Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :
Tifani Mutiara Edisti
197052587

DOSEN PENGAMPU:
Dr.M.Alipatan , S.H.,M.Pd
Program Studi Diploma IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Vokasi

2019
UAS PANCASILA DAN ANTI KORUPSI
D4K3

3. Bung Karno mempertanyakan “apa yang diinginkan negara? (what to be want?)”, oleh
Bung Hatta dijawab “aku ingin membawa negara, agar semua orang yang di dalamnya
bahagia”,Untuk apa membangun Negara (what do you want ) Kemudian disimpulkan “Tidak
ada Bahagia tanpa Kemerdekaan, Tidak ada Kemerdekaan tanpa Konstitusi, Tidak ada
Konstitusi tanpa Moral”, maka disusunlah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi dan
moral Pancasila untuk menuju bahagia dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 2: “Dan
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
BERBAHAGIA dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN
MAKMUR"
Pertanyaan:
A.Uraikan apa yang ditegaskan Pembukaan UUD 1945, alenia pertama, kedua, ketiga,
keempat?

Jawaban:

1.)Alinea I memuat dasar/motivasi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya (secara


obyektif) dinyatakan bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia ini tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikedilan. Untuk itu (secara subyektif) bangsa Indonesia memiliki
aspirasi untuk membebaskan diri dari penjajahan itu guna membangun masa depan bersama
yang lebih baik.
2.)Alinea II memuat cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan kemerdekaan
Indonesia itu berarti perjuangan pergerakan kemerdekaan telah sampai pada saat yang
berbahagia. Pernyataan kemerdekaan itu sendiri barulah awal dari proses pembangunan
bangsa ini menuju kepada negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3.)Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di situ ditegaskan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia itu selain upaya manusia, juga tidak terlepas dari berkat rahmat
Allah Yang Mahakuasa. Dengan demikian tampak jelas ada keseimbangan antara motivasi
material dan spiritual dari pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia itu. Keseimbangan ini
pula yang selalu eksis dalam pernjuangan mengisi kemerdekaan berupa pembangunan nasional
sebagai pengalaman Pancasila.

2. KPK telah melakukan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman/


Memorandum of Understanding (MoU) dengan 82 (delapan puluh dua)
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia.
Pertanyaan:

a. Bagaimana konsulidasi gerakan anti korupsi berbasis akademis


b. Bagaimana gerakan structural dan cultural mahasiswa untuk
mencegah terjadinya korupsi

c. Bagaimana tantangan dan harapan perguruan tinggi dalam


pemberantasan korupsi.

Jawaban

a. Korupsi yang telah terjadi secara meluas, sistemik, dan kolutif telah merugikan keuangan
Negara, perekonomian nasional, dan menghambat pembangunan nasional, sehingga dalam
upaya pemberantasan korupsi yang efektif dan efisien diperlukan kerja sama erat antara
seluruh elemen masyarakat.
KPK sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun
2002 dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK sangat membutuhkan
kerja sama dan bantuan institusi lain maupun bantuan dari berbagai pihak. Sesuai UU No. 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:
"Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat
dan memperlakukan institusi yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif sehingga
pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, khususnya pada
penyelenggara lembaga nasional."
Peran lembaga pendidikan atau dunia universitas sangat strategis dalam upaya percepatan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Sejak berdirinya 11 tahun yang lalu, KPK telah
melakukan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding
(MoU) dengan 82 (delapan puluh dua) Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia.
Sebagai salah satu implementasi kerjasama, diantaranya melalui peran aktif 34 Perguruan
Tinggi dalam kegiatan perekaman persidangan tipikor dalam rangka pengawasan dan
mendorong transparansi peradilan di 33 Propinsi di Indonesia. Selain itu, beberapa Fakultas
Hukum di Indonesia telah melakukan kajian terkait tindak pidana korupsi maupun
eksaminasi/bedah kasus terhadap putusan peradilan dan secara mandiri membangun Pusat
Studi yang mengusung isu fokus anti Korupsi.
Selain itu, kerjasama KPK - Perguruan Tinggi dalam bidang pencegahan korupsi antara lain
melalui Pendidikan Anti-korupsi/kurikulum anti-korupsi, penelitian, sosialisasi dan partner
kampanye antikorupsi. Sedangkan dalam bidang Penindakan, kerjasama dengan perguruan
tinggi dalam hal pemberian keterangan ahli di persidangan dan narasumber dalam hal pelatihan
Penyelidik/Penyidik/Penuntut Umum.
Berbagai kegiatan pencegahan korupsi juga secara aktif dilakukan oleh Perguruan Tinggi,
misalnya kampanye, sosialisasi, pendidikan anti korupsi dan kegiatan lainnnya yang terus
menerus menginisiasi, mendorong, meningkatkan gerakan anti Korupsi yang lebih masif.
Perguruan Tinggi sebagai mitra strategis dalam pemberantasan korupsi juga melaksanakan
kegiatan mengkonsolidasikan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama untuk
bersama memerangi Korupsi. Pada tahun 2005, Badan Kerjasama (BKS) Fakultas Hukum
Perguruan Tinggi Negeri Se-Indonesia menyelenggarakan Anti-Corruption Summit (ACS) di
Universitas Gajah Mada yang didedikasikan sebagai sarana inisiasi peran kampus dalam agenda
pemberantasan korupsi. Salah satu rekomendasi penting sebagai hasil dari forum ini adalah
mendorong kampus untuk mendirikan pusat kajian yang berfokus pada isu anti Korupsi dan
mengembangkan model-model pendidikan anti korupsi di Perguruan Tinggi.
Dalam rentang waktu 2005 hingga sekarang, telah berdiri beberapa pusat Kajian di berbagai
Universitas baik di tingkatan Universitas maupun Fakultas hukum, namun sampai saat ini belum
ada pertemuan lanjutan dari ACS tahun 2005. Pertemuan ini sangat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi peran yang sudah dilakukan kampus peserta ACS maupun kampus-kampus lain
di Indonesia, sekaligus menjajaki sinergitas dan peningkatan potensi kerjasama antar pusat
Kajian tersebut. Dengan diadakannya pertemuan tesebut, maka diharapkan terjadinya
konsolidasi upaya pemberantasan Korupsi berbasis kampus.
Berbagai fakta menunjukkan betapa signifikan kontribusi yang diberikan kampus dalam
mengawal amanat reformasi selama ini. Dan dengan sumber daya manusia yang dimiliki,
diyakini kampus tidak hanya mampu merumuskan problem korupsi yang menjadi masalah
bangsa selama ini, namun juga mampu memberikan alternatif solusi guna percepatan
pemberantasan beserta strategi intervensinya.
b. 1. Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan melibatkan massa
dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna “struktural” diartikan sebagai satu
komponen di dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi tertentu.
Jadi, gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi atau reaksi
terhadap isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai lembaga yang berwenang
dalam penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah:
1) memberikan pernyataan sikap pemuda, 2)
memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait, 3)
menampilkan propaganda dan pencerdasan kepada publik, dan 4)
menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat perlawanan terhadap korupsi.
Salah satu bentuk dari gerakan struktural ini adalah aksi dan unjuk rasa terkait kasus korupsi
tertentu.

2. Gerakan Kultural
Gerakan kultural bertujuan untuk:
1) memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk nyata anti-korupsi di dalam
kemahasiswaan, 2)
menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini, dan 3)
membentuk karakter generasi anti-korupsi. Berbeda dengan sebelumnya, gerakan kultural ini
cenderung bersifat aktif, sehingga gerakan yang dilakukan tidak bergantung terhadap isu yang
ada. Beberapa model gerakan yang dapat dilakukan pada klasifikasi kultural diantaranya:
• Propaganda Integritas Akademik
Salah satu bentuk kecil korupsi adalah kecurangan akademik. Untuk itu, sebagai pemupukan
budaya anti-korupsi, perlu ditingkatkan propaganda integritas akademik bagi mahasiswa. Upaya
ini adalah untuk mencegah bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-
kecurangan kecil yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas akademik di kemahasiswaan.
• Pemahaman Korupsi dalam Pemerintahan Mahasiswa (Student governance)
Dalam hal ini, mahasiswa diberikan pemahaman tentang definisi korupsi secara luas dan
bagaimana cara pencegahannya. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh bentuk korupsi di dalam
organisasi kemahasiswaan sebagai satu upaya pemupukan kesadaran untuk tidak melakukan
tindakan korupsi dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan pemahaman yang ada tentang
jenis korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi kemahasiswaan, diharapkan
penyelenggaraan kelembagaan yang bersih dari korupsi mulai dipraktikkan oleh mahasiswa
sejak dini.
• Propaganda Anti-Korupsi Mahasiswa
Propaganda anti-korupsi mahasiswa diterapkan dengan memberikan aksentuasi pada peran
mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan. Bahwa sebagai generasi penerus yang
mengharapkan kondisi negara yang bersih, maka mahasiswa harus mampu menjaga kebersihan
perilakunya dari tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran sebagai generasi
penerus serta menumbuhkan mental anti-korupsi secara permanen.
Mekanisme pembudayaan yaitu dengan cara pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-
ajang yang melibatkan mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran utama dari gerakan
ini adalah timbulnya kesadaran untuk mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku
kuliah hingga bangku pemerintahan.

c. - Riset Aplikatif Sangat sedikit riset tentang penyebab korupsi di Indonesia dari disiplin ilmu
selain hukum. Akibatnya pencegahan kurang efektif karena tidak diketahui pasti penyebabnya.
Riset Manajemen. faktor penyebab korupsi di Kementerian/Lembaga Swasta,BUMN/D Riset
Sosiologi. Apakah gratifikasi merupakan cerminan budaya upeti? Riset Ekonomi. Nilai kerusakan
ekonomi dari korupsi pada tingkat kebijakan hingga petty corruption seperti pungli. Corruption
is grease to the bureaucracy ? Apa benar gaji merupakan satu-satu faktor pendorong korupsi di
PNS?
- Aplikasi Keilmuan Perguruan Tinggi seharusnya menjadi mitra terbaik untuk 512
kabupaten/kota, 34 Propinsi Sangat sedikit kontribusi Perguruan Tinggi terhadap Pemerintah
Daerah dalam rangka pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik.
Contoh: Kontribusi Fakultas Teknik membantu Pemda dalam
membangun sistem IT, Perencanaan Wilayah. Kontribusi Fakultas Ekonomi Bisnis dalam sistem
akuntansi daerah, BUMD. Statistik dalam pembangunan indikator, survey dll.
- Dana Desa Kuliah Kerja Nyata, Program Magang. Kontribusi mahasiswa sangat diharapkan
untuk mendukung program Dana Desa. Perencanaan Kegiatan, Pelaksanaan serta
Pertanggungjawaban di seluruh 74 ribu lebih desa se Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai