenis pengolahan dilakukan berdasarkan kriteria penentu di atas, sesuai Revisi
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Pengelolaan Umum Teknik Sampah Perkotaan dan RT-13-
2002-C Pengelolaan Sampah dengan sistem Daur Ulang pada Lingkungan

- sistem pengumpulan terpisah (direkomendasikan)

- sistem pengangkutan primer/sekunder

- pengolahan antara

-Tempat Pemrosesan Akhir(TPA)sampah bersama (orientasi 3 R dan CDM)

h) Sharing Pembiayaan, untuk menentukan sistem retribusi yang tidak hanya berdasarkan
tingkat layanan namun mempertimbangkan kompensasi area pengaruh dampak.

- biaya investasi

- biaya OM

- biaya kompensasi(CSR)

- biaya pengelolaan dampak

6.1.1 Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir(TPA)Sampah Regional

Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Regional melalui proses
pentahapan berikut ini:

Tahap Regional yaitu merupakan tahap untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut, terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.

Mengingat bahwa tahap ini merupakan tahap penyisihan awal untuk menentukan zona layak
sebagai lokasi TPA sampah, maka pada tahap ini digunakan kriteria-kriteria maupun
memperhatikan batasan-batasan terhadap Aspek Tata Guna Lahan, Aspek Geologi, aspek
Kemiringan Lereng, Aspek Hidrogeoiogi dan Aspek Bahaya Lingkungan.

Tahap Penyisihan, yaitu merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona kelayakan pada tahap regional. Pada
tahap ini akan digunakan aspek hidrogeoiogi, geologi, air tanah, aliran sungai, situ dan danau,
untuk menentukan rangking kelayakan.

Tahap Penetapan, yaitu merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
benvenang, yang dilakukan melalui suatu forum diskusi. Dalam tata cara pemilihan Lokasi
TPA yang baik ada beberapa tahap, tahap penyelidikan regional, pemilihan tapak, dan lokasi
aktual.

Sub Kegiatan-S 10
I,
'A'

JM'
,/fVlS,'

'MM

I??}
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Tahap Penyelidikan Regional

Kriteria : Penyusunan Peta Zona Hasil :


- komponen yong dtniloi Kelayakan Regional - daerah layak
- komponen penyisih - doerah tidok loyak
Skala 1 : 50.000

Tahap Pemiiihan Tapak

Kriteria : Hasil :
Pemiiihan Tapak - lokasi tapak terbaik
- Kriteria
Skala 1 : 5.000 s/d 1: 1.000 - rangkir^ beberapa tapak
(kondisi tapak)

Tahap Lokasi Aktual

Lokasi Aktual Hosil :


Kriteria :
- Kriteria non teknis Skala 1 : 5.000 s/d 1 : 1.000 - tapak terpilih

Tahap penentuan lokasi TPA Regional, berikutnya adalah tahap pemiiihan dari beberapa
lokasi yang sudah dinyatakan layak secara ranking.

Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyisihan yang dilakukan untuk memilih beberapa
calon lokasi TPA sampah yang terbaik dalam zona layak yang telah ditetapkan pada tahap
regional.

Pada tahap ini akan diteliti secara mendalam yang dihubungkan dengan kondisi daerah yang
telah ditetapkan tersebut.

Pada bagian ini akan dilakukan penyisihan untuk menentukan beberapa altematif calon lokasi
TPA sampah untuk setiap daerah pelayanan. Penyisihan dilakukan terhadap lokasi-lokasi
yang layak berdasarkan kondisi daerah pada setiap zona yang didapatkan dari hasil
penyelidikan lapangan masing-masing dengan pembatasan dan penilaian, yang nantinya
akan diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai bahan rekomendasi.

6.1.1.1 Kriteria Penyisih Berdasarkan SNI03-3241 - 1994

Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari
kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut;

Sub Kegiatan-3 11
I
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

1. Iklim:

• Hujan Intensitas hujan makin kecll dinilai makin baik.

• Angin arah angin dominan tidak menuju kepemukiman dinilai makin baik.

2. Utilitas rersedia lebih lengkap dinilai makin baik.

3. Lingkungan biologis;

• Habitat kurang bervariasi, dinilai makin baik.

• Daya dukung kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik.

4. Kondisi tanah:

• Produktifitas tanah tidak produktif dinilai lebih tinggi.

• Kapasitas dan umur dapat menampung bahan lebih banyak dan lebih lama dinilai makin
baik.

• Ketersediaan tanah penutup.

• Mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik.

• Status tanah makin bervariasi dinilai tidak baik.

5. Demografi kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik.


6. Batas administrasi dalam batas administrasi dinilai semakin baik.

7. Kebisingan, semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.


8. Bau, semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
9. Estetika, semakin tidak terlihat dari iuar dinilai semakin baik.

10. Ekonomi semakin kecil biaya satuan pengolahan sampah (per m^/ton) dinilai semakin
baik.

6.1.1.2 Kriteria Penyisih Berdasarkan Metode Le Grand,1980

• Jarak TPA ke titik pemanfaatan / fasilitas umum / pemukiman/dli. Hal ini dilakukan
berdasarkan survey dan pengukuran dengan alat Teodolit ataupun GPS
dibandingkan dengan peta topografi dan RTRW yang telah ada.

• Kedalaman muka air tanah dari dasar TPA. Hal ini dilakukan dengan survey air
tanah mencakup peninjauan lokasi sumber-sumber air (sungai, sumur, mata air),
pengukuran dalam sumur, muka air tanah, tebal air tanah.

• Gradien muka air tanah dan arah aliran air tanah dari TPA. Hal ini dilakukan dengan
pengamatan morfologi, curah hujan, daerah resapan (recharge) dan keluaran

Sub Kegiatan-3 12
il

{|#

•VSS

• p
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

(discharge), pengeplotan karakteristik sumber-sumber air diatas dan dibuat peta


kontur aliran air tanah.

• Daya serap, permeabilitas (harga kelulusan) dan komposisi ukuran butir


batuan/tanah. Hal in! dilakukan dengan metode pemetaan, pemboran, sampling,
deskripsi, tes InflltrasI dengan nng, perkolasi di lubang pemboran pada titik yang
mewakiii.

• TIngkat kepekaan akuifer. Hal in! dilakukan dengan pengamatan akuifer


menyangkut lltologi, system, sebaran, konfigurasi, parameter dan pemanfaatan.
Selanjutnya dibuat pengelompokan masing-masing karakteristik akuifer.

• Tingkat racun dan bahaya sampah TPA. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan
volume, karakteristik dan komposisi jenis sampah, metode penimbunan, desain
TPA yang ada.

• Kestabilan Lahan. Hal ini dilakukan terutama untuk menghindarkan dari longsor,
yaitu dengan cara pengamatan, analisa dan evaluasi morfologi (bentang alam),
tutupan lahan sekitar TPA, kemiringan lereng, geoteknik, jenis dan karaktersitik
tanah (sondir), metoda penimbunan, volume dan geometri timbunan sampah, dan
curah hujan.

6.1.2 Daerah Pelayanan

Daerah pelayanan mengaou kepada skala kepentingan serta perkembangan dari daerah yang
akan dilayani, aturan pengelolan teknis sampah kota, selain itu Juga melihat kemudahan
dalam pengoperasional pengangkutan. Untuk daerah pelayaan dari TPA regional perlu
diperhitungkan berdasarkan perkembangan daerah masing-masing dan kemudahan
pencapainya. Tingkat pelayanan ditentukan oleh kemampuan dari lembaga pengelola
terhadap management persampahan yang secara bertahap perlu adanya peningkatan.

6.1.3 Tata Cara Operasional

Sasaran utama dari pra rancangan TPA Regional ini adalah menyiapkan suatu rancangan
awal tempat penimbunan sampah dalam tanah yang aman bagi lingkungan maupun dalam
operasionalnya, tidak tertutup kemungkinan dilakukan hal-hal yang dapat menguntungkan
untuk memperpanjang usia pemakaian TPA seperti pengomposan sampah atau
pendaurulangan sampah yang masih tinggi nilai ekonomisnya.

Atas dasar kemungkinan-kemungkinan di atas, maka dalam perencanaan ini dipertimbangkan


pula fasilitas-fasilitas berikut;

• Tempat Pengomposan Sampah

• Tempat Pendaurulangan Sampah

Sub Kegiatan-3 13
v!};iS»
,,i:ip
i.0S$ii

', i',' ,

■ V,

m
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknotogi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

• Tempat Penyimpanan Hasil Daur Ulang

Keseluruhan rancangan akan merupakan elemen-eiemen fungsionil dalam tata cara


operasional TPA secara keseluruhan.

6.1.3.1 Penyiapan Lahan TPA

Sekitar 20 - 30 % dari total luas lahan tersebut diperuntukkan bag! fasllitas penunjang TPA.
Dilakukan penanaman pepohonan di sekellling lokasi TPA hingga membentuk suatu sabuk
hijau {Green Belt). Ketebalan sabuk hijau Ini direncanakan hingga mencapai 20 - 30 m dengan
bagian terbesar terdiri dari pohon bambu di baglan dalam.

Fungsi sabuk hijau:

Mempertahankan kondisi tanah asal agar tidak erosi

Mengurangi bau

Mengurangi sampah ringan (abu & debu)terbawa angin ke arah lokasi

6.1.3.2 Pembagian Lahan Kerja

Pembagian lahan kerja diperlukan untuk menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
serta untuk menentukan kapasitas tampung TPA. Pembagian lahan kerja ini direncanakan
dalam bentuk zona-zona yang dibatasi oleh :

• Jalur jalan kerja dan lahan yang dioperasikan

• Tanggul-tanggul buatan bila perlu

6.1.3.3 Kebutuhan Lahan

Luas lahan yang diperlukan tergantung dari:

• Volume sampah yang masuk ke TPA

• Tingkat kepadatan sampah di TPA

• Ukuran sel harian

• Keadaan topografi lahan

Terhadap lahan yang tersedia tersebut akan direncanakan sebesar-besarnya untuk lahan
efektif TPA.

6.1.3.4 Volume Sampah Yang Masuk TPA

Volume sampah yang masuk TPA dihitung berdasarkan laju timbulan sampah dan jumlah
penduduk yang dilayani.

Sub Kegiatan-3 14
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakeiola)

6.3 Evaluasi dan monitoring Aspek Teknis

Tahap ini terdiri atas kegiatan-kegiatan evaluasi sistem persampahan terpilih, sistem
kerjasama serta penanganan masaiah-masalah yang terjadi. Evaluasi juga hams menyajikan
upaya pengembangan pengelolaan persampahan secara bertahap. Tahapan ini hams
mempertimbangkan antara lain:

a) Area pelayanan

- analisis timbulan, frekuensi sampah bersama di area pelayanan, potensi dan target 3R

- perubahan sumber dan karakteristik timbulan dan pola hidup masyarakat

- perubahan batas administrasi daerah akan berkaitan dengan area pelayanan

- perubahan kebijakan dan strategi suatu daerah akan mempengaruhi daerah yang
berdekatan

b)Pencemaran lintas daerah

Dampak perubahan lingkungan, sosial, ekonomi harus diantisipasi dari setiap alternatif
sistem, baik dampak tangible maupun intangible. Kemungkinan terjadinya pencemaran di
lintas daerah dapat diprediksikan sesuai karakter kawasan lintas daerah.

Contoh: Untuk antisipasi pencemaran lintas daerah di area Tempat Pemrosesan Akhir,
maka selain buffer zone juga perlunya pengembangan Free Zone yaitu berdasarkan
pertimbangan area proteksi terhadap sumber air dari pencemaran bakteri, senyawa
kimia/logam berat, yang diklasifikasikan dengan pembatasan sebagai berikut:

a. Zona proteksi pemmahan, sebagai area untuk pencegahan genangan/banjir di


perumahan atau kontaminasi sumber air berkaitan dengan bakteri pathogen yang
menyebabkan water borne disease. Jarak dari luasan terluar terhadap titik pengambilan
air harus mempunyai waktu aliran minimum 50 hari, dimana dengan rentang waktu ini
bakteri phatogenik kehilangan daya tahan. Jarak dapat dihitung berdasarkan koefisien
permeabilitas kf (m/h), kemiringan air tanah, I, dan spesifik keluaran dari ruang peri Pn,
jadi X = 50 kf. I /pn-

b. Zona Proteksi kawasan, sebagai area total tangkapan air untuk penyediaan air harus
dilindungi dari pencemaran, yang meiiputi proteksi lapisan aquifer tertekan yang
berhubungan dengan badan air. Dalam zona ini semua kegiatan konstruksi dan
kegiatan yang membahayakan sumber daya air dihindari baik Jangka pendek maupun
jangka panjang, dengan kepadatan penduduk dibatasi maksimum 30 orang/ha.
Keberadaan sungai dan mata air yang dapat terancam oleh pembangunan infrastruktur
sampah, memerlukan konservasi atau pemulihan ekosistemnya mendekati kondisi
alaminya.

Sub Kegiatan-3 15
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Apabila zona proteksi tersebut apabila dapat diterapkan maka dapat meminimasi
terlarutnya polutan polutan yang terkandung dalam air leachate, dimana terlarutnya
logam berat dalam air dapat meningkatkan keasaman air. Logam berat dapat
terakumulasi dalam sedimen dan mengendap dan meningkatkan senyawa organik
logam yang tidak terlarut yang akan terbawa dalam rantai makanan melaiui
metabolisme mikroba.

Perencanaan Pembangunan Daerah


Propinsi

Instansi LH -Badan Keijasama


Lembaga Perbankan -Sekretariat Bersatna Masyarakat
Penegak Hukum -Badan Layanan Umum
-Keijasama Pemda

^r
Konsultan
Pengembangan Program Pendamping
Kerjasama Investor
Peningkatan TPA,3R,COM
Pembiayaan
Replikasi

Gambar 3 KoordlnasI Tahap Evaluasi dan Monitoring Penyediaan Infrastruktur Persampahan


Lintas Daerah

Sub Kegiatan-3 16

^ivi
)A 1-s.tWe^-ul
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

7 ASPEK PEMBIAYAAN TPA REGIONAL

Pada aspek pembiayaan salah satu komponen operasional yang sangat besar adalah
unsur pengangkutan dari lokasi timbulan sampah ke lokasi TPA. Maka apabila diiihat
jarak antara wilayah tersebut, karena kecendemngan berada dalam satu garis (linear) dari
aspek pembiayaan pengelolaan persampahan secara regional belum tentu
pengembangan TPA regional yang meliputi beberapa kabupaten / kota untuk
mewujudkan sistem pengelolaan yang optimal dan efisien.

7.1 Konsep Pembiayaan Pengelolaan TPA Regional

Pembiayaan pengelolaan TPA regional dirumuskan berbasis konsep pembiayaan sebagai


berikut:

7.1.1 Konsep Dasar Penentuan Pembiayaan

1. Pembiayaan Berbasis Kebutuhan (Modal Kerja dan InvestasI)

• Pembiayaan berbasis kebutuhan maksudnya seluruh beban pembiayaan dihitung


berdasarkan kebutuhan total biaya TPA regional, yang meliputi total biaya investasi
dan total biaya modal kerja.

• Dari total biaya TPA regional kemudian diturunkan menjadi cost sharing yang akan
menjadi beban setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TPA
regional. Seluruh prinsip dan bentuk cost sharing ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.

• Bentuk cost sharing dapat ditetapkan berupa natura (tanah, peralatan dan
perlengkapan, asset bergerak, atau SDM)dan atau innatura (dana).

• Setiap pihak kemudian menetapkan beban retribusi kepada masyarakat


berdasarkan kebijakan daerah masing-masing.

2. Pembiayaan Berbasis Kemampuan (Masyarakat)

• Pembiayaan berbasis kemampuan maksudnya kebutuhan pengadaan TPA regional


dihitung berdasarkan pengalaman penarikan retribusi selama ini. Pendekatan ini
merupakan kebalikan dari pendekatan pembiayaan berbasis kebutuhan diatas.

• Seluruh kebutuhan pembiayaan didasarkan pada kondisi saat ini, untuk itu
diperlukan tim yang melakukan penilaian keserasian retribusi. Misalnya, bila terjadi
perbedaan besar retribusi maka perlu dilakukan kajian apakah besaran itu akan
mempengaruhi besaran tipping fee.

Sub Kegiatan-3 17
"lill

I
if
ii:
■Ij

i
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

7.1.1.1 Sumber Pembiayaan

Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dilakukan secara share operasional yang
didasarkan pada jumlah rata-rata sampah yang masuk dan kebutuhan rata-rata
operasional per tahun.

Bila jumlah sampah yang masuk ke TPA semakin banyak, maka biaya yang dikeluarkan
per m^ sampah menjadi lebih murah, karena biaya investasi dan biaya OM yang
dikeluarkan adalah tetap.

Sumber pembiayaan pengelolaan TPA regional, pada fase pembangunan awal sampai
dengan pemeliharaan diuraikan dibawah ini.

• Tipping fee

Sumber biaya ini merupakan jasa penanganan dan pengolahan sampah yang diberikan
oleh Badan Pengelola TPA regional kepada setiap pihak yang membuang sampah.
Prinsip dari penetapan tipping fee adalah besaran tarif dikalikan kubikasi sampah yang
masuk sehingga mampu menutup seluruh biaya operasi pengelolaan yang menjadi beban
Badan Pengelola TPA.

• APBD Kota/Kabupaten

Sumber biaya ini dapat dikatakan initial investment kontribusi daerah yang melakukan
kerjasama pengelolaan TPA regional. Sifat dari sumber biaya dari APBD adalah hibah
dan tidak pulih biaya (dikembalikan). Meskipun demikian, mengingat antar daerah
memiliki keterbatasan maka bisa jadi kontribusi daerah tidak sama sepanjang telah
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan initial invesment.

• APBD Propinsi dan APBN

Sumber biaya dari APBD propinsi juga diharapkan sama dengan APBD kota/kabupaten
merupakan initial investment dalam bentuk hibah dan tidak dikembalikan. Demikian juga
dengan APBN.

• Kredit/Pinjaman

Sumber biaya dari kredit/pinjaman baik dari lembaga perbankan, lembaga keuangan non-
bank, maupun dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, prinsipnya harus
dikembalikan. Selain kembali pokok kredit/pinjaman juga disertai pengenaan bunga atau
jasa yang besarnya bervariasi. Sumber pembiayaan ini potensinya sangat besar namun
dalam pemanfaatannya perlu memperhatlkan analisis keuangan.

Sub Kegiatan-3 18
'3'
s-
i j,

■m

I
'I

'?!
ifh
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasls 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

• Sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat

Sumber-sumber pembiayaan lain yang bersifat hibah tap! tidak mengikat dapat juga
diusahakan misalnya daiam kerangka kerjasama dengan LSM iokal, LSM internasional,
kerjasama antar kota dengan kota-kota di luar negeri, atau juga bantuan-bantuan dari
daiam negeri baik dari pemerintah maupun bukan pemerintah. Contohnya adalah bantuan
Swisscontact kepada TPA regional Piyungan di Yogyakarta.

7.2 Perencanaan

Daiam rangka sharing pembiayaan penyediaan infrastruktur pengelolaan sampah


regional, dapat mempertimbangkan hal hal sebagai berikut;

pemerintah propinsi / pusat dapat mengalokasikan dana APBN untuk mendukung


program tersebut. Alokasi dana dapat digunakan untuk pembangunan TPA atau
penyiapan konsultan pendamping untuk konstruksi atau kelembagaan.
- masing masing pemerintah daerah bertanggung jawab daiam pengumpulan dan
pengangkutan sampah

masing masing pemerintah daerah bertanggung jawab daiam pendanaan infrastruktur


TPA sebagai pendukung

pemerintah daerah menyiapkan proses pembebasan dan pematangan lahan untuk


lokasi TPA atau pemerintah daerah menyiapkan pengembangan sistem apabila telah
mempunyai sistem sampah

- pemerintah daerah bertanggungjawab mengatur proses konversi aset masyarakat dan


memberikan penggantian sesuai kesepakatan.

7.2.1 Rencana Pembiayaan

Analisa biaya TPA perlu disusun dan dianalisis sehubungan dengan sistem pembiayaan
dan tiping fee. Semua biaya direkapitulasi dengan menghitung biaya penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya pegawai yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biaya
pemasukan sampah akan sangat ben/ariasi tergantung dari pola penumpukan sampah
yang dipakal dan metode yang digunakan.

Dari gambaran aspek pembiayaan secara umum masing-masing dinas kebersihan telah
menjalankan sistem retribusi sampah kepada masyarakat. Namun terdapat beberapa
keterbatasan terutama anggaran biaya dari APBD yang relatif jumlahnya sangat kecil
dibandingkan dengan biaya Operasional dan Pemeliharaan kebersihan Kota.

Sub Kegiatan-3 19
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Penerimaan pendapatan dari retribusi sampah beberapa kabupaten telah sesuai antara
target dan realisasi, namun masih juga terdapat kondisi yang maslh jauh dari yang
ditargetkan. Umumnya beberapa penyebab dari kurang optimainya pendapatan dari
aspek retribusi adalah sebagai berikut:

1. Tarif-tarif disusun tidak berdasarkan biaya nyata;

2. Alokasi anggaran tidak membedakan antara biaya untuk pelayanan dan biaya-biaya
umum pengoperasian

3. Dengan peraturan-peraturan anggaran Pemerintah Indonesia (Keppress 17 tahun


2000) pendapatan dari tarif harus disetorkan seiuruhnya ke Kas daerah, belum ada
intensif untuk memaksimalkan pendapatan yang dilakukan oieh unit-unit
pengoperasian sehingga tidak menguntungkan mereka.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kurang adanya hubungan antara alokasi
anggaran biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari basil retribusi sampah. Prinsip-
prinsip dasar yang harus diikuti untuk menetapkan struktur tarif masing-masing kabupaten
yang bekerja sama nantinya yaitu:

1. Kemampuan finansial dan kemandirian

Tarif yang diusulkan berdasarkan pada tuntutan agar korporet / lembaga baru dapat
mandiri secara finansial dalam jangka panjang. Dengan demikian tarif tersebut dirancang
untuk menutup kembali biaya-biaya yang meliputi:

a. Operasi (biaya-biaya langsung yang timbul setiap hari)

b. Perawatan dan perbaikan secara periodik

0. Penyusutan aset yang digunakan

d. Pengembalian modal yang ditanam dalam aset

2. Kesederhanaan administrasi

Sistem tarif berdasarkan volume mudah diadministrasikan dan dipantau antara lain:

a. Total volume yang diangkut ke TPA dapat dicatat dan dibandingkan dengan estimasi

b. Perbandingan volume aktual dan estimasi dapat dibuat untulk setiap "service area"

3. Keadilan sosial

Sistem yang diusulkan akan menetapkan tarif yang sama per unit volume bagi seluruh
pelanggan akan tetapi tetap mempertimbangkan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah.

Sub Kegiatan-3 20
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

4. Effisiensi ekonomi

Tarif hams bertujuan untuk memaksimalkan kinerja lembaga / badan / korporet bam
maupun peianggan dengan mendorong pemanfaatan secara maksimal sumberdaya-
sumberdaya termasuk:

tmk-truk

- awak tmk

TPA termasuk peralatan yang digunakan

5. Transparan dan tidak subyektif

Dengan demikian maka seluruh tarif diusulkan untuk ditetapkan berdasarkan perkiraan
volume sampah yang dihasllkan oleh setiap peianggan, dengan besar tarif standar per
yang sama. Perhitungan tarif standar per didasarkan pada prinsip pengembaiian
seluruh biaya sehingga unit operasional TPA Regional akan mampu mandiri dalam jangka
panjang.

Keuntungan-keuntungan tarif berdasarkan volume sampah yang dihasllkan dan dibuang


adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar biaya adalah biaya variabel

Sebagian besar biaya adalah biaya variabel, karena secara langsung berhubungan
dengan volume sampah yang dikumpulkan dan diangkut. Hal ini dapat dijadikan
justifikasi atas sistem berdasarkan volume
2. Subsidi menjadi jelas dan terukur

Subsidi dan subsidi silang dapat diminimalkan dan dikontrol sehingga hanya terdapat
dua kemungkinan tarif baru dapat mensubsidi antara lain:

a. kelompok keluarga berpenghasilan rendah akan membayar di bawah biaya per m^


yang sesungguhnya. Cara ini akan berdasarkan pada kebijakan dan bersifat
sementara yang akan diatur dengan one-off basis (sekali pakai) dan tidak dianggap
sebagai tarif khusus.

b. Subsidi silang antar kelompok

7.3 Pelaksanaan

Alokasi dana pelaksanaan pembangunan infrastruktur sampah Regional yang bersumber


dengan dana APBN dan pemerintah daerah, dapat dimanfaatkan secara garis besar
sebagai berikut:

Sub Kegiatan-3 21

Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

a. Penyediaan Lahan dan infrastmktur pendukung oleh Pemerintah Daerah;

b. Alokasi dana pembangunan TPA atau konsultan pendamping darl APBN

Komponen-komponen dalam menyusun pembiayaan operasional TPA Regional adalah


sebagai berikut:

a. Biaya Investasi TPA

b. Biaya pengoperasian TPA

c. Biaya untuk kelembagaan pengelola sampah TPA Regional yang meliputi biaya
supervisi dan manajemen, penagihan retribusi, kerugian karena pembebasan tarif dan
resiko serta adanya inflasi.

7.3.1 Investasi Pengadaan Aiat Berat

Komponen investasi pengadaan aiat berat disesuaikan dengan jenis aiat berat dan volume
sampah yang masuk ke TPA.

7.3.2 Biaya Operasional dan Pemeliharaan


Komponen biaya operasional dan pemeliharaan ditentukan berdasarkan jenis dan Jumlah
fasilitas maupun aiat berat yang dipakai. Diantaranya adalah Jembatan timbang, IPAL,
operasional land covering, bahan bakar dan pemeliharaan aiat, maupun operasional
kantor dan gaji pegawai.

7.4 Monitoring dan Evaluasi

Pada proses awal, sumber dana dapat berasal dari proyek yang diselenggarakan oleh
pemerintah propinsi / pusat dan pemerintah daerah. Pada proses pengembangan layanan,
pengolahan antara ataupun pengolahan daur ulang, pembiayaannya dapat dilakukan oleh
masing masing daerah, yang pada hakekatnya merupakan dana pembayaran dari retribusi
dan dana subsidi. Untuk pengembangan sistem dapat mempertimbangkan:

- untuk pengembangan sistem maka evaluasi harus meliputi total biaya dari setiap
alternatif pemilihan sistem.

- mempertimbangkan alternatif sistem untuk pembiayaan fasilitas daur ulang dan


memperkirakan biaya tambahan dengan meningkatnya tipping fee dan mekanisme
daur ulang. Tipping fee harus dipertimbangkan untuk produk yang dapat didaur ulang di
TPA atau pusat pusat daur ulang.

- mempertimbangkan penghargaan untuk upaya meminimasi sampah.

Sub Kegiatan-3 22
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

7 ASPEK PEMBIAYAAN TPA REGIONAL

Pada aspek pemblayaan salah satu komponen operasional yang sangat besar adalah unsur
pengangkutan darl lokasi timbulan sampah ke lokasi TPA. Maka apabila dillhat jarak antara
wilayah tersebut, karena kecenderungan berada dalam satu garis (linear) darl aspek
pemblayaan pengelolaan persampahan secara regional belum tentu pengembangan TPA
regional yang mellputi beberapa kabupaten / kota untuk mewujudkan sistem pengelolaan
yang optimal dan eflslen.

7.1 Konsep Pemblayaan Pengelolaan TPA Regional


Pemblayaan pengelolaan TPA regional dirumuskan berbasis konsep pemblayaan sebagai
berikut:

7.1.1 Konsep Dasar Penentuan Pemblayaan

1. Pemblayaan Berbasis Kebutuhan (Modal Kerja dan InvestasI)


. Pemblayaan berbasis kebutuhan maksudnya seluruh beban pemblayaan dihltung
berdasarkan kebutuhan total blaya TPA regional, yang mellputi total blaya InvestasI dan
total blaya modal kerja.

• Darl total blaya TPA regional kemudlan diturunkan menjadi cost sharing yang akan
menjadi beban setlap plhak yang terllbat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TPA
regional. Seluruh prinsip dan bentuk cost sharing ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
• Bentuk cost sharing dapat ditetapkan berupa natura (tanah, peralatan dan
perlengkapan, asset bergerak, atau SDM)dan atau Innatura (dana).
• Setlap plhak kemudlan menetapkan beban retrlbusi kepada masyarakat berdasarkan
kebljakan daerah maslng-maslng.
2. Pemblayaan Berbasis Kemampuan (Masyarakat)
• Pemblayaan berbasis kemampuan maksudnya kebutuhan pengadaan TPA regional
dihltung berdasarkan pengalaman penarlkan retrlbusi selama Inl. Pendekatan Inl
merupakan kebalikan darl pendekatan pemblayaan berbasis kebutuhan diatas.
• Seluruh kebutuhan pemblayaan dldasarkan pada kondisi saat Inl, untuk Itu diperlukan
tim yang melakukan penllalan keserasian retrlbusi. MIsalnya, blla terjadi perbedaan
besar retrlbusi maka perlu dllakukan kajlan apakah besaran Itu akan mempengaruhl
besaran tipping fee.

Sub Keglatan-3 ''S


Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

7.1.1.1 Sumber Pembiayaan

Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dilakukan secara share operasional yang
didasarkan pada jumlah rata-rata sampah yang masuk dan kebutuhan rata-rata operasional
per tahun.

Bila jumlah sampah yang masuk ke TPA semakin banyak, maka biaya yang dikeluarkan per
m^ sampah menjadi lebih murah, karena biaya investasi dan biaya OM yang dikeluarkan
adalah tetap.

Sumber pembiayaan pengeioiaan TPA regionai, pada fase pembangunan awal sampai
dengan pemeiiharaan diuraikan dibawah inl.

• Tipping fee

Sumber biaya ini merupakan Jasa penanganan dan pengoiahan sampah yang diberikan oleh
Badan Pengeiola TPA regional kepada setiap pihak yang membuang sampah. Prinsip dari
penetapan tipping fee adalah besaran tarif dikalikan kubikasi sampah yang masuk sehingga
mampu menutup seluruh biaya operasi pengelolaan yang menjadi beban Badan Pengeiola
TPA.

• APBD Kota/Kabupaten

Sumber biaya ini dapat dikatakan initlai investment kontribusi daerah yang melakukan
kerjasama pengelolaan TPA regional. Sifat dari sumber biaya dari APBD adalah hibah dan
tidak pulih biaya (dikembalikan). Meskipun demikian, mengingat antar daerah memiliki
keterbatasan maka bisa jadi kontribusi daerah tidak sama sepanjang telah mencukupi untuk
memenuhl kebutuhan initial invesment

• APBD Propinsi dan APBN

Sumber biaya dari APBD propinsi juga diharapkan sama dengan APBD kota/kabupaten
merupakan initial investment dalam bentuk hibah dan tidak dikembalikan. Demikian juga
dengan APBN.

• Kredit/Pinjaman

Sumber biaya dari kredit/pinjaman baik dari lembaga perbankan, lembaga keuangan non-
bank. maupun dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, prinsipnya harus
dikembalikan. Selain kembaii pokok kredit/pinjaman juga disertai pengenaan bunga atau jasa
yang besarnya bervariasi. Sumber pembiayaan ini potensinya sangat besar namun dalam
pemanfaatannya perlu memperhatikan analisis keuangan.

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insineratcr(swakelola)

• Sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat

Sumber-sumber pembiayaan lain yang berslfat hibah tap! tidak mengikat dapat juga
diusahakan misalnya dalam kerangka kerjasama dengan LSM lokal, LSM internasional,
kerjasama antar kota dengan kota-kota di luar negeri, atau juga bantuan-bantuan dari dalam
negeri baik dari pemerintah maupun bukan pemerintah. Contohnya adalah bantuan
Swisscontact kepada TPA regional Piyungan di Yogyakarta.

7.2 Perencanaan

Dalam rangka sharing pembiayaan penyediaan infrastruktur pengelolaan sampah regional,


dapat mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:

pemerintah propinsi / pusat dapat mengalokasikan dana APBN untuk mendukung program
tersebut. Alokasi dana dapat digunakan untuk pembangunan TPA atau penyiapan
konsultan pendamping untuk konstruksi atau kelembagaan.

- masing masing pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pengumpulan dan


pengangkutan sampah

- masing masing pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pendanaan infrastruktur


TPA sebagai pendukung

pemerintah daerah menyiapkan proses pembebasan dan pematangan lahan untuk lokasi
TPA atau pemerintah daerah menyiapkan pengembangan sistem apabila telah
mempunyai sistem sampah

pemerintah daerah bertanggungjawab mengatur proses konversi aset masyarakat dan


memberikan penggantian sesuai kesepakatan.
7.2.1 Rencana Pembiayaan

Analisa biaya TPA perlu disusun dan dianalisis sehubungan dengan sistem pembiayaan dan
tiping fee. Semua biaya direkapitulasi dengan menghitung biaya penyusutan, biaya
pemeliharaan dan biaya pegawai yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biaya
pemasukan sampah akan sangat bervariasi tergantung dari pola penumpukan sampah yang
dipakai dan metode yang digunakan.
Dari gambaran aspek pembiayaan secara umum masing-masing dinas kebersihan telah
menjalankan sistem retribusi sampah kepada masyarakat. Namun terdapat beberapa
keterbatasan terutama anggaran biaya dari APBD yang relatif jumlahnya sangat kecil
dibandingkan dengan biaya Operasional dan Pemeliharaan kebersihan Kota.

Penerimaan pendapatan dari retribusi sampah beberapa kabupaten telah sesuai antara target
dan realisasi, namun masih juga terdapat kondisi yang masih jauh dari yang ditargetkan.

Sub Kegiatan-3 20
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Umumnya beberapa penyebab dari kurang optlmalnya pendapatan dari aspek retribusi adalah
sebagai berikut:

1. Tarif-tarif disusun tidak berdasarkan biaya nyata;

2. Alokasi anggaran tidak membedakan antara biaya untuk pelayanan dan biaya-biaya umum
pengoperasian

3. Dengan peraturan-peraturan anggaran Pemerintah Indonesia (Keppress 17 tahun 2000)


pendapatan dari tarif harus disetorkan seluruhnya ke Kas daerah, belum ada intensif untuk
memaksimalkan pendapatan yang dilakukan oleh unit-unit pengoperasian sehingga tidak
menguntungkan mereka.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kurang adanya hubungan antara alokasi anggaran
biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil retribusi sampah. Prinsip-prinsip dasar
yang harus diikuti untuk menetapkan struktur tarif masing-masing kabupaten yang bekerja
sama nantinya yaitu:

1. Kemampuan finanslal dan kemandirian


Tarif yang diusulkan berdasarkan pada tuntutan agar korporet / lembaga baru dapat mandirl
secara finansial dalam jangka panjang. Dengan demikian tarif tersebut dirancang untuk
menutup kembali biaya-biaya yang meliputi:
a. Operasi (biaya-biaya langsung yang timbul setiap hah)
b. Perawatan dan perbaikan secara periodik

0. Penyusutan aset yang digunakan


d. Pengembalian modal yang ditanam dalam aset
2. Kesederhanaan administrasi

Sistem tarif berdasarkan volume mudah diadministrasikan dan dipantau antara lain:

a. Total volume yang diangkut ke TPA dapat dicatat dan dibandingkan dengan estimasi
b. Perbandingan volume aktual dan estimasi dapat dibuat untulk setiap "service area"
3. Keadilan sosial

Sistem yang diusulkan akan menetapkan tarif yang sama per unit volume bagi seluruh
pelanggan akan tetapi tetap mempertimbangkan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah.

Sub Kegiatan-3 21
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

4. Effisiensi ekonomi

Tarif harus bertujuan untuk memaksimalkan kinerja lembaga / badan / korporet baru maupun
pelanggan dengan mendorong pemanfaatan secara maksimal sumberdaya-sumberdaya
termasuk:

truk-truk

awak truk

TPA termasuk peralatan yang digunakan

5. Transparan dan tidak subyektif

Dengan demiklan maka seiuruh tarif diusulkan untuk ditetapkan berdasarkan perkiraan
volume sampah yang dihasilkan oleh setlap pelanggan, dengan besar tarif standar per m^
yang sama. Perhitungan tarif standar per m^ didasarkan pada prinsip pengembalian seiuruh
biaya sehingga unit operasional TPA Regional akan mampu mandiri dalam jangka panjang.
Keuntungan-keuntungan tarif berdasarkan volume sampah yang dihasilkan dan dibuang
adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar biaya adalah biaya variabel

Sebagian besar biaya adalah biaya variabel, karena secara langsung berhubungan dengan
volume sampah yang dikumpulkan dan diangkut. Hal ini dapat dijadikan justifikasi atas
sistem berdasarkan volume

2. Subsldi menjadi jelas dan terukur

Subsidi dan subsidi silang dapat diminimalkan dan dikontrol sehingga hanya terdapat dua
kemungkinan tarif baru dapat mensubsidi antara lain:

a. kelompok keluarga berpenghasilan rendah akan membayar di bawah biaya per m^ yang
sesungguhnya. Cara ini akan berdasarkan pada kebijakan dan bersifat sementara yang
akan diatur dengan one-o/f basis (sekali pakai) dan tidak dianggap sebagai tarif khusus.

b. Subsidi silang antar kelompok

7.3 Pelaksanaan

Alokasi dana pelaksanaan pembangunan infrastruktur sampah Regional yang bersumber


dengan dana APBN dan pemerintah daerah, dapat dimanfaatkan secara garis besar sebagai
berikut:

a. Penyediaan Lahan dan infrastruktur pendukung oleh Pemerintah Daerah;

b. Alokasi dana pembangunan TPA atau konsultan pendamping dari APBN

Sub Kegiatan-3 22
:ij'lv,;,;''.'

(j®

' ■■pyfi

iM'
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

Komponen-komponen dalam menyusun pemblayaan operasional TPA Regional adalah


sebagai berikut:

a. Biaya investasi TPA

Blaya Investasi adalah sebagai berikut;

a)Biaya Pembebasan Lahan TPA

Kegiatan pembebasan lahan dllakukan agar dapat segera dipersiapkan dalam proses
pembangunan TPA. Besamya investasi untuk pembebasan lahan Ini bervariasi sesuai
dengan harga tanah setempat yang umumnya mengacu pada NJOP (Nilai Jual Obyek
Pajak).

b) Biaya Pembangunan TPA

Biaya pembangunan fisik di TPA meliputi biaya konstruksi dan biaya pengadaan Sarana
dan Prasarana Fisik mencakup:

1. Galian tanah dasar

2. Pemotongan lereng tebing

3. Talud tanah yang dipadatkan

4. Talud bronjong

5. Pemasangan geomembran

6. Jalan operasional areal penimbunan, lebar 3 meter


7. Jalan masuk lebar 8 meter

8. Jembatan timbang

9. Bang u nan recycling centre

10. Paving block areal recycling unit


11. Pos jaga

12. Gapura pintu masuk

13. Jalan akses ke IPAL kolam lindi

14. IPAL lindi

16. Pond drainase

16. Saluran lindi

17. Saluran drainase

18. Pipa Ventilasi Gas, dan

Sub Kegiatan-3 23
■■■

::!i i i i ;

■ ■

h :
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Investasi pengadaan alat berat; komponen investasi pengadaan aiat berat disesualkan
dengan jenis alat berat dan volume sampah yang masuk ke TPA.

b. Biaya pengoperasian TPA

Komponen biaya operasional dan pemeliharaan ditentukan berdasarkan jenis dan jumiah
fasiiitas maupun alat berat yang dipakai. Diantaranya adalah Jembatan timbang, IPAL,
operasional land covering, bahan bakar dan pemeliharaan aiat, maupun operasional
kantor dan gaji pegawai, adalah sebagai berikut:

a) Biaya komponen IPAL per tahun

Biaya ini adaiah biaya yang dikeiuarkan untuk pengoperasian kolam lindi. Biaya ini
meliputi biaya operasional yaitu biaya untuk bahan kimia dan pembeiian van bakar.
Dan biaya pemeliharaan, yaitu biaya untuk untuk perawatan investasi pada kolam
lindi.

b) Biaya operasional dan pemeliharaan aiat berat per tahun


Biaya ini adalah biaya yang dikeiuarkan untuk pengoperasian alat berat di TPA. Biaya
ini meliputi biaya operacional yaitu biaya untuk pembeiian bakar bakar. Dan biaya
pemeliharaan, yaitu biaya untuk perawatan alat berat seperti oil dan Iain-Iain.

c) Komponen gaji pegawai per tahun


Komponen ini berupa gaji pegawai yang bekerja di TPA, terdiri dari pengawas,
operator alat berat dan pegawai iainnya.

d) Biaya komponen tanah urug tahunan


Biaya tanah urug sebagai pelapis sampah
e) Biaya komponen O & M Kantor
Meliputi biaya listrik, telpon dan alat komunikasi yang lain

f) Biaya O & M jembatan timbang


Biaya operasional dan pemeliharaan jembatan timbang yang diperhitungkan tersendiri
c. Biaya lain

Biaya lain adalah biaya yang sebenarnya harus ditanggung oleh TPA meliputi biaya studi
pemilihan lokasi yang diperlukan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dan aman bagi
pengoperasian TPA. Biaya studi iingkungan yang diperlukan agar TPA dapat dioperasikan
secara balk dan seminimal mungkin menimbulkan dampak terhadap Iingkungan
sekitarnya. Biaya ini adalah biaya AMDAL, biaya UKL / UPL dan penyusunan SOP, biaya
rancangan teknis pembangunan sarana dan prasarana TPA. Dan biaya untuk
kelembagaan pengelola sampah TPA Regional yang meliputi biaya supervisi dan
Sub Kegiatan-3 24
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

manajemen, penagihan retribusi, keruglan karena pembebasan tarif dan resiko serta
adanya inflasi.

7.3.1 Perhitungan dan Penyepakatan Tipping Fee

Pembiayaan pengelolaan TPA regional dapat dllakukan secara operaslonal share atau biaya
yang harus ditanggung balk untuk biaya investasi maupun biaya operaslonal dibagi dalam
jumlah rata-rata sampah yang masuk ke TPA. Dengan prinsip Full Cost Recovery, maka
Tipping fee didasarkan kepada semua biaya yang telah dikeluarkan oleh pengelola TPA, baik
biaya investasi maupun biaya operaslonal dan pemeliharaan.
7.3.2 Pola Pengelolaan Keuangan

Sesuai dengan PP 23/2005 dan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi,
produktivitas dan praktek bisnis yang sehat, maka perlu diterapkan pola pengelolaan
keuangan yang harus memenuhi persyaratan:
- SUBSTANTIF, yaitu menyelengarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan
dengan pelayanan publik, dan tidak mengutamakan keuntungan;
- TEKNIS, yaitu kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya;
- ADMINISTRATIF, yaitu memuat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan keuangan, pola tata kelola, Renstra bisnis, laporan keuangan pokok, SPM,
laporan audit keuangan.

7.3.3 Eflsiensi dari SIsi Investasi dan Operasi


Dalam pengelolaan sampah, permasalahan kepemilikan dan operasional-pemeliharaan satu
TPA bisa menjadi unit tersendiri. Dimana kepemilikan TPA, yang biaya investasinya besar
dapat diurai menjadi biaya per bulan atau per m^, dengan memisahkan pengelolaan TPA
dengan pengelolaan sampah secara umum. Dimana Dinas Kebersihan Kabupaten / Kota,
cukup mengelola sampah dari timbulan (Rumah Tangga dan sumber lain - seperti toko, pasar
dan pusat perbelanjaan) dan membuanya ke TPS, ke SPA atau hingga pintu masuk TPA.
Akan tetapi, pengelolaan (operasi) dan kepemilikan (investasi) sampah ada pada pegelolaan
tersendiri(badan atau lembaga lain, misalnya UPTD).
Dengan demikian, biaya investasi yang dapat diurai menjadi biaya per bulan atau biaya per
m^, maka akan terjadi efisiensi dari pengelolaan sampah kabupaten / kota, dimana biaya
investasinya ditanggung oleh pihak lain. Demikian pula, dengan biaya operasi sampah TPA
{Sanitary Landfill) yang mahal, dapat diefisienkan dengan pengelolaan sampah di TPA oleh
badan atau lembaga yang lain.

Sub Kegiatan-3 25
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

7.3.4 Efisiensi Biaya Pengangkutan

Dengan syarat TPA yang idea, misalkan jarak darl pemnuklman yang cukup jauh, maka lahan
yang dapat dialokasikan untuk TPA semakin jauh dari kota. Dan menglngat bahwa biay
apengadaan TPA, terutama pembellan lahan di kota, akan cukup tinggi, maka TPA akan
berada di luar kota. Permasalahan TPA yang jauh dari kota adalah masalah biaya
pengangkutan sampah dengan truk dari sumber timbulan sampah ke TPA.

Efisiensi biaya pengangkutan perlu dipikirkan dengan adanya pengelolaan sampah dengan
TPA terpusat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendiversifikasi jenis truk 5 m^ dan (8-10) m^
sesuai dengan kondisi jalan dan target rute dan rit yangada. Serta perencanaan
pengangkutan sampah dari sumber timbulan sampah (Rumah Tangga, toko, pasar dan pusat
perbelanjaan) ke TPS dengan truk 5 m®, dan mengganti moda angkutan dengan truk 8-10 m®
kte TPA dengan perantaraan SPA (Stasiun Pengangkutan Antara).

Sub Kegiatan-3 26
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

8 ASPEK KELEMBAGAAN DAN POLA KERJASAMA

8.1 Umum

Pembentukan TPA Regional akan memberi beberapa keuntungan berupa efisiensi


penggunaan peralatan dan iahan, mengatasi kesulitan penyediaan lahan TPA pada daerah
perkotaan yang padat (karena dapat menggunakan TPA pada daerah lain yang kurang
padat), serta mengurangi resiko pencemaran pada beberapa lokasi (karena hanya
menggunakan satu TPA untuk beberapa daerah perkotaan).

RekomendasI disusun berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kondisi


Pengelolaan Persampahan di wilayah yang merupakan calon daerah layanan TPA terpilih
sesuai skenario pengelolaan persampahan untuk membangun satu TPA Regional oleh
Pemerintah Kabupaten / Kota.

Untuk memulai tercapainya pembentukan kelembagaan pengelola TPA Regional maka


diperlukan fasilitasi penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MoU) antara Kota /
Kabupaten yang akan melakukan ken'asama dalam pengelolaan sampah antar wilayah.

Proses penyiapan kelembagaan TPA Regional berdasarkan pada perundang-undangan yang


berlaku serta proses pembentukan TPA Regional yang sudah ada. Langkah-langkah tersebut
dapat dillhat pada Tabel 2

Tabel 2 Proses Pentahapan Pembentukan Kelembagaan Sampah Regional

Output
Dasar Hukum Proses

Surat Keputusan Bersama


UU 32/2004 Adanya kesepakatan
PP 50 / 2007
mengelola sampah
bersama
SK Gubernur

M-
Tim Penyiapan SK Gubernur
Pembentukan Tim Teknis

M.
Surat Keputusan Bersama
PP 50 / 2007 Perjanjian Kerjasama
SK Gubernur

M-
SK Gubernur /
PP 50 / 2007 Pembentukan Lembaga
Peraturan bupati
SK Gubernur
Pengelola

PP No 23/2005

Sub Keglatan-3 27
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah;

1) Pemberlan arahan tentang dasar kerjasama pengelolaan sampah regional;

2) Kesepakatan dan kebutuhan untuk mengelola sampah secara bersama dari sag! teknis;

3)Pemantapan lokasi daerah pelayanan;

4) Penjelasan alternatif bentuk kelembagaan pengelolaan;

5) Pembahasan Konsep Surat Kesepakatan Bersama dan Pembentukan Tim Penyiapan


Kerjasama Pengelolaan Sampah.

8.2 Pedoman Kerjasama

Kerja sama pengelolaan sampah terpadu dan saling menguntungkan harus tetap
mempertimbangkan prinslp-prinsip antara lain;

a. Peningkatan Kapasitas Pelayanan Kebersihan: Pelaksanaan kerja sama harus


menghasilkan peningkatan kemampuan Pemerintah Kabupaten / Kota di wilayah studi
dalam melaksanakan pelayanan kebersihan di daerahnya.

b. Efisiensi dan efektifitas: Pelaksanaan kerjasama pengelolaan sampah dilakukan dengan


memperhatikan faktor ekonomi dan keuntungan jangka pendek menengah maupun
panjang, sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pelayanan kebersihan.
0. Komprehensif Pelaksanaan kerja sama pengelolaan sampah harus dapat
mengimplementasikan pengelolaan sampah yang menyeluruh di wilayahnya.
d. Kemitraan : yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan informasi, sumber daya dan
pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai dan tujuan kerja sama antara
beberapa kabupaten dalam menggunakan TPA Regional.
e. Kesetaraan hak dan kewajiban; yang diwujudkan dengan melaksanakan segala hak dan
kewajiban yang sdma besar bagi setiap pelaku kerja sama namun apabila terdapat
perbedaan kewdjiben maka hal tersebut tersebut harus diimbangi dengan besarnya hak
yang memaddi.

8.3 PerencandaH

Dalam pelaksanaan program untuk penyiapan para pelaku terkait dan mekanisme koordlnasi
antar-pelaku, dapat mempertimbangkan hal hal sbb:
- Membentuk suatu lembaga di tingkat propinsi, dimana untuk mengelola sarana yang cukup
besar dan daerah pelayanan yang bersifat lintas daerah/regional memerlukan suatu
lembaga untuk mengelolanya. Untuk menjaga kesinambungan sarana persampahan yang
telah dibangun diperlukan suatu kelembagaan berupa Badan Pelayanan Umum (BLU) tidak
mengutamakan keuntungan namun tetap dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan.

Sub Kegiatan-3 28
I
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Aset yang kepemilikan merupakan bagian tidak terpisahkan dari aset Pemerintah Daerah
sebagaimana Badan Usaha Milik daerah (BUMD). Melalui BLU juga dapat dibentuk Satuan
Kerja Pelaksaan Daerah (SKPD) dengan demlkian BLU dapat menggunakan menerima
dana dari DAU atau DAK, dana dekonsentrasi, dan dana bersifat subsidi silang.

- Melakukan penguatan keiembagaan di tingkat lokal (Kelembagaan Pengeloia Program di


Daerah, dan lembaga-lembaga terkalt) sehingga slap mendukung peiaksanaan program;

- Pemerintah proplnsi/pusat melakukan pendampingan dalam penlngkatan peran dinas teknis


terkalt.

Perencanaan Pembangunan Daerah


Tingkat Propinsi/Pusat

Badan Keijasama/Sekretariat
Betsama

Pemerintah Kota Pemerintah Kab

"T"
I I

I--- Dinas Kebeisihan -H Konsultan


I I
Pendamping

Instansi LH Swasta/Masyarakat
j

Tingkat Daerah

Lembaga Masyarakat Tingkat Kawasan

Tingkat Masyarakat

Gambar 5 Keiembagaan Program Penyedlaan infrastruktur Persampahan

8.3.1 Keiembagaan TPA Regional

Perlu diketahul kondlsl calon InstltusI pengeloia kegiatan pengelolaan TPA Regional balk dari
plhak Dinas ProplnsI, Dinas Teknis dl tiap-tlap Kabupaten, Swasta yang dibentuk oleh
pemerintah Kabupaten / ProplnsI maupun swasta murni. Perbandlngan Inl dllakukan pada
kondlsl organlsasi, sumber daya manusia, serta sumber dan flekslbllltas finanslal yang
mendukungnya. Perbandlngan Inl dibuat dengan memandang diperlukannya sebuah payung
perjanjian keijasama antar daerah untuk mengatur tentang bentuk organlsasi dan pola
pertanggungjawabannya.

Sub Keglatan-3 29
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakeiola)

Tabel 3 Perbandingan Kondisi Bentuk Institusi Calon Pengelola TPA Regional

Bentuk Kondisi Organisasi Finansial


Institusi
Dinas Propinsi Diperlukan institusi baru dan adanya kesulitan Melalui APBD, tidak
aspek legal khususnya untuk operasional otonom, sulit untuk
kebutuhan mendesak
Dinas Dapat ditangani oleh Dinas Kebersihan yang ada, Melalui APBD,tidak
Kabupaten dan aspek legal lebih mudah otonom, sulit untuk
kebutuhan mendesak
Kesulitan mekanisme pelaporan namun dapat
diatasi dengan menggunakan kerjasama antar
daerah sebagai payung mekanisme pelaporan
Swasta Diperlukan aspek legal baru Lebih otonom dan
dengan Dinas fleksibel walauoun
Propinsi/Kabu Dapat mengakomodir kepentingan masing-masing masih terkait dengan
paten daerah pengambilan
keputusan pihak
Pemerintah yang
biasanya kurang
mempunyai wawasan
bisnis yang memadai
Swasta murni Diperlukan payung kerjasama daerah Lebih otonom dan
fleksibel
Kontrak dengan salah satu Pemerintah daerah
yang menjadi lokasi TPA Regional

8.3.2 Fasiiitasi Penandatangan MoU

Pada tahap awai akan dilakukan seluruh perslapan yang diperlukan untuk membentuk TPA
Regional, diantaranya adalah : pembuatan dokumen kesepakatan kerja sama antar
Kabupaten/Kota untuk mengeiola sampah pada TPA yang sama, pembentukan Institusi
(lembaga) yang bertanggung jawab merencanakan TPA Regional, penyusunan landasan
hukum yang diperlukan pada pembentukan TPA Regional, menentukan perkiraan biaya
pembangunan dan pengoperasian TPA Regional.

Tahap awal kegiatan pembentukan TPA Regional adalah pembuatan dokumen kesepakatan
kerja sama. Kesepakatan kerja sama ini disusun oleh para pihak Kabupaten yang bemiat
mengadakan kerja sama pengelolaan sampah pada suatu lokasi tempat pembuangan akhir
sampah secara bergabung (disebut TPA Regional). Inisiatif pembuatan kerja sama tersebut
dapat berasal dari satu pihak atau beberapa pihak yang terlibat, dengan tujuan memperoleh
manfaat/keuntungan yang lebih besar daripada menggunakan TPA sampah secara sendiri.
Umumnya inisiatif awal berasal dari Kabupaten atau Kota yang mempunyai problem pada
penyediaan lahan untuk TPA atau Kabupaten yang melihat peluang untuk mendapatkan
manfaat/keuntungan jlka menggunakan TPA sampah secara bersama (TPA Regional). Dari
hasll anallsis yang telah dilakukan sebelumnya, maka didapat rekomendasi TPA Regional
terpilih.

Sub Kegiatan-3 30
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegialan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

Sebelum Kota / Kabupaten tersebut melakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah, maka
perlu adanya Nota Kesepakatan Bersama (MoU) diantara Kota/Kabupaten tersebut. Nota
kesepakatan ini nantinya digunakan untuk mengatur hal-hal yang dianggap perlu dalam
kerjasama. Nota Kesepakatan Bersama merupakan suatu landasan hukum yang merupakan
arahan kegiatan selanjutnya.

Adapun is! Nota Kesepakatan Bersama ini adalah kesepakatan antara Kepala Pemerintahan
Daerah. Adapun isi pasal-pasal Nota Kesepakatan Bersama ini secara umum adalah sebagai
berikut:

a. Pasal mengenai dasar kerja sama yang akan dilakukan


b. Pasal mengenai tujuan kerjasama

c. Pasal mengenai bidang lingkup kerjasama

d. Pasal mengenai pelaksanaan kerjasama

e. Pasal mengenai peranan masing-masing pihak


f. Pasal mengenai pembiayaan kerjasama ini

g- Pasal mengenai hasil kerjasama

h. Pasal mengenai jangka waktu kerjasama

i. Pasal mengenai penyelesaian perselisihan

j- Pasal mengenai penutup

8.3.3 Konsep Lembaga Pengelolaan TPA Regional


8.3.3.1 Alur Pikir Perumusan Konsep Lembaga Pengelolaan
Perumusan konsep pengelolaan TPA Regional berdasarkan hasil diskusi dan pembahasan
baik di pusat maupun didaerah juga memperhatikan beberapa aspek sebagalmana alur pikir
seperti diilustrasikan pada Gambar 6. di bawah.
1. Mengacu pada Peraturan Perundangan
Mengacu pada PP No. 14/1987 yang menjadi dasar hukum bahwa pengelolaan sampah
merupakan kewenangan daerah otonom atau desentralisasi (pada waktu itu). Kemudian PP
No. 84/2000 yang memperkuat pelaksanaan PP No. 14/1987 sesudah dikeluarkan UU No.
22/1999 mengenai Pemerintahan Daerah (OtonomI Daerah). Diberlakukannya UU No.
32/2004 sebagai revisi atas UU No. 22/1999 mengani Pemerintahan Daerah dan UU No.
33/2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah semakin memperkuat
posisi daerah otonom dalam melakukan pengelolaan sampah di daerahnya sendiri.

Sub Kegiatan-3 31
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator (swakelola)

Pengertian melakukan pengelolaan sampah dl daerahnya sendlri tidak harus diartikan bahwa
daerah yang bersangkutan harus melakukan sendlri penanganan sampah terutama pada saat
pengelolaan akhir sampah. Untuk hal itu antar daerah dapat melakukan kerjasama melalui
pengelolaan TPA regional yaitu pengelolaan TPA yang melibatkan lebih darl satu
kabupaten/kota. Hal Ini dilakukan dengan berbagai pertlmbangan, salah satunya adalah
dalam rangka eflsiensl dan efektivitas.
PP No. 14/1987
Pengelolaan sampah merupakan
kewenangan daerah olonom
, (Oeseniralisasi)
Pengalaman
TPA Plyungan
t PP No.84/2000 I
Pelaksanaan tugas desentralisasi
Pengalaman dilaksanakan Dinas Kota/Kabupaten
TPA Bantargebang
ISU STRATEGIS
UU No. 32/2004 & No. 33/2004
Pengalaman Memperkual pelaksanaan
TPA-R Surabaya PP No. 14/1987 & PP No. 84/2000

PENGELOLAAN

Gambar 6 Alur Pikir Perumusan Konsep Pengelolaan TPA-R

2. Pembentukan lembaga pengelolaan TPA regional

Sebagai bagian dari naskah kerjasama yang akan ditandatangani, sebaiknya juga ditetapkan
pengaturan lembaga pengelolaan TPA regional. Sebagaimana ketentuan yang ada maka
lembaga pengelolaan TPA regional dibedakan menurut tugas pokok dan fungsi yaitu lembaga
yang melakukan pengaturan dan pengendalian, lembaga pengelola, serta lembaga yang
melakukan pengawasan pengelolaan TPA regional.

Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KolaTeipadu BeTbasas SR
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Hubungan kerjasama antara lembaga-lembaga tersebut diatas dalam kaitannya dengan


pengelolaan TPA regional coba digambarkan sebagai berlkut:

Pemerintah KOTA Pemerintah KABUPATEN

DPRD WALIKOTA BUPATI DPRD

NASKAH
KERJASAMA

LEMBAGA PENGELOLAAN TPA REGIONAL

BADAN PENGAWAS BADAN PENGATUR


TPA REGIONAL TPA REGIONAL

Garis Garis
pelaksanaan operasionallsasi
pengawasan BADAN PENGELOLA kebijakan dan
operasionallsasi TPA REGIONAL strategi

Di Pemerintah ProplnsI terdapat sejumlah lembaga (pemerintah maupun masyarakat) yang


tugas dan wewenangnya berkaitan dengan persampahan baik secara vertikal maupun
horizontal. Keterkaitan antar lembaga dapat berada pada Tingkat Pusat, Tingkat Propinsi,
Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Kecamatan maupun keterkaitan dengan unit-unit non
pemerintah seperti LSM, PPLH dan Iain-Iain.

Dengan adanya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur otonomi
daerah telah memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil dan
mengembangkan prakarsanya bagi pengembangan pembangunan prasarana yang
dibutuhkan.

Pembentukan Kelembagaan dalam pengelolaan TPA Regional disusun dengan maksud untuk
mengupayakan kesatuan tindak dalam mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan
kebersihan wilayah dan sekitarnya.

Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka bentuk kelembagaan
pengelola TPA dapat merupakan perpanjangan dari Dinas Propinsi/kabupaten, kerjasama
dengan pihak PT (Badan Usaha) atau murni PT (Badan Usaha). Untuk memudahkan

Sub Kegiatan-3 33
.S
' i
Konsep Pedoman Pengelolaan Smnpah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

pengoperasian darlpada TPA Regional maka skenario pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan pembentukan beberapa badan atau korporate yang terlibat langsung dalam
pengelolaan TPA yaltu:

1. Pembentukan Lembaga /Badan Pengelola TPA Regional

2. Pembentukan Lembaga/ Badan Pengatur TPA Regional

3. Pembentukan Lembaga/ Badan Pengawas TPA Regional

Dimana badan-badan tersebut dibentuk berdasarkan kesepakatan antara beberapa


Kabupaten yang terlibat kerjasama TPA Regional.
Badan Pengelola TPA Regional dianggap sebagai lembaga teknis antar daerah dan bersifat
independen namun tetap dalam awal operasionalnya sehari-hari harus tetap sinergis dengan
Dinas Kebersihan yang telah ada di wilayah perencanaan tersebut sehingga peranan badan
ini sementara dapat bersifat semi private. Sedangkan pada proses selanjutnya akan terdapat
proses pengalihan tugas secara bertahap dari Dinas Kebersihan menjadi suatu Badan.
Pertimbangan pembentukan badan adalah dalam rangka penanganan secara professional
dimana apabila teijadi kerjasama dengan pihak swasta, maka dapat secara langsung
ditangani oleh badan yang dibentuk. Pada sisi yang lain maka Dinas Kebersihan masing-
masing wilayah perencanaan tetap menyelenggarakan pelayanan umum langsung kepada
masyarakat serta pengelolaan operasional kebersihan dengan pola pelibatan peran serta
masyarakat (PSM). Pada tahap selanjutnya badan pengelola dapat dikembangkan menjadi
badan usaha murni milik Pemerintah Kabupaten/Kota bersama masyarakat.
Badan Pengatur pelaksanaan TPA Regional lebih bersifat sebagai badan bukan independen
dan merupakan lembaga teknis antar daerah yang murni dari perangkat Dinas kebersihan
atau Dinas lain yang berkepentingan dengan penanganan sampah masing-masing wilayah.
Perannya lebih banyak sebagai pembuat kebijakan atau aturan sebagai upaya peningkatan
pranata pengelolaan kebersihan yang lebih baik.
Sedangkan pembentukan fiadan Pengawas {supervisor board) lebih bersifat independen dan
mandiri dan skenarionya adalah dibentuk oleh masyarakat, namun fungsi secara keseluruhan
badan pengatur dapat dilakukan oleh LSM, masyarakat Perguruan Tinggi, Masyarakat Adat
serta para professional.

Dengan demlkian maka komponen yang terlibat dalam pembentukan badan pengelola TPA
Regional adalah:

• Bupati masing-masing wilayah rencana atau daerah yang secara sukarela dapat
bekeijasama dalam penyelenggaraan TPA Regional
• Petugas perwakilan dari masing-masing wilayah rencana

Sub Kegiatan-3 34
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Tetpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

• Komponen masyarakat yang ditunjuk untuk duduk dalam badan pengelola

Pembentukan Badan Pengelola, Pengatur dan Pengawas

1. Badan Pengatur(Pengatur)Pengelolaan TPA Regional

• Dalam rangka pengelolaan TPA regional perlu dibentuk Badan Pengatur (Regulator)
yang memlllki tugas pokok dan fungsl melakukan pengaturan dan pengendalian atas
pengelolaan TPA regional.

• Badan ini harus dibentuk sebagai konsekuensi dari ketentuan pemisahan antara
tugas-tugas regulator dengan operator. Pembentukan badan ini menjadi
tanggungjawab pihak-pihak yang melaksanakan kerjasama pengelolaan TPA
regional, dimana kebutuhan personalia badan ini direkrut tersendiri dan atau
memanfaatkan SDM dari dinas/instansi terkait yang ada di tiap-tiap daerah.

• Badan ini memiliki tugas pokok dan fungsi antara lain sebagai berikut:
- Menyiapkan kebijakan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan teknis
sebagai kerangka kerja dan kerangka legal operasionalisasi TPA regional
Menyiapkan kebijakan, pengaturan, dan pengendalian peran serta swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan TPA regional
- Menyiapkan kebijakan dan pengaturan perlindungan masyarakat sebagai
konsumen dan pengendalian pencemaran lingkungan
Menentukan besaran tarif

- Menentukan standar mutu pelayanan

Membantu penyelesaian permasalahan dan penanganan perselisihan


- Memfasilitasi keterlibatan semua pihak (stakeholders) dalam penanganan
sampah dan pengelolaan TPA regional

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengetolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Struktur organisasi Badan Pengatur TPA Regional adalah

WALIKOTA BUPATI

Kepala Badan Pengatur


TPA Regional

Sekretariat

Bidang Pengaturan Bidang Pengendalian Bidang Hubungan


Pengelolaan Pengelolaan Masyarakat

Sub Bidang Sub Bidang Sub Bidang


Kebijakan dan Pengendalian Pengembangan
Strategi Dampak Kerjasama

Sub Bidang Sub Bidang Sub Bidang


Penentuan Tarif Pengendalian Sistem Informasi
Standar Pelayanan

Sub Kegiatan-3 36
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

Struktur organisasi Badan Pengatur dan Pengendalian TPA Regional dapat diberikan
bentuknya sebagai berikut;

KEPALA BADAN PENGATUR S PENGENDALIAN TPA REGIONAL

Sub Bag
Kepegawaian

Sub Bag Keuangan

Sub Bag Umum dan


Perlengkapan

Bidang Peraturan dan Bidang Perijinan dan Bidang Penetapan


Perundang-undangan Tarip Pelayanan Umum

Sub Bid. Sub Bid. Sub Bid. Sub Bid. ' Sub Bid. Sub Bid.
Kebijakan Soslallsasi Perijinan Manajemen Pembinaan Pemantauan
Pelayanan Informasi Teknis dan Evaluasi
Sistem (SIM)

Sub Bid. Sub Bid. Sub Bid.


Penegakan Pengelolaan Penyiapan
Hukum Tarip Standar,
Prosedur,
Norma

Gambar 7 Diagram Struktur Organisasi Badan Pengatur dan Pengendalian TPA


Regional (atternatif 2)

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengeiolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

2. Badan Pengawas(Supervisor)Pengelolaan TPA Regional

• Untuk mengelola kerjasama dan mengendalikan pelaksanaan pengelolaan TPA


regional maka dibentuk Badan Pengawas pengelolaan TPA regional.

• Keanggotaan Badan Pengawas berasal dari daerah yang terlibat dalam rangka
kerjasama pengembangan TPA regional. Jika diperlukan dapat diusulkan wakil-wakil
independen seperti dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan,
LSM yang kompeten, atau pihak lainnya.

• Badan ini harus dibentuk sebagai konsekuensi untuk melakukan pengawasan


eksternal pengelolaan TPA regional. Pembentukan badan ini menjadi
tanggungjawab pihak-pihak yang melaksanakan kerjasama pengelolaan TPA
regional, dimana kebutuhan personalia badan ini direkrut tersendiri dan atau
memanfaatkan SDM dari dinas/instansi terkait yang ada di tiap-tiap daerah.

• Badan ini dibentuk sebagai bagian dari kerjasama oleh Pemerintah Kota dan
Kabupaten dan memberi kewenangan DPRD untuk bertindak sebagai pihak yang
berkepentingan dengan hasil-hasil pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas
kepada Badan Pengelola TPA regional.

• Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengawas dapat bekerjasama dengan


berbagai pihak seperti masyarakat umum dan pihak-pihak yang memiliki kompetensi
khusus.

• Badan ini memiliki tugas pokok dan fungsi antara lain :


- Menyiapkan kebijakan teknis pengawasan umum dan khusus pengelolaan TPA
regional

Melakukan pengawasan teknis pengelolaan TPA regional dan penanganan


sampah didalam TPA

- Melakukan pengawasan teknis pengenaan tarif {tipping fee)


- Melakukan pengawasan standar mutu pelayanan dan pengelolaan
- Menerima pengaduan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan baik dari
pemerintah daerah maupun masyarakat

Memfasilitasi pengembangan mekanisme pengawasan pengelolaan TPA agar


lebih transparan dan akuntabel

- Menyerahkan hasil-hasil pengawasan kepada DPRD

- Melakukan investigasi khusus

- Melakukan evaluasi pengawasan, dan seterusnya

Sub Kegiatan-3 38
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknoiogi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakelola)

Stmktur organisasi Badan Pengawas TPA Regional adalah:

DPRD KOTA DPRD KAB

Kepala Badan Pengawas


TPA Regional

Sekretariat

Unit Kerja Unit Kerja Unit Kerja


Pengawasan Umum Pengawasan Khusus Hubungan Masyarakat

Sub Unit Sub Unit Sub Unit


Pengawasan Pengawasan Tarif Pengaduan
Operasional Marian dan Pelayanan Pemerintah Daerah

Sub Unit Sub Unit Sub Unit


Pengawasan Investigasi Khusus Pengaduan
Penanganan Dampak Masyarakat

Sub Kegiatan-3 39
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berfaasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

Struktur organisasi Badan Pengawas Pengelolaan TPA Regional dapat digambarkan secara
umum adalah sebagai berikut:

DPRD DPRD DPRD DPRD


Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten

Forum Komunikasi
Masyarakat

Unsur Organisasi Masyarakat


Berbasis Masyarakat

KEPALA BADAN PENGAWAS PENGELOLAAN TPA REGIONAL

Unit Kerja Pemantauan dan Unit Keria Pengelolaan Unit Kerja Sosialisasi dan Unit Kega Pengembangan
EvaluasI Pengaduan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Sistim Pelayanan
(PE) (PPM) Masyarakat

Gambar 8 Diagram Struktur Organisasi Badan Pengawas Pengelolaan TPA Regional


(alternatif 2)

Sub Keglatan-S
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknoiogi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

3. Badan Pengelola (Operator)TPA Regional

• Sebagai pelaksana pengelolaan teknis TPA regional dibentuk badan pengelola


sebagai operator pengelolaan TPA regional.

• Alternatif Badan Pengelola (Operator) TPA regional dapat diusulkan sebagai berikut:
a. Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD)Propinsi dan UPTD Kabupaten

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah bagian dari instansi pemerintah
daerah yang dapat difungsikan untuk melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
khusus termasuk pengelolaan TPA regional. Bentuk lembaga ini sudah sangat
dikenal oleh daerah termasuk oleh Kota dan Kabupaten. Secara administrasi,
bentuk lembaga ini tidak dapat dipisahkan ketika berfungsi sebagai bagian dari
dinas/instansi teknis yang melaksanakan pelayanan umum dan ketika
menjalankan fungsi tertentu dengan prinsip efisien dan efektif.
Keberaddan UPTD sangat menguntungkan karena UPTD tetap dalam kendali
Dinas terkait dan mudah untuk mengontrol pelaksanaannya di lapangan.
Kabupaten/Kota yang akan ikut serta dalam TPA Regional hanya mengirim
sampah ke lokasi TPA regional hanya mengirim sampah ke lokasi TPA regional
dengan hanya dibebankan typping fee. Pengangkutan sampah dari sumber
sampah sampai TPA atau dari sumber sampah ke Depo tetap menjadi tanggung
jawab Dinas Kebersihan masing-masing kabupaten.
b. Perudahaan Daerah (Perusda)

Berbeda dengan UPTD. Perusda merupakan sebuah bentuk badan usaha yang
secara administrasi terpisah dari dinas/instansi teknis dan dikelola dengan
prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas layaknya sebuah badan usaha. Bentuk
lembaga ini dapat digunakan sebagai pengelola TPA regional.
c. Badah Ldyanan Umum (BLU)
Badan Layanan Umum (BLU) adalah alternatif kelembagaan baru dalam rangka
meningketkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek bisnis karena BLU dapat mengenakan tarif (yang
tidak memberatkan masyarakat).

Ketentuan mengenai BLU terdapat dalam:


UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

PP No. 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


Umum (PK-BLU)

41
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelotaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelotaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Rancangan Peraturan Menteri Negara PAN tentang Pedoman Organisasi


BLU

Menurut UU No. 1/2004, BLU didefinisikan sebagai instansi di lingkungan


Pemerlntah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencarl keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiens! dan produktlvitas.

Sedangkan tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat


dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibllitas dalam pengelotaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktlvitas, dan penerapan praktek bisnis
yang sehat.

Asas/karakteristik BLU adalah:

BLU beroperasi sebagai unit keija KL/ Pemda untuk tujuan pemberian
layanan umum berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi
induk yang bersangkutan.

BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian


keuntungan.

BLU merupakan bagian dari perangkat pencapaian tujuan KL/Pemda, dan


karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari KL/Pemda sebagai instansi
induk.

BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan konsep


bisnis yang sehat.

Suatu instansi pemerlntah dapat menerapkan PPK-BLU apabila memenuhi:


- Persyaratan substanstif, yaitu fungsi dasar pelayanan publlk
- Persyardtan teknis, yaitu persyaratan yang diatur oleh Kementerian
Teknis/Lembaga, dan

- persyaratan administratif, yaitu diatur oleh Menteri Keuangan


Persyaratan substantif BLU meliputi:
1.Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan dengan:
- Menyediakan barang dan/ atau jasa layanan umum;
Contoh: pelayanan bidang kesehatan, Penyelenggaraan pendidikan, dan
Jasa litbang.

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Mengelola wllayah/ kawasan tertentu untuk tujuan menlngkatkan


perekonomlan masyarakat atau layanan umum;

Contoh: Badan Otorlta dan KAPET.

Mengelola dana khusus dalam rangka menlngkatkan ekonomi dan/ atau


pelayanan kepada masyarakat.

Contoh: pengelola dana bergulir untuk UKM, Pengelola penerusan


pinjaman, dan Pengelola tabungan perumahan.
2.Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional dalam
menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang /jasa
publlk {quasi public goods).

Persyaratan teknis BLU:

1.KInerja pelayanan dl bidang tugas pokok dan fungsinya (tupoksinya) layak


dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagalmana
direkomendaslkan oleh Menteri/Kepala SKPD.
2.Kinerja keuangan Satuan Ketja yang bersangkutan sehat sebagalmana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
Persyaratan admlnlstratif BLU:
1. Persyaratan Admlnlstratif digunakan oleh Kementerlan Keuangan untuk
menentukan suatu Satker/lnstansI Pemerintah dapat ditetapkan sebagal
BLU (status BLU penuh/ BLU bertahap).
2. Galon BLU harus menyajikan 6(enam)jenis dokumen. yaltu:
a. pernyataan kesanggupan untuk menlngkatkan pelayanan, keuangan &
manfaat bagi masyarakat,

b. pola tata kelola,

c. rencana strdtegls bisnis,

d. laporan keuangan pokok,


e. standar pelayanan minimum, dan
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
Independen.

d. Badan Pengelola milik Peserta TPA regional


Alternatif lalnnya adalah membentuk badan pengelola TPA regional yang secara
sengaja dibentuk oleh plhak-plhak yang berkepentlngan dengen pengelolaan
43
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

TPA regional, balk yang berbentuk badan usaha maupun bukan badan usaha
dengan tugas khusus melakukan pengelolaan TPA regional. Tentang
mekanlsme pembentukan dan pengelolaan badan Inl dllakukan musyawarah
antar daerah yang terllbat dalam pembentukannya. Pada alternatif Inl maslng-
maslng daerah dapat mengambll peran yang setara dan atau proporslonal.
Badan Pengelola Inl dapat berbentuk perusahaan atau koperasl.

e. Pihak Ketiga

Alternatif lalnnya adalah menyerahkan pengelolaan TPA regional kepada plhak


lain, dalam hal Inl adalah badan usaha yang bergerak dl bidang pengelolaan
TPA dan atau sampah. Pada bentuk lembaga seperti Inl barangkall daerah
dimana lokasi TPA berada akan berperan dalam melakukan kerjasama dengan
plhak ketiga dimaksud.

• Bentuk pengelola TPA ditentukan oleh mekanlsme dibawah Inl.


Blla pengelolaan TPA dllakukan oleh plhak-plhak yang melakukan kerjasama:
Membentuk badan kerjasama, dimana plhak-plhak yang memberl sharing
berhak untuk bermusyawarah dan menetapkan lembaga pengelola TPA.
Mekanlsme sharing yang dlsertal potential gain atau loss besarnya ditetapkan
oleh lembaga pengelola yang telah dibentuk.
- Plhak-plhak yang terllbat selanjutnya menetapkan bentuk lembaga pengelola
(badan usaha perseroan, koperasl, yayasan, atau bentuk lalnnya) dan
menyedlakan prasarana sarana dan modal kerja yang dibutuhkan.
- Lembaga pengelola TPA regional dapat berasal darl pihak ketiga melalul
mekanlsme kerjasama.

• Blla pengelolaan TPA dllakukan oleh salah satu plhak, maka pihak yang
bersangkutan memlllkl kewenangan menetapkan pengelola.
- Membentuk pengelola yang berbentuk badan usaha perseorangan,
koperasl. yayasan, Badan Layanan Umum (BLU), bentuk lalnnya, atau
- Menetapkan kerjasama dengan plhak ketiga sebagai pengelola TPA
regional.

Menyedlakan prasarana sarana dan modal kerja yang dibutuhkan lembaga


pengelola.

- Selain lembaga pengelola, dapat juga dibentuk lembaga pengawas teknis


yang diberi tugas melakukan supervisi atau pengawasan teknis tertiadap
44
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

jalannya pengelolaan TPA regional oleh lembaga pengelola, dan lembaga in!
juga bertanggung jawab kepada lembaga sampah regional.

Lembaga pengawas diberikan kewenangan untuk melakukan supervisi dan


pengawasan teknis sehingga lembaga pengelola dapat melaksanakan
kewenangan sebagaimana fungsinya.

Secara umum, Badan Pengelola TPA dapat berbentuk sebagai berikut:

UPTD, jika pengelolaan TPA regional berada di lokasi masing-masing peserta


atau di satu lokasi.

Perusda,jika pengelolaan TPA regional berada di satu lokasi.


BLU,jika pengelolaan TPA regional berada di satu lokasi.
Badan hasil kerjasama antar Peserta TPA Regional (badan usaha koperasi atau
perusahaan)

Pihak Ketiga, baik pengelolaan TPA regional di lokasi masing-masing peserta


dan atau di satu lokasi.

Penetapan bentuk dan personalia Badan Pengelola TPA regional sebaiknya


dilakukan pembahasan bersama antara Kota dan Kabupaten karena lembaga ini
sangat menentukan baik tidaknya pengelolaan TPA regionalnya.

45
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

Struktur organlsasi Badan Pengelola TPA regional diusulkan sebagai berikut:

Badan Pengawas
TPA Regional

Kepala
Badan Pengelola
TPA Regional

Tim Perwakilan dari Kota Bagian Administrasi


dan Kabupaten Umum dan Tata Usaha

Seksi Perawatan dan


Seksi Perencanaan Seksi Operasi
Perbekalan

Sub Seksi Sub Seksi Operasi I Sub Seksi Peralatan


Perencanaan Pengelolaan dan dan Perbekalan
Operasionalisasi Penanganan Sampah Benda Bergerak

Sub Seksi Sub Seksi Operasi II Sub Seksi Peralatan


Penganggaran Kerjasama dan Perbekalan
Operasionalisasi Pemanfaatan Hasil Benda Tdk Bergerak

Tenaga Pemulung Sampah


(Laskar Mandiri)

Badan Pengelola TPA Regional bertanggung jawab kepada Badan Pengawas TPA
Regional.

Badan Pengelola diplmpin oleh seorang Kepala (atau sebutan lalnnya), kemudlan 3
(tiga) orang Kepala Seksi (atau sebutan lalnnya) masing-masing adalah Seksi
Perencanaan, Seksi Operasi, dan Seksi Perawatan dan Perbekalan.
Setlap Kepala Seksi membawahl beberapa staf balk yang statusnya permanen
maupun yang tidak permanen (kontrak).

Setlap seksi dan staf yang berada didalam seksi tersebut memillkl uralan tugas
pokok dan fungsl maslng-masing serta berkewajiban melaksanakan uralan tugas
pokok dan fungsl tersebut secara bertanggungjawab.
46
Sub Keglatan-3
•' w
IT
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berfoasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajlan Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

• Susunan personil permanen dapat direkrut dari dinas/lnstansi darl tiap-tlap daerah
yang bergabung dalam pengelolaan TPA regional, misalnya PNS atau calon PNS di
Dinas yang mengurusi masaiah sampah, balk Itu di Kota maupun Kabupaten.

2. Mekanisme Kerja Badan Pengelola TPA Regional

• Badan Pengelola membuat Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) dan
disahkan oleh Badan Pengawas.

• Badan Pengelola berhak menetapkan tipping fee dan dibebankan kepada semua
kendaraan pengangkut sampah yang membuang sampah ke dalam lokasi TPA
regional, baik itu sampah darl Kota maupun Kabupaten, dengan besaran tipping fee
yang sama.

• Dalam ha I diperlukan adanya sharing modal investasi dan modal kerja maka hal itu
harus dicatat dalam akuntansi dan dicatat sebagai modal disetor (ekuitas) didalam
pembukuan Badan Pengelola TPA dan seterusnya terhadap urusan yang berslfat
administratif.

• Mekanisme kerja selanjutnya dapat dibahas dan dieksplorasi lebih dalam dan lebih
detil terutama oleh Kota dan Kabupaten.

Fungsi dan tugas pokok Badan Pengelola TPA Regional adalah.


• Menetapkan kebijakan teknis dan strategi pengembangan bidang kebersihan
• Mendorong terwujudnya strategi pelaksanaan Kebersihan.
• Mengembangkan visi dan mis! bisnis pengelolaan kebersihan.
• Mengembangkan fungsinya sebagai main operator dalam KPS.
• Mengembangkan pengelolaan keuangan pembiayaan sesuai prinsip swadana.
• Mengembangkan perluasan dan kualitas pelayanan semakin optimal.
. Mengembangkan pengelolaan kebersihan sebagai kegiatan usaha yang dapat membiayai
dan mengembangkan investasi sendiri.

47
Sub Kegiatan-3
Ml J
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Bentuk umum daripada Badan Pengelola TPA Regional adalah sebagal berlkut:

Bupati Bupati

KEPALA BADAN PENGELOLA TPA REGIONAL

Sub Bag Umum dan


Pedengkapan

Sub Bag Keuangan

Sub Bag Kepegawaian

Btdang TeknB( Bidang Pengembangan Usaha

Pengemb.Teknis TPA
Regional

Seksl Pemll^an

Seksl Daur Uiang

Seksl Kompos

Seksl Pemeliharaan

S^sl Pengwasan'

Gambar 9 Diagram Struktur Organlsasl Pengelola TPA Regional


(Alternatif 2)

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator (swakelola)

Pembentukan Badan Pengelola yang lainnya dengan membentuk Badan Usaha berbentuk PT
juga dapat dllakukan dengan bentuk diagram organisasi sebagai berikut:

KSO (Kerjasama Operasiona()

Swasta

Manajemen Operaslonal
j'-DInas LH,

TPA REGIONAL

Gambar 10 Diagram Organisasi Pengeloia TPA Regionai (Alternatif 2)


Dari diagram di atas, Pemerlntah daerah yang akan mengadakan pengelolaan sampah
terpadu menangahi perjanjian kerjasama antar daerah, yang salah satu hasilnya adalah
membentuk Badan Usaha berbentuk PT. Perusahaan Ini mempunyai kelengkapan
sebagaimana umumnya suatu perseroan terbatas yaitu komisaris, direksi dan unit lainnya.
Perusahaan atau badan usaha ini melalul manajemen operasionalnya dlberi hak untuk
mengelola TPA Regional. Dalam operasionalnya maka DInas LHKP, Dinas LH, ataupun Dinas
KLH masing-masing Kabupaten yang melakukan perjanjian kersama melakukan pengawasan
terhadap prestasi kerja perusahaan. Badan usaha atau perusahaan dapat bekerja sama
dengan perusahaan swasta lainnya dalam bentuk kerjasama operaslonal (KSO) apabila
diperlukan terutama yang menyangkut masalah finanslal dan teknis operaslonal
Bentuk organisasi Ini mempunyai keuntungan karena institusi pengelola berada di satu
institusi, sehingga pengawasan operasionalnya leblh mudah. Keuntungan lainnya adalah
kemungkinan adanya kerjasama operasi (KSO) dengan plhak swasta lain yang tertarik dan
potensial dalam pengelolaan sampah. KonsekuensI yang harus dipertlmbangkan dalam
alternatif ini adalah :

Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator (swakelola)

• Isi perjanjian kerjasama harus secara rinci menjelaskan peranan dari masing-masing
pemerintah daerah, bentuk dan struktur badan usaha yang akan dibentuk serta hal-hal
yang menyangkut finansial, dan aset badan usaha tersebut

• DIperlukan peraturan-peraturan daerah yang menjelaskan badan usaha pengelola TPA


Regional

• Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membentuk badan usaha in!

8.3.3.2 Pengelolaan lewat UPTD Kebersihan

UPTD atau Unit Pelaksana Teknis DInas bidang kebersihan merupakan pelaksana teknis di
lapangan yang menangani masalah-masalah penanganan persampahan perkotaan yang
umumnya terbagi berdasarkan zona-zona pelayanan persampahan. UPTD adalah unsur
pelaksana teknis operasional dinas yang mempunyal tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas yang wllayah kerjanya meliputi satu atau beberapa Kecamatan. UPTD dapat dibentuk
berdasarkan SK Bupati masing-masing. UPTD dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di
bawah tanggung-jawab Kepala Dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh Camat
Dalam rangka penanganan persampahan di TPA dengan skala TPA Regional yang
penetapan lokaslnya telah dilakukan, maka keberadaan UPTD Kebersihan yang ada dapat
digunakan untuk menangani TPA Regional tersebut sebagai langkah awal yang lebih mudah
jika harus membuat suatu bentuk badan usaha. Dengan adanya UPTD Kebersihan dapat
digunakan sebagai perpanjangan kelembagaan Dinas kebersihan masing-masing kabupaten
yang melakukan kerjasama pengelolaan TPA Regional, untuk menjadi pengelola TPA
Regional tersebut. Keberadaan UPTD sangat menguntungkan karena UPTD tetap dalam
kendali Dinas terkait dan mudah untuk mengontrol pelaksanaannya di lapangan. Kabupaten-
kabupaten yang akan ikut serta dalam TPA regional hanya mengirlm sampah ke lokasi TPA
Regional dengan hanya dibebankan tipping fee, sehlngga pengangkutan sampah baik dari
sumber sampah sampai pada SPA atau depo tetap tanggung-jawab Dinas Kebersihan
masing-masing kabupaten. Gambaran tersebut dapat dipolakan sebagai berikut:

Pengelolaan sampah dl TPA


Regional terplllh oleh UPTD
sampah masing-masing Kebersihan
kabupaten oleh Dfnas Kebersihan

Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Inslnerator(swakelola)

Terkait dengan struktur UPTD yang nantinya dapat digunakan sebagai alternatif bentuk
kelembagaan pengelola TPA Regional, maka Bupati / Walikota telah menylapkan peraturan
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Keija Unit Peiaksana Teknis Dinas
Pengelolaan Sampah Akhir pada Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten.

Pada intinya UPTD Pengelolaan Sampah Akhir mempunyal tugas pokok melaksanakan
sebaglan tugas-tugas Dinas Lingkungan Hidup, kebersihan dan Pertamanan di bidang
pengelolaan sampah akhir berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun fungsi UPTD Pengelolaan Akhir Sampah adalah sebagai berikut:
• Penyusunan kebijakan pembangunan di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan sesuai dengan ketentuan

• Merumuskan langkah-langkah operasional di bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan


Pertamanan

• Pengelolaan Sampah Akhir dan Penyelenggaraan Pelatihan Tekriis


• Penyediaan sarana dan fasilitas pengelolaan sampah akhir, pengintegrasian dan
sinkronlsasi kegiatan sektoral dalam bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan

Untuk melakukan fungsi tersebut maka UPTD mempunyal kewehangan sebagai berikut:
• Penyusunan rencdna pembangunan teknis operasional
• Penyusunan data statistik

• Pengkajian dan analisis teknis operasional dan


• Pengujian dan penerapan teknologi

Susunan organisasi UPTD Pengelolaan Sampah Akhir terdiri dan :


a. Kepala Unit Peiaksana Teknis Dinas
b. Petugas Administrasi

c. Petugas Operasional dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional

8.4 Evaluasi Dan Monitoring

Pada prinsipnya, mekanisme penyelenggaraan pembangunan yang dilakukan pada tahap ini
adalah sama dengan tahap awal program, hanya saja pada tahap ini lembaga pengelola antar
daerah di tingkat propinsi atau kerjasama pemerintah daerah, bertanggungjawab untuk
pengelolaan sampah dan peran tim konsultan akan diambil alih oleh lembaga pengelola antar
51
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

daerah tingkat propinsl. Dalam operasional adanya pengennbangan program, lembaga


pengeiola diharapkan dapat terus memonltor pelaksanaan program pada tahap Inl.

52
Sub Kegiatan>3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swaketola)

9 ASPEK PERATURAN / HUKUM

9.1 Perencanaan Kerjasama

Dalam pelaksanaan kerjasama, didahulul dengan menentukan obyek kerjasama, dilanjutkan


dengan perencnaan kerjasama pada setiap obyek kerjasama mellputi:

9.1.1 Penyiapan Dokumen-dokumen

Untuk terbentuknya suatu lembaga kerjasama pengelolaan sampah regional, dibutuhkan


yaitu:

9.1.1.1 SKB Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional


Berdasarkan Peraturan Pemerlntah No. 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah, yang termuat dalam pasal 7. Kelnginan untuk mengelola sampah
bersama harus timbul darl pengambll keputusan di maslng-masing kabupaten yang
mempunyai niat mengeloie sampahnya, tanpa adanya campur tangan darl plhak ketiga.
Kesepakatan bersama inl harus dilakukan terlebih dahulu, sebelum dUanda Tanganinya
perjanjian kerjasama. Surat Keputusan Bersama (SKB) in! memuat beberapa hal pokok
permasalahan antara lain;

- Maksud dan Tujuan

- Ruang Lingkup Kerjasama

- Pelaksanaan Kerjasama

- Sumber Pembiayaan

- Ketentuan Iain-Iain

9.1.1.2 SKB tentang Pembentukan Tim Teknis / Tim Penyiapan Kerjasama Pengelolaan
Sampah TPA Regional

Membuat rancangan perjanjian kerjasama dan Instltusi pengelolaan kerjasama membutuhkan


waktu yang cukup lama karena membutuhkan proses pemlklran panjang dan para pengambil
keputusan. karena terkalt pada beberapa aspek seperti pembiayaan. SDM. teknik dan
manajemen kelembagaan. Contoh kasus Kartamantul. dalam mengelola bersama TPA
Piyungan ditempuh melalul proses panjang mulal tahun 1996 sampai dengan 2001. Dengan
demlklan untuyk melakukan proses pemlklran tersebut dibutuhkan Tim Teknis / Tim
Penyiapan dengan personil yang berasal darl beberapa instltusi yang terkalt dl kota/kabupaten
yang akan melakukan kerjasama. Instltusi yang terkalt untuk penglslan personil tim teknis
adalah Biro Hukum. Bappeda proplnsi dan kabupaten. DKLH dan Subdin Keberslhan. Adapun
tugas dari Tim Teknis ini adalah sebagal berikut:
Menerbitkan rinclan tugas pokok dan fungsl lembaga pengelolaan
53
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Keglatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

Menylapkan pembentukan lembaga kerjasama antar daerah dalampengelolaan dl TPA


Regional, yang definitif

Menylapkan pengeoperaslan pengelolaan sampah di TPA Regional


9.1.1.3 Penyusunan Perjanjian Kerjasama

Perjanjian keijsama In! dibuat berdasarkan PP 50 tahun 2007 yang memuat hasll kerjasama
antar pemkab/pemkot dlharapkan dapat menlngkatkan tujuan antara lain:
- EfisiensI dan efektifitas pelayanan

- Slnergls dan saling menguntungkan

- Memlllkl kesepakatan bersama dan Itikat balk

- Mengutamakan kepentlngan naslonal dan keutuhan NKRI


- Memlllkl persamaan kedudukan

- Adil, transparan dan berlandaskan hukum.


Rancangan perjanjian kerjasama Ini paling sedlkit hams memuat(PP 50 / 2007, pasal 7) hal
hal sebagai berlkut:

1. Subyek kerjasama

2. Obyek kerjasama

3. Ruang Lingkup kerjasama

4. Hak dan Kewajiban para pelaku

5. Jangka waktu kerjasama

6. Pengakhlran kerjasama

7. Keadaan memaksa, dan

8. Penyelesalan persellslhan.

9.1.1.4 Koputusan Gubomur/SKB PemKab tentang Pembentukan Inetltusi


Dibutuhkan suatu lembaga berupa Badan Kerjasama antar daerah yang dapat mengatur
penyedlaan pelayanan publik dl daerah. Istilah Badan Kerjasama antar daerah muncul dalam
UU No 32 tahun 2004 yang pembentukkannya diatur engan "Keputusan Bersama (pasal 195
ayat 2). Pasal tersebut juga mengatur bahwa dalam penyedlaan pelayanan publik daerah
dapat bekerjasama dengan dengan plhak ke tiga (ayat 3). Balk dalam kerjasama antar daerah
maupun kerjasama dengan plhak ketlga, dan apablla kegasama itu membebani masyarakat
dan daerah maka harus mendapatkan persetujuan DPRD. Tata oara pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 dan Pasal 196 diatur leblh lanjut dengan Peraturan
54
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berfoasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakeioia)

Pemerintah No 50 tahun 2007. Surat Keputusan Bersama ini memuat beberapa ha! pokok
permasalahan antara lain:

- Maksuda dan tujuan

- Tugas pokok dan Fungsi Lembaga pengelola

- Susunan Organisasi Lembaga pengelola

- Uraian tugas masing-masing unsur

- Pelaksanaan koordlnasi

- Sumber pemblayaan

- Ketentuan Iain-Iain

9.2 Ketentuan Jenis Peraturan

Peraturan-peraturan yang diperlukan keberadaannya dalam penyelenggaraan sistem


pengelolaan sampah regional adalah sebagai berikut:
a. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban melaksanakan
pemenuhan sistem pengelolaan sampah dan larangan memperlakukan sampah yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan keselamatan umum

b. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis / master plan / rencana
Induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi kebijakan dan program
pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan pengelolaan prasarana kota lainnya.
0. Peraturan hukum yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah
regional;

d. Peraturan hukum yang mengatur tentang tatacara penyelenggaraan pengelolaan sampah


regional yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah
e. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan dengan besaran
yang memadai dan flbksibel terhadap kondisi finansial
f. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peranserta swasta dalam
pengelolaan sampah regional

9.3 Kriteria Perda Yan^ Balk

1. Tidak kadaluarsa, mencakup pengaturan terhadap isu-isu terkini dalam pengelolaan


sampah.

2. Usianya tidak lebih dari 5 tahun terutama menyangkut tarif dan kelembagaan yang mudah
berubah karena tuntutan.

55
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan Insinerator(swakelola)

3. Dalam proses penyusunannya mellbatkan pelaku, sehingga komltmen melaksanakan


tidak hanya dari sisi pemerintah tetapi semua stakeholder yang ikut terlibat dari mulai saat
penyusunan.

4. Mudah dipantau, dengan menggunakan Indikator yang terukur.

5. Mudah dilaksanakan meliputi proses sosialisasi dan penerapannya.

9.4 Ketentuan Materi Pengaturan

1. Materi pengaturan pembentukan lembaga pengeiola sampah regional


a. bentuk, kedudukan, tugas pokok dan fungsl lembaga

b. kepemilikan aset / permodalan

c. struktur organisasi

d. sistem manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pengendallan


e. kepengurusan lembaga (persyaratan pengangkatan dan pemberhentian)
f. uraian tugas

e. pertanggung jawaban pengelolaan

2. Materi pengaturan keijasama antar kota / daerah


a. kerjasama antar daerah dan kota dalam hal pengendallan aliran potensi sampah
b. kerjasama antar daerah dalam pengelolaan TPA Regional
c. ketentuan penetapan kelembagaan pengeiola fasllltas kerjasama
d. fungsl dan status lembaga

e. ketentuan pengambll keputusan

f. ketentuan pengawasan kerjasama

9.4.1 Ketentuan Penetapan Pengaturan

1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbltkan, disoslallsaslkan, termasuk kewajiba
dalam melaksanakan penlngkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan samp
2. Dokumen peraturan yang telah diterbltkan mudah.
3. Setlap lembaga yang tugas dan tanggung jawabnya terkalt dengan materi pengaturan
dalam peraturan yang telah diterbltkan, bertanggung Jawab dalam pelaksanaannya.

56
Sub Keglatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah KotaTerpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakeiola)

10 ASPEK PfeRAN SERTA MASYARAKAT

Reran serta masyarakat dalam mendukung keberadaan dan pengoperasian TPA Regional
sangat dlperlukan. Namun demikian hal ini membutuhkan beberapa kegiatan yang
mendukung keberlangsungan peran serta masyarakatnya. antara lain:

10.1 Sosialisasi

Sosialisasi dimaksudkan agar Lembaga Pengelola Sampah bersama melaksanakan


komunikasi dua arah antara Pemda, masyarakat, serta pemangku kepentingan lain yang
terkait pada permasalahan TPA di lokasi tersebut.

Sosialisasi bertujuan untuk:

1. Mensinkronkan program di tingkat pusat dengan PEMDA Propinsi dan Kota / Kabupaten;
2. Mengkonfirmasikan rencana pengelolaan TPA kepada PEMDA kota / kabupaten dan
jajarannya maupun instansi terkait, serta mengidentifikasi kebutuhan agar terlaksananya
rencana tersebut;

3. Memberikan informasi danmenampung aspirasi masyarakat sekitar TPA dan masyarakat


di sepanjang jalur utama pengangkutan;

4. Mencarikan jalur keluar dari permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga dapat
dicegah terjadinya konflik, yang pada akhirnya dukungan masyarakat dapat terpelihara;
10.2 Rencana Misdia Komunikasi

Membina penerimaan masyarakat terhadap peningkatan standar pengelolaan sampah yang


celoat bukan merupakan suatu proses yang sederhana. Hal ini memerlukan suatu pendekatan
interdktif yang panjang. Daiam membina kepercayaan dan penerimaan masyarakat perlu
terus dija^a bahwa usulan-usulan dan Janji-janji ditepati. Selain itu juga perlu dipertahankan
adanya hubungan dengan berba^ai lapisan masyarakat dan keteriibatan masyarakat yang
terus menerus daiam program pengelolaan sampah.

Media-media hubungan masyarakat yang spesifik dan program-program sosialisai masyarakat


sferta t)i'Osedur-p|-obfedur rencana komunikasi akan terus dikembangkan. Dari analisa
kebutuhan dan masalah dapat diketahui media yang layak digunakan sehingga dapat
dijadikan alat untuk menyatukan persepsi dari semua pemangku kepentingan yang terlibat.
Pilihan media yang dapat digunakan antara lain: poster, brosure, koran, televisi, radio, komik
karikatur, internet dll.

10.3 Pembentukan Tim Pengawas

Pembentukan tim pengawas yang berasal dari unsur masyarakat setempat, LSM, masyarakat
media, para pakar dan Perguruan Tinggi sangat diperiukan. Tim pengawas ini dibentuk
57
Sub Kegiatan-3
Konsep Pedoman Pengelolaan Sampah Regional
Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Terpadu Berbasis 3R
Sub Kegiatan Pengkajian Penerapan TPA Regional dan insinerator(swakelola)

selama tahap pembangunan TPA dan akan dlpertahankan selama TPA tersebut beroperasi.
Kelompok In! akan memberikan masukan langsung darl / kepada masyarakat sekitar TPA dan
masyarakat sepanjang jalur utama pengankutan. Tim pengawas Ini akan bertindak sebagai
baglan dari tim monitoring untuk menjamin adanya transparasni pengoperasiannya.

bang3/j p

58
Sub Kegiatan-3
r
jj

1 1

ir-
cVi::2A ti
Source: Price:

Ciass;

Acc No: Add;

■Ji
n
^-•A-y,:v-\:*^r-^.„•' i.;- - •.
'■■ i- "'-■"' ■:-t'"

i'?' •■•'7
' '.X'
W^. -

♦l'-

• • ■••' ■ ■ ■ '■■ /•?'-


. .. • ••*■•.,.•• , -i - •■y.

-afiw. ;,rjt "^.-'^'-is'.^v

• . C s J U ^ L

• tl? ■ ■ •' • ■
■1 p ''' ■ ",'V.^«, '' ■• „l^.-
y-

' i

■ -K-
. ■> \

Anda mungkin juga menyukai