KEPERAWATAN ANAK
oleh :
Kelompok 12/Kelas D
Yulia Aisyah Nuribu 152310101033
Putu Annesia Warsito 172310101180
Anis Widyawati 172310101204
KEPERAWATAN ANAK
Oleh :
Kelompok 13/Kelas D
Yulia Aisyah Nuribu 152310101033
Putu Annesia Warsito 172310101180
Anis Widyawati 172310101204
KATA PENGANTAR
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Jember, 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1.3 Epidimiologi
Thalassemia sebenarnya adalah penyakit bawaan darah yang memengaruhi
kemampuan seseorang untuk memproduksi hemoglobin, yang mengakibatkan anemia.
Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dan nutrisi
ke sel-sel dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia dilahirkan dengan
mengidap talasemia setiap tahun. Thalassemia paling sering terjadi pada orang-orang
Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan angka kejadian thalassemia yang
tinggi. Kondisi itu dilihat bukan berdasarkan jumlah pasien namun hal tersebut dilihat
melalui frekuensi kelainan gen yang ditemukan. Di Indonesia deteksi untuk
thalassemia -α agak sulit dilakukan oleh karena memerlukan pemeriksaan DNA dan
4
pemeriksaan tersebut baru dapat dilakukan di beberapa kota besar saja. Berdasarkan
data dari Lembaga Eijkman angka kejadian thalassemia -α di Indonesia sekitar 2,6-
11%, banyak ditemukan di Pulau Sulawesi, yaitu pada suku Bugis ataupun suku
Kajang. Sedangkan thalassemia -β, ditemukan rata-rata sekitar 3-10%, dengan
pembawa sifat terbanyak ditemukan di P. Sumatera, dan sekitar hampir 10% di daerah
Palembang. Di di Pulau Jawa angka pembawa sifat sebesar 5%. Sedangkan untuk
kelainan hemoglobinopati, pembawa sifat hemoglobin E ditemukan sebesar 1,5-33%
dan terbanyak didapatkan di Pulau Sumba.
1.4 Etiologi
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter).Thalasemia
merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah
didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
(hemoglobinopatia ) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan
pembentukan darah.
Tubuh menghasilkan tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sela darah putih
dan trombosit. Sel darah merah mengandung hemoglobin, protein, zat besi, dan
oksigen ke seluruh tubuh. Hemoglobin juga membawa karbon dioksida dari tubuh ke
paruh - paru untuk dihembuskan. Hemoglobin memiliki dua jenis rantai protein, yaitu
alpha globin dan beta globin. Jika tubuh tidak mampu untuk membentuk rantai protein
maka sel darah merah tidak akan terbentuk dengan normal dan tidak akan membawa
oksigen yang cukup bagi tubuh.
1.5 Klasifikasi
Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia
dibagi menjadi :
a. Talasemia alpha
Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau
seluruh globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :
1) Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).
Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada
penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah
merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
2) Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha).
Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan
dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih
kecil dari normal (mikrositer).
5
1.6 Patofisiologi
Konsekuensi berkurangnya sintesis salah satu rantai globin berasal dari
kadar hemoglobin intrasel yang rendah (hipokromia) maupun kelebihan
relatif rantai lainnya.
Talasemia-β: Dengan berkurangnya sintesis β-globin, rantai tak terikat
yang berlebihan akan membentuk agregat yang sangat tidak stabil dan
terjadi karena kerusakan membran sel; selanjutnya, prekursor sel darah
merah dihancurkan dalam sumsum tulang (eritropoiesis yang tidak efektif)
dan sel-sel darah merah yang abnormal dihilangkan oleh fagosit dalam
limpa (hemolisis). Anemia yang berat menyebabkan ekspansi
kompensatorik sumsum eritropoietik yang akhirnya akan mengenai tulang
kortikal dan menyebabkan kelainan skeletal pada anakanak yang sedang
tumbuh. Eritropoiesis yang tidak efektif juga disertai dengan absorpsi besi
yang berlebihan dari makanan; bersama dengan transfusi darah yang
dilakukan berkali-kali, absorpsi besi yang berlebihan ini akan
menimbulkan kelebihan muatan besi yang berat
6
1. Anemia dengan gejala seperti pucat, demam tanpa penyebab yang jelas, tidak
nafsu makan, infeksi berulang dan pembesaran limfe atau hati.
2. Anemia progresif yang ditandai dengan hipoksia kronis seperti nyeri kepala,
nyeri precordial, tulang, penurunan toleransi terhadap latihan, lesu dan
anoreksia.
3. Perubahan pada tulang, tulang akan mengalami penipisan dan kerapuhan
akibat sumsum tulang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
kekurangan hemoglobin dalam sel darah. Hal ini terjadi pada kepala, frontal,
pariental, molar yang menjadi lebih menonjol, batang hidung menjadi lebih
datar atau masuk ke dalam dengan tulang pipih yang menonjol. Keadaan ini
disebut facies cooley, yang merupakan ciri khas thalassemia mayor.
Manifestasi klinik yang dapat dijumpai sebagai dampak patologis
penyakit pada thalassemia yaitu anemia yang menaruh disebabkan eritropoises
yang tidak efektif, proses hemolysis dan reduksi sintesa hemoglobin (Indana,
2010).
Tanda dan gejala lain dari thalassemia yaitu :
1. Thalassemia mayor
a. Pucat
b. Lemah
c. Anoreksia
d. Sesak nafas
e. Peka rangsang
f. Tebalnya tulang kranial
g. Pembesaran hati dan limpa / hepatosplenomegaly
h. Menipisnya tulang kartilago, nyeri tulang
i. Dosritmia
7
j.Epistaksis
k.Sel darah merah mikrositik dan hipoktomik
l.Kadar Hb kurang dari 5gram/100 ml
m.Kadar besi serum tinggi
n.Ikterik
o.Peningkatan pertumbuhan fasial mandibular : mata sipit, dasar hidung lebar
dan datar
2. Thalassemia minor
a. Pucat
b. Hitung sel darah merah normal
c. Kadar konsentrasi hemoglobin menurun 2 samapi 3 gram/100ml dibawah
kadar normal sel darah merah mikrositik dan hipokromik sedang.
1. Screening test
a. Interpretasi apusan darah
Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi pada
kebanyakan thalassemia kecuali thalassemia silent carries. Pemeriksaan
apusan darah rutin dapat membawa kepada diagnosis thalassemiatetapi
kurang berguna untuk scrining .
b. Pemeriksaan osmotic fragility
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan flagiliti eritrosit. Secara
dasarnya resisten erotrpsit untuk lisis bila konsentrasi natrium klorida
dikurangkan dikira. Studi yang dilakukan menemui probilitas formasi poro-
pori pada membrane yang regang bervariasi mengikuti order ini :
thalassemia < control<spherositosis (Wiwanitkit, 2007).
c. Indeks erotrosit
Dengan bantuan alat indeks sel darah merah dapat dicari tetapi hanya dapat
mendeteksi mikrositik dan hipokrom serta kurang memberi nilai diagnostik
(Wiwanitkit, 2007).
d. Model matematika
Membedakan anemia defisiensi besi thalassemia β berdasarkan parameter
jumlah eritrosit digunakan (Wiwanitkit, 2007).
2. Definitive test
a. Elektroforresis hemoglobin
Pemeriksaan ini dapat menentukan berbagai jenis tipe hemoglobin di dalam
darah. Pada dewasa konstitusi normal hemoglobin adalah Hb A1 95-98%,
Hb A2 2-3%, Hb F 0.8-2% ( anak dibawah umur 6 bulan kadar ini tinggi
sedangkan untuk neonates bisa mencapai 80%). Nilai abnormal bisa
8
penyakit kongenital jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga mempunyai gen
thalasemia. Apabila iya, maka anak beresiko terkena thalasemia mayor.
g. Riwayat ibu saat hamil/ Antenatal Care
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor resiko thalasemia. Apabila diduga ada faktir resiko maka ibu perlu
diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.
h. Ekstermitas
Pada kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang
menjalar
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen ke sel.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan hemoglobin, leukopenia atau penurunan granulosit).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan oksigen.
13
3. Perencanaan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Perubahan perfusi jaringan NOC: NIC :
berhubungan dengan Circulation status Tissue perfusion : Peripheral Sensation Management
penurunan komponen seluler perifer 1. Kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran
yang diperlukan untuk Setelah dilakukan tindakan mukosa, dasar kuku.
pengiriman oksigen ke sel. keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Kaji respon verbal melambat (mudah terangsang,
perubahan perfusi jaringan pasien agitasi, gangguan memori, bingung)
teratasi dengan kriteria hasi: 3. Tinggikan posisi kepala ( pada klien hipotensi)
- Keluarga pasien menegtahui penyebab 4. Identifikasi tanda tanda vital klien
perbuhan perfusi jaringan 5. Periksa nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna
- Klien menunjukkan perfusi yang kulot atau membran mukosa dan suhu membran
adekuat seperti, pengisian kapiler mukosa
baik, haluaran urin adekuat, membran 6. Pantau status cairan meliputi asupan dan intake ouput
mukosa merah muda, damn akral cairan
hangat 7. Rendahkan ekstermitas untuk meningkatkan sirkulasi
- Tidak ada adanya nyeri ekstermitas arterin dengan tepat
- Hb normal 12-16 gr% 8. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan
- TTV dalam batas normal yang adekuat
9. Berikan sel darah merah lengkap sesuai indikasi
10. Kolaborasi hasil pemeriksaan laboratorium
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 4. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan
Activity therapy
6. Monitor respon fisik, sosial, emosi dan spiritual
7. Bantu klien mengembangan motivasi diri dan
penguatan
8. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu klien memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosial
17
Kasus
Anak laki laki berusia 8 tahun bersama ibunya datang ke poli anak dengan keluhan demam. Klien mengatakan tidak
nafsu makan sejak 1 minggu yang lalu. Anak tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sehingga hanya istirahat atau
tiduran ditempat tidur saja karena badan terasa lemas. Klien tampak pucat, konjungtiva anemis, perut cembung dan teraba
pembesaran pada hepar dan lien, kulit tampak kehitaman dan kering. Terdapat pemeriksaan hasil tanda – tanda vital klien
N : 90x/menit, S : 380 C, RR= 20x/mnt. Dari hasil pemeriksaan penunjang Hb ; 6 gr/dL. Anak tersebut di diagnosa
Thalasemia Mayor.
Analisa Data
Hari/ Data Etiologi Masalah Paraf
Tanggal
Senin,11 DS : Asupan nutrisi kurang Ketidakseimbangan AA
November - Klien mengatakan nutrisi kurang dari
2019 tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
sejak 1 minggu
- Klien lemas Pucat,lemas,konjungtiva
anemis
DO:
- Klien tampak
pucat
- Konjungtiva Ketidakseimbangan nutrisi
anemis kurang dari kebutuhan
- Hb 6 gr/dl tubuh
Hipertermi
Intoleransi aktivitas
Hemosiderosis
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang d.d klien mengatakan tidak nafsu
makan sejak 1 minggu, klien lemas, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, Hb 6 gr/dl
2. Hipertermi b.d penyakit d.d ibu klien mengatakan bahwa anak demam, suhu 38C
3. Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen d.d anak tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga hanya tiduran ditempat tidur karena lemas.
4. Resiko kerusakan integritas kulit d.d kulit tampak kering dan kehitaman
20
Intervensi Keperawatan
2. Hipertermi b.d penyakit Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu dan tanda-tanda AA
d.d ibu klien mengatakan keperawatan 2x 24 jam vital lainnya
bahwa anak demam, suhu hipertermi dapat teratasi dengan 2. Fasilitasi istirahat, terapkan
38C kriteria hasil : pembetasan aktivitas: jika di
perlukan
1. Peningkatan suhu tubuh 3. Ajarkan keluarga tanda dan
ditingkatkan ke skala 5 gejala komplikasi penyakit
(tidak ada) serta pencegahannya
2. Demam ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)
3. Strategi untuk mencegah
komplikasi ditingkatkan ke
skala 4 (pengetahuan banyak)
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan klien untuk AA
tidak seimbangnya keperawatan 2x24 jam melakukan tugas atau aktivitas
kebutuhan dan suplai diharapkan klien dapat sehari-hari normal
oksigen d.d anak tidak beraktivitas dengan normal 2. Catat laporan kelemahan,
dapat melakukan aktivitas dengan kriteria hasil : keletihan dan
sehari-hari sehingga hanya kesulitan dalam
tiduran ditempat tidur 1. Penurunan energi menyelesaikan tugas
karena lemas. ditingkatkan ke skala 5 3. Dorong pengungkapan klien
(tidak ada) tentang adanya kelemahan
2. Gangguan dengan fisik
aktivitas sehari-hari 4. Monitor intake nutrisi untuk
ditingkatkan ke skala 5 meyakinkan sumber energy
(tidak ada) yang cukup
5. Konsulkan dengan ahli gizi
22
Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Hari/Jam/ Implementasi Evalusi Formatif Paraf
Tanggal
1. Ketidakseimbangan nutrisi Senin,11 1. Mendorong - klien AA
kurang dari kebutuhan November 2019 klien untuk mangungkapkan
tubuh b.d asupan diet kirang 09.00 mendiskusikan apa jenis
d.d klien mengatakan tidak makanan yang makanan yang
nafsu makan sejak seminggu, disukai disukai
klien lemas, klien tampak 9.05 bersama - klien bersedia
pucat, konjungtiva anemis, Hb dengan ahli gizi dan kooperatif
6 gr/dl 2. Memonitor - klien bersedia
09.10 intake atau dan kooperatif
23
Evaluasi Keperawatan
No. Hari/Tanggal/Jam Diagonosa Evaluasi Sumatif Paraf
Keperawatan
3. Rabu, 13 November Intoleransi aktivitas S : Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi AA
2019 b.d tidak O:-
seimbangnya
11: 00 kebutuhan dan suplai A : Masalah teratasi
oksigen d.d anak P : Intervensi dihenikan
tidak dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga
hanya tiduran
ditempat tidur karena
lemas.
BAB 3. PATHWAYS
29
Metode
Ceramah dan Diskusi
Media
Leaflet
30
4. Pengobatan dan
Cara mencegahan terjadinya
thalassemia
Kriteri evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Penyuluh sudah siap sebelum kegiatan penyuluhan
b. Alat dan tempat siap sebelum kegiatan penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Alat dan rempat bisa digunakan sesuai rencana
b. Peserta bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan
3. Evaluasi hasil
a. Metode evaluasi : diskusi dan tanya jawab
b. Jenis pertanyaan : lisan
c. Jumlah soal : 3 soal, seperti :
1) Apa yang dimaksud dengan thalassemia ?
31
Lampiran: Materi
A. Pengertian thalassemia
Pengertian thalasemia secara medis adalah penyakit kelainan darah yang
ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek
dari sel darah normal (normalnya 120 hari). Hal ini diakibatkan karena
ketidakseimbangan pembuatan dan produksi salah satu dari ke 4 rantai asam amino
yang berfungsi membentuk hemoglobin (HB).
• Tahu 1 potong
• Sawi, kacang panjang 1-2 porsi (0,5 cup)/hari
• Ikan pusu tanpa kepala dan tulang
• Bawang, gandum jumlah sedang
o Vitamin C 200 mg setiap hari, meningkatkan ekskresi besi yang dihasilkan oleh
Desferioksamin.
o Terapi endokrin
o Transplantsi sumsum tulang
b) Pencegahan
Thallassemia merupakan penyakit darah bawaan yang sebenarnya dapat
dicegah dengan menghindari memilih pasangan hidup yang membawa gen
thalassemia tersebut. Salah satunya dengan mewajibkan skrining thalassemia bagi
pasangan yang akan menikah meliputi CBC (complete blood count), analisis Hb
dan pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Dengan melakukan skrining pasangan
pembawa gen tersebut bisa mengukur tanggung jawab apa yang harus dilakukan
jika hal tersebut terjadi pada keturunannya. Jika masing-masing pasangan memiliki
bawaan gen juga bisa memutuskan apakah akan memiliki anak atau tidak. Penyakit
yang juga dikenal sebagai penyakit kelainan darah ini memang penyakit yang dapat
merenggut hidup seseorang, bahkan ketika masih dalam kandungan sekalipun.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus
bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum
menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita
thalassemia ini. Untuk itu disarankan kepada setiap pasangan yang akan menikah
untuk melakukan pemeriksaan dan konseling genetik sebelum menikah untuk
mengetahui anaknya kemungkinan terlahir thalassemia atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Wiwanitkit, V., 2007. Anemia and Leprosy. In Tropical anemia. Nova Publisher, pp.
69–70
36
Pengobatan standar
untuk thalassemia
Transfusi darah
PERAWATAN LAIN
Transfusi sel darah merah
adalah pengobatan utama
BLOOD AND MARROW STEM CELL
untuk orang yang memiliki TRANSPLANT
thalassemia sedang atau
berat. Perawatan ini dapat
meningkatkan jumlah sel TRANSPLANTASI DARAH DAN SEL INDUK
THALASEMIA
darah merah yang sehat SUMSUM DILAKUKAN UNTUK
dengan hemoglobin yang MENGGANTI SEL-SEL INDUK YANG
RUSAK DENGAN YANG SEHAT DARI
normal. PENDONOR. SEL INDUK ADALAH SEL-SEL
DI DALAM SUMSUM TULANG YANG
IRON CHELATION BERPERAN DALAM PRODUKSI SEL-SEL
THERAPY DARAH MERAH DAN JENIS-JENIS SEL
DARAH LAINNYA.
Hemoglobin dalam sel
darah merah merupakan
PENGOBATAN DI MASA MENDATANG
protein yang kaya zat besi.
Melalui tranfusi secara
teratur, zat besi dalam PARA PENELITI TERUS
darah akan menumpuk MENGEMBANGKAN PENGOBATAN BARU
pada organ-organ tertentu, UNTUK THALASSEMIA. MUNGKIN DI
seperti hati, jantung, dan MASA YANG AKAN DATANG, ADA
TERAPI UNTUK MENYISIPKAN GEN
organ tubuh lain. Kondisi HEMOGLOBIN NORMAL MENJADI SEL
ini disebut kelebihan zat INDUK DALAM SUMSUM TULANG.
besi atau iron overload. TERAPI INI MEMUNGKINKAN TUBUH Oleh:
PASIEN THALASSEMIA MEMBUAT SEL-
SEL DARAH MERAH DAN HEMOGLOBIN
Yulia Aisyah Nuribu 152310101033
SUPLEMEN ASAM
FOLAT
SENDIRI. Putu Annesia Warsito 172310101180
Asam folat merupakan MENGOBATI KOMPLIKASI
Anis Widyawati 172310101204
vitamin B yang membantu
membangun sel-sel darah PENGOBATAN TERKINI MEMUNGKINKAN
merah yang sehat. Dokter PASIEN THLAMESIA SEDANG DAN BERAT
mungkinmerekomendasika UNTUK HIDUP LEBIH LAMA. NAMUN
n suplemen asam folat di MEREKA HARUS MENGHADAPI
samping pengobatan KOMPLIKASI YANG MUNKIN TERJADI PROGRAM STUDI SARJANA
transfusi darah dan/atau DARI WAKTU KE WAKTU.
terapi khelasi zat besi. KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
37