Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA DAN DEMOKRASI

DEMOKRASI DI JERMAN DAN KEBANGKITAN POPULISME SAYAP


KANAN

Oleh:
MUHAMAD WILDAN DJAKIYU
F1D018033

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Republik Federasi Jerman atau yang biasa disebut Bundesrepublik
Deutschland (dalam bahasa inggris disebut Feredal Republic of Germany),
merupakan salah satu negara maju yang terletak di Eropa Barat. Sebagai negara
federasi, Jerman memiliki 16 negara bagian dengan luas wilayah mencapai
357.021 kilo meter persegi.1 Negara yang beribukotakan di Berlin ini memiliki
jumlah populasi sekitar 83.2 Juta Jiwa. Republik Federasi Jerman, menerapkan
sistem demokrasi parlementer sehingga kepala negara dan pemerintahan dipisah,
dimana kanselir sebagai kepala pemerintahan federal dan presiden sebagai kepala
negara. Pasca Perang Dunia ke-2, Jerman menggunakan Basic Law 1949 sebagai
konstitusi yang mengatur sistem kenegaraan dan sistem pemerintahannya.2
Jerman memiliki sejarah yang sangat panjang, dimana negara ini pernah
mengalami kepemimpinan fasis dibawah Adolf Hitler yang sangat diktatoris,
kemudian terbagi menjadi dua bagian pada tahun 1949 dan kembali bersatu pada
tanggal 12 September 1990. Jerman kemudian berkembang menjadi salah satu
negara yang menganut sistem demokrasi liberal, dimana sistem ini menawarkan
tatanan sosial politik yang berdasarkan hukum (rule of law) dan dibangun
berdasarkan pemilihan umum yang bebas. Demokrasi ini juga menuntut beberapa
prinsip dasar, berupa konstitusionalisme, asas mayoritas, kedaulatan rakyat, aparat
yang bertanggung jawab, pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan jaminan
kewajiban sipil.3 Hal tersebut selaras dengan kata demokrasi yang berasal dari

1. Irpan Jamil, Ozi Setiadi, “Politik identitas Muslim di Jerman dan Prancis,” POLITEA
Jurnal Politik Islam 2, no.2 (2019) : 137, diakses pada 24 September 2020,
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea/article/download/5699/.
2. “Politik Perubahan Iklim Jerman : Refleksi Kondisi Domestik,” lontar.ui.ac.id,
diakses pada 24 September 2020, https://lontar.ui.ac.id/file%3Ddigital/117603-T%2B25044-
Kebijakan%Bluar-
Tinjauan%2Bliteratur.pdf&ved=2ahUKEwSjlrCz4HsAhXOILcAHTFgAI8GFAAegQIAxAB&us
g=AOvVaw1C_K-2-RXvtRaLHDEObm_k.
3. Irfan Tamwifi, Islam Dan Kegagalan Demokrasi : Menelusuri Jejak Politik
Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014), 21-
22.
2

kata demos yang berarti rakyat, serta kratos/kratein berarti kekuasaan / berkuasa
sehingga memiliki arti rakyat berkuasa atau government by the people.4
Sebagai negara demokrasi, Jerman menjunjung tinggi kebebasan
beragama, hal tersebut tertuang dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar
Jerman (Grundgesetz) yang berbunyi “Die Freihelt des Glaubens, des Gewissems
und die Freihelt des religiosen und weltanschaulichen Bekkenntnisses sind
unverletzlich.” Artinya kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis
hidup tidak boleh diganggu.5 Jerman juga menjungjung tinggi hak berserikat dan
berkumpul, ditandai dengan diterapkannya sistem multi partai dinegara tersebut,
sehingga memberi ruang bagi berdirinya partai-partai politik dengan beragam
ideologi. Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana negara modern yang
menganut demokrasi liberal, terdapat partai besar berbasis agama yang cukup
mendominasi pemerintahan. Lalu partai politik apa saja yang ada di Jerman,
bagaimana sistem pemerintahan di Jerman, dan apa pengaruh partai bercorakan
agama dalam pemerintahan di Jerman? Dengan adanya makalah ini, penulih
harap dapat menjelaskan hal tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang masalah diatas rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pemerintahan di Jerman?
2. Bagaimana mengenal partai politik di Jerman?
3. Dominasi dan peran CDU/CSU dalam pemerintahan Jerman dan
kebangkitan populisme sayap kanan?

4. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,


2015), 14.
5. Irpan Jamil, Ozi Setiadi, Op.cit., 138.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Pemerintahan Jerman


Seperti yang sudah dibahas dalam pendahuluan, Republik Federasi
Jerman merupakan negara yang mengadopsi demokrasi parlementer, dimana
kepala negara dan pemerintahan dipisah. Kanselir merupakan kepala
pemerintahan federal yang dipilih oleh parlemen, dan hanya kanselir lah yang
bertanggung jawab terhadap parlemen. Kanselir memiliki posisi istimewa,
dimana hanya kanselir saja yang dapat membuat kabinet. Kanselir dapat memilih
menteri dengan mengajukan usulan kepada Presiden untuk mengangkat maupun
memberhentikan mereka. Kemudian presiden, dalam sistem pemerintahan Jerman
merupakan kepala negara yang mewakili negara jerman secara hukum antar
bangsa.6
Presiden membuat hubungan diplomasi dengan negara lain seperti
mengakreditasi dan menerima para duta besar. Namun, kewenangan politik luar
negeri tetap pada kanselir. Terlihat disini bagaimana peran presiden sangatlah
kecil dalam pemerintahan, hal tersebut karena di Jerman presiden harus
menghidari campur tangan politik, terutama dalam hal-hal yang sering
diperdebatkan berbagai partai. Presiden harus bertindak secara netral, sehingga
tak jarang banyak presiden yang akhirnya menonaktifkan keanggotaanya di partai
politik.7 Presiden Jerman saat ini adalah Frank-Walter Steinmeier dari
Sozialdemokratische Partei Deutschlands atau Social Democratic Party of
Germany (SPD), dan Kanselir saat ini adalah Angela Markel dari Christlich
Demokratische Union Deutschlands atau Christian Democratic Union (CDU).
Dalam urusan parlemen, Jerman mengadopsi sistem bikameral atau dua
kamar. Pada tingkat federal terdapat majelis rendah (Bundestag), dan perwakilan

6. “Domestik Politik Jerman,” repository.umy.ac.id, diakses pada 25 September 2020,


https://repository.umy.ac.id/bistream/handle/123456789/7014/.
7. Anggatira Gollmer, “Peran Presiden Jerman : Kekuasaan Kecil tapi Pekerjaan Ribet,”
ed. Yuniman Farid, dw.com, diakses pada 25 September 2020, https://amp.dw.com/id/peran-
presiden-jerman-kekuasaan-kecil-tapi-pekerjaan-ribet/a-5745848.
4

dari negara bagian yang disebut majelis tinggi (Bundesrat). Bundestag yang
merupakan parlemen tingkat federal, keanggotaanya dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilu. Tugas dan wewenangnya sendiri adalah memilih kanselir,
membentuk undang-undang bersama pemerintah, serta mengawasi jalannya
pemerintah federal. Sementara Bundesrat keanggotaanya berasal dari delegasi 16
negara bagian dengan pembagian proporsional. Selayaknya senat, Bundesrat
memiliki tugas dan wewenang memperjuangkan kepentingan dari masing-masing
negara bagian dalam proses legitimasi di tingkat federal. Kemudian Bundesrat
bersama dengan Bundestag memiliki bagian dalam proses pengambilan keputusan
dalam pembuatan kebijakan pemerintah federasi.

2.2 Mengenal Partai Politik Di Jerman


Seperti yang sudah dijelaskan dalam pendahuluan bahwa Jerman
menerapkan sistem multi partai, dimana banyak sekali partai dengan berbagai
macam ideologi berkembang di Jerman. Terdapat partai dengan Ideologi agama,
sosialis, liberal, bahkan ada partai berhaluan lingkungan. Partai-partai di Jerman
antara lain :
Christlich Demokratische Union Deutschlands atau Chrsitian
Democratic Union (CDU), merupakan partai yang bercorakan agama Kristen.
Partai yang dipimpin oleh Annegret Kramp Krarrenbauer tersebut merupakan
partai yang memiliki massa pendukung paling besar selain SPD. Partai ini
memiliki sebaran pendukung dikawasan Jerman Selatan (kawasan luar perkotaan)
kemudian disokong oleh pemilik bisnis kecil dengan tingkat pendidikan
menengah kebawah.8 CDU sendiri didirikan di Jerman Barat pada tahun 1950
setelah PD ke-2, sebagai simbol persatuan warga Jerman yang beragamakan
Kristen dan berhaluan konservatif.
Partai dengan massa pendukung terbanyak lainnya adalah
Sozialdemokratische Partei Deutschlands atau Social Democratic Party of
Germany (SPD). SPD merupakan partai berhaluan sosialis yang dibentuk pada

8. Benjamin Knight, “Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Partai di Jerman,”dw.com,


diakses pada 25 September 2020, https://amp.dw.com/id/yang-perlu-anda-ketahui-tentang-partai-
di-jerman/a-39162807.
5

1875, dimana menjadi partai tertua di Jerman. Pada abad ke-20, partai ini menjadi
payung dari gerakan berhaluan kiri yang didukung oleh para buruh, pekerja dan
serikat pekerja. Pusat dukungan SPD berada di kawasan industri yang padat
penduduk di Jerman Barat. Kebijakan utama SPD adalah politik sosial, dimana
partai ini mengutamakan infrastruktur sosial yang kuat dengan mendorong
meningkatkan gaji minimum di Jerman menjadi 8,84 Euro per jam, kebijakan
yang sedang diperjuangkannya sekarang adalah koreksi distribusi pajak.9
Selanjutnya adalah Die Linke atau The Left Party (Partai Kiri). Partai
yang diketuai oleh Katja Kipping dan Bernd Riexinger ini memiliki massa
pendukung dibekas daerah Jerman Timur. Partai berhaluan komunis ini adalah
partai oposisi terbesar dalam parlemen Jerman. Partai ini banyak mengkritik
kebijakan-kebijakan yang diambil, seperti menolak misi militer Jerman di luar
negeri, kemudian mengusulkan pembubaran Pakta Pertananan Atlantik Utara atau
North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Terdapat pula partai yang berpaham liberal yaitu Freie Demokratische
Partei (FDP) atau Partai Liberal Jerman. Partai yang diketuai oleh Christian
Lindner ini didirikan pada tahun 1948, dengan basis pendukung para pengusaha
independen. Program FDP, didasari prinsip kebebasan individu dan hak-hak asasi
manusia. Partai ini juga mendukung dipereratnya hubungan antara Jerman
dengan Uni Eropa. Partai selanjutnya adalah Alternative fur Deutschland (AFD)
atau Partai Alternatif untuk Jerman. Partai yang didirikan pada tahun 2013 ini,
dipimpin oleh Frauke Petry dan Jorg Meuthen. Partai yang berhaluan ekstrem
kanan ini memiliki basis dukungan dari mereka yang dulunya massa pendukung
partai-partai besar. AFD memiliki pandangan anti imigran dan anti Islam, dengan
menggalang pendukung di masa krisis pengungsi pada tahun 2015.10
Selanjutnya adalah Die Grunen atau The Greens (Partai Hijau). Partai
yang diketuai oleh Cem Ozdemir dan Simone Peter ini memiliki basis dukungan
dari kalangan berpendidikan tinggi di wilayah perkotaan dan wilayah disekitaran
universitas-universitas berada. Berakar dari gerakan protes sosial pada tahun

9. Ibid.
10. Ibid.
6

1980-an partai ini kemudian lahir pada1993. Partai Hijau ini memiliki berbagai
macam program yang menjadi fokusnya dan menjadi bahasan permanen di
parlemen, yaitu memperjuangkan penghentian penggunaan tenaga nuklir, protes
lingkungan, hingga mendukung hak-hak homoseksual.11 Terakhir, yang
merupakan partai lokal, adalah Christlich-Soziale Union in Bayern atau Christian
Social Union (CSU). Partai yang hanya berada di negara bagian Bayern ini
didirikan pada tahun 1950 dan sekarang diketuai oleh Ralph Brinkhaus. CSU
sudah sejak lama melakukan kerjasama dengan CDU di tingkat federal dengan
membentuk fraksi bersama di tingkat parlemen. Hal tersebut karena baik CSU
maupun CDU memiliki ideologi yang sama sehingga keduanya sering disebut
fraksi CDU/CSU.

2.3 Dominasi dan Peran CDU/CSU dalam Pemerintahan Jerman dan


Kebangkitan Populisme Sayap Kanan
Sebagai salah satu partai besar di Jerman saat ini, CDU/CSU telah
memimpin Jerman selama 47 tahun. Selama itu pula banyak hal bersejarah yang
telah ditorehkan oleh partai tersebut, seperti Kanselir Konrad Adenauer dari partai
CDU yang memipin Jerman cukup lama dari tahun 1949 sampai 1963 bisa disebut
sebagai pendiri Jerman Barat. Hal bersejarah lainnya yaitu bersatunya kembali
Jerman pada 3 Oktober tahun 1990, tidak lepas dari dorongan dari kanselir Jerman
saat itu yaitu Helmut Kohl yang berasal dari partai CDU.
Hingga saat ini, CDU/CSU masih mendominasi pemerintahan Jerman
dengan menduduki sekitar 246 kursi parlemen dan berkoalisi bersama partai besar
lain yaitu SPD yang memiliki 153 kursi di parlemen. Hal tersebut menempatkan
koalisi pemerintahan petahana masih mendominasi Jerman dengan Kanselir
Angela Merkel yang berasal dari CDU dan Presiden Frank-Walter Steinmeier dari
SPD . Namun Dominasi dari CDU/CSU mengalami penurunan karena pandangan
liberal Kanselir Markel mengenai imigrasi di Jerman. Dalam internal Partai baik
CDU maupun CSU banyak yang tidak setuju dengan sikap Merkel. Hal tersebut
diperparah dengan krisis pengungsi dimana ketika konflik Timur Tengah

11. Ibid.
7

memanas, Merkel tetap membuka Jerman terhadap imigran dan menghasilkan


total 2 juta imigran.12 Sikap Kanselir Merkel terhadap migran tersebut
menyebabkan menurunnya dukungan terhadap CDU/CSU sebesar 8.6% yang
merupakan perolehan suara CDU/SCU terburuk sejak tahun 1949. Hal tersebut
diperparah dengan kebangkitan populisme sayap kanan di Jerman yang
digaungkan oleh AFD.
AFD secara masif memanfaatkan ketakutan dan kemarahan masyarakat
Jerman terhadap kebijakan Merkel yang dianggap berlebihan. AFD terus
menggaungkan isu imigrasi untuk meraih dukungan sejak berdirinya dan semakin
masif pada kampanye pemilu 2017. Alexander Gauland, sebagai salah satu
pemimpin inti AFD bahkan bersumpah untuk membendung invasi dari pendatang
ke Jerman.13 Bukan hanya isu imigrasi, AFD juga secara masif menggaungkan
anti-Islam pada 2016 dengan menyatakan “Islam tidak cocok di Jerman”
kemudian pada salah satu poster yang disebarkan AFD di kota-kota basis
dukunganya terdapat tulisan “Burka? Kami suka bikini.” Tindakan tersebut
mendapat dukungan dari organisasi PEGIDA atau Patriotissche Europaer gegen
die Islamisierung des Abendlandes (Orang Eropa Patriotik Melawan Islamisasi
Eropa), dimana PEGIDA ikut andil dalam mendongkrak suara AFD pada pemilu
2017. Isu anti-imigran dan anti-Islam yang sangat masif digaungkan AFD,
membuahkan hasil dimana AFD memperoleh 12,6 persen suara. Perolehan suara
tersebut melonjak 7,9 % dibandingkan pemilu empat tahun lalu dan menempatkan
AFD menjadi partai ketiga terbesar setelah SPD dan CDU/CSU.
Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa isu rasisme terhadap migran dan
Islam berbalutkan nasionalisme yang digaungkan menjadikan AFD sebagai partai
yang tumbuh sangat pesat dalam jangka waktu 7 tahun. Berbanding terbalik
dengan AFD, partai koalisi petahana yaitu CDU/CSU dan SPD mengalami
penurunan perolehan suara karena kebijakan keterbukaan Jerman terhadap Migran
dan Islam. Hal tersebut tentu menjadi Ironi dimana Jerman yang menjunjung

12. Akhmad Muawal Hasan, “Merkel Menang, Tapi Populisme Anti-Imigran juga
Menguat,” tirto.id, diakses pada 25 September 2020, https://amp.tirto.id/merkel-menang-tapi-
populisme-anti-imigran-juga-menguat-cxgW.
13. Ibid.
8

tinggi demokrasi liberal mengalami permasalahan rasisme berbalut nasionalis


dengan kebangkitan populisme sayap kanan. Dengan demikian, nilai
multikulturalisme di Jerman mengalami penurunan dan ini membahayakan bagi
permasalahan kemanusiaan didunia, karena Jerman merupakan salah satu negara
terdepan dalam menanggulangi krisis pengungsi.
9

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, pertama Jerman merupakan negara di Eropa Barat yang menganut
sistem demokrasi liberal dan sistem pemerintahan parlementer. Hal tersebut
tercermin dalam sistem multi partai yang dipakai, dimana banyak bertumbuhan
partai dengan beragam ideologi. Jerman merupakan negara yang sangat
multikulturalisme, terbukti dengan kebijakannya terhadap para migran dari negara
yang sedang berkonflik dan juga menjamin hak beragama yang tertuang Pasal 4
Ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz).
Hal yang menarik dari negara liberal ini adalah bagaimana partai yang
bercorakan agama justru mendominasi pemerintahan di Jerman sejak lama.
Kemudian juga keterbukaan sikap partai bercorak agama tersebut kepada para
migran yang memiliki perbedaan latar belakang baik ras maupun agama,
menunjukan betapa nilai multikulturalisme dan kemanusiaan di junjung tinggi.
Namun, nilai-nilai demokrasi liberal tersebut terancam dengan bangkitnya partai
berhaluan populisme sayap kanan yang menggaungkan isu anti-imigrasi dan anti-
Islam. Hal tersebut menjadi ancaman serius bagi Jerman, Uni Eropa, dan Dunia
karena Jerman menjadi salah satu negara terdepan dalam menanggulangi krisis
pengungsi dan kemanusiaan. Kemudian, gerakan tersebut apabila semakin besar
dan mendominasi Jerman kedepannya, akan menciderai nilai-nilai demokrasi
liberal dan multikulturalisme di Jerman itu sendiri.
10

DAFTAR PUSTAKA

“Domestik Politik Jerman.” repository.umy.ac.id. Diakses pada 25 September


2020. https://repository.umy.ac.id/bistream/handle/123456789/7014/.
“Politik Perubahan Iklim Jerman : Refleksi Kondisi Domestik.” lontar.ui.ac.id.
Diakses pada 24 September 2020.
https://lontar.ui.ac.id/file%3Ddigital/117603-T%2B25044-
Kebijakan%Bluar-
Tinjauan%2Bliteratur.pdf&ved=2ahUKEwSjlrCz4HsAhXOILcAHTFgA
I8GFAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1C_K-2-RXvtRaLHDEObm_k.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gollmer Anggatira. “Peran Presiden Jerman : Kekuasaan Kecil tapi Pekerjaan
Ribet.” Diedit oleh Farid, Yuniman. dw.com. Diakses pada 25 September
2020. https://amp.dw.com/id/peran-presiden-jerman-kekuasaan-kecil-
tapi-pekerjaan-ribet/a-5745848.
Hasan, Akhmad Muawal. “Merkel Menang, Tapi Populisme Anti-Imigran juga
Menguat.” tirto.id. Diakses pada 25 September 2020.
https://amp.tirto.id/merkel-menang-tapi-populisme-anti-imigran-juga-
menguat-cxgW.
Jamil, Irpan. Setiadi, Ozi. “Politik identitas Muslim di Jerman dan Prancis.”
POLITEA Jurnal Politik Islam 2, no.2 (2019) : 137. Diakses pada 24
September 2020.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea/article/download/5699/.
Knight, Benjamin. “Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Partai di Jerman.” dw.com.
Diakses pada 25 September 2020. https://amp.dw.com/id/yang-perlu-
anda-ketahui-tentang-partai-di-jerman/a-39162807.
Tamwifi, Irfan. Islam Dan Kegagalan Demokrasi : Menelusuri Jejak Politik
Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru. Surabaya : UIN Sunan
Ampel Press. 2014.

Anda mungkin juga menyukai