Anda di halaman 1dari 10

1

“Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?”


Full Respons I untuk Menachem Ali

Deky Hidnas Yan Nggadas


(Channel Youtube: Verbum Veritatis)
Batam, 28 November 2021

Pengantar
Ini adalah naskah full response I untuk Sesi Live dari Dondy Tan dan Menachem Ali, bertajuk: “Pseudo-
Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam” (Channel Youtube Dondy Tan; 25/11/2021). Iman
saya dibahas dan dikomentari secara sembrono oleh Menachem Ali sebagai narasumbernya di hadapan
publik. Karena itu, di hadapan publik juga, saya menggunakan hak jawab saya sebagai seorang Kristen
bahkan seorang teolog dan apologet Kristen, untuk meluruskan, termasuk juga, menggunakan standar
yang sama, untuk memberikan counter-attack yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari disiplin
ilmu apologetika Kristen.

Sesi Live itu memuat banyak topik di bawah tajuk tersebut, maka dalam Full Response yang pertama
ini, saya hanya akan mengcover empat topik (isu) spesifik. Selebihnya akan saya bahas dalam Sesi Full
Respons II pada kesempatan mendatang.

Sebagai pernyataan pembuka, saya memberikan kesempatan kepada Menachem Ali untuk menantang
saya berdebat tentang salah satu dari isu-isu atau topik-topik yang saya bahas di sini. Silakan pilih salah
satunya, kemudian kita sepakati aturan, teknis, dan topik dua arahnya, kemudian perdebatan
dilaksanakan secara virtual (online) dengan moderator yang bisa kita sepakati bersama. Silakan!

A. Pertanyaan: “Pseudo-Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?”


Pertanyaan: “Pseudo Abrahamic Religions: Yahudi, Kristen, atau Islam?” ada dua tiga hal: Pertama,
pertanyaan ini diajukan kemudian dijawab oleh “pseudo-scholar” dan/ “badut intelektual” (nona Dondy
Tan dan Menachem Ali). Karena sesi itu tidak lebih daripada sesi percakapan pos ronda yang tidak ada
substansinya dan seperti obrolan ibu-ibu belanja sayur di abang tukang sayur yang loncat dari satu
topik ke topik spesifik lain.

Kedua, pembahasan mereka dalam sesi itu harus mendapatkan ful respons. Mereka tidak hanya
membahas Islam tapi membahas juga tentang Yudaisme dan Kekristenan. Jadi sebagai seorang Kristen,
saya wajib menggunakan hak jawab saya untuk memberikan tanggapan, baik secara defensive maupun
secara ofensif, sebagai bagian dari apologetika Kristen (bagi Anda kadrun yang tidak mengerti tentang
apologetika kemudian mewek-mewek dan jumpalitan, silakan berhenti minum air kencing onta, dan isi
itu otak dengan pengetahuna). Kamu yang ngoceh sembarangan tentang iman saya lalu begitu
ditanggapi, kamu yang mewek-mewek?

Ketiga, pertanyaan itu dimaksudkan untuk memberikan jawaban positif mengenai Islam, yang
sebenarnya tidak lebih daripada sebuah propaganda tanpa substansi, bahkan memperlihatkan bahwa
Nona Dondy Tan dan Menachem Ali tidak percaya diri dengan isi Qur’an dan hadis-hadis mereka
sendiri. Mereka lebih suka pergi ngutak-ngatik Kitab Suci orang lain ketimbang membangun argumen
2

berdasarkan Kitab Suci mereka sendiri. Mereka cuekin Allah SWT dengan holy qur’annya, termasuk
cuekin nabi dan sunnahnya. Jadi mari kita ingatkan mereka dari Qur’an dan literatur-literatur mereka
sendiri termasuk kebangkrutan (ketiadaan) bukti sejarah yang menopang propaganda mereka (itulah
sebabnya mereka harus sibuk ngutak-ngatik Kitab Suci orang lain). Mari kita buktikan bahwa
propaganda Islam sebagai Agama Abrahamik malah berkebalikan dari bukti-bukti yang mampu
diberikan oleh Islam itu sendiri dan bahkan bertentangan denga nisi Qur’an itu sendiri.

a) Tidak ada bukti yang handal bahwa Muhammad ada kaitan dengan Ismael dan karena itu ada kaitan
dengan Abraham. Para sejarahwan Muslim terbaik pun mengakui bahwa silsilah Muhammad tidak
dapat ditelusuri kembali ke belakang hingga Ismael. Itu sudah saya bahas bersama Menachem Ali
tempo hari dan dia sama sekali tidak dapat memberikan rekonstruksi silsilah Muhammad yang reliable
untuk poin ini;

b) tidak ada bukti sejarah pra-Islamik (ingat: Bukti sejarah PRA-ISLAMIK!) yang mengkonfirmasi bahwa
Ismael pergi ke Mekkah kemudian menikahi salah seorang perempuan dari suku Jurhum dan karena itu
menjadi leluhur dari Muhammad.

c) Tidak ada ayat Qur’anik yang mengatakan bahwa Muhammad adalah keturunan Ismael. Qur’an
berulang kali menggunakan sebutan “children of Israel” (mis. QS. 2:40, 47; 3:49; 7:138; 10:90; 17:2, 4;
dll.). Kita tahu bahwa sebutan Israel di situ bukan hanya bermakna orang-orang Yahudi tapi mereka
mendapatkan sebutan itu karena Yakub disebut sebagai “Israel” (Kej. 32:38). Jadi Qur’an berulang kali
mengaitkan orang-orang Yahudi sebagai keturunan Yakub (poin ini sangat penting nanti). Namun tidak
satu kalipun Qur’an menyebut Muhammad sebagai keturunan Ismael.

Poin ini bukan hanya sangat penting (jika ada ayat Qur’anik semacam itu) yang akan menolong
memudahkan jalan nona Dondy Tan dan Menachem Ali dalam menjual propaganda tidak ada mutu
semacam ini, tapi juga Qur’an itu sendiri mengklaim dirinya sebagai a clear book yang diturunkan
secara rinci (QS. 6:114), “kitab yang menjelaskan segala sesuatu” (QS. 16:89), “dijelaskan secara
terperinci” (QS. 11:1; 14:1).

Jika Qur’an mengklaim diri sebagai kitab yang jelas, terperinci, penjelasan akan segala sesuatu,
mengapa Allah SWT tidak menurunkan satu saja ayat Qur’anik yang menyatakan Muhammad adalah
keturunan Ismael dan dengan demikian menolong Nona Dondy Tan dan Menachem Ali untuk
melakukan propaganda bahwa Islam adalah agama Abrahamik?

d) Alasan Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab dijelaskan dalam QS. 28:46:

Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan
bertakwalah agar kamu mendapat rahmat, (Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak)
mengatakan, “Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani)
dan sungguh, kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca,” atau agar kamu (tidak)
mengatakan, “Jikalau Kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk
daripada mereka.” Sungguh, telah datang kepadamu penjelasan yang nyata, petunjuk dan rahmat
dari Tuhanmu. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan
3

berpaling daripadanya? Kelak, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling
dari ayat-ayat Kami dengan azab yang keras, karena mereka selalu berpaling. (QS. 6:155-157).

Dan engkau (Muhammad) tidak berada di dekat Tur (gunung) ketika Kami menyeru (Musa), tetapi
(Kami utus engkau) sebagai rahmat dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum
(Quraisy) yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat
pelajaran. (QS. 28:46).

sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan
yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi
peringatan, karena itu mereka lalai. (36:3-6; bnd. 32:3; 35:42).

Jadi menurut Qur’an, mengapa Muhammad diutus kepada orang-orang yang berbahasa Arab dan
mengapa Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab? Karena sebelumnya, belum pernah ada nabi dan
pemberi peringatan yang diutus bagi mereka. Muhammad diutus dan Qur’an diturunkan dalam Bahasa
Arabik supaya orang-orang berbahasa Arabik memiliki rasulnya sendiri dan memiliki kitab dalam Bahasa
mereka sendiri, yang sebelumnya mereka belum pernah dapatkan.

Masalahnya adalah Ismael disebut juga dalam Qur’an sebagai nabi dan rasul dan memiliki kitab:

Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang
yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan)
salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (QS. 19:54-55).

Katakanlah (Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. 3:84; bnd. 2:136;
4:163)

Logicnya, jika Muhammad diutus bagi orang-orang berbahasa Arabik pada masanya dan kepada
mereka Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arabik supaya orang-orang berbahasa Arabik itu memiliki nabi
dan rasul dan kitab dalam Bahasa mereka sendiri, karena sebelumnya belum pernah ada nabi dan rasul
dan kitab bagi orang-orang itu, maka menurut Qur’an sendiri, Ismael pasti belum pernah ke Mekkah,
dan karena itu tidak pernah menikahi seorang perempuan dari suku Jurhum, dan karena itu tidak
pernah menjadi leluhur dari Muhammad, dan karena itu, Islam bukan agama Abrahamik.

e) Qur’an sendiri secara eksplisit menyatakan bahwa seluruh garis kenabian berasal dari Abraham –
Ishak – dan Yakub:

Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab
kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia
di akhirat, termasuk orang yang saleh. (QS. 29:27).
4

Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, Kami
anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa
(pada masa itu). (QS. 45:16).

Artinya sekarang, Qur’an bertentangan dengan dirinya sendiri karena menyebut Ismael sebagai rasul
dan nabi, tapi pada saat yang sama menyatakan bahwa garis kenabian itu melalui Abraham – Ishak –
dan Yakub.

Jadi, bahkan upaya untuk mengikutsertakan Islam sebagai agama Abrahamik melalui Ismael pun
ditutup oleh Allah SWT sendiri.

Kesimpulan? Abraham tidak ada kaitannya dengan Islam, Ismael pun tidak ada kaitannya dengan Islam.
Anda boleh mengklaim sebaliknya, tapi jika Anda ingin meyakinkan publik dengan klaim-klaim itu,
silakan sediakan bukti-bukti yang substantif, Anda tidak punya bukti-bukti itu. Bahkan isi Qur’an sendiri
menentang klaim itu seperti yang sudah saya buktikan di atas.

Apakah kita perlu bertanya kepada “rumput yang bergoyang,” dan ilalang yang melambai di savanna
gersang sambil mengasihani diri: Mengapa tak kau sisakan bagiku sedikit kebaikan untuk memuaskan
fantasi padang pasir yang kering kerontang ini? Ah, malang nian nasibmu, alih-alih menjawab, bahkan
rumput dan lalang pun menolak untuk tumbuh di gurun itu.

B. Ur-Kasdim: “Api Abraham”?


Ada beberapa tanggapan untuk poin ini. Pertama, Menachem Ali sekadar mengulangi saja klaim
absurdnya mengenai “api Abraham” (terutama dalam: QS. 21:51-70 dan 37:84-97; Sunan Ibn Majah
3231). Menache Ali mengatakan bahwa kalau Torah mau bicara tentang “kota” seharusnya
menggunakan kata ir (city), bukan ur (flame). Ini adalah argumen ad nauseam + argumen orang
bingung dan kunang-kunang. Bahwa kata ur berarti “api,” tidak mutually exclusive mengharuskan
kesimpulan bahwa kata itu tidak boleh merujuk kepada sebuah kota.

Kedua, para ahli PL mengetahui bahwa kata ur berarti flame dan itulah sebabnya, kemunculan kata ur
sebanyak 135 kali dalam PL diterjemahkan dengan, misalnya: “cahaya,” “sinar (matahari),” atau “sinar
(fajar”). Maka pertanyaannya, mengapa dalam kaitan dengan Abraham, kata ur tidak diterjemahkan
malah atau diterjemahkan namun diterjemahkan merujuk kepada sebuah kota, seperti yang dilakukan
oleh para penerjemah LXX:

`~yDI(f.K; rWaïB. ATßd>l;Am #r<a,îB. wybi_a' xr:T,ä ynEßP.-l[; !r"êh' tm'Y"åw: (Kej. 11:28 – MT)

kai. avpe,qanen Arran evnw,pion Qara tou/ patro.j auvtou/ evn th/| gh/| h-| evgenh,qh evn th/| cw,ra| tw/n
Caldai,wn (Kej. 11:28 – LXX).

Ketiga, ur sebagai sebuah kota telah dikonfirmasi oleh ekskavasi arkheologis seperti yang telah
didokumentasikan oleh Sir Leonard Woolley (1880 – 1960), Excavations at Ur (versi kindlenya
diterbitkan oleh: Reading Essentials, 2019) – arkheologis asal Inggris yang melakukan penggalian di Ur
di Mesopotamia.
5

Juga Profesor Harriet Crawford is Reader Emerita at UCL’s Institute of Archaeology and a senior fellow
at the McDonald Institute, Cambridge. She is a specialist in the archaeology of the Sumerians and has
worked widely in Iraq and the Gulf. Harriet Crawford menulis sejumlah buku terkait Summeria Kuno,
salah satunya yang relevan adalah: Ur the City of the Moon God (London: Bloomsbury Academic, 2015).

“The city of Ur is one of the oldest and most famous in Mesopotamia, with a recorded history of
over two millennia. It is identified with modern Tell al-Muqayyar, located on the Euphrates in
southern Mesopotamia.” ~ W. Osborne, “Ur,” in T. Desmond Alexander and David W. Baker
(eds.), Dictionary of the Old Testament: Pentateuch (Downers Grove, Illinois: IVP Academic,
2013), 875.

Keempat, sangat jelas di dalam TaNaK bahwa narasi Abraham keluar dari Ur-Kasdim tidak memiliki
indikasi konflik apalagi ancaman bahaya dibakar dengan api (Kej. 11:28, 31; 15:7; Neh. 9:7). Profesor
Yishai Kiel, Profesor of Jewish law, history and religion in the ancient and early medieval periods, di
Hebrew University of Jerusalem, menyatakan:

“The motif of Abraham’s miraculous deliverance from a fire is completely absent from the
Hebrew Bible, although supposed scriptural traces of this motif were delineated by Second
Temple exegetes.” ~ Yishai Kiel, “Abraham and Nimrod in the Shadow of Zarathustra,” The
Journal of Religion, Vol. 95, No. 1 (2015): 37.

Dan ini mengantar kita ke poin kelima, narasi Abraham dibebaskan secara ajaib dari api, baru terdapat
dalam literatur-literatur Intertestamental dan Yahudi Rabbinik:
• Apocalypse of Abraham 5:1-14; 8:1-6
• Pseudo-Philo, Liber Antiquitatum Biblicarum, 6:4-5; 23:5
• Jubilees 12:12-14
• Targum Neophyti to Gen. 11:28
• Targum Pseudo-Jonathan to Gen. 11:28
• Jerome, Questions in Genesis, Gen. 11:28
• Genesis Rabbah

Profesor Yishai Kiel menyatakan bahwa kemunculan narasi ini dikreasi sebagai bahan apologetic
melawan Zoroaster yang dalam tradisi Yunani diasosiasikan dengan Nimrod yang selamat dari api dari
sorga. Para ekseget Yahudi mengkreasi narasi tandingan, bukan Zoroaster yang selamat dari Api,
melainkan Abraham yang selamat dari api. Untuk membuat narasi tandingan ini, mereka
mengkomposisinya berdasarkan Daniel 3:19-23.

Kembali mengutip Professor Yihsai Kiel:

“In its basic form, the story of Abraham in the fiery furnace is modeled on the biblical precedent
of Dan. 3:19–23, according to which three young men were cast into a fiery furnace by
Nebuchadnezzar, the Babylonian king, and eventually saved by God.” ~ Kiel, “Abraham and
Nimrod in the Shadow of Zarathustra,” 40.
6

Jadi jelas bahwa cerita tentang Abraham dibebaskan secara ajaib dari tungku api, adalah sebuah cerita
kreatif, legenda yang baru muncul pada Periode Intertestamental, dan tidak pernah ada di dalam
TaNaK.

Problemnya adalah Qur’an menganggap cerita itu sebagai cerita benaran, historis, benar-benar terjadi.
Itu berarti, penulis Qur’an, siapa pun dia, tidak dapat membedakan mana legenda, mana sejarah. Dan
Menachem Ali yang mencoba membuktikan bahwa cerita yang diafirmasi Qur’an tersebut sesuai
dengan Torah, sebenarnya berbohong. Cerita itu tidak ada di dalam Torah, tapi ada dalam tafsiran
kreatif Yudaisme Intertestamental dan tradisi Yahudi Rabinik. Jadi klaim yang tepat adalah isi Qur’an
sejalan dengan isi legenda Yudaisme Intertestamental dan tradisi Yahudi Rabbinik, bukan Torah.

C. Yudas 1:9 Analogis dengan Legenda “Tungku Api Abraham”?


Menurut Menachem Ali, jika narasi “Api Abraham” dianggap legenda, mengapa Yudas 1:9 yang bicara
tentang konflik Michael dan Setan tentang jasad Musa yang tidak ada dalam Torah tidak dianggap
legenda? Poin Menachem Ali adalah jika Qur’an dianggap mengutip legenda dan karena itu salah, maka
Yudas juga salah karena mengutip legenda.

Poin itu hanya benar jika Yudas 1:9 analogis (paralel) dengan penggunaan legenda tungku api Abraham
dalam Qur’an. Jika tidak paralel, maka poin Menachem Ali hanya akan menjadi seperti sebuah
tembakan pestol air yang loyo.

Pertama, cerita tungku api Abraham secara definitif, mutlak, pasti adalah sebuah legenda. Tapi
problemnya, Qur’an tidak aware bahwa itu adalah legenda dan menuturkannya kembali sebagai
sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi (ini didukung juga oleh Muhammad, Sunan Ibn Majah 3231).

Kedua, para ahli PB telah melakukan riset tentang fungsi literer dari penggunaan sumber-sumber non
kanonik dalam Surat Yudas bahkan seluruh Alkitab.
Khusus mengenai Surat Yudas, saya menyebutkan dua sumber, secara ringkas untuk menggambarkan
hasil riset mereka:
1. Profesor Richarad Bauchkahm, Jude-2 Peter (WBC vol. 50; Grand Rapids, Michigan: Zondervan,
2017), “Excursus: The Background and Source of Jude 9”. Membahas tentang latar belakang
dan sumber di balik Yudas 1:9 dan menyimpulkan berdasarkan rekonstruksinya bahwa material
itu berasal dari The Assumption of Moses – sebuah literatur pseudopigrafa Yahudi yang berasal
dari Abad I Masehi. Literatur ini sebenarnya merupakan daur ulang (versi revisi) dari sebuah
literatur sebelumnya Testament of Moses – juga adalah sebuah literatur pseudopigrafa Yahudi
abad pertama.
2. J. Daryl Charles, Literary Strategy in the Epistle of Jude (Scranton: University of Scranton Press,
1993). Charles memperlihatkan bahwa audiens Surat Yudas familiar dengan kisah-kisah seperti
konflik Michael dengan Setan (Yud. 9) dan isi kutipan dari Kitab 1 Henokh (Yud. 14-15). Yudas
menggunakan sebagai ilustrasi untuk menasihati mereka melawan para pengajar sesat.

Semua ini sesuai dengan konteks dari Surat Yudas itu sendiri:

8Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan
menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga. 9Tetapi penghulu
7

malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat
Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya Tuhan
menghardik engkau!" (Yud. 8-9).

Para pengajar sesat itu sangat lancang dalam menghujat semua yang di sorga. Kepada audiensnya,
Yudas hendak menyatakan bahwa bahkan dalam cerita-cerita popular yang mereka ketahui, Michael
sendiri, terhadap Iblis, pun tidak berani menghakimi, melainkan menyerahkannya kepada prerogatif
Allah: “Kiranya Tuhan menghardik engkau!” (ay. 9; Za. 3:2).

Profesor Michael Heiser, menyatakan:

“Just as preachers today quote commentaries, journals, news periodicals, or even television
shows to drive home or illustrate a point, so the biblical writers used external material to draw
attention and make a statement. Paul quotes from pagan greek poets. The psalmists and
prophets borrow vocabulary and paraphrase material from ancient Egyptian, Mesopotamian, and
Syrian literature. Jude quotes a book from pseudopigrapha. The people of biblical times knew the
quote materials wasn’t inspired, but it had meaning for them and their audience.” ~ Michael
Heiser, “Whats Ugaritic Got to Do with Anything?” (Logos Bible Software)

Jadi, penggunaan kisah tentang Michael dan Setan dalam Yudas 9 tidak dititikberatkan pada historical
valuenya (nilai kesejarahannya), melainkan pada fungsi literernya, sebagai contoh untuk menegor
audiensnya (pembaca dan para pengajar sesat itu). Ringkasnya, isi cerita itu benar-benar terjadi atau
tidak benar-benar terjadi, tidak penting bagi Yudas. Para audiensnya mengenal kisah itu, jadi dia
gunakan untuk membuat mereka memahami nilai dari nasihatnya kepada mereka.

Kesimpulannya, argumen analogis Menachem Ali tidak persuasif, malah sebalikanya merupakan sebuah
sesat pikir bernama false analogy. Menachem Ali seharusnya dinobatkan sebagai “ayam petelor sesat
pikir.”

D. Qur’an Kitab Dongeng?


Karena Nona Dondy Tan dan Menachem Ali secara lancang mengambil inisiatif membahas tentang
Kitab suci saya dan agama saya, maka sekarang saya akan menggunakan standar yang mereka gunakan,
sebagai hak jawab, untuk memberikan counter-attack. Tentu saja sesuai dengan isu yang relevan.

Qur’an bukan hanya terbukti menggunakan legenda tungku api Abraham sambil menganggapnya
peristiwa sejarah, melainkan juga berulang kali dituduh oleh audiensnya mengambil dongeng-dongeng
dan mengklaimnya sebagai wahyu. Dongeng-dongeng itu bahkan bisa dibuktikan dari dalam Qur’an
sendiri.

Pertama, berulang kali dalam Qur’an, orang-orang yang hidup sejaman dengan Muhammad,
mendengarnya mengklaim mendapat wahyu kiriman dari Allah SWT melalui Jibril, berkata kepada
Muhammad bahwa itu tidak lebih dari dongeng nenek moyang yang sudah mereka ketahui:

Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, dia berkata, “(Ini adalah) dongeng-dongeng orang
dahulu.” (QS. 68:15)
8

Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui
batas dan berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “Itu adalah
dongeng orang-orang dahulu.” (QS. 83:12-13).

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Dongeng-dongeng orang dahulu, (ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari
Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang
mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah,
alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu. (QS. 16:24-25).

Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-
adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka telah berbuat
zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang
terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan
petang. Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur'an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui
rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”” (QS. 25:4-6).

Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami
telah mendengar (ayat-ayat seperti ini), jika kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan
yang seperti ini. (Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.” (QS. 8:31).

Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (Muhammad), dan Kami telah
menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan telinganya
tersumbat. Dan kalaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau
beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-
orang kafir itu berkata, “Ini (Al-Qur'an) tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”
(QS. 6:25).

Kedua, terlepas dari tuduhan-tuduhan itu benar atau tidak, yang jelas tuduhan yang secara konsisten
dikemukakan oleh orang-orang yang hidup sejaman dengan Muhammad memperlihatkan bahwa ayat-
ayat Qur’anik yang mereka dengar itu bukan sesuatu yang baru bagi mereka, bahkan mereka telah
terbiasa mendengarnya bahkan mereka bisa mengetahui bahwa cerita-cerita itu adalah dongeng nenek
moyang belaka yang ironisnya dipresentasikan Muhammad sebagai wahyu.

Dan ketiga, sejumlah bagian di dalam Qur’an yang diklaim Muhammad ia dapatkan dari Allah SWT yang
dikirimkan melalui Jibril, memang pada faktanya adalah cerita-cerita legenda yang sudah beredar luas
sebelum dan hingga masa Muhammad.

Untuk kesempatan ini, saya akan memberikan top five list, nya:
NO DATA QUR’ANIK SUMBER
1 Bayi Isa bicara dari dalam gendongan Arabic Infancy Gospel atau Syriac Infancy Gospel
(QS. 19:29-34; 3:46) (Abad ke-3 M)
2 Isa membuat burung dari tanah liat The Infancy Gospel of Thomas (Abad ke-2 M)
(QS. 3:49; 5:110)
9

3 Maria dibesarkan di Bait Suci dan Proto-Gospel of James (Abad ke-2)


diberi makan secara ajaib oleh para
malaikat (QS. 3:37)
4 Isa dilahirkan di bawah pohon korma The Gospel of Pseudo-Matthew (Abad ke-5)
(QS. 19:22-26)
5 Iblis menolak untuk menyembah Life of Adam and Eve (Abad ke 1-4); Genesis Rabbah
Adam (QS. 2:30, 34; 7:11-18; 15:28- (Abad 4 / 5).
35; 17:61-65; 38:71-85)

Sebagai antisipasi, Muslims akan berespons, dengan beberapa cara:


1. “Anda kafir, pembohong!”
2. Muhammad buta huruf jadi tidak mungkin membaca literatur-literatur itu.
3. Itu bukti kebenaran Qur’an bahwa isinya disaksikan juga oleh sumber-sumber non-Qur’anik.
4. Alqur’an bukan Kitab Sejarah (Muhammad A. Khalafullah).

Untuk keberatan (1), kita hanya perlu meminta yang bersangkutan untuk menginstall otak di batok
kepalanya yang sangat mugkin kosong.

Untuk keberatan (2), argumen mengenai isu ini tidak diletakkan atas kebergantungan literer, melainkan
kebergantungan lisan (oral tradition). Studi mengenai hal ini telah dilakukan beberapa ahli, dua di
antaranya:
1. Reuven Firestone, Journeys in Holy Lands: The Evolution of Abraham-Ishmael Legend in Islamic
Exegesis (Albany: State University of New York Press, 1990).
2. Disertasi Ph.D in Islamic Studies yang dilakukan oleh Dr. Andrew Bannister, yang kemudian
diterbitkan menjadi buku, berjudul: An Oral-Formulaic Study of the Qur’an (Lanham: Lexington
Books, 2014).

Kesimpulan dari para pakar ini adalah tradisi-tradisi apokrifal dan non-kanonikal yang terdapat dalam
Qur’an itu berasal dari “kolam bersama” (common pool) tradisi lisan. Cerita-cerita itu beredar secara
lisan, maka alasan tentang Muhammad buta huruf bukan merupakan bantahan di sini. Dan itulah
sebabnya juga, para lawan Muhammad seperti yang sudah dikutip di atas, berkali-kali mengatakan
bahwa isi Qur’an yang diklaim Muhammad adalah wahyu sudah pernah mereka dengar dan ketahui
sebelumnya dan mereka menganggapnya dongeng nenek moyang.

Keberatan ke (3) justru bertentangan dengan Qur’an. Tetapi karena respons saya untuk poin ini akan
sekaligus untuk keberatan ke (4), maka saya lanjutkan dulu dengan keberatan selanjutnya dan yang
terakhir.

Untuk keberatan (4) bahwa Qur’an bukan Kitab Sejarah, berasal dari karya Disertasi Doktoral dari
Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra dan Moralitas dalam Kisah-
kisah Al-Qur’an, terj. Zuhairi Misrawi dan Anis Maftukhim (Jakarta: Paramadina, 2002). Khalafula sadar
bahwa berupaya membela Qur’an dengan mengklaim bahwa semua kisah tersebut benar-benar terjadi
(historis) akan tidak menguntungkan. Itulah sebabnya, ia lebih memilih untuk percaya bahwa yang
paling penting bukan soal sejarahnya, tapi haqq-nya, kebenarannya.
10

Masalahnya Anda sebagai Muslims, tidak boleh berargumentasi seperti pada keberatan (3) dan (4).
Sebab, QS. 25:4-6 telah mengajari Anda bagaimana menjawabnya:

Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-
adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka telah berbuat
zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang
terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan
petang. Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur'an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui
rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”” (QS. 25:4-6).

Maksudnya, Anda harus tetap bersikeras, menurut Qur’an, bahwa isinya “diturunkan” dalam
pengertian bersumber dari Allah, sumber sorgawi, bukan sumber manusia dan duniawi. Dengan kata
lain, Muhammad percaya bahwa semua yang terdapat dalam Qur’an tidak bersumber dari literatur
atau tradisi manusia, ketika yang sebaliknya yang terjadi dan telah dibuktikan.

Tradisi-tradisi apokrifa, pseudopigrafa, tafsiran-tafsiran kreatif dan tradisi Yudaisme-Rabbinik, terdapat


di sana sini di dalam Qur’an. Semua tradisi tersebut tidak memiliki nilai sejarah, namun sangat
mengherankan justru dipresentasikan Qur’an seakan-akan itu semua peristiwa yang benar-benar
terjadi.

Jadi, hasil terbaik dari upaya Menachem Ali membahas tentang isu ini adalah mempresentasikan
dirinya sebagai petelor sesat pikir, “pseudo-scholar,” tidak paham apa-apa namun berupaya tampil
pintar. Lebih celaka lagi, Muhammad Ali, akibat kecerobohan dan kelancangannya, telah melemparkan
bola salju bundar yang akan membesar dan bahkan menggunung, mempertontonkan kepada dunia,
tanpa muslims bisa berbuat apa-apa, mengenai hal-hal “tersembunyi” yang ada di dalam dan di balik
Qur’an dan sejarah Islam.

Sebagai seorang Kristen, saya diajarkan untuk wajib memberikan pertangungjawaban iman (1Pet. 3:15)
termasuk menghancurkan setiap argumen yang digunakan untuk menyerang Kekristenan dan
menentang pengenalan akan Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah yang kekal, yang telah menjadi manusia.
Menyerahkan nyawa-Nya sebagai korban tebusan dosa satu-satunya yang sempurna dan final. Yang
hanya di dalam dan melalui dia, tidak ada di dalam nama lain, hanya di dalam nama-Nya, mereka yang
berseru kepada Tuhan untuk pengampunan dosa dan bertobat dari jalan dosa, dapat diselamatkan.

NB:
1. Anda dipersilakan menggunakan materi dalam tulisan ini untuk tujuan non-profit.
2. Berikan rujukan sumber jika Anda menggunakan materi pada tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai