Makalah Thalassemia
Makalah Thalassemia
KELAS : TINGKAT 2B
Di Susun Oleh :
VILLAGE TANGERANG
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih tak pilih kasih, lagi Maha Penyayang. Segala
puji adalah milik Allah Tuhan yang maha mengatur lagi maha bijaksana, yang maha penyayang lagi
maha dermawan dan maha pengasih lagi maha pemurah. Karena hanya dengan rakhmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Demi kesempurnaan dan peningkatan kualitas makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari
berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu kami dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan pada kami guna terselesainya makalah ini, dengan tidak mengurangi rasa
hormat yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan membantu kami dalam
melaksanakan kuliah nanti. Amiinn. . . . . .
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB III
SOP TALASEMIA
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan angka kelahiran 23 per 1.000 dari 240 juta penduduk Indonesia, maka diperkirakan
ada sekitar 3.000 bayi penderita thalasemia yang lahir tiap tahunnya. Indonesia termasuk dalam
kelompok negara yang berisiko tinggi untuk penyakit thalasemia. Thalasemia adalah penyakit
merah. "Prevalensi thalasemia bawaan atau carrier di Indonesia adalah sekitar 3-8 persen," kata
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, dalam sambutannya di puncak peringatan hari
ulang tahun Yayasan Thalasemia Indonesia ke-25 di Gedung BPPT, Jakarta, hari ini.Wamenkes
menjabarkan, jika persentase thalasemia mencapai 5 persen, dengan angka kelahiran 23 per
1.000 dari 240 juta penduduk Indonesia, maka diperkirakan ada sekitar 3.000 bayi penderita
thalasemia yang lahir tiap tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan
prevalensi nasional thalasemia adalah 0,1 persen. "Ada 8 propinsi yang menunjukkan prevalensi
thalasemia lebih tinggu dari prevalensi nasional," ungkap Wamenkes. Beberapa dari 8 propinsi
itu antara lain adalah Aceh dengan prevalensi 13,4 persen, Jakarta dengan 12,3 persen, Sumatera
Selatan yang prevalensinya 5,4 persen, Gorontalo dengan persentase 3,1 persen, dan Kepulauan
Riau 3 persen. Menurut Ali, setiap tahun, sekitar 300.000 anak dengan thalasemia akan
dilahirkan dan sekitar 60-70 ribu, di antaranya adalah penderita jenis beta-thalasemia mayor,
yang memerlukan transfusi darah sepanjang hidupnya."Beban bagi penderita thalasemia mayor
memang berat karena harus mendapatkan transfusi darah dan pengobatan seumur hidup.
Penderita thalasemia menghabiskan dana sekitar 7-10 juta rupah per bulan untuk pengobatan,"
ungkap Wamenkes. Dua jenis thalasemia yang lain adalah thalasemia minor, yang terjadi pada
orang sehat, namun dapat menurunkan gen thalasemia pada anaknya dan thalasemia intermedia,
yang penderitanya mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala dan dapat bertahan hidup
sampai dewasa. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994 menunjukkan persentase
orang yang membawa gen thalasemia di seluruh dunia mencapai 4,5 persen atau sekitar 250 juta
orang. Jumlah kasus thalasemia cenderung meningkat dan pada tahun 2001 diperkirakan jumlah
Tujuan penulisan adalah agar pembaca mengetahui thalasemia, sehingga dapat berguna di
tengah
Adapun manfat penulisan adalah untuk memenuhi tugas dari Keperawatan Anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh defisiensi produksi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan sel darah merah
didalam pembuluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ).
Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif,
secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan
menjadi thalasemia mayor dan minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 ).
2.2. Macam
Macam-macam Thalasemia :
1.Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang
dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada
hepatosplenomegali.
– tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb
bervariasi, normal 4 agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat,
kadar bilirubin sedikit meningkat.
2.Thalasemia alpa
2.3. Etiologi
protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai
energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada,maka pasokan energi yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun
pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan
penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia merupakan
penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek(kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut
karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena
b) Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada Thalasemia)
Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang tua. Jika bapa
atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh menurunkan thalasemia kepada anak-
anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri tersebut maka anak-anak mereka mungkin
2.4. Patofisiologi
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses
dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan
ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil,
mudah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah.
Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak,
atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan
RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai
organ (hemosiderosis).
PATHWAY
& pertumbuhan
Fe meningkat
Hemosiderosis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya
tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang
berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik,
tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare,
kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan
tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis yang
hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur
perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai,
dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat
sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan perkembangan sifat
seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran,
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Sesak nafas
Pembesaran limpa
2.6. Penatalaksanaan
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah
mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12
jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.Vitamin C 100-250 mg/hari
selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.Vitamin E 200-400 IU setiap
hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.
II. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan
intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi
eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
III. Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan
supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC
(packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi.
2.7. Pencegahan
o Menjalani penyaringan bagi mereka yang mempunyai sejarah keluarga menghidap Talasemia.
o Jika anda mempunyai ciri Talasemia dan ingin berkahwin, anda perlu bersikap terbuka dan
berbincang mengenainya dengan pasangan anda. Bakal pasangan anda perlu menjalani ujian
darah untuk mengetahui sama ada beliau juga mempunyai ciri Talasemia atau tidak.
o Jika kedua-dua pasangan membawa ciri Talasemia, mereka perlu mendapatkan nasihat dan
keterangan lanjut mengenainya dengan menghadiri kaunseling genetik. Kini terdapat ujian yang
boleh dilakukan semasa awal kehamilan untuk mengetahui sama ada janin menghidapi Talasemia
major ataupun tidak.
o Penjagaan sendiri
o Ingatkan kanak-kanak supaya mengelakkan makanan dengan kandungan ferum yang terlalu
tinggi seperti daging merah dan makanan lain yang kaya ferum seperti hati. Ingatlah bahawa
ferum dalam daging lebih mudah diserap berbanding sumber-sumber ferum yang lain seperti
bijirin dan roti.
o Sesetengah makanan seperti jus oren boleh meningkatkan penyerapan ferum manakala yang lain
seperti teh, hasil tenusu dan kopi boleh mengurangkan penyerapannya. Bagaimanapun, jika anda
menggunakan Desferral, anda disyorkan mengambil 250mg vitamin C selepas memulakan infusi
untuk meningkatkan keluaran ferum.
o Kanak-kanak dinasihatkan untuk mendapatkan imunisasi mengikut jadual terutama pelalian
Hepatitis B untuk melindungi mereka daripada jangkitan akibat pemindahan darah seperti
Hepatitis B.
o Sesetengah kanak-kanak yang lebih tua terutama yang telah baligh cenderung mendapat ulser
kaki terutamanya di keliling buku lali. Ini disebabkan kekurangan bekalan oksigen pada kulit
akibat anemia dan peredaran darah yang lambat apabila seseorang itu berdiri atau duduk. Dengan
itu mereka yang mengalami ulser ini dinasihat mengelakkan diri dari terhantuk buku lali dan
memakai stoking dengan melipat bahagian atasnya atau memakai gelung dari kain khas yang
tebal untuk melindungi tulang kering.
o Tingkatkan peredaran darah sebaik mungkin di bahagian buku lali. Ini boleh dilakukan dengan
meninggikan kaki melebihi paras jantung. Tidur dengan kaki ditinggikan sedikit dan meletakkan
kaki di atas kerusi /sofa ketika berehat, contohnya semasa menonton televisyen.
o Kebersihan dan kesehatan individu mestilah memuaskan dan kebersihan perlu dipelihara
terutama di tempat Desferral disuntikkan/dimasukkan ke dalam badan.
o Jangan lambat mendapatkan rawatan susulan di hospital atau pemindahan darah. Adalah penting
bagi pesakit mengekalkan paras hemoglobin purata sehampir normal yang mungkin supaya
o tumbesaran yang hampir normal juga diperolehi. Tumbesaran dan perkembangan pesakit mesti
diawasi dengan teliti.
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,
poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan
Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula
tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak
jelas.
2.9 . Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang berulang-
ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam
berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromotosis). Limpa yang besar mudah ruptur
akibat trauma yang ringan, kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Secara umum komplikasi thalassemia antara lain :
1) Fraktur patologi
2) Hepatosplenomegali
3) Gangguan tumbang
4) Disfungsi organ
5) Gagal jantung
6) Hemosiderosis
7) Hemokromatosis
8) Infeksi
BAB III
A. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah (mediterania). Seperti
turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada
anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak
anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih
ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal
ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan
anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur / istirahat,
karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang
menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya
berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu
dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan
karena keturunan.
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor
risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor
resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya
nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:
• Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang
normal.
• Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran
jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
• Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati
( hepatosplemagali).Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang
dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya.
• Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi
darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi
dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
B. Diagnosa Keperawatan
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan
berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek
kamar mandi
menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan untuk
menggunakan obat
penurunan tekanan
darah
- Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah
secara teratur
- Anjurkan
menghindari obat
penyekat beta
- Anjurkan untuk
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
- Anjurka program
rehabilitasi vaskuler
- Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan
kolaborasi (tidak
ada)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan hambatan upaya nafas di tandai keperawatan pola nafas - Monitor pola nafas
dengan : tidak efektif Membaik (frekuensi,kedalama
Tanda dan Gejala Mayor dengan kriteria hasil : n,usaha nafas)
Subjektif : - Ventilasi semenit - Monitor bunyi
1. Disepnea Meningkat nafas
Objektif : - Kapasitas vital tambahan(mis.gurgr
1. Penggunaan otot bantu pernafasan Meningkat ling,mengi,wheezin
2. Fase ekspirasi memanjang - Diameter thoraks g,ronkhi kering)
3. Pola nafas anterior-posterior - Monitor sputum
abnormal(mis.takipnea,bradipnea, Meningkat (jumlah,warna,arom
hiperpentilasi,kussmaul,cheyne- - Tekanan ekspirasi a)
stokes) Meningkat Terapeutik
Tanda dan Gejala Minor - Tekanan inspirasi - Pertahankan
Subjektif: Meningkat kepatenan jalan
1. Ortopnea - Dispnea Menurun nafas dengan head-
Objektif: - Penggunaan ototo tlit dan chin-
1. Pernafasan pusred-lip bantu nafas lift(jaw-thrus jika
2. Pernafasan cuping hidung Menurun curiga trauma
3. Diameter thoraks anterior- - Pemanjangan fase servikal)
posterior meningkat ekspirasi Menurun - Posisiskan semi-
4. Ventilasi semenit menurun - Ortopnea Menurun fowler/fowler
5. Kapasitas vital menurun - Pernafasan pursed- - Berikan minum
6. Tekanan ekspirasi menurun lip Menurun hangat
7. Tekanan inspirasi menurun - Pernafasan cuping - Lakukan fisioterapi
8. Ekskursi dada berubah. hidung Menurun dada,jika perlu
- Frekuensi nafas - Lakukan
Membaik penghisapan lender
- Kedalaman nafas kurang adri 15 detik
Membaik - Lakukan
- Ekskursi dada hiperoksigenasi
Membaik. sebelum
penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan forse
McGill
- Berikan
oksigen,jika perlu
Edukasi
- Anjurkan supan
cairan 2000
ml/hari,jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,ekesp
ektoran,mukolitik,ji
ka perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk jika perlu
2. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1, kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
(mis, pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2, kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
Intoleransi Aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3x24 1. Identifkasi gangguan
kebutuhan oksigen jam Intoleransi Aktifitas fungsi tubuh yang
teratasi dengan kriteria hasil mengakibatkan kelelahan
: 2. Monitor kelelahan fisik
- Frekuensi nadi dan emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam
- Perasaan lemah tidur
menurun 4. Monitor lokasi dan
- Warna kulit ketidaknyamanan selama
membaik melakukan aktifitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
3. Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
SOP THALASEMIA
B. TUJUAN
1) Memperbaiki sirkulasi darah, Hb dan kadar protein serum
C. INDIKASI
1) Anemia pada pendarahan akut setelah didahului
penggantian volume dengan cairan
2) Anemia kronis, jika Hb tidak bisa dinaikan dengan cara lain
3) Gangguan trombilitik, karena defisiensi komponen darah
4) Plasma loss/hipo albumin jika tidak dapat lagi di
berikan plasma subtitle/larutan albumin
D. PERSIAPAN PASIEN
1) Memberitahu prosedur tindakan pada klien
2) Melakukan infornmed consent
3) Memonitor tanda-tanda vital (minimal 30 menit sebelum tindakan)
4) Cocokkan data klien dikantong darah dengan data
yang ada dilembar observasi
5) Kosongkan urobag
Sikap
1. Teliti
2. Sabar
3. Ramah
4. Pemeriksaan hb
a. Pengertian
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin didalam darah.
2. Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah
c. Persiapan alat
1. Haemometer set terdiri dari :
Tabung pengukur
tabung standar warna
Pipet Hb dengan pipa karetnya
Pipet HCl
Batang pengaduk
.Botol tempat HCl dan aquadest
Sikat pembersih
2. Perlak kecil dan pengalas
3. Kapas alkohol 70%
4. Jarum/Lancet
5. Handscoon steril
6. Kapas kering
7. Bengkok
5. Pengambilan darah vena
a. Pengertian
Proses pengambilan darah yang dilakukan melalui intravena atau perifer.
b. Tujuan
Untuk mendapatkan sample darah guna pemeriksaan laboratorium.
c. Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
d. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
e. Tahap Kerja
1. Pegang bagian yang ditusuk supaya tidak bergerak
2. Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi
dengan kapas alkohol, tunggu sampai kering
3. Pegangan agak dikencangkan untuk mengurangi rasa sakit
4. Tusuk agak dalam dengan lanset darah/jarum khusus
5. Darah yang baru keluar dihapus dengan kapas kering
6. Tetesan darah berikutnya diambil untuk pemeriksaan
7. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol ditutup dengan plester
f. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil tindakan
3. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan dibersihkan
4. Mencuci tangan
g. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2.Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca demi terciptanya makalah lain yang
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sudayo, Aru. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( Ed.5, Jilid II ). Jakarta : Interna
Publishing. Hoffbrand. 2005.