Anda di halaman 1dari 18

JURNAL

INTERMEDIATE TRAINING ( LK II ) HIMPUNAN MAHASISWA


ISLAM CABANG SURABAYA
KORKOM UNIVERSITAS NEGRI SURABAYA
2020

“STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI ERA


DIGITAL”

Oleh
MUH. ROYAN PURNAMA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI )


KOMISARIAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( UHO ) CABANGKENDARI
PEMBERDAYAAN EKONOMI KREATIF DAN UMKM DI MASA
PANDEMI MELALUI DIGITALISASI

abstract
Penelitian ini mengkaji tentang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Dan UMKM
Di Masa Pandemi Melalui Digitalisasi, dengan isu hukum yang dibahas adalah
langkah yang bisa dilakukan para pelaku usaha dalam optimalisasi Ekonomi
Kreatif dan UMKM. Metode yang digunakan adalah metode penelitian yuridis
normatif, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum dengan menggunakan
data sekunder. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode
kualitatif dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen.
Hasil penelitian ini adalah Upaya digitalisasi bagi pelaku usaha Ekonomi
kreatif dan UMKM dapat ditempuh dengan digitalisasi hukum dan digitalisasi
ekonomi. Digitalisasi hukum dengan cara pendirian dan pendaftaran badan
usaha, pendaftaran Hak atas Kekayaan Intelektual secara online, dan
pendaftaran izin usaha secara online. Sedangkan digitalisasi ekonomi dapat
ditempuh dengan cara mengikuti pelatihan online, melakukan pemasaran
secara online di media sosial dan marketplace, perolehan kiat-kiat sukses
berusaha di website resmi pemerintah dan media digital. Saran dalam
penelitian ini Pemerintah melakukan pembinaan dan sosialisasi secara
menyeluruh kepada masyarakat luas sampai penjuru desa tentang kemudahan
berusaha bagi pelaku usaha Ekonomi Kreatif dan UMKM, pelaku usaha
Ekonomi Kreatif dan UMKM senantiasa aktif dalam program- program
pemerintah untuk mendukung peningkatan pendapatan bagi UMKM, dan
pelaku usaha Ekonomi Kreatif dan UMKM segera beralih media secara
konsisten ke digital baik melalui media sosial atau website untuk optimalisasi
fasilitas dan perkembangan zaman. Dengan demikian Indeks Kesalehan Sosial
Masyarakat Kabupaten Madiun merupakan rerata dari ketiga variabel
yaitu: Ṝ = (V1 + V2 + V3)/3 = (62,75 + 61,83 + 60,42)/3 =185,00 / 3 = 61,67
% (0,6157) adalah BAIK
Kata kunci: Digitalisasi; Ekonomi Kreatif; Usaha Mikro Kecil dan
Menengah; Covid-19

Dunia bisnis adalah salah satu bidang kehidupan manusia yang


perubahannya sangat cepat dan dinamis. Jika dahulu kala kegiatan bisnis
dilakukan dari pintu ke pintu, orang berjualan di pasar, membuka lapak di
toko, menawarkan secara tatap muka, atau cara konvensional lain. Meskipun
cara-cara tersebut masih dipergunakan oleh masyarakat pada umumnya namun
zaman telah berubah seiring keberadaan era industri 4.0 dan era society 5.0
maka segala aspek kehidupan juga harus mengikutinya tanpa kecuali dunia
bisnis. Bisnis dan manusia tidak bisa dilepaskan dari kodrat manusia karena
manusia merupakan makhluk ekonomi disamping juga sebagai makhluk
Langkah-langkah Pemerintah dalam meningkatkan kemudahan berusaha
(easy of doing bussiness) di Indonesia tampaknya mengalami hambatan. Hal
itu dikarenakan di semester awal

tahun 2020, Indonesia dan dunia dilanda musibah Pandemi Covid-19 yang
bermula menyerang negara China di Kota Wuhan. Covid-19 tersebut
berdampak pada tiga bidang kehidupan yaitu kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi. Banyak pelaku bisnis yang gulung tikar, tidak memenuhi target
usahanya, dan daya beli masyarakat menurun.
Indonesia merajai sektor E-Commerce di ASEAN untuk pertama kalinya.
(Aliffianti Safiria Ayu Ditta, 2020) Pertumbuhan penduduk Indonesia dibarengi
dengan pertumbuhan e-commerce juga. Bahkan Indonesia mengalahkan
negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand dalam hal
perkembangan e-commerce dengan nilai transaksi 1,1 miliar US$ pada 2014.
Kondisi ini harus dimaknai dengan dua sikap yaitu hal ini merupakan prestasi
bagi masyarakat Indonesia dan menjadi tantangan bagi Pemerintah agar terus
mengembangkan sektor e-commerce.
Internet merupakan kebutuhan pokok di era mileneal seperti sekarang ini.
Tidak ada satu pekerjaan yang tidak membutuhkan internet. Internet
memudahkan segala aspek kehidupan mulai dari pendidikan hiburan, informasi,
pelayan publik, pengetahuan, iklan, investasi, interaksi atau komunikasi, serta
bisnis dan berjualan. Internet juga dapat dinikmati semua kalangan meski harus
mengorbankan pulsa atau kuota. Adanya internet inilah diharapkan menjadi
instrumen pendukung dan penguat para pelaku ekonomi kreatif dan UMKM
dalam mengembangkan bisnis dan memasarkan jualannya.
Banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar karena tidak bisa
mengikuti perkembangan zaman. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya:
Kodak, Toys R Us, Nokia, Disc Tarra, Payless, Myspace, Pebble. Gugurnya
perusahan dalam persaingan bisnis salah satunya disebabkan tidak memperluas
pasarnya di dunia maya. Hal ini senada seperti pesan populer oleh Jack Ma,
salah satu orang terkaya di dunia dari Tiongkok yang berpesan hanya
bisnis yang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang dapat
bertahan sampai kapanpun.
Kegiatan bisnis di Indonesia sebagian besar didominasi oleh masyarakat
melalui bingkai Ekonomi Kreatif (selanjutnya disebut Ekraf) dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengan (selanjutnya disebut UMKM). Pemilihan bingkai ini
karena konsepnya yang sederhana dan terjangkau khususnya bagi masyarakat
menengah ke bawah. Meskipun demikian, para pelaku Ekraf dan UMKM juga
harus mengikuti perkembangan zaman agar tidak kalah dengan perusahaan
besar dan mampu bersaing di pasar secara ketat dan kompetitif. Untuk itulah
mereka harus menyesuaikan dengan keberadaan digital menggunakan media
internet dan dunia maya atau digital. Pemberdayaan masyarakat melalui iptek
digitalisasi UMKM Desa menjadi sangat penting dilakukan dalam era informasi
sekarang ini(As’ad Sonief et al., 2019).
Dengan semakin banyaknya usaha kecil dan menengah yang terlibat
dalam ekonomi digital melalui broadband, e-commerce, media sosial, cloud,
dan mobile platforms, UKM dapat bertumbuh lebih cepat dari segi pendapatan
dan penyediaan lapangan kerja, serta menjadi lebih inovatif dan lebih kompetitif
untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (Prabowo, 2018).

Digitalisasi bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi atau


bisnis saja. Digitalisasi harus diproteksi dengan instrumen lainnya agar
pelaksanaan bisnis para pelakunya sesuai harapan dengan mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dan meminimalisir adanya resiko yaitu kerugian
baik materiil atau immateriil. Digitalisasi ini merupakan sarana yang telah
difasilitasi oleh Negara melalui pengesahan beberapa Peraturan Perundang-
Undangan.
Pelaku bisnis mulai menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi
untuk menjalankan maupun menunjang kegiatan bisnis mereka. Pergerakan dan
perubahan cara berbisnis yang kian cepat ke arah digitalisasi ini memaksa
pelaku bisnis untuk beradaptasi mengikuti perubahan tersebut. Bagi perusahaan
besar, perubahan pola bisnis yang mengarah pada proses digitalisasi ini tidak
terlalu mengalami kendala dikarenakan dengan karakteristik perusahaan besar
yang memiliki sumber daya yang cukup baik. Namun, bagi UMKM proses
digitalisasi ini akan membutuhkan banyak persiapan (Idah & Pinilih, 2020).
Permasalahan bagi Ekraf dan UMKM sangat banyak diantaranya
kurangnya pengetahuan terhadap pendirian UMKM, tidak dimiliknya izin,
masalah sengketa Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI), dan juga masalah yang
paling pokok adalah strategi pemasaran melalui digital. Salah satu sengketa
dibidang HKI dapat dilihat dari kasus ayam geprek bensu. Kasus ini melibatkan
artis Ruben Onsu dengan pemilik ayam geprek I Am Geprek Bensu yaitu Benny
Sujono.
Dari pemaparan tersebut diatas, perlu ada kajian komprehensif tentang
Pemberdayaan ekonomi kreatif dan UMKM di masa pandemi melalui
digitalisasi yang ditinjau dari perspektif yurids dan perspektif ekonomi. Adapun
isu hukum yang dikaji para penulis yaitu langkah yang bisa dilakukan para
pelaku usaha dalam optimalisasi Ekonomi Kreatif dan UMKM.

METODE
Bentuk penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu dengan menelaah
norma hukum tertulis langsung dengan pokok permasalahan yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu data sekunder yang tidak diperoleh langsung dari lapangan melainkan
melalui proses mencari bahan-bahan kepustakaan, dan berupa bahan hukum
sekunder berupa teori-teori yang diambil dari berbagai karya pustaka, UUD
Negara Republik Indonesia 1945 serta Peraturan Perundang-Undangan yang
terkait dengan isu hukum yang dikaji.
Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dan
teori serta Peraturan Perundang-Undangan yang ada. Metode analisis data yang
digunakan dalam mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
metode kualitatif karena pengolahan data tidak dilakukan dengan mengukur
data sekunder terkait, tetapi menganalisis secara deskriptif data tersebut. Pada
pendekatan kualitatif, tata cara penelitian menghasilkan data deskriptif analitis.
Peneliti menggunakan Statute Approach dalam menganalisis isu hukum yang
dikaji dalam penulisan karya ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi pelaku usaha di bidang
ekonomi kreatif dan UMKM. Hal-hal tersebut yaitu pemilihan jenis lembaga
usaha, kepemilikan hak kekayaan intelektual, perolehan izin usaha, serta
promosi dan pemasaran produk yang akan dijual. Aspek digitalisasi bagi Ekraf
dan UMKM setidak-tidaknya terdapat dua kepentingan yaitu digitalisasi hukum
dan digitalisasi ekonomi.
Digitalisasi hukum dapat dilakukan oleh Ekraf dan UMKM dengan
menempuh perbuatan- perbuatan yang telah diakomodir oleh hukum. perbuatan
hukum ini dilakukan untuk mendapat pengakuan didepan hukum, perlindungan
hukum, dan kepastian kedudukan di depan hukum. Sementara itu, digitalisasi
ekonomi dilakukan Ekraf dan UMKM untuk menunjang kegiatan bisnisnya.
Motif ekonomi ini dapat dilakukan diantaranya dengan pemasaran, promosi,
pembukaan lapak produk, menjalin kerja sama dan kemitraan dengan pihak
lain, dan optimalisasi fasilitas digital yang telah ada.
Para pelaku usaha harus paham terlebih dahulu eksistensi ekonomi
kreatif dan UMKM dalam perspektif hukum. Hal ini bertujuan agar para
pelakunya mengetahui bentuk perlindungan hukum dan pengakuan negara
terhadap pelaksanan bisnisnya sehari-hari. Kegiatan ekonomi kreatif diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif
(selanjutnya disebut UU Ekraf). Keberadaan UMKM diatur didalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
(selanjutnya disebut UU UMKM). Selain itu, terhadap keduanya juga berlaku
peraturan perundang-undangan lain sebagaimana di dalam hierarki Pasal 7
Undang-Undang Nomor 12 ttahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan jo
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Menurut Pasal 1 angka 1 UU Ekraf, ekonomi kreatif merupakan
perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari
kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau
teknologi. Keberadaan UU Ekraf ini merupakan wujud kepedulian dan
tanggung jawab negara terhadap pengembangan ekosistem ekonomi kreatif,
mengurangi angka pengangguran, mengurangi ketergantungan kepada industri
atau perusahaan, dan memfasilitasi warisan budaya.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Ekraf, Pelaku Ekonomi
Kreatif adalah orang perseorangan atau kelompok orang warga negara
Indonesia atau badan usaha berbadan hukum atau bukan berbadan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan Ekonomi
Kreatif. Dari definisi ini nampak bahwa bingkai bisnis yang dapat menjadi
alternatif para pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif dan UMKM sangat
beraneka ragam dan luas. Para pelaku

usaha harus lihai dan kritis dalam menentukan pilihannya agar keuntungan yang
diraih bisa maksimal. Sebab, keuntungan merupakan tujuan manusiawi dalam
berbisnis dan berniaga.
Pengertian UMKM ada didalam UU UMKM yang membagi UMKM
menjadi tiga kelompok usaha yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah. Ketiga pengertian usaha ini ada didalam Pasal 1 angka 1, angka 2,
dan angka 3. Secara yuridis, UMKM adalah usaha produktif yang berbentuk
usaha orang perorangan atau badan usaha. Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria UU UMKM. Usaha Kecil adalah usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria UU UMKM. Usaha Menengah adalah
pengembangan usaha kecil dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur UU UMKM.
Kriteria UMKM dihitung berdasarkan kekayaan bersih namun tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Untuk usaha mikro memiliki
kekayaan bersih maksimal 50 juta, usaha kecil 50 juta sampai dengan 500
juta, dan usaha menengah 500 juta sampai dengan 10 milyar. Jadi pelaku usaha
UMKM memiliki kekayaan bersih maksimal 500 juta.
Indonesia sebagai Negara hukum memberikan berbagai bentuk jenis
lembaga bisnis bagi warga negara. Lembaga bisnis ini terbagi menjadi dua jenis
yaitu lembaga bisnis perorangan dan lembaga bisnis kelompok. Lembaga bisnis
perorangan dapat berupa Usaha Dagang, . Sedangkan lembaga bisnis kelompok
dibagi lagi menjadi badan usaha tidak berbadan hukum dan badan usaha
berbadan hukum.
Badan usaha tidak berbadan hukum yaitu diantaranya comanditaire
venootschap/CV (Persekutuan Komanditer), venootschap onder firma/Firma,
serta Maatschap/ MA (Persekutuan Perdata). Ketiga bentuk ini bisa menjadi
pilihan pelaku usaha Ekraf dan UMKM jika menghendaki untuk berbisnis
secara kelompok atau lebih dari satu orang. Ketiganya diatur didalam Wetboek
van Koophandel voor Indonesie / Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Sejak
disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Terintegrasi Secara Elektronik (selanjutnya disebut PP OSS), ketiga
badan usaha ini wajib untuk didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Sebelumnya, ketiga badan usaha ini juga wajib didaftarkan namun
pendaftarannya cukup sampai Pengadilan Negeri ditempat domisili usahanya.
Selanjutnya Badan usaha berbadan hukum yaitu diantaranya Perseroan
Terbatas (PT), Yayasan, Koperasi, Perkumpulan berbadan hukum, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Dari karakteristiknya, usaha Ekraf dan UMKM
tidak mungkin memilih BUMN atau BUMD karena modal dan kepemilikannya
keduanya mayoritas oleh Negara atau Daerah. Selain itu juga tidak bisa
memilih Yayasan karena sifat organisasi yayasan adalah non profit dengan
tujuan di bidang sosial,

keagamaan, dan kemanusiaan. Sehingga bagi masyarakat pelaku usaha Ekraf


dan UMKM hanya dapat memilih bentuk PT, Koperasi, Perkumpulan berbadan
hukum, dan BUMDes saja.
Pemilihan bentuk lembaga bisnis ini sangat penting karena akan
berpengaruh terhadap resiko hukum, tanggung jawab organ, modal, dan
perlindungan terhadap pihak ketiga. Jika pelaku bisnis memilih bentuk PT maka
pertanggungjawabannya hanya sampai dengan modal atau saham yang ia setor
ke perusahaan. Hal yang berbeda berlaku jika pelaku bisnis memilih CV,
MA, atau Firma maka yang bersangkutan akan bertanggung jawab sampai
harta pribadinya kecuali pesero komanditer di dalam CV.
Alternatif lembaga bisnis diatas harus didaftarkan oleh pendiri atau para
pendirinya ke Negara. Pada zaman sekarang, masyarakat dimudahkan dengan
teknologi karena pendaftaran dan pengurusan izin bisa dilakukan dengan
teknologi dan secara online. Pendaftaran pendirian lembaga bisnis diatas
dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut Ditjen AHU)
yaitu https://ahu.go.id dan OSS (online single submission). Pendaftaran
pendirian ini merupakan kewajiban bagi semua lembaga bisnis yang
diperintahkan oleh Undang-Undang terkait.
Usaha di bidang ekonomi kreatif dan UMKM dapat memilih salah satu
bagian dari kedua jenis lembaga bisnis diatas sepanjang didaftarkan dan
didirikan sesuai hukum yang berlaku. Pendirian PT, Koperasi, Perkumpulan
berbadan hukum harus dibuat di hadapan Notaris yang selanjutkan didaftarkan
untuk mendapatkan pengesahan status badan hukum melalui Sistem
Administrasi Badan Hukum (SABH) di website Ditjen AHU. Untuk pendirian
CV, Firma, dan MA pun juga demikian yaitu harus dilakukan di hadapan
Notaris yang selanjutkan didaftarkan untuk mendapatkan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) di website
Ditjen AHU.
Akta pendirian dan bukti pengesahan lembaga bisnis tersebut diatas
memiliki manfaat diantaranya ada pengakuan hukum terhadap keberadaan
bisnis pemiliknya, telah ada hitam diatas putih dalam pelaksanaan bisnis sehari-
hari. Adanya bukti tertulis diantara para pelaku bisnis, dan terpenuhinya syarat
publisitas dalam berbisnis. Selain itu dengan adanya dua hal tersebut akan
memudahkan pelaku Ekraf dan UMK dalam menjalin hubungan kemitraan
dengan pemerintah yang mayoritas mewajibkan mitra pemerintah untuk
mempunyai bentuk legal. Pelaku Ekraf dan UMKM juga lebih dimudahkan jika
menghendaki pinjaman atau kredit ke bank untuk mengembangkan usahanya.
Yang lebih menguntungkan yaitu jika pemilik bisnis akan mengembangkan
usaha dengan skema waralaba atau franchise.
Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kepemilikan HKI.
Kepemilikan HKI ini sangat penting karena HKI mempunyai nilai eksklusif
dan nilai ekonomi yang membedakan produk pelaku Ekraf dan UMKM dengan
yang lainnya. HKI akan menambah nilai jual dan posisi tawar (bargaining
position) dari suatu produk. HKI juga dapat mencegah terjadinya
pembajakan dan

pencurian kekayaan intelektual suatu produk. Terlebih, di era modern seperti


sekarang ini sangat mudah bagi seseorang untuk melakukan kejahatan di bidang
HKI sperti pembajakan, menghindari plagiarisme, penjiplakan, pencurian,
penggunaan oleh yang tidak berhak, dan tidak lain yang bersifat mencurangi
pemilik HKI. Tidak dapat dipungkiri, adanya HKI akan membuat suatu bisnis
memiliki imei dan brand tersendiri yang bisa saja menjadi ikon dari suatu
daerah tertentu.
Instrumen HKI yang berkaitan dengan usaha Ekraf dan UMKM ada
beberapa macam yaitu Merek, Paten, Rahasia Dagang, Desain Industri dan Hak
Cipta. Keempat HKI tersebut masing- masing tunduk terhadap ketentuan
didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri, dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Pendaftaran merek dapat dilakukan melalui website resmi


https://merek.dgip.go.id/daftar- online. Tarif merek untuk usaha mikro dan kecil
sangat terjangkau dengan besaran lima ratus ribu rupiah sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Dokumen yang perlu disiapkan adalah label
merek, tanda tangan pemilik merek, dan surat keterangan Usaha Mikro
Kecil.Untuk merek yang sudah terdaftar akan mendapat perlindungan dalam
jangka waktu sepuluh tahun dan dapat diperpanjang.
Pendaftaran paten dapat dilakukan melalui website resmi
https://paten.dgip.go.id/site/login. Tarif paten untuk usaha mikro dan kecil
sangat terjangkau dengan besaran tiga ratus lima puluh ribu rupiah sebagai
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dokumen yang perlu disiapkan lebih
banyak daripada merek yaitu Deskripsi Permohonan Paten dalam Bahasa
Indonesia, Klaim, Abstrak, Gambar Invensi (PDF) dan Gambar untuk Publikasi
(JPG), Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi oleh Inventor, Surat Pengalihan
Hak (jika inventor dan pemohon berbeda atau pemohon merupakan badan
hukum), Surat Kuasa (jika diajukan melalui konsultan), Surat Keterangan UMK
(jika pemohon merupakan usaha mikro atau usaha kecil), dan SK Akta
Pendirian (jika pemohon merupakan lembaga pendidikan atau litbang
pemerintah). Untuk Paten yang sudah terdaftar akan mendapat perlindungan
dalam jangka waktu sepuluh atau dua puluh tahun (dapat diperpanjang)
tergantung jenis paten yang didaftarkan.
Hal yang berbeda berlaku untuk rahasia dagang yang tidak didaftarkan
karena sifat yuridis rahasia dagang itu sendiri yang merupakan informasi yang
tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan bisnis. Namun untuk
pengalihan dan pencatatan perjanjian lisensi dikenakan tarif yaitu sebesar dua
ratus ribu dan seratus lima puluh ribu rupiah bagi usaha mikro dan kecil.
Pendaftaran desain industri dapat dilakukan melalui website resmi
https://merek.dgip.go.id/daftar-online. Tarif desain industri untuk usaha mikro
dan kecil sangat

terjangkau dengan besaran dua ratus lima puluh ribu rupiah atau lima ratus lima
puluh ribu rupiah (tergantung jenis permohonan) sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Dokumen yang perlu disiapkan adalah Gambar Desain
Industri, Uraian Desain Industri, Surat Pernyataan Kepemilikan Desain Industri,
Surat Kuasa (jika diajukan melalui konsultan), Surat Pernyataan Pengalihan
Hak (jika pemohon dan pendesain berbeda), Surat Keterangan UMK (jika
pemohon merupakan usaha mikro atau usaha kecil), dan SK Akta
Pendirian (jika pemohon merupakan lembaga pendidikan atau litbang
pemerintah). Untuk desain industri yang sudah terdaftar akan mendapat
perlindungan dalam jangka waktu sepuluh tahun dan dapat diperpanjang
Pendaftaran hak cipta dapat dilakukan melalui website resmi https://e-
hakcipta.dgip.go.id/index.php/register. Tarif hak cipta untuk usaha mikro dan
kecil sangat terjangkau dengan besaran dua ratus ratus ribu rupiah sedangkan
untuk program komputer sebesar tiga ratus ribu rupiah sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Untuk hak cipta yang sudah terdaftar akan
mendapat perlindungan dalam jangka waktu yang bervariatif tergantung jenis
hak cipta yangdidaftarkan yaitu seumur hidup+ tujuh puluh tahun, lima puluh
tahun, dan dua puluh tahun.

Aspek yang tidak kalah penting adalah izin prinsip yang terdiri dari
beberapa izin produk sesuai karakteristik produk yang dipasarkan oleh pelaku
usaha Ekraf dan UMKM. Izin untuk makanan atau minumam halal harus
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia. Selanjutnya Izin
dari dinas kesehatan untuk makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik.
Lalu ada juga Perizinan Industri Rumah Tangga atau PIRT dengan
mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT),
Izin dari Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM),
Hal terakhir yang paling fundamental adalah digitalisasi Ekraf dan
UMKM. Kesadaran hukum yang baik harus diimbangi dengan startegi alih
media dari offline menjadi online. Kebutuhan alih media atau transformasi juga
sangat urgent mengingat kondisi pandemi covid-19 seperti sekarang ini
menuntut pendapatan usaha harus tetap ada meski daya beli masyarakat
menurun.
Keberhasilan terjualnya produk pelaku Ekraf dan UMKM tergantung
bagaimana usaha pemasaran dan kualitas produk itu sendiri. Meskipun
pemerintah menyediakan kemudahan izin dan akses pendirian melalui internet,
namun pelaku usaha Ekraf dan UMKM juga harus punya kesadaran diri untuk
berperan aktif bergerilya mencari peluang apapun untuk melariskan produknya
sepanjang usahanya tidak melanggar hukum dan kepatutan. Oleh sebabnya,
media internet bisa menjadi saran belajar bagi pelaku usaha untuk mengetahui
kiat-kiat sukses pengusaha besar dalam memasarkan produknya.
Selanjutnya adalah mengikuti pelatihan dan pendidikan bisnis secara
digital. Media yang bisa dilakukan diantaranya mengikuti webinar, pelatihan di
https://edukukm.id, pelatihan di

https://www.ukmindonesia.id, pelatihan online oleh dinas yang membidangi


UKM di lingkungan kabupaten atau kota, dan pelatihan yang dilakukan oleh
lembaga swadaya masyarakat atau orang perorangan. Tujuan mengikuti
pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan teknis bagaimana kiat-kiat
melakukan produksi sampai pemasaran, melatih keterampilan, menutupi
keahlian yang kurang, dan manfaat yang lain. Solusi untuk mengatasi masalah
manajemen usaha; maka mitra akan diberikan pendidikan dan pelatihan
manajemen usaha, serta strategi pemasaran yang lebih baik berbasis digitaliasi
UKM (Diningrat et al., 2017).
Bagi para pelaku UMKM perlu adanya pelatihan khusus terutama pada
bidang digitalisasi di bidang pemasaran dimana membutuhkan bukan hanya
softskill namun juga hardskill(Setiyawan,
2013). Kesiapan UMKM pada saat ini, membutuhkan sebuah pelatihan
teknologi modern yang memungkinkan dalam industri 4.0 untuk
mengoptimalkan produksinya(Sari & Santoso, 2019). Cara untuk menjaga
agar UMKM dapat selalu menjadi tulang punggung ekonomi bangsa adalah
dengan menerapkan teknologi dalam proses aktivitasnya (Wisswani, 2017).
Pemasaran produk dapat dilakukan di berbagai media sosial yang banyak
diminati oleh para calon pembeli. Jika dulu promosi melalui media tradisional
(Situasi, 2020). Media sosial tersebut diantaranya Instagram, Whatsapp,
Faceboook Group, Twitter, dan Marketplace. Selain media sosial dan
marketplace, pemasaran bisa dilakukan melalui Google Maps. Dengan adanya
sosial media tersebut pelaku usaha memanfaatkan sosial media dengan
mengunggah gambar maupun video yang berisi konten tentang produk yang
akan dijual (Dan et al., 2020). Marketplace yang menjadi pilihan pelaku usaha
Ekraf dan UMKM diantaranya bukalapak, shopee, tokopedia, akulaku, lazada
dan sebagainya
Bagi pelaku UMKM hendaknya segera mengkoneksikan bisnis mereka ke
dunia digital agar bisa mengoptimaklan proses promosi usaha yang pada
akhirnya berdampak terhadap perkembangan usaha mereka (Setiawan, 2018).
Pemasaran akan lebih efektif jika dilakukan dengan bantuan orang lain yang
berpengaruh dengan skema endorse. Endorse dilakukan dengan seorang artis
atau selebgram mengiklankan produk dari pelaku Ekraf dan UMKM ke media
sosialnya.
Media WhatsApp for Business (selanjutnya disebut whatsapp bisnis) juga
memberikan keunggulan daripada whatsapp biasa. Whatsapp bisnis dapat
diberikan beberapa tambahan di profil penggunanya seperti nomor telepon, bisa
membalas chat otomatis, menambahkan deskripsi bisnis, menambahkan foto
galeri produk, ada kategori bisnis, ada centang hijau. Ada juga fitur lain dari
whatsapp bisnis diantaranya ada fitur balas cepat, ada logo khusus whatsapp
bisnis, bisa menggunakan link pendek, dan ada label chat. Jika pelaku Ekraf dan
UMKM menggunakan whatsapp bisnis makacalon pembeli akan lebih tertarik
dan nilai perusahaan akan lebih prestis dibanding whatsapp biasa
SIMPULAN
Upaya digitalisasi bagi pelaku usaha Ekonomi kreatif dan UMKM dapat
ditempuh dengan digitalisasi hukum dan digitalisasi ekonomi. Digitalisasi
hukum dengan cara pendirian dan pendaftaran badan usaha, pendaftaran Hak
atas Kekayaan Intelektual secara online, dan pendaftaran izin usaha secara
online. Sedangkan digitalisasi ekonomi dapat ditempuh dengan cara mengikuti
pelatihan online, melakukan pemasaran secara online di media sosial dan
marketplace, perolehan kiat-kiat sukses berusaha di website resmi pemerintah
dan media digital.
Saran penelitian ini adalah Pemerintah melakukan pembinaan dan
sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat luas sampai penjuru desa
tentang kemudahan berusaha bagi pelaku usaha Ekonomi Kreatif dan UMKM,
pelaku usaha Ekonomi Kreatif dan UMKM senantiasa aktif dalam program-
program pemerintah untuk mendukung peningkatan pendapatan bagi UMKM,
dan pelaku usaha Ekonomi Kreatif dan UMKM segera beralih media secara
konsisten ke digital baik melalui media sosial atau website untuk optimalisasi
fasilitas dan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad Sonief, A., Nuraini, Y., & Arief Setyabudi, S. (2019). Digitalisasi
Industri Kecil Dan Produk Pertanian Daerah Upaya Untuk Pemberdayaan
Masyarakat Di Desa Karangbendo Kecamatan Rogojampi Kabupaten
Banyuwangi. Journal of Innovation and Applied Technology, 5(1),
842–847. https://doi.org/10.21776/ub.jiat.2019.005.01.5
Dan, D., Seiri, I., Pada, S., Jenang, U., Kudus, A., Hikmah, N., Aziz, M.
A., & Khoiriyah, N. (2020). Digitalisasi dan implementasi 5s (. 1(1).
Diningrat, D. S., Maulana, B., & Gultom, E. S. (2017). Digitalisasi UMKM
Makanan Sehat Desa
Sahkuda Bayu Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. September, 237–
241.
Idah, Y. M., & Pinilih, M. (2020). Strategi Pengembangan Digitalisasi UMKM.
Prosiding Seminar Nasional Dan Call for Papers “Pengembangan Sumber
Daya Pedesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan IX,” 9(1), 195–204.
Prabowo, H. (2018). Pengembangan Ekonomi Kreatif Desa Melalui Badan
Usaha Milik Desa (Bumdes) Menuju Koperasi Berbasis It. Maqdis:Jurnal
Kajian Ekonomi Islam, 3, 17–30.
https://doi.org/https://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/maqdis/article/view
/152
Sari, R. P., & Santoso, D. T. (2019). Pengembangan Model Kesiapan UMKM di
Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Media Teknik & Sistem Industri, 3(1),
37–42. http://jurnal.unsur.ac.id/index.php/JMTSI
Setiawan, B. (2018). Edukasi E-Commerce Pada Pelaku Usaha Mikro , Kecil
Dan. Jurnal Abdimas
Mandiri, 2(2), 106–110.
Setiyawan. (2013). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pelaku Umkm Terhadap
Digitalisasi Dalam
Bidang Pemasaran. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. Situasi, A. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Desa
Sobangan. 01(01), 34–41.
Wisswani, N. W. (2017). Prototype Teknologi Rantai Informasi Berbasis Web
Bagi Umkm. 42–46.

FORM CURRICULUM VITAE PESERTA


A. DATA DIRI
Nama Lengkap : MUH. ROYAN PURNAMA
Nama Panggilan : ROYAN
Tempat Tanggal Lahir : P O L A R A 1 0 / 1 1 / 2 0 0 1
Jenis Kelamin : LAKI LAKI
Tahun Angkatan Kuliah : 2019
Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
Fakultas : TEKNIK
Program Studi/ Jurusan : TEKNIK SIPIL
Asal Cabang : HMI CABANG KENDARI
Komisariat : KOMISARIAT FKIP UHO
Alamat : BTN REZKY 2 KENDARI
No Telpon/ No HP : 085256275674
Email : SYAHROYAN5@GMAIL.COM
Facebook : ROYAN AHMAD
WhatsApp : 085256275674
Instagram : ROYANHMD

A. RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN
NO JENJANG NAMA LEMBAGA GELAR
LULUS
1 SD SDN 1 KEKEA 2013 LULUS
2 SMP SMPN 3 WAWONII TENGGARA 2016 LULUS
3 SMA SMKN 2 KENDARI 2019 LULUS

B. PENGALAMAN ORGANISASI
NO JENJANG STATUS / JABATAN TAHUN
1 HIMMPORA KABID. MEDIA CENTER 2020
2 MPM KETUA KOMISI 1 2021

C. PRESTASI
NO NAMA PRESTASI TINGKAT PELAKSANA TAHUN
1 LOMBA ORASI UNJUK RASA REGIONAL POLDA SULTRA 2021

D. PENGALAMAN TRAINING
NO NAMA TRAINING PENYELENGGARA TAHUN
1 LATHAN KADER 1 HMI KOMISARIAT FKIP 2020
2 TRAINING INSTRUKTUR DASAR BPL HMI CABANG KENDARI 2021

Anda mungkin juga menyukai