Anda di halaman 1dari 196

REVISI RENCANA INDUK

PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA SEMARANG
LAPORAN I PROYEK "REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA
SEMARANG DAN KAJIAN KELAYAKAN STRATEGI PEMBUANGAN SAMPAH TERMASUK
PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI "

LAPORAN AKHIR - JANUARI 2018


ALAMAT COWI A/S
Parallelvej 2
2800 Kongens Lyngby
Denmark

TEL +45 56 40 00 00
FAX +45 56 40 99 99
WWW cowi.com

JANUARI 2018

ESP3

REVISI RENCANA INDUK


PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA SEMARANG
LAPORAN I PROYEK "REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA
SEMARANG DAN KAJIAN KELAYAKAN STRATEGI PEMBUANGAN SAMPAH TERMASUK
PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI "

LAPORAN AKHIR

NO. PROYEK NO. DOKUMEN

A098916 001

VERSI TANGGAL TERBIT DESKRIPSI DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

01 2018-01-20 Laporan Akhir tokh/jnsk aswe/jnsk/tokh tokh


RENCANA INDUK TERBARUKAN UNTUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 5

DAFTAR ISI
0 Ringkasan 9

1 Pendahuluan 19
1.1 Tujuan 21
1.2 Metodologi 22

2 Sistem Persampahan di Kota Semarang Saat Ini 25


2.1 Kawasan kota 25
2.2 Pengorganisasian persampahan 26
2.3 Rencana dan target saat ini 26
2.3.1 Biaya-biaya dan pembiayaan 28
2.4 Jumlah penduduk dan perkiraan 30
2.5 Faktor sosio-ekonomi 32
2.6 Timbulan sampah dan perkiraannya 33
2.6.1 Jumlah sampah 33
2.6.2 Komposisi sampah 35
2.7 Evaluasi sistem saat ini dan tantangan khusus
persampahan Semarang 36
2.7.1 Jangkauan wilayah layanan 36
2.7.2 Pengumpulan lokal 39
2.7.3 Pengangkutan 44
2.7.4 Pembuangan di TPA Jatibarang 44
2.7.5 Kegiatan pembuatan kompos di TPA Jatibarang 49
2.7.6 Proyek DANIDA 49
2.7.7 Pengembangan baru di Jatibarang 51

3 Kerangka Umum – tujuan dan strategi 55


3.1 Kebijakan nasional 55
3.2 Tujuan dan Target 58
3.2.1 Tujuan umum 58

Document1
6 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG

3.2.2 Prinsip-prinsip panduan 59


3.2.3 Strategi umum 62

4 Opsi-opsi potensial bagi pengumpulan,


pengolahan, dan pembuangan sampah 65
4.1 Sistem pengumpulan sampah perkotaan 66
4.1.1 Sarana prasarana pengumpul sampah 74
4.1.2 Pemisahan sumber 79
4.2 Pusat-pusat Keramaian Umum (PKU) 81
4.3 Pengangkutan sampah 84
4.3.1 Beberapa pilihan untuk pemindahan sampah 86
4.4 Persiapan untuk daur ulang 90
4.4.1 Fasilitas Pemulihan Bahan (MRF) 90
4.5 Pilihan-pilihan pengolahan dan pembuangan 101
4.5.1 Teknologi MBT 101
4.5.2 Pengolahan anaerobik 105
4.5.3 Pembuatan kompos aerobik 111
4.5.4 Sampah menjadi energi (WtE) 116
4.5.5 Pirolisis dan liquefaksi 128
4.5.6 Gasifikasi 130
4.5.7 Ringkasan proses pengolahan 133
4.6 TPA saniter 134

5 Skenario-skenario pengelolaan sampah 145


5.1 Asumsi 148
5.2 Skenario Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis dari Komersial & Industri 149
5.3 Tinjauan skenario 158

6 Penilaian skenario 159


6.1 Struktur model keuangan dan parameter
masukan utama 159
6.1.1 Parameter masukan utama 162
6.1.2 CAPEX/OPEX 163
6.1.3 Pendapatan 164
6.2 Kajian aliran sampah 165
6.3 Hasil analisa keuangan 170
6.3.1 Hasil utama – Iuran 170
6.3.2 Keuangan 172
6.4 Kesimpulan dan rekomendasi untuk Pengelolaan
Sampah Kota Semarang di masa depan 173

7 Analisa Kesenjangan 175


7.1 Hambatan dan peluang utama dalam
menentukan kelayakan dan kesesuaian pilihan 175

Document1
RENCANA INDUK TERBARUKAN UNTUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 7

7.2 Menangani persepsi negatif dan penolakan 178


7.3 Asas iuran layanan pengelolaan sampah 181
7.3.1 Prinsip pencemar membayar 181
7.3.2 Hirarki sampah 181
7.3.3 Pemulihan biaya penuh 182
7.3.4 Pelayanan swadana 183
7.3.5 Keterjangkauan 183
7.4 Aspek keuangan 185
7.4.1 Aspek anggaran 185
7.4.2 Pernyataan umum mengenai pendanaan
investasi kebersihan 187

Document1
8 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG

DAFTAR SINGKATAN:
APBD (Anggaran Pendapatan dan Local Budget
Belanja Daerah)
APBN (Anggaran Pendapatan dan State/National Budget
Belanja Negara)
BAPPENAS (Badan Perencanaan National Development Planning
Pembangunan Nasional) Agency
BKK (Badan Kredit Kecamatan) Sub District Credit Agency
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Regional Public Service Agency
BOT Build-Operate-Transfer
BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Village Deliberation Agency
BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) Regionally-Owned Enterprises
CSR Corporate Social Responsibility
DAK (Dana Alokasi Khusus) Special Allocation Fund
DAU (Dana Alokasi Umum) General Allocation Fund
Dekon (Dana Dekonsentrasi) Decentralisation Fund
DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Semarang City Environmental
Semarang Services Agency
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Regional People's Legislative
Daerah) Assembly
DPU (Dinas Pekerjaan Umum) Department of Public Works
DSDP Denpasar Sewerage Development
Project
IIFF Indonesia Infrastructure Financial
Facility
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) Building Permit
KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) Ministry of Environment
KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta) Government-Private Sector
Partnership
KUR (Kredit Usaha Rakyat) Community Business Credit
LFG Landfill gas
MoH Ministry of Health
MRF Material Recovery Facility
MSW Municipal Solid Waste
NGO Non-Governmental Organization
Pemda (Pemerintah Daerah) Local Government (LG)
Pemprov (Pemerintah Provinsi) Provincial Government
PPP Public Private Partnership
PSP Private Sector Participation
SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Budgetary Surplus
Anggaran)
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Regional Work Unit, or Sub-national
Government Technical Agencies
TP (Tugas Pembantuan) Co-Administration
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Final disposal site/dump site/landfill
TPS (Tempat Pembuangan Sementara) Temporary dump sites/transfer
stations
TPST (Tempat Pengolahan Sampah Integrated intermediate dumping
Terpadu) ground, recycling station
WtE Waste to energy

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 9

0 Ringkasan
Laporan ini merupakan suatu pembaruan dari Rencana Induk Pengelolaan
Sampah Kota Semarang 2013. Pembaruan ini dipersiapkan sebagai bagian dari
Program ESP Tahap ke-3 yang bertujuan untuk mendukung pengelolaan
lingkungan yang lebih baik dalam beberapa sektor di Indonesia, di bawah
proyek khusus “Untuk Memperbarui Rencana Induk Pengelolaan Sampah
Perkotaan Kota Semarang dan Mengkaji Kelayakan Strategi Pembuangan
Sampah termasuk Pengolahan Sampah menjadi Energi.”

Indonesia mengalami urbanisasi yang sangat cepat, populasi yang hidup di


perkotaan telah mencapai 50%, di Jawa 65%. Pengumpulan dan pembuangan
sampah perkotaan saat ini merupakan tanggung jawab propinsi dan kabupaten,
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang no. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

Tingkat pemerintahan lokal ini mengalami kesulitan yang terus bertambah


dalam menyediakan pelayanan dasar yang diperlukan meliputi penyediaan air,
kebersihan, dan pelayanan persampahan perkotaan, terutama dalam aglomerasi
perkotaan.

Timbulan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah di Kota


Semarang dijelaskan secara terperinci dalam laporan ini. Kesimpulannya, sekitar
1.200 ton sampah per hari dihasilkan di kawasan perkotaan di mana 80% - 90%
dikumpulkan dan sekitar 780 ton/hari (berdasarkan data tahun 2016) dibuang
ke TPA Jatibarang. Sisanya dibuang secara illegal/dibuang di pembuangan lokal
dan/atau didaur ulang.

Rencana induk pengelolaan sampah Kota Semarang dibuat pada sekitar tahun
2012, dan sebuah studi kelayakan untuk TPA telah ada. Namun tampaknya tidak
digunakan secara aktif dalam pekerjaan ataupun pengelolaan TPA sehari-hari,
dan keduanya perlu diperbarui. Tujuan dari laporan ini adalah untuk
memperbarui Rencana Pengelolaan Sampah untuk Semarang agar dapat menilai
dan memberi dasar bagi pengambilan keputusan untuk memperbarui dan
memutuskan sistem pengelolaan sampah di masa depan yang dikehendaki, dan
menghasilkan kelayakan untuk menerapkan teknologi pengolahan sampah

Document1
10 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

menjadi energi di Semarang guna mengurangi ketergantungan terhadap


penimbunan sampah di TPA sebagai cara akhir pengolahan sampah.

Pembaruan Rencana Induk yang sekarang meliputi pembaruan data populasi


dan timbulan sampah, serta pembaruan tingkat pelayanan saat ini, sebagai
berikut:

Perkiraan penduduk Penduduk saat ini berjumlah sekitar 1,6 juta orang, dan angka pertumbuhan di
tahun-tahun sebelumnya cukup rendah, sekitar 0,5 – 1% per tahun. Dengan
menerapkan angka pertumbuhan yang rendah untuk memperkirakan penduduk
di masa depan, dilakukan proyeksi, dan diperkirakan penduduk di tahun 2040
mencapai 1,96 juta.

Tabel 1 Perkiraan penduduk, Semarang 2016-40, per kecamatan

Kecamatan 2016 2020 2025 2030 2035 2040


(Penduduk) Aktual Prakiraan Prakiraan Prakiraan Prakiraan Prakiraan
Semarang Tengah 69.711 67.470 64.536 61.602 58.668 55.734
Semarang Timur 76.608 74.381 71.228 68.075 64.922 61.769
Semarang Utara 127.132 128.091 128.561 129.031 129.501 129.971
Semarang Barat 157.554 156.452 154.537 152.623 150.709 148.794
Semarang Selatan 79.162 74.603 69.241 63.878 58.516 53.153
Candisari 78.863 78.161 77.010 75.858 74.707 73.556
Tugu 32.041 34.955 38.187 41.419 44.651 47.883
Genuk 99.508 109.366 121.568 133.771 145.973 158.175
Pedurungan 181.629 189.590 199.553 209.515 219.478 229.440
Tembalang 159.066 178.440 201.963 225.486 249.010 272.533
Gajahmungkur 63.766 64.858 65.949 67.040 68.130 69.221
Banyumanik 133.489 140.515 148.111 155.706 163.302 170.898
Gayamsari 74.122 74.297 74.267 74.237 74.207 74.178
Ngaliyan 126.734 141.502 154.492 167.481 180.471 193.461
Mijen 63.348 69.644 78.498 87.352 96.206 105.060
Gunungpati 79.984 85.536 92.834 100.132 107.430 114.728
Total, Semarang 1.602.717 1.667.863 1.740.535 1.813.207 1.885.879 1.958.552
Angka Pertumbuhan
Tahunan Keseluruhan 0,80% 0,88% 0,84% 0,81% 0,78% 0,75%
Sumber: Perkiraan COWI

Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan belanja rumah tangga diharapkan


mengikuti pola yang serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Angka
pertumbuhan rata-rata kurang lebih 5.5%/tahun menurut harga konstan.
Dengan menggunakan angka pertumbuhan yang meningkat sebagai petunjuk
pertumbuhan kapasitas ekonomi penduduk, maka ini akan menghasilkan
pertumbuhan timbulan sampah yang juga meningkat. Pada saat yang sama,
tingkat belanja rumah tangga menentukan batasan berapa yang dapat dibayar
rumah tangga untuk pelayanan persampahan di masa mendatang. Biasanya,
batasan ditentukan sebesar 1% untuk pelayanan persampahan (termasuk
seluruh aspek pengumpulan, pemindahan, dan pembuangan). Batasan 1%
tersebut sekitar Rp. 1 juta pada tahun 2016. Angka ini belum dibagi ke dalam
misalnya jumlah rendah, sedang, dan tinggi, karena data yang tersedia tidak
mencukupi untuk ini (yang seharusnya ada untuk sebuah analisa kemampuan
yang memadai), sehingga ini masih merupakan perkiraan kasar dari tingkat
keterjangkauan tersebut.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 11

Timbulan sampah Timbulan sampah yang muncul di kota Semarang di masa depan diperkirakan
di masa depan sebagai berikut:

Tabel 2 Perkiraan jumlah sampah 2017-2040

Kecamatan 2017 2020 2025 2030 2035 2040


(Ton/tahun) Prakiraan Prakiraan Prakiraan Prakiraan Prakiraan Prakiraan
Semarang Tengah 15.887 16.624 17.816 18.886 19.664 20.125
Semarang Timur 17.519 18.327 19.663 20.871 21.761 22.304
Semarang Utara 29.356 31.560 35.490 39.559 43.406 46.931
Semarang Barat 36.199 38.548 42.661 46.792 50.515 53.727
Semarang Selatan 17.875 18.381 19.114 19.584 19.613 19.193
Candisari 18.112 19.258 21.259 23.257 25.040 26.560
Tugu 7.584 8.613 10.542 12.698 14.966 17.290
Genuk 23.439 26.946 33.560 41.012 48.928 57.115
Pedurungan 42.174 46.713 55.088 64.234 73.565 82.848
Tembalang 37.744 43.965 55.753 69.130 83.464 98.408
Gajahmungkur 14.747 15.980 18.206 20.553 22.836 24.995
Banyumanik 31.228 34.621 40.887 47.737 54.736 61.709
Gayamsari 17.069 18.306 20.502 22.760 24.873 26.784
Ngaliyan 30.712 34.864 42.648 51.347 60.491 69.856
Mijen 14.776 17.159 21.670 26.781 32.246 37.936
Gunungpati 18.641 21.075 25.627 30.699 36.009 41.427
Total, Semarang 373.063 410.940 480.484 555.899 632.113 707.206
Ton/hari 1.022 1.126 1.316 1.523 1.732 1.938
Per kapita – kg/hari
Termasuk sampah
0,63 0,68 0,75 0,83 0,90 0,94
dari lembaga-
lembaga
Sumber: Perkiraan konsultan

Jumlah total sampah perkotaan yang dihasilkan diperkirakan 1.938 ton/hari di


tahun 2040, sebuah kenaikan yang hampir mendekati 90% dari tahun 2016.
Pada saat yang bersamaan, komposisi sampah diasumsikan berubah dari sekitar
61% sampah organik (sisa makanan dan sayuran) di tahun 2017 menjadi
sekitar 50% di akhir periode rencana. Perkembangan ini diasumsikan terjadi
karena antisipasi kenaikan standar hidup penduduk yang, berdasarkan
pengalaman, akan menyebabkan perubahan dalam komposisi sampah.

Komposisi sampah saat ini mengakibatkan nilai kalori yang cukup rendah, 6,1
MJ/kg, lebih rendah dari nilai standar minimum operasional insinerator sampah.
Karena perubahan komposisi, nilai kalori di masa datang akan menjadi lebih
tinggi.

Cakupan pelayanan Cakupan pelayanan telah meningkat sejak publikasi Rencana Induk 2013,
namun hal tersebut masih belum mencakup seluruh kota dan seluruh
pemukiman/penghasil sampah. Diperkirakan bahwa cakupan saat ini sekitar
87%, yang berarti bahwa hingga akhir 2017 sejumlah 206.000 orang belum
mendapatkan pelayanan sampah dasar. Mereka sebagian besar berdomisili di
bagian barat daya kota ini.

Pengumpulan Kendaraan pengumpul lokal sedang dalam proses ditingkatkan dari gerobak
dorong tradisional menjadi gerobak motor, namun bagian-bagian lain dari
armada pengumpul (truk, dumpster) secara umum memiliki kapasitas yang

Document1
12 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

rendah dan sudah ketinggalan jaman, serta memerlukan perbaikan dan perlu
diganti.

Daur ulang Kegiatan daur ulang dilakukan di tingkat jalanan, en route (selama proses
pengangkutan) ke lokasi penimbunan (TPA). Tingkat daur ulang belum
diketahui, namun dapat diperkirakan tidak melebihi 10% dari sampah yang
dihasilkan, mungkin lebih rendah.

Pembuangan Pembuangan sampah dilakukan di TPA Jatibarang. Saat ini, lokasi tersebut
menerima sekitar 780 ton/hari sampah yang berasal dari berbagai macam
penghasil sampah. Sekitar 350 pemulung tinggal di sekitar tempat tersebut dan
memiliki mata pencaharian mereka dari mengumpulkan sampah di TPA, dan sapi
dalam jumlah besar juga ‘merumput’ di sana. Tempat tersebut telah ditetapkan
sebagai sarana pengolahan dan perluasan/peningkatan menjadi sebuah TPA
saniter. Namun, tempat tersebut hanya memiliki sisa tambahan kapasitas
kurang lebih 500.000 m³ dari kapasitas TPA. Dengan menilik tingkat jumlah
sampah yang masuk saat ini, tempat ini hanya mampu beroperasi hingga
sekitar 2-3 tahun.

Kebijakan nasional Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca sebesar 29% hingga tahun 2030. Strategi untuk sektor pengelolaan
sampah perkotaan meliputi reduksi sampah padat melalui gerakan 3R (Reduce,
Reuse, Recycle), mengelola sampah secara teratur di lokasi TPA,
memperbaiki/mendirikan/merehabilitasi lokasi TPA, dan mengolah sampah
menjadi energi (WtE). Keputusan Presiden No. 18/2016 berkaitan dengan
pembangunan sarana pengolahan sampah menjadi energi oleh tujuh perkotaan
di Indonesia, termasuk Semarang, telah memicu ketertarikan pada bidang ini.
Walaupun keputusan tersebut telah dibatalkan, isu ini masih dalam agenda
politik. Di sisi lain, proyek WtE tidak bisa disangkal lagi akan menghadapi
perlawanan dari kelompok masyarakat setempat dan LSM nasional.

Tujuan dan target Tujuan umum dari sebuah sistem pengelolaan sampah dapat meliputi aspek
lingkungan, ekonomi, lembaga, dan sosial. Revisi Rencana Induk ini memiliki
prinsip-prinsip panduan/target-target untuk area pengelolaan sampah:

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 13

Tabel 3 Prinsip-prinsip panduan/target-target untuk pengelolaan sampah

Area Prinsip-prinsip panduan/Target-target

Pencegahan Pendataan sampah yang lebih baik dan edukasi


konsumen
Sampah RT berbahaya Sarana penerimaan dan penyimpanan di TPST

Edukasi masyarakat Sebuah rencana edukasi masyarakat yang akan


dikembangkan dan dilaksanakan.
Pelayanan pengumpulan Seluruh RT di kawasan perkotaan akan diberikan sebuah
sampah RT pelayanan pengumpulan sampah yang menyeluruh dan
memadai termasuk pelayanan untuk pengumpulan
sampah yang dapat didaur ulang secara terpisah.
Penyimpanan sampah padat Secara bertahap, kontainer padat akan digunakan untuk
perkotaan menyimpan sampah sebelum dikumpulkan, baik untuk
sampah sisa maupun sampah yang dapat didaur ulang.
Pemindahan Sarana TPS akan ditingkatkan dan dijaga tetap
beroperasi sebagaimana diinginkan hingga digantikan
dengan pengumpulan langsung
Pembuangan/penimbunan Sebuah TPA saniter akan dibangun sebagai pengganti
TPA non-saniter yang ada saat ini.
Sarana Sarana pra-pengolahan dan pengolahan yang ramah
lingkungan dan layak secara ekonomi akan segera
dibangun.

Fokus area/Skenario Fokus area untuk penerapan strategis target dapat meliputi:

› Pemenuhan tujuan-tujuan dan target-target setinggi mungkin bagi


ekstraksi dan konversi energi dari sampah untuk pemulihan energi
maksimum.

› Mendapatkan persiapan yang sebaik mungkin untuk pemulihan, daur ulang,


dan penggunaan kembali sampah untuk meminimalkan kebutuhan
pengolahan yang lain dan untuk mendapatkan penghematan energi
maksimum.

› Fokus pada pengalihan sampah dari TPA karena langkanya tanah dan
sulitnya membangun lokasi yang baru.

› Pemenuhan tujuan dan target yang berfokus pada penerapan sistem


pengolahan sampah yang semurah mungkin.

Fokus area tersebut tercermin dalam empat skenario pengelolaan untuk


pengelolaan sampah Kota Semarang di masa depan yang pada gilirannya akan
mencerminkan strategi yang paling sesuai, yang membangun pengumpulan,
pemindahan, dan teknologi pembuangan yang relevan. Pilihan-pilihan tersebut
digambarkan dengan rinci dalam laporan ini.

Empat skenario yang terpilih adalah:

Document1
14 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pemilahan Pengumpulan Pemindahan Pengolahan/Pembuangan

Skenario 1: Bisnis sebagaimana biasanya seperti Rencana Induk (sebelumnya)

Pengumpulan › Angka pengumpulan tidak › Truk arm roll dari › Tempat pembuangan/TPA
dua jalur 100% TPS ke TPA › MRF
(sistem › Gerobak dorong, gerobak › Truk kontainer ke
membayar jika motor, kontainer jalan TPA
membuang)
› Ke TPS/TPST

Skenario 2: Pengolahan Sampah menjadi Energi/Pengalihan TPA tingkat sedang

Pengumpulan › Peningkatan yang cepat › Dari TPS, namun › Sarana WtE: 2 x 19 t/jam
dua jalur dalam cakupan akan meningkat ke: beroperasi tahun 2024= 304.000
Campuran pengumpulan sampah › Pemindahan ton/tahun.
sampah kering hingga 100% langsung › Kapasitas tambahan: 1 x 19 t/jam
yang dapat › Gerobak dorong, gerobak menggunakan truk beroperasi tahun 2035 =152.000
didaur ulang motor, kontainer jalan ke pemadat ton/tahun
dan sampah TPS › MRF: 125.000 t/th beroperasi
basah › Pengenalan, dan perubahan 2024, kapasitas tambahan
secara bertahap ke: 100.000 t/th beroperasi tahun
kontainer komunal dan truk 2032
pemadat › TPA

Skenario 3A: Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA tingkat tinggi

Pengumpulan › Peningkatan yang cepat › Dari TPS, namun › Sarana biogas: 250.000 t/th
dua jalur dalam cakupan akan meningkat ke: beroperasi tahun 2024
Campuran pengumpulan sampah › Pemindahan › MRF: 225.000 t/th beroperasi
sampah kering hingga 100% langsung tahun 2024, tambahan 125.000
yang dapat › Gerobak dorong, gerobak menggunakan truk t/th beroperasi tahun 2032
didaur ulang motor, kontainer jalan ke pemadat › Insinerator: 1 x 19 t/jam
dan sampah TPS beroperasi tahun 2030 =152.000
basah › Pengenalan, dan perubahan ton/tahun
secara bertahap ke: › TPA
kontainer komunal dan truk
pemadat

Skenario 3B: Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA tingkat maksimal

Pengumpulan › Peningkatan yang cepat › Dari TPS, namun › Pengeringan biologis: 250.000 t/th
dua jalur dalam cakupan akan meningkat ke: beroperasi tahun 2024
Campuran pengumpulan sampah › Pemindahan › Insinerator: 250.000 t/th (2x15
sampah kering hingga 100% langsung t/jam) beroperasi tahun 2024
yang dapat › Gerobak dorong, gerobak menggunakan truk › Kapasitas tambahan 100.000 t/th
didaur ulang motor, kontainer jalan ke pemadat beroperasi tahun 2035
dan sampah TPS › MRF: 225.000 ton/th beroperasi
basah › Pengenalan, dan perubahan tahun 2024
secara bertahap ke: › MRF tambahan 125.000 t/th
kontainer komunal dan truk beroperasi tahun 2032
pemadat › TPA

Sebuah model keuangan berbasis Excel telah dikembangkan untuk mendukung


kajian kelayakan keuangan proyek dengan rangkaian asumsi yang berbeda-
beda. Model keuangan tersebut mencakup sarana pengelolaan sampah yang
terintegrasi secara keseluruhan, termasuk sarana WtE, sarana MBT/AD,
MBT/pengeringan biologis, serta sarana pemilahan (MRF). Model tersebut
menghitung parameter-parameter hasil utama berikut ini:

› NPV Proyek (sebelum pembiayaan), untuk setiap skenario, dalam Rupiah

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 15

› CAPEX (biaya investasi), OPEX (biaya operasional), penghasilan, dan aliran


kas sebelum pembiayaan

› Tingkat tarif per ton sampah dan per RT

› Aliran sampah, yaitu jumlah sampah tahunan ke setiap sarana


pengolahan/pembuangan yang beragam untuk setiap skenario, dan jumlah
total yang akan ditimbun di TPA selama keseluruhan periode rencana.

Dan yang terutama, kapasitas TPA yang diharapkan di setiap contoh


diperkirakan sebagaimana dapat dilihat dalam gambar berikut:

Total ton sampah ditimbun,


Tidak termasuk abu
(2018 -2040)
9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
ton ton ton ton
BAU Skenario 2a Skenario 3a Skenario 3b

Gambar 1 Kapasitas TPA yang dibutuhkan, seluruh skenario

Skenario-skenario alternatif mengasumsikan secara signifikan jumlah sampah


yang dibuang ke TPA lebih rendah dibandingkan dengan skenario bisnis
sebagaimana biasanya. Skenario dasar akan membutuhkan TPA dengan
kapasitas total hampir delapan juta ton selama 20 tahun ke depan (ini mungkin
setara dengan 8-10 juta m³ ketika sampah dipadatkan dengan benar di TPA).
Tiga skenario yang lain membutuhkan volume yang lebih rendah namun tetap
signifikan (dari 3,1 juta m³ hingga empat juta). Sekitar dua per tiga sampah
yang masuk ke TPA dalam tiga skenario alternatif timbul selama enam tahun
dari tahun 2018 hingga sarana tersebut beroperasi. Oleh karena itu, kebutuhan
untuk kapasitas TPA dapat dikurangi secara signifikan, jika periode penerapan
yang lebih cepat dapat dilaksanakan.

Harus digarisbawahi bahwa kebutuhan kapasitas TPA di masa depan hanya


dapat dipenuhi sebagian di lokasi Jatibarang saat ini. Oleh sebab itu, sebuah
lokasi baru harus didapatkan dan dibangun selama seperempat bagian awal dari
periode rencana. Diharapkan ini akan menjadi sebuah solusi regional.

Hasil signifikan yang kedua adalah evaluasi ekonomi dari skenario-skenario


tersebut. Diasumsikan bahwa iuran dikenakan pada titik timbulan sampah
(penghasil sampah), dan iuran tersebut merupakan sumber tunggal untuk

Document1
16 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

menutup biaya bersih sistem pengelolaan sampah seluruhnya (biaya bersih


adalah biaya kotor dikurangi penjualan listrik dan bahan-bahan yang dapat
didaur ulang). Maka diasumsikan bahwa tidak ada iuran yang dikenakan pada
berbagai sarana pengolahan/pembuangan. Namun, ini tergantung pada
pengaturan dan pengorganisasian berbagai sistem yang dipilih. Iuran dapat
dipahami hanya jika sebuah entitas yang mandiri (memiliki) dan
mengoperasikan sarana yang bersangkutan, dan terlepas dari keuntungan yang
didapat oleh operator swasta, biaya total sistem ini tetap sama ketika iuran
dikenakan atau tidak.

Diasumsikan juga bahwa sebagian prosentase biaya investasi untuk sarana


pengolahan (tapi bukan pengumpulan dan pengangkutan) akan dibiayai dengan
ekuitas/hibah dan sisanya akan dibiayai melalui pinjaman.

Berdasarkan keterangan di atas, tarif rata-rata yang dihasilkan (tidak termasuk


nilai NPV) adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Perkiraan tarif RT rerata tahunan untuk pengelolaan sampah di Semarang


2020-2040 – DENGAN elemen HIBAH 0%, 30% dan 100%

Per RT, rerata Skenario Rp/tahun

Prosentase hibah 0% 30% 100%

Pengolahan Sampah menjadi


2 854.070 784.914 623.552
Energi/pengalihan TPA tingkat menengah

Pengolahan Sampah menjadi Energi


3A 1.073.826 996.141 814.875
maksimum/pengalihan TPA tingkat tinggi

Pengolahan Sampah menjadi


3B 933.836 867.849 713.881
Energi/pengalihan TPA maksimal

Tabel 5 Perkiraan tarif rerata tahunan per ton sampah untuk pengelolaan sampah
di Semarang 2020-2040 – DENGAN elemen HIBAH 0%, 30% and
100%

Rerata tarif per ton sampah Skenario Rp/tahun

Prosentase hibah 0% 30% 100%

Pengolahan Sampah menjadi


2 801.455 736.560 585.139
Energi/pengalihan TPA tingkat menengah

Pengolahan Sampah menjadi Energi


3A 1.007.674 934.774 764.675
maksimum/pengalihan TPA tingkat tinggi

Pengolahan Sampah menjadi


3B 876.307 814.386 669.903
Energi/pengalihan TPA maksimal

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 17

Besaran iuran di atas mungkin masih dalam batas kemampuan RT, namun ini
perlu diverifikasi dalam sebuah analisa yang terpisah (Lihat Bab 2 dalam laporan
ini).

Sebagaimana dapat dilihat, pembiayaan hibah memberikan dampak, namun


tidak dramatis (sekitar 25%). Ini terutama dikarenakan biaya operasi yang
tinggi untuk seluruh sarana pengolahan dan fakta bahwa utilitas harus
meyakinkan bahwa dana diakumulasikan untuk investasi kembali – baik selama
operasi maupun ketika sarana memerlukan penggantian total setelah usia
pemakaiannya berakhir. Depresiasi investasi, oleh karena itu, tidak dihilangkan
meskipun hibah diberikan.

Berdasarkan kajian skenario-skenario tersebut, laporan ini menyimpulkan hal-


hal berikut berkaitan dengan pilihan strategi masa depan:

› Skenario 2 menawarkan solusi termurah dengan tarif kira-kira 20% lebih


rendah dibandingkan dengan yang termahal.

› Tingkat daur ulang hampir sama untuk seluruh skenario alternatif (namun
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan skenario dasar).

› Cakupan pelayanan dan jumlah sampah yang tidak dikumpulkan tidak


berbeda antara skenario-skenario alternatif.

› Pengalihan TPA lebih kecil di Skenario 2 dibandingkan dengan Skenario 3A


dan 3B, namun perbedaannya hanya sekitar 8% antara tingkat tertinggi
dengan tingkat terendah dari kapasitas TPA yang dibutuhkan.

Oleh karena itu, direkomendasikan agar Skenario 2 diterapkan.

Analisa kesenjangan menggarisbawahi sejumlah hambatan dan peluang untuk


menentukan kelayakan pilihan-pilihan tersebut, meliputi

› Harga penjualan listrik

› Struktur masyarakat dan lembaga-lembaga

› Keterlibatan pemangku kepentingan

› Anggaran, pendapatan, keahlian

› Cakupan pelayanan

› Rencana pengembangan TPA Jatibarang

› Kesanggupan masyarakat dan bisnis

› Aspek keuangan, termasuk:

Document1
18 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Struktur anggaran Kota dan kebutuhan untuk memperkuat dengan


membuat anggaran jangka panjang yang dapat diandalkan dan
rencana pembelanjaan, termasuk rencan aliran kas
› Kebutuhan untuk mengkaji kembali iuran sampah dan
mempertimbangkan opsi-opsi kebijakan pengumpulan iuran yang
secara sosial diterima dan terjangkau; termasuk untuk mempersingkat
pengumpulan iuran

Mungkin perlu menerima, selama periode transisi, bahwa biaya pelayanan yang
didapat tidak dapat ditanggung secara penuh oleh iuran yang dikumpulkan dan,
oleh karena itu, merencanakan dengan kombinasi pinjaman atau hibah untuk
menutup kekurangan. Diharapkan kenaikan dalam iuran pengumpulan sampah
diikuti dengan perbaikan pelayanan persampahan yang diberikan secara nyata,
untuk memfasilitasi penerimaan penduduk akan adanya kenaikan iuran. Oleh
karena itu pengumpulan iuran dan rencana komunikasi sebaiknya dikembangkan
sehingga dapat menyeimbangkan kebutuhan akan:

1. Peningkatan modal dan biaya operasional dan pemeliharaan untuk


perluasan cakupan pengumpulan sampah, sistem pengumpulan yang
lebih baik, dan pembangunan sarana-sarana baru,

2. Penerimaan umum dan pengalaman perbaikan pelayanan,

3. Kemampuan untuk membiayai kekurangan dalam pendapatan

4. Sangat mendesaknya penerapan dan pembiayaan perbaikan-perbaikan


tersebut.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 19

1 Pendahuluan
Laporan ini merupakan pembaruan dari Rencana Induk Pengelolaan Sampah
Kota Semarang 2013. Laporan ini dipersiapkan sebagai bagian dari program ESP
tahap ketiga yang bertujuan untuk mendukung pengelolaan lingkungan dalam
beberapa sektor di Indonesia. Pelaksanaan proyek ini didanai oleh proyek
khusus: “Untuk Memperbarui Rencana Induk Pengelolaan Sampah Perkotaan
Kota Semarang dan Mengkaji Kelayakan Strategi Pembuangan Sampah
termasuk Pengolahan Sampah menjadi Energi”.

Konteks
Tujuan ESP3 secara keseluruhan adalah untuk mendukung Pemerintah
Indonesia dalam menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
yang berkelanjutan melalui pengelolaan lingkungan yang meningkat dan
mitigasi serta adaptasi perubahan iklim. Propinsi Jawa Tengah telah dipilih
sebagai lokasi proyek percontohan di mana sejumlah proyek percontohan saat
ini sedang dlaksanakan di berbagai kabupaten/kota yang berbeda di provinsi
tersebut.

Latar Belakang
Indonesia mengalami laju urbanisasi yang cepat, di mana 50% penduduk tinggal
di wilayah perkotaan, dan 65% dari total penduduk Indonesia tinggal di Jawa.
Pengumpulan dan pembuangan sampah perkotaan saat ini menjadi tanggung
jawab pemerintah provinsi dan kabupaten sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang no. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Semakin lama, pemerintah daerah menghadapi kesulitan yang terus meningkat


untuk memenuhi berbagai layanan dasar yang meliputi air bersih, sanitasi, dan
pengelolaan sampah. Tantangan di bidang persampahan, terutama pada sektor
pengumpulan sampah di perkotaan meliputi:

› Semakin bertambahnya jumlah sampah

› Sehingga meningkatkan kebutuhan dan kesulitan untuk menyediakan lahan


TPA (saniter) dan harga tanah yang mahal

Document1
20 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Oleh karena itu, jarak transportasi semakin bertambah yang berakibat pada
mahalnya biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir

› Berbagai masalah lingkungan yang terkait dengan timbulan sampah,


pengangkutan, dan pembuangannya adalah: emisi gas rumah kaca,
pencemaran air permukaan dan air tanah yang disebabkan oleh air larian
dan cairan lindi pembuangan sampah, pencemaran jalur air oleh
pembuangan sampah yang tidak terkendali, polusi udara, dan bau, belum
lagi berbagai permasalahan kesehatan terkait yang bersumber dari
pengelolaan sampah yang buruk.

› Kurangnya layanan persampahan di banyak kawasan perkotaan dan


sebagian besar kawasan pedesaan. Di kawasan perkotaan, permukiman-
pemukiman baru sering tidak dilengkapi dengan layanan pengumpulan
sampah karena kurangnya kapasitas dan tidak dilayani oleh sektor informal
karena keengganan para pemukim untuk memberikan akses kepada
petugas sampah informal ke kawasan tersebut.

› Sementara sampah tidak berbahaya hingga batas tertentu dikumpulkan dan


diangkut ke luar wilayah perkotaan (dengan pengecualian yang disebutkan
di atas), sistem pengumpulan dan pembuangan yang terpisah untuk
berbagai jenis sampah lainnya yang berasal dari rumah tangga dan
penghasil sampah yang lain sangat jarang atau tidak ada. Ini meliputi
limbah kesehatan, limbah rumah tangga berbahaya (oli motor, baterai,
aki), dan limbah onggokan.

› Pembuangan sampah perkotaan sebagian besar dilakukan di tempat


pembuangan yang tidak terkontrol, dengan prosentase yang relatif besar
dari sampah yang dibuang secara illegal tersebut di gorong-gorong, sungai,
aliran air, cekungan di tanah, jurang, dsb. Beberapa tempat penimbunan
memang ada, tetapi hampir tidak ada yang dapat dikategorikan sebagai
tempat pembuangan yang dirancang dengan baik dan higienis. Ini
bertentangan dengan kewajiban bahwa pemerintah setempat harus
menyediakan TPA saniter (ketentuan Undang-Undang No. 18/2008 untuk
dilaksanakan di akhir 2013).

› Organisasi pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah


tidak memiliki peralatan pengumpulan dan pengangkutan sampah yang
memadai, dan peralatan yang mereka gunakan pada umumnya usang dan
tidak terawat.

› Tentu saja, hal ini berakar dari situasi keuangan lembaga-lembaga


pemerintah, namun itu bukan satu-satunya faktor. Perhatian dan prioritas
politik memainkan peranan penting. Yang menjadi bagian dari
permasalahan umum adalah tidak adanya pemahaman umum antara para
pembuat keputusan dan para politisi mengenai kebutuhan untuk
pembiayaan sektor limbah yang terpisah dan pemberlakuan prinsip
‘pencemar membayar’.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 21

› Kegiatan daur ulang mungkin terjadi pada tahap tertentu, tetapi kegiatan
tersebut pada umumnya dikelola oleh sektor swasta/informal yang tidak
diatur oleh undang-undang, sedangkan sektor publik/kotamadya
memainkan peran yang kurang penting. Ini berarti “memetik ceri”, yaitu
hanya materi yang paling berharga saja yang dikumpulkan, bukannya
seluruh potensi. Selain itu, karena aktifitas tersebut dilakukan di jalan atau
di lokasi pembuangan, kondisi kerja yang memprihatinkan bagi petugas
persampahan menjadi akibatnya.

› Kapasitas kelembagaan dan operasional pemerintah daerah dan operator


layanan/sarana persampahan belum memadai bagi permintaan yang terus
meningkat, dan kurangnya pemahaman dan pengetahuan umum tentang
masalah persampahan dan solusinya

› Kurangnya pemahaman di antara masyarakat umum mengenai sampah dan


permasalahan kesehatan yang terkait dengannya.

Latar Belakang Lokal


Timbulan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah di Semarang
dijelaskan secara rinci dalam bab-bab selanjutnya. Singkatnya, sekitar 1.200
ton/hari sampah dihasilkan di daerah perkotaan yang mana 80-90% diantaranya
dikumpulkan dan sekitar 780 ton/hari (angka dari tahun 2016) dibuang di TPA
Jatibarang. Sisanya dibuang secara ilegal/dibuang secara lokal dan/atau didaur
ulang.

Total luas area TPA Jatibarang adalah 40 hektar, di mana sekitar 9 hektar saat
ini sedang digunakan atau dipenuhi oleh sampah. Tempat tersebut berlereng
curam. Sekitar 350 pemulung tinggal di sekitar tempat ini, dan penghasilan
mereka berasal dari mengumpulkan sampah dari TPA, dan sejumlah besar sapi
merumput di sana.

Sebuah Rencana Induk untuk Kota Semarang dijabarkan sekitar tahun 2012 dan
sebuah studi kelayakan untuk TPA tersedia, tetapi tidak berhubungan karena
Rencana Induk tidak mencakup ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
pembuangan sampah. Tidak satupun dari laporan tersebut yang tampaknya
digunakan dalam pekerjaan atau pengelolaan TPA, dan membutuhkan
pembaruan.

1.1 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk memperbarui Rencana Pengelolaan Sampah
Kota Semarang, untuk mengkaji dan menyajikan sebuah dasar pengambilan
keputusan untuk memperbarui dan menentukan sistem pengelolaan sampah
masa depan yang dikehendaki, dan menyajikan kelayakan penerapan teknologi
pengolahan sampah menjadi energi di Semarang untuk mengurangi
ketergantungan pada TPA sebagai metodologi pembuangan sampah akhir. Oleh
karena itu, fokusnya akan lebih pada metodologi dan teknologi pembuangan
akhir sampah daripada mengenai prosedur operasional dan struktur manajerial.

Document1
22 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Sebuah laporan terpisah akan menjelaskan lebih rinci mengenai kelayakan opsi-
opsi terpilih dan penyesuaiannya dengan lokasi pengelolaan sampah Jatibarang.

1.2 Metodologi
Pembaruan Rencana Induk disiapkan sebagai dokumen yang berdiri sendiri,
namun harus dibaca bersamaan dengan Rencana Induk 2013 yang asli, dan
studi kelayakan selanjutnya mengenai lokasi pengelolaan sampah Jatibarang.

Biasanya, mempersiapkan sebuah rencana pengelolaan sampah akan mengikuti


langkah-langkah berikut ini:

› Tahap 1: Mengorganisir proses perencanaan pengelolaan sampah

› Tahap 2: Menetapkan asumsi-asumsi utama mengenai kawasan dan


mengumpulkan data yang dibutuhkan, yaitu mengenai populasi dan
geografi

› Tahap 3: Mengadakan survei status pengelolaan sampah yang ada

› Menentukan jumlah dan mutu sampah

› Mengumpulkan informasi yang diperlukan mengenai sistem


pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah

› Menentukan permasalahan yang paling penting dalam sebuah analisa


kesenjangan/sektor

› Tahap 4: Menentukan pengembangan-pengembangan yang diantisipasi

› Menentukan perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang


mempengaruhi timbulan sampah

› Mempersiapkan perkiraan timbulan sampah

› Tahap 5: Membuat kebijakan pengelolaan sampah

› Menentukan tujuan dan target

› Memperoleh persetujuan dari pembuat keputusan

› Melakukan konsultasi tambahan dengan masyarakat, jika dibutuhkan

› Tahap 6: Menganalisa opsi-opsi yang layak

› Mengusulkan jenis, jumlah, dan lokasi sarana pengelolaan sampah

› Mempersiapkan analisa keuangan awal dan kajian dampak lingkungan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 23

› Tahap 7: Membuat program strategis jangka panjang

› Berdasarkan analisa opsi-opsi keuangan dan teknologi, menentukan


strategi jangka panjang dan perangkat-perangkat serta dana yang
dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan dan target.

› Tahap 8: Membuat rencana aksi jangka pendek

› Menentukan ruang lingkup aktifitas yang akan dilaksanakan dalam


empat tahun ke depan

› Tahap 9: Membuat analisa dampak

› Melakukan analisa keuangan dan lingkuangan

› Stage 10: Mempersiapkan dokumen rencana pengelolaan sampah

› Mempersiapkan dokumen rencana

› Melakukan konsultasi tambahan dengan masyarakat dan pihak berwenang


yang lainnya

› Pengadopsian rencana

Pembaruan ini tidak mencakup sebuah rencana pengelolaan secara penuh,


namun dibuat dengan sebuah tinjauan terhadap poin-poin di atas dan dengan
pendekatan sebagai berikut:

› Timbulan sampah tahun 2013 dan ramalan perkiraan yang telah diperbarui
berdasarkan data penduduk terbaru yang ada dan perkiraannya

› Sebuah analisa mengenai aliran sampah yang dihasilkan dari pengumpulan


hingga pengangkutan ke pembuangan akhir dalam skenario yang beragam
ditampilkan, yang memperlihatkan misalnya prosentase akhir sampah yang
dibuang ke TPA dan kebutuhan lahan untuk TPA masa depan. Jelas bahwa
seluruh skenario akan membutuhkan TPA saniter yang dirancang dengan
teliti untuk pembuangan sisa-sisa sampah.

› Identifikasi dan ringkasan kerangka (hukum, kelembagaan, dll.) di mana


Rencana Induk dikembangkan dan akan dilaksanakan.

› Dokumen tersebut menyajikan serangkaian opsi, termasuk beberapa yang


tidak serta-merta valid karena teknologi tersebut belum sesuai untuk
konteks Indonesia. Ini akan membantu membuat rekomendasi yang
diberikan dalam laporan ini sesuai konteks.

› Faktor-faktor dan variabel-variabel yang berkontribusi terhadap seluruh hal


yang diinginkan meliputi misalnya kelayakan (apakah teknologi tersebut
telah terbukti dan dapat diberlakukan pada masyarakat di mana teknologi
itu nantinya akan diterapkan?), kepatuhan internasional, kesanggupan,

Document1
24 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

profil risiko yang dapat diterima, dampak lingkungan dan kesehatan,


penerimaan masyarakat/LSM.

› Daftar panjang teknologi ini akan membentuk dasar untuk memilih empat
skenario yang tepat yang akan diusulkan untuk kajian selanjutnya. Tidak
semua perubahan susunan dari teknologi-teknologi yang ditampilkan (opsi-
opsi sistem pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan) dianalisa,
namun definisi skenario dan pemilihan didasarkan pada pembelajaran sejak
2013, pengalaman para konsultan lokal dan internasional, dan strategi
nasional saat ini.

› Pemilihan sebuah skenario yang direkomendasikan dan analisa


pengaruhnya terhadap aliran sampah, rasio daur ulang, pengalihan TPA,
dan biaya-biaya.

› Laporan ini hanya membahas sampah perkotaan dari rumah tangga dan
sejenis rumah tangga dari penghasil sampah lainnya.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 25

2 Sistem Persampahan di Kota Semarang


Saat Ini

2.1 Kawasan kota


Peta di bawah ini menampilkan wilayah administratif Kota Semarang, kecamatan
dan kelurahan. Peta tersebut juga menunjukkan distribusi penduduk yang tidak
merata dengan kelurahan-kelurahan yang paling padat di sepanjang jalur,
kereta api di Semarang Timur, Utara dan Barat, di mana Semarang Utara dan
Barat yang merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya.

Gambar 2 Kecamatan dan Kelurahan di Semarang

Document1
26 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

2.2 Pengorganisasian persampahan


Menurut Peraturan Pemerintah No. 81/2012, pemerintah kabupaten/kota harus
menyediakan kendaraan untuk mengangkut sampah ke tempat pembuangan
akhir yang disiapkan dan dikelola oleh Pemerintah Kota.

Dinas yang bertanggung jawab untuk Persampahan di Semarang adalah Dinas


Lingkungan Hidup (DLH) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Kota No. 6/2012.
Dinas tersebut bertanggung jawab untuk menyediakan kendaraan, kontainer,
perawatan kendaraan, bahan bakar, dan membangun TPS/TPST.

Dalam hal pengangkutan, pengelolaan, dan pengolahan sampah, pemerintah


lokal diperbolehkan membentuk lembaga pengelolaan sampah termasuk
menjalin kemitraan dengan masyarakat atau perusahaan, atau bekerjasama
dengan pemerintah kabupaten lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 81/2012, pemerintah kabupaten harus


menyediakan sarana lokal dan regional untuk pengumpulan dan pengangkutan.
Biasanya, terdapat dua jenis sarana yang disediakan, TPS dan TPST.
Perbedaannya bahwa yang terakhir seharusnya dilengkapi dengan peralatan
untuk pembuatan kompos dan pemilahan sampah ke dalam beberapa bagian.

2.3 Rencana dan target saat ini


Rencana pengelolaan sampah Kota Semarang yang terbaru (2013) difokuskan
pada bidang-bidang berikut:

› Perluasan cakupan layanan/tingkat layanan hingga 76% dengan


menyediakan peralatan pengumpulan dan pengangkutan yang lebih baik
dan TPS/TPST baru.

› Meningkatkan daur ulang hingga 57% melalui titik-titik pengumpulan untuk


daur ulang, MRF, dan pembuatan kompos oleh masyarakat

› Sebuah rencana untuk mendirikan satu sarana mirip MBT

› Sebuah rencana untuk mendirikan dua MRF (Fasilitas Pengolahan Bahan)

› Mendesain ulang TPA Jatibarang menjadi TPA yang dirancang dengan


teliti/higienis

› Pengembangan kelembagaan, termasuk pengaturan PPP dan opsi perolehan


biaya

Kegiatan tersebut dibagi menjadi tiga tahap; jangka pendek (2014-2018),


jangka menengah (2019-23), dan jangka panjang (2024-2033).

Kegiatan-kegiatan Jangka Pendek (2014-2018) meliputi:


Perbaikan prosentase pelayanan sampah dari 39% menjadi 47% dengan cara

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 27

› Empat TPS tambahan – yang telah dilaksanakan (jumlah saat ini 254)
› Penggantian dan penambahan total 370 motor roda tiga untuk
pengumpulan sampah – yang telah dan sedang dilaksanakan
› Penyediaan total 70 truk arm roll baru untuk menggantikan dan menambah
armada yang ada – yang tampaknya belum dilaksanakan, atau sudah
dilaksanakan namun sangat terbatas
› Peningkatan/perbaikan TPS dengan membangun fondasi kontainer sampah
dan memperluas area 101 unit, dan mengganti 344 kontainer – belum
dilaksanakan atau sudah dilaksanakan namun sangat terbatas
› Perbaikan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA – belum dilaksanakan

Meningkatkan daur ulang dari 13% menjadi 24% melalui upaya-upaya berikut:
› Mengoptimalkan TPST yang ada dan membangun lima unit baru – empat
TPST baru telah didirikan
› Pembentukan bank sampah dan program pembuatan kompos oleh
masyarakat di 12 wilayah – hanya sebagian yang dilaksanakan
› Merencanakan sarana MBT – belum dilaksanakan
› Pembangunan MRF dengan kapasitas 150 ton/hari – belum dilaksanakan

Peningkatan TPA Jatibarang, termasuk pembangunan zona III dan IV,


mengakuisisi 7,5 hektar lahan, memperbaiki sarana jalan, melakukan kajian
untuk optimalisasi, rehabilitasi sarana pengolahan lindi. Kegiatan-kegiatan ini
sedang dilaksanakan kecuali pembangunan sel-sel TPA yang baru. Pemungutan
sampah telah dipindahkan ke lokasi yang berbeda di dalam kawasan, namun
sel-sel TPA belum dibangun.

Meningkatkan kesadaran untuk mendaur ulang melalui program-program di


kelurahan dan lingkungan RT/RW – tampaknya belum dilaksanakan atau telah
dilaksanakan namun sangat terbatas.

Studi kelayakan struktur iuran sampah, penerapan struktur iuran sampah


bebas, dan peningkatan anggaran pengelolaan limbah melalui bantuan
pemerintah atau pinjaman swasta. Mengajak sektor swasta untuk berkontribusi
dalam pembiayaan pengelolaan sampah – belum dilaksanakan kecuali
Pemerintah Kota menerima beberapa proposal terkait sarana WtE oleh investor
swasta tanpa negosiasi nyata.

Kegiatan-kegiatan Jangka Menengah (2019-2023) meliputi:

Peningkatan layanan persampahan dari 49% menjadi 57% melalui:

› Penyediaan total 3.288 kendaraan pengumpul sampah motor roda tiga


untuk menggantikan dan menambah armada

› Penyediaan 73 pengangkut/truk arm roll untuk mengganti dan menambah


armada

› Pembangunan tiga TPS baru dan perbaikan 61 unit TPS lainnya

Document1
28 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Penyediaan 316 kontainer untuk penggantian dan penambahan cadangan

Meningkatkan prosentase daur ulang dari 26% menjadi 35% melalui:

› Pembangunan lima TPST baru


› Pembentukan 10 bank sampah dan kelompok pembuatan kompos oleh
masyarakat
› Pembangunan MRF berkapasitas 150 ton/hari di TPA Jatibarang

Kegiatan-kegiatan Jangka Panjang (2024-2033) meliputi:

Meningkatkan persentase layanan persampahan dari 59% menjadi 76% melalui:

› Penyediaan 8.856 kendaraan pengumpul motor beroda tiga untuk


penggantian dan penambahan armada

› Penyediaan 205 pengangkut arm roll baru untuk penggantian dan


penambahan armada

› Pembangunan 15 TPS baru dan perbaikan 63 TPS yang ada dan


menambahkan/mengganti 797 kontainer

Meningkatkan prosentase daur ulang dari 37% menjadi 57% melalui:

› Pembangunan 11 TPST baru


› Pendirian 20 bank sampah baru dan kelompok masyarakat pembuat
kompos

2.3.1 Biaya-biaya dan pembiayaan


Biaya total yang diantisipasi dari sistem pengelolaan sampah yang direncanakan
diperlihatkan dalam table berikut ini.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 29

Tabel 6 Investasi Rencana Induk, Kota Semarang 2014-2034, Juta Rupiah

2014 2015 2016 2017 2018


Peralatan pengumpulan dasar 16.930 10.723 9.895 13.020 14.500
Elemen-elemen pendukung 559 621 688 737 821
lainnya
Biaya-biaya perawatan 355 390 430 472 520
Gaji 23 25 27 30 33
MRF - - 608 - -
Total 17.866 11.759 11.648 14.260 15.874
2019 2020 2021 2022 2023
Peralatan pengumpulan dasar 13.539 6.717 31.598 25.163 28.491
Elemen-elemen pendukung 878 939 1.042 1.158 1.289
lainnya
Biaya-biaya perawatan 572 629 692 761 837
Gaji 36 40 44 48 53
MRF 853 - 980 - -
Total 15.878 8.325 34.355 27.131 3.,671
2024 2025 2026 2027 2028
Peralatan pengumpulan dasar 38.346 35.999 36.883 22.455 73.434
Elemen-elemen pendukung 1.434 1.594 1.776 1.981 2.209
lainnya
Biaya-biaya perawatan 921 1.013 1.114 1.225 1.348
Gaji 59 64 71 78 86
MRF 1.374 - 1.578 - -
Total 42.134 38.670 41.422 25.740 77.076
2029 2030 2031 2032 2033
Peralatan pengumpulan dasar 66.243 69.926 95.946 89.959 90.295
Elemen-elemen pendukung 2.466 2.750 3.067 3.407 3.778
lainnya
Biaya-biaya perawatan 1.483 1.631 1.794 1.974 2.171
Gaji 94 104 114 126 138
MRF 2.213 - 2.468 - -
Total 72.499 74.410 103.388 95.465 96.381

Sebuah sistem iuran yang diusulkan didasarkan pada prinsip membayar ketika
membuang sampah, dengan menggunakan kantong plastik pra-bayar untuk
pengumpulan bagian non-organik sampah1).

Biaya yang dibayarkan oleh rumah tangga kepada otoritas persampahan saat ini
diperlihatkan pada tabel di bawah ini. (Lembaga-lembaga dan entitas komersial
direncanakan untuk membayar iuran yang berbeda).

Document1
30 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 7 Iuran untuk Rumah Tangga (Rupiah/RT/bulan)

Sumber Biaya Peraturan TAHAP SATU TAHAP DUA TAHAP TIGA TAHAP EMPAT
Pemerintah
Daerah No.
2/2012
Tingkat 2013 2014-2018 2019-2023 2024-2028 2029-2033
Kelas I 10.000 6.000 11.500 23.000 40.500
Kelas II 4.000 4.000 7.500 14.500 25.500
Kelas III 2.000 1.500 3.000 6.000 10.500

Kelas-kelas tersebut merujuk pada ukuran jalan yang mengindikasikan ukuran


rumah tangga.

2.4 Jumlah penduduk dan perkiraan


Jumlah penduduk resmi terkini Kota Semarang menurut badan statistik (BPS –
Badan Pusat Statistik Kota Semarang) ditunjukkan di bawah ini.

Tabel 8 Jumlah penduduk resmi, Kota Semarang, 2010-2016

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Jumlah penduduk 1.527.433 1.544.358 1.559.198 1.572.105 1.584.906 1.595.187 1.602.717
Pertumbuhan per tahun, % 1,36 1,11 0,96 0,83 0,97 0,59 0,47
Kepadatan, orang/km² 4.087 4.133 4.172 4.207 4.172 4.269 4.289
Jumlah RT 438.537 429.268 435.184 442.089 443.541 471.327 454.134
Angka rerata anggota 3,48 3,60 3,58 3,56 3,57 3,38 3,53
keluarga

Per kecamatan, jumlah penduduk adalah sebagai berikut:

Tabel 9 Jumlah penduduk, Semarang 2010-2016, per kecamatan (pertengahan


tahun)

Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Semarang Tengah 73.436 72.881 71.933 71.336 70.936 70.877 69.711
Semarang Timur 80.951 79.944 79.046 78.672 78.388 77.959 76.608
Semarang Utara 127.049 127.084 127.410 127.112 128.521 127.720 127.132
Semarang Barat 160.051 160.100 159.632 158.976 158.622 158.990 157.554
Semarang Selatan 85.584 83.316 83.333 83.652 80.257 79.472 79.162
Candisari 80.450 80.132 79.969 79.945 79.562 79.492 78.863
Tugu 27.689 29.688 30.171 30.633 30.999 31.795 32.041
Genuk 84.561 87.510 90.150 92.600 94.638 97.012 99.508
Pedurungan 167.535 173.009 174.775 176.579 177.645 178.328 181.629
Tembalang 131.833 135.550 140.982 144.281 151.567 155273 159.066
Gajahmungkur 62.310 63.027 63.304 63.525 63.683 63.707 63.766
Banyumanik 125.182 126.691 127.621 130.004 133.742 132.438 133.489
Gayamsari 74.142 75.297 73.273 73.780 75.752 74.004 74.122
Ngaliyan 114.114 117.097 119.853 121.619 138.669 125.130 126.734
Mijen 51.806 53.956 55.740 57.230 58.708 59.950 63.348
Gunungpati 70.379 72.851 74.406 75.280 76.504 77.829 79.984
Total, Semarang 1.517.072 1.538.133 1.551.598 1.565.224 1.598.193 1.589.976 1.602.717

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 31

Berdasarkan angka-angka tersebut, perkiraan jumlah penduduk setiap tahunnya


dari tahun 2017-2040 telah dijabarkan sebagaimana diperlihatkan dalam tabel
berikut.

Tabel 10 Perkiraan Penduduk per kecamatan di Semarang 2016-2040,

Kecamatan 2016 2020 2025 2030 2035 2040


(penduduk) Aktual Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan
Semarang Tengah 69.711 67.470 64.536 61.602 58.668 55.734
Semarang Timur 76.608 74.381 71.228 68.075 64.922 61.769
Semarang Utara 127.132 128.091 128.561 129.031 129.501 129.971
Semarang Barat 157.554 156.452 154.537 152.623 150.709 148.794
Semarang Selatan 79.162 74.603 69.241 63.878 58.516 53.153
Candisari 78.863 78.161 77.010 75.858 74.707 73.556
Tugu 32.041 34.955 38.187 41.419 44.651 47.883
Genuk 99.508 109.366 121.568 133.771 145.973 158.175
Pedurungan 181.629 189.590 199.553 209.515 219.478 229.440
Tembalang 159.066 178.440 201.963 225.486 249.010 272.533
Gajahmungkur 63.766 64.858 65.949 67.040 68.130 69.221
Banyumanik 133.489 140.515 148.111 155.706 163.302 170.898
Gayamsari 74.122 74.297 74.267 74.237 74.207 74.178
Ngaliyan 126.734 141.502 154.492 167.481 180.471 193.461
Mijen 63.348 69.644 78.498 87.352 96.206 105.060
Gunungpati 79.984 85.536 92.834 100.132 107.430 114.728
Total, Semarang 1.602.717 1.667.863 1.740.535 1.813.207 1.885.879 1.958.552
Laju pertumbuhan
keseluruhan tahunan 0,80% 0,88% 0,84% 0,81% 0,78% 0,75%

Jumlah total penduduk Semarang


2010-2016 (aktual)
2016-2040 (perkiraan)
2,500,000

2,000,000

1,500,000

1,000,000

500,000

Gambar 3 Perkiraan jumlah penduduk Semarang 2010-2040

Laju pertumbuhan telah dibuat pada tingkat konservatif, relatif rendah, sesuai
dengan perkembangan selama 6 tahun terakhir hingga tahun 2017. Format ini
adalah dasar bagi revisi jumlah timbulan sampah.

Document1
32 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

2.5 Faktor sosio-ekonomi


Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan timbulan
sampah. Tingkat pertumbuhan belanja konsumsi rumah tangga tahunan di
tahun 2011-2016 adalah sebagaimana ditunjukkan di bawah ini:

Tabel 11 Angka pertumbuhan belanja konsumsi RT 2011-2016

Kota Semarang 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Harga variabel 5,61 % 5,65% 5,28% 4,77% 4,50% 6,85%

Harga konstan, miliar Rp 35.933 37.951 40.095 42.211 44.223 46.213

Perubahan Tahunan 5,61% 5,65% 5,28% 4,77% 4,50%

Sumber: BPS Kota Semarang

Tingkat pertumbuhan konsumsi domestik yang tinggi akan mempengaruhi


tingkat timbulan sampah per kapita. Bahkan untuk negara-negara Eropa yang
“maju”, telah terbukti sulit untuk tidak menyertakan timbulan sampah ketika
membahas pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, untuk mengembangkan
sistem timbulan sampah di Kota Semarang di masa mendatang, perlu adanya
sebuah skenario profil pertumbuhan timbulan sampah di masa depan di Kota
Semarang, pertumbuhan belanja rumah tangga akan diterapkan.

Pendapatan rumah tangga merupakan penentu jumlah dan komposisi sampah


yang dihasilkan. Analisa keterjangkauan iuran sampah bagi warga dimulai
dengan pengkajian pendapatan rumah tangga. Dengan demikian penting
menganalisa tingkat pendapatan rumah tangga.

Tabel berikut menunjukkan tingkat keterjangkauan iuran pengelolaan sampah


(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan) untuk rumah tangga,
mengasumsikan bahwa tingkat kesanggupan membayar untuk pelayanan
pengelolaan sampah sebesar 1% dari pendapatan rumah tangga.

Tabel 12 Tingkat kesanggupan rumah tangga, 2016

2015
Total belanja konsumsi rumah tangga Semarang, Rp 46.213.000.000.000
Jumlah rumah tangga 471.327
Jumlah penduduk 1.589.976
Per kapita 29.065.219
1% kesanggupan membayar untuk pengelolaan dan 290.652
pembuangan sampah, Rp/tahun/orang
Per rumah tangga 98.048.701
1% kesanggupan membayar untuk pengelolaan dan 980.487
pembuangan sampah, Rp/tahun

Tabel tersebut tidak mencerminkan distribusi pendapatan lintas kelompok


pendapatan rendah, menengah, dan tinggi). Hal ini harus dipertimbangkan saat
menentukan tingkat keterjangkauan proyek apa pun dalam sektor pengelolaan
sampah jika akan didanai oleh iuran. Oleh karena itu, diperlukan analisa
keterjangkauan yang benar.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 33

2.6 Timbulan sampah dan perkiraannya

2.6.1 Jumlah sampah


Perhitungan jumlah sampah didasarkan pada sejumlah asumsi. Sebagian besar
diambil dari Rencana Induk saat ini, seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini.

Tabel 13 Tingkat unit timbulan sampah, Semarang

Sumber Jumlah Per Total Unit Total Timbulan sampah


unit unit jumlah timbulan (liter/orang/hari)
(2012- (liter/hari)
13)
Domestik
Pemukiman 1.579.310 Penduduk 4.365.724 2,76
Non Domestik
Sekolah 1.616 352 569.556 Siswa 207.583 0,1314
Perkantoran 126 70 8.857 Karyawan 6.016 0,0038
Pertokoan 13.234 8 107.195 Karyawan 242.818 0,1537
Rumah makan 2.150 106 227.713 Pengunjung 125.479 0,0795
Rumah sakit 54 446 24.084 Orang 133.138 0,0843
Klinik 109 35 3.846 Orang 4.169 0,0026
Poliklinik 381 6 2.286 Orang 4.311 0,0027
Pasar 52.028 6 306.594 Pelapak 674.402 0,4270
Hotel 168 130 21.888 Pengunjung 34.328 0,0217
Kawasan Industri 3.075 6 18.450 Karyawan 22.211 0,0141
Total 5.820.181 3,69
Sumber: Rencana Persampahan Semarang, 2013, dimodifikasi oleh COWI

Mengacu pada tabel di atas, angka unit timbulan sampah yang diperlihatkan
berasal dari contoh yang diambil dari kawasan perkotaan, dari penghasil
sampah yang berbeda. Kegiatan-kegiatan non-RT penghasil sampah yang
beragam ini kemudian dikonversikan ke dalam ekuivalen per kapita. Metodologi
memungkinkan untuk memperlihatkan total timbulan sampah dari kota sebagai
sebuah proporsi langsung dari jumlah penduduk.

Berdasarkan ini, timbulan sampah di Semarang saat ini diperkirakan mencapai


3,69 liter per orang per hari, setara dengan sekitar 0,57 kg/orang/hari,
termasuk sampah sejenis rumah tangga dari sumber-sumber non-domestik.
Angka-angka ini dianggap realistis untuk situasi saat ini, dibandingkan kota-kota
serupa di daerah tersebut, dan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan
Semarang, namun angka-angka tersebut mungkin tidak akurat karena sebagian
didasarkan pada perkiraan.

Perkembangan yang diantisipasi dari angka unit timbulan sampah sebagai akibat
dari pertumbuhan ekonomi yang diprediksikan diperlihatkan dalam tabel berikut.

Document1
34 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 14 Kenaikan angka timbulan sampah unit tahunan

Sumber domestik dan


produsen sampah 2017 2020 2025 2030 2035 2040
lainnya
Sampah 2,5% 2,3% 2,3% 2,0% 1,5% 1,5%
Sumber: Perkiraan COWI

Berdasarkan a) perkiraan perkembangan penduduk dan b) perkiraan


pertumbuhan ekonomi dan juga perkiraan laju angka timbulan sampah per unit,
tabel berikut ini memperlihatkan pengkinian kuantitas sampah yang
diperkirakan akan dihasilkan per kecamatan di Semarang

Tabel 15 Kuantitas sampah yang diramalkan 2017 – 2040

Kecamatan 2017 2020 2025 2030 2035 2040


(Ton/tahun) Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan
Semarang Tengah 15.887 16.624 17.816 18.886 19.664 20.125
Semarang Timur 17.519 18.327 19.663 20.871 21.761 22.304
Semarang Utara 29.356 31.560 35.490 39.559 43.406 46.931
Semarang Barat 36.199 38.548 42.661 46.792 50.515 53.727
Semarang Selatan 17.875 18.381 19.114 19.584 19.613 19.193
Candisari 18.112 19.258 21.259 23.257 25.040 26.560
Tugu 7.584 8.613 10.542 12.698 14.966 17.290
Genuk 23.439 26.946 33.560 41.012 48.928 57.115
Pedurungan 42.174 46.713 55.088 64.234 73.565 82.848
Tembalang 37.744 43.965 55.753 69.130 83.464 98.408
Gajahmungkur 14.747 15.980 18.206 20.553 22.836 24.995
Banyumanik 31.228 34.621 40.887 47.737 54.736 61.709
Gayamsari 17.069 18.306 20.502 22.760 24.873 26.784
Ngaliyan 30.712 34.864 42.648 51.347 60.491 69.856
Mijen 14.776 17.159 21.670 26.781 32.246 37.936
Gunungpati 18.641 21.075 25.627 30.699 36.009 41.427
Total, Semarang 373.063 410.940 480.484 555.899 632.113 707.206
Ton/hari 1.022 1.126 1.316 1.523 1.732 1.938
Per kapita – kg/hari
Termasuk sampah
0,63 0,68 0,75 0,83 0,90 0,94
dari lembaga-
lembaga, dll
Sumber: Perkiraan COWI

Keterangan:

› Tingkat timbulan sampah untuk Indonesia pada tahun 2025 yang diprediksi
oleh Bank Dunia adalah 0,85 kg/kapita*hari (naik dari level saat ini yaitu
0,5 kg/kapita*hari), yang menunjukkan timbulan sampah yang sedikit lebih
rendah dari rerata di negara lain dalam kelompok pendapatan menengah ke
bawah

› Perkiraan timbulan sampah Kota Semarang memprediksikan angka


timbulan sampah unit sebesar 0,75 kg/kapita*tahun dibandingkan dengan
tingkat yang diprediksi Bank Dunia sebesar 0,85 kg/kapita*tahun untuk
tahun 2025, yang dianggap tinggi dibandingkan kota-kota yang serupa di
kawasan tersebut.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 35

2.6.2 Komposisi sampah


Rencana Persampahan Kota Semarang melaporkan hasil survei lapangan.
Sebuah ringkasan temuan diperlihatkan di bawah bersama dengan hasil survei
serupa dari Cilacap, Jawa Tengah (2015) dan buku tahunan statistik limbah
padat Indonesia tahun 2008.

Tabel 16 Perkiraan komposisi sampah

Komposisi sampah Semarang 2013 TPA Jeruk Legi, Buku tahunan statistik
(perkiraan)1 Cilacap 2015 sampah Indonesia
2008
Sampah organik 61% 67% 58%
Kertas 11% 6% 9%
Plastik 16% 17% 14%
Logam 1% 1% 2%
Kaca 2% 1% 2%
Lain-lain 9% 8% 15%
Sumber: Rencana Persampahan Semarang, 2013 dan Studi Kelayakan sarana RDF Cilacap
2016

Ketiga sumber terrsebut tidak berbeda jauh dalam indikasi komposisi sampah di
sumber tersebut. Ini beralasan untuk meyakini bahwa komposisi mungkin akan
berubah dengan meningkatnya jumlah sampah. Pada umumnya, akan terdapat
lebih sedikit sampah organik dan lebih banyak sampah kemasan (kardus, kaca,
botol plastik) dengan meningkatnya jumlah sampah. Namun, sulit untuk
mengukur kecenderungan secara tepat, dan sebuah upaya telah dilakukan untuk
memperbarui aliran sampah di masa yang akan datang dengan menerapkan
perubahan pada model yang dipakai.

Dengan menerapkan komposisi perkiraan sampah Kota Semarang saat ini, dapat
dibuat perkiraan nilai kalori sampah sebagaimana ditunjukkan pada tabel
berikut.

Tabel 17 Perkiraan nilai kalori sampah Kota Semarang

Berat Kelembaban Zat padat Abu Bahan mudah Tinggi Rendah


% % % % terbakar % KJ/kg KJ/kg
Bahan makanan 61% 66% 34% 13% 21% 17000 1905
Plastik 16% 29% 71% 8% 63% 33000 20147
Kain 7% 33% 67% 4% 63% 20000 11793
Kertas dan karton 11% 47% 53% 6% 47% 16000 6435
Kulit & karet 1,5% 11% 89% 26% 63% 23000 14267
Kayu 0% 35% 65% 5% 60% 17000 9310
Logam 1% 6% 94% 94% 0% 0 -147
Kaca 2% 3% 97% 97% 0% 0 -73
limbah lembam 1% 10% 90% 90% 0% 0 -245
Rerata berat 1 52.72% 47.29% 6129
Nilai kalori MJ/kg 6.1

1 Akan tetapi, Rencana Induk juga menyajikan angka yang jauh lebih rendah untuk
kandungan organik sampah, yaitu hanya 31,6% dan menggunakan ini dalam perhitungan.
Ini dianggap tidak tepat.

Document1
36 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Sebagaimana dapat dilihat, nilai kalori diperkirakan mencapai sekitar 6,1 Mj/kg
yang tergolong lebih rendah daripada nilai operasi minimum untuk alat
pembakaran sampah standar (rata-rata setahun lebih dari 6,5 MJ/kg biasanya
dikehendaki untuk mempertahankan pembakaran yang terus-menerus tanpa
penggunaan berlebihan dari bahan bakar pendukung berbasis fosil yang mahal,
dan nilai limbah padat perkotaan di negara berkembang adalah 9 – 10 MJ/kg).

2.7 Evaluasi sistem saat ini dan tantangan


khusus persampahan Semarang
Bagian ini menyoroti beberapa tantangan khusus yang perlu ditekankan karena
dampaknya terhadap pemilihan skenario di masa depan atau karena termasuk
baru jika dibandingkan Rencana Induk 2013.

2.7.1 Jangkauan wilayah layanan


Tantangan utama di bidang pengelolaan sampah di Semarang adalah jangkauan
wilayah layanan; beberapa rumah tangga tidak mendapatkan layanan
pengumpulan sampah. Namun, telah ada perkembangan sejak Rencana Induk
2012/13.

Tabel berikut ini meringkas laporan Rencana Induk pada tingkat pelayanan,
dibandingkan dengan tingkat pelayanan saat ini sebagaimana dilaporkan oleh
DLH Semarang.

Tabel 18 Rencana Induk Semarang 2012/13 dengan indikasi tingkat layanan

Penduduk Sampah Sampah Penduduk Sampah Penduduk


Kecamatan/ yang yang yang dilayani yang yang dilayani
Penduduk dihasilkan dikumpulkan dikumpulkan
- ton/tahun
Semarang Tengah 71.202 14,816 100% 100% 14.816 71.202
Semarang Timur 78.333 16,300 48% 90% 7.824 70.500
Semarang Utara 128.260 26,689 29% 100% 7.740 128.260
Semarang Barat 160.207 33,337 43% 100% 14.335 160.207
Semarang Selatan 82.719 17,213 77% 100% 13.254 82.719
Candisari 79.943 16,635 41% 100% 6.820 79.943
Tugu 31.541 6,563 45% 57% 2.953 18.023
Genuk 94.697 19,705 19% 62% 3.744 58.277
Pedurungan 179.185 37,286 18% 75% 6.712 134.389
Tembalang 147.068 30,603 17% 75% 5.203 110.301
Gajahmungkur 63.887 13,294 62% 100% 8.242 63.887
Banyumanik 130.602 27,177 27% 91% 7.338 118.730
Gayamsari 74.503 15,503 39% 100% 6.046 74.503
Ngaliyan 124.075 25,819 14% 60% 3.615 74.445
Mijen 58.189 12,108 0% 14% - 8.315
Gunungpati 77.026 16,028 0% 13% - 9.628
33% 79% 108.642 1.263.328
Total, Semarang 329,079
1.581.437

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 37

Berdasarkan tabel tersebut, tingkat layanan di tahun 2012/13 hanya mencapai


sekitar 33% yang berarti hanya sekitar 33% sampah yang dikumpulkan.
Sebagai perbandingan, menurut DLH, 79% dari kelurahan-kelurahan yang ada
talah mendapatkan layanan. Selain itu, TPA Jatibarang menerima sampah
dengan jumlah sekitar 750 ton/hari, sama dengan sekitar 275.000 ton/tahun
atau sekitar 83% dari sampah yang dihasilkan.

Tabel berikut menunjukkan perkiraan tingkat pengumpulan sampah saat ini


berdasarkan angka yang didapatkan dari DLH sebagai bagian dari proyek saat
ini. Data didasarkan pada informasi mengenai masing-masing kelurahan di
kecamatan.

Tabel 19 Perkiraan jangkauan pengumpulan sampah saat ini (2017) di Kota


Semarang

Kecamatan/ 2016 2017 Perkiraan


Penduduk
Penduduk Penduduk Penduduk Sampah yang - dari - dari Tingkat
dengan tanpa dihasilkan penduduk penduduk pelayanan
layanan layanan ton/tahun dengan tanpa
persampahan layanan layanan
Semarang
69.711 69.711 0 16.012 16.012 0 100%
Tengah
Semarang
76.608 76.608 0 17.596 17.596 0 100%
Timur
Semarang
127.132 127.132 0 29.201 29.201 0 100%
Utara
Semarang
157.554 157.554 0 36.189 36.189 0 100%
Barat
Semarang
79.162 79.162 0 18.183 18.183 0 100%
Selatan
Candisari 78.863 78.863 0 18.114 18.114 0 100%
Tugu 32.041 28.569 3.472 7.360 6.562 797 89%
Genuk 99.508 79.293 20.215 22.856 18.213 4,643 80%
Pedurungan 181.629 138.335 43.294 41.718 31.774 9,944 76%
Tembalang 159.066 144.333 14.733 36.536 33.152 3,384 91%
Gajahmungkur 63.766 63.766 0 14.646 14.646 0 100%
Banyumanik 133.489 133.489 0 30.661 30.661 0 100%
Gayamsari 74.122 74.122 0 17.025 17.025 0 100%
Ngaliyan 126.734 95.218 31.516 29.110 21.871 7,239 75%
Mijen 63.348 19.420 43.928 14.550 4.461 10,090 31%
Gunungpati 79.984 30.658 49.326 18.372 7.042 11,330 38%
Total 1.602.717 1.396.233 206.484 368.129 320.702 47,427 87%
Ton per hari 1.009 879 130

Permasalahan yang ada adalah bahwa tidak semua produsen sampah dilayani
oleh layanan pengumpulan sampah. Menurut informasi dari DLH Semarang,
sekitar 13% penduduk tidak memiliki akses terhadap layanan sampah. Angka
tersebut didasarkan pada ringkasan mengenai kelurahan-kelurahan yang mana
yang dilayani, dan jumlah penduduknya. Layanan yang diberikan meliputi
penyediaan peralatan di TPS/TPST dan layanan pengumpulan sampah dengan
gerobak/gerobak motor. Namun, terbukti bahwa tidak seluruh sampah
dikumpulkan, bahkan tidak pula dari kelurahan-kelurahan yang dilayani.

Document1
38 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Salah satu cara untuk memastikan hal ini adalah dengan membandingkan
jumlah perkiraan sampah yang dihasilkan oleh penduduk dengan jumlah yang
diterima di TPA Jatibarang.

Gambar berikut memperlihatkan jumlah sampah pertahun yang memasuki TPA


Jatibarang, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penimbangan sampah di
pintu masuk.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata 780 ton/hari sampah masuk ke


TPA. Jumlah tersebut dibandingkan dengan 879 ton yang dihasilkan dari daerah
yang dilayani. Dapat diperkirakan terdapat perbedaan sekitar 100 ton/hari. Hal
ini mungkin disebabkan oleh:

› Bahan yang dapat didaur ulang yang ditemukan dan dipisahkan dari limbah
selama pengumpulan/pengangkutan atau di TPS

› Ketidakakuratan dalam perkiraan timbulan sampah

› Sampah tidak dikumpulkan dari daerah yang dilayani di mana penduduk


memilih cara lain untuk membuang sampah

Kemungkinan yang terakhir jelas merupakan fakta karena sampah yang tidak
terkumpul dapat ditemukan di seluruh kota, tidak hanya di
kelurahan/kecamatan yang tidak mendapat layanan saja.

Tabel 20 Data jembatan timbang TPA Jatibarang, 2016

Bulan Sampah yang masuk Rerata sampah yang


ton/bulan masuk/hari
Januari 18.092 584
Februari 22.321 770
Maret 23.362 754
April 23.561 785
Mei 24.882 803
Juni 23.943 798
Juli 22.961 741
Agustus 23.195 748
September 24.805 827
Oktober 26.194 845
November (perkiraan) 26.223 846
Desember (perkiraan) 26.748 863
2016 (Prediksi) 286.287
Rerata per bulan/day 23.857 780

Daur ulang dilakukan di sepanjang rute pengangkutan antara produsen dan


tempat pembuangan akhir. Tidak memungkinkan pada tingkatan ini untuk
memperkirakan seberapa banyak proses daur ulang ini terjadi. Jika semua
sampah yang tidak terhitung (100 ton/hari) dapat dianggap didaur ulang, berarti
sekitar 10% limbah saat ini didaur ulang, yang mungkin merupakan asumsi
yang tidak masuk akal.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 39

Dengan memasukkan sampah yang tidak terkumpul dari daerah yang


mendapatkan layanan, sampah yang dihasilkan dari daerah yang tidak
mendapatkan layanan, dan jumlah sampah yang tidak dapat dihitung, total
jumlah sampah yang tidak dikumpulkan dari seluruh wilayah kota diperkirakan
tidak kurang dari 130 ton/hari, atau bahkan mungkin sebanyak 180 ton/hari,
tergantung seberapa besar tingkat daur ulang.

Pendapat ini harus dikaji dengan hati-hati karena semua perhitungan didasarkan
pada satu angka, yaitu perkiraan angka timbulan sampah per kapita unit.
Perubahan apapun dalam angka tersebut akan mempengaruhi semua hal di atas
kecuali data penimbangan dari TPA yang sudah pasti akurat.

Gambar 4 Kelurahan-kelurahan di Semarang yang mendapatkan layanan


persampahan, 2017. Peta ini menunjukkan posisi TPS/TPST, TPA, dan rute
utama untuk kendaraan pengumpul/pengangkut (sumber DLH)

2.7.2 Pengumpulan lokal


Cara umum pengumpulan sampah biasanya adalah penduduk meletakkan
sampah mereka di tempat sampah sepanjang jalan yang nantinya akan diambil
oleh petugas sampah kota menggunakan gerobak dorong, gerobak sepeda, atau
(yang lebih canggih) dengan gerobak motor. Pengumpulan sampah dilakukan

Document1
40 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

beberapa kali (hingga 5 kali) sehari. Para pemulung mungkin menggunakan


kesempatan itu untuk memindahkan barang yang masih berharga/barang yang
dapat didaur ulang dari keranjang sampah sesuai keinginan mereka, dan
penduduk juga dapat membawa barang yang dapat didaur ulang ke pengepul
setempat, atau menggunakan aplikasi ponsel untuk mengiklankan limbah daur
ulang tersebut.

Ketika dikumpulkan, sampah tersebut dibawa ke tempat


pengumpulan/pemindahan lokal (TPS) di mana sampah diletakkan di atas tanah,
dalam kotak permanen, atau langsung di dalam kontainer angkut. Jika
diletakkan di tanah atau di dalam kotak, limbah tersebut pada akhirnya akan
dipindahkan ke kontainer angkut yang pada akhirnya akan diangkut ke tempat
pembuangan akhir (yang saat ini adalah TPA Jatibarang).

Sebagian sampah dikumpulkan langsung ke truk arm roll dari tempat sampah
pinggir jalan ketika truk lewat, dan sebagian sampah dikumpulkan langsung dari
berbagai institusi, sekolah, dan lain-lain yang juga diangkut ke dalam truk atau
ditempatkan langsung dalam kontainer angkut di atas truk.

Menurut data yang diperoleh dari DLH, peralatan berikut tersedia untuk layanan
pengangkutan sampah di kota. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 21 Persediaan sarana prasarana saat ini oleh DLH, Kota Semarang, 2017

Sarana/prasarana Tersedia di kecamatan/kelurahan


Tempat Pembuangan Sampah Terpadu dengan 20
3R (TPST 3R)
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 261
Kontainer sampah, 6 m³ 453
Gerobak motor roda dua 19
Gerobak motor roda tiga 39
Gerobak motor roda empat 29

Selain itu, sejumlah besar tempat pengumpulan sampah yang berbeda tersedia
di seluruh pelosok kota. Banyak dari sarana prasarana tersebut, kecuali
sebagian besar gerobak motor roda tiga, yang sudah usang dan memerlukan
perbaikan/penggantian.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 41

Gambar 5 Tempat pengumpulan sampah di kawasan pemukiman, Semarang

Gambar 6 Gerobak motor untuk mengumpulkan sampah

Document1
42 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 7 Gerobak untuk mengumpulkan sampah untuk dipindahkan dari penghasil


sampah (rumah tangga, dll) ke TPS (atau TPST). Gerobak manual
sekarang digantikan oleh gerobak motor (Tossa).

Gambar 8 Truk arm roll dan gerobak pengumpul sampah di sebuah TPS, Semarang

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 43

Gambar 9 TPS di Kelurahan Gayamsari, Semarang

Gambar 10 Titik pengumpulan/TPS di Semarang Tengah

Document1
44 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 11 Truk arm roll di TPA Jatibarang

2.7.3 Pengangkutan
Pengangkutan sampah dari TPS/TPST dan dari pengumpulan secara langsung
disediakan oleh DLH menggunakan truk arm roll dan truk sampah biasa. Seluruh
sampah tersebut dibawa ke TPA Jatibarang.

Tabel 22 Pasokan sarana pengangkutan saat ini oleh DLH, Kota Semarang, 2017

Sarana Tersedia di Sarana pusat Total


kecamatan/kelurah
an
Truk arm roll untuk kontainer 6 m³ 81 10 91
Truk sampah 17 8 25

Peta di Gambar 4 menunjukkan pengumpulan sampah terkini dan rute


pengangkutan utama untuk layanan persampahan di Semarang. Rute
pengumpulan terinci ditentukan dan dipelihara oleh DLH.

2.7.4 Pembuangan di TPA Jatibarang


TPA Jatibarang berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir untuk kota
Semarang. Saat ini TPA tersebut menerima sekitar 780 ton/hari sampah.
Menurut informasi yang tersedia dari DLH, tidak ada limbah industri atau limbah
berbahaya yang dibuang di TPA.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 45

Tabel 23 Data jembatan timbang dari TPA Jatibarang, 2016

Bulan Jumlah (ton/bulan) Ton/hari


Januari 18.092 584
Februari 22.321 770
Maret 23.362 754
April 23.561 785
Mei 24.882 803
Juni 23.943 798
Juli 22.961 741
Agustus 23.195 748
September 24.805 827
Oktober 26.194 845
November (perkiraan) 26.223 846
Desember (perkiraan) 26.748 863
2016 (Prediksi) 286.287
Rerata per bulan/hari 23.857 780
Sumber: DLH

Total kawasan TPA Jatibarang adalah 40 hektar, di mana sekitar 9 hektar saat
ini digunakan atau dipenuhi oleh sampah. Tempat ini berlereng curam. Lahan
yang tersedia tidak lebih dari sekitar 22 hektar, termasuk kawasan aktif saat ini
dan kawasan yang telah dipenuhi sampah (lihat gambar di bawah).

TPA ini dimiliki dan dioperasikan oleh Kota Semarang (PEMKOT Kota Semarang)
dan dijalankan oleh DLH Kota Semarang. TPA ini telah beroperasi sejak tahun
1993 dan terletak sekitar 12 km barat daya pusat kota Semarang.

TPA ini memiliki 3 zona, yaitu sebuah zona tidak aktif yang saat ini ditutup dan
direhabilitasi untuk proyek gas TPA (lihat di bawah), sebuah zona aktif di mana
pembuanagan dilakukan, dan sebuah zona tidak aktif yang kebanyakan
digunakan untuk penimbunan tanah. Tidak ada pembatas tanah liat buatan
maupun alami di bawah sampah. Terdapat jaringan pengumpulan lindi yang
menyalurkan lindi ke sarana pengolahan yang terletak di ujung selatan lokasi
dan dapat diakses dari jalan akses. Juga terdapat rumah pompa dengan sebuah
genset kecil dan beberapa pompa. Lindi diolah dengan penggabungan proses
anaerobik dan aerobik. Tampak beberapa aerator yang dioperasikan di kolam
aerobik.

Sarana lainnya meliputi gedung perkantoran, jembatan timbang, dan jalan


lingkar ke tempat pengolahan. Sarana bergerak mencakup bulldozer,
ekskavator, wheel loader (pemuat beroda), dan truk sampah.

Rancangan TPA yang ada saat ini belum diketahui dengan jelas, namun bisa
dipastikan tanpa perlindungan lapisan bawah. Akan tetapi, lindi dikumpulkan
dan diolah di sarana pengolahan biologis sampai batasan tertentu. Sebuah
sarana pengolahan biologis yang baru sedang dibangun.

Sampah didistribusikan dengan menggunakan bulldozer, sebuah wheel loader,


dan ekskavator. Namun kehadiran ratusan pemulung dan beberapa ratus ekor
sapi memiliki dampak terhadap pengoperasian mesin dan jumlah sampah yang

Document1
46 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dibuang. Tampaknya hal tersebut juga berdampak terhadap pemadatan sampah


di TPA, yang tampaknya cukup tinggi.

Dari karakterisasi sampah yang ditampilkan di atas, diperkirakan sekitar 66%


merupakan sampah organik yang dapat diuraikan (sisa makanan, sampah
kebun, dan kayu). Suatu pengamatan visual tidak dapat memastikan prosentase
sampah organik yang cukup tinggi ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh proses
penguraian sampah organik yang cepat di tingkat permukaan, dan selain itu
juga dimakan oleh sapi.

Meskipun sudah ada niat untuk mengoperasikan TPA Jatibarang sebagai TPA
saniter, menurut standard ini hanya dapat digolongkan sebagai TPA/tempat
pembuangan sampah yang tidak terkontrol, namun dengan beberapa
perlindungan lingkungan melalui pengolahan lindi. Agar dapat digolongkan ke
dalam TPA saniter, beberapa hal berikut ini paling sedikit harus tersedia di
lokasi: lapisan penutup dasar (buatan atau alami), pengelolaan menyeluruh
untuk gas, pengelolaan menyeluruh untuk air permukaan, pengelolaan
menyeluruh untuk lindi, jadwal penutupan pembuangan sampah harian, akses
terbatas untuk orang-orang yang tidak berwenang, dsb. Sehingga permasalahan
yang sering terjadi seperti kebakaran, kontaminasi air permukaan dan air tanah,
polusi udara, bau dan yang lainnya dapat diidentifikasi.

Gambar berikut menunjukkan rencana lokasi terkini dan peta topografi kawasan
tersebut.

Kawasan A adalah yang akan ditutup oleh proyek DANIDA (akan dibahas
kemudian) pada tahun 2018. Kawasan B adalah zona aktif yang diusulkan
hingga sarana dibangun. Kawasan C adalah area pengolahan air limbah dan
pembangunan sarana pengolahan sampah di masa mendatang, dan kawasan D
ditujukan untuk sarana umum.

Dapat dilihat nanti dalam laporan, rencana pelaksanaan ini sebenarnya tidak
realistis. Penyebabnya adalah karena proyek DANIDA saat ini mencakup sebuah
kawasan yang lebih luas daripada yang ditunjukkan pada sketsa (yaitu lebih dari
kawasan A). Jika kapasitas TPA yang memadai harus diadakan untuk tujuan
masa depan (dan memang harus!), TPA harus diperluas ke daerah D. Ini berarti
bahwa kawasan sarana umum harus dibangun di luar kawasan A-D.

Terlebih lagi, kawasan C tidak dapat digunakan untuk penimbunan karena telah
direncanakan sebagai tempat berbagai sarana, seperti sarana pengolahan baru,
dan yang terpenting, kawasan C hanya memiliki sekitar 4 hektar lahan untuk
pembangunan sarana tersebut, yang mungkin tidak memadai untuk
pengembangan tersebut. Hal ini karena kawasan C yang terletak di barat jalan
merupakan lahan yang sangat curam yang tidak sesuai untuk pembangunan.
Hal ini akan dibahas dalam sebuah laporan terpisah.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 47

Gambar 12 Rencana kawasan Jatibarang (2015) oleh DLH, Semarang

Document1
48 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 13 Peta topografi TPA Jatibarang, (2017) oleh ESP3

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 49

2.7.5 Kegiatan pembuatan kompos di TPA Jatibarang


Di sekitar TPA Jatibarang, terdapat sebuah sarana pengolahan sampah
terintegrasi yang didirikan oleh PT. Narpati Agung Karya Persada Lestari di
tahun 2011. Sarana tersebut berbatasan dengan kawasan sebelah barat laut
TPA (lihat gambar 12, kawasan utara dari Zona A). Telah diketahui bahwa
perusahaan tersebut akan mengolah 250 ton/hari sampah segar yang diterima
di TPA Jatibarang. Proses yang dilakukan oleh PT. Narpati meliputi penggolongan
(grading) dan pembuatan kompos, dengan menggunakan sistem open windrow,
yang dibangun di bawah atap sarana tersebut. Hasil kompos yang dibuat
berbentuk granulasi dijual dalam kantung dan curah. Rencana operasional PT.
Narpati yang asli adalah di tahun kelima operasinya, PT. Narpati sudah akan
mampu mengolah seluruh sampah yang masuk ke TPA Jatibarang.

Namun, dari pengamatan di lapangan, hal-hal berikut dapat disimpulkan:

› Saat ini tampaknya tidak ada sampah segar yang sedang diolah oleh pabrik
tersebut, dan tidak ada truk yang diarahkan menuju pabrik tersebut dari
jembatan timbang.

› Perusahaan ini justru menggali sampah dari bagian TPA yang sudah sangat
tua, yang terletak di ujung utara TPA.

› Kegiatan penambangan sampah ini tampaknya memberikan jumlah yang


diharapkan oleh Perusahaan. Bahan-bahan yang diambil bersifat usang,
sampah yang telah terurai, dan mengandung sejumlah besar plastik.

› Proses yang dilakukan sebagian besar adalah grading dan pematangan


kompos di bawah atap sebelum dikirim.

Karena kegiatan penambangan sampah dilakukan di luar kawasan TPA yang


sekarang, dan berupa materi sampah usang yang banyak sekali, maka
penambangan tersebut justru tidak membebaskan ruang yang akan dipakai
untuk pengembangan sel saniter di kawasan tersebut.

2.7.6 Proyek DANIDA


Kedutaan Kerajaan Denmark, Jakarta/DANIDA bekerja sama dengan beberapa
Kementrian telah memprakarsai sebuah proyek "Pengolahan dan Konversi Gas
TPA di TPA Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia" di lokasi. Tujuan
umum proyek tersebut adalah untuk menutup kawasan TPA aktif saat ini dan
mendirikan sebuah sarana untuk menghasilkan listrik dari gas metana yang
dihasilkan di dalam sel-sel.

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk proyek ini mencakup penutupan


TPA, kegiatan pengurukan, pemasangan sistem pengumpulan gas,
pengangkutan gas yang terkumpul ke mesin gas dan generator, dan akhirnya
penyambungan listrik ke jaringan nasional.

Document1
50 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Dengan mempertimbangkan jumlah sampah yang tercatat masuk ke TPA setiap


tahun dan perkiraan masa pakai TPA, maka dapat diperkirakan bahwa kira-kira
total sebanyak 3,5 juta ton sampah telah dibuang saat ini, dan sekitar 5,5 juta
ton sampah secara keseluruhan akan dibuang ke lokasi ini hingga penutupan
TPA di tahun 2025.

Sampah telah dibuang ke lokasi yang berbeda-beda di TPA tersebut, bukan


hanya di zona A dan B (lihat gambar 12), yang merupakan kawasan yang akan
ditutup sebagai bagian dari proyek saat ini. Jumlah sampah yang ada di zona A
dan B hanya dapat diperkirakan. Volume realistis mencapai sekitar 1,75 juta m³,
yang berarti bahwa badan sampah seharusnya sudah memiliki tinggi sekitar 19
m. Ini kurang lebih sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukan.

Jadwal untuk proyek konversi gas TPA saat ini adalah sebagai berikut.

› Penutupan dan pengurukan sel-sel yang ada saat ini, zona A dan B, Agustus
– November 2017
› Pembangunan dan Proyek Gas menjadi Energi, Agustus 2017 hingga April
2018
› Beroperasinya sarana pengolahan Gas menjadi Energi, April 2018
› Penutupan dan pengurukan bagian pertama zona D di tahun 2022
› Penutupan dan pengurukan bagian kedua zona D di tahun 2026

Dengan menggunakan jadwal pelaksanaan yang ditampilkan di atas dan sebuah


pendekatan konservatif dalam hal jumlah dan komposisi sampah, perkiraan
produksi gas dan pengumpulan gas akan disajikan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 14 Pengumpulan gas untuk ketiga zona, total pengumpulan gas, dan pemakaian
gas untuk mesin gas dengan kapasitas 0,6; 1,2; dan 1,8 MWe

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 51

Dengan perkiraan pengumpulan gas TPA yang telah disesuaikan, mesin gas
maksimum yang dibutuhkan di tahun 2018 adalah mesin gas dengan kekuatan
0,6 MW (untuk gas dari zona A+B). Setelah penutupan dan pengurukan zona D,
mesin gas sebesar 0,4 MW dapat dipasang.

Selama jumlah sampah dan komposisi sampah masih meragukan dan rencana
pengembangan serta pelaksanaan belum final, ukuran spesifik mesin gas belum
dapat ditentukan dan dipilih. Oleh karena itu, proyek saat ini akan
diselenggarakan dalam dua tahap.

Tahap pertama meliputi:

› penutupan dan pengurukan zona A+B


› pembuatan sumur pengumpulan gas
› pemasangan suar minimum setelah 1-2 bulan proyek beroperasi

Tahap kedua meliputi:

› penentuan ukuran mesin gas


› pemasokan dan pemasangan mesin gas
› penyambungan ke jaringan listrik

Hal ini akan memastikan bahwa mesin gas tidak terlalu besar kapasitasnya.

2.7.7 Pengembangan baru di Jatibarang

Perluasan TPA
Sebagaimana disebutkan di atas, kapasitas TPA baru harus dibangun di zona D
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 12 demi kelangsungan kegiatan di
TPA. Penjelasan berikut ini akan memberikan solusi yang memungkinkan untuk
mengembangkan kapasitas TPA tambahan di lokasi ini.

Lahan di zona D tidak ideal untuk pengembangan TPA karena berlokasi di atas
punggung perbukitan. Namun demikian, volume tambahan sekitar 500.000 m³
dapat dikembangkan. Berdasarkan angka pembuangan sampah saat ini,
pengembangan tersebut hanya akan menyediakan ruang selama dua tahun.
Oleh karena itu, berbagai cara direncanakan untuk mengurangi jumlah sampah
yang ditimbun di TPA.

Rancangan sel baru tersebut diusulkan agar sesuai dengan standar Indonesia
sebagaimana dijelaskan oleh Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No. nr.
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.

Untuk pembangunan sel-sel TPA yang baru, perubahan-perubahan besar berikut


dibutuhkan untuk lokasi yang telah ada:

› Pengurukan di bagian baji (hingga 10-15 m)

Document1
52 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Penyelarasan jalan akses dan pemindahan beberapa gudang

› Pembongkaran kolam pengumpul lindi yang ada saat ini

› Pembuangan sampah yang ditimbun di sebelah utara-barat kawasan zona


III – ini akan menjadi bagian dari proyek penutupan di bawah proyek LFG
DANIDA

› Penggalian besar-besaran di zona II karena permukaan yang


bergelombang. Kelebihan tanah akan digunakan untuk menguruk bagian
baji dan sebagian akan digunakan untuk menutup bagian atas zona I and II

› Disarankan untuk membagi sel yang baru menjadi 3 sub-sel untuk


mengurangi pembentukan lindi. Air hujan yang masuk ke dalam sel kosong
akan langsung dialirkan ke sungai.

Direkomendasikan agar rancangan didasarkan pada rancangan yang rinci (yaitu


Red FIDIC) yang dipersiapkan oleh seorang konsultan independen dan
ditenderkan kepada seorang kontraktor sebagai kontrak pembangunan.

Biaya pembangunan meliputi:

› Pengerjaan lahan

› Alas pembatas (bottom liner) (kira-kira 50.000 m²)

› Pekerjaan pengumpulan lindi

› Pekerjaan pengumpulan drainase, relokasi drainase, dan jalan

› Pekerjaan-pekerjaan tambahan (misalnya pekerjaan elektromekanik,


pemadam kebakaran)

› Pekerjaan pemantauan

› Pengadaan tender, engineer (pengawasan)

diperkirakan sekitar 3.000.000–3.500.000 Euro (Rp. 42.900.000,000-


49.000.000.000), belum termasuk pengerjaan jalan, sarana-sarana pengolahan
air limbah (WWTP), unit konversi biogas, jembatan timbang, dll.), pekerjaan
pengumpulan biogas (akan diwujudkan kemudian), dan peralatan untuk
memindahkan (telah tersedia).

Sketsa berikut memperlihatkan solusi yang diusulkan untuk pelebaran TPA


Jatibarang (garis hitam pada sketsa).

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 53

Sarana-sarana Lain
Area C saat ini (dan area di sebelahnya – di timur jalan) direncanakan sebagai
tempat sarana pengolahan sampah di masa mendatang dan sarana untuk TPA,
misalnya pengolahan air limbah.

Sebagaimana terlihat dalam peta topografi, tidak memungkinkan untuk


mengembangkan kawasan C di barat sungai karena terlalu curam.
Kemiringannya sekitar 1:5. Setidaknya ini akan menjadi sangat mahal untuk
mengembangkan kawasan ini karena banyaknya tanah yang harus dibuang.
Oleh karena itu, satu-satunya kawasan yang tersedia untuk pengembangan TPA
adalah kawasan di antara dua cabang sungai, yang juga mencakup kawasan
jalan saat ini. Kawasan ini memiliki luas sekitar 4 hektar, dan harus mampu
menampung sarana pengolahan air limbah serta sarana lainnya untuk
pengolahan sampah di masa depan.

Hal ini akan dibahas dalam laporan Studi Kelayakan untuk TPA Jatibarang.

Document1
54 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 15 Perluasan TPA Jatibarang dan sarana WtE yang diusulkan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 55

3 Kerangka Umum – tujuan dan strategi

3.1 Kebijakan nasional


Menilik pada tantangan umum sektor ini, sebagaimana digambarkan dalam
Pendahuluan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan telah merumuskan
tujuan “Akses Universal”: Indonesia Berniat mencapai 100% akses publik ke
layanan air bersih, 0% kawasan kumuh, dan 100% akses publik ke layanan
sanitasi (termasuk pengelolaan sampah perkotaan) yang semuanya akan
direalisasikan di akhir 2019.

Indonesia juga telah menyertakan masalah pembuangan sampah ke dalam


strategi perubahan iklim nasionalnya. Pemerintah Indonesia berupaya
mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% hingga 2030 dibandingkan
dengan skenario business as usual. Strategi pada sektor pengelolaan sampah
perkotaan meliputi pengurangan sampah melalui 3R (reduce-reuse-recycle),
pengelolaan sampah secara teratur di lokasi TPA,
perbaikan/pembangunan/rehabilitasi lokasi TPA, dan pengolahan sampah
menjadi energi (WtE) - Lihat di bawah ini.

Diperkirakan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai target-target ini


mencapai Rp. 66 triliun. Kebijakannya adalah bahwa investasi masa depan di
bawah Kementerian harus disertakan ke dalam sebuah pendekatan terpadu
mencakup tingkat vertikal (-propinsi-kota-kabupaten-lingkungan permukiman)
dan horizontal (lintas sektoral) dalam konteks pemukiman penduduk yang
berkelanjutan dan pembangunan kota hijau.

Strategi Nasional berkaitan dengan Pengelolaan Sampah Perkotaan


Hukum dan peraturan yang mengatur pengelolaan sampah di Indonesia adalah
UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang diikuti oleh Peraturan
Pemerintah No. 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Undang-undang No. 18/2008 bertujuan untuk mempromosikan sistem dan


teknologi pengolahan sampah berwawasan lingkungan dengan standar
internasional. Sementara hal itu telah menetapkan sebuah target yang ambisius
untuk menutup seluruh pembuangan sampah terbuka atau mengubah TPA yang

Document1
56 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

ada menjadi TPA saniter sampai akhir 2013, namun belum ada perwujudan
untuk mayoritas TPA yang ada.

Pemerintah menerapkan strategi implementasi pengelolaan sampah yang


meliputi pengurangan, transformasi sampah, pengelolaan yang tepat, dan
kemajuan pengelolaan untuk mencapai masyarakat "3R".
Strategi-strategi tersebut dijabarkan di bawah ini.

Kegiatan pengurangan sampah mencakup:

› Penerapan peraturan perluasan tanggung jawab perusahaan penghasil


sampah (Extended Producer Responsibility) dengan misalnya rasio daur
ulang wajib, pengembangan teknologi daur ulang, dan menerapkan sistem
ambil-kembali, sistem pengembalian deposit

› Menciptakan sistem pemanfaatan untuk produk listrik dan elektronik


dengan melibatkan produsen, pemerintah daerah, dan pengecer

› Memastikan sistem pengumpulan terpisah, contohnya pembentukan sistem


pengumpulan terpisah untuk limbah berbahaya (misalnya lampu neon,
baterai)

› Meningkatkan produk ramah lingkungan dan kemasan ramah lingkungan


dengan, misalnya menetapkan standar untuk bahan yang dapat digunakan
kembali dan dapat didaur ulang serta konten daur ulang, dan panduan
untuk mengurangi kemasan yang berlebihan, mempromosikan daur ulang
dengan melarang penggunaan bahan tak mudah terurai.

Transformasi Sumber Air dan Energi akan mencakup:

› Mengubah sampah organik menjadi suatu sumber daya dengan membuat


panduan untuk pembuangan sampah organik dan mempromosikan
penggunaan kompos pertanian

› Pengolahan sampah menjadi energi, termasuk memperbanyak


pembangunan sarana gas TPA, meningkatkan efisiensi dan promosi
pemulihan energi dalam sarana pembakaran yang baru maupun yang telah
ada, pengembangan teknis untuk perluasan pengolahan ‘sampah menjadi
energi’

› Pengenalan teknologi maju, pengenalan teknologi pengolahan sampah yang


baru, seperti MBT (Pengolahan Biologis Mekanis) dan RDF (Produksi Bahan
Bakar dari Sampah), dan pembangunan sarana-sarana seperti itu.

Cara-cara pengelolaan sampah yang benar akan antara lain mencakup:

› Lebih banyak sarana pembuangan sampah, termasuk TPA dan sarana


pembakaran dan penggalangan insentif

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 57

› Pengelolaan dioxin untuk sarana pembakaran melalui pengelolaan


insinerator ukuran kecil dan menengah dengan benar, mengkaji ulang
peraturan-peraturan yang ada, dan penguatan manajemen.

› Penegakan sistem pengelolaan limbah berbahaya meliputi sistem


pengelolaan, penetapan peraturan terkait bahan-bahan berbahaya dalam
produk elektronik, mobil, limbah agrokimia, dan limbah medis.

Pengembangan Pengelolaan Tingkat Lanjut akan meliputi:

› Pengembangan undang-undang persampahan, menerapkan peraturan-


peraturan dan pedoman terkait, termasuk peraturan daerah

› Sistem informasi persampahan, riset statistik, survei

› Program-program edukatif, konsultasi mengenai pembangunan sarana


pembuangan sampah

› Pengaturan PPP

Kewajiban-kewajiban lokal

Kewajiban-kewajiban lokal
Pasal 17 Undang-undang menghimbau agar sampah dipisah-pisahkan ke dalam
lima kategori oleh konsumen sebagai berikut:

› sampah berbahaya
› sampah yang dapat terurai secara biologis
› sampah yang dapat digunakan kembali
› sampah yang dapat didaur ulang
› lain-lain

Hingga 2017, hanya sebagian penerapan sistem tersebut yang dilaksanakan di


seluruh Indonesia, and tidak ada di manapun yang melaksanakan sistem
pengumpulan sampah yang digolongkan ke dalam lima kategori tersebut secara
menyeluruh.

Pengolahan sampah menjadi energi


Dewasa ini, perhatian khusus telah diberikan bagi upaya untuk mengubah
sampah menjadi energi sebagai sebuah solusi. Secara umum, terdapat potensi
untuk apa yang disebut sistem pengolahan sampah menjadi energi di mana
sampah diubah menjadi listrik, sementara secara bersamaan mengurangi
volume sampah yang ditimbun di TPA, dan karenanya mengurangi kebutuhan
akan bahan bakar lain, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebuah potensi
lebih dari 1800 MW (el) telah disebutkan di atas. Kebijakan telah ditetapkan di
mana PLN (Perusahaan Listrik Negara) wajib membeli listrik yang dihasilkan oleh
sumber energi terbarukan dari produsen independen berdasarkan tarif yang
telah ditetapkan. Hingga saat ini, hanya beberapa pembangkit saja yang telah
didirikan, kebanyakan sistem ekstraksi dan konversi gas TPA.

Document1
58 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Namun sebelum membahas solusi pengolahan sampah menjadi energi lebih


lanjut, penting bagi kita untuk memahami karakteristik umum dari sampah di
Indonesia: Banyaknya prosentase sampah sayuran/organik/makanan yang
menghasilkan kandungan kelembaban yang tinggi dan nilai kalori yang rendah.
Ini yang membedakan dari sampah di banyak negara yang lain. Karakteristik ini
menentukan solusi teknologi mana yang memungkinkan. Ini berarti bahwa
teknologi dengan cara pembakaran yang diterapkan di banyak negara-negara
Uni Eropa dan negara-negara yang lain di seluruh dunia tidak serta-merta dapat
diterapkan dalam konteks Indonesia.

Keputusan Presiden No. 18/2016 tentang pembangunan sarana pengolahan


sampah menjadi energi oleh tujuh kota di Indonesia, termasuk Semarang,
memicu perhatian dalam hal ini. Walaupun kemudian Keputusan Presiden
tersebut dibatalkan, isu ini masih hangat dalam agenda.

3.2 Tujuan dan Target


Dalam merancang langkah-langkah Rencana Induk Pengelolaan Sampah harus
dipastikan bahwa Rencana tersebut konsisten dengan perencanaan pengelolaan
lingkungan dan sampah yang dilaksanakan pada tingkat nasional dan regional.
Ini berarti bahwa cara-cara dan prakarsa yang diusulkan harus menghargai
prinsip-prinsip yang telah diletakkan dalan rencana nasional dan regional dan
memiliki sumbangsih terhadap pencapaian tujuan dan target apapun terkait
pengelolaan sampah pada tingkat administrasi yang lebih tinggi tersebut.

Sementara tujuan umum menciptakan sebuah kerangka yang harus memandu


dan/atau membatasi seluruh perencanaan pengelolaan sampah, bagian
berikutnya akan berkonsentrasi pada tujuan, target, dan komitmen untuk
persampahan yang terukur yang, kecuali hal tersebut benar-benar dibuktikan
layak, memberikan batasan yang perlu diatur dalam Rencana Induk Pengelolaan
Sampah, yaitu perangkat-perangkat yang perlu direncanakan untuk
meningkatkan pencapaian.

3.2.1 Tujuan umum


Tujuan umum untuk sistem pengelolaan sampah dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Lingkungan

Sistem pengelolaan sampah akan didasarkan pada sebuah pendekatan terpadu


dari peraturan secara mandiri, peraturan, dan pengendalian. Pergeseran
permasalahan lintas media lingkungan – udara, tanah, dan air – harus
dihindarkan. Penerimaan iuran pengguna akan diselidiki berkaitan dengan
penerapan prinsip pembuang sampah harus membayar.

Ekonomi

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 59

Sistem pengelolaan sampah akan dikembangkan ke dalam sebuah cara yang


tidak memberatkan penduduk. Sistem persampahan akan dilakukan dengan
cara yang seimbang dengan sumber daya ekonomi masyarakat. Sistem ini
seharusnya memfasilitasi dan memastikan adanya pengumpulan, pengolahan,
dan pembuangan sampah sesuai dengan tingkat higienitas dan estetika yang
dikehendaki masyarakat setempat, dalam kapasitas pelaku ekonomi yang
berbeda untuk melakukan pembayaran.

Kelembagaan

Tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kota dan lembaga-lembaga swasta dan
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah harus
dijabarkan dan dikoordinasikan dengan jelas. Pengumpulan dan pertukaran
informasi antara beragam lembaga pengelola sampah harus ditingkatkan untuk
memfasilitasi proses pembuatan keputusan.

Sosial

Idealnya, seluruh pemangku kepentingan sistem pengelolaan sampah menerima


strategi yang terpilih dan seluruh komponennya dalam kerangka kelembagaan,
hokum, dan keuangan. Ini termasuk kesediaan untuk mengadopsi iuran
pengguna langsung dan menggalakkan peraturan persampahan yang akan
memberikan dampak pada sikap para pemangku kepentingan tersebut.

3.2.2 Prinsip-prinsip panduan


Tujuan-tujuan di atas akan diukur dan dilaksanakan melalui serangkaian target
untuk sistem pengelolaan sampah secara umum, dan secara khusus untuk
golongan sampah tertentu. Target-target tersebut mengacu pada situasi di masa
yang akan datang, namun pada tahap ini masih sulit untuk diukur. Berikut ini
adalah beberapa prinsip pemandu untuk pengelolaan sampah di Kota Semarang
di masa yang akan datang.

Pencegahan sampah
Timbulan sampah dibatasi seluas mungkin ketika produk-produk atau barang-
barang tersebut dibuat, diubah, diangkut, dan dikonsumsi. Ini berlaku untuk
jumlah maupun tingkat bahaya limbah tersebut. Dalam hal pengurangan
timbulan limbah padat dan dorongan untuk memanfaatkan limbah, pencatatan
timbulan limbah yang baik dan benar merupakan suatu prasyarat. Oleh karena
itu, perlu dibangun kapasitas pemantauan, pemeriksaan, dan pengujian
pembuangan limbah padat yang diperlukan, begitu pula dengan mekanisme
yang diperlukan untuk meningkatkan kesadaran public.

Pengurangan tingkat bahaya sampah


Untuk mengurangi tingkat bahaya sampah dan untuk memastikan pengolahan
dan pembuangan sampah yang paling ramah lingkungan, sampah rumah tangga
yang berbahaya harus dipisahkan dari sumbernya untuk menghindari dampak
yang berbahaya bagi lingkungan dan untuk meningkatkan kegunaan bagian

Document1
60 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

sampah yang lain. Oleh karena itu, sebuah sistem pengumpulan dan
penyimpanan terpisah dari sampah rumah tangga berbahaya harus diterapkan.

Pendidikan Masyarakat
Setelah pencegahan, daur ulang merupakan prioritas tertinggi dalam tingkatan
pengelolaan sampah. Di mana bahan sekunder yang masih berguna namun
tidak dapat diperbaiki lagi, kandungan energinya bisa dimanfaatkan dan
digunakan kembali sebagai pengganti sumber energi tak terbarukan.

Pendidikan Masyarakat
Dalam rangka mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan sistem pengelolaan
sampah dan program pengalihan/daur ulang sampah, Pendidikan masyarakat
(pengguna sistem) menjadi suatu komponen yang penting. Oleh karena itu,
sebuah rencana pendidikan masyarakat harus dibuat, yang berisi pendidikan
dalam menggunakan sistem pengumpulan terpisah/sistem daur ulang,
penggunaan kembali dan daur ulang sampah dan bahan, dan menggalakkan
perilaku ramah lingkungan secara umum.

Pengadaan dan perluasan layanan


Rencana Induk yang ada saat ini mempertimbangkan kebutuhan prasarana
masa depan dari kawasan layanan yang ada saat ini dan menyediakan aturan
untuk perluasan jangkauan layanan di kawasan perkotaan yang belum tercakup
saat ini.

Pengadaan layanan akan tersedia untuk seluruh kawasan perkotaan. 100%


populasi memiliki akses ke layanan pengumpulan sampah yang memadai.
Seluruh kawasan perkotaan akan dilengkapi dengan kontainer pengumpulan
untuk sampah campuran maupun sampah yang dapat didaur ulang, begitu pula
dengan kontainer untuk pengumpulan yang telah dipisah-pisah. Jumlah
kontainer akan ditentukan sesuai kebutuhan dan jumlah pengumpulan yang
diperkirakan.

Jangkauan pengumpulan sampah


Walaupun seluruh populasi telah atau akan memiliki akses kepada pelayanan
pengumpulan sampah yang memadai dan berkelanjutan dalam periode rencana,
harus diasumsikan bahwa tidak semua sampah akan dikumpulkan dalam sistem
komunal.

Alasannya adalah sebagai berikut:


› Beberapa sampah akan didaur ulang menggunakan cara-cara lokal seperti
usaha daur ulang skala kecil, pemulung jalanan, pembuatan kompos
rumahan, pakan ternak, dan bahan bakar tungku, dll.

› Sebagian sampah dibuang secara lokal dan tidak akan terangkut dalam
pengumpulan sampah umum. Namun, melalui pendidikan dan peningkatan
kesadaran masyarakat akan lingkungan, jumlah ini akan berkurang secara
bertahap dalam periode rencana.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 61

Kecuali untuk sampah yang dibuang secara illegal, cara-cara yang diberlakukan
secara lokal tersebut dianggap menguntungkan karena tidak diperlukan untuk
mengumpulkan sampah semacam itu.

Penyimpanan dan pengumpulan sampah


Biasanya sebelum pengumpulan, sampah disimpan dalam tempat sampah kecil
yang diletakkan di pinggir jalan. Praktek seperti ini harus diperbaiki dengan
penyediaan tempat sampah sementara yang baik dan higienis secara bertahap,
seperti dengan menggunakan kontainer beroda. Kontainer semacam itu dapat
menyimpan lebih banyak sampah sehingga frekuensi pengumpulan sampah
akan lebih rendah dan sampah yang dikumpulkan akan lebih banyak serta
kendaraan yang lebih efisien dapat digunakan.

Penyimpanan sampah dapat dilakukan dalam kontainer padat maupun kantung


polyethylene yang khusus dan kuat dengan warna tertentu. Penggunaan
kantung-kantung ini tidak membebani investasi modal, namun sebaliknya,
penggunaan kantung-kantung ini akan memerlukan biaya operasional yang
besar. Kontainer padat lebih mahal dalam hal investasi, namun biaya
operasionalnya jauh lebih rendah daripada kantung. Penggunaan kontainer
padat akan meningkatkan kemungkinan untuk memperbaiki kondisi kerja
petugas persampahan karenaalat pengangkat otomatis dapat digunakan untuk
mengosongkan sampah dan memindahkan ke truk pengumpul sampah.
Kontainerisasi juga akan meningkatkan higienitas dan kondisi lingkungan
dengan mencegah binatang mengais sampah memperkecil kebocoran.

TPST/stasiun daur ulang


Merupakan target untuk lebih lanjut mendirikan sejumlah TPST yang mewadahi
kegiatan pembuatan kompos lokal. Di manapun memungkinkan dan di manapun
tempat tersedia, ini sebaiknya dikembangkan menjadi suatu Pusat Kegiatan
Masyarakat (PKM)/pusat daur ulang yang baik di mana sejumlah wadah untuk
berbagai jenis sampah dan sampah daur ulang dapat disiapkan. Ini termasuk
sarana penerimaan dan penyimpanan untuk limbah rumah tangga berbahaya.

Pemindahan sampah
Selaras dengan keseluruhan tujuan untuk menciptakan sistem pengelolaan
sampah yang berimbang dengan sumber daya ekonomi masyarakat – sehingga
memberikan solusi yang paling ekonomis namun masih dapat memenuhi
persyaratan dan mencapai tujuan – merupakan target untuk melanjutkan
penggunaan TPS selama pengumpulan sampah masih mengikuti pola
tradisional, seperti pengumpulan sampah menggunakan gerobak (motor) ke TPS
dan dari sana dipindahkan ke truk/kontainer yang lebih besar untuk selanjutnya
dibawa ke TPA. Namun juga merupakan target untuk memperkenalkan sebuah
sistem pengumpulan langsung (sebagaimana telah dijelaskan di atas) di mana
pemindahan sampah tidak terjadi dan di mana sampah dimasukkan dalam
kontainer sejak dibuang hingga diangkut ke tempat pembuangan akhir tanpa
proses pemindahan dan campur tangan manusia.

Document1
62 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pengolahan dan pembuangan sampah yang ramah lingkungan


Pembuangan sampah merupakan urutan terbawah dalam hirarki persampahan.
Pembuangan sampah harus dilakukan di sarana yang dapat diterima secara
ekologis dan murah, mengingat bahwa tujuannya adalah sistem pengelolaan
sampah yang berimbang dengan sumber perekonomian masyarakat.

TPA yang higienis sejauh ini merupakan solusi termurah untuk pembuangan
akhir sampah yang tidak bisa digunakan, dipulihkan, ataupun didaur ulang. Oleh
sebab itu, TPA sehat akan membentuk bagian sistem pengelolaan sampah masa
depan selaras dengan peraturan nasional.

Selain itu, sarana untuk pra-pengolahan dan pengolahan akhir/pembuangan


akan didirikan seperlunya jika dapat diterima dan layak secara ekonomi,
finansial, dan sosial.

Target - Tinjauan
Tabel berikut memberikan tinjauan mengenai prinsip-prinsip panduan untuk
pengelolaan sampah masa depan Kota Semarang.

Tabel 24 Prinsip-prinsip panduan untuk pengelolaan sampah

Kategori atau skema sampah Prinsip/target

Pencegahan Perbaikan pencatatan sampah dan pendidikan konsumen

Sampah rumah tangga yang Sarana penerimaan dan penyimpanan di TPST


berbahaya
Daur ulang Setelah pencegahan, daur ulang sampah merupakan
prioritas tertinggi dalam hirarki persampahan.
Pendidikan masyarakat Sebuah Rencana Pendidikan Masyarakat akan
dikembangkan dan dilaksanakan.
Layanan pengumpulan sampah Seluruh rumah tangga di kawasan perkotaan akan
rumah tangga disediakan layanan pengumpulan sampah yang
menyeluruh dan memadai, termasuk layanan untuk
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang secara
terpisah.
Penyimpanan sampah Secara bertahap, kontainer padat akan diperkenalkan
untuk penyimpanan sampah sebelum pengumpulan,
sampah sisa maupun sampah untuk daur ulang.
Pemindahan Sarana TPS akan ditingkatkan dan dilanjutkan
penggunaannya sebagaimana dibutuhkan hingga
digantikan oleh pengumpulan langsung.
Pembuangan TPA sehat akan didirikan sebagai pengganti TPA non-
higienis yang ada sekarang.
Fasilitas Sarana pra-pengolahan dan pengolahan yang ramah
lingkungan dan layak akan dibangun.

3.2.3 Strategi umum


Bagian berikut menjabarkan cara-cara bagi sistem pengelolaan sampah masa
depan dalam sebuah strategi untuk menerapkan sebuah sistem pengelolaan
sampah terpadu di Kota Semarang.

Tujuan umum mungkin sampai tahap tertentu bersifat bertentangan:


Perlindungan lingkungan tingkat tinggi memang sangat mahal dan kepentingan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 63

seluruh pemangku kepentingan mungkin tidak semuanya dapat diakomodasi


dalam tingkat yang sama. Oleh karena itu, sangat perlu untuk menetapkan
fokus bagi keputusan dan perangkat rencana pengelolaan sampah dalam
pemahaman yang lebih luas.

Wilayah fokus tersebut mungkin berupa:

› Pencapaian tujuan dan target hingga setinggi mungkin untuk ekstraksi dan
mengubah energi dari sampah hingga pemanfaatan maksimal

› Pencapaian setinggi mungkin persiapan untuk pemanfaatan, daur ulang,


dan penggunaan kembali sampah untuk meminimalisir kebutuhan untuk
pengolahan yang lain dan menghemat energi

› Fokus pada pengalihan sampah dari TPA karena kelangkaan lahan dan
kesulitan menemukan lokasi baru

› Pencapai tujuan dan target dengan fokus pada penerapan sistem


pengelolaan sampah semurah mungkin

Wilayah fokus yang lain bisa dimungkinkan.

Sebuah pilihan sistem pengelolaan sampah yang koheren dan elemen-elemen


teknologi individualnya akan dipandu oleh pilihan wilayah fokus yang ditetapkan.
Hal ini bukan berarti bahwa fokus pada satu wilayah akan mengesampingkan
teknologi-teknologi dan elemen-elemen yang dapat berfungsi di wilayah yang
lain, hanya karena memprioritaskan pada serangkaian teknologi saja. Sebagai
contoh, jika fokus menitikberatkan pada pengolahan sampah menjadi energi,
tidak berarti bahwa teknologi daur ulang tidak dikehendaki atau diharapkan.
Sebaliknya, itu berarti bahwa teknologi pengolahan sampah menjadi energi
dipilih sebelum teknologi yang lain yang akan dipilih dan diatur sesuai
kebutuhan dan kondisi yang ditentukan oleh para pembentuknya.

Document1
64 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 65

4 Opsi-opsi potensial bagi pengumpulan,


pengolahan, dan pembuangan sampah
Bab ini akan membahas opsi-opsi yang berbeda untuk pengumpulan,
pengangkutan, pra-pengolahan dan pengolahan, dan pembuangan sampah dari
Kota Semarang. Bab ini bersifat umum, namun opsi-opsi potensial dipilih
dengan pandangan yang jernih terhadap kemungkinan penerapannya dan
kelayakannya dengan konteks yang diberikan, yaitu untuk sistem pengelolaan
sampah yang kokoh di masa depan untuk Kota Semarang. Karena sifat dari
opsi-opsi yang disajikan dan karena banyak kota-kota di Indonesia
memperlihatkan corak pengelolaan sampah yang sama, opsi-opsi yang
ditampilkan nanti juga dapat berlaku bagi kota-kota Indonesia yang lain.

Perlu digarisbawahi bahwa dalam konteks Indonesia, sebuah sektor informal


yang kuat berdampingan dengan sektor persampahan formal – sebagaimana
dijabarkan di bagian terdahulu dalam laporan ini. Sektor informal ini berperan
dalam sebagian besar prosentase kegiatan daur ulang saat ini, dan mungkin
akan berlanjut di masa mendatang. Oleh sebab itu, sistem daur
ulang/pemisahan sampah tambahan dapat dipertimbangkan dengan seksama
dan diteliti peluang penyertaan sektor informal ke dalam sistem yang baru
daripada perwakilan sektor informal hanya akan mensabotase sistem baru
tersebut.

Selain itu, struktur daur ulang/pemisahan sampah yang disarankan akan


mengambil titik pemberangkatan dari strategi 3R. Namun, pemahaman
pemerintah saat ini mengenai pendekatan 3R sering salah bahwa konsep
tersebut adalah sebuah pendekatan ‘tanpa sampah’. Sistem tersebut tidak ada
dan tidak mungkin ada. Bahkan teknologi paling maju pun tidak dapat
‘menghilangkan’ sampah. Seluruh pengolahan sampah dan teknologi
pembuangan sampah hanya mengubah sampah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain, contohnya mengubah energi yang tersimpan di dalamnya dari bentuk
kimia menjadi panas. Seluruh pilihan pengolahan akan menghasilkan produk
akhir satu ataupun yang lainnya yang perlu dibuang, seperti pembakaran akan
mengirimkan produk sampingan ke TPA – selain produk sampingan yang lain
seperti gas buang dan air limbah.

Document1
66 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Satu permasalahan kunci yang lain adalah untuk memperluas sistem


pengumpulan sampah saat ini untuk mencakup seluruh perumahan perkotaan
dan seluruh penduduknya dan untuk menawarkan pelayanan ke standar yang
tinggi yang kelak masyarakat akan memahami alasannya menggunakan sistem
yang tersedia dan menghentikan praktek pembuangan tidak terkendali. Maka
dari itu, Bab ini fokus pada solusi pengumpulan yang kuat, tahan lama, dan
dalam jumlah besar sebagai pendekatan pertama. Gambar berikut merangkum
opsi-opsi dan konsekwensinya untuk alur massal.

Gambar 16 Aliran sampah melalui sistem pengelolaan sampah, dari sumber sampah
(rumah tangga dan lainnya) ke pengumpulan sampah, dan 2 langkah
pengolahan dan salah satu pembuangan akhir atau daur ulang

4.1 Sistem pengumpulan sampah perkotaan


Pengumpulan sampah adalah pengumpulan limbah padat dari titik di mana
sampah dihasilkan yang juga disebut sumber. Dalam konteks sebuah kota,
sumber sering merupakan kawasan pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, dan lembaga-lembaga pemerintahan. Sampah akan diangkut ke
titik pengolahan atau pembuangan.

Untuk pengumpulan, pendekatan yang paling produktif dan ekonomis untuk


jenis kota apapun kerap kali merupakan gabungan beberapa metode – metode-
metode yang berbeda yang akan diterapkan di bagian yang berbeda dalam
sebuah kota atau melalui kategori pengguna yang berbeda. Faktor-faktor
variabel dapat berupa jenis wadah (atau tidak satupun!), penempatan wadah,
frekuensi pengumpulan, jenis kendaraan pengumpul. Faktor-faktor tersebut
harus diperjelas dengan, misalnya tingkat layanan yang diharapkan, struktur
fisik, pertimbangan lalu lintas, dan kesediaan konsumen untuk membayar.

Pengumpulan dari sumber di dalam kota dapat dilakukan dalam berbagai cara,
empat contoh berikut adalah yang paling lazim:

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 67

Sistem pengumpulan blok


Dalam sistem ini, sebuah kendaraan pengumpul akan melalui rute yang telah
ditentukan dalam jangka waktu yang ditetapkan (antara harian dan sekali
seminggu), dan berhenti pada lokasi yang dipilih di mana tanda bel akan
dibunyikan. Kendaraan tersebut dapat juga membunyikan tanda suara ketika
melewati rute untuk mengabarkan kedatangannya. Setelah mendengar tanda
tersebut, para penghuni rumah dapat membawa sampah mereka ke titik
pengumpulan dan menyerahkan kepada petugas atau mengosongkan kontainer
ke dalam kendaraan tersebut sendiri. Sistem ini merupakan tingkat terendah
dalam layanan pengumpulan sampah karena para penghuni tidak hanya harus
membawa sampah mereka sendiri ke titik pengumpulan, namun mereka juga
harus melakukan itu di waktu yang telah ditetapkan. Tentu saja, tingkat layanan
tersebut ditentukan berdasarkan jarak yang dapat ditempuh dengan berjalan
kaki dan frekuensi pengumpulan. Sistem ini secara umum tidak diterapkan di
Semarang, namun pengecualian mungkin ada.

Kontainer komunal
Berbeda dengan sistem pengumpulan blok, sebuah kontainer komunal (atau
kontainer bersama) (misalnya kontainer atau bak sampah beroda) digunakan
dalam sistem ini untuk para penghuni membuang sampah mereka daripada
menunggu kendaraan pengumpul muncul. Oleh karena itu, pengguna dapat
membawa sampah mereka kapan saja. Kontainer-kontainer dikosongkan oleh
penyedia layanan, menurut rangkaian jadwal atau tergantung kebutuhan.
Sistem ini memberikan sebuah tingkat pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem pengumpulan blok dengan biaya relatif rendah. Tingkat
pelayanan dalam sistem ini terutama ditentukan oleh jarak yang dapat ditempuh
dengan berjalan kaki ke lokasi kontainer, juga jika apakah kontainer perlu
dikosongkan sebelum terlalu penuh, dan kebersihan tempat kontainer. Sistem
ini diterapkan di Semarang, yang dikenal dengan sebutan “pengumpulan
sampah di jalanan”. Sebenarnya, TPS juga dapat dianggap sebagai titik
pengumpulan komunal jika penghasil sampah membawa sampah mereka
langsung ke lokasi.

Document1
68 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 17 Kontainer komunal di kawasan pemukiman

Gambar 18 Kontainer komunal di kawasan perdagangan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 69

Tabel 25 Kelebihan dan kekurangan sistem pengumpulan komunal

Kelebihan Kekurangan

Sistem komunal merupakan metode yang Para penduduk harus membawa sampah
paling murah mereka ke titik pengumpulan, bahkan
mungkin dengan menggunakan mobil

Suatu strategi alternatif yang rendah biaya Adanya risiko terluka yang terus
untuk wilayah dengan kepadatan meningkat bagi para penghuni ketika
penduduk yang rendah membuang sampah ke kontainer

Metode ini memerlukan prasyarat yang Jika tempat pengumpulan sampah tidak
tidak sulit untuk para petugasnya diawasi oleh petugas, penimbunan sampah
illegal mungkin terjadi

Prasyarat teknologi yang sederhana

Pengumpulan sampah tepi jalan


Dalam sebuah sistem pengumpulan sampah tepi jalan, para pengguna
meninggalkan sampah mereka langsung di luar rumah mereka/di trotoar/di tepi
jalan yang nantinya akan diambil sesuai jadwal. Ini mirip dengan sistem
pengumpulan blok, hanya saja para penghuni tidak perlu berjalan kaki ke titik
pengumpulan yang sudah ditentukan, atau titik pengumpulannya hanya berada
di luar rumah. Sampah akan ditempatkan di keranjang-keranjang, kantung-
kantung, atau kontainer lainnya, atau bahkan ditinggalkan tanpa wadah untuk
diambil oleh petugas. Para penghuni dan penjaga toko harus diberitahu terlebih
dahulu mengenai hari-hari/jam pengumpulan sampah akan dilakukan agar
mereka dapat meletakkan sampah mereka pada waktunya untuk diangkut.
Pengumpulan tepi jalan biasanya digolongkan ke dalam layanan tingkat tinggi’
yang sebagian besar ditentukan oleh apakah masyarakat menyediakan
kontainer penyimpanan (contohnya tempat sampah roda dua atau yang serupa),
dan untuk cakupan yang lebih sempit berkaitan dengan frekuensi pengumpulan
sampah. Sistem ini diterapkan di Semarang, namun dengan tingkat layanan
yang sangat rendah karena tidak ada bak sampah yang disediakan untuk para
penghuni yang akhirnya diminta menggunakan wadah apapun yang bisa
digunakan.

Document1
70 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 19 Sampah tanpa wadah yang ditinggalkan di pinggir jalan untuk


dikumpulkan

Gambar 20 Sistem pengumpulan tepi jalan yang maju

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 71

Tabel 26 Kelebihan dan kekurangan layanan pengumpulan tepi jalan

Kelebihan Kekurangan

Petugas dapat bergerak dengan cepat Pada hari pengumpulan, kontainer sampah
terlihat dari jalan

Petugas tidak memasuki properti pribadi, Hari pengumpulan harus dijadwalkan


sehingga lebih sedikit kecelakaan dan
keluhan mengenai masuk tanpa ijin

Metode ini tidak terlalu mahal dibandingkan Para penghuni bertanggung jawab untuk
pengumpulan dari pintu ke pintu karena meletakkan kontainer di titik pengumpulan
biasanya membutuhkan waktu yang lebih yang tepat
singkat dan lebih sedikit petugas

Dapat menyesuaikan dengan sarana Jika sampah tidak dimasukkan ke dalam


prasarana pengumpulan sampah otomatis kontainer, maka binatang akan mengais-
maupun semi otomatis ngaisnya untuk mencari makan dan
membuatnya berserakan, sehingga akan
mencemari lingkungan

Pengumpulan sampah dari pintu ke pintu/di halaman


Yang dianggap tingkat tertinggi dalam layanan pengumpulan sampah adalah
sistem pengumpulan sampah dari pintu ke pintu/di halaman. Ini merupakan
perluasan dari sistem tepi jalan dengan perbedaan bahwa titik pengumpulannya
dipindahkan ke dalam properti pemakai dan biasanya disediakan satu atau lebih
bak sampah, atau diperintahkan oleh dinas persampahan. Sistem ini meminta
para penghuni tidak lebih daripada menyimpan sampah mereka di halaman
mereka di luar pintu belakang rumah mereka. Petugas pengumpulan memasuki
setiap rumah, membawa keluar kontainer, mengosongkan sampah dan
memasukkannya ke dalam kendaraan pengumpul, dan mengembalikan
kontainer ke tempat asalnya. Tingkat layanan sistem biasanya ditentukan oleh
frekuensi pengambilan sampah dan apakah bak sampah disediakan atau tidak
oleh dinas persampahan dan berapa besaran biayanya. Sistem ini tidak
diterapkan di Semarang.

Document1
72 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 21 Pengumpulan sampah di halaman belakang

Tabel 27 Kelebihan dan kekurangan layanan pengumpulan sampah dari pintu ke


pintu

Kelebihan Kekurangan

Waktu pengumpulan tidak perlu dijadwalkan Karena petugas memasuki wilayah pribadi,
mungkin akan lebih banyak keluhan
mengenai kecelakaan luka dan masuk tanpa
ijin

Kontainer sampah biasanya tidak terlihat Pendekatan ini lebih banyak memakan
dari jalan waktu dibandingkan dengan metode tepi
jalan sehingga lebih mahal.

Para penghuni tidak terlibat dengan Ceceran mungkin terjadi di tempat sampah
memasang dan memindahkan kontainer dipindahkan

Metode ini membutuhkan lebih banyak


petugas dibandingkan metode pengumpulan
sampah tepi jalan

Sistem-sistem yang lain


Gedung-gedung apartemen yang menjulang tinggi dapat dilayani dengan dua
cara yang berbeda. Pertama adalah dengan mengadopsi sistem yang sudah
dibahas sebelumnya. Kompleks gedung ataupun dinas persampahan
menyediakan kontainer-kontainer yang besar (misalnya bak sampah beroda
empat atau kontainer yang lebih besar), ditempatkan di dalam kompleks
gedung. Kontainer dengan empat kode warna yang berbeda dapat
diperuntukkan bagi jenis-jenis sampah yang berbeda. Sampah bisa di bawa ke
kontainer-kontainer ini oleh para penghuni sendiri, dan kemudian itu berfungsi
sama dengan sistem komunal. Jika sampah dibawa oleh pengelola gedung yang
mengambilnya sari luar pintu depan apartemen para penghuni, maka metode
tersebut menyerupai pengumpulan sampah dari pintu ke pintu. Sebuah versi
yang lain adalah di mana gedung dilengkapi dengan saluran sampah vertical
yang akan berfungsi seperti kontainer belakang rumah bagi para penghuni.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 73

Saluran tersebut akan membawa sampah ke kontainer yang terletak di lantai


dasar atau ruang bawah tanah. Sistem dengan saluran ini mungkin tidak akan
diterapkan di Semarang, setidaknya hingga batas tertentu.

Gambar 22 Tempat sampah di lingkungan perkotaan

Sistem pengumpulan pneumatik sedang popular di dunia. Sistem tersebut dapat


berupa sistem komunal dengan saluran atau titik akses yang ditempatkan di
jalan, atau bahkan dekat dengan pintu masuk kompleks apartemen.

Gambar 23 Tempat sampah – sistem pneumatik komunal

Ringkasan
Sebuah ringkasan aspek-aspek untuk setiap metode pengumpulan ditampilkan
dalam tabel di bawah ini.

Document1
74 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 28 Tinjauan sistem pengumpulan sampah

Sistem/Penjelasan Biaya/Tingkat layanan Kelebihan Kekurangan

Pengumpulan sampah blok

Petugas pengumpul Murah Lebih sedikit sampah di Penghasil sampah perlu


membunyikan klakson atau jalanan. Tidak ada berada di lokasi
bel dan menunggu di lokasi Tingkat layanan rendah, kontainer sampah yang
yang telah ditentukan namun tergantung pada mendatangkan keluhan
supaya para penghuni jarak tempuh dengan
membawa sampah merela berjalan kaki dan Pemulung tidak memiliki
ke kendaraan pengumpul frekuensi pengumpulan akses ke sampah, namun
sampah pemisahan dapat dilakukan
oleh petugas pengumpul

Kontainer komunal

Penghasil sampah Murah Penghasil sampah dapat Pemulung memiliki akses


membawa sampah ke membawa sampah ke mudah ke sampah
sebuah kontainer bersama Tingkat layanan sedang tempat sampah sesuai
yang akan dikosongkan hingga baik, jika jarak dengan keinginan mereka Jika kontainer tidak
atau dipindahkan yang dapat ditempuh dipelihara, mereka akan
dengan berjalan kaki cepat berkarat atau rusak
cukup pendek
Para penghuni yang
berdekatan dengan
kontainermengeluh
tentang bau dan
penampakannya

Pengumpulan sampah tepi jalan

Sampah ditinggalkan di Tingkat layanan bagus, Nyaman bagi penghasil Pemulung memiliki akses
luar rumah dalam sebuah biaya lebih mahaljika sampah yang mudah ke sampah,
wadah dan diambil oleh kontainer padat standar begitu pula binatang.
kendaraan pengumpul diwajibkan Tidak adanya Adanya ketidaknyamanan
yang lewat atau disapu dan penampungan sampah ketika layanan
dikumpulkan oelh petugas umum yang permanen pengumpulan terlambat
sapu jalan

Pengumpulan dari pintu ke pintu/di halaman

Petugas pengumpulan Sangat baik Sangat nyaman untuk Membutuhkan investasi


sampah memasuki penghasil sampah yang intensif untuk
properti untuk mengambil Biaya tinggi kontainer penyimpanan
tempat sampah, Tidak ada sampah di dan kendaraan pengumpul
mengosongkannya dan jalanan sampah yang sesuai
mengganti tempat sampah
yang terletak di halaman Pemulung tidak memiliki Petugas harus memasuki
akses ke sampah properti

4.1.1 Sarana prasarana pengumpul sampah


Banyak pemerintah kota yang memberlakukan peraturan yang meminta para
penduduknya untuk menggunakan jenis wadah penyimpan sampah padat
tertentu. Tempat sampah harus bersifat fungsional untuk jumlah dan jenis
bahan yang akan disimpan di dalamnya dan kendaraan pengumpul yang
digunakan. Tempat sampah juga harus tahan lama, mudah dirawat, dan
ekonomis, serta tahan terhadap karat, cuaca, dan binatang.

Tempat sampah yang diletakkan di luar, dekat dengan pintu masuk atau dalam
gubuk kecil dapat disediakan untuk gedung apartemen tanpa saluran sampah.
Wadah sampah memiliki ukuran yang beragam, dari kontainer/bak yang kecil
(0,1 m3) hingga kontainer sampah yang besar (1 m3 atau lebih besar lagi).

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 75

Di kawasan pemukiman di mana sampah dikumpulkan secara manual, kantung


(plastik atau kertas) atau tempat sampah logam atau plastik dengan ukuran
standar biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan sampah. Banyak kota
yang melarang penggunaan jenis wadah yang lain, seperti kotak kardus atau
tong, karena sulit dirawat dan meningkatkan kemungkinan petugas untuk
terluka.

Kontainer padat harus tahan cuaca, lebih lebar di bagian atas daripada bagian
bawah, berukuran pas dengan pegangan dan tutup yang rapat, dan dirawat
dalam keadaan yang baik. Banyak pemerintah kota yang membatasi kontainer
sampah hingga total berat maksimum tertentu.

Jika kantung plastik diterapkan dalam sebuah skema, maka kantung tersebut
harus tahan lama dan diikat dengan rapat. Beberapa komunitas menghimbau
bahwa kantung sampah tersebut harus memenuhi ketebalan minimum tertentu
untuk mengurangi risiko robek selama proses penanganan. Beberapa program
meminta penggunaan kantung karena tidak harus dikosongkan dan
dikembalikan ke dalam bangunan sehingga lebih cepat untuk dikumpulkan
daripada kontainer padat.

Jika sistem pengumpulan otomatis atau semi otomatis digunakan, kontainer


sampah padat harus dirancang khusus supaya sesuai dengan mekanisme
menaikkan muatan yang terpasang di truk.

Gambar 24 Dua jenis kontainer sampah padat yang dapat terbuat dari plastik, baja,
atau serat kaca

Pemerintah Kota akan memilih tingkat layanan yang mereka ingin berikan
dengan menentukan seberapa sering kegiatan pengumpulan sampah akan

Document1
76 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dilakukan dan dari titik mana saja sampah-sampah di tiap pemukiman akan
dikumpulkan. Makin tinggi tingkat layanan, makin banyak biaya yang
dikeluarkan agar sistem pengumpulan dapat beroperasi.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menentukan frekuensi


pengumpulan sampah, yang meliputi biaya, harapan konsumen, keterbatasan
wadah penyimpanan, dan iklim. Kota Semarang menawarkan kegiatan
pengumpulan sampah setiap hari (kecuali hari Minggu). Akan dibutuhkan
semakin sedikit frekuensi pengumpulan sampah jika sistem pengumpulan
sampah naik lagi ke tingkat yang lebih maju.

Untuk TPS dan kompleks-kompleks perumahan, dan untuk aplikasi perdagangan


dan industri sistem kontainer angkut sering digunakan. Kontainer-kontainer
yang digunakan dalam sistem seperti ini biasanya memiliki rentang kapasitas
dari 4,5 hingga 40 meter kubik. Kontainer-kontainer tersebut langsung diangkut
ke tempat pemindahan/pembuangan sesuai permintaan. Truk pengangkat
khusus dan sebuah kabel kerekan atau lengan hidrolik dibutuhkan untuk
memuat kontainer tersebut.

Gambar 25 Kontainer buka tutup, dan sistem pengangkatan kontainer

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 77

Truk pemadat yang memuat secara otomatis biasanya digunakan untuk


mengumpulkan sampah dari kawasan pemukiman maupun bangunan-bangunan
komersial, dsb. Banyak jenis kendaraan pengumpul sampah dan fitur-fitur
pilihan telah tersedia.

Casis dan badan truk biasanya dibeli secara terpisah dan dapat digabungkan
dengan banyak cara. Sebuah tujuan penting dalam pemilihan truk adalah untuk
memaksimalkan banyaknya sampah yang dapat dikumpulkan dengan
memperhatikan batasan berat dan ukuran truk, termasuk pembagian berat pada
poros roda.

Truk pemadat adalah kendaraan pengumpul sampah yang paling sering


digunakan. Truk ini biasanya digunakan secara luas untuk layanan pengumpulan
sampah di kawasan pemukiman. Dalam kasus seperti ini, truk tersebut biasanya
dilengkapi dengan mesin pelantak yang digerakkan secara hidrolik untuk
memadatkan sampah. Sampah didorong keluar dari truk setelah tiba di sarana
pembuangan atau pemindahan.

Truk pemadat memiliki beragam ukuran dari 5 meter kubik hingga 30 meter
kubik, tergantung pada penerapan layanan yang diberikan. Truk pemadat
biasanya digolongkan sebagai pemuatan depan (front-loading), pemuatan
samping (side-loading), atau pemuatan belakang (rear-loading), tergantung dari
arah mana kontainer akan dikosongkan ke dalam truk. Truk dengan pintu
muatan belakang sering digunakan untuk pemuatan secara otomatis maupun
manual.

Truk flatbed juga digunakan untuk mengumpulkan sampah. Walaupun truk ini
relatif murah untuk dibeli dan dipelihara, truk ini tidak efisien untuk kebanyakan
kegiatan pengumpulan sampah karena truk ini hanya dapat membawa sejumlah
kecil sampah dan para pekerja harus mengangkat tinggi kontainer sampah agar
isinya dapat dibuang ke dalam truk.

Persyaratan terkait penyimpanan dan penanganan sampah, jumlah sampah


yang ada, dan sifat-sifat fisik dari rute pengumpulan sampah akan menjadi
pertimbangan kunci dalam pemilihan kendaraan pengumpul sampah. Sebagai
contoh, kawasan perkotaan dengan gang-gang sempit dan sudut-sudut yang
rapat mungkin membutuhkan truk dengan pintu muatan belakang dan jarak
poros roda depan dan belakang yang pendek.

Document1
78 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 26 Truk pemadat dengan pemuatan belakang (siap untuk pengumpulan dan
sedang menunjukkan mekanisme pembuangan)

Untuk memilih kapasitas yang dibutuhkan bagi kawasan atau rute tertentu,
keseimbangan yang terbaik antara biaya petugas dan peralatan sebaiknya
ditentukan. Truk dengan badan berkapasitas besar mungkin membutuhkan
modal, biaya operasi, dan biaya perawatan yang besar. Truk yang lebih berat
mungkin akan meningkatkan kerusakan akibat pemakaian, dan biaya perawatan
terkait untuk jalan-jalan dan gang-gang kawasan pemukiman.

Pertimbangan-pertimbangan rancangan truk dan kapasitas kontainer adalah:

› Kecepatan pemuatan oleh petugas dan metode pengumpulan sampah yang


digunakan
› Lebar jalan dan batasan berat muatan (pertimbangkan berat sampah
maupun kendaraan)
› Kapasitas sebaiknya berhubungan dengan jumlah sampah yang
dikumpulkan di setiap rute. Idealnya, kapasitas seharusnya merupakan
angka integral dari muatan penuh.
› Waktu dan jarak perjalanan ke stasiun pemindahan atau tempat
pembuangan sampah, dan kemungkinan masa pakai sarana tersebut

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 79

› Biaya relatif untuk petugas dan modal

Sebagian besar pabrik terus memperbaiki dan merancang kembali peralatan


pengumpul sampah timbulan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang terus
berubah dan untuk menerapkan kemajuan dalam teknologi. Tren dalam industri
kendaraan pengumpul sampah di Barat menyertakan penggunaan peralatan
yang didukung oleh internet yang terus ditingkatkan dan pengendali elektronik.
Saat ini beberapa truk bahkan memiliki komputer yang terpasang di dalam
kendaraan untuk memantau kinerja truk dan pelaksanaan pengumpulan
sampah, dan alat-alat timbangan yang juga terpasang di kendaraan.

4.1.2 Pemisahan sumber


Bertentangan dengan pemisahan campuran terpusat, pemisahan sumber
sampah padat yang terdiri dari berbagai jenis dilakukan di lokasi di mana
sampah tersebut dihasilkan (yaitu di perumahan atau kawasan bisnis). Jumlah
dan jenis golongan pembagian sampah bergantung pada peraturan yang berlaku
dan kebijakan dinas pengumpulan sampah/Dewan Kota. Pengolahan hilir dan
instalasi pembuangan serta sistem pengumpulan saat ini akan menentukan
rancangan aktual dari sistem pengumpulan.

Pemisahan sumber dapat diterapkan pada sebagian besar sistem yang


dijabarkan di atas. Untuk mendapatkan produk yang bersih dan berkualitas
tinggi dengan kontaminasi sesedikit mungkin, merupakan hal yang umum untuk
memberikan para penghasil sampah (akses ke) wadah-wadah yang terpisah
untuk penyimpanan bagian-bagian sampah yang telah dipisahkan, sebelum
dikumpulkan. Untuk sistem pengumpulan tepi jalan dan pengumpulan dari pintu
ke pintu/halaman, wadah sampah beroda dua biasanya disediakan untuk
menampung 80-360 liter sampah, dan dikumpulkan seminggu sekali atau dua
kali (atau lebih sering untuk sampah yang mudah membusuk). Untuk sistem
komunal, kontainer dengan kode warna untuk jenis sampah yang berbeda
umumnya disediakan di titik-titik pengumpulan yang telah ditentukan.

Namun demikian, pemisahan sumber dapat juga diatur dengan cara yang
berbeda, contohnya dengan menggabungkan beberapa sistem yang telah
digambarkan di atas dengan beberapa elemen yang lain. Sebagai contoh,
pemisahan sumber dapat digabungkan dengan sistem pengumpulan komunal
dengan memberikan para penghasil sampah kantung polyethylene atau kantung
kertas di mana sampah kering yang dapat didaur ulang nantinya disimpan dan
diletakkan di tepi pada waktu yang telah ditentukan, sementara pengumpulan
sampah yang lain masih dilakukan dengan sistem komunal.

Sistem pemisahan sumber yang paling banyak diterapkan adalah sebuah sistem
di mana para penghasil sampah diperintahkan untuk memilah sampah mereka
menjadi dua bagian: satu untuk sampah organik “basah” dan satu lagi untuk
sampah lainnya yang kering. Namun, juga merupakan hal yang umum untuk
meminta para penghasil sampah meletakkan sampah kering campuran yang
dapat didaur ulang ke dalam satu wadah (tempat sampah. kantung) dan sisa
sampah yang lain (yang sebagian besar berisi sampah basah, sisa sayuran) ke

Document1
80 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dalam sebuah wadah yang berbeda. Strategi pemilahan tergantung pada


pengolahan yang dipilih dan sistem pembuangannya, dan yang paling utama,
prioritas Kota (lihat Bab 3 di atas).

Gambar 27 Bak sampah beroda dua untuk sampah organik (hijau) dan sampah lainnya
(abu-abu)

Alasan yang paling umum untuk pemisahan sumber (sebagaimana bertolak


belakang dengan pemilahan terpusat) adalah pemisahan sumber menghasilkan
produk yang lebih bersih sehingga mudah sekaligus murah untuk diolah. Hal
tersebut akan menimbulkan sedikit dampak lingkungan dan merupakan
pemanfaatan sumber daya yang lebih baik. Misalnya, pemisahan sumber
mengurangi jumlah waktu penanganan, tempat untuk memungut sampah, dan
peralatan pra pengolahan yang biasanya dibutuhkan ketika mengolah sampah
campuran perkotaan.

Selain itu, bahan mentah yang dipisahkan di sumbernya menghasilkan produk


akhir yang lebih berkualitas tinggi secara konsisten karena biasanya
mengandung lebih sedikit kontaminan.

Aspek negatif dari pemisahan pemisahan sumber adalah bahwa metode ini
memindahkan sebagian beban kerja ke masyarakat sehingga hal tersebut
membutuhkan usaha tertentu. Oleh karena itu insentif yang berbeda untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, seperti pengurangan iuran sampah untuk
sampah yang dapat didaur ulang, terkadang perlu diterapkan. Selain itu,
investasi yang lebih sedikit dalam teknologi pemilahan di sarana pengolahan
pusat dan kinerja lingkungan yang lebih baik dalam beberapa hal dapat
dialihkan guna investasi yang lebih besar di peralatan pengumpulan.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 81

Bahan Pemisahan Sumber Bahan Campuran


Kelebihan: Kelebihan
Kecil kesempatan untuk terkontaminasi. Ini Biasanya dikumpulkan dengan peralatan dan
berimbas pada produk kompos yang sumber tenaga kerja yang ada
berkualitas lebih baik
Lebih sedikit uang dan waktu yang Nyaman untuk para penghuni karena tidak
dikeluarkan dalam penanganan dan dibutuhkan pemisahan
pemisahan bahan di sarana pembuatan
kompos
Memberikan manfaat edukatif bagi para
penghuni dan mungkin akan mendorong
usaha pengurangan sampah
Kekurangan: Kekurangan:
Bisa jadi kurang nyaman untuk para Potensi untuk terjadi kontaminasi lebih
penghuni tinggi yang berimbas pada produk kompos
yang berkualitas rendah
Mungkin membutuhkan pembelanjaan guna Biaya pengolahan dan sarana yang lebih
peralatan dan/atau kontainer baru tinggi
Mungkin membutuhkan pekerja tambahan
untuk pengumpulan sampah

Tabel 29 Kelebihan dan Kekurangan sampah pemisahan sumber versus sampah campuran
perkotaan

4.2 Pusat-pusat Keramaian Umum (PKU)


Selain dan di wilayah di mana pengumpulan tepi jalan dari benda-benda yang
dapat didaur ulang tidak tersedia, para penghuni dapat menyerahkan sampah
yang sudah dipisahkan sumbernya ke pusat-pusat penurunan sampah (drop-off
centers)/bring banks (kontainer untuk membuang sampah daur ulang). Pusat-
pusat ini dapat berupa lokasi yang sederhana di mana beberapa kontainer
diletakkan bersamaan atau di suatu sarana yang diawasi (tempat kegiatan
publik) dijaga oleh petugas yang terlatih dan dengan jam buka tertentu di mana
orang dapat masuk ke lokasi dengan mobil untuk membuang sampah, dan
tempat tersebut sebaiknya juga menyediakan tempat pembuangan terpisah
untuk barang-barang rongsokan domestik, seperti ban, kulkas, produk-produk
elektronik, dan sampah kebun.

Document1
82 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 28 Pusat kegiatan publik di Amsterdam, Belanda

Sebuah stasiun daur ulang atau pusat kegiatan publik dalam konteks ini
diartikan sebagai suatu sarana yang diawasi di mana warga dan bisnis skala
kecil dapat membawa beragam jenis sampah rumah tangga mereka ke tempat
ini. Tujuannya adalah untuk mendirikan sebuah sarana pelayanan untuk
mengoptimalkan pengumpulan beberapa jenis tertentu dari sampah dan bahan
bekas yang dapat dimanfaatkan. Sebagian besar stasiun daur ulang dirancang
bagi pengguna untuk membuang sampah dalam jumlah besar dengan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 83

menggunakan mobil yang menarik trailer atau truk pickup kecil. Namun, akses
dengan berjalan kaki ataupun menggunakan sepeda juga memungkinkan.

Merupakan praktek yang umum untuk merancang stasiun daur ulang yang baru
dengan kemungkinan untuk menerima 10-15 jenis bahan dan sampah
rongsokan yang berbeda, tergantung pada sarana pengolahan dan perawatan
yang tersedia serta peluang pasar, sebagai berikut:

› Kertas
› Kardus
› Plastik
› Kaca
› Aluminium dan kaleng baja
› Tekstil
› Logam besi dan lainnya
› Kayu
› Lemari pendingin, lemari pembeku, dan peralatan elektronik rumah tangga
› Produk listrik dan elektronik
› Sampah gedung – dan sisa penghancuran gedung
› Sampah taman
› Barang rongsokan yang tidak dapat didaur ulang yang akan dibuang ke TPA
dan/atau sarana pembakaran
› Sampah berbahaya rumah tangga untuk ditangani secara khusus/dibuang

Kontainer-kontainer sampah akan dipindahkan dan diganti berdasarkan


permintaan, misalnya ketika penuh, namun tidak harus selama jam buka saja.
Sebaliknya, disarankan untuk membuang sampah rongsokan di luar jam buka
untuk umum. Ini akan mengurangi kepadatan lalu lintas dan mencegah
kemacetan dan kecelakaan. Di sisi lain, moda operasi ini akan meningkatkan
kebutuhan kapasitas kontainer.

Karena stasiun ditujukan untuk melayani masyarakat umum dan bisnis skala
kecil, jam buka seharusnya berada pada periode di mana pengguna memiliki
kemungkinan besar untuk mengakses stasiun. Sehingga, direkomendasikan
bahwa jam buka normal adalah siang dan jam tutup tidak terlalu malam. Setiap
hari Sabtu dan Minggu bersifat pilihan. Namun, pengalaman memperlihatkan
bahwa akhir pekan biasanya sangat sibuk.

Sulit untuk memperkirakan di awal jumlah sampah yang melalui stasiun daur
ulang yang telah direncanakan. Beberapa faktor penentunya adalah kedekatan
jarak, kemudahan untuk diakses, publisitas, tingkat kesadaran lingkungan,
kebiasaan, kemungkinan alternatif untuk pembuangan sampah, dan biaya/iuran
pengguna untuk sampah yang tidak dipilah.

Stasiun daur ulang di seluruh dunia mendapatkan perhatian yang meningkat


sebagai sarana pengumpulan bahan rongsokan dan bahan bekas untuk daur
ulang.

Document1
84 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Kebutuhan ruang untuk sebuah stasiun daur ulang pada umumnya rata-rata
adalah satu hektar tergantung pada jumlah jenis sampah yang diterima dan
tingkat pemilahan yang dibutuhkan.

Jumlah petugas yang dibutuhkan pada umumnya 2-3 orang, tergantung pada
lamanya jam buka dan berapa hari dalam seminggu. Jika stasiun tersebut
menerima sampah berbahaya rumah tangga, seorang petugas harus selalu siaga
untuk menerima sampah jenis ini. Seorang petugas yang lain harus selalu ada
untuk memandu dan mengarahkan pengguna yang lain.

Tingkat kualitas yang berbeda sangat dimungkinkan, mulai dari sarana


sederhana dengan hanya satu tempat bernaung karyawan dan tidak memiliki
truk hingga sarana modern yang sangat lengkap.

Hal di atas tadi menunjukkan contoh sebuah stasiun daur ulang yang sangat
sesuai dengan kawasan padat penduduk yang tinggal di rumah-rumah terpisah
atau semi terpisah. Kawasan dengan tingkat kepadatan gedung-gedung multi
lantai yang tinggi lebih baik dilayani dengan sarana yang lebih sederhana yang
pada dasarnya menyediakan layanan yang sama, namun dalam skala yang lebih
kecil. Ini menyiratkan bahwa sarana tersebut tidak dijaga oleh petugas dan
hanya kontainer-kontainer untuk jenis sampah dasar saja yang tersedia,
misalnya kertas/kardus, wadah kaca, dan kaleng-kaleng logam.

4.3 Pengangkutan sampah


Pemuatan dan pengangkutan sampah adalah hal yang penting karena ini
merupakan suatu bagian kritis dari sistem pengelolaan sampah. Dalam bagian
ini pemuatan sampah dan pengangkutan berikutnya ke sarana pengolahan atau
pembuangan akan dibahas.

Pemuatan
Metode yang digunakan untuk memuat sampah dari kontainer penyimpanan ke
kendaraan pengumpul harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati karena
dampaknya terhadap biaya layanan dan kesehatan petugasnya.

Dalam situasi di mana upah buruh rendah, merupakan hal yang umum melihat
metode pemuatan sampah yang lambat, namun ini membuat kendaraan
menunggu lebih lama dan mengurangi jumlah perjalanan yang dapat dilakukan
dalam sehari, sehingga berdampak pada biaya pengumpulan setiap ton sampah,
bahkan jika upah buruh dianggap bukan merupakan hal yang penting.

Risiko kesehatan dan keselamatan juga sering menjadi permasalahan karena


beberapa metode pemuatan membuat petugas rentan terhadap risiko
menghirup debu dan spora jamur, dari risiko kontak kulit dengan sampah, dari
luka karena mengangkat, dan dari kecelakaan lalu lintas. Di beberapa kasus,
metode pemuatan manual tidak dapat dihindari, di sini penting untuk
mengurangi risiko.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 85

Pengumpulan langsung
Di beberapa kasus, kendaraan yang mengambil sampah dari titik pengumpulan
dapat membawa sampah langsung ke tujuan akhir (sarana pengolahan atau
tempat penimbunan). Ini disebut sebagai pengumpulan langsung.

Pengumpulan dua tahap


Jika sampah dikumpulkan dari kawasan perumahan yang padat penduduk,
sebuah sistem dua tahap sering dibutuhkan. Sampah mungkin dipindahkan dari
kendaraan primer ke kendaraan sekunder di sebuah stasiun pemindahan khusus
atau di salah satu dari beberapa titik pemindahan. Di Semarang, sistem yang
berlaku adalah sistem dua tahap di mana sampah pertama-tama dikumpulkan
oleh kendaraan pengumpul primer (gerobak atau gerobak motor) dan kemudian
dimuat ke dalam sebuah kontainer pemindah. Di Semarang saat ini sudah
merupakan hal yang biasa untuk menumpuk sampah di lantai TPS dan
kemudian memasukkan sampah tersebut ke dalam kontainer pemindah. Ini
merupakan sebuah langkah yang tidak perlu.

Pengumpulan mungkin dilakukan dari rumah-rumah dengan sebuah skema


berbasis masyarakat dan diletakkan di titik pemindahan untuk dibuang dengan
kendaraan dinas kota. Tahapan kedua ini seringkali bermasalah karena
pembuangan oleh dinas kota biasanya tidak dapat diandalkan di beberapa
kasus, yang mendatangkan kritik bagi skema berbasis masyarakat.

Document1
86 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 29 Contoh-contoh pengumpulan langsung dan stasiun pemindahan. a)


Pengumpulan langsung berawal dari titik timbulan sampah ke sarana
pengolahan/pembuangan. b) Pengumpulan dua tahap, kendaraan kecil
memindahkan ke stasiun pemindahan, kendaraan yang lebih besa

4.3.1 Beberapa pilihan untuk pemindahan sampah


Pemindahan sampah menjadi penting ketika jarak pengangkutan dari tempat
pengumpulan sampah ke sarana pengolahan atau tempat penimbunan yang
tersedia tidak layak secara ekonomis bagi kendaraan pengumpul sampah biasa.
Jarak ini biasanya mencapai di atas 25-35 km. Di stasiun pemindahan, sampah
yang telah dikumpulkan dipindahkan dari kendaraan pengumpul ke kendaraan
pengangkut lain yang lebih besar jenisnya.

Stasiun pemindahan biasanya digolongkan ke dalam stasiun pemindahan


muatan langsung atau stasiun pemindahan penyimpanan muatan simpan
tergantung pada apakah sarana tersebut memiliki kapasitas penyimpanan untuk
sampah yang masuk atau tidak. Lebih lanjut lagi, stasiun dapat digolongkan
terkait dengan adanya peralatan pemadat dan kapasitas umumnya.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 87

Gambar 30 Prinsip dari stasiun pemindahan muatan langsung sederhana tanpa


pemampatan

Gambar 31 Prinsip stasiun pemindahan muatan langsung dengan hopper dan


pemadatan

Jenis stasiun yang akan layak untuk sebuah kota tergantung pada sejumlah
faktor, misalnya kapasitas yang dibutuhkan jika menginginkan adanya
penyimpanan sampah, jenis sampah yang diterima, jenis kendaraan
pengangkut, jenis kendaraan pemindah yang dapat diakomodasi di sarana
pembuangan, dan topografi serta akses ke lokasi pembuangan.

Stasiun pemindahan biasanya dibangun dengan kapasitas dalam jangkauan 100


ton/hari hingga 500 ton/hari, atau lebih. Biasanya, stasiun pemindahan kecil
hingga sedang merupakan stasiun pemindahan muatan langsung di mana tidak
terdapat penyimpanan sampah perantara untuk sampah yang telah
dikumpulkan. Stasiun-stasiun ini mungkin memiliki lokasi yang dapat digunakan
oleh umum.

Stasiun pemindahan muatan langsung tanpa pemadatan


Sampah dibuang langsung dari kendaraan pengumpul ke dalam trailer pemindah
yang sudah menunggu. Biasanya terdapat dua lantai yang beroperasi. Di lantai
dasar, diletakkan sebuah kontainer yang terbuka di bagian atas. Pengguna
stasiun dan kendaraan membuang sampah langsung ke trailer pemindah
tersebut atau ke dalam hopper yang tersambung ke kontainer-kontainer ini dari
lantai atas. Trailer tersebut mungkin diletakkan di atas timbangan sehingga
penimbunan dapat dihentikan ketika kapasitas maksimum tercapai. Sebuah
mesin derek dengan ember clamshell dapat digunakan untuk menuangkan air ke
trailer. Setelah pemuatan, sebuah penutup ditempatkan di atas trailer.

Document1
88 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Stasiun-stasiun ini efisien karena sampah hanya ditangani sekali saja. Namun,
beberapa ketentuan harus ditetapkan untuk penyimpanan sampah selama waktu
sibuk atau kerusakan sistem. Sebagai contoh, kelebihan sampah mungkin
dikosongkan dan disimpan sementara di sebagian kawasan tersebut. Perijinan
sarana sering membatasi seberapa lama sampah dapat disimpan di lantai
pemungutan (biasanya 24 jam atau kurang).

Tabel 30 Kelebihan dan kekurangan stasiun muatan langsung

Kelebihan: Kekurangan:

Risiko untuk gagal berfungsi kecil karena Membutuhkan trailer yang lebih besar
peralatan hidrolik yang digunakan juga daripada stasiun pemadat
kecil

Meminimalisir penanganan sampah Menempatkan sampah dalam jumlah besar


langsung ke dalam trailer dapat merusak
trailer dan mengurangi kapasitasnya

Biaya konstruksi yang relatif kecil Meminimalisir kesempatan untuk


memanfaatkan bahan-bahan

Logistik yang mudah Membutuhkan bangunan berlantai dua

Stasiun Pemadatan
Di dalam stasiun-stasiun ini, sampah dikeluarkan dari truk pengumpul melalui
sebuah hopper dan dimasukkan ke dalam sebuah trailer tertutup melalui sebuah
pemadat. Dengan cara ini sampah dipadatkan sehingga mengurangi biaya
pemindahan.

Sebuah pemadat yang digerakkan oleh mesin hidrolik paling umum digunakan
untuk memadatkan sampah. Siklus kerja untuk unit pemadatan ini biasanya
antara 20 hingga 60 detik. Kapasitas setiap siklus pemadatan adalah antara 1
hingga 5 meter kubik, yang berarti bahwa isi kendaraan pengumpul sebanyak
20 meter kubik dapat dipadatkan dan disimpan di dalam trailer pemindah dalam
4 - 7 menit, dengan kepadatan 300 - 500 kg per meter kubik.

Jenis peralatan yang lain dapat digunakan untuk memadatkan sampah. Sebagai
contoh, baling kadang-kadang digunakan untuk rel jarak jauh dan
pengangkutan dengan truk. Bale dapat diangkut dengan truk flat-bed atau
trailer dengan konstruksi yang lebih ringan karena dinding samping dari trailer
tidak perlu menahan sampah sebab tanjakan hidrolik akan mendorong sampah
tersebut. Peralatan baling biasanya meningkatkan kepadatan sampah dari
sekitar 125 kg per meter kubik menjadi 600 - 800 kg per meter kubik. Bale
biasanya diikat dengan kawat baja atau dibungkus dengan plastik.

Kelemahan utama dari sarana pemadatan adalah bahwa kemampuan sarana


tersebut untuk mengolah sampah langsung tergantung pada operabilitas
pemadat tersebut. Pemilihan pemadat yang berkualitas, pemeliharaan
pencegahan berkala terhadap peralatan, ketersediaan dengan cepat petugas
pelayanan dan suku cadang merupakan hal yang sangat penting bagi
pelaksanaan yang dapat diandalkan.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 89

Gambar 32 Sebuah stasiun pemindahan dengan pemadat

Tabel 31 Kelebihan dan kekurangan stasiun pemadat muatan langsung dengan


hopper

Kelebihan: Kekurangan:

Menggunakan trailer yang lebih kecil Jika mesin pemadat gagal, tidak mungkin
daripada stasiun non-pemadatan yang mengisi muatan ke trailer
tidak dipadatkan

Mesin-mesin pemadat dapat dipasang Berat peralatan pemadatan dan trailer


sedemikian hingga sehingga bertulang mengurangi kapasitas trailer
menghilangkan kebutuhan untuk lantai
yang terpisah dan lebih rendah untuk
trailer

Biaya modal lebih tinggi untuk trailer


pemadat

Kapasitas pemadat mungkin tidak


mencukupi selama waktu puncak untuk
sampah yang masuk

Biaya untuk beroperasi dan memelihara


mesin pemadat mungkin tinggi

Sebagian kekurangan tersebut dapat diatasi dengan cara mendirikan sebuah


stasiun pemadat dengan penyimpanan muatan di mana sampah dikeluarkan dari
truk pengumpul ke dalam lubang dorong, dan kemudian dimuat ke dalam trailer
tertutup melalui sebuah mesin pemadat. Solusi ini memungkinkan sarana
tersebut untuk mengakomodasi puncak muatan, namun, dengan biaya modal
dan operasional yang lebih besar.

Risiko kontaminasi dan polusi lingkungan harus dipertimbangkan ketika


merancang dan merencanakan pengoperasian sebuah stasiun pemindahan.
Gangguan yang pasti adalah kertas dan plastik yang bertebaran ditiup angin,
burung dan hama, beserta keributan, debu, dan bau. Terlebih lagi, air limbah
dari pembersihan lokasi dan peralatan, serta emisi gas dari truk akan terjadi.

Document1
90 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Kebutuhan lahan untuk lokasi sebuah sarana dengan daya tampung 100.000
ton/tahun kurang lebih adalah 1,5 - 2 hektar. Kebutuhan pastinya tergantung
pada jumlah dan ukuran kendaraan pengumpul yang memasuki sarana tersebut,
kapasitas penyimpanan yang diinginkan, dan peralatan yang dipakai.

Kebutuhan staff juga tergantung pada jenis sarana dan kegiatan yang
dijalankan. Kebutuhan umum untuk stasiun pemadat adalah 3 orang ditambah
pengemudi trailer pemindahan.

Teknologi yang digunakan pada jenis stasiun pemindahan yang berbeda sudah
dikenal dengan baik dan telah dioperasikan secara menyeluruh selama
bertahun-tahun. Pada tahun-tahun belakangan ini, stasiun pemindahan sudah
menjadi umum di Eropa, dan teknologi ini berkembang sangat pesat di Amerika.
Di Denmark, beberapa stasiun pemindahan telah dibangun. Dirancang untuk
kapasitas 20.000 – 40.000 ton sampah per tahun, sebagian besar stasiun-
stasiun ini tidak dilengkapi dengan mesin pemadat.

4.4 Persiapan untuk daur ulang

4.4.1 Fasilitas Pemulihan Bahan (MRF)

Gambaran umum
Pengolahan sampah campuran atau yang dipisahkan sumbernya menjadi bahan
yang dipulihkan mencakup serangkaian proses unit. Sarana pengolahan sampah
semacam itudisebut Fasilitas Pemulihan Bahan (MRF). Jumlah proses yang
dijalankan tergantung pada tingkat pemisahan sumber sampah serta jenis
bahan yang akan dipulihkan.

Umumnya, sebuah MRF harus dirancang untuk mengolah sampah pasca


konsumen yang didapat dari sistem pemisahan sumber yang beragam, seperti
sistem pengumpulan dari pintu ke pintu atau pengumpulan tepi jalan. Tujuannya
adalah untuk memulihkan dan memasarkan bahan-bahan yang dapat didaur
ulang.

Proses-proses unit termasuk proses mekanis dan manual. Proses-proses


tersebut pada dasarnya berkaitan dengan pemisahan secara fisik dan
pengambilan suatu jenis bahan tertentu dari aliran sampah.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 91

Collection &
transport of source
segregated or
mixed waste

Reception Storage Size reduction

Weighing facilities, Picking lines Mechanical


registration, separation
storage

Residuals

Recycling Waste treatment


industry and dispos al

Gambar 33 Prinsip-prinsip umum sebuah Fasilitas Pemulihan Bahan (MRF)

Gambar 34 Pemandangan di dalam sebuah MRF

Pada umumnya terdapat dua jenis MRF yang berbeda: MRF “bersih” dan MRF
“kotor”. Sebuah MRF “bersih” menerima bahan-bahan "kering" campuran yang
dapat didaur ulang yang telah dipisahkan di sumbernya dari sampah perkotaan
yang dihasilkan oleh kawasan pemukiman atau perdagangan. Bahan-bahan ini
dipilah berdasarkan spesifikasinya lalu digabungkan, dicacah, dipadatkan, atau
sebaliknya disipkan untuk dikirim ke pasar.

Document1
92 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Sebuah MRF “kotor” menerima aliran sampah campuran dan lalu memisahkan
bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang ditentukan melalui sebuah
pemilahan gabungan manual dan mekanis. Bahan-bahan yang dapat didaur
ulang yang telah dipisahkan mungkin menjalani pengolahan lanjutan untuk
memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh pasar akhir, sementara itu
sisa aliran sampah campuran dikirimkan ke sarana pembuangan seperti TPA.

MRF bersih vs MRF kotor


Ketika membandingkan kedua jenis ini, MRF “bersih” (yaitu MRF bersamaan
dengan kegiatan pemisahan sumber) secara signifikan mengolah bahan
campuran secara lebih baik baik dari mutu bahan maupun tingkat
pengalihannya. Dalam hal pemilahan manual, jenis ini juga memberikan risiko
yang lebih sedikit kepada para pekerja. Walaupun MRF tidak membutuhkan
teknologi elektronik yang sulit, metode ini melibatkan bagian-bagian mekanis
dan mesin-mesin yang dapat saja rusak sewaktu-waktu dan membutuhkan
perawatan dari seorang profesional.

Ringkasan perbandingan antara MRF kotor dan MRF bersih disajikan dalam tabel
di bawah ini.

Tabel 32 Perbandingan antara pemilahan sebagian besar manual dan pemilahan


mekanis

Teknologi Masalah Biaya Mutu sampah Risiko sampah


pengolahan kesehatan yang masuk yang keluar

MRF kotor Banyak Investasi: Tidak ada Nilai sampah


masalah rendah bahan-bahan daur ulang
kesehatan Operasional dan yang besar yang rendah
yang serius Pemeliharaan: Dapat dicampur /negatif
tinggi
Pendapatan:
negatif

MRF bersih Beberapa Investasi: Sumber telah Nilai sampah


masalah rendah dipisahkan daur ulang
kesehatan Operasional dan dalam yang beragam
Pemeliharaan: wadahnya
tinggi masing-masing
Pendapatan:
rendah

Gambaran teknis pengurangan ukuran dan peralatan pemilahan


Umumnya sebuah MRF menggunakan beragam unit operasi dan sarana.
Tujuannya adalah untuk memodifikasi karakteristik fisik sampah sehingga
komponen-komponen sampah dapat dihilangkan dengan lebih mudah,
menghilangkan komponen-komponen tertentu dan kontaminan dari aliran
sampah, dan untuk mengolah dan mempersiapkan bahan-bahan yang telah
dipisahkan untuk penggunaan selanjutnya.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 93

Gambar 35 Contoh tata letak sebuah MRF dengan mekanisasi tinggi

Serangkaian jenis-jenis peralatan mekanis yang paling lazim untuk pemilahan


sampah ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 33 Tinjauan teknik-teknik pemisahan sampah

Teknik pemisahan Properti pemisahan Bahan yang dipilah Fokus utama


Tromol dan Saringan Size Ukuran berlebih – Pengisian dan
kertas, plastik pembersihan udara
bahan-bahan organik
kecil, kaca, materi yang
sangat halus
Klasifikasi udara Berat Ringan – plastik, kertas Pembersihan udara
Berat – batu, kaca
Pemisahan balistik Kepadatan dan Ringan – plastik, kertas Tingkat materi yang bisa
elastisitas Berat – batu, kaca melalui sitem
Pemisahan magnetis Properti magnetis Logam bersifat besi Teknik yang terbukti
Pemisahan Arus Eddy Konduktivitas listrik Logam bersifat besi Teknik yang terbukti
Pengapungan – Kepadatan diferensial Mengapung – Plastik, Menghasilkan aliran
teknologi pemisahan bahan-bahan organik sampah basah
basah Tenggelam – Batu, kaca
Pemisahan manual Pengamatan visual Plastik, bahan isian, Permasalahan terkait
bahan ukuran berlebih etika peran, kesehatan,
dan keselamatan

Pengurangan ukuran. Ini meliputi mesin pencacah, seperti hammer mills, shear
shredders, penghancur kaca, dan penggiling kayu, yang akan mengurangi
ukuran partikel sampah. Shear shredders are also used as bag breakers.

Sebuah mesin pencacah bekerja dengan poros yang berotasi pelan (20-60 rpm).
Mesin pencacah tersebut dilengkapi dengan satu atau dua poros, dengan pisau
yang melekat. Pisau tersebut berputar berhadapan dengan sebuah sisi
pemotong. Pengurangan ukuran terjadi jika bahan terkoyak antara sisi
pemotong dan pisau (lihat gambar 36).

Document1
94 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 36 Pemandangan dalam sebuah mesin pencacah

Gambar 37 Sebuah mesin pencacah dengan dua poros dalam sebuah sarana MRF

Penyaringan. Ini meliputi penyaring bergetar, penyaring berputar (tromol), dan


penyaring cakram. Peralatan ini akan memisahkan dan memperkecil ukuran
bahan. Tromol juga digunakan sebagai pemutus kantung. Tujuan dari
penyaringan ini adalah untuk memisahkan bahan sampah ke dalam beragam
ukuran partikel. Tekniknya adalah dengan memisahkan sampah berdasarkan
bukaan pada permukaan yang disaring. Singkatnya, sampah yang lebih kecil
dari bukaan penyaring tersebut akan jatuh. Perlu diperhatikan bahwa sejumlah
prosentase tertentu dari sampah berukuran kecil mungkin akan tetap bersama
sampah yang terlalu besar ukurannya.

Beragam jenis penyaring termasuk:


Penyaring tromol. Dapat digunakan untuk penyaringan primer serta penyaringan
akhir. Penyaring tromol bekerja dengan membiarkan sampah di dalam
penyaring berputar hingga sampah tersebut menemukan sebuah lubang yang

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 95

cukup besar untuk dilalui. Sebuah contoh dari penyaring tromol dengan sampah
di dalamnya dapat dilihat di gambar 38Error! Reference source not found..
Untuk mendapatkan sebuah tingkat efisiensi 90% dalam memulihkan potensi,
waktu retensi dalam penyaring tromol maupun daerah permukaan penyaring
harus berhubungan dengan bahan muatan. Kapasitas tromol adalah rata-rata 1
t/m² permukaan tromol per jamnya.

Gambar 38 Sebuah pemandangan di dalam penyaring tromol dua langkah

Penyaring berayun. Dapat digunakan untuk kompos dan jenis sampah yang lain.
Penyaring berayun telah dibuktikan bebas penyumbatan. Teknik yang digunakan
pada dasarnya adalah menciptakan suatu jala yang fleksibel dari karet dan
plastik yang terpasang pada lengan ayun yang bergerak ke arah yang
berlawanan. Bukaan penyaring merupakan kotak kecil pada jala tersebut.
Gerakan lengan-lengan yang berlawanan secara otomatis menyebabkan suatu
gerakan seperti gelombang pada jala tersebut.

Penyaring cakram. Penyaring cakram dapat digunakan untuk sampah campuran


dan sampah seperti jika memilah kaca dari plastik, atau bisa juga digunakan
untuk memilah sampah 2 dimensi (seperti kardus) dari bahan 3 dimensi (seperti
sampah kemasan).

Cakram-cakram diposisikan sedemikian rupa sehingga setiap cakram


ditempatkan di takik poros di sekitarnya. Jarak antar celah antara cakram-
cakram tersebut menentukan ukuran bukaan penyaring setiap grate. Kegiatan
berputar cakram-cakram tersebut mungkin juga menghancurkan sebagian
sampah pada penyaring. Sisi-sisi yang mebulat antara cakram-cakram tersebut
dan daerah sudut cekung mencegah penggumpalan sampah. Sebuah contoh dari
cakram-cakram tersebut dapat dilihat di gambar 40.

Document1
96 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 39 Sebuah contoh penyaring cakram dua langkah untuk sampah

Gambar 40 Penyaring cakram

Klasifikasi udara. Sistem pengklasifikasi udara melibatkan sebuah pengklasifikasi


udara dan sebuah pemisah siklon. Ini akan memisahkan bahan ringan dari
pecahan-pecahan yang berat.

Pengklasifikasi udara memisahkan menurut kecepatan jatuh partikel-partikel di


dalam aliran udara. Pengklasifikasi udara bekerja berdasarkan prinsip bahwa
kecepatan jatuh suatu sampah tergantung pada bentuknya dan gaya gravitasi
tertentu. Ini berarti bahan yang kurang padat (seperti kertas, plastik, bahan
organik kering dan ringan) akan tertangkap dalam arus udara ke atas dan
terbawa oleh udara, sebaliknya sampah yang lebih padat (seperti logam, batu,
ubin, dan materi organik basah) akan dijatuhkan ke dasar oleh udara. Sampah
yang lebih padat akan jatuh keluar aliran udara sehingga terpisah. Untuk
memisahkan pecahan-pecahan ringan sampah dari aliran udara dapat dilakukan
dengan sebuah siklon.

Dari beragam jenis pengklasifikasi udara yang ada, teknologi yang paling
dominan adalah pengklasifikasi udara zig-zag dan pengklasifikasi udara berputar
(lihat Gambar 41). Pengklasifikasi udara yang lain termasuk kap penghisap,
pengklasifikasi udara lintas arus, dan pengklasifikasi airbed.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 97

A) B)

Gambar 41 A) Pengklasifikasi udara zig-zag B) Pengklasifikasi udara berputar

Pemisah balistik. Pemisah balistik dikembangkan untuk memisahkan sampah


perkotaan dan sampah komersia ke dalam tiga pecahan berat, ringan, dan
lembut. Pemisah balistik bekerja dengan cara memisahkan sampah berdasarkan
ukuran, kepadatan, dan kekakuan sampah.

Pergerakan dalam pemisah balistik memisahkan sampah ke partikel yang lebih


ringan, seperti kertas, kardus, foil kertas, dan pecahan-pecahan yang lebih
berat.

Pemisahan magnetis. Pemisahan magnetis adalah sebuah proses yang


digunakan untuk memisahkan logam magnetis dari campuran beberapa jenis
bahan sampah yang berbeda. Sebagai contoh, kaleng yang mengandung bahan
magnetis dapat dipisahkan dari kaleng yang mengandung aluminium saja.

Efisiensi pemisahan magnetis bersifat sensitif terhadap kedalaman sampah,


karena bahan kecil yang mengandung besi tidak akan menempel ke magnet jika
terkubur di bawah bahan-bahan non-besi, sementara bahan-bahan yang besar
dan mengandung besi dapat menarik serta bahan-bahan non-besi lain seperti
kertas dan plastik. Klasifikasi udara untuk menghilangkan pecahan kertas dan
plastik yang ringan sebelum pemisahan magnetis memperkecil kontaminan
dalam besi rongsokan. Pra-pencacahan dan penyaringan dapat juga
meningkatkan pemulihan besi. Karena pemisahan magnetis relatif murah,
kadang-kadang proses ini ditemukan di beberapa lokasi di sarana pembuatan
kompos. Sedikitnya dua tahap pemisahan magnetis biasanya dibutuhkan untuk
mendapatkan pemulihan besi yang efisien.

Pemisahan magnetis efektif terhadap besi dan sebagian besar baja, namun tidak
dapat memisahkan aluminium, tembaga, dan logam non-besi lainnya. Untuk
tujuan itu, pemisahan arus Eddy dapat digunakan. Proses tersebut
menggunakan sebuah medan magnetis yang sangat kuat untuk memisahkan
logam non-besi dari sampah, bagaimanapun juga seluruh logam besi telah
dihilangkan sebelumnya. Alat tersebut memanfaatkan arus Eddy untuk
menyebabkan terjadinya pemisahan. Arus Eddy merupakan arus yang diinduksi
dalam konduktor-konduktor untuk melawan perubahan influx yang
menghasilkannya. Pemisah arus Eddy dipasangkan ke conveyor belt yang
membawa sebuah lapisan tipis sampah campuran. Di ujung conveyor belt

Document1
98 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

merupakan sebuah rotor arus Eddy. Logam-logam non-besi dilemparkan ke


depan dari conveyor belt tersebut ke sebuah wadah produk, sementara non-
logam jatuh dari conveyor belt karena gaya gravitasi.

Gambar 42 Sebuah pemisah magnetik di atas roda berjalan

Gambar 43 Prinsip-prinsip pemisah arus Eddy Current

Pemisahan manual. Pemisahan manual dapat diterapkan untuk menghilangkan


kontaminan dari sampah campuran sebagai tahap awal pengolahan. Pemisahan
manual secara keseluruhan terhadap bahan-bahan dari sampah campuran di
luar penghilangan kontaminan ini diperuntukkan bagi kegiatan pengolahan
dalam skala kecil dan tidak direkomendasikan bagi yang lebih besar.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 99

Gambar 44 Prinsip-prinsip pemilahan manual

Gambar 45 Lajur pemilahan manual di sebuah MRF

Berbeda dengan hal tersebut, pemilahan manual bahan-bahan yang telah


dipisahkan sumbernya atau komponen-komponen selain bahan-bahan yang
dikhususkan untuk pengumpulan terpisah dapat diterapkan, namun sering
dirancang merupakan gabungan dengan metode pemisahan mekanis.

Peralatan yang digunakan dalam pemilahan manual bahan-bahan mungkin


termasuk ban berjalan untuk pemilahan atau meja-meja dengan campuran
bahan-bahan yang akan dipilah. Petugas yang telah ditempatkan akan
memungut bahan-bahan yang diinginkan dan menempatkannya di dalam hopper
dan wadah untuk pengangkutan lebih lanjut.

Dalam hal ini, pemilahan manual berkonsentrasi pada bahan-bahan yang akan
dipulihkan, bukan pada bahan-bahan kontaminan ("pemilahan positif"). Dengan
kata lain, pelaksanaan dari rancangan pemisahan manual akan tunduk pada
keamanan dasar dan peraturan dan persyaratan terkait dengan lingkungan.

Document1
100 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Parameter-parameter rancangannya adalah:

› Teknologi yang telah terbukti sesuai dengan lokasi dan sumber daya
tertentu, termasuk pendidikan dan kapasitas para karyawannya
› Karakteristik sampah dari mana bahan-bahan yang diinginkan akan
dipulihkan, yaitu apakah inputnya merupakan sampah campuran atau tidak
atau merupakan sampah yang sudah dipisahkan sumbernya
› Spesifikasi dari bahan-bahan yang dipulihkan, termasuk mutu bahan-bahan
yang dipulihkan, dijaga seperti asalnya atau ditingkatkan
› Fleksibilitas pengolahan untuk mengakomodasi perubahan di masa depan
yang potensial dalam kondisi pasar
› Efisiensi pemulihan
› Logistik, seperti pemyimpanan bahan-bahan, akomodasi kendaraan, dsb.
› Kapasitas bahan yang diletakkan melalui sistem, ketersediaannya, dan
pengulangan sistem

Suatu pemahaman yang baik mengenai kuantitas dan kualitas bahan mentah
yang akan dikirimkan ke sarana pemilahan memudahkan untuk menentukan
ukuran, jenis peralatan, jam kerja, kualitas bahan yang dipulihkan, pendapatan
yang diharapkan, dan hal-hal yang lain.

Banyak sarana pemilahan sampah pada umumnya menyertakan pemilahan


manual substansial sebagai kegiatan pemisahan primer dan sekunder,
digabungkan dengan proses unit mekanis. Pemilahan manual jelas merupakan
kegiatan yang padat karya dan padat waktu. Tingkat dan efisiensi pemilahan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk jenis dan bentuk bahan-bahan yang
akan dipisahkan dan tingkat kontaminasinya, dll.

Selain tenaga kerja untuk memilah, para karyawan sebuah MRF termasuk para
operator peralatan tetap dan berputar beserta petugas pemeliharaan, dengan
jumlah petugas pemilahan mencakup hingga 50% atau lebih. Juga termasuk
manager pabrik, ahli penimbangan, petugas pembukuan, dan karyawan kantor
yang dibutuhkan.

Kebutuhan pegawai pada umumnya adalah 15 hingga 25 orang termasuk


pegawai kantor untuk kapasitas sekitar 25.000 ton/tahun.

Produktifitas pemilah pada umumnya adalah dalam jangkauan antara 1-4


ton/jam untuk koran dan karton bergelombang, 0,2 hingga 0,8 ton/jam untuk
kaca, 0,1 hingga 0,3 ton/jam untuk wadah plastik (PET atau HDPE).

Kebutuhan area lantai tergantung pada proses yang dipakai dan kapasitas
penyimpanan yang diinginkan, untuk bahan-bahan sampah yang masuk maupun
yang telah diolah.

Kebutuhan area lantai untuk sebuah MRF dengan kapasitas penyimpanan 2 hari
untuk sampah yang masuk dan kapasitas penyimpanan 14 hari untuk sampah
yang telah diolah dapat diperkirakan pada 15.000 m² untuk sebuah sarana
dengan kapasitas 25.000 ton/tahun (sampah yang telah dipisahkan sumbernya).

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 101

4.5 Pilihan-pilihan pengolahan dan pembuangan

4.5.1 Teknologi MBT


Tantangan utama yang dihadapi Kota Semarang adalah kurangnya kapasitas
pembuangan sampah di TPA di masa datang, kebutuhan untuk membuang
sampah dengan cara yang ramah lingkungan, dan keinginan untuk
memanfaatkan energi dari sampah.

Secara umum, terdapat tiga pilihan yang mungkin akan dijalankan untuk
mencapai target-target pengurangan:

› Pembakaran seluruh sampah perkotaan (atau bagian akhir yang bersifat


residu dari sampah organik telah dihilangkan).

› Pemilahan mekanis dari sampah perkotaan campuran, yang menghasilkan


segmen untuk pembakaran, pengolahan biologis, dan daur ulang bahan.
Metode tersebut dinamakan MBT – Pengolahan Biologis Mekanis

› Pengumpulan sampah organik yang sudah dipisahkan sumbernya untuk


pembuatan kompos aerobik atau anaerobik (pengolahan di fasilitas biogas)

Tiga pilihan tersebut dapat digabungkan. Ketika mengevaluasi ketiga pilihan


tersebut – dan solusi teknis antara setiap opsi – seseorang harus
mempertimbangkan

› apa yang dipulihkan (energi dan bahan) – demikian juga dengan


kualitasnya

› apa yang akan dibuang ke TPA pada akhirnya – demikian juga dengan
kualitasnya

› kontaminasi apa yang dihasilkan (hasil sampingan yang berbahaya,


kontaminasi berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan)

Ketiga pilihan tersebut seluruhnya menghasilkan energi yang dapat dipasarkan,


bahan daur ulang yang dapat dipasarkan, dan residu untuk dibuang/ditimbun.
Mutu dari hasil-hasil sampingan ini beragam tergantung pada jenis sampah yang
diterima dan proses yang dipilih. Contohnya:

› Energi dihasilkan dalam jumlah yang agak besar dalam sebuah


insinerator/fasilitas pengolahan sampah menjadi energi, sementara panas
yang dihasilkan melalui pembuatan kompos menghilang. Pengolahan
anaerobik menangkap gas metana (biogas) yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menghasilkan energi.

› Pembakaran menghasilkan produk residu (abu dasar/bara) serta hasil


sampingan dari pembersihan gas buang. Produk dari pembersihan gas
buang dianggap berbahaya dan memerlukan pembuangan khusus.

Document1
102 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Kompos yang dihasilkan oleh pabrik kompos dapat didaur ulang sebagai
pupuk/zat pengubah tanah jika kontaminasi diabaikan, berarti kompos
sebaiknya dibuat dari sampah yang dipisahkan sumbernya.

› Sebuah MBT menghasilkan bagian-bagian untuk didaur ulang dan produk


kompos yang mungkin dimanfaatkan di tanah pertanian jika kontaminasi
dapat dijaga dalam batas yang diatur oleh undang-undang.

Gambar 46 Sebuah pabrik MBT di Jerman

Pra-pengolahan sampah mekanis-biologis umumnya bertujuan untuk


mengurangi volume dan stabilisasi sampah serta pemisahan mekanis bagian-
bagian tertentu dari sampah (contohnya: plastik, logam) untuk daur ulang, dan
pemisahan bagian-bagian berkalori tinggi yang dapat digunakan untuk membuat
RDF (bahan bakar dari sampah). MBT sering terdiri dari beberapa proses unit
yang biasanya dikenal dari pengelolaan sampah.

Untuk konteks saat ini, proses MBT dapat dibagi menjadi dua kategori utama,
pengeringan biologis atau pemilahan. Ini mengacu kepada proses awal dalam
pabrik MBT (lihat gambar 47). Tata ruang dan rancangan aktual dari pabrik
tersebut akan menentukan aliran bahan melalui pabrik dan juga jumlah (dan
mutu) bahan-bahan daur ulang, RDF, dan produk-produk residu.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 103

Gambar 47 Rancangan MBT – Dua pendekatan yang berbeda: Mengolah bahan-bahan


organik lalu memisahkan atau Memisahkan lalu mengolah bahan-bahan
organik

Pendekatan pertama: mengolah bahan-bahan organik lalu


memisahkannya
Umumnya, reaktor pengeringan biologis dalam pabrik MBT menerima residu
sampah perkotaan yang telah dicacah namun belum dipilah dan menghasilkan
output yang telah dikeringkan secara biologis dan menjalani proses pasca
pengolahan mekanis yang ekstensif. Dalam bioreaktor pengeringan biologis,
energi panas dilepaskan selama penguraian aerobik bahan organik yang siap
diuraikan dengan aerasi berlebihan untuk mengeringkan sampah.

Ini menarik bagi pabrik-pabrik MBT yang didirikan untuk menghasilkan bahan
bakar padat hasil pemulihan (SRF) sebagai output mereka karena
menghilangkan kelebihan kelembaban dari sampah yang masuk memfasilitasi
pengolahan mekanis dan meningkatkan potensi pemanfaatan panas. Sehingga
terdapat ketertarikan yang tinggi terhadap pabrik MBT dengan pengeringan
biologis: 20 referensi komersial saat ini beroperasi di Eropa, dengan keseluruhan
kapasitas lebih dari 2.000.000 ton setiap tahunnya.

Reaktor pengeringan biologis menggunakan sebuah gabungan antara proses-


proses fisika dan biokimia yang dirancang secara teknis. Rancangan reaktor
meliputi sebuah wadah yang dipasangkan dengan sebuah sistem aerasi; wadah-
wadah tersebut dapat ditutup, atau ruangan terowongan terbuka, atau tong
berputar. Dari sisi biokimia, biodegradasi aerobik bahan-bahan organik yang
dapat diuraikan terjadi. Dari sisi fisika, penghilangan kelembaban konvektif
didapat melalui aerasi berlebih yang terkendali. Oleh karena itu, mekanisme
pengeringan utama adalah penguapan konvektif dengan menggunakan panas
dari biodegradasi aerobik komponen-komponen sampah dan difasilitasi oleh
aliran udara yang didukung secara mekanis.

Document1
104 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Sejumlah terbatas cairan lepas mungkin mengalir melalui matriks sampah dan
dikumpulkan di dasar reaktor pengeringan biologis sebagai lindi.

Pengeringan biologis optimal dapat dicapai melalui rancangan reaktor yang


efektif dan pengkondisian bahan-bahan yang masuk, digabung dengan proses
pemantauan dan pengendalian yang sesuai. Waktu tinggal biasanya antara 7-15
hari.

Gambar 48 Gambar aliran umum pengeringan biologis

Gambar 49 Dari sampah perkotaan (kiri) menjadi pelet RDF (kanan)

Proses pengeringan biologis mengurangi massa sampah secara signifikan


(hingga 25% yang hilang, terutama oleh penguapan air) dan pada saat yang
bersamaan hanya sedikit sekali mengurangi kandungan yang dapat diuraikan,
begitu pula nilai kalorinya. Keuntungan dari nilai kalori karena rendahnya
kelembaban lebih besar dari konsumsi listrik, misalnya untuk kipas yang
menjalankan proses.

Pemilahan dalam MBT pengeringan biologis sering terbatas pada memilah logam
dengan mekanisme magnetis dan arus Eddy.

Hasilnya adalah:

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 105

› RDF yang akan digunakan dalam pembangkit WtE atau di tempat lain
› Bahan-bahan yang dapat didaur ulang (seperti logam)
› Produk-produk residu (bahan-bahan lembam untuk TPA)

Pendekatan kedua – pemisahan lalu pengolahan bahan-bahan organik


Ketika menggunakan pendekatan yang kedua, tujuannya adalah menghasilkan
suatu produk yang dapat dicerna dalam sebuah reaktor biogas, yang
menghasilkan biogas serta produk kompos (pengubah kualitas tanah) dan RDF
untuk konversi energi, yaitu untuk memaksimalkan pemulihan energid an
mencapai pengalihan maksimum dari TPA.

Hasilnya serupa dengan hasil dari pendekatan yang pertama, namun dengan
tambahan produk kompos dan penekanan yang lebih pada bahan-bahan yang
dapat didaur ulang, juga lebih sedikit RDF.

Bahan-bahan yang dapat didaur ulang dari MBT


Penting untuk menyebutkan beberapa tantangan terkait dengan bahan-bahan
yang dapat didaur ulang yang diperoleh dari beragam proses MBT. Biasanya
mutunya lebih rendah daripada yang dihasilkan oleh sistem pemisahan sumber
dan oleh karena itu nilai pasarnya pun lebih rendah. Jenis-jenis bahan yang
dipulihkan dari proses-proses MBT hampir selalu mengandung logam (besi dan
non-besi) dan untuk banyak sistem MBT, ini merupakan satu-satunya bahan
daur ulang yang diekstraksi.

Bahan-bahan lain yang mungkin diekstraksi dari proses-proses MBT termasuk


kaca, tekstil, kertas/kardus, dan plastik. Yang paling umum adalah kaca. Bahan-
bahan ini biasanya dipisahkan sebagai bagian “padat” dari pengklasifikasi udara
atau pemisahan balistik. Namun demikian, memisahkan kaca untuk daur ulang
dari sampah residua tau sampah campuran dari pabrik MBT akan membutuhkan
teknik pemilihan bahan-bahan khusus.

Tabel 34 Indikasi CAPEX dan OPEX untuk pabrik MBT

Pengeringan biologis MBT dengan pengolahan


dengan RDF* anaerobik

CAPEX (Euro/ton kapasitas) 75-150 350-700

OPEX tetap (Euro/ton kapasitas) 5-10 10-30

OPEX tidak tetap (Euro/ton) 10-15 10-40

*Konsep Cilacap

4.5.2 Pengolahan anaerobik


Pengolahan anaerobik (AD) merupakan penguraian biologis bahan-bahan
organik (sampah biologis) di bawah kondisi anaerobik dengan produksi primer
metana dan produksi sekunder gas-gas yang lain secara bersamaan. Produk
akhir adalah produk pengubah mutu tanah dan gas yang mudah terbakar
(metana) yang akan digunakan untuk produksi energi dalam bentuk listrik

Document1
106 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dan/atau uap/panas. AD menyediakan fungsi dua kali lipat: Pengolahan sampah


biologis dan produksi energi.

Masukan Sampah
AD khususnya sesuai dengan sampah organik dengan kandungan kelembaban
tinggi seperti sampah dapur dan sisa makanan dan yang seperti itu dapat
melengkapi pengolahan aerobik (pembuatan kompos), yang sangat sesuai untuk
sampah-sampah yang kasar dan berstruktur, seperti potongan semak-semak
dan puing-puing dari halaman yang lain. Teknologi tersebut juga dapat
digabungkan dengan sistem pemilahan mekanis untuk memproses sampah
perkotaan campuran yang merupakan residu (untuk MBT lihat bagian di above).
Prinsip-prinsip umum diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.

Collection & Manure, slaughterhouse waste


transport of
biowaste
Residuals

Reception Pre-treatment Mixing with


other wastes

Digested Post treatment One or two stage


material fermentation

Residuals Biogas

Land Power Purification and


application & Heat Energy Conversion
units

Gambar 50 Prinsip-prinsip umum fasilitas biogas (dengan proses pengolahan)

Proses-prosesnya biasanya seperti berikut ini:

› Penerimaan sampah: jembatan timbang, bunker


› Pra-pengolahan: penggiling/pencacah, pemisah, dan pulping
› Pengolahan: memasukkan dan mencampur
› Pasca pengolahan: higienisasi, pemisahan, pengurangan kandungan air,
pengeringan, pembuatan kompos
› Penanganan gas: Pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan
pemanfaatan

Pra-pengolahan dan pasca pengolahan merupakan proses yang saling


berhubungan.
Proses-proses AD berlangsung hingga sekitar dua sampai tiga minggu
tergantung pada kemudahannya dan hingga tahap apa bahan-bahan tersebut
dikonversikan menjadi biogas, serta teknologi yang digunakan. Misalnya, untuk

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 107

sampah yang berisi sejumlah besar bahan-bahan kayu (kandungan lignin


tinggi), waktu tinggal yang lebih lama akan dibutuhkan untuk mendapatkan
produksi biogas yang diinginkan.
Karena proses yang dijalankan adalah proses aerobik, panas tidak langsung
dihasilkan. Sebaliknya, suhu proses utama harus dapat dijaga pada rentang
suhu termofilik ataupun mesofilik (rata-rata 55o C dan 35o C). Rentang suhu
termofilik memberikan secara umum hasil yang terbaik, namun tingkat suhu ini
juga memberikan tantangan yang lebih besar untuk pengendalian proses.
Percernaan umumnya akan menghancurkan 40-70% senyawa organik tak stabil
dari sampah.

Keseimbangan massa bergantung pada konsep pabrik, termasuk pra- dan pasca
pengolahan. Selain itu metodologi pengumpulan, misalnya penggunaan kantung
sampah di rumah tangga dan mutu sampah yang dikumpulkan juga memainkan
peranan penting.

Teknik-teknik AD dapat digolongkan ke dalam dua teknologi: basah dan kering.


Sistem AD basah mengolah lebih banyak bahan-bahan cair (lebih dari 85%
kelembaban), sementara itu proses-proses AD kering biasa digunakan untuk
mengolah bahan-bahan dengan lebih sedikit kelembaban dalam rentang dari
bubur kental hingga bahan padat basah. Bahan baku sampah dicampur dengan
cairan limbah proses dan/atau air segar untuk mempersiapkan sampah dengan
kelembaban optimal dan properti aliran yang dibutuhkan pabrik AD.

Lebih lanjut, proses biokimia dapat dibagi ke dalam suhu di mana proses
tersebut beroperasi baik di bawah suhu mesofilik atau termofilik. Kedua proses
basah dan kering dijabarkan di bawah dengan mempertimbangkan suhu dan
satu langkah atau multi langkah.

Gambar 51 Bagian dari Fasilitas Pengolahan Anaerobik di IGEAN, Belgia

Sistem kering menggunakan rancangan reaktor pasang arus. Pendekatan ini


melibatkan penambahan air tawar dan/atau sampah yang difermentasi sebagian
ke dalam salah satu ujung reaktor sementara itu residu yang dicerna

Document1
108 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

sepenuhnya diekstraksi dari ujung lainnya. Teknologi kering dapat berisi tangki-
tangki vertikal atau horisontal. Tangki-tangki vertikal mengandalkan gaya
gravitasi untuk menggerakkan bahan-bahan melalui sistem, sebaliknya sistem
horisontal menggunakan bor khusus atau penghalang. Sebuah keuntungan
potensial dari sistem kering ini adalah bahwa sistem ini dapat mentoleransi
tingkat kontaminan fisik yang tinggi.

Sistem AD basah yang digunakan untuk mengolah sampah perkotaan telah


diadaptasi dari sistem yang sudah berjalan dengan baik yang digunakan untuk
mengolah fasilitas pengolahan limbah cair. Proses pengolahan terjadi dalam
tangki vertikal tertutup (digester) yang biasanya terus-menerus dicampur untuk
memaksimalkan kontak antara mikroba dengan sampah. Pencampuran dapat
dilakukan dengan menggunakan alat-alat pengaduk mekanis, atau dengan
mensirkulasi kembali biogas atau sampah melalui tangki pengolahan.
Pemindahan bahan antara beberapa tangki dilakukan melalui pompa. Jenis
sistem basah ini lebih sesuai untuk bahan baku yang siap dikonversikan ke
dalam bentuk cair, seperti sisa makanan. Dalam beberapa sistem AD basah,
tahap persiapan sampah dapat digunakan untuk menghilangkan kontaminan
sampah residu campuran dengan menghilangkan kontaminan berat dan ringan
melalui pemisahan gravimetrik basah.

Proses-proses satu langkah dan multi langkah


Proses utama terjadi di dalam digester baja terinsulasi dan tertutup. Proses
tersebut melibatkan jenis-jenis mikroorganisme yang berbeda pada kurang lebih
tiga tahapan yang berbeda. Tahap pertama yaitu tahap pemecahan polimer,
mikroorganisme pengurai selulosa dan protein menjadi aktif, membentuk
senyawa yang dapat larut. Tahap kedua adalah pembentukan asam di mana
bakteri asam membentuk asam organik. Tahap ketiga adalah tahap
pembentukan metana di mana bakteri metana membentuk metana dan karbon
dioksida serta gas-gas yang lain bersama-sama dengan residu stabil.

Proses-proses AD oleh sebab itu dapat diatur untuk memberikan kondisi


optimum bagi setiap tahapan ini atau dapat dirancang sebagai sebuah proses
satu langkah. Proses multi langkah memiliki beberapa tahapan proses yang
menggunakan ruang-ruang yang berbeda untuk mengoptimalkan tahap-tahap
proses yang berbeda, sedangkan proses satu langkah hanya memiliki satu
digestion tunggal di mana seluruh tahapan kegiatan mikroorganisme
berlangsung.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 109

Gambar 52 Proses pengolahan anaerobik satu langkah

Biogas
Biogas yang dihasilkan selama pengolahan anaerobik sebagian besar terbentuk
dari metana (umumnya dalam rentang antara 62 – 65% volume) dan karbon
dioksida, begitu juga gas-gas lain dalam jumlah yang lebih kecil termasuk
hydrogen sulfida.

Keseimbangan energi berikut dapat diharapkan (dihitung untuk bagian organik


sampah saja):

Tabel 35 Keseimbangan energi untuk sarana biogas

Produksi kotor, per ton sampah basah (VS = 20-25%) 120-160 Nm³ biogas

Kandungan energi dalam biogas 22-25 MJ/Nm³ biogas

Produksi energi kotor 2200-3300 MJ/ton sampah

Konsumsi internal 800 MJ/ton sampah

Produksi bersih 1400-2500 MJ/ton sampah

Faktor konversi (untuk motor biogas) 0,30

Energi bersih yang dihasilkan (produksi listrik) 420-750 MJ/ton sampah

Tergantung pada rancang sistem, biogas dapat dibakar untuk menjalankan


sistem motor/generator yang menghasilkan listrik dan panas (disebut sistem
kogenerasi (menghasilkan secara bersamaan)), dibakar sebagai bahan bakar
dalam ketel uap atau tungku atau dibersihkan dan digunakan sebagai pengganti
gas alami.

Bahan hasil pengolahan dan cairan


Karena kandungan kelembaban yang tinggi dari bahan sampah yang memasuki
proses, dan pemecahan bahan padat selama pengolahan, bahan hasil
pengolahan dapat memiliki kandungan kelembaban yang tinggi ketika keluar
dari proses. Bahan-bahan yang dihasilkani disimpan dalam tangki penyimpanan

Document1
110 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dan dapat ditekan secara mekanis (dihilangkan kandungan airnya) menjadi


bentuk padat dan cairan. Hasil cerna yang telah dihilangkan kandungan airnya
mungkin dapat digunakan langsung pada tanah sebagai pengubah mutu tanah
jika memenuhi standar peraturan yang sesuai, atau diolah secara aerobik untuk
membuat kompos atau produk mirip kompos. Sebagian cairan dapat didaur
ulang dalam proses AD untuk membasahi sampah yang masuk; digunakan
langsung pada tanah sebagai pupuk cair karena kandungan nitrogennya yang
berharga, atau digunakan untuk menjaga kelembaban selama pengolahan
aerobik bahan-bahan hasil cerna. Kemungkinan lain, jika tidak ada jalan yang
memungkinkan, cairan tersebut dapat diolah dan dibuang sesuai dengan
persyaratan perijinan.

Keuntungan dan kerugian


Menghasilkan energi terbarukan dari sampah yang dapat diurai secara biologis
membantu mengatasi perubahan iklim, daripada berkontribusi terhadap
terjadinya perubahan iklim jika ditimbun tak terkendali. Fasilitas tersebut tidak
luas dan tidak tinggi sehingga dapat berlokasi di kota, sehingga mengurangi
jarak pengangkutan dan polutan lalu lintas terkait. Fasilitas tersebut dapat
dibangun dengan cepat dan dapat mengantungi ijin dengan cepat pula karena
proposal lebih bisa diterima oleh penduduk setempat dibanding teknologi yang
lain. Pengolahan anaerobik juga menghasilkan lebih sedikit emisi udara dan
padat dibandingkan pembakaran dan penimbunan.

Di sisi negatif, karena sifat bahan-bahan yang digunakan dalam fasilitas


pengolahan anaerobik, terdapat potensi akan adanya bau tak sedap. Sementara
prosesnya sendiri kedap udara, penyimpanan sampah sebelum memasuki
proses memerlukan kontrol ketat untuk mencegah bau ini. Selain itu, sistem
yang lebih maju mengandung teknologi yang lebih rumit yang mungkin akan
sulit dioperasikan dan dipelihara.

Biaya
Perhitungan ekonomi dibagi ke dalam tiga kategori:

CAPEX. Meliputi peralatan mekanis, pekerjaan sipil, dan biaya-biaya lain terkait
dengan investasi seperti perijinan, dsb.

OPEX tetap. Ini meliputi pembelanjaan tetap yang langsung tergantung pada
biaya terkait pengolahan sampah. Pengeluaran ini termasuk pemeliharaan, gaji
untuk tenaga kerja buruh dan manajemen.

OPEX tidak tetap. Ini mencakup pengeluaran yang beragam per ton sampah
yang diolah. Ini merupakan biaya-biaya terkait dengan pengolahan seperti zat-
zat tambahan yang dibutuhkan ketika proses berlangsung, seperti air, air
limbah, angkutan untuk bahan-bahan yang dibuang, angkutan untuk bahan-
bahan hasil cerna, dsb.

Teknologi ini layak dalam skala besar saja. Sebuah perkiraan mencakup
pekerjaan sipil, bangunan, dan peralatan disajikan dalam tabel di bawah ini
dengan biaya operasional.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 111

Tabel 36 Indikasi CAPEX dan OPEX untuk pabrik AD

Rentang Unit

CAPEX 365-692 Euro/ton kapasitas (tahun)

OPEX tetap 11-31 Euro/ton kapasitas (tahun)

OPEX tidak tetap 22-51 Euro/ton

4.5.3 Pembuatan kompos aerobik


Pembuatan kompos aerobik merupakan penguraian biologis dari bahan-bahan
organik dari asal biologisnya di bawah kondisi aerobik dengan menghasilkan
panas, air, dan karbon dioksida secara bersamaan. Produk akhirnya adalah
produk yang mengkondisikan tanah dengan kandungan nutrisi sedang yang
sesuai untuk aplikasi tanah dan residu untuk dibuang ke TPA. Melalui
pembuatan kompos, nutrisi yang telah tersedia dan sumber energi diubah ke
dalam bentuk karbon dioksida, air, dan sebuah bentuk kompleks dari kompos
bahan-bahan organik. Pengelolaan proses dapat dioptimalkan untuk sejumlah
kriteria termasuk tingkat penguraian (untuk meminimalisir kebutuhan ukuran
sarana dan biaya) kendali patogen, dan pengelolaan bau.

Parameter kuncinya adalah ratio ketersediaan karbon dibanding nitrogen (C/N),


kelembaban, oksigen, dan suhu.

Pembuatan kompos menjadi sebuah metode untuk memanfaatkan sampah yang


dapat diurai secara biologis dengan tujuan memberikan tanah nutrisi yang
terkandung dalam sampah dan mengalihkan sampah yang dapat diuraikan
secara biologis dari TPA atau teknologi pembuangan sampah yang lain.

Dalam pembuatan kompos aerobik, teknologi dapat digolongkan baik sebagai:

› Pendekatan pembuatan kompos terbuka atau menggunakan windrow,


dengan aerasi aktif atau pasif; atau

› Metode pembuatan kompos tertutup atau in-vessel

Berbeda dengan pembuatan kompos windrow, dalam reaktor pembuatan


kompos, proses biologis utama terjadi di dalam reaktor tertutup, sedangkan
pra- dan pasca pengolahan mungkin serupa dalam dua hal tersebut.

Windrow adalah tumpukan berbentuk trapesium dalam potongan melintang,


yang memiliki panjang melebihi lebar dan tingginya. Lebarnya biasanya sekitar
dua kali tingginya. Tinggi windrow yang ideal memungkinkan untuk sebuah
windrow yang cukup besar menghasilkan cukup panas dan menjaga suhu,
namun cukup kecil untuk membiarkan oksigen menyebar di pusat windrow.
Untuk sebagian besar bahan, tinggi yang ideal adalah antara 1,5 and 3 meter
dengan lebar dari 5 hingga 8 meter di dasarnya.

Document1
112 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Membalik windrow membuat udara masuk ke windrow dan meningkatkan


porositas sehingga aerasi pasif efisien dari udara atmosferik berlangsung setiap
saat. Windrow harus ditempatkan pada permukaan padat sehingga windrow
dapat dibalik dengan mudah. Windrow dapat dibalik sekali seminggu, namun
pembalikan yang lebih sering mungkin diperlukan jika sebagian besar bahan
padat biologis terdapat dalam bahan baku. Membalik windrow juga
menggerakkan bahan-bahan dari permukaan windrow ke inti windrow, di mana
pembuatan kompos dapat terjadi.

Pembalik windrow khusus tersedia, beberapa dapat menyiram bahan ketika


membaliknya. Untuk operasional yang lebih kecil, peralatan sederhana seperti
front-end loader dianggap lebih efektif secara biayadaripada mesin pembalik
khusus.

Ketika windrow diputar, panas dilepaskan sebagai uap ke atmosfer. Jika bagian
dalam windrow memiliki tingkat oksigen yang rendah, bau akan terjadi ketika
bagian windrow ini terpampang ke udara.

Pra-pengolahan akan melibatkan hanya pencacahan bahan mentah dan


pencampuran dengan agen curah, jika perlu. Namun, pra-pengolahan
tergantung pada bentuk dan jenis bahan yang masuk.

Begitu bahan baku sudah menyelesaikan tahap pertama pembuatan kompos


(apakah dalam windrow atau dalam reaktor) maka selanjutnya siap
dimatangkan. Pematangan merupakan suatu kelanjutan daru proses biologis
pembuatan kompos namun pada tingkat yang lebih lambat dan lebih sedikit
memutar windrow diharapkan. Sebagai hasil dari rancang proses, dalam
pembuatan kompos windrow, pasca pengolahan berbeda sedikit dari proses
pembuatan kompos utama dibandingkan dengan pembuatan kompos reaktor.
Pematangan biasanya membutuhkan waktu 3 sampai 9 bulan.

Lindi adalah cairan yang dilepaskan selama proses pembuatan kompos, dan
dalam prakteknya setiap kegiatan pembuatan kompos akan menghasilkan
sedikit lindi. Kolam lindi merupakan hasil dari pemeliharaan yang buruk dan
dapat menjadi tempat berkembang biak lalat, nyamuk, dan menyebabkan bau.
Jika dikelola dengan salah, lindi dapat mencemari air tanah dan air permukaan
dengan kelebihan nitrogen dan zat pencemar lainnya. Untuk alasan ini, lindi
harus ditampung dan diolah.

Permasalahan bau mungkin timbul selama tahap aktif pembuatan kompos.


Permasalahan akan meningkat jika kondisi pembuatan kompos tidak
dikendalikan dalam batasan yang sempit. Tingkat pengendalian bau yang
diperlukan tergantung pada bagian dari proksimitas sarana ke kawasan
pemukiman dan penggunaan lahan yang serupa. Sarana yang berlokasi di
kawasan terpencil tidak perlu dilengkapi dengan alat pengendali bau.

Bau dapat juga dihasilkan jika bahan baku yang belum diproses atau telah
diproses yang mengandung bahan-bahan yang mudah membusuk telah
disimpan dalam waktu yang lama. Udara yang dikeluarkan dari bahan-bahan
pembuatan kompos biasanya hangat dan hampir selalu mengandung sejumlah

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 113

besar kelembaban. Udara ini mungkin bersifat korosif dan dapat mempengaruhi
peralatan dan gedung. Selama bulan-bulan musim dingin, jika suhu di luar
ruangan rendah, gas pembuangan akan memadat, mempengaruhi
pemandangan sekitar dan mungkin juga sistem kelistrikan.

Dalam sistem tertutup, sistem ventilasi harus dapat menghilangkan kelembaban


dan debu dari udara. Udara segar yang cukup harus juga dibawa ke dalam
gedung-gedung di mana para karyawan bekerja. Dalam kawasan kerja seperti
ini, mutu udara harus memenuhi standar minimum untuk mutu udara di dalam
ruangan.

Pendekatan windrow secara umum merupakan sebuah proses yang lambat


dibandingkan dengan pembuatan kompos in-vessel, namun, itu tergantung pada
suhu sekitar. Sistem windrow terbuka lebih sederhana, tidak mahal,
menggunakan sedikit listrik dibandingkan pembuatan kompos in-vessel. Di sisi
lain, pembuatan kompos windrow menuntut lebih banyak tenaga kerja, lebih
banyak ruang, dan lebih banyak waktu untuk menghasilkan hasil akhir kompos.
Sistem tersebut juga membutuhkan lebih banyak pengelolaan untuk
menghindari masalah-masalah potensial terkait kesehatan, lingkungan, atau
keributan.

Gambar 53 Windrow kompos

Document1
114 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 54 Membalik sebuah windrow dengan mesin pembalik windrow mekanis

Sebuah sistem tertutup mungkin disukai karena kondisi iklim, kebutuhan untuk
mitigasi dampak visual, atau kendali yang lebih baik terhadap terjadinya
keributan di luar lokasi, dan dampak kesehatan. Sistem in-vessel dapat
menghasilkan produk akhir dalam jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan
pembuatan kompos dengan windrow.

Sistem in-vessel, seperti teknologi drum atau dipan bergoyang, atau sistem
teknis yang tertutup dalam sebuah gedung, membutuhkan peralatan yang lebih
rumit. Sistem-sistem ini harus dirancang dengan ketepatan tinggi, padat modal,
dan membutuhkan pengelolaan dari hari ke hari karena sistemnya yang
otomatis. Sistem ini juga menggunakan sejumlah besar listrik. Kegiatan dan
pemeliharaan yang terus-menerus merupakan hal yang sangat penting dan
tidak mentoleris kesalahan dibandingkan pendekatan yang lebih pasif. Mesin
sering membutuhkan akses ke peralatan dan suku cadang khusus yang biasanya
harus dibuat dan diantarkan dengan harga yang tinggi. Sarana prasarana untuk
pembuatan kompos in-vessel dapat dirancang untuk kondisi iklim tertentu dan
mungkin tidak dapat diterapkan secara universal. Di sisi lain, sistem ini
menuntut lebih sedikit ruang dan dapat menghasilkan kompos akhir dalam
waktu lebih singkat.

Reaktor horisontal memiliki suatu rentang konfigurasi yang luas, termasuk


sistem statis atau bergerak, aerasi yang diinduksi vakum dan/atau tekanan.
Sistem bergerak biasanya menggunakan proses pemutaran untuk memindahkan
bahan melalui sistem dalam sebuah moda kontinu, sementara sistem statis
membutuhkan mekanisme memasukkan dan mengeluarkan muatan.

Sistem aerasi biasanya dipasang di lantai reaktor, dan dapat menggunakan suhu
dan/atau oksigen sebagai variabel kontrol. Sistem dengan gerakan dan
kedalaman tatakan kurang dari dua sampai tiga meter dianggap efektif terkait
dengan heterogenitas sampah perkotaan yang telah dipisahkan sumbernya.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 115

Gambar 55 Pemandangan di dalam sebuah kotak kompos tertutup, dan bangunan


yang menampung beberapa kotak

Gambar 56 Dua sarana pembuatan kompos in-vessel yang berbeda

Tabel di bawah ini memberikan perbandingan antara dua sistem: pembuatan


kompos terbuka/windrow dan pembuatan kompos tertutup/in-vessel (lihat tabel
di bawah).

Document1
116 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 37 Perbandingan teknik-teknik pembuatan kompos

Parameter Proses terbuka atau windrow Proses tertutup atau in-vessel

Biaya modal (untuk Biaya peralatan dan prasarana Sedang sampai tinggi
aliran bahan yang sama) rendah sampai sedang tergantung pada jenis reaktor

Kemudahan penerapan Tidak sulit untuk dioperasikan Lebih sulit untuk dioperasikan
dan ketahanannya
(setelah pelatihan) Dapat mengakomodasi banyak
jenis bahan dalam satu sistem

Peralatan, karyawan, Penggunaan peralatan yang membutuhkan pembelanjaan


listrik pemerintah kota sudah modak yang signifikan
mengaksesnya Rasio modal dibanding tenaga
Rasio tenaga kerja dibanding kerja yang tinggi biasanya
modal yang tinggi yang berarti menyebabkan sedikit karyawan
lapangan kerja yang terus- Kebutuhan listrik yang tinggi
menerus dan meningkat

Persyaratan rancangan Kebutuhan lahan yang tinggi Kebutuhan lahan yang lebih
Mengakomodasi volume yang rendah
fleksibel Fleksibilitas volume yang
Lebih selektif dalam hal lokasi terbatas
dan rancangan awal karena Lebih sedikit hambatan dalam
dampak di lokasi dan di luar memilih lokasi karena
lokasi yang memungkinkan pengendalian yang telah
terpasang untuk dampak di
lokasi dan di luar lokasi

Rancangan yang lazim Windrow aktif Tatakan bergerak


Tumpukan statis beraerasi ‘Hot Box’
Drum pembuat kompos

Permasalahan lingkungan Kendali terbatas terhadap Kendali yang signifikan


udara dan air yang dikeluarkan terhadap udara dan air yang
Kendali terbatas terhadap dikeluarkan
vektor dan menarik perhatian Pengendalian vektor yang lebih
hama baik

Level of technology Necessary equipment is present Specialised equipment most


in most municipalities. often acquired from
international companies

Prakarsa dan Dapat diprakarsai dan dikelola Tingkat teknologi dan peralatan
pengelolaan oleh pemerintah kota, biasanya menuntut keterlibatan
perorangan, petani, LSM, PKM, pemerintah kota dan pemasok
organisasi masyarakat, UKKM internasional
atau kelompok formal atau
informal

Biaya pembuatan 5 sampai 20 dolar AS/ton 40 sampai 100 dolar AS/ton


kompos

4.5.4 Sampah menjadi energi (WtE)


Membakar sampah memenuhi dua tujuan dalam sistem pengelolaan sampah
tingkat lanjut. Utamanya, itu akan mengurangi jumlah sampah untuk TPA
saniter; dan itu mengubah energi yang terikat secara kimiawi dalam sampah
untuk menghasilkan (dalam kasus Indonesia) listrik.

Pembakaran sampah perkotaan harus dipelajari dengan seksama sebelum


dilaksanakan, terutama di negara dengan pendapatan rendah hingga sedang,

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 117

bukan hanya karena biayanya, namun juga karena sampah biasanya memiliki
nilai kalori yang rendah karena kandungan kelembabannya yang tinggi dan
pengambilan sampah dan plastik sebelumnya oleh para pemulung. Jika sampah
memiliki nilai kalori yang terlalu rendah, perlu menambahkan bahan bakar
(biasanya minyak) agar sampah tetap terbakar, dan jika suhu terlalu rendah,
kemungkinan akan menyebabkan pencemaran udara yang tidak dapat diterima
dan kerusakan pada insinerator.

Pembakaran skala besar memerlukan sebuah analisa skala penuh sebelumnya


dari sampah yang tersedia dan sebuah studi kelayakan teknis yang menyeluruh.
Agar dapat menunjukkan kesesuaian sampah, perlu juga untuk melakukan uji
awal sampah untuk membuktikan bahwa nilai kalori bersih (NCV) sampah
(terutama selama musim hujan dan semangka) cukup untuk mendukung
pembakaran penuh.

Gambar 57 Sebuah pabrik pembakaran modern di Denmark

Pembakaran sampah tidak serta merta menghilangkan, namun mengurangi


secara signifikan volume sampah yang harus dibuang ke TPA. Pengurangannya
rata-rata 75 persen berat dan 90 persen volume. Namun demikian, residu yang
timbul dari kendali pencemaran udara (APC) bermasalah secara lingkungan
karena memberikan ancaman yang serius terhadap tanah dan air permukaan.
Teknologi saat ini diharapkan membuang residu semacam itu di TPA saniter
yang sangat terkendali dan dilengkapi dengan pengumpulan lindi terkemuka dan
perangkat-perangkat pengolahan, atau ke dalam bekas tambang bawah tanah
untuk mencegah luruhnya logam berat dan, untuk residu APC, klorida.
Ketakutan akan pencemaran sering menyebabkan sarana pembakaran sampah
menjadi pusat perdebatanpublik.

Document1
118 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pembakaran sampah padat meningkatkan jumlah abu, yang sebagian besar


terbentuk oleh bahan-bahan unorganik dari sampah. Abu mungkin berbentuk
gumpalan padat atau partikel-partikel yang terbawa oleh gas buang. Gas-gas
buang berisi dioksin dan logam dalam jumlah yang besar, dan gas-gas tersebut
harus dibersihkan dari zat-zat pencemar yang berupa gas dan partikel sebelum
dilepaskan ke udara. Abu residu digolongkan sebagai sampah berbahaya dan
perlu dibuang ke TPA yang telah ditentukan.

Tabel 38 Kriteria utama yang diidentifikasi oleh bank dunia

Kriteria utama Rekomendasi dari (World


Bank, 1999)

Nilai kalori rendah rerata dari sampah harus sedikitnya 6 Wajib


MJ/kg di seluruh musim. Nilai kalori rendah rerata tahunan
harus tidak kurang dari 7 MJ/kg.

Prakiraan timbulan dan komposisi sampah dibangun Sangat dianjurkan


berdasarkan survei sampah di lokasi pengumpulan untuk
pabrik pembakaran yang telah direncanakan. Tugas ini
harus dilaksanakan oleh lembaga yang berpengalaman
(dan independen).

Asumsi pengantaran sampah industri dan komersial yang Sangat dianjurkan


mudah terbakar ke sebuah pabrik pembakaran harus
dilakukan berdasarkan uji insentif positif dan negatif untuk
beragam pemangku kepentingan untuk menggunakan
sarana pembakaran.

Jumlah sampah tahunan untuk pembakaran tidak boleh Sangat dianjurkan


kurang dari 50.000 metrik ton dan variasi mingguan
pasokan sampah ke pabrik harus melebihi 20 persen.

Jenis insinerator paling umum adalah jenis moving grate and fluidized bed. Satu
hal yang utama dalam perbedaan antara kedua sistem ini adalah kebutuhan
untuk pra-pengolahan. Moving grate dapat membakar sampah tanpa pra-
pengolahan, sedangkan teknik fluidized bed membutuhkan pra-pengolahan
tingkat tinggi dalam bentuk pemilahan dan pencacahan.

Prinsip keseluruhan dari sarana pengolahan sampah menjadi energi


digambarkan di bawah ini.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 119

Collection & transport


of household,
Power Steam
industrial and
& Heat
commercial waste

Reception Mixing Incineration


(shredding) (Shredding)

Stack Flue gas treatment Slag


(2-4% by weight treatment
residual products)

Atmosphere Reuse of ferrous


Residuals metals and slag

Gambar 58 Prinsip keseluruhan dari sarana pembakaran

Moving grate/pembakaran massal


Teknologi moving grate/pembakaran massal dengan sebuah grate yang dapat
digerakkan telah berhasil diterapkan selama beberapa dekade dan telah
dikembangkan untuk disesuaikan dengan standar teknis dan lingkungan terbaru.
Pembakaran sampah dengan sistem pembakaran massal secara umum dapat
menangani sampah perkotaan tanpa pra-pengolahan berdasarkan apa yang
diterima. Namun, jika nilai kalori sampah terlalu rendah, pra-pengolahan
sederhana mungkin diperlukan. Teknologi pembakaran massal biasanya
diterapkan untuk pembakaran skala besar dari sampah perkotaan dan industri
yang bercampur ataupun sudah dipisahkan sumbernya.

Insinerator pembakaran massal konvensional berbasis moving grate terdiri dari


beberapa langkah: Sebuah overhead crane memasukkan sampah dari bunker ke
dalam hopper, di mana itu akan diangkut melalui saluran ke grate di dalam
tungku. Grate dibagi ke dalam tiga bagian (namun terdapat banyak konfigurasi).
Di bagian pertama, sampah dikeringkan dengan radiasi dari dinding dana pi
yang ada di bagian-bagian hilir. Sementara dikeringkan, gas yang mudah
berubah didorong ke luar dan dibakar di bagian atas tungku. Di akhir bagian
pertama lapisan sampah dibakar. Selama pengeringan dan pembakaran, udara
primer dipasok dari bawah grate melalui banyak lubang pada grate. Di bagian
ketiga, abu dasar dibakar dan didinginkan. Grate akan dapat menampung nilai
kalori dan komposisi sampah yang sangat beragam.

Pada prinsipnya, tungku dan ruang pembakaran sekunder, zona setelah


pembakaran, harus dirancang untuk memastikan waktu tinggal dan reaksi gas
buang yang lama pada suhu tinggi. Yang paling penting adalah ruang
pembakaran sekunder, radiasi pertama yang keluar dari ketel uap, yang

Document1
120 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

seharusnya dirancang dengan volume yang besar dan tinggi agar supaya
seluruh proses dan reaksi dalam gas buang berakhir sebelum mencapai dinding
tungku uap yang tidak terlindungi. Selain itu, ukuran, isi, dan geometri tungku
harus memperkecil risiko penimbunan bara dan abu yang menempel di dinding
tungku, yang membutuhkan muatan tungku termal yang cukup rendah serta
kecepatan gas buang relatif yang rendah di dalam tungku.

Abu dasar meninggalkan tungku melalui pemadan yang diisi air dan dapat
dipilah ked lam logam besi, logam non-besi, dan berbagai ukuran bahan-bahan
lembam untuk digunakan kembali.

Gas-gas buang didinginkan di dalam tungku uap melalui radiasi dan konveksi.
Setelah meninggalkan ketel, gas-gas buang tersebut melalui sistem
pembersihan gas buang.

Gas-gas buang harus diolah dalam sistem pembersihan gas buang sesuai
dengan salah satu dari tiga prinsip berbeda berikut ini, dan harus mematuhi
peraturan nasional.

› Sistem basah
› Sistem kering, atau
› Sistem semi kering

Pada umumnya seluruh sistem di atas dapat mematuhi peraturan nasional


mengenai emisi gas buang, termasuk peraturan-peraturan EU dan USEPA.

Tabel 39 Standar emisi Uni Eropa dan Indonesia untuk pembakaran sampah.
Konsentrasi emisi gas buang pada 11% O2, gas buang kering, parameter
terpilih (kondisi standar)

EU Unit Peraturan pembakaran Standar Indonesia


sampah Uni Eropa (*)
24 jam-rerata ½ jam rerata
(100%/97%)
Debu mg/m³ 10 30/10 120 mg/m3
SO2 mg/m³ 50 200/50 210 mg/m3
HCl mg/m³ 10 60/10 10 mg/m³
HF mg/m³ 1 4/2 2 mg/m3
CO mg/m³ 50 625 mg/m3
TOC mgC/m³ 10 20/10
Sb,AS,Pb,Cr,Co,Cu,Mn, mg/m³ 0,5
Ni,V
Hg mg/m³ 0,05 3 mg/m³
Cd+Tl mg/m³ 0,05
NOx mg/m³ 200 400/200 470 mg/m³
Dioksin/furan ng/m³ 0,1 0,1 ng/m3
(*) Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan No: P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang
Standar Mutu Emisi untuk Bisnis dan/atau Kegiatan Pengelolaan Sampah Termal
Catatan: - Pengelolaan sampah termal hanya dapat dilakukan pada sampah rumah tangga dan
sampah mirip sampah rumah tangga yang tidak mengndung sampah B3, kaca, Poly Vinyl Chloride
(PVC), dan aluminium foil.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 121

Sebagaimana dapat dilihat, standar Indonesia kurang mengikat dibandingkan


standar Eropa. Jika standar Indonesia diterapkan, pembersihan gas buang yang
tidak terlalu mahal dibutuhkan.

Gambar 59 Penampang melintang insinerator dengan grate. Bunker terletak di sisi


paling kiri. Mesin derek memindahkan sampah ke hopper dan dari sana
menuju ke tungku. Ketel uap dan pemanas super berwarna merah,
sedangkan turbin tidak terlihat

Gambar di atas memperlihatkan penampang melintang sebuah insinerator,


dalam hal ini tersambung dengan sebuah sistem pemanas rumah tangga pusat
(terlihat di bagian kanan gambar). Kapasitas nominal pembangkit tersebut
kurang lebih 20 t/j sampah pada nilai kalori 11,3 MJ/kg, setara dengan rerata
160.000 t/th. Ketel uap menghasilkan 80 t/j uap pada 50 bar, 425°C. Turbin
menghasilkan rerata 18 MW listrik, yang di masukkan ke grid utama.
Selanjutnya, pembangkit memasok rerata 43 MW panas ke jaringan pemanas
distrik di Aalborg, Denmark. Efisiensi rerata 100%, dan energi yang dihasilkan
mendukung kurang lebih 16.000 rumah dengan listrik, dan kira-kira 30.000
rumah dengan pemanasan distrik.

Document1
122 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Keseimbangan energi
Sebuah keseimbangan energi dari pabrik pembakaran modern pada umumnya
terlihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 60 Keseimbangan energi yang memingkinkan untuk sebuah insinerator

Sebagaimana dapat dilihat dari gambar, hanya sekitar 20% energi yang
terdapat dalam sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai listrik dalam grid.
Sisa energi lainnya hilang sebagai panas, atau dikonsumsi secara internal.
Keseimbangan energi tergantung pada teknologi yang dipilih (tungku/ketel,
turbin/generator, dan rancangan pembersihan gas buang) dan jika ada pasar
untuk memanfaatkan panas. Dengan produksi gabungan panas dan listrik,
pabrik mungkin memanfaatkan sebanyak 80% dari kandungan energi terdapat
dalam sampah.

Keseimbangan massa
Proses pembakaran umumnya akan menyebabkan produk-produk akhir berikut
yang ditampilkan dalam prosentase (berdasar berat) dari sampah yang masuk
sebagaimana diperlihatkan dalam tabel di bawah ini. Dalam istilah volumetrik,
sampah dikurangi hingga kurang lebih 10% dari volume asalnya.

Tabel 40 Sebuah keseimbangan massa umum untuk sebuah pabrik pembakaran


menggunakan pembakaran massal

Masukan Hasil
Sampah 1000 kg Abu dasar (bara) 200 kg
Udara pembakaran 5.500 Nm³ Gas buang 6.500 Nm³
Air 800 kg (0.8 m³) Air limbah 300 kg (0,3 m³)
Bahan-bahan kimia 2,3 l Baham lembam 100 kg
Batu kapur 0,7 kg Produk residu 20 kg

Total 1800 kg Total 620 kg + gas buang

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 123

Biaya-biaya
Sebuah contoh perkiraan biaya untuk sebuah insinerator dengan kapasitas
300.000 ton/tahun diberikan dalam tabel di bawah. Harus digarisbawahi bahwa
teknologi dan pembuat seluruh peralatan tersebut adah negara Asia (terutama
Tiongkok), dengan harga patokan untuk tahun 2017.

Faktor-faktor yang mempengaruhi CAPEX adalah:

› Kualitas teknis dari solusi:


› fasilitasi operasional dan pemeliharaan, optimasi ruang, mutu bahan
dan pembuatan, solusi hemat energi, tingkat otomatisasi,
pengulangan, kompleksitas dari sistem pembersihan gas buang
(kapasitas untuk mengatasi persyaratan yang lebih ketat di masa
depan), dll.
› Mutu dan homogenitas sampah
› Persyaratan lokal (keamanan pemadam kebakaran, bentang darat, biaya
tenaga kerja, dsb.)
› Fokus pada aspek-aspek arsitektur
› Greenfield atau brownfield
› Permasalahan-permasalahan komersial
› tingkat kompetisi pasar antara pemasok, kepentingan pemasok dalam
proyek, keberadaan proyek-proyek serupa dalam portfolio mereka
berkaitan dengan persyaratan, jenis sampah dan ukuran pabrik,
evaluasi risiko khusus, dsb.
› Biaya-biaya pengembangan dan pembiayaan

OPEX termasuk:

› Biaya-biaya operasional tidak tetap


› barang-barang habis pakai, pemakaian listrik, pembuangan residu
padat
› Biaya-biaya pemeliharaan tidak tetap
› pemeliharaan peralatan proses, penanganan bahan bakar,
tungku/ketel, turbin/generator, pengelolaan gas buang
› Biaya-biaya operasional tetap
› gaji, biaya asuransi, listrik untuk penerangan, ventilasi, dan pemakaian
yang lain
› Biaya pemeliharaan tetap
› pemeliharaan peralatan non-proses, gedung, jalan, dan fasilitas serupa

Pemeliharaan meliputi:

› Perbaikan/reinvestasi umumnya dibutuhkan untuk beberapa hal berikut ini:


› Penggantian ketel super pemanas dan Substitution of boiler super heaters
and evaporator (setiap 3-5 tahun)
› Penggantian kipas, pompa, peralatan pendukung (setiap 10-15 tahun)
› Penggantian suku cadang sistem conveying (setiap 10-15 tahun)
› Penggantian pipa-pipa gas buang (setiap 10-15 tahun)

Document1
124 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Penggantian sistem gas buang, selain hal-hal yang disebutkan di atas,


seperti bagian-bagian bangunan, tangka, dan cerobong (setiap 15-20
tahun)
› Penggantian sistem SCADA – ketika suku cadang tidak lagi tersedia (10-15
tahun)
› Perombakan besar turbin uap (setiap 10-15 tahun)

Tabel 41 Perkiraan CAPEX untuk sebuah insinerator grate dengan kapasitas 300.000
ton/tahun

Bagian-bagian pabrik – 100.000 t/p.a. Investasi x % Rupiah


1000 Euro milyar
Lahan dan pengembangan lahan
Peralatan proses mekanis/listrik SNCR 88.000 70% 1.392
dengan menggunakan pembersihan gas
buang semi kering
pekerjaan sipil dan pembangunan 34.000 27% 536
Engineering, PM, EIA, Asuransi, dll. 3.600 3% 56
Sarana prasarana bergerak
Total 125.000 100% 1.984

Tabel 42 Perkiraan OPEX untuk sebuah insinerator dengan kapasitas 300.000


ton/tahun

Gambaran biaya-biaya per item Euro/ton Rupiah x


sampah 1000/ton
(kapasitas) sampah
(kapasitas)
Biaya operasional tidak tetap 28,1 447
(Barang-barang habis pakai (amoniak, batu gamping,
karbon aktif, air, bahan bakar pendukung), residu
padat, listrik dalam gedung)
Administrasi 2,03 32
Biaya-biaya operasional dan pemeliharaan tetap 0,95 15
(contohnya, gaji, listrik non-proses, lain-lain)
Biaya modal dengan bunga 6%, 20 tahun 29,0 461
Total biaya @ 300.000 t/th 60,1 955

Pabrik di atas dibangun dengan asumsi nilai kalori sampah 8 GJ/ton. Saat ini itu
bukanlah hal yang terjadi dengan Semarang, oleh karena itu pemilahan/pra-
pengolahan sampah tambahan harus disertakan dalam pabrik untuk
menghilangkan sebanyak mungkin bagian sampah yang basah/tidak mudah
terbakar.

Selain itu, sebuah asumsi juga telah dibuat bahwa tidak ada biaya akrual untuk
pembuangan abu dasar (namun biaya untuk pembuangan abu terbang telah
dimasukkan). Jika abu dasar dibuang di sebuah TPA, itu biasanya membutuhkan
biaya. Jika dibuang dengan cara lain, misalnya untuk menimbun, pembangunan
jalan, atau cara lain, mungkin akan bebas biaya.

Pendapatan akan sepenuhnya tergantung pada tarif feed-in PLN. Dengan


menerapkan biaya 0,08 USD/kWh, tabel berikut memberikan perkiraan dari
pendapatan total.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 125

Tabel 43 Perkiraan pendapatan untuk sebuah insinerator berkapasitas 300.000 t/th


di Semarang (8 GJ/t)

Produksi Produksi listrik Total 0,08 USD/KWh Pendapatan,


listrik per ton bersih Penjualan Rp/ton (tonase
sampah kWh/ton listrik @ Rp 1.082/kWh aktual)
300.000 t/th

472 kWh/ton 415 kWh/ton 124.661.000 Rp 1.082/kWh Rp 449.400


kWh/tahun

Untuk sebuah sarana berkapasitas 300.000 t/th yang beroperasi pada kapasitas
penuh, biaya bersih akan berjumlah Rp (955.000 – 449.000) per ton = Rp
506.000 per ton sampah, yang harus dianggap sebagai iuran pembuangan
sampah (gate fee). Dengan biaya modal = 0, biaya tersebut akan hampir
menyeimbangkan pendapatan, kurang dari Rp 44.400/ton.

Fluidized bed
Sementara teknologi pembakaran mass burning (pembakaran massal) saat ini
merupakan yang termudah dan bentuk pembakaran sampah paling umum,
pembakaran fluidized bed juga merupakan sebuah kemungkinan. Teknologi ini
digunakan secara luas dan diuji secara menyeluruh serta telah memenuhi
tuntutan performa teknis. Hal itu berdasarkan pada sebuah prinsip di mana
partikel padat yang dicampur dengan bahan bakar dicairkan dengan udara.
Salah satu keuntungan dari pembakaran sampah dalam sebuah fluidised bed
adalah bahwa abu dasar (bara) bersifat lebih lembam dibandingkan dengan
teknologi pembakaran massal tradisional. Oleh karenanya, abu dasar lebih dapat
diterima oleh lingkungan dan dapat digunakan dalam sejumlah proyek di mana
bara pembakaran massal tidak dapat digunakan.

Sebelum sampah dibakar, komponen-komponen yang tidak mudah terbakar


dihilangkan dan sampah harus dicacah untuk menghasilkan bahan kasar yang
memiliki nilai kalori tinggi dibandingkan sampah yang tidak diolah. Kebutuhan
untuk pra-pengolahan merupakan salah satu perbedaan utama antara dua
teknologi tersebut.

Proses utama terjadi di dalam tungku. Sampah dimasukkan ke dalam tatakan


berbahan mirip pasir yang telah dipanaskan dan di "fluidisasi" di dalam sebuah
kolom udara yang terus naik, tatakan ini memiliki suhu tinggi rata-rata 850º C
dan karenanya membakar sampah dan memastikan pembakaran efisien abu
dasar. Teknik ini menyebabkan perbaikan yang besar dalam efisiensi
pembakaran bahan bakar mengandung kelembaban tinggi dan aksi
penggosokan bahan tatakan dengan partikel-partikel bahan bakar meningkatkan
proses pembakaran dengan melepaskan karbon dioksida dan lapisan arang yang
terbentuk di sekitar partikel bahan bakar. Ini memungkinkan oksigen mencapai
bahan yang mudah terbakar jauh lebih mudah dan meningkatkan angka dan
efisiensi proses pembakaran. Efisiensi pembakaran yang tinggi menyebabkan
jumlah bahan unorganik yang berkurang dan abu dasar yang lembam yang
dapat digunakan sebagai pengganti kerikil biasa.

Karena suhu pembakaran yang lebih rendah, formasi NOx diminimalisir, namun
bahan tatakan memerlukan udara pembakaran yang banyak untuk memastikan

Document1
126 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

itu tidak akan luruh. Oleh karena itu, jumlah gas buangnya lebih tinggi
dibandingkan dengan pembakaran massal, namun sebaliknya pemulihan energi
dan pengolahan gas buang dapat dibandingkan dengan teknologi pembakaran
massal. Perbedaan utama adalah konsentrasi debu yang tinggi dalam ketel dan
penyaring debu untuk sistem fluidised bed sebagai hasil dari teknik fluidisasi dan
udara pembakaran.

Gambar 61 Pengolahan sampah menjadi energi menggunakan fluid bed. Gambaran


dari sistem fluid

Sebuah kerugian utama dari fluidized bed untuk pembakaran sampah adalah
proses ini biasanya menuntut adanya pra-pengolahan sampah sebelum masuk
ke sistem fluidized bed sehingga membutuhkan beberapa persyaratan yang
agak ketat mengenai ukuran, nilai kalori, kandungan abu, dsb. Karena
komposisi sampah perkotaan yang umumnya heterogen, maka akan sulit untuk
menghasilkan bahan bakar yang sesuai dengan persyaratan yang diberikan
tersebut.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 127

Gambar 62 Keseimbangan massa yang umum untuk sebuah insinerator fluidized bed

Evaluasi umum
Insinerator dapat mengurangi volume sampah hingga 95%. Ini berarti bahwa
walaupun pembakaran tidak sepenuhnya menggantikan penimbunan sampah di
TPA, ini mengurangi volume yang akan dibuang secara signifikan. Hal ini yang
membuatnya populer di negara-negara di mana lahan merupakan sumber daya
yang langka atau negara-negara dengan kondisi geo-hidrologis yang kurang
menguntungkan untuk penimbunan sampah di TPA.

Teknologi-teknologi pengurangan sampah bersifat segera dan dapat diselesaikan


dalam hitungan detik, di mana teknologi seperti penimbunan sampah di TPA
membutuhkan jangka waktu yang lama.

Pembakaran juga mempunyai keuntungan yang besar untuk pengolahan jenis


sampah tertentu dalam kawasan tertentu seperti sampah klinis dan sampah
berbahaya di mana bakteri patogen dan racun dapat dihancurkan dengan suhu
tinggi.

Aspek negative, di samping dampak lingkungan adalah investasi modal dan


biaya operasional yang tinggi (walaupun sampai tahap tertentu biaya-biaya
dapat ditutup dengan penjualan listrik) dan kebutuhan akan karyawan yang
sangat trampil. Selain itu, hampir di semua negara, pembakaran sampah
biasanya menimbulkan ketidaksetujuan dan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap kemampuan pmerintah/industri untuk mengatur, dan ketakutan akan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Dan potensi pengurangan volume untuk sebuah insinerator membutuhkan harga


yang mahal. Untuk dapat berfungsi dengan baik, sebuah sarana WtE harus
ditampung dalam ruang yang cukup untuk insinerator, instalasi unit listrik, dan
sarana-sarana sekunder. Kebutuhan lahan untuk sebuah insinerator
berkapasitas 300.000 ton/tahun adalah hingga 3 hektar.

Document1
128 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

4.5.5 Pirolisis dan liquefaksi


Pirolisis adalah sebuah metode pra-pengolahan termal, yang mungkin digunakan
untuk mengubah sampah organik menjadi gas, cairan, dan pecahan arang.
Pirolisis dapat merupakan pengolahan yang berdiri sendiri, tapi biasanya diikuti
dengan langkah pembakaran dan di beberapa kasus ekstraksi minyak pirolitik
(liquefaksi).

Sampah yang dicacah kasar diubah di dalam sebuah reaktor yang biasanya
dioperasikan di bawah tekanan atmosfir atau lebih rendah. Dengan ketiadaan
oksigen sampah diubah pada suhu 500-800oC dengan konversi termokimia,
yaitu penyulingan destruktif, thermo-cracking, dan kondensasi ke dalam
hidrokarbon (gas dan minyak/tar) dan residu padat yang mengandung karbon,
abu, kaca, dan logam. Jika suhu proses adalah 500oC atau lebih rendah, proses
ini disebut sebagai thermolisis.

Sampah yang telah diolah menggunakan proses ini dipilah-pilah menjadi


sampah rumah tangga, sampah plastik, ban mobil, lumpur saluran pembuangan
yang telah dihilangkan airnya, sampah kayu resapan, tanah yang tercemar,
sisa-sisa mobil yang ringsek dan elektronik. Namun, pirolisis lebih sesuai untuk
menyeragamkan aliran sampah dan pra-pengolahan input sampah yang
biasanya menyertakan prosedur penyaringan dan penyeragaman.

Kebutuhan ruang tergantung pada teknologi yang digunakan, namun diharapkan


sebanding dengan kebutuhan pabrik WtE konvensional. Pasokan listrik dan
pasokan bahan bakar cadangan dibutuhkan dalam operasional. Jumlah
karyawan yang dibutuhkan serupa dengan yang dibutuhkan dalam pabrik
pembakaran menggunakan pembakaran massal.

Sejumlah pabrik/sarana yang ada dan teknologinya tampaknya dekat dengan


kelayakan komersial untuk aliran sampah tertentu. Namun demikian,
pengalaman tekait dengan pengolahan sampah perkotaan hanya baru terbatas
pada sejumlah pabrik percobaan atau demonstrasi saja.

Pirolisis dapat secara potensial menangani jumlah sampah yang serupa dengan
yang ditangani pabrik WtE. Akan tetapi pengalaman yang terbatas dengan
teknologi yang terbaru, terutama ketika diterapkan pada sampah perkotaan, itu
berarti bahwa kemungkinan seperti itu masih jauh sekali. Tanpa hasil dari
produk arang yang dapat terbakar, proses ini tidak hemat energi seperti WtE.

Proses pirolisis umumnya akan menghasilkan jumlah produk akhir sebagaimana


berikut yang disajikan dalam prosentase (menurut berat) jumlah sammpah yang
masuk.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 129

Tabel 44 Produk akhir dari proses pirolisis

Elemen Prosentase

Arang (karbon & abu) 30 - 40%

Gas dan cairan 50 - 60%

Residu 10%

Residu tersebut meliputi bahan unorganik yang tidak terurai. Tergantung pada
teknologi yang diterapkan, emisi berikut dapat terjadi: Emisi gas, seperti PAH,
HCl, HF, SO2, NOx, CO, debu (tergantung pada sistem pembersihan), bau,
keributan, dan air limbah.

Secara umum outputnya berupa gas yang sesuai untuk tempat pembakaran,
pembangkit listrik berbasis siklus uap, pemanasan distrik, atau untuk
pengeringan. Proses tersebut juga menghasilkan arang (karbon dan abu).

Di beberapa peristiwa, logam atau cairan yang berharga (minyak pirolisis)


mungkin dapat disarikan untuk proses industri tingkat lanjut. Arang yang
dihasilkan mungkin di beberapa kasus digunakan sebagai karbon hitam
(digunakan dalam produksi ban mobil) atau dapat diproses lebih lanjut menjadi
karbon aktivasi berkualitas rendah untuk menyemir air limbah dan gas buang
(digunakan untuk menghilangkan logam-logam berat seperti air raksa dan juga
dioksin/furan).

Mengacu kepada catatan pabrik-pabrik yang lebih kecil, metode ini dianggap
layak secara teknis dan lebih sesuai untuk pengolahan aliran sampah yang
seragam seperti sampah dari industri tertentu atau sampah pertanian. Catatan
mengenai pengolahan dalam jumlah besar sampah perkotaan terbatas hanya
pada beberapa pabrik besar dengan skala penuh (contohnya di Jerman).

Karena terbatasnya pengalaman penggunaan pirolisis untuk pengolahan sampah


perkotaan dalam jumlah besar, metode ini, dalam tahap ini, diberikan prioritas
yang menengah saja sebagai pengurangan sampah onggok. Namun demikian,
metode ini masih dapat berkembang dan mungkin menjadi pilihan yang lebih
layak seiring waktu.

Tabel 45 Kelebihan dan kekurangan pengolahan pirolisis

Kelebihan Kekurangan

Dapat disesuaikan dengan pengolahan aliran Sampah harus dicacah atau dipilah
sampah tertentu sebelum memasuki unit pirolisis agar
tidak menghalangi blok pengumpan
dan sistem pengangkutan.

Retensi logam berat yang lebih baik Residu padat mengandung sekitar 50-
dibandingkan di dalam abu dari pembakaran. 60% nilai kalori bahan bakar utama
Untuk pirolisis pada 600oC: (100% Krom, 95% (sampah perkotaan) yang
Tembaga, 92 % Timbal, 89% Seng, 87% Nikel, bagaimanapun juga akan
dan 70% Kadmium – Air raksa hanya sebagian dimanfaatkan di zona pembakaran
berikutnya (sarana pengolahan
sampah menjadi energi/gasifikasi).

Document1
130 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

yang tertahan pada suhu rendah di bawah 4-


500oC).

Peluruhan logam berat dari deposisi bagian Biaya pemrosesan yang tinggi
padat sangat rendah untuk Kromium dan
berkurang hingga 20% untuk Kadmium dan
Nikel.

Pirolisis menghasilkan gas dengan LCV (nilai


kalori rendah) 8 MJ/kg (10-12 MJ/Nm3), yang
dapat dibakar dalam sebuah sebuah ruang
pembakaran yang rapat dengan waktu tinggal
yang pendek dan emisi partikulat yang rendah

Jumlah gas buang lebih rendah dibandingkan


dari pembakaran sampah konvensional.

HCl dapat dipertahankan di dalam atau disuling


dari residu padat

Logam-logam dapat dipulihkan tanpa oksidasi


untuk didaur ulang

4.5.6 Gasifikasi
Sebuah gasifier memanaskan sampah dengan suhu hingga melebihi 1000oC
dalam atmosfir yang kekurangan oksigen agar terjadi pembakaran sampah yang
tidak sempurna. Ini akan menghasilkan gas yang disebut syngas, yang akan
digunakan sebagai bahan bakar. Aliran gas berisi karbon monoksida, hydrogen,
dan metana. Komposisi gas yang tepat ditentukan oleh suhu, rasio karbon yang
tepat, hydrogen dan oksigen pada saat dimasukkan, dan jumlah udara yang
digunakan untuk proses. Kandungan udara dan air dapat disesuaikan untuk
mendapatkan komposisi gas yang diinginkan.

Pemisahan bahan-bahan seperti logam dan kaca sebelum gasifikasi merupakan


suatu keuntungan, namun bukan keharusan. Gas dapat dibersihkan atau
dikondisikan sebelum digunakan, dan jika digunakan dalam proses pembakaran,
maka akan mengandung bahan bakar yang jauh lebih bersih daripada sampah
padat. Ini akan menghasilkan gas buang yang lebih baik dibandingkan dengan
pembakaran langsung, dan pembersihan pasca pembakaran sering tidak
dibutuhkan.

Jika gas tersebut digunakan langsung dalam sebuah mesin piston, efisiensi 85
persen dalam gasifier dan 35 persen dalam mesin akan dapat diperoleh dari
sampah asal. Ini menghasilkan efisiensi keseluruhan sebesar 30 persen.
Sebagian energi asal digunakan dalam proses menghasilkan panas dan dapat
dipulihkan dari gas sebelum pembakarannya. Pembakaran gas yang tidak
didinginkan menjaga energi ini tetap dalam sistem, namun ketika suhu melebihi
1000oC, gas menjadi terlalu panas untuk masuk ke mesin dan terlalu panas
untuk dimampatkan untuk menuju ke turbin gas.

Gasifikasi, seperti pirolisis, bukan merupakan teknologi yang umum, tapi mulai
mendapatkan perhatian. Gasifikasi sampah yang diikuti dengan pembakaran
segera menyediakan sebuah sarana pembangkit uap yang efektif. Suhu uap

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 131

dapat lebih tinggi dari yang diperoleh di pembakaran langsung dan hasilnya
produksi listrik yang lebih efisien dapat diwujudkan.

Sebuah bentuk khusus gasifikasi dapat dilihat di mana plasma listrik digunakan
untuk menjadikan input gas, namun komposisi gas yang dihasilkan masih
dipengaruhi oleh faktor komposisi input yang sama dan faktor suhu
sebagaimana oksidasi langsung digunakan untuk menghasilkan panas.

Collection &
Transport of Screenings
MSW Disposal, Recycling Metals

Registration and Reception and Screening and


Weighing Quality Control Sorting into
fractions
(Optional)

Turbine and Boiler Cyclone Gasifier


generator

Flue gas cleaner Slag, ash, fly ash


Smoke stack

Power, Heat Flue gas outlet


Disposal, Recycling

Gambar 63 Bagan alir yang memungkinkan dari sarana gasifikasi

Proses gasifikasi pada umumnya akan menghasilkan produk akhir sebagai


berikut yang ditampilkan dalam prosentase (dari berat) jumlah sampah yang
masuk.

Tabel 46 Produk akhir proses gasifikasi

Elemen Prosentase
Residu tervitrifikasi (bara mineral) 20 - 30%
Gas dan cairan 80 - 90%
Residu 0-10%

Perlu dicatat bahwa sifat dari proses ini adalah bahwa ketika mengolah sampah
perkotaan, sebuah tingkat pra-pengolahan baik itu dalam bentuk produksi RDF
maupun penyaringan biasanya dibutuhkan. Proses ini memerlukan bahan yang
mengandung karbon dalam jumlah banyak di dalam bahan baku untuk
mendapatkan efisiensi yang bagus karena bahan padat yang tidak bereaksi dapt
mengurangi panas yang tersedia untuk proses. Oleh sebab itu, menyingkirkan
benda-benda berukuran besar dan yang dapat didaur ulang merupakan hal yang
menguntungkan.

Document1
132 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Proses tersebut menghasilkan gas dengan komposisi yang dapat dikendalikan,


yang dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar untuk tungku maupun
untuk mesin. Setelah pembakaran, permasalahan yang sama akan timbul
sebagaimana dari gas buang lain yang cukup bersih, yaitu emisi yang berasal
dari proses (seperti nitrogen oksida) yang ditentukan oleh peralatan yang
digunakan dan bukan berasal dari bahan bakar.

Abu yang dihasilkan mengandung sedikit residu karbon yang setara dengan
yang ditemukan dalam abu insinerator. Dengan gasifier suhu tinggi, abu sering
luruh dan dibuang sebagai kaca kedap pada umumnya.

Panas disediakan dan dapat digunakan, dengan cara yang sama dengan untuk
pirolisis atau pembakaran, untuk produksi uap dan listrik berikutnya.

Beberapa proses gasifikasi untuk pengolahan sampah termal sedang


dikembangkan sebagai sebuah alternatif untuk pembakaran massa, karena
gasifikasi sampah mungkin memiliki beberapa keuntungan utama dibandingkan
pembakaran.

Satu hal adalah tidak perlunya pembersihan gas buang yang ekstensive yang
mungkin dilakukan pada syngas dibanding volume pembersihan gas buang yang
lebih banyak dalam pembakaran.

Hal lainnya adalah listrik mungkin dihasilkan dalam mesin dan turbin gas, yang
lebih murah dan lebih efisien daripada siklus uap dalam insinerator
menggunakan pembakaran massal.

Namun, gasifikasi dan pirolisis memiliki kelemahan yang sama seperti


pembakaran yang menggunakan pembakaran massal. Yang paling utama adalah
gas buang dan emisi padat yang dihasilkan mirip dengan pembakaran
menggunakan pembakaran massal. Selain itu, tantangan terbesar bagi teknologi
gasifikasi sampah adalah mencapai efisiensi listrik kotor (positif) yang dapat
diterima. Efisiensi tinggi dari mengubah syngas menjadi listrik dibayar dengan
konsumsi listrik yang cukup besar dalam pra-pengolahan sampah, produksi
sejumlah besar oksigen murni, dan pembersihan gas. Pemeliharaan reaktor
merupakan tantangan besar yang lain.

Beberapa pabrik gasifikasi sampah, khususnya di Norwegia, Inggris (Pulau


Wright), dan Jepang, telah beroperasi secara komersial selama lebih dari lima
tahun, namun sistem ini banyak dipromosikan hanya beroperasi dalam skala
percobaan saja. Sebuah pabrik arc plasma yang juga mengoperasikan
pengelolaan sampah telah beroperasi di Jepang selama beberapa waktu.

Secara umum, pembakaran dengan menggunakan pembakaran massal jauh


lebih terbukti dibandingkan gasifikasi untuk sebagian besar pemakaian, dan
biaya sebagian besar proyek jarang sekali yang jauh lebih rendah dari pada
pilihan yang lebih konvensional. Salah satu contoh adalah Kota Honolulu yang
mempertimbangkan sebuah proposal arc/torch plasma untuk memproses
sampah padat perkotaan. Telah dievaluasi bahwa penggunaan teknologi

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 133

arc/torch plasma akan meningkatkan biaya pembuangan sampah secara


signifikan tanpa menawarkan keuntungan lingkungan yang berguna.

Tabel 47 Kelebihan dan kekurangan pengolahan pirolisis

Kelebihan Kekurangan

Memungkinkan pemulihan tingkat tinggi dan Pembersihan gas sintesis untuk


pemanfaatan sampah sebagai sumber energi digunakan dalam mesin
pembakaran internal sangatlah
rumit.
Retensi logam berat yang lebih baik dalam Biaya pengolahan yang tinggi
abu/bara dibandingkan dengan proses
pembakaran yang lain, terutama untuk Kromium,
Tembaga, dan Nikel. Namun retensi tersebut
akan tergantung pada jenis pabrik dan metode
pembersihan gas yang dipakai.
Perembesan cairan logam berat dari deposit Kebutuhan ruang tergantung pada
pecahan padat (vitrified) sangat rendah teknologi yang diterapkan tapi
diharapkan sebanding dengan
kebutuhan untuk sarana WtE
konvensional. Jumlah karyawan
yang dibutuhkan adalah 5-25,
tergantung pada proses, lokasi, dan
ukuran.
Menghasilkan gas dengan LCV (nilai kalori
rendah) 5 MJ/Nm3 (tiupan udara) atau 10
MJ/Nm3 (tiupan oksigen) yang dapat dibakar di
dalam sebuah ruang pembakaran yang rapat
dengan waktu tinggal yang singkat yang
menghasilkan emisi yang sangat rendah. Sebagai
kemungkinan lain, itu dapat dibersihkan dari
partikel tar dan digunakan dalam sebuah mesin
pembakaran lean-burn internal. Proses ini juga
menghasilkan emisi yang sangat rendah.
Jumlah gas buang lebih sedikit dibandingkan
pembakaran sampah.
Sistem pembersihan gas dapat menghilangkan
debu, PAH, HCI, HF, SO2, dll dari gas yang
diproduksi yang menghasilkan emisi yang rendah.

4.5.7 Ringkasan proses pengolahan


Untuk memberikan sebuah tinjauan teknik-teknik pengolahan yang beragam,
tabel di bawah ini meringkas beberapa poin-poin penting dari teknologi
pengolahan tersebut.

Document1
134 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 48 Perbandingan teknologi pengolahan

Teknologi Apakah telah terbukti? Biaya Pengalihan TPA Mutu masukan Risiko hasil
pengolahan

MBT - Ya, banyak sarana I: Sedang Rendah – tanpa Pengurangan Pasar RDF
aerobik serupa O: Tinggi RDF ukuran Mutu bahan-
10 tahun R: Negatif Sedang - dengan Bahan bahan daur ulang
Terbukti RDF struktur/serat Kompos ke TPA

MBT - Ya, banyak sarana I: Tinggi Rendah – tanpa Pengurangan


Anaerobik serupa O: Tinggi RDF ukuran
10 tahun R: Tinggi - dengan
Terbukti Rendah/negatif RDF

WtE Ya > 1000 sarana I: Tinggi Tinggi Menerima FGT kabur.


serupa O: Rendah Sangat tinggi jika semuanya kecuali sampah
100 tahun R: Rendah - daur ulang abu onggokan yang Abu daur ulang
Terbukti Tinggi berlebih

Pirolisis Belum I: Tinggi Tinggi Pengurangan Arang, pengguna


/gasifikasi Sangat sedikit pabrik O: Rendah Sangat tinggi jika ukuran dan syngas?
untuk pengolahan R: Rendah - daur ulang abu pemilahan
sampah Tinggi TPA residu
5-10 tahun
Belum terbukti

Biaya diperkirakan menurut investasi (I), biaya operasional (O), dan pendapatan potensial
(R)

4.6 TPA saniter


Sebuah TPA sehat adalah sebuah fasilitas penimbunan sampah, yang rancangan
dan kegiatannya bertujuan untuk memperkecil dampak-dampak yang merugikan
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, bagi sampah higienis yang
disimpan hingga menjadi stabil dan tidak lagi merugikan sebisa mungkin melalui
proses alami secara biologis, kimia, dan fisik. TPA sehat memiliki karakter
perangkat-perangkat kendali lingkungan dan standar operasional tingkat tinggi.
TPA-TPA jenis ini telah dioperasikan dengan sukses selama bertahun-tahun di
seluruh dunia.

Seluruh jenis sampah kecuali sampah berbahaya dapat dibuang ke TPA sehat,
yang ditandai dengan karakter mengandung bahan organik yang tinggi,
menghasilkan produksi besar-besaran gas TPA dan lindi.

Tidak ada persyaratan pengumpulan sampah khusus yang berhubungan dengan


penggunaan TPA.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 135

Gambar 64 Jembatan timbang di pintu masuk TPA

Collection & transport


Power Landfill Atmosphere
of household,
& Heat gas
industrial and
commercial waste utilisation

Landfill gas

Registration Unloading
and Control

Compaction

Final Daily or
Cover/closure intermediate
cover

Leachate

Precipitation Soil Sludge and Leachate treatment


waste water plant

Gambar 65 Prinsip-prinsip TPA sehat

Dalam TPA sehat, kondisi anaerobik (ketiadaan oksigen) akan dengan cepat
tercapai di dalam onggokan sampah yang ditimbun, mengakibatkan penguraian
biologis bahan-bahan organik yang lambat terjadi. Sebagai hasil dari gas TPA
yang terurai, biasanya mengandung sekitar 55% metana, 45% karbon dioksida,
dan lebih dari seratus jejak senyawa gas dihasilkan. Membutuhkan waktu 50
tahun dan di beberapa kasus bahkan lebih sebelum stabilisasi sampah organik
tercapai dan produksi gas TPA berhenti. Namun demikian, bagian utamanya
dihasilkan selama 10 hingga 20 tahun pertama setelah penimbunan.

Document1
136 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Air hujan meresap melalui sampah yang ditimbun yang mempengaruhi laju
penguraiannya dan melarutkan konstituen yang mudah larut, proses ini disebut
leaching (peluruhan). Hasil dari lindi (cairan yang membawa hasil peluruhan)
adalah limbah cair kekuatan tinggi, yang kemudian dikumpulkan dan diolah.
Konsentrasi beragam zat pencemar dalam lindi berkurang seiring waktu, namun
itu terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Untuk senyawa organik, dibutuhkan
sekitar 30 tahun untuk lindi mencapai mutu yang dapat diterima untuk
pembuangan langsung ke lingkungan. Dalam kasus senyawa unorganik seperti
logam berat, dibutuhkan lebih dari 100 tahun.

Sebuah TPA mencakup zona penunjang di sekeliling kawasan aktif, kawasan


penerimaan dan kendali, begitu juga kawasan penimbunan sampah. Kawasan
penimbunan biasanya dibagi menjadi beberapa bagian dan/atau sel yang
dibangun dan dioperasikan ketika kebutuhan kapasitas penimbunan meningkat
dan ditutup sesudahnya.

Konsep rancangan untuk sebuah TPA khusus tergantung pada komposisi dan
jumlah sampah yang diterima di lokasi, lokasi TPA, dan kondisi alami lokasi
tersebut. Komponen bangunan utama TPA dijelaskan secara singkat berikut ini.

Gambar 66 Mesin pemadat TPA sedang bekerja

Untuk memperkecil pembuangan ke lingkungan, bahan dengan daya serap


rendah, biasanya disebut dengan alas pembatas, dipasang di dasar dan di
bagian sisi dalam tempat penimbunan sampah. Pada dasarnya terdapat empat
jenis bahan yang berbeda yang digunakan sebagai alas pembatas: lapisan tanah
liat alami, lapisan tanah liat yang dipasang, lapisan bentonite antara geotekstil
(matras bentonite), dan lapisan tipis bahan plastik material (membran polymer).

Sebuah sistem pengumpulan lindi memindahkan lindi yang terkumpul dari alas
pembatas dan mengirimnya ke tempat pengolahan. Pada dasarnya, sistem itu
terdiri dari pipa drainase yang dipasang di parit drainase yang berisi kerikil,
yang dibangun di pembatas alas. Dengan bantuan gaya gravitasi, lindi dalam
pipa drainase mengalir menuju sumur pengumpulan vertikal, yang dibangun di

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 137

bagian terendah dari bagian penimbunan. Dari sini, lindi selanjutnya diangkut ke
tempat pengolahan melalui pipa pengumpulan.

Sistem pengalihan dan pengumpulan air permukaan mencegah aliran masuk air
permukaan dari kawasan sekitar ke TPA yang memperkecil banyaknya lindi yang
harus dikumpulkan. Ini dibangun seperti saluran berpipa atau lebih sering
terbuka di perifer TPA. Air yang dikumpulkan dibuang ke perairan setempat.

Setelah TPA diisi hingga tingkat yang direncanakan, sampah ditutup dengan
beberapa lapisan bahan yang berbeda disebut top cover (penutup atas).
Sedikitnya lapisan tersebut harus terdiri dari lapisan bunga tanah, yang
memungkinkan vegetasi, dan lapisan tanah bawah, yang menyediakan
pemisahan fisik antara sampah dengan lingkungan sekitar. Selain itu, lapisan
drainase dan/atau lapisan penghalang dapat didirikan. Lapisan drainase
mengurangi inflitrasi ke dalam sampah, sedangkan lapisan penghalang
digunakan sebagai pengendali migrasi gas TPA. Lapisan pengumpul gas
dipasang jika produksi gas yang signifikan diharapkan.

Ketika produksi gas TPA sangat tinggi sehingga dibutuhkan pelepasan minimum,
sumur pengumpulan gas vertikal atau horisontal dipasang. Umumnya, itu
berupa parit dan/atau lubang yang diisi kerikil.

Tanah atau bahan-bahan yang lain yang sesuai digunakan untuk penutup atas
dan tengah TPA sehari-hari. Untuk penutup harian, biasanya berjumlah rata-rata
10% (berat) sampah yang ditimbun dan kurang-lebih 10-15 cm tebalnya.

Penutup bagian tengah ditempatkan di lapisan kurang lebih 30 cm, sedangkan


penutup bunga tanah seharusnya tidak lebih tipis dari 1 m.

Ukuran sebuah situs TPA umumnya beragam dari 10 hingga 40 hektar.


Tergantung pada ukuran TPA yang dibutuhkan, karyawan administratif biasanya
terdiri dari 2 hingga 4 dan karyawan operasional biasanya 3 hingga 7.

Dampak lingkungan
Sebagian besar permasalahan jangka panjang yang penting terkait TPA
berhubungan dengan produksi air yang tercemar (lindi) dan produksi gas yang
mudah terbakar.

Lindi dari TPA sehat kaya akan nutrisi, karbon organik, ammonia, klorida, logam
berat, dan senyawa lain yang dapat larut yang ada dalam sampah. Lindi ini
memiliki potensi dasar untuk mencemari air tanah dan air permukaan jika bocor
ke lingkungan sekitar.

Gas TPA merupakan sebuah campuran elemen-elemen yang mudah terbakar,


dapat menyebabkan ledakan, sesak napas, dan memiliki bau yang tidak sedap.
Jika tidak dikumpulkan, gas tersebut bermigrasi melalui sampah ke lingkungan
sekitar dan akhirnya menyebar ke atmosfir yang berkontribusi terhadap efek
rumah kaca dan rusaknya lapisan ozon. Gas tersebut menggantikan oksigen di
tanah yang berdekatan dan oleh karenanya menghambat pertumbuhan alami

Document1
138 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

vegetasi lokal. Migrasi gas yang tak terkendali dapat juga berakibat akumulasi
gas dalam struktur pada atau dekat lokasi yang menyebabkan bahaya ledakan.

Dampak lokal, seperti air yang tidak terserap tanah, debu, sampah, keributan,
dan hama hanya terjadi selama fase operasional.

Gambar 67 Sebuah TPA saniter yang dikembangkan. Setelah pemasangan lapisan pasir
pelindung di atas alas pembatas, sarana tersebut siap menerima sampah

Kebutuhan teknis dan lingkungan TPA sampah padat perkotaan (TPA


non-sampah B3)
Untuk memastikan performa lingkungan yang diharapkan, sebuah TPA saniter
harus memuat elemen-elemen standar yang dimaksudkan untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan secara menyeluruh dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Kebutuhan teknis dan komponen-komponen
TPA yang tersusun di tabel berikut ini memiliki peran utama pemisahan antara
sampah yang tersimpan di TPA dan lingkungan luar sekitarnya.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 139

Tabel 49 Kebutuhan teknis dan komponen-komponen TPA sampah perkotaan

Sistem dietakkan di dasar dan di sisi-sisi TPA


pembatas dapat berupa tanah liat, geotekstil untuk pencegahan perembesan
cairan
pembatas tanah liat yang dipadatkan + pembatas sintetis

Pengumpulan ditempatkan di atas pembatas


lindi mengumpulkan lindi dan air limpasan yang melewati sampah
membawa lindi ke unit pengolahan

Sistem diletakkan di atas TPA


penutupan/ tanah liat yang dipadatkan dan bahan-bahan sintetis + vegetasi
penyelimutan mencegah pengendapan infiltrasi ke TPA

Sistem sumur vertikal + pipa horisontal di TPA


pengumpulan mencegah gas lepas dari TPA (terutama metana)
gas
mengekstraksi gas dan memompanya ke unit pemusnahan

Pengendalian saluran drainase yang terpasang pada dan di sekitar TPA


air tanah mengendalikan erosi penutup dan kontaminasi ke perairan sekitar
mengumpulkan pengendapan dan menyalurkannya ke sebuah kolam
retensi

Sistem dipasang di sekitar TPA


pemantauan memeriksa apakan pembatas dan sistem pengumpulan gas beroperasi
secara baik
memastikan bahwa kesehatan dan lingkungan terlindungi

Zona TPA akan mencakup sebuah jalan akses perimeter, jalan akses mesin
pemadat, sebuah sarana pengolahan lindi, dan sistem suar gas. Ketika
penimbunan berlangsung, lereng-lereng yang landai akan dibangun untuk
memungkinkan kendaraan-kendaraan pengumpul dan kendaraan-kendaraan
pengangkut mencapai zona bongkar muat. Sebuah mesin pemadat akan
digunakan untuk meningkatkan kepadatan sampah yang dikubur. Setiap sel
akan dilengkapi dengan sistem pengumpulan lindi. Sistem pengumpulan lindi
terdiri dari sebuah lapisan drainase di mana pipa-pipa pengumpulan lindi
dipasang. Sistem tersebut akan dipasang sebelum pengoperasian sel dimulai.
Sistem pengumpulan lindi akan mengangkut lindi ke sarana pengolahan lindi
untuk diolah. Sistem suar gas akan digunakan untuk menyalakan gas yang
dihasilkan oleh sampah yang ditimbun selama proses fermentasi. Gas akan
dikumpulkan oleh sebuah sistem pengumpulan biasanya terdiri dari sumur dan
pipa-pipa penghubung. Sistem pengumpulan gas akan dipasang terutama
selama operasi dan selama fase penutupan. Sistem pengumpulan gas
memungkinkan gas yang dihasilkan diantarkan ke sistem suar gas.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh sebuah TPA adalah pengelolaan air dan
gas yang berasal dari penguraian bagian-bagian organik sampah, namun juga
air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin bersentuhan dengan
sampah yang disimpan. Sistem untuk pengendalian dan pencegahan sebagian
besar berlokasi di perbatasan TPA (misalnya, sistem pembatas, sistem
pengumpulan lindi, dan sistem penutup) namun juga di dalam dan di sekitar TPA
(sistem pengumpulan gas, sistem air permukaan, atau sistem pengendalian).

Document1
140 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Kawasan permukaan. Kawasan permukaan tanah yang diperlukan tergantung


pada jumlah sampah tahunan dan masa pakai TPA yang dibutuhkan dan tentu
saja topografi lokasi tersebut. Biasanya, kawasan yang dibutuhkan untuk
sebuah TPA sehat adalah sekitar 20 hektar.

Jarak ke kawasan tempat tinggal. Jarak minimum ke kawasan tempat tinggal


adalah 250 m. Jarak yang makin jauh akan menguntungkan.

Sistem pelapisan alas dapat terdiri dari:


› Penghalang geologis alami dengan k ≤ 1 x 10-9 m/detik; ketebalan ≥ 1,0
m dan satu lapisan penutup buatan (geomembran ≥ 2,0 mm) untuk TPA
bukan sampah B3

› Lapisan tanah liat yang dipadatkan k ≤ 1 x 10-9 m/detik; ketebalan ≥ 0,5


m (atau sederajat) dan satu lapisan penutup buatan (geomembran ≥ 2,0
mm).

Gambar 68 Contoh sistem pelapisan dasar untuk TPA saniter

Air tanah. Tinggi air tanah harus ≥ 1,0 m di bawah lapisan penutup.

Sistem penangkapan dan pengolahan lindi. Sebuah lapisan drainase setebal 0,5
m di dasar, pipa-pipa drainase untuk mengangkut lindi ke sarana pengolahan
lindi (LTP).

Sel-sel TPA harus memiliki kemiringan lereng dasar setidaknya 2% untuk


pengumpulan lindi yang efektif.

Lereng/pembatas/stabilitas. Lereng setiap situs akan dapat memiliki kemiringan


maksimum 1:3. Untuk air yang mengalir di permukaan, lereng permukaan TPA
yang sudah selesai harus ≥ 5%.

Untuk mencegah erosi, untuk setiap ketinggian 10 meter, sebuah pembatas


dengan parit penampung air permukaan dan jalan pemeliharaan harus
dibangun.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 141

Perhitungan stabilitas badan TPA begitu juga sistem penyelimutan


permukaannya harus mempertimbangkan situasi gempa dan zona seismik.

Sistem penutupan permukaan. Sistem penutupan permukaan dapat berupa:

Sistem penutupan sementara:

› 0,5 m lapisan penutup sementara dan lapisan drainase gas dari tanah
lembam (20 cm lapisan drainase gas, 30 cm lapisan penutup sementara)

Sistem penutupan akhir:

› 0,5 m lapisan penutup sementara dan lapisan drainase gas dari tanah
lembam (30 cm lapisan drainase gas, 30 cm lapisan penutup sementara)

› Lapisan penutup mineral 0,5 m; k ≤ 1 x 10-9 m/detik

› Lapisan drainase 0,5 m; k ≤ 1 x 10-4 m/detik; konsentrasi kapur rendah


(kandungan CaCO3 kurang dari 10%), non-cohesive

› Lapisan penanaman kembali 1,0 m.

Sistem ekstraksi gas. Sistem ekstraksi gas akan terdiri dari sumur vertikal dan
pipa-pipa horisontal untuk mengumpulkan gas untuk dimanfaatkan atau
dinyalakan.

Pengolahan lindi TPA. Salah satu fitur utama dari TPA sampah perkotaan adalah
pengelolaan lindi. Lindi harus dikendalikan dan diolah untuk memastikan bahwa
itu tidak akan berakhir di simpanan air tanah atau badan air permukaan dan
menyebabkan dampak pada lingkungan. Solusi termudah mungkin dengan
meresirkulasi lindi kembali ke permukaan TPA, mengurangi volume yang
dibutuhkan untuk penyimpanan/pengolahan lindi, dan membiarkankan
penguraian sampah yang lebih cepat di TPA. Namun, resirkulasi tidak dapat
menggantikan pengolahan dan pelepasan lindi karena zat pencemar non-organik
akan tetap tinggal dalam badan sampah, sehingga memperpanjang periode
perawatan pasca penutupan hingga lebih dari 30 tahun.

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan ketika merancang sebuah sistem


pengolahan lindi. Contohnya, aliran lindi and karakteristiknya merupakan suatu
fungsi sampah yang ditimbun dan usianya, begitu juga kondisi cuasa dan
geologi lokasi tersebut. Aliran mungkin meningkat selama bulan-bulan musim
dingin. Timbulan asam organik biasanya meningkat di awal tahun, lalu menurun
siring usia isi TPA. Lindi akan membutuhkan pengolahan selama tahun-tahun
aktif TPA dan selama bertahun-tahun kemudian, mungkin puluhan tahun,
setelah fasilitas TPA ditutup.

Biaya-biaya
Biaya-biaya pengembangan untuk TPA sehat tergantung pada banyak faktor.
Beberapa permasalahan eksternal adalah:

Document1
142 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Ketersediaan lahan dan biaya pengalihannya

› kondisi topografik, kondisi tanah, (misalnya daya dukung, adanya batuan


dasar, pasir, tanah liat), dan kondisi seismik

› situasi air permukaan dan air tanah (tingkat tabel air) dan kondisi iklim
(hujan, suhu)

› akses jalan atau kebutuhan untuk penyediaannya

› Ketersediaan bahan-bahan/agregat-agregat lokal untuk pembangunan,


seperti pasir, kerikil, tanah, dan tidak ketinggalan tanah liat untuk
pembangunan alas

Pada dasarnya faktor-faktor penentu meliputi:

› Kapasitas yang diinginkan (volume total TPA) dan masa pakainya

› Tingkat perlindungan terhadap lingkungan, yaitu persyaratan perundang-


undangan untuk sistem pembatas, sistem penutup atas, pengolahan gas,
dan pengolahan lindi

› Sarana apa saja yang diperlukan atau diinginkan ada di TPA, seperti sarana
pemilahan, sarana pemanfaatan/pengubahan, pusat keramaian publik

Namun, faktor-faktor ini sebagian besar ditentukan oleh sifat dan karakteristik
sampah yang direncanakan akan disimpan di TPA. Misalnya, limbah berbahaya
memerlukan perangkat-perangkat perlindungan yang lebih ketat dibandingkan
dengan sampah perkotaan normal, dan relatif bersih juga lembam bentuknya,
dan sampah pemusnahan gedung membutuhkan lebih sedikit.

Biaya operasional juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain meliputi:

› Strategi operasional, seperti penutup tanah

› Persyaratan operasional, contohnya nilai emisi

› Jenis sarana di lokasi

› Kemungkinan pendapatan, misalnya penjualan listrik dari konversi gas TPA

› Persyaratan keuangan, seperti pengumpulan dana untuk biaya penutupan


dan perawatan pasca penutupan

selain tingkat harga umum lokal (misalnya, biaya tenaga kerja, bahan bakar).

Sebuah TPA untuk sampah perkotaan di bawah kondisi ‘normal’ mungkin


memiliki tingkat investasi (CAPEX) dan biaya operasional (OPEX) sebagai
berikut:

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 143

CAPEX: 5 Euro (Rp 80.000) per m³ kapasitas total untuk keseluruhan TPA
termasuk seluruh sel, fasilitas-fasilitas umumnya, pengolahan gas dan lindi,
peralatan bergerak, biaya-biaya penutupan dan perawatan pasca penutupan.

OPEX: 6 Euro (Rp 96.000) per ton sampah yang disimpan, termasuk biaya
pengolahan lindi.

Perlu dicatat bahwa biaya-biaya ini sangat tergantung pada lokasinya dan biaya-
biaya aktual juga akan mencerminkan tingkat harga umum di negara tertentu.

Document1
144 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 145

5 Skenario-skenario pengelolaan sampah


Bab ini menjelaskan dan memilih tiga/empat skenario pengelolaan sampah di
Kota Semarang di masa depan.

Dalam kondisi yang "ideal", seharusnya ada serangkaian rencana pengelolaan


sampah tingkat nasional, regional, dan lokal demi mendukung komitmen
Pemerintah untuk memenuhi persyaratan dalam periode waktu tertentu. Periode
waktu ini seperti yang tertuang dalam undang-undang, misalnya mengenai
penutupan TPA.

Idealnya, rencana pengelolaan menentukan target pengelolaan sampah yang


harus dipenuhi pada tingkat nasional, regional, dan lokal - misalnya terkait
jadwal pelaksanaan suatu langkah atau instalasi tertentu, tingkat daur ulang
dan tingkat pengalihan biologis untuk sampah yang dapat terurai secara biologis
setelah penimbunan. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk
mengkaji langkah-langkah guna memenuhi target yang telah ditentukan.

Akan tetapi, hanya sebagian kecil dari target umum tersebut yang termasuk
dalam perencanaan pengelolaan sampah tingkat nasional, regional, dan
lokal. Karena ketiadaan tujuan dan target konkret pada tingkat lokal, maka
perlu dipertimbangkan strategi alternatif pada tingkat ini. Strategi-strategi ini
menggantikan tujuan dan target konkret yang diadaptasi dari rencana
pengelolaan sampah pada tingkat yang lebih tinggi. Bab ini menyajikan empat
strategi alternatif.

Strategi-strategi ini dijelaskan dengan seperangkat parameter masukan yang


berkaitan dengan:

› Persyaratan dan target

› Langkah pengembangan teknis yang dilaksanakan untuk memenuhi


persyaratan/target

› Perkiraan timbulan sampah

› Faktor koreksi teknis dan harga.

Document1
146 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Berdasarkan beberapa masukan tersebut, strategi akan menentukan aliran


sampah masa depan, yaitu jumlah sampah yang setiap tahunnya harus
dikumpulkan dan dibawa ke berbagai fasilitas pengelolaan sampah, termasuk
TPA dan sarana daur ulang.

Aliran sampah masa depan merupakan fungsi dari timbulan sampah masa depan
serta persyaratan/target pengolahan sampah dan daur ulang yang telah
ditetapkan oleh, misalnya, peraturan perundang-undangan dan rencana
pengelolaan sampah. Selain itu, hal tersebut juga merupakan fungsi dari
langkah-langkah teknis (sistem pengumpulan, pembuangan, dan pengolahan)
yang dilakukan demi memenuhi target.

Strategi-strategi di bawah ini:

› "Bisnis sesuai Rencana Induk 2013 (1)"

› "Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA sedang (2)",

› "Pengolahan Sampah menjadi Energi /pengalihan TPA tinggi (3A)"

› "Pengolahan Sampah menjadi Energi /pengalihan TPA maksimum (3B)"

didefinisikan sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini.

"Bisnis sesuai Rencana Induk 2013" mencerninkan keadaan di mana investasi


yang dilakukan harus sesuai dengan Rencana Induk pengelolaan sampah untuk
Semarang, yaitu revsis sistem pengumpulan, investasi terbatas dalam sistem
pemilahan sampah, serta investasi terbatas dalam kapasitas TPA
tambahan. Akan tetapi, tidak dilakukan investasi terkait dengan rencana
pengolahan lanjut, sedangkan sistem pengumpulan sampah mengacu pada pola
saat ini, yaitu sistem pengumpulan sampah campuran dengan pengumpulan
sampah 3R informal.

"Pengolahan sampah menjadi energi/pengalihan TPA sedang" (Skenario 2)


dibangun berdasarkan skenario "Bisnis sesuai Rencana Induk 2013", terutama
terkait dengan sistem pengumpulan sampah, tetapi terdapat beberapa elemen
tambahan, yaitu sistem pengumpulan yang lebih baik serta fasilitas pengolahan
sampah menjadi energi dan investasi untuk TPA yang bersih dan sehat di
kawasan Jatibarang. Pembakaran memungkinkan terjadinya pengalihan bahan
yang mudah terurai, yang didapat dari penimbunan sampah. Akan disediakan
fasilitas pemulihan bahan (MRF) terpisah di tempat dilaksanakannya pemisahan
dan klasifikasi bahan yang telah dikumpulkan. Terdapat dua versi skenario ini,
masing-masing menggunakan teknologi pengolahan yang berbeda: Skenario 2A
memiliki pembakaran moving grate yang dapat menghasilkan listrik dan
berlokasi di kawasan Jatibarang. Skenario 2B menggunakan pembakaran
fluidized-bed yang juga dapat menghasilkan listrik dan juga berada di kawasan
Jatibarang.

Strategi dan elemen-elemen “Pengolahan sampah menjadi energi/pengalihan


TPA tinggi” (Skenario 3A) terdiri dari investasi yang dilakukan pada sistem

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 147

pengumpulan sampah, kapasitas TPA yang bersih dan sehat, serta fasilitas
pengolahan lanjutan. Hal tersebut terdiri dari fasilitas Pengolahan Biologis
Mekanis (MBT) dan pembakaran sampah yang termasuk sebagai elemen sistem
pengelolaan sampah terpadu. MBT akan memproses sampah hingga
menghasilkan pemulihan dan pengalihan sampah secara optimal. Terdapat
beberapa cara konfigurasi MBT, misalnya, dengan atau tanpa menghasilkan
bahan bakar dari sampah (RDF), beragam cara untuk mengklasifikasikan dan
memilah sampah daur ulang (misalnya, sepenuhnya secara mekanis atau
sebagian secara manual), beberapa cara untuk melakukan proses biologis
(misalnya, pembuatan kompos anaerobik atau aerobik), dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, agar dapat menghasilkan daya listrik serta pengalihan sampah
yang optimal dari tempat pembuangan akhir, fasilitas ini mencakup produksi
RDF untuk insinerasi serta produksi biogas. Kedua elemen tersebut berperan
dalam mengolah sampah menjadi energi. Selain itu, terdapat pula fasilitas
pengomposan untuk menghasilkan produk kompos yang dapat dijual, sehingga
dialihkan dari tempat pembuangan akhir, atau - jika hal tersebut gagal –
digunakan sebagai lapisan teratas di tempat pembuangan akhir, sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Dalam skenario tersebut, konfigurasi berikut ini yang diterapkan untuk MBT:

Fasilitas pengolahan mekanis: Fasilitas pengolahan biologis:


› Pencacahan dan homogenisasi › Aerated percolator dengan
› Pengayakan penguraian anaerobik untuk
› Pemisahan balistik dan optikal produksi minuman keras dan
untuk logam, kaca, plastik, dan biogas
kertas › Pembuatan kompos aerobik (4
› Produksi RDF minggu)
› Tidak dilakukan pemisahan › Pematangan akhir (10 minggu).
secara manual, hanya ada
pemeriksaan kualitas dan
pemisahan kotoran.

Skenario "Pengolahan limbah menjadi energi/ pengalihan TPA maksimum (3B)"


memiliki kemiripan dengan skenario 3A, yaitu pada bagian pengumpulan dan
pengangkutan sampah, namun skenario ini tidak menerapkan fasilitas
pengolahan biogas. Sampah kemudian dibawa ke sarana pengeringan secara
biologis yang lebih sederhana di mana terjadi proses biologis yang akan
mengeringkan dan menyiapkan sampah untuk pembakaran (produksi
RDF). Sama dengan skenario 3A, skenario ini terdiri dari fasilitas MRF seperti
yang telah dijelaskan.

Perlu ditekankan bahwa skenario-skenario tersebut merupakan pilihan strategi


untuk sistem pengelolaan sampah masa depan secara keseluruhan. Skenario-
skenario tersebut bukan merupakan variasi solusi untuk menangani masalah
yang sama, namun merupakan ragam strategi untuk menghasilkan aliran
sampah yang berbeda. Dengan demikian, terdapat perbedaan jumlah sampah
yang setiap tahunnya akan dikumpulkan dan dibawa ke berbagai fasilitas
pengolahan sampah, termasuk TPA dan sarana daur ulang.

Document1
148 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Analisa pada aliran sampah menunjukkan dampak terhadap aliran sampah dari
jenis-jenis investasi yang dipertimbangkan dalam setiap skenario, termasuk
investasi sistem pengumpulan sampah (tempat sampah/kontainer) untuk
sampah biasa serta sampah daur ulang (misalnya melalui bring banks), investasi
dalam TPS/T, dan fasilitas pengolahan (limbah menjadi menjadi energi, tempat
pembuangan akhir, dan fasilitas daur ulang).

Analisis aliran sampah ketiga strategi tersebut, investasi-investasi terkait, serta


dampak terhadap iuran yang harus dibayar oleh pengguna disajikan pada bagian
selanjutnya.

5.1 Asumsi
Timbulan sampah masa depan dihitung berdasarkan perkiraan jumlah penduduk
di masa depan serta asumsi-asumsi tambahan yang terkait dengan perubahan
jumlah dan komposisi sampah. Namun, tidak dilakukan analisis dengan
perkiraan jumlah penduduk dengan skenario yang berbeda.

Perkiraan sampah dilakukan berdasarkan asumsi mengenai timbulan sampah


yang dihasilkan oleh masing-masing rumah tangga dan perkembangannya,
seperti yang telah dijelaskan di atas pada bagian 2.6. Asumsi lainnya dijelaskan
di bawah ini, sedangkan asumsi teknis mengenai sarana pengolahan yang
ditawarkan disajikan pada penjelasan Bab 4.

Halaman sebaliknya menampilkan penjelasan skenario.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 149

5.2 Skenario Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis dari
Komersial & Industri

Skenario 1 Bisnis sesuai Rencana Induk 2013


Skenario dasar/Pengalihan TPA paling murah/rendah
Cakupan pengumpulan/tingkat pelayanan Lambatnya perluasan tingkat layanan. Semua kecamatan sudah dilayani,
namun ada banyak desa yang hanya dilayani sebagian, sampai akhir
periode rencana
Strategi pengumpulan Secara umum pengumpulan sampah campuran/tidak dipilah, namun
upaya untuk mengenalkan sistem dua arus dengan kantong
plastik/membayar ketika membuang sampah
Pemulungan sampah informal di daerah pemukiman, dalam perjalanan ke
TPA, dan di TPA

Pengumpulan Utama Dengan pengumpulan manual dari tempat sampah rumah tangga ke
gerobak dorong/gerobak motor. Sampah diangkut ke TPS/T
Sampah juga dikumpulkan dari tempat sampah/kontainer di tepi jalan
langsung ke truk sampah

Document1
150 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Struktur Sementara Kurang lebih 260 TPS akan diperbarui dan jumlahnya akan ditambah.
Dilengkapi dengan kontainer berkapasitas 6 m³
Kurang lebih 20 TPST akan dikembangkan jumlahnya

Pengangkutan Truk kecil (muatan maksimal 6 m³) dengan pemuatan manual atau truk
arm roll

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 151

Pra-Pengolahan Pengumpulan sampah daur ulang dengan pemisahan informal di jalanan,


di TPS
Pembangunan MRF untuk sampah daur ulang
Pemisahan di tempat pembuangan sampah harus dihentikan
Pembuangan Akhir TPA Jatibarang (residu)
Industri daur ulang (bahan yang dapat didaur ulang)

Document1
152 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Skenario 2 Pengolahan Limbah menjadi Energi/ engalihan TPA sedang


Cakupan pengumpulan/tingkat layanan Percepatan perluasan cakupan layanan sehingga dapat melayani semua
desa di tahun 2022
Strategi Pengumpulan Umumnya pengumpulan sampah campuran/tidak dipilah, namun juga
pengenalan dua arus dengan pemisahan sampah rumah tangga ke dalam
dua tempat sampah yang berbeda: 3R dan sampah sisa
Pemulungan informal di daerah pemukiman, dalam perjalanan ke TPA
mungkin akan berlanjut

Pengumpulan Utama Di kawasan padat penduduk: Dengan pengumpulan manual dari tempat
sampah rumah tangga ke gerobak dorong/gerobak motor. Sampah
diangkut ke TPS/T. Tempat sampah kecil disediakan (sekitar 100 liter) dan
sampahnya dikumpulkan setiap hari. Sistem dua warna.
Di daerah lain: Pengumpulan dari tempat sampah/kontainer jalanan
langsung ke truk sampah. Disediakan kontainer/tempat sampah dengan
empat roda, bermuatan kurang lebih 600 - 800 liter. Sistem dua warna.

Struktur Sementara Kurang lebih 260 TPS akan diperbarui dan jumlahnya
ditambah. Dilengkapi dengan wadah tertutup bermuatan 12-15 m³ serta
truk hook-lift (atau yang sejenis)
Kurang lebih 20 TPST akan ditambah jumlahnya

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 153

Pengangkutan Truk hook-lift (atau yang sejenis) untuk wadah tertutup

Truk pemadat (kapasitas 10 - 15 m³) untuk pengumpulan sampah dari


kontainer jalanan

Document1
154 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pra-Pengolahan Pengumpulan sampah daur ulang dengan melakukan pemisahan informal


di jalanan, di TPS
Pembangunan MRF untuk sampah daur ulang
Fasilitas pra-pengolahan sampah campuran sebelum pembakaran
Skenario 2: Pemisah tromol

Pembuangan Akhir Skenario 2: Memindahkan insinerator cakram bergerak yang


Diproduksi RDF kualitas “rendah/sedang”, kemudian dipilah dan dikurangi menghasilkan listrik, berada di kawasan Jatibarang
ukurannya menjadi bahan bakar yang lebih kering dan lebih homogen supaya
sesuai untuk konversi energi pada pembakaran fluid-bed (yang lebih sensitif Tempat pembuangan sampah Jatibarang (residu)
terkait dengan mutu bahan bakar jika dibandingkan dengan pembakaran Industri daur ulang (sampah yang dapat didaur ulang)
menggunakan pembakaran massal, namun lebih kecil dan lebih murah untuk
dibuat – akan tetapi, investasi gabungan antara pengeringan secara biologis +
fluid-bed bisa lebih mahal daripada biaya membuat satu insinerator
pembakaran masal yang lebih kuat. Permasalahannya di sini adalah, mutu
sampah mungkin tidak cukup untuk menjalankan mass burn WtE selama
setahun karena rendahnya nilai kalori periodik/permanen dari sampah yang
belum diolah.
Skenario 3A dan 3B Pengolahan Limbah menjadi Energi/Pengalihan TPA Maksimum
Cakupan pengumpulan/tingkat layanan Percepatan perluasan cakupan layanan untuk dapat melayani semua
kelurahan mulai tahun 2022
Strategi pengumpulan Pengumpulan sampah dalam dua aliran khusus:

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 155

Untuk sampah basah (sampah hijau, sampah organik) dengan proses


biologis
Untuk sampah kering, dilakukan pra-pengolahan
Pemulungan informal di daerah pemukiman, dalam perjalanan ke TPA
mungkin akan berlanjut

Pengumpulan Utama Di kawasan padat penduduk: Dengan pengumpulan manual dari tempat
sampah rumah tangga ke gerobak dorong/gerobak motor. Sampah
diangkut ke TPS/T. Disediakan tempat sampah kecil (sekitar 100 liter) dan
sampahnya dikumpulkan setiap hari. Sistem dua warna.
Di daerah lain: Pengumpulan dari tempat sampah/kontainer jalanan
langsung ke truk sampah. Disediakan kontainer/tempat sampah dengan
empat roda, bermuatan kurang lebih 600 - 800 liter. Sistem dua warna.

Struktur Sementara Sekitar 260 TPS perlu diperbarui dan jumlahnya diperbanyak. Dilengkapi
dengan kontainer tertutup bermuatan 12-15 m³ dan truk hook-lift (atau
yang sejenis)
Sekitar 20 TPST akan ditambah jumlahnya

Document1
156 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pengangkutan Truk hook-lift (atau yang sejenis) untuk wadah tertutup

Truk pemadat (muatan 10 - 15 m³) untuk pengumpulan dari kontainer


jalanan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 157

Pra-Pengolahan Pembangunan sebuah sarana pengolahan MBT yang berlokasi di kawasan


Pengumpulan sampah daur ulang dengan melakukan pemisahan informal di Jatibarang, meliputi
jalanan, di TPS Skenario 3A:
- Produksi RDF
- Produksi biogas
- Pengomposan residu
Skenario 3B:
- Pengeringan secara biologis
- Produksi RDF
Pembuangan akhir Sebuah insinerator yang terletak di kawasan Jatibarang
Tempat pembuangan sampah Jatibarang (residu)
Industri daur ulang (sampah yang dapat didaur ulang)

Document1
158 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

5.3 Tinjauan skenario


Pemilahan Pengumpulan Pengangkutan Pengolahan/Pembuangan

Skenario 1: Bisnis sesuai Rencana Induk

› Tingkat pengumpulan tidak 100% › Truk arm roll dari TPS ke › TPS/TPA
Pengumpulan dengan dua TPA
arus (sistem membayar › Gerobak dorong, Gerobak motor, kontainer › MRF
ketika membuang sampah) jalanan ke TPS/TPST › Truk kontainer ke TPA

Skenario 2: Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA sedang

› Percepatan perluasan cakupan menjadi 100% › Dari TPS, namun › Fasilitas pengolahan WtE:2 x 19 t/jam mulai beroperasi tahun
Pengumpulan dengan dua meningkat: 2024= 304.000 ton/tahun. Kapasitas tambahan: 1 x 19 t/jam
arus › Gerobak dorong, Gerobak motor, kontainer
beroperasi tahun 2035 =152.000 ton/tahun
Campuran sampah kering jalanan ke TPS › Pengangkutan langsung
› MRF: 125.000 t/th beroperasi tahun 2024, kapasitas tambahan
yang dapat didaur ulang dengan truk pemadat
dan sampah“basah” › Pengenalan dan perubahan bertahap menjadi: 100.000 t/th beroperasi tahun 2032
Kontainer sampah komunal dan truk pemadat › TPA

Skenario 3A: Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA tinggi

Pengumpulan dengan dua › Percepatan perluasan cakupan menjadi 100% › Dari TPS, namun › Fasilitas pengolahan biogas: 250.000 t/th beroperasi tahun
arus meningkat: 2024
Campuran sampah kering › Gerobak dorong, Gerobak motor, kontainer
› MRF: 225.000 t/th beroperasi tahun 2024, tambahan 125.000
yang dapat didaur ulang jalanan ke TPS › Pengangkutan langsung
t/th beroperasi tahun 2032
dan sampah “basah” dengan truk pemadat
› Pengenalan dan perubahan bertahap menjadi: › Insinerator: 1 x 19 t/jam beroperasi tahun 2030 =152.000
Kontainer sampah komunal dan truk pemadat ton/tahun
› TPA

Skenario 3B: Pengolahan Sampah menjadi Energi/pengalihan TPA maksimum

Pengumpulan dengan dua › Percepatan perluasan cakupan menjadi 100% › Dari TPS, namun › Pengeringan secara biologis: 250.000 t/tahun pengeringan
arus › Gerobak dorong, Gerobak motor, kontainer meningkat: secara biologis beroperasi tahun 2024
Campuran sampah kering jalanan ke TPS › Insinerator: 250.000 t/th (2x15 t/jam) beroperasi tahun 2024
yang dapat didaur ulang › Pengangkutan langsung
› Pengenalan dan perubahan bertahap menjadi: › Kapasitas tambahan 100.000 t/th beroperasi tahun 2035
dan sampah “basah” dengan truk pemadat
Kontainer sampah komunal dan truk pemadat › MRF: 225.000 ton/th beroperasi tahun 2024
› MRF tambahan 125.000 t/th beroperasi tahun 2032
› TPA

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 159

6 Penilaian skenario

6.1 Struktur model keuangan dan parameter


masukan utama
Model keuangan berbasis excel telah dikembangkan untuk mendukung penilaian
terhadap kelayakan kondisi finansial proyek berdasarkan beragam rangkaian
asumsi proyek. Model keuangan tersebut mencakup keseluruhan fasilitas
pengelolaan sampah terpadu untuk setiap skenario, termasuk sarana WtE,
sarana MBT/AD, MBT/pengeringan secara biologis serta fasilitas pemilahan
bahan (MRF).

Model excel ini terdiri dari beberapa lembar masukan, lembar perhitungan, dan
lembar hasil. Lembar masukan berisi semua masukan data yang digunakan
dalam perhitungan, sedangkan pembangkit listrik, biaya CAPEX, biaya OPEX,
pendapatan, pembiayaan, depresiasi, dan nilai sisa dihitung dalam lembar
masing-masing. Selain itu, ada sejumlah lembar hasil di mana hasil utamanya
adalah aliran sampah (untuk masing-masing alternatif pembuangan, daur ulang,
pengolahan, pembuangan akhir), dan iuran rata-rata rumah tangga. Gambar
berikut ini menampilkan struktur model excel tersebut.

Document1
160 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Gambar 69 Struktur model excel

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 161

Gambar 70 Prinsip-prinsip model perhitungan untuk skenario dasar

Gambar 71

Prinsip-prinsip model perhitungan untuk skenario alternatif. Seiring waktu, sebagian


sampah yang meningkat akan dikumpulkan dengan truk pemadat (disebut
sampah jalanan)

Document1
162 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Untuk kedua skenario dasar dan alternatif tersebut, pengumpulan sampah akan
menjadi sistem pengumpulan dua aliran, sebagaimana dijelaskan kemudian.

6.1.1 Parameter masukan utama


Tabel 50 di bawah memberikan tinjauan mengenai parameter masukan
utama. Silakan merujuk ke bagian lampiran untuk mendapatkan informasi yang
lebih rinci mengenai parameter masukan.

Tabel 50 Parameter masukan utama

Parameter Satuan Asumsi dasar Keterangan/sumber

Silakan merujuk ke bagian di


Biaya investasi Rupiah/tahun bawah ini untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci

Silakan merujuk ke bagian di


Biaya operasional Rupiah/tahun bawah ini untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci

Silakan merujuk ke bagian di


Sumber pendapatan Rupiah/kWh bawah ini untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci

Silakan merujuk ke bagian di


Keuangan % bawah ini untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci

Nilai sisa NPV Rupiah Xxx

Nilai kalori digunakan untuk


menghitung ukuran sarana
WtE. Pengelolaan sampah
Fasilitas pengolahan WtE:
MJ/kg 8 campuran di Kota Semarang
Nilai kalori sampah
tidak memiliki nilai kalori ini,
untuk itu harus diolah
terlebih dahulu

Efisiensi ketel digunakan


Fasilitas pengolahan WtE:
% Fasilitas pengolahan WtE: 85% untuk menghitung ukuran
Efisiensi ketel
sarana WtE

Efisiensi listrik digunakan


Efisiensi listrik % Fasilitas pengolahan turbin: 25 % untuk menghitung ukuran
sarana WtE

2+2 tahun (2 tahun


Periode pelaksanaan
Tahun perencanaan/pengadaan dan 2 COWI
proyek
tahun pembangunan)

Ketersediaan fasilitas % produksi


89% (7.800 jam/tahun) COWI
pengolahan penuh

Fasilitas pengolahan WtE: 10%


Penggunaan listrik sendiri % produksi
Fasilitas pengolahan AD: 15 % COWI

Periode diskonto Tahun 22 COWI

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 163

Parameter Satuan Asumsi dasar Keterangan/sumber

Pemilahan: 20 tahun

Tingkat depresiasi Tahun WtE: 20 tahun COWI

AD: 20 tahun

Inflasi % 0% harga tetap

Bunga rekening cadangan % 0%

Karena pinjaman dan biaya OPEX


yang akan dibayar dalam Rupiah,
Fluktuasi nilai tukar
fluktuasi nilai tukar belum
termasuk dalam model

PPN % Semua biaya tidak termasuk PPN

Model tersebut menghitung parameter-parameter hasil utama di bawah ini:

› NPV proyek (sebelum pembiayaan), untuk masing-masing skenario, dalam


Rupiah

› CAPEX, OPEX, pendapatan, dan arus kas sebelum pembiayaan

› Harga tarif listrik per ton sampah dan per rumah tangga

› Aliran sampah, misalnya jumlah sampah tahunan yang diangkut ke masing-


masing sarana pembuangan/pengolahan pada setiap skenario, serta jumlah
total yang harus ditimbun selama periode perencanaan.

› Tidak terdapat analisa sensitivitas yang telah dibuat untuk analisa skenario.

6.1.2 CAPEX/OPEX
Bagian ini menyajikan biaya CAPEX dan OPEX untuk sarana-sarana
tersebut. Perkiraan tersebut berdasarkan pada proposal awal yang diterima oleh
COWI dari para kontraktor, serta berdasarkan perkiraan COWI sendiri. CAPEX
dinyatakan dalam total investasi per kapasitas tahunan dalam ton, kecuali untuk
TPA yang investasinya dinyatakan dalam satuan volume (m³) untuk keseluruhan
kapasitas TPA.

Document1
164 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 51 Jumlah biaya CAPEX dan OPEX untuk sarana pengelolaan sampah
termasuk kontingensi (contoh)

Fasilitas CAPEX per ton kapasitas tahunan OPEX per ton sampah yang diolah

Euro/ton Rupiah x Euro/ton Rupiah x


1000/ton 1000/ton

Sarana pengolahan W-t-E, 100.000 542 8.644 36 580


ton/tahun

Sarana pengolahan W-t-E, 300.000 416 6.608 31 494


ton/tahun

MBT/penguraian anaerobik (biogas) 375 6.029 25 402


250.000 ton/tahun

MRF 225.000 ton/tahun 130 2.090 30 482

MBT/Pengeringan secara biologis 125 2.009 20 321


250.000 ton/tahun

TPA (Harga per ton kapasitas 5 80 6 96


total/volume dalam m³)

CAPEX mencakup sarana prasarana, seluruh bangunan, pekerjaan sipil, gedung


administrasi untuk masing-masing fasilitas, jaringan listrik, dan lain sebagainya.
CAPEX juga mencakup rancangan dan kontingensi. Biaya modal (CAPEX) yang
diperkirakan untuk sarana pengolahan sampah menjadi energi jauh lebih rendah
dibandingkan proyek serupa di Eropa. Hal ini disebabkan oleh, salah satunya,
standar kualitas yang lebih rendah serta biaya yang umumnya lebih rendah
pula.

OPEX dinyatakan sebagai biaya per ton sampah yang dikelola. OPEX mencakup
biaya operasional, misalnya bahan habis pakai, gaji, pemeliharaan, dan
listrik. Namun hal tersebut tidak mencakup biaya modal dan pendapatan (yang
dihitung secara terpisah). Selain itu, OPEX juga tidak mencakup biaya untuk
pembuangan abu dari insinerator. Asumsi tersebut hanya dapat dipenuhi jika
abu tidak dibuang di TPA sehat.

Berdasarkan pengalaman COWI terhadap proyek sejenis, biaya pemeliharaan


untuk masing-masing sarana dianggap 2% dari CAPEX. COWI telah
memperkirakan biaya asuransi yaitu sebesar 0,75% dari CAPEX.

6.1.3 Pendapatan
Fasilitas pengelolaan sampah akan memperoleh pendapatan dari penjualan
listrik ke grid dan juga memiliki peluang menjual pupuk hasil proses pembuatan
kompos ke perusahaan swasta. Harga jual listrik ditentukan oleh PLN dan
ditetapkan sebesar 0,08 dollar AS per kWh. Hal tersebut merupakan asumsi
penting untuk model keuangan.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 165

Pupuk yang dihasilkan dari sarana pengolahan AD dianggap tidak mampu


mencapai harga pasar yang kompetitif.

Pendapatan dari penjualan bahan yang dapat didaur ulang diperkirakan sebagai
berikut:

Tabel 52 Perkiraan harga pasar untuk penjualan sampah yang dapat didaur ulang

Jenis bahan yang dapat Harga per ton bahan


didaur ulang
Euro/ton Rupiah x 1000/ton
Kaca 25 398
Kertas/karton 85 1.355
Plastik 85 1.355
Logam 25 398

Harga pasar dunia untuk barang yang dapat didaur ulang saat ini (2017) masih
sangat rendah, ditambah lagi dengan larangan impor dari Tiongkok untuk plastik
campuran. Untuk itu, harganya masih rendah. Secara umum, harga yang lebih
tinggi dapat diperoleh jika bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan ke dalam
mutu yang lebih beragam, sehingga akan lebih bernilai.

6.2 Kajian aliran sampah


Kajian aliran sampah merupakan suatu hal yang menarik karena beberapa
faktor:

› Hal tersebut menentukan kapasitas armada pengumpulan sampah yang


dibutuhkan, dan kapasitas peralatan penyimpanan sampah, yang digunakan
dalam setiap skenario - sesuai dengan tingkat layanan yang diinginkan
(misalnya frekuensi pengosongan kontainer, jarak antar kontainer, serta
ketentuan pelayanan)

› Hal tersebut menentukan jumlah sampah yang setiap tahunnya diangkut ke


masing-masing sarana yang dipilih, dan juga kapasitas nominalnya, atau –
dalam kasus TPA - jumlah kapasitas/volume total yang dibutuhkan

› Hal tersebut juga menentukan jadwal investasi dan reinvestasi untuk


sarana jika ukuran/kapasitasnya telah ditentukan

Ketika menganalisa aliran sampah, perlu dipertimbangkan secara seksama


bagaimana aliran sampah di berbagai elemen struktur/skenario, dan bagaimana
masing-masing fasilitas mempengaruhi aliran sampah tersebut, misalnya
dengan mengirimkan sebagian aliran ke satu arah dan mengirimkan bagian
yang lain ke arah yang berbeda. Misalnya, sejumlah sampah akan diangkut ke
sarana pengolahan WtE setiap hari. Sebagian sampah ini akan menguap ke
udara dalam bentuk gas buang, sebagian lagi akan menjadi abu dasar, atau abu
terbang. Selain itu, sarana pengolahan juga akan menghasilkan produk
sampahnya sendiri, (misalnya dari pengolahan gas buang) yang kemudian

Document1
166 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

membuat aliran sampah menjadi rumit. Hasil dari satu sarana akan menjadi
masukan untuk sarana yang lain.

Untuk masing-masing skenario, diperkirakan hal-hal sebagai berikut:

› Jumlah sampah yang dibawa ke TPA dan jumlah kapasitas TPA yang
dibutuhkan untuk periode perencanaan

› Prosentase sampah yang dihasilkan yang dialihkan dari proses penimbunan

› Perkiraan jumlah yang didaur ulang dan jumlah yang menuju ke masing-
masing sarana pengolahan

Gambar berikut menunjukkan sampah yang didaur ulang, yang menuju ke


sarana pembakaran, atau yang ditimbun dalam beberapa skenario untuk periode
rencana 2018-2040.

Model tersebut secara umum mengasumsikan bahwa tidak ada sarana yang
tersedia sebelum tahun 2024. Untuk fasilitas besar, dibutuhkan masa
perencanaan yang panjang dengan persiapan AMDAL, dan persetujuan lainnya,
rancangan, serta tender. Proses ini diperkirakan akan membutuhkan waktu
setidaknya 3 tahun. Setelah itu, proses pembangunan diperkirakan akan
memakan waktu 3 tahun lagi, termasuk uji coba.

Waste incinerated, all scenarios


(tons/year)
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040

Basis ton/year Scenario 2a ton/year


Scenario 3a ton/year Scenario 3b ton/year

Gambar 72 Pembakaran sampah, seluruh skenario

Gambar di atas menunjukkan sampah yang memasuki sarana pembakaran pada


masing-masing skenario. Skenario Dasar tidak memiliki insinerator. Skenario 3a
memiliki sarana AD, sehingga sedikit saja jumlah sampah yang dibakar,
sedangkan sampah yang dibakar misalnya sampah yang ditolak oleh sarana MRF
serta sampah yang melebihi kapasitas pengolahan fasilitas pengolahan
AD. Skenario 2a memiliki tingkat pembakaran sampah paling tinggi, sedangkan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 167

skenario 3b memanfaatkan pengeringan sampah sebelum pembakaran,


sehingga jumlah sampah yang dibakar lebih sedikit.

Waste recycled, all scenarios


(tons/year)
250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

0
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
Basis Scenario 2a Scenario 3a Scenario 3b

Gambar 73 Sampah untuk didaur ulang

Gambar di atas menunjukkan bahwa sampah memang diangkut untuk didaur


ulang - bukan sampah yang memasuki sarana pengolahan MRF. Dalam hal ini,
beberapa jenis sampah ditolak karena tidak dapat didaur ulang. Sampah yang
didaur ulang mengikuti perkiraan pola yang sama pada semua skenario.

Waste to landfill, all scenarios


(tons/year)
450,000
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040

Basis Scenario 2a Scenario 3a Scenario 3b

Gambar 74 Sampah untuk TPA, seluruh skenario

Gambar tersebut menunjukkan jumlah sampah untuk ditimbun pada TPA saniter
dalam tiga skenario. Karena skenario dasar tidak memiliki rencana terkait

Document1
168 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

sarana pengolahan, sebagian besar onggokan sampah tersebutakan ditimbun.


Hanya ada sedikit perbedaan dengan skenario-skenario lainnya, yaitu
beranggapan bahwa lebih sedikit jumlah sampah yang akan ditimbun jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah sampah yang ada pada skenario dasar.

Total tonnage of waste landfilled,


not including ashes
(2018-2040)
9,000,000
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
ton ton ton ton
Basis Scenario 2a Scenario 3a Scenario 3b

Gambar 75 Kapasitas TPA yang dibutuhkan, seluruh skenario

Gambar di atas menunjukkan total tonase sampah serta kebutuhan akan


kapasitas TPA (volume) pada seluruh skenario. Skenario Dasar membutuhkan
total kapasitas TPA sebanyak 8 juta ton (mungkin setara dengan 8-10 juta m³)
untuk 20 tahun ke depan. Tiga skenario lainnya tidak membutuhkan kapasitas
sebanyak itu, namun jumlahnya tetap banyak (dari 3,1 juta ton/m³ menjadi 4
juta ton). Sekitar dua per tiga dari jumlah sampah yang diangkut ke TPA pada
ketiga skenario alternatif telah ada selama enam tahun dari sekarang, sampai
sarana-sarana tersebut mulai beroperasi. Dengan demikian, kebutuhan
kapasitas TPA dapat berkurang drastis jika periode pelaksanaannya lebih cepat.

Seperti yang dapat dilihat, Skenario 3B menyediakan pengalihan TPA yang


paling baik. Dibandingkan dengan skenario lain yang memiliki pembakaran,
skenario ini menerapkan pengeringan sampah sebelum pembakaran, sehingga
tahap pra-pengolahan ini menghasilkan sampah yang berukuran lebih kecil.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Skenario 2, perbedaannya sangat kecil.
Skenario 3a memiliki kebutuhan kapasitas TPA yang lebih besar karena produk
sampingan dari fasilitas biogas diperkirakan akan menuju ke TPA. Hal tersebut
dapat diperkecil apabila produk-produk seperti kompos dapat digunakan di luar
TPA, atau jika pasar bagi produk kompos telah ditemukan.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 169

Tabel 53 Kapasitas TPA yang dibutuhkan untuk seluruh skenario - 2018 - 2040

Skenario Satuan Sampah yang tersimpan di TPA,tidak


termasuk abu dari pembakaran
Dasar ton 7.722.427
Skenario 2a ton 3.404.672
Skenario 2b ton 3.404.672
Skenario 3a ton 4.038.693
Skenario 3b ton 3.149.297

Seperti yang ditunjukkan, volume TPA yang dibutuhkan tidak mencakup ruang
untuk pembuangan abu dari insinerator. Abu tersebut dapat dibuang melalui
pekerjaan pembangunan, pada tanggul, sebagai struktur dasar pembangunan
jalan raya, dll.

Tabel berikut menyajikan tinjauan terkait pembuangan sampah pada skenario-


skenario tertentu.

Tabel 54 Tinjauan terkait pembuangan sampah, Skenario Dasar

Satuan 2024 2030 2040


Sampah yang didaur
% jumlah total 12% 10% 27%
ulang
Pembakaran
% jumlah total 0% 0% 0%
sampah/biogas
Sampah yang ditimbun % jumlah total 65% 66% 53%
Sampah yang tidak
% jumlah total 23% 23% 20%
dikumpulkan
Jumlah % jumlah total 100% 100% 100%

Tabel 55 Gambaran umum terkait pembuangan sampah, Skenario 2

Satuan 2024 2030 2040


Sampah yang didaur
% jumlah total 17% 19% 28%
ulang
Pembakaran
% jumlah total 62% 55% 56%
sampah/biogas
Sampah yang ditimbun % jumlah total 12% 16% 11%
Sampah yang tidak
% jumlah total 10% 10% 5%
dikumpulkan
Jumlah % jumlah total 100% 100% 100%

Tabel 56 Gambaran umum terkait pembuangan sampah, Skenario 3a

Satuan 2024 2030 2040


Sampah yang didaur
% jumlah total 22% 18% 23%
ulang
Pembakaran
% jumlah total 66% 60% 59%
sampah/biogas
Sampah yang ditimbun % jumlah total 15% 24% 23%
Sampah yang tidak
% jumlah total 10% 10% 5%
dikumpulkan
Jumlah % jumlah total 113% 112% 111%

Document1
170 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Tabel 57 Gambaran umum terkait pembuangan sampah, Skenario 3b

Unit 2024 2030 2040


Sampah yang didaur 22% 20% 23%
% jumlah total
ulang
Pembakaran 50% 45% 47%
% jumlah total
sampah/biogas
Sampah yang ditimbun % jumlah total 5% 12% 15%
Debu % jumlah total 13% 11% 12%
Sampah yang tidak 10% 10% 5%
% jumlah total
dikumpulkan
Jumlah % jumlah total 100% 99% 101%

6.3 Hasil analisa keuangan

6.3.1 Hasil utama – Iuran


Salah satu tujuan utama model keuangan ini adalah untuk menetapkan
perkiraan iuran yang diperlukan guna membiayai keseluruhan sistem
pengelolaan sampah, termasuk penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pembuangan akhir.

Diasumsikan bahwa iuran akan diberlakukan pada titik timbulan sampah


(produsen sampah), dan tarif tersebut merupakan satu-satunya sumber untuk
menanggung biaya bersih keseluruhan sistem pengelolaan sampah (biaya bersih
adalah biaya kotor dikurangi pendapatan dari penjualan listrik dan sampah daur
ulang). Oleh karena itu, diasumsikan bahwa tidak ada retribusi kebersihan yang
dikenakan di berbagai fasilitas pengolahan/pembuangan. Namun demikian, hal
tersebut tetap tergantung pada pengaturan yang diterapkan dalam berbagai
sistem. Misalnya, terdapat kemungkinan untuk melakukan tender pembangunan
dan pengoperasian fasilitas tunggal kepada operator swasta di bawah skema
PPP (kerjasama pemerintah dengan swasta), di mana retribusi kebersihan akan
dikenakan. Pada contoh ini, pelanggan akan dikenai iuran yang sama (atau
hampir sama).

Tarif dapat dihitung dan diberlakukan dengan berbagai cara, dan berkaitan
dengan, misalnya, ukuran rumah tangga, ukuran hunian, volume wadah
penyimpanan sampah, jenis pelanggan/produsen sampah, dan jenis
sampah. Iuran tersebut bisa merupakan tarif tetap (flat) atau bervariasi. Selain
itu, iuran juga akan dibedakan antar berbagai kelompok pengguna, sesuai
dengan beban terhadap sistem. Hal tersebut mencakup perbedaan tarif untuk
rumah tangga, lembaga komersial, lembaga publik, dan sejenisnya. Perbedaan
cara penetapan struktur iuran dapat memicu perbedaan efek terhadap berbagai
kelompok produsen sampah dan tentunya bisa mengandung tujuan yang
berbeda. Beberapa asas penetapan iuran ditunjukkan pada bagian 7.2 berikut
ini.

Tabel di bawah ini menunjukkan iuran rata-rata per rumah tangga untuk
keseluruhan periode perencanaan (2020 - 2040), jika seluruh biaya pengelolaan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 171

sampah dibagi rata untuk semua rumah tangga. Dengan kata lain, lembaga
serta institusi komersial dan yang sejenisnya tidak dikenai beban biaya.

Tabel 58 Perkiraan rerata iuran rumah tangga tahunan untuk Pengelolaan Sampah
Kota Semarang 2020-2040, Skenario 1-3

Skenario Rupiah/tahun Euro/tahun

Bisnis sesuai Rencana Induk 1 444.674 27,90

Pengolahan sampah menjadi


2 854.070 53,59
energi/pengalihan TPA sedang

Pengolahan sampah menjadi


3A 1.073.826 67,38
energi/pengalihan TPA tinggi

Pengolahan sampah menjadi


3B 933.836 58,60
energi/pengalihan TPA maksimum

Tarif yang ditunjukkan dipengaruhi oleh tingkat hibah/bagian ekuitas dari


keseluruhan investasi (silakan merujuk ke bagian 6.3 di bawah ini). Tarif di atas
dihitung tanpa memasukkan unsur hibah.

Iuran untuk skenario dasar dihitung berdasarkan asumsi-asumsi relevan yang


sebagian besarnya hampir sama dengan Rencana Pengelolaan Sampah Kota
Semarang 2013, hanya saja terdapat beberapa poin yang diperbarui, misalnya
untuk perkembangan populasi pada tingkat layanan aktual sampai akhir 2017.
Skenario 1 mencakup investasi di TPA, yang tidak termasuk dalam Rencana
Pengelolaan Sampah Kota Semarang 2013. Oleh karena itu, iuran pada skenario
dasar tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan iuran yang disebutkan
dalam Rencana Pengelolaan Sampah 2013. Dengan pengaturan tersebut, iuran
dalam Rencana Pengelolaan Sampah Kota Semarang 2013 ditunjukkan di bawah
ini:

Tabel 59 Perkiraan iuran tahunan (dalam rupiah) untuk rumah tangga, Kelas I-III
Rencana Pengelolaan Sampah Kota Semarang 2013

2014-2018 2019-2023 2024-2028 2029-2033


Rumah Tangga
Rupiah/Tahun
Kelas I 69.175 140.345 281.930 513.662
Kelas II 43.234 87.716 176.206 321.039
Kelas III 17.294 35.086 70.482 128.416

Seperti yang tertera dalam tabel, perhitungan model menunjukkan bahwa


besarnya iuran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pengelolaan sampah
(tidak termasuk kegiatan administrasi dan perencanaan) setidaknya dua kali
lipat dari jumlah yang tertulis dalam Rencana Pengelolaan Sampah Kota
Semarang 2013. Iuran yang dihitung dinyatakan dalam harga tetap, sehingga
perlu disesuaikan dengan inflasi.

Perlu juga diketahui bahwa perhitungan iuran tersebut merupakan perhitungan


berdiskonto, yang dihitung dari tahun ke tahun dan kemudian didiskontokan

Document1
172 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

kembali ke tahun berjalan. Dengan demikian, biaya di masa depan dianggap


kurang berguna jika dibandingkan dengan biaya pada saat ini.

Iuran di atas mungkin masih berada pada batas kesanggupan rumah tangga,
namun hal tersebut perlu diverifikasi dalam analisa yang terpisah (lihat Bab 2
pada laporan ini).

6.3.2 Keuangan
Diharapkan bahwa prosentase biaya investasi untuk sarana pengolahan sampah
(bukan untuk pengumpulan dan pengangkutan) akan dibiayai oleh ekuitas/hibah
sedangkan sisanya dibiayai oleh pinjaman. Meskipun pinjaman tersebut mungkin
dilakukan melalui bank yang berbeda, semuanya dianggap memiliki persyaratan
yang sama, sehingga komponen pinjaman dianggap sebagai pinjaman tunggal
dalam model keuangan ini. Tabel berikut menunjukkan kemungkinan struktur
pembiayaan dan persyaratan pinjaman.

Tabel 60 Struktur pembiayaan dan persyaratan pinjaman - contoh

Item Satuan Asumsi Sumber


Bagian ekuitas/hibah % 30 COWI
Bagian pinjaman % 70 COWI
Laba yang diperlukan % 17,5 COWI
Tingkat pinjaman % 14 COWI
Masa tenggang pinjaman Tahun 2,0 COWI
Jangka pinjaman Tahun 7,0 COWI
Bunga selama pembangunan % 14,0% COWI
Pinjaman arranger fee % 1,2% COWI
Ekuitas arranger fee % 2,3% COWI

Berdasarkan penjelasan di atas, rerata iuran yang dihasilkan (seperti yang


dijelaskan di atas) adalah sebagai berikut:

Tabel 61 Perkiraan rerata iuran rumah tangga tahunan untuk Pengelolaan Sampah
Kota Semarang 2020-2040 – DENGAN ELEMEN HIBAH sebesar 0%,
30% dan 100%

Per rumah tangga, rerata Skenario Rupiah/tahun Euro/tahun

Tingkat hibah 0% 30% 100% 0% 30% 100%

Pengolahan sampah menjadi


2 854.070 784.914 623.552 53,59 49,25 39,13
energi/pengalihan TPA sedang

Pengolahan sampah menjadi


3A 1.073.826 996.141 814.875 67,38 62,51 51,13
energi/pengalihan TPA tinggi

Pengolahan sampah menjadi


3B 933.836 867.849 713.881 58,60 54,46 44,80
energi/pengalihan TPA maksimum

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 173

Table 62 Perkiraan rerata iuran per ton untuk Pengelolaan Sampah Kota Semarang
2020-2040 – DENGAN ELEMEN HIBAH sebesar 0%, 30% dan 100%

Rerata iuran per ton sampah Skenario Rupiah/tahun

Tingkat hibah 0% 30% 100%

Pengolahan sampah menjadi


2 801.455 736.560 585.139
energi/pengalihan TPA sedang

Pengolahan sampah menjadi


3A 1.007.674 934.774 764.675
energi/pengalihan TPA tinggi

Pengolahan sampah menjadi


3B 876.307 814.386 669.903
energi/pengalihan TPA maksimum

Seperti yang dapat dilihat, pembiayaan hibah memiliki pengaruh meskipun tidak
terlalu signifikan (sekitar 25%). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
terutama karena seluruh fasilitas pengolahan memerlukan biaya operasional
yang tinggi. Faktor penting lainnya adalah, meskipun dana hibah dapat dicari
untuk investasi, penggunaannya harus hati-hati karena dana tersebut akan
diakumulasikan kembali untuk reinvestasi - keduanya berlangsung selama
pengoperasian dan ketika fasilitas-fasilitas tersebut memerlukan penggantian
total setelah masa pakainya berakhir. Dengan demikian, depresiasi investasi
tidak dapat dihilangkan meskipun terdapat dana hibah.

6.4 Kesimpulan dan rekomendasi untuk


Pengelolaan Sampah Kota Semarang di masa
depan
Berdasarkan penilaian terhadap keempat skenario, dapat disimpulkan sebagai
berikut:

› Skenario 2 menyediakan solusi paling murah sebagai skenario alternatif


dengan perkiraan iuran sekitar 20% lebih rendah dibandingkan dengan
iuran di skenario yang paling mahal

› Terdapat tingkat daur ulang yang hampir sama untuk semua skenario
alternatif

› Tidak terdapat perbedaan pada cakupan layanan dan jumlah sampah yang
tidak dikumpulkan pada semua skenario alternatif

› Skenario 2 memiliki pengalihan TPA yang lebih kecil jika dibandingkan


dengan Skenario 3, namun perbedaannya hanya sekitar 8% di antara
kapasitas TPA paling tinggi dan kapasitas TPA paling rendah yang
diperlukan

Document1
174 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Skenario 2 merekomendasikan sebuah sarana WtE. Ini memberikan solusi


terbaik dalam pengalihan penimbunan sampah, namun, teknologinya sangat
rumit, dan tidak umum di Indonesia, yang berdampak pada biaya operasional
dan pemeliharaan yang memberatkan dan tingginya kebutuhan akan operator
dan karyawan yang sangat ahli. Hal ini memang memberatkan bagi skenario 2,
namun dengan adanya Strategi Nasional berkaitan dengan pengembangan
pengolahan sampah menjadi energi di Indonesia dan tujuan Kota Semarang
yang telah ditetapkan, Skenario 2 direkomendasikan untuk dilaksanakan.

Langkah-langkah yang harus dikembangkan sebelum dan selama pelaksanaan


Skenario tersebut meliputi:

› Program pendidikan dan kesadaran masyarakat

› Sistem pengumpulan sampah B3 dan pengurangan tingkat bahaya sampah


B3 yang dikumpulkan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 175

7 Analisa Kesenjangan
Bab ini mengkaji kesenjangan dalam aspek-aspek teknis, keuangan, dan
kelembagaan dari skenario pengelolaan sampah yang dipilih. Penjelasan
mengenai target pengurangan sampah dan penjelasan mengenai layanan
pengumpulan sampah yang efektif biayanya telah dijabarkan di Bab-Bab
sebelumnya.

7.1 Hambatan dan peluang utama dalam


menentukan kelayakan dan kesesuaian
pilihan
› Harga jual listrik. Untuk teknologi produksi listrik, sangat penting untuk
diperhatikan bahwa energi bisa dijual dengan kisaran harga yang tinggi,
dapat diprediksi, serta dalam jangka panjang, dan penerima pembayaran
merupakan pembayar yang dapat diandalkan. Hal lain yang sama
pentingnya adalah ketersediaan dan stabilitas jalur transmisi tegangan
tinggi serta kemampuan sambungan listrik untuk menerima daya yang
dihasilkan. Teknologi pengolahan WtE dan AD dapat menjadi teknologi yang
paling berhasil, apabila sumber energi non-fosil dikenai harga premium, di
mana listrik yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan harga jual energi fosil pada
umumnya. Selain itu juga jika dikeluarkan ijin khusus untuk biogas agar
ditingkatkan kualitasnya menjadi, misalnya, gas alam atau LPG, sehingga
biogas yang didapatkan mungkin digunakan sebagai penggerak mesin
kendaraan atau digunakan dalam sistem gas alam perpipaan. Akan tetapi
berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia saat ini, hal ini tidak
terpenuhi.

› Struktur dan lembaga masyarakat. Teknologi penghasil panas, seperti


WtE atau AD, bisa menjadi teknologi yang sangat menguntungkan, jika ada
industri atau lembaga besar yang memerlukan pemanas maupun pendingin,
dan bersedia membayar untuk mendapatkan pasokan energi yang berasal
dari sumber alam dibandingkan dengan, misalnya, minyak atau energi
batubara. Sebagai contoh, kelebihan panas dapat dimanfaatkan untuk
pabrik industri terdekat yang memerlukan pasokan uap yang stabil maupun

Document1
176 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

industri yang memproses panas. Selain itu, misalnya rumah sakit besar
atau gedung administrasi terdekat dapat menggunakan kelebihan panas
tersebut untuk keperluan pendinginan melalui pertukaran
panas. Sedangkan yang terjadi di Kota Semarang, pada umumnya, dan
Jatibarang pada khususnya, belum tercatat adanya permintaan akan uap
panas semacam ini.

› Keterlibatan pemangku kepentingan, persyaratan dan mitra utama.


Sangat penting untuk dapat membangun dan memelihara kepercayaan
antar pemangku kepentingan utama, termasuk:

› Operator pabrik/sarana pengolahan vs. masyarakat sekitar dan LSM


lingkungan bahwa data emisi tersedia, dilaporkan, dan valid

› Industri dan lembaga pembeli (off-takers) energi vs. operator sarana


pengolahan bahwa pasokan energi akan tersedia sesuai jumlah dan
waktu yang telah disepakati, dan bahwa pembayaran untuk energi
tersebut akan dilakukan.

› Pihak pemberi izin vs operator pabrik/pemberi modal/mitra konsesi


bahwa perizinan akan diberikan secara bijaksana dan transparan, dan
bahwa perizinan tersebut akan tetap berlaku selama memenuhi kriteria
obyektif

› Pengumpul sampah vs operator pabrik bahwa sampah memiliki


kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan yang ditetapkan serta
dipasok tepat waktu sesuai dengan kesepakatan selama masa kontrak

› Pemerintah kota berwenang vs. operator sarana pengolahan/pemberi


modal bahwa retribusi kebersihan dan kompensasi akan dibayar tepat
waktu serta sesuai dengan kesepakatan selama masa kontrak, dan
bahwa kapasitas dan ketersediaan fasilitas pengolahan yang telah
disepakati akan tetap sama selama masa kontrak

› Anggaran, pendapatan, keterampilan. Sangat penting untuk membuat


dan menyimpan anggaran dalam bentuk pembayaran (retribusi kebersihan,
pasokan energi, sampah daur ulang dll) serta biaya operasional dan
pemeliharaan selama masa kontrak. Selain itu, sangat penting untuk
memastikan bahwa keterampilan serta suku cadang yang dibutuhkan untuk
pengoperasian pabrik selalu tersedia. Biasanya, diperlukan pendapatan dari
retribusi kebersihan maupun pendapatan dari penjualan energi, sampah
daur ulang, kompos, atau RDF untuk membayar kembali pinjaman dan
pembiayaan operasional serta pemeliharaan. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memiliki pembeli/pembayar yang dapat diandalkan dalam
jangka panjang. Hal tersebut juga berlaku ketika sebagian besar atau total
biaya modal merupakan dana hibah yang diberikan oleh donor/pemerintah
pusat.

› Cakupan Layanan. Penting untuk memperluas cakupan layanan


pengumpulan sampah agar dapat melayani semua penduduk dan entitas

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 177

komersial dalam rangka melakukan perbaikan besar dalam lingkungan


perkotaan dan mencegah timbulan sampah di daerah perkotaan. Namun,
hal ini biasanya akan membuat biaya operasional membengkak sehingga
penting untuk memastikan adanya peningkatan mutu sistem pengumpulan
dan pengolahan sampah. Selain itu, memperluas cakupan layanan ke
daerah-daerah yang agak miskin serta pelosok di Kota Semarang
kemungkinan akan menambah total biaya, sedangkan para penduduk
tersebut memiliki kemampuan keuangan yang rendah untuk membayar
iuran. Untuk itu, diperlukan metode untuk menekan biaya namun tetap
menjangkau masyarakat Semarang yang lebih luas.

› Rencana pengembangan TPA Jatibarang. Terlepas dari pilihan teknologi


baru dalam pengolahan sampah, perlu diperhatikan kebutuhan untuk
membangun kawasan Jatibarang.

› Meskipun teknologi modern akan diterapkan untuk mengurangi


kebutuhan kapasitas TPA, pada kenyataannya penambahan kapasitas
TPA baru yang dikelola dengan baik tetap diperlukan. Selain itu, semua
jenis teknologi akan menghasilkan residu dan membutuhkan TPA yang
dikelola dengan sangat baik. Selain itu, pertumbuhan penduduk dan
industrialisasi yang terus berlanjut dapat memicu kurangnya kapasitas
pengolahan modern yang diterapkan, serta timbulan sampah dari
waktu ke waktu, sehingga memerlukan cukupnya ketersediaan
kapasitas TPA sebagai bentuk antisipasi untuk beberapa dekade
mendatang.

› Perlu dipertimbangkan penggunaan dan perbaikan atau integrasi


sarana pembuatan kompos yang telah ada secara terus menerus

› Perlu direncanakan alokasi lahan untuk pembangunan dan


pengoperasian sarana pengolahan sampah modern

› Sangat perlu dilakukan perbaikan kondisi akses jalan, termasuk


perbaikan keselamatan jalan di kawasan tempat tinggal di sekitarnya

› Perlu dipertimbangkan integrasi sistem ekstraksi gas di TPA yang ada


saat ini dan di masa mendatang, dilengkapi dengan sarana biogas

› Perlu dipertimbangkan perbaikan lingkungan yang berkelanjutan,


pengelolaan gas TPA dan pengumpulan serta pengolahan lindi di lokasi

› Sangat penting untuk mempertimbangkan dampak kesehatan serta


dampak ekonomi terkait dengan harus dihentikannya praktik
penggembalaan sapi perah di TPA, serta mempertimbangkan
pemulungan sampah daur ulang yang tidak sehat dan rawan
kecelakaan di tengah-tengah mesin dan kendaraan. Perlu juga untuk
mempertimbangkan penyediaan lapangan kerja baru.

› Tingkat kesanggupanan penduduk dan pelaku bisnis. Penerapan


teknologi modern untuk pengolahan sampah akan menambah biaya

Document1
178 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

pengumpulan dan pembuangan sampah. Dengan demikian, penduduk dan


pelaku bisnis harus membayar iuran yang lebih tinggi untuk mendapatkan
layanan pengelolaan sampah, kecuali jika layanan tersebut mendapat
subsidi, misalnya menerima pendapatan energi yang cukup besar atau
menerima dana modal dan operasional yang besar dari anggaran publik
secara kontinyu atau hanya selama masa peralihan. Perlu dipertimbangkan
efektivitas pemungutan iuran pengelolaan sampah agar tidak menambah
jumlah piutang tak tertagih (bad debt). Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan kesenjangan kemampuan membayar di antara para
penduduk dan pelaku bisnis, termasuk biaya alternatif pembuangan
sampah ilegal dan biaya untuk menangani piutang tak tertagih.

› Kemampuan keuangan Kota. Pada akhirnya, Kota Semarang menjadi


penjamin pembayaran, pemungutan iuran, serta arus kas. Dengan
demikian, sangat penting untuk memastikan kekuatan finansial dan
kelembagaan kota dalam menjaga komitmen, menagih hutang, melakukan
pembayaran serta mengelola perjanjian konsesi tentang pengumpulan,
pengolahan dan pembuangan sampah. Terkait dengan hal tersebut,
berbagai sarana kelembagaan dan peraturan dapat digunakan guna
mengamankan pendapatan dan anggaran, membuat sistem pemungutan
iuran yang efektif, dan menambah hutang untuk membiayai berbagai
sarana yang ada dengan pembiayaan yang minimum.

7.2 Menangani persepsi negatif dan penolakan


Biasanya akan muncul persepsi negatif serta penolakan yang harus dihadapi
saat memperkenalkan perubahan yang cukup signifikan pada sistem
pengelolaan sampah. Lebih khusus lagi, pengenalan sarana baru dalam
pengelolaan sampah, pengenalan layanan baru untuk pengumpulan sampah,
serta pengenalan struktur baru terkait biaya dan pembayaran sampah dapat
memicu reaksi, persepsi negatif, bahkan penolakan.

Persepsi negatif biasanya mencakup:

1. Pemangku kepentingan yang terkena dampak secara personal:

a. Pendaur ulang informal mungkin merasa khawatir jika akses ke


sumber daya yang dapat didaur ulang akan menjadi terbatas atau
bahkan ditutup sama sekali karena mulai diterapkannya, misalnya,
sistem pemilahan sampah dari sumber, sistem pemulihan dan
pemilahan bahan sampah secara mekanis dan formal, serta sistem
pengolahan sampah lanjut yang membatasi akses para pendaur ulang
informal terhadap sampah

b. Penduduk sekitar mungkin terkena dampak misalnya karena


pemuatan lalu lintas sampah, suara bising, bau, debu, dampak visual,
dan lain sebagainya yang disebabkan oleh diperkenalkannya sarana
pengolahan TPA, sarana pengolahan energi panas, sarana pemilahan,
dan lain-lain.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 179

c. Pembayar iuran sampah dan produsen sampah, yang diwajibkan


membayar iuran layanan pengelolaan sampah yang lebih mahal karena
meningkatnya target layanan, mungkin akan menolak tambahan biaya
yang dibebankan

d. Pemilik ternak yang saat ini menggunakan TPA sebagai tempat untuk
menggembala dan mencari pakan ternak sapi serta untuk melahirkan
anak sapi, mungkin akan kehilangan mata pencaharian serta sumber
pendapatan utama mereka. Diperkirakan lebih dari 400 sapi merumput
di TPA Jatibarang

e. Terkait dengan kemungkinan adanya arus kas informal yang tidak


tepat, misalnya karena menguntungkan pihak-pihak yang mengontrol
akses terhadap fasilitas sampah atau sistem pengadaan saat ini, hal ini
dapat menimbulkan penolakan keras terhadap, misalnya, perubahan
pada sistem akuntansi, sistem pengadaan, sistem pengendalian aliran
sampah, serta sistem pengolahan sampah.

2. Pemangku kepentingan yang terkena dampak secara kelembagaan

a. LSM lingkungan yang pada prinsipnya menentang sarana pengolahan limbah


menjadi energi, TPA, dan sejenisnya

b. Tenaga kerja terorganisir, misalnya pemulung, yang pada dasarnya


menentang pembatasan akses informal terhadap sampah di pinggiran kota,
serta TPS atau TPA, mungkin akan menolak pengenalan solusi pengelolaan
sampah lanjutan yang meniadakan kontak manusia terhadap sampah dan
bahan pencemar

c. Organisasi penduduk lokal yang menentang dekatnya fasilitas pengelolaan


sampah karena dapat mengurangi nilai ekonomi atau nilai lingkungan yang
akan terjadi di sekitar lingkungan mereka.

d. Partai politik, yang karena faktor politik dan kebijakan tertentu, akan
menentang solusi yang dipilih.

e. Organisasi Komersial dan Industri mungkin menentang dampak yang dapat


mempengaruhi peluang bisnis, penggunaan lahan, serta zonasi

f. Pemerintah kota dan daerah yang memiliki rencana atau kebijakan tata
ruang atau komersial.

Secara garis besar, dapat diajukan pernyataan-pernyataan berikut terkait dengan


kemungkinan penolakan, serta pendekatan yang bisa ditempuh untuk menghadapi
kemungkinan tersebut:

› Penolakan lingkungan: Penting untuk menggunakan standar lingkungan


yang sesuai, misalnya standar Uni Eropa, terkait dengan seluruh kegiatan
baru yang diusulkan dalam pengelolaan sampah, misalnya, sangat mudah
untuk mendokumentasikan perlindungan lingkungan yang dapat diterima

Document1
180 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

dan dapat diandalkan terkait semua teknologi yang terpilih. Akan tetapi,
berdasarkan pengalaman masa lalu terkait investasi fasilitas pengelolaan
sampah modern, beberapa LSM memanfaatkan studi dan laporan yang
disalah-artikan, misalnya studi lama terkait pengolahan sampah menjadi
energi tahun 1990an untuk melebih-lebihkan dampak negatifnya,
sedangkan pada kenyataannya emisi dioksin dan furan sudah tidak ada lagi
berkat penggunaan teknologi pembersihan gas buang mutakhir saat
ini. Oleh karena itu, sarana pengolahan sampah menjadi energi lanjutan
yang paling baik seperti pengolahan sampah menjadi energi/panas,
pengolahan secara biologis dan mekanis, serta sarana biogas dapat
ditempatkan di sekitar area hunian karena satu-satunya dampak
lingkungan yang mungkin terjadi adalah dampak lalu lintas dan dampak
visualnya, sedangkan dampak potensial lain seperti bau, debu, polusi udara
dan lain-lain dapat dieliminasi dengan penerapan metode rekayasa yang
sudah terbukti keberhasilannya.

› Penolakan dari komunitas pendaur ulang informal: Sebaiknya


disediakan peluang kerja baru di fasilitas pengolahan sampah yang akan
dibuat dan pekerjaan tersebut dapat menghasilkan uang yang lebih banyak,
serta mematuhi peraturan kesehatan dan keselamatan kerja yang selama
ini dilanggar oleh para pendaur ulang sampah dengan kondisi kerja yang
sangat tidak aman dan tidak sehat. Sayangnya, peluang pekerjaan formal
semacam ini mungkin tidak akan cukup untuk menyerap semua pemulung
informal saat ini, sehingga akan ada masalah sosial baru yang perlu
ditangani. Meskipun para pemulung informal harus berhadapan dengan
risiko kesehatan dan keselamatan kerja, kehilangan sumber pendapatan
bagi mereka yang tidak mendapat pekerjaan formal di fasilitas pengelolaan
sampah baru akan memicu terjadinya masalah sosial yang tidak dapat
dipecahkan oleh rencana investasi pengelolaan sampah.

› Pemilik ternak: Tidak diragukan lagi bahwa adanya sekitar ratusan sapi
yang merumput di kawasan TPA bisa menjadi suatu ancaman terhadap
keamanan makanan dan kesehatan yang harus dihentikan sesegera
mungkin. Namun tampaknya para pemilik ternak tersebut telah mendapat
hak yang bersifat preskriptif, sehingga hal tersebut mungkin akan perlu
diselesaikan melalui negosiasi khusus yang memakan biaya tertentu.

› Kekhawatiran penduduk setempat dapat ditangani, misalnya, melalui


kegiatan dan dengar pendapat yang melibatkan masyarakat, dengan tujuan
untuk menginformasikan mengenai dampak dan langkah-langkah mitigasi
yang direncanakan, serta secara langsung menangani kekhawatiran warga
dengan menyajikan fakta, referensi, dan pengetahuan. Seringkali penting
bagi Pemerintah Kota untuk mengemukakan narasi dan mengadakan proses
dengar pendapat yang inklusif demi memastikan bahwa persepsi dan
kekhawatiran masyarakat tidak disesatkan oleh laporan dan penelitian yang
tidak tepat, tidak relevan, dan usang.

› Penerimaan penduduk dan sektor perdagangan terkait iuran dapat


menjadi masalah, karena solusi pengelolaan sampah yang direncanakan
akan memicu adanya kenaikan yang signifikan dalam belanja modal dan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 181

biaya operasional serta pemeliharaan, yang membuat adanya kenaikan


iuran layanan sampah jika tidak ada hibah investasi dan hibah anggaran
yang jumlahnya cukup signifikan. Diusulkan untuk mengembangkan
strategi kenaikan iuran yang sesuai, sehingga kenaikan iuran dapat
dilakukan secara bertahap, sedangkan kekurangan biaya yang ada akan
ditanggung selama periode interim. Selain itu, waktu kenaikan iuran
sebaiknya dilakukan bertepatan dengan peningkatan kualitas layanan yang
signifikan serta pembukaan sarana pengelolaan sampah lanjutan, guna
memastikan bahwa kenaikan iutan tersebut memang dipandang perlu
sehingga mudah untuk dikomunikasikan. Karena adanya berbagai tingkatan
masyarakat dan pelaku perdagangan yang mempengaruhi tingkat
kesejahteraan serta tingkat kemampuan dalam membayar, mekanisme
yang sesuai adalah untuk mengalokasikan kenaikan iuran terbesar pada
pihak-pihak yang dirasa paling mampu, yaitu entitas komersial dan
penduduk paling sejahtera

7.3 Asas iuran layanan pengelolaan sampah


Dalam merancang kebijakan iuran di masa depan di wilayah layanan Kota
Semarang, perlu dipertimbangkan asas-asas penetapan iuran pengguna layanan
pengelolaan sampah, yang mencakup: prinsip pencemar membayar, prinsip
hirarki sampah, pemulihan biaya penuh, swadana, kesanggupan, dan
pengaturan layanan. Masing-masing dibahas secara berurutan di bawah ini.

7.3.1 Prinsip pencemar membayar


Yang paling utama dalam menetapkan iuran pengguna layanan pengelolaan
sampah adalah kepatuhan terhadap prinsip pencemar membayar. Menurut
prinsip tersebut, penghasil sampah harus membayar biaya pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan/pengolahan sampah. Akan tetapi yang ada di
Indonesia saat ini, prinsip ini justru tidak diterapkan, dan sebagian besar biaya
pengelolaan sampah ditanggung oleh anggaran kota (dan negara). Namun
begitu, prinsip pencemar membayar merupakan asas utama yang diterapkan di
banyak negara, dan sudah seharusnya asas tersebut diterapkan. Untuk
memenuhi hal tersebut, diperlukan sebuah sistem yang kuat dalam pemungutan
tarif layanan pengelolaan sampah di seluruh kawasan proyek, termasuk semua
jenis pelanggan layanan pengelolaan sampah. Sistem tersebut harus dirancang
untuk memenuhi prinsip pencemar membayar, yaitu iuran pengguna yang akan
dipungut harus sama dengan biaya bersih yang dibutuhkan untuk sistem
pengelolaan sampah dalam jangka waktu yang wajar.

7.3.2 Hirarki sampah


Menurut prinsip ini, pengolahan sampah melalui pembuangan di TPA merupakan
metode yang paling tidak diinginkan dibandingkan dengan metode-metoda lain
yang diizinkan oleh undang-undang. Hirarki pengelolaan sampah mendorong
penerapan alternatif pengelolaan sampah dengan urutan prioritas sebagai
berikut:

Document1
182 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

› Mencegah atau mengurangi keberadaan sumber sampah sebisa mungkin

› Apabila tidak dapat dicegah, sampah harus digunakan kembali

› Kemudian sampah harus didaur ulang atau diproses ulang menjadi bahan
baku sekunder

› Apabila tidak bisa diproses menjadi bahan baku sekunder yang bermanfaat,
kandungan energi dalam sampah harus dipulihkan dan digunakan sebagai
pengganti sumber energi tak terbarukan

› Sampah dapat dibuang ke lingkungan melalui penimbunan hanya jika


sampah tersebut tidak dapat dicegah, diproses ulang, atau dipulihkan, dan
pelaksanaannya hanya dilakukan di bawah pengawasan.

Hirarki pengelolaan sampah digunakan sebagai alat utama untuk mengkaji


alternatif terbaik bagi lingkungan. Hirarki tersebut, yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini, memberikan sebuah model pendekatan pengelolaan
sampah yang strategis dan berkelanjutan, dengan mengutamakan pilihan untuk
menggunakan kembali, memulihkan atau jika diperlukan, membuang sampah.

Reduce
Most Desirable

Reuse

Recycle

Energy Recovery

Disposal

Least Desirable

Gambar 76 Hirarki pengelolaan sampah

Sebisa mungkin, kebijakan terkait iuran harus mempertimbangkan hirarki


sampah, yang sayangnya untuk saat ini belum terjadi di Indonesia. Oleh karena
itu, penting untuk diingat bahwa asas-asas lain juga harus
diperhatikan. Misalnya, TPA perlu memiliki sarana pembakaran hanya ketika di
TPA tersebut selalu terdapat aliran sampah yang cukup banyak guna menekan
biaya operasional agar tidak memberatkan pelanggan.

7.3.3 Pemulihan biaya penuh


Asas pemulihan biaya penuh menyatakan bahwa iuran harus mencakup biaya
pengelolaan sampah, baik pengumpulan maupun pengolahannya. Iuran juga
harus mencakup biaya pengerjaan, pemeliharaan, perbaikan, pengoperasian,
penutupan, serta pemantauan sarana pembuangan sampah domestik dengan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 183

menggunakan iuran berbasis biaya. Pemulihan biaya penuh juga berarti bahwa
biaya operasional, pemeliharaan, serta modal (depresiasi dan hutang) harus
disertakan dalam perhitungan iuran. Oleh karena itu, komponen biaya yang
ditetapkan dalam peraturan iuran perlu dimasukkan dalam perhitungan iuran
pemulihan biaya.

7.3.4 Pelayanan swadana


Pada akhirnya, layanan pengelolaan sampah harus berbasis kemampuan
swadana dan setiap pelaku sistem semacam ini harus berusaha untuk meraih
tujuan tersebut. Konsep "swadana" untuk layanan sampah sudah cukup jelas:
iuran yang dibebankan kepada pengguna harus mencakup seluruh biaya
pengadaan dan perluasan layanan. Pelaku sistem pengelolaan sampah tidak
perlu mendapat subsidi – baik perusahaan pengumpulan sampah maupun
petugas TPA serta fasilitas pengolahan lainnya. Kalaupun ada subsidi, maka
subsidi tersebut hanya diberikan sebentar dan digunakan untuk membiayai
investasi dalam perluasan atau perbaikan layanan. Tidak diperkenankan untuk
memberikan subsidi yang digunakan untuk membiayai defisit biaya operasional
penyedia layanan pengelolaan sampah.

Di Indonesia, pemerintah kota yang menyediakan layanan pengumpulan


sampah harus memungut iuran layanan yang jumlahnya cukup untuk
menanggung seluruh biaya pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPS
atau TPA. Biaya tersebut juga harus mencakup pengumpulan dana, misalnya
depresiasi ke dalam tarif layanan sampah, cukup untuk membiayai penggantian
aset yang tidak efisien atau telah usang. Pendapatan dari layanan pengumpulan
sampah tidak boleh digunakan untuk mensubsidi layanan kota lainnya, dan
sebaliknya, pendapatan dari layanan kota lain (misalnya layanan air) tidak boleh
digunakan untuk membiayai layanan pengumpulan sampah.

Pemilik fasilitas (insinerator, TPA) harus memungut iuran layanan pengguna


(retribusi kebersihan) untuk menampung sampah di fasilitas dan besarannya
harus cukup untuk membayar biaya operasional dan pemeliharaan sarana
ini. Pemilik tersebut juga tidak diperkenankan untuk menerima subsidi untuk
kegiatan operasionalnya, sedangkan retribusi kebersihan seharusnya hanya
digunakan untuk menutup pembiayaan yang berkaitan dengan pengelolaan
sampah. Jika pemerintah kota membayar iuran pemilik tersebut, tarifnya harus
ditetapkan untuk bisa membayar biaya operasional seluruh kegiatan
administrasi atau kegiatan operasional lainnya, namun bukan untuk membiayai
layanan pengelolaan sampah (yang seharusnya termasuk ke dalam iuran).

7.3.5 Keterjangkauan
Sebisa mungkin iuran layanan sampah harus terjangkau oleh pelanggan rumah
tangga. Hal tersebut dapat diukur sesuai dengan kemampuan pelanggan untuk
membayar iuran layanan sampah tanpa harus membuka peluang terjadinya
masalah, misalnya, karena tidak membayar tagihan, pembuangan sampah
secara ilegal, dan sebagainya. Untuk membantu pelanggan dari kelompok

Document1
184 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

berpenghasilan rendah, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan bantuan


bertarget.

Sesuai dengan asas-asas yang menyatakan bahwa iuran layanan harus bisa
menanggung seluruh biaya penyediaan layanan pengelolaan sampah dan bahwa
layanan pengelolaan sampah harus bersifat swadana, maka besaran iuran
tersebut harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat mencakup biaya
penyediaan layanan tersebut.

Namun demikian, jika iuran pemulihan biaya yang dihitung ternyata melebihi
batas yang dapat dijangkau oleh pelanggan rumah tangga (biasanya, 1-2% dari
rata-rata pendapatan rumah tangga yang siap digunakan), diperlukan suatu
keputusan terkait dengan penanganan masalah ini. Menurut prinsip pencemar
membayar dan swadana, layanan pengelolaan sampah seharusnya dikelola oleh
sebuah perusahaan komersial di mana tarif layanan harus digunakan untuk
menutupi keseluruhan biaya. Jika iuran pemulihan biaya yang dihitung ternyata
melebihi batas kesanggupan masyarakat untuk membayar, langkah-langkah
berikut dapat dipertimbangkan:

› Tidak melakukan apapun. Iuran pemulihan biaya yang dibebankan


adalah sesuai dengan yang terhitung. Ada kemungkinan di mana
keterjangkauan tidak dipertimbangkan dalam penentuannya, karena
pelanggan dianggap mampu dan bersedia membayar lebih untuk
mendapatkan layanan pengelolaan sampah yang lebih baik. Pemungutan
pembayaran dan pendapatan harus dipantau secara ketat. Hal tersebut
merupakan langkah terbaik apabila tersedia informasi yang terpercaya
mengenai kesediaan pelanggan untuk membayar.

› Menyediakan subsidi langsung untuk rumah tangga miskin. Iuran


pemulihan biaya yang dibebankan adalah sesuai dengan yang terhitung.
Rumah tangga miskin juga membayar iuran penuh, kecuali jika selisih
antara iuran yang sanggup mereka bayar dengan iuran pemulihan biaya
akan ditanggung oleh sumber-sumber lain (misalnya, anggaran
kota). Dalam hal ini, data yang valid mengenai tingkat dan distribusi
pendapatan rumah tangga di setiap kota sangat diperlukan; namun
informasi semacam ini mungkin belum tersedia di Indonesia saat
ini. Menurut teori ekonomi, pendekatan ini merupakan pendekatan yang
paling banyak dipilih dalam menangani masalah keterjangkauan.

› Menyediakan subsidi silang antar kelompok pelanggan atau antar


wilayah layanan. Menurut kebijakan ini, sebagian pelanggan membayar
iuran yang lebih tinggi (misalnya, pelanggan komersial dan industri)
sedangkan yang lainnya membayar iuran yang lebih rendah (misalnya,
pelanggan rumah tangga) sehingga dapat menutup seluruh biaya yang
dibutuhkan untuk menyediakan layanan pengelolaan sampah. Sebagai
alternatif, atau sebagai tambahan, pelanggan pada kelompok pembayaran
iuran yang lebih rendah (di bawah batas keterjangkauan) diperbolehkan
untuk membayar lebih, sehingga pelanggan yang dikenai pembayaran tarif
yang lebih mahal (di atas batas keterjangkauan) bisa membayar besaran
yang lebih rendah. Namun, pendekatan ini memang tidak sesuai dengan
prinsip pencemar membayar di mana masing-masing pengguna harus

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 185

membayar sesuai dengan sampah yang mereka hasilkan, termasuk biaya


untuk pengumpulan dan pembuangannya. Secara keseluruhan, seluruh
biaya untuk penyediaan layanan tersebut dapat tercukupi.

› Transfer langsung ke operator sistem. Berdasarkan kebijakan ini, tidak


ada biaya pemulihan biaya. Pemerintah kota memberikan subsidi langsung
kepada operator sistem layanan sampah. Misalnya, pemerintah kota
mensubsidi kegiatan operasional di TPA dan fasilitas tambahan lainnya
dengan menggunakan dana umum untuk menutup selisih antara tarif
pemulihan biaya dan tarif yang terjangkau. Namun, pendekatan ini tidak
boleh digunakan dalam jangka panjang.

Bantuan bertarget untuk pelanggan dengan pendapatan rendah, namun tetap


berusaha mempertahankan iuran pada tingkat pemulihan biaya, merupakan
metode pilihan untuk menangani masalah keterjangkauan. Namun begitu,
apabila yang diterapkan adalah transfer ke operator sistem, maka perlu
dilakukan suatu rencana untuk menyusun serangkaian tahap.

7.4 Aspek keuangan

7.4.1 Aspek anggaran


Sangat penting untuk mengamankan ketersediaan dana yang kontinyu bagi
seluruh kegiatan operasional dan pemeliharaan, demi keberlanjutan kegiatan
sesuai dengan rencana induk untuk jangka menengah sampai jangka panjang.

Kota Semarang, seperti halnya kota-kota lain di Indonesia, memiliki


keterbatasan anggaran kota, serta keterbatasan kemampuan dalam menambah
modal untuk mendanai investasi baru terkait pengelolaan sampah, bahkan
untuk mendanai penggantian kendaraan pengumpul sampah, fasilitas
pengumpulan sampah sementara, kontainer, dan bahkan bahan habis pakai
seperti bahan bakar, ban, minyak, dan suku cadang. Dengan demikian, kota-
kota yang mengalami masalah semacam ini seringkali sangat bergantung pada
hibah tidak mengikat untuk menanggung pembiayaan, seperti sarana baru
untuk pengelolaan sampah, penggantian atau perluasan jumlah kendaraan
pengumpul sampah, dan lain-lain.

Ada beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kelayakan finansial dan


kemampuan swadana layanan pengelolaan sampah, diantaranya:

1. Memperkuat struktur anggaran, untuk memastikan bahwa telah


dilakukan pengamanan terhadap seluruh aset, biaya modal, biaya
operasional, biaya pemeliharaan, biaya reinvestasi/penggantian sesuai
rencana serta pendapatan, dalam suatu struktur anggaran terpadu.

2. Meninjau kembali tarif layanan sampah, agar dapat


menggambarkan sepenuhnya biaya aktual layanan sampah, misalnya
dengan memastikan bahwa seluruh biaya pendapatan, operasional dan
pemeliharaan, biaya re-investasi, biaya modal, administrasi, biaya

Document1
186 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

pengelolaan, pinjaman tak tertagih dan lain sebagainya dapat


sepenuhnya dipertimbangkan dan dikaji.

3. Mempertimbangkan alternatif kebijakan pemungutan iuran yang


terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat, yang misalnya
mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada:

a. Penyediaan layanan sampah dasar tertentu secara gratis atau


dengan potongan tarif untuk memastikan bahwa golongan
rumah tangga yang kurang mampu mendapatkan layanan
dengan harga terjangkau

b. Penyediaan layanan sampah yang lebih baik dengan tarif


premium guna memungkinkan kelompok rumah tangga dan
pelaku bisnis berpendapatan tinggi untuk mensubsidi
penyediaan layanan sampah dasar ke rumah-rumah yang tidak
memiliki hak istimewa

c. Penetapan agar pelaku usaha kecil dan menengah membayar


layanan sampah, penyapuan jalan atau sejenisnya, jika
memungkinkan dengan tarif premium, tergantung pada jenis
usahanya

4. Mempersingkat pemungutan iuran dan mengurangi piutang tak


tertagih dengan cara, misalnya:

a. Memastikan adanya pendataan yang lengkap dan selalu


diperbarui mengenai seluruh rumah tangga dan pelaku bisnis
yang menerima layanan sampah serta diwajibkan untuk
membayar iuran layanan tersebut

b. Memastikan adanya sistem yang berfungsi dengan baik untuk


mencatat setiap pembayaran yang diterima, piutang tak
tertagih, serta tagihan yang belum dibayar

c. Memastikan adanya sistem pemungutan iuran yang efisien


(misalnya terintegrasi dengan tagihan air, listrik, pajak
bangunan atau sejenisnya) serta adanya sanksi bagi yang tidak
membayar (misalnya pemutusan pasokan listrik, atau
sejenisnya)

5. Membuat rencana anggaran dan pengeluaran jangka panjang


yang terperinci, termasuk rencana arus kas, yang merinci setiap
kegiatan utama dan aliran uang, misalnya:

a. pendapatan dari iuran, sponsor, hibah/anggaran tambahan

b. Biaya penggantian untuk kendaraan baru, kontainer, komponen


utama sarana pengolahan

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 187

c. Biaya operasional dan pemeliharaan, misalnya gaji, bahan


bakar, pelumas, ban, suku cadang, peralatan pelindung,
kampanye informasi, penagihan pinjaman, dan lain sebagainya.

d. Biaya administrasi

e. Investasi modal utama dan biaya modal

f. Pertimbangan mengenai kesempatan untuk membuka tabungan


yang dialokasikan untuk investasi terencana

Selama periode interim, layanan yang disediakan mungkin tidak dapat


sepenuhnya ditanggung oleh iuran yang dipungut, sehingga perlu rencana untuk
menggabungkan dengan kredit atau hibah guna menutup kekurangan
tersebut. Hal tersebut mungkin diperlukan karena berbagai alasan, misalnya
alasan politik, kesanggupan atau penerimaan publik. Sangat diharapkan agar
kenaikan iuran pengumpulan sampah diikuti dengan peningkatan kualitas
layanan sampah yang nyata, demi meningkatkan penerimaan publik terhadap
kenaikan tarif layanan tersebut. Dengan demikian, perlu disusun suatu rencana
pemungutan dan sosialisasi iuran, serta perlu diseimbangkan kebutuhan akan:

1. Meningkatnya biaya modal serta biaya operasional dan pemeliharaan


untuk memperluas cakupan pengumpulan sampah serta pembangunan
fasilitas baru

2. Penerimaan publik dan perbaikan layanan

3. Kemampuan untuk membiayai kekurangan dalam mencari pendapatan

4. Desakan untuk melaksanakan dan membiayai perbaikan

7.4.2 Pernyataan umum mengenai pendanaan investasi


kebersihan2
Bagian selanjutnya membahas tentang aspek sumber pendanaan kebersihan
yang biasanya diterapkan di tingkat internasional serta cara mengakses
mekanisme tersebut, juga penjelasan mengenai sumber pendanaan potensial
yang ada di Indonesia. Hal tersebut bisa menjadi pilihan bagi Pemerintah
Daerah dalam mendanai kegiatan kebersihan di daerah. Merupakan suatu hal
yang jelas bahwa lambatnya perkembangan, misalnya, sarana dan sistem
pengelolaan sampah di Indonesia disebabkan oleh rendahnya kesadaran akan
pentingnya aspek pengelolaan sampah, kurangnya komitmen, ketidakmampuan
lembaga, serta minimnya dukungan berupa peraturan perundang-undangan.

2 Sumber: Guidebook of Sanitation Sources and Funding (2010), Sanitation: SWM,


Drainage, Waste Water

Document1
188 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Hambatan utama dalam mengakses sumber pendanaan yang relevan dalam


sektor persampahan adalah:

Aspek kelembagaan: Tidak ada satu pun kementerian atau lembaga (K/L) yang
bertanggung jawab atas tugas pengembangan pengelolaan sampah. Misalnya,
kurangnya koordinasi antar instansi dan/atau lembaga sehingga sering terjadi
duplikasi program.

Aspek perencanaan anggaran: Sektor persampahan masih memiliki kendala


yang berkaitan dengan persaingan internal antar K/L utama yang memiliki
program pembangunan. Tidak seperti sektor yang lain, pengelolaan sampah
tidak begitu diprioritaskan. Hal tersebut semakin diperparah dengan rendahnya
pemahaman orang-orang penting di K/L mengenai aspek pengelolaan sampah,
baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Sebenarnya ada
banyak sumber pendanaan yang bisa digunakan asalkan mekanisme tersebut
bisa diterapkan dengan tepat.

Berikut adalah penjelasan umum mengenai sumber pendanaan:

› Pemerintah Pusat. Sumber pendanaan terbesar adalah Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), transfer dana dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah, yaitu DAK (Dana Alokasi Khusus), DAU (Dana
Alokasi Umum), serta Dana Bagi Hasil, dan hibah dari Pemerintah Pusat
baik dari APBN maupun dari donor (Hibah dan Pinjaman). Di tingkat pusat,
Dana Khusus seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) serta dana bergulir
menjadi sumber pendanaan yang penggunaannya memerlukan Peraturan
Pemerintah. Sementara itu, Dana Dekonsentrasi yang sering ditransfer dari
K/L ke tingkat provinsi akan menjadi sumber pendanaan provinsi.

› Pemerintah Provinsi. Selain Dana Lembaga Vertikal, Hibah Provinsi (Dana


Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan) serta Dana Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan merupakan sumber pendanaan potensial. Meskipun sumber
dana tersebut potensial, dana provinsi hanya bisa diakses melalui proses
koordinasi dan sinkronisasi program yang cukup intensif.

› Pemerintah Kota/Kabupaten. Di tingkat Pemerintah Daerah, ada beberapa


sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan dari APBD.

Selain dana yang berasal dari Belanja Modal masing-masing SKPD, Pemerintah
Daerah juga dapat menggunakan penyertaan modal di perusahaan-perusahaan
daerah. Selain itu, sumber pendanaan yang sangat potensial namun masih
minim dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah adalah
Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) dan Dana Cadangan. Agar dapat diakses, kedua
sumber pendanaan tersebut mensyaratkan persetujuan legislatif.

Tabel berikut menunjukkan sumber pendanaan potensial untuk sektor


kebersihan di Indonesia saat ini.

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 189

Tabel 63 Sumber pendanaan potensial di Indonesia saat ini

Pemerintah
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Swasta
Kota/Kabupaten

APBN (Anggaran Hibah Provinsi APBD (Anggaran Pinjaman Bank


Pendapatan dan Pendapatan dan (komersial, mikro
Belanja Negara) Belanja Daerah) kredit, dana bergulir)

Hibah dari SILPA (Sisa Lebih Investasi, Peran Investasi swasta


Pemerintah Pusat Pembiayaan Serta Pemerintah (yang meliputi PPP,
(Donor) Anggaran) Daerah (saham, dll) PSP)

Pinjaman (Donor) Pinjaman SILPA (Sisa Lebih


Pembiayaan Bentuk khusus
Anggaran); Dana investasi swasta
Pembangunan (sewa, BOT)
Masyarakat

Dana Alokasi Khusus Pinjaman


dan Umum (DAK & Hibah; CSR
DAU)

Dana Dekonsentrasi Tarif/ Peran Serta


(Tugas Pembantuan) Pengguna

Dana Khusus PPP, PSP, kredit


pemasok (BOT,
khusus)

Ringkasan sumber-sumber pendanaan kebersihan

Tabel 64 Sumber-sumber dana potensial dalam sektor kebersihan (pengelolaan


sampah, air limbah, dan drainase)

Sumber Kelebihan Kekurangan Sesuai untuk


Pendanaan

Pemerintah Pusat

APBN

(*) Dana APBN merupakan Dana APBN kadang- Seluruh


anggaran yang jelas dan kadang tidak sesuai kota/kabupaten yang
pasti. dengan kebutuhan dapat mendukung
Pemerintah Daerah. proyek tahun jamak
Dana APBN dapat
ditingkatkan atau Alokasi dana kadang-
disesuaikan dengan kadang tidak tepat,
pendekatan proaktif dari misalnya, dana di
partai daerah yang baru
terkait/pemerintah/dinas dibangun tidak
lokal. memerlukan dana yang
besar
Anggaran nasional yang
besar (APBN) untuk Memerlukan komitmen
sector kebersihan tinggi dari pihak-pihak
biasanya berada di terkait.
Kementrian Pekerjaan

Document1
190 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Umum dan Perumahan, Kendala utama adalah


Kementrian Lingkungan birokrasi dan
Hidup, Kementrian koordinasi.
Kesehatan.

Hibah

Sesuai untuk layanan


(***) Realisasi pendanaan Kota-atau kabupaten
kebersihan. Banyak donor
akan membutuhkan memiliki program
yang menawarkan. Ada waktu yang lama Strategi Sanitasi
potensi yang kuat dari karena hibah harus Kota (SSK)
hibah donor bilateral yang dilaksanakan dengan
dialokasikan untuk sektor mekanisme APBN
kesehatan.

Pinjaman Luar
Negeri

(***) Pinjaman luar negeri Kebijakan Pemerintah Pinjaman luar negeri


bersifat potensial untuk Pusat mengenai sesuai untuk proyek
proyek kebersihan skala pinjaman luar negeri sanitasi skala besar,
besar, terutama proyek untuk sektor sanitasi kota-kota
sampah dan air limbah yang disalurkan ke besar/kabupaten-
(selokan). Karena Pemerintah Daerah kabupaten dengan
kegiatan sanitasi biasanya belumlah jelas, namun kemampuan
membutuhkan pinjaman jelas harus mengikuti keuangan yang
jangka Panjang dengan prosedur dan besar karena
mempertimbangkan biaya mekanisme di biasanya proyek
pemulihannya yang kementrian/Lembaga/di sanitasi skala besar
lambat. Contoh, Proyek nas. merupakan proyek
Pembangunan Saluran pendanaan tahun
Pemerintah Pusat
Selokan Denpasar (DSDP) jamak.
cenderung membatasi
Untuk proyek sektor penggunaan pinjaman
sampah padat, pemulihan asing hanya pada
biayanya lebih mudah kegiatan-kegiatan yang
daripada proyek limbah dilaksanakan melalui
cair/saluran selokan, Kemitraan Publik dan
sehingga akan lebih Swasta dan kegiatan-
potensial jika proyek kegiatan yang
saluran selokan digabung membutuhkan Bantuan
dengan proyek air minum Teknis untuk
dari PDAM mengendalikan peforma
pengembalian
pinjaman.

Dana Alokasi
Khusus (DAK)

Proyek
mendesak:
bencana, tak
terduga

(*) Tujuan DAK adalah untuk Dari atas ke bawah (top Semua
memperbaiki cakupan dan down), nilainya masih kota/kabupaten
kehandalan layanan di bawah Rp. 5 (kecuali kota-kota
kebersihan, terutama miliar/tahun/kota untuk yang sangat kaya)
dalam air limbah dan ebersihan. Rentan yang rawan terhadap
sampah untuk mendapat penolakan masalah kebersihan
memperbaiki mutu masyarakat. (banyak terdapat
kesehatan masyarakat kawasan kumuh,
dan memenuhi sarana dan akses
penyediaan layanan kebersihan yang

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 191

sanitasi standar. Misalnya minimum, dsb.),


dalam sektor sehingga kawasan
persampahan adalah tersebut memenuhi
mengurangi volume kriteria untuk
sampah dari sumbernya didanai oleh DAK.
dengan meningkatkan
peforma pengelolaan
sampah dengan
melaksanakan 3R.

DAK potensial untuk


diakses. Mekanisme
pendanaan menjadi lebih
baik. Selain itu, terdapat
konversi untuk dana
Dekon dan TP untuk
diterapkan dengan
menggunakan mekanisme
DAK. Ini akan
memberikan peluang bagi
kegiatan sanitasi yang
akan didanai oleh DAK
terutama untuk kegiatan-
kegiatan fisik.

Dana Alokasi
Umum (DAU)

(*) DAU merupakan dana Banyak Pemerintah Semua kota, guna


yang jelas dan pasti. Daerah yang belum mendukung seluruh
Biasanya anggarannya mengetahui bahwa DAU sumber, merupakan
besar. dapat digunakan untuk pelayanan dasar
pengembangan layanan untuk publik bersifat
Selain digunakan untuk
kebersihan non non fisik
pengeluaran personalia
fisik/pelayanan publik
dan biaya operasional
dasar, sehingga bisa
pemerintah daerah, DAU
memicu kontroversi
dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan non
fisik dalan sektor
kebersihan

Dana
Dekonsentrasi
dan Tugas
Pembantuan
(Dekon/ TP)

(**) Lebih besar daripada Rentan terhadap Dana ini sesuai


DAK, dan pelaksanaannya pembiayaan ganda dan untuk seluruh
berada di bawah kuasa kebocoran. propinsi/kots/kabupa
Kementerian/Lembaga ten.
Penggunaan dana
Dekon berasal dari APBN tersebut untuk sektor Dekon dan TP tidak
untuk mendanai kegiatan- kebersihan tersedia setiap
kegiatan yang dilakukan digabungkan dengan tahun.
oleh Gubernur untuk sektor lain (Pendidikan,
Untuk kegiatan non-
kegiatan-kegiatan non- dll.)
fisik yang
fisik (pelatihan,
menggunakan Dekon
koordinasi, pengawasan,
dan diawasi oleh
pengelolaan, dll.)
propinsi.
TP merupakan dana
Untuk kegiatan-
Kementrian/Dinas untuk
kegiatan fisik

Document1
192 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

mendanai kegiatan- menggunakan TP


kegiatan fisik dan diawasi
(pembangunan gedung langsung oleh kota.
dan prasarana,
penyediaan lahan,
peralatan, dll.) di bawah
propinsi/kota/kabupaten

Dana Khusus

(**) Peraturan pendukung Mensyaratkan Semua


terkait Badan Investasi "kreativitas dan kota/kabupaten,
Pemerintah, Badan inovasi" Kepala Daerah khususnya yang
Pembangunan Masyarakat untuk diwujudkan. memiliki BUMD yang
sudah ada. dan kelompok
Kendala utamanya
masyarakat yang
Namun yang sudah adalah peraturan dan
sudah mapan.
direalisasikan adalah KUR lembaga pendukung di
(Kredit Usaha Rakyat) daerah.
dan dana bergulir

Pemerintah Provinsi

Hibah

(*) Besar. Potensial. Jika Pemerintah Daerah Tidak semua kota,


Terutama di provinsi- dan Provinsi tidak hanya beberapa
provinsi yang kaya memiliki koordinasi yang berkoordinasi
yang baik, maka dana dengan provinsi
akan sulit diakses.

SILPA

(***) Besar dan potensial Sulit digunakan untuk Tidak semua kota,
pengembangan layanan tergantung pada
kebersihan daerah. kebijakan provinsi
Selain jarang, proyek
kebersihan daerah juga
dialokasikan dari APBD

Lembaga
Vertikal

(**) Besar dan potensial Kendali dan tempat Tidak semua kota,
kegiatan ditentukan hanya yang selaras
oleh Pemerintah dan “bisa bekerja
Provinsi, sedangkan sama dengan”
Pemerintah Daerah provinsi.
hanya memiliki sedikit
kendali

Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)

APBN

Dana yang jelas


1. dan
M pasti Masih sedikit (rata-rata Semua kota, untuk
1% dari pengeluaran mendukung proyek
( APBD). Tidak tersebar tahun jamak
* pada SKPD terkait,
) masih didominasi oleh
Dinas Pekerjaan Umum

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 193

Investasi/Ekuita
s Pemerintah
Daerah

(*) Dana potensial Hanya berlaku untuk Tidak semua kota,


Pemerintah Daerah hanya kota-kota
yang telah memiliki yang memiliki BUMD
BUMD kebersihan yang
menguntungkan,
mendukung atau
dapat menjadi
sumber pendanaan
proyek tahun jamak

SILPA

(*) Besar. Potensial. Belum banyak Semua kota,


Penggunaannya dijamin digunakan. Banyak fleksibilitas yang
dalam perundang- Pemerintah Daerah tinggi, mendukung
undangan, harus seizin yang ingin investasi proyek tahun jamak
DPRD “aman” dengan usaha
yang sedikit

Dana Cadangan

(*) Potensial. Bisa digunakan Menganalisis lama Semua kota,


untuk mendanai sektor waktu yang diperlukan fleksibilitas tinggi,
kebersihan untuk proses likuifaksi mendukung atau
(kesejahteraan sosial, menjadi sumber
prasarana proyek yang pendanaan untuk
tidak dapat ditentukan) proyek tahun jamak
atas persetujuan dari
DPRD

Pinjaman
Daerah

(**) Pemerintah Daerah Wilayah dengan Tidak semua kota,


dengan kapasitas fiskal kapasitas fiskal yang hanya kota-kota
yang rendah berpotensi. tinggi biasanya enggan yang memenuhi
Terutama yang memiliki melakukan pinjaman, persyaratan, bunga
pemulihan biaya proyek sedangkan kota-kota pinjaman rendah
sanitasi (persampahan). yang berkebutuhan dan diberikan kepada
Pinjaman yang bersumber memenuhi persyaratan kota-kota dengan
selain Pemerintah masih untuk mengajukan kapasitas fiskal yang
potensial, tetapi pinjaman daerah. rendah. Sumber
merupakan gabungan pendanaan proyek
Banyak Pemerintah
beberapa proyek. tahun jamak
Daerah yang
bermasalah dalam
menyiapkan proposal
untuk mengajukan
pinjaman, terutama
yang sumbernya selain
dari Pemerintah.
Sedangkan yang
bersumber dari
Pemerintah, banyak
Pemerintah daerah
yang terkendala oleh
pinjaman lama yang
"macet"

Document1
194 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

Pinjaman
Swasta

(**) Potensial. Difasilitasi oleh Bunga tinggi Tidak semua kota.


donor multilateral. IIFF, Hanya kota-kota
bank swasta yang memiliki
proyek
menguntungkan
serta BUMD yang
sehat, sumber
pendanaan proyek
tahun jamak

Badan Kredit
Kecamatan
(BKK)

(*) Potensial untuk menjaring Pengalaman masa lalu, Semua kota,


pelanggan-pelanggan yaitu BKK memiliki menyalurkan dari
terkait layanan banyak piutang tak BPD. Kapasitas kecil,
kebersihan (pengusaha tertagih, telah untuk proyek
persampahan, kelompok membuat Pemerintah kebersihan skala
masyarakat yang akan Daerah enggan kecil, contohnya
membangun IPAL berinvestasi di BKK modal bisnis untuk
komunal, dan pengepul sampah.
sebagainya)

Dana
Pembangunan
Masyarakat

(**) Potensial. Tergantung Sedikit Pemerintah Semua kota,


pada komitmen daerah yang memiliki menyalurkan dana
Pemerintah Daerah. investasi di lembaga dari Pemerintah
Harus ada lembaga yang yang ditunjuk untuk Daerah ke kelompok
ditunjuk. Di tingkat penyaluran dana. Hal masyarakat.
provinsi, bisa melalui tersebut berkaitan Kapasitas kecil.
BUMD khusus untuk dengan sumber daya Untuk proyek skala
pembangunan prasarana, manusia yang mampu kecil tahun jamak.
atau lembaga lain yang merancang skema
menampung dana dari pendanaan dari
banyak pihak. Sebagian Pemerintah Daerah ke
pendanaan dikelola oleh lembaga yang ditunjuk
banyak badan masyarakat untuk mendistribusikan
terpercaya. dana ke kelompok
masyarakat (pinjaman
dua tahap)

Badan Layanan
Umum Daerah
(BLUD)

(**) Fleksibilitas finansial yang Kapasitas Pemerintah Semua kota, untuk


tinggi daerah dalam proyek tahun jamak.
membentuk BLUD Kapasitas sangat
masih rendah besar.

Hibah

(**) Potensial. Alurnya bisa Keberlangsungan Tidak semua kota,


dari donor melalui proyek dipertanyakan, hanya kota-kota

Document1
REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH KOTA SEMARANG 195

Pemerintah, atau dari administrasi proyek yang “dipilih oleh


donor langsung ke rentan terhadap donor”. Tidak dapat
masyarakat melalui LSM. kesalahan. Pemerintah digunakan sebagai
Cenderung mengalami Daerah hanya memiliki sumber pendanaan
kenaikan. sedikit peran. proyek tahun jamak.
Nilainya kecil sampai
menengah.

Sektor Swasta

Kerjasama
Pemerintah dan
Swasta (KPS)

(***) Potensial. Dapat Sulit diimplementasikan Tidak semua kota,


menghemat anggaran di daerah, tidak hanya kota-kota
Pemerintah Daerah. terdapat petunjuk yang memiliki
Memiliki dampak mengenai pelaksanaan proyek besar serta
multiplier ekonomi yang PPP di daerah BUMD yang sehat
tinggi. dan menguntungkan.
Bernilai tinggi

Iuran
(Kontribusi
Pengguna)

(**) Potensial, dapat mencapai Kebanyakan peraturan Semua kota. Menjadi


3-5 kali dibandingkan daerah terkait retribusi sumber pendanaan
dengan realisasi saat ini. kebersihan merupakan untuk operasional
Untuk biaya pemeliharaan produk lama, tanpa dan pemeliharaan.
dan operasional sarana mengantisipasi Sangat potensial jika
kebersihan perubahan yang ada di dikelola dengan
kabupaten. profesional.
Pemungutan tarif
menggunakan sistem
yang masih sederhana,
belum dikelola dengan
baik, dan tidak dinilai
potensial. Hubungan
antara target
kebersihan dan aspek-
aspek kebersihan tidak
optimal (IMB dengan
kebersihan).

Pinjaman
Komersial

(*) Potensial, dapat mendanai Bunga pinjaman relatif Cocok untuk semua
fasilitas kebersihan tinggi kota

Catatan:(*) Mudah Diakses (**) Dapat Diakses dengan Ketentuan (***) Sulit Diakses

Terkait dengan PPP: Salah satu yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan


PPP/PSP adalah mengkaji kontribusi Pemerintah Daerah terhadap aset tak
berwujud (bantuan teknis, pembangunan kapasitas, konsultasi dan perijinan)
yang akan dihitung. Terutama mengingat bahwa Pemerintah Daerah sangat
menghindari setiap jenis risiko keuangan, baik yang diatur maupun
tidak. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa terdapat banyak kendala
untuk melaksanakan PPP/PSP. Pemerintah Pusat seharusnya menyediakan

Document1
196 REVISI RENCANA INDUK PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KOTA SEMARANG

bantuan teknis dalam pelaksanaan PPP/PSP yang tidak hanya berkaitan dengan
bantuan donor, tetapi juga dalam bentuk program dan kegiatan yang terjadwal.

Berikut adalah gambar yang merangkum sumber-sumber pendanaan yang


mungkin untuk sektor pengelolaan sampah.

Gambar 1 Sumber-sumber pendanaan potensial untuk sektor pengelolaan sampah

Document1

Anda mungkin juga menyukai