MAKALAH
LATIHAN KEPEMIMPINAN-2
Dewan Eksekutif Mahasiswa KM-ITL Trisakti
Periode 2020-2021
Oleh:
Gilbert Daud Sitio
180505031092
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak berakhirnya masa orde baru, Indonesia memasuki era reformasi yang
ditandai dengan adanya keterbukaan serta kebebasan dalam berbagai aspek
kehidupan. Sekarang ini, masyarakat Indonesia dapat merasakan kebebasan dalam
menyampaikan pendapat tanpa diiringi rasa takut.
1.2. Tujuan
Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas maka diperoleh tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kebijakan peraturan undang undang yang mengatur
jalannya aski demonstrasi
2. Untuk mencari solusi bagi instansi terkait dalam penjagaan keamanan
dalam aksi Demonstrasi
1.3. Manfaat
Berdasarkan hasil uraian pada latar belakang dan tujuanm, maka diperoleh
manfaat sebagai berikut:
1. Masukan kepada instansi atau kelembagaan dalam melakukan
penjagaan keamanan pada saat aksi Demonstrasi
2. Sebagai bahan diskusi yang bersifat objektif dan empiris.
3. Sebagai salah satu persyaratan mengikuti Latihan Kepemimpinan-2
Dewan Eksekutif Mahasiswa KM-ITL Trisakti Periode 2020-2021.
BAB 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Isi dan Pembahasan
A. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hak untuk menyatakan
pendapat, sebagai bagian dari hak asasi manusia, diatur secara khusus melalui Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Di
tengah kontestasi dan polarisasi politik yang tengah terjadi, demonstrasi pun semakin marak
terjadi. Hal ini turut menjadikan netralitas dan profesionalitas aparat kepolisian mendapatkan
sorotan yang tajam dari berbagai kalangan masyarakat. Pembatasan kebebasan berpendapat di
muka umum telah menimbulkan citra buruk bagi aparat kepolisian di mata masyarakat, akibat
berbagai tindakan represif dan tidak terukurnya penggunaan diskresi yang kerap kali terjadi.
Oleh karena itu, melalui metode yuridis normatif, tulisan ini akan menelisik bagaimana
sejatinya negara menjamin akses dan keamanan atas seluruh bentuk penyampaian aspirasi
masyarakat, termasuk dalam hal kebebasan memberikan pendapat di muka umum, serta
menganalisis bagaimana seharusnya wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap
penanganan unjuk rasa dilaksanakan. Kata Kunci: hak asasi manusia, kebebasan berpendapat,
unjuk rasa, tindakan represif, aparat kepolisian. Abstract Indonesia is a country that upholds
human rights. The right to express an opinion, as part of human rights, is specifically regulated
through Law Number 9 of 1998 concerning Freedom of Expression in Public. In the midst of
the ongoing political contestation and polarization, demonstrations were increasingly rife. This
has helped to bring the neutrality and professionalism of the police to a sharp spotlight from
various sections of the community. Restrictions on freedom of speech in public has created a
bad image for the police in the eyes of the community, due to various repressive actions and
unmeasurable use of discretion that often occurs. Therefore, through normative juridical
methods, this paper will examine how the state truly guarantees access and security for all forms
of public aspirations, including in terms of freedom of expression in public, as well as analyzing
how the authority of the National Police of the Republic of Indonesia towards handling
demonstrations implemented. Keywords: human rights, freedom of speech, demonstration,
repressive action, police officer.
B. Stigma yang muncul terkait demonstrasi berupa amarah massa yang disalahartikan
sebagai mengejar keributan semata, padahal hal tersebut timbul dari suara rakyat
yang tak kunjung didengar dan penolakkan pihak berwenang untuk memberikan
audiensi. Salah satu alasan demo berujung ricuh adalah reaksi aparat yang
terprovokasi sehingga melakukan tindakan represif.
Peraturan terkait penanganan demonstrasi diatur di dalam Peraturan
Kapolri No. 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa atau disebut
sebagai "Protap Dalmas" yang menerangkan bahwa tak peduli situasinya, tindakan
represif aparat polisi tidak tidaklah dapat dibenarkan dan menyalahi norma serta
peraturan hukum yang berlaku. Pasal 7 ayat (1) Protap Dalmas memuat larangan
bagi anggota satuan dalmas untuk melakukan tindakan kekerasan yang tidak
sesuai dengan protokol, yaitu bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa;
melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan prosedur; membawa
peralatan di luar peralatan dalmas; membawa senjata tajam dan peluru tajam;
keluar dari ikatan satuan/formasi dan melakukan pengejaran massa secara
perseorangan; mundur membelakangi massa pengunjuk rasa; mengucapkan kata-
kata kotor, pelecehan seksual/perbuatan asusila, memaki-maki pengunjuk rasa;
melakukan perbuatan lainnya yang melanggar peraturan perundang-undangan.
BAB 3
SIMPULAN
3.1. Simpulan
Demonstrasi merupakan salah satu cara yang efektif sebagai media
penyampaian aspirasi serta penggertak pemerintah akan kebijakan yang tidak adil.
Apapun yang terjadi, pada penghujung hari, kami hanya rakyat biasa yang
suaranya ingin didengar. Kami hanya mengharapkan untuk mendapat audiensi,
bukannya dipentung pakai besi.
Aksi demonstrasi juga merupakan kontrol rakyat terhadap kinerja pemerintah
untuk negara. Demonstrasi merupakan sarana yang efektif untuk menyampaikan
aspirasi dari masyarakat yang suaranya belum terwakilkan di pemerintahan.
Keberadaan gerakan ini harus dipandang sebagai sesuatu yang positif karena
pemerintah mendapat pandangan dan aspirasi yang baru sehingga pembangunan
dapat dijalankan dengan lebih efektif dan dapat memuaskan seluruh golongan.
Dalam menghadapi sebuah demonstrasi, seharusnya pihak kepolisian dapat
bertindak dengan kepala dingin. Sebab, bagaimanapun juga polisi merupakan law
enforcer sehingga seharusnya mereka mengetahui bagaimana hukum bekerja.
Namun pada kenyataannya, banyak oknum polisi yang bertindak menyeleweng
dari hukum yang berlaku.
Pemerintah sebagai kekuasaan yang berwenang seyogyanya dapat melakukan
sebuah pengawasan yang lebih maju terhadap pihak kepolisian. Terdapat hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi situasi ini, seperti merevisi peraturan atau