Oleh:
MUHAMAD WILDAN DJAKIYU
F1D018033
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Republik Federasi Jerman atau yang biasa disebut Bundesrepublik
Deutschland (dalam bahasa inggris disebut Feredal Republic of Germany),
merupakan salah satu negara maju yang terletak di Eropa Barat. Sebagai negara
federasi, Jerman memiliki 16 negara bagian dengan luas wilayah mencapai
357.021 kilo meter persegi.1 Negara yang beribukotakan di Berlin ini memiliki
jumlah populasi sekitar 83.2 Juta Jiwa. Republik Federasi Jerman, menerapkan
sistem demokrasi parlementer sehingga kepala negara dan pemerintahan dipisah,
dimana kanselir sebagai kepala pemerintahan federal dan presiden sebagai kepala
negara. Pasca Perang Dunia ke-2, Jerman menggunakan Basic Law 1949 sebagai
konstitusi yang mengatur sistem kenegaraan dan sistem pemerintahannya.2
Jerman memiliki sejarah yang sangat panjang, dimana negara ini pernah
mengalami kepemimpinan fasis dibawah Adolf Hitler yang sangat diktatoris,
kemudian terbagi menjadi dua bagian pada tahun 1949 dan kembali bersatu pada
tanggal 12 September 1990. Jerman kemudian berkembang menjadi salah satu
negara yang menganut sistem demokrasi liberal, dimana sistem ini menawarkan
tatanan sosial politik yang berdasarkan hukum (rule of law) dan dibangun
berdasarkan pemilihan umum yang bebas. Demokrasi ini juga menuntut beberapa
prinsip dasar, berupa konstitusionalisme, asas mayoritas, kedaulatan rakyat, aparat
yang bertanggung jawab, pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan jaminan
kewajiban sipil.3 Hal tersebut selaras dengan kata demokrasi yang berasal dari
1. Irpan Jamil, Ozi Setiadi, “Politik identitas Muslim di Jerman dan Prancis,” POLITEA
Jurnal Politik Islam 2, no.2 (2019) : 137, diakses pada 24 September 2020,
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea/article/download/5699/.
2. “Politik Perubahan Iklim Jerman : Refleksi Kondisi Domestik,” lontar.ui.ac.id,
diakses pada 24 September 2020, https://lontar.ui.ac.id/file%3Ddigital/117603-T%2B25044-
Kebijakan%Bluar-
Tinjauan%2Bliteratur.pdf&ved=2ahUKEwSjlrCz4HsAhXOILcAHTFgAI8GFAAegQIAxAB&us
g=AOvVaw1C_K-2-RXvtRaLHDEObm_k.
3. Irfan Tamwifi, Islam Dan Kegagalan Demokrasi : Menelusuri Jejak Politik
Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014), 21-
22.
2
kata demos yang berarti rakyat, serta kratos/kratein berarti kekuasaan / berkuasa
sehingga memiliki arti rakyat berkuasa atau government by the people.4
Sebagai negara demokrasi, Jerman menjunjung tinggi kebebasan
beragama, hal tersebut tertuang dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar
Jerman (Grundgesetz) yang berbunyi “Die Freihelt des Glaubens, des Gewissems
und die Freihelt des religiosen und weltanschaulichen Bekkenntnisses sind
unverletzlich.” Artinya kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis
hidup tidak boleh diganggu.5 Jerman juga menjungjung tinggi hak berserikat dan
berkumpul, ditandai dengan diterapkannya sistem multi partai dinegara tersebut,
sehingga memberi ruang bagi berdirinya partai-partai politik dengan beragam
ideologi. Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana negara modern yang
menganut demokrasi liberal, terdapat partai besar berbasis agama yang cukup
mendominasi pemerintahan. Lalu partai politik apa saja yang ada di Jerman,
bagaimana sistem pemerintahan di Jerman, dan apa pengaruh partai bercorakan
agama dalam pemerintahan di Jerman? Dengan adanya makalah ini, penulih
harap dapat menjelaskan hal tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang masalah diatas rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pemerintahan di Jerman?
2. Bagaimana mengenal partai politik di Jerman?
3. Dominasi dan peran CDU/CSU dalam pemerintahan Jerman dan
kebangkitan populisme sayap kanan?
BAB II
PEMBAHASAN
dari negara bagian yang disebut majelis tinggi (Bundesrat). Bundestag yang
merupakan parlemen tingkat federal, keanggotaanya dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilu. Tugas dan wewenangnya sendiri adalah memilih kanselir,
membentuk undang-undang bersama pemerintah, serta mengawasi jalannya
pemerintah federal. Sementara Bundesrat keanggotaanya berasal dari delegasi 16
negara bagian dengan pembagian proporsional. Selayaknya senat, Bundesrat
memiliki tugas dan wewenang memperjuangkan kepentingan dari masing-masing
negara bagian dalam proses legitimasi di tingkat federal. Kemudian Bundesrat
bersama dengan Bundestag memiliki bagian dalam proses pengambilan keputusan
dalam pembuatan kebijakan pemerintah federasi.
1875, dimana menjadi partai tertua di Jerman. Pada abad ke-20, partai ini menjadi
payung dari gerakan berhaluan kiri yang didukung oleh para buruh, pekerja dan
serikat pekerja. Pusat dukungan SPD berada di kawasan industri yang padat
penduduk di Jerman Barat. Kebijakan utama SPD adalah politik sosial, dimana
partai ini mengutamakan infrastruktur sosial yang kuat dengan mendorong
meningkatkan gaji minimum di Jerman menjadi 8,84 Euro per jam, kebijakan
yang sedang diperjuangkannya sekarang adalah koreksi distribusi pajak.9
Selanjutnya adalah Die Linke atau The Left Party (Partai Kiri). Partai
yang diketuai oleh Katja Kipping dan Bernd Riexinger ini memiliki massa
pendukung dibekas daerah Jerman Timur. Partai berhaluan komunis ini adalah
partai oposisi terbesar dalam parlemen Jerman. Partai ini banyak mengkritik
kebijakan-kebijakan yang diambil, seperti menolak misi militer Jerman di luar
negeri, kemudian mengusulkan pembubaran Pakta Pertananan Atlantik Utara atau
North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Terdapat pula partai yang berpaham liberal yaitu Freie Demokratische
Partei (FDP) atau Partai Liberal Jerman. Partai yang diketuai oleh Christian
Lindner ini didirikan pada tahun 1948, dengan basis pendukung para pengusaha
independen. Program FDP, didasari prinsip kebebasan individu dan hak-hak asasi
manusia. Partai ini juga mendukung dipereratnya hubungan antara Jerman
dengan Uni Eropa. Partai selanjutnya adalah Alternative fur Deutschland (AFD)
atau Partai Alternatif untuk Jerman. Partai yang didirikan pada tahun 2013 ini,
dipimpin oleh Frauke Petry dan Jorg Meuthen. Partai yang berhaluan ekstrem
kanan ini memiliki basis dukungan dari mereka yang dulunya massa pendukung
partai-partai besar. AFD memiliki pandangan anti imigran dan anti Islam, dengan
menggalang pendukung di masa krisis pengungsi pada tahun 2015.10
Selanjutnya adalah Die Grunen atau The Greens (Partai Hijau). Partai
yang diketuai oleh Cem Ozdemir dan Simone Peter ini memiliki basis dukungan
dari kalangan berpendidikan tinggi di wilayah perkotaan dan wilayah disekitaran
universitas-universitas berada. Berakar dari gerakan protes sosial pada tahun
9. Ibid.
10. Ibid.
6
1980-an partai ini kemudian lahir pada1993. Partai Hijau ini memiliki berbagai
macam program yang menjadi fokusnya dan menjadi bahasan permanen di
parlemen, yaitu memperjuangkan penghentian penggunaan tenaga nuklir, protes
lingkungan, hingga mendukung hak-hak homoseksual.11 Terakhir, yang
merupakan partai lokal, adalah Christlich-Soziale Union in Bayern atau Christian
Social Union (CSU). Partai yang hanya berada di negara bagian Bayern ini
didirikan pada tahun 1950 dan sekarang diketuai oleh Ralph Brinkhaus. CSU
sudah sejak lama melakukan kerjasama dengan CDU di tingkat federal dengan
membentuk fraksi bersama di tingkat parlemen. Hal tersebut karena baik CSU
maupun CDU memiliki ideologi yang sama sehingga keduanya sering disebut
fraksi CDU/CSU.
11. Ibid.
7
12. Akhmad Muawal Hasan, “Merkel Menang, Tapi Populisme Anti-Imigran juga
Menguat,” tirto.id, diakses pada 25 September 2020, https://amp.tirto.id/merkel-menang-tapi-
populisme-anti-imigran-juga-menguat-cxgW.
13. Ibid.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, pertama Jerman merupakan negara di Eropa Barat yang menganut
sistem demokrasi liberal dan sistem pemerintahan parlementer. Hal tersebut
tercermin dalam sistem multi partai yang dipakai, dimana banyak bertumbuhan
partai dengan beragam ideologi. Jerman merupakan negara yang sangat
multikulturalisme, terbukti dengan kebijakannya terhadap para migran dari negara
yang sedang berkonflik dan juga menjamin hak beragama yang tertuang Pasal 4
Ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz).
Hal yang menarik dari negara liberal ini adalah bagaimana partai yang
bercorakan agama justru mendominasi pemerintahan di Jerman sejak lama.
Kemudian juga keterbukaan sikap partai bercorak agama tersebut kepada para
migran yang memiliki perbedaan latar belakang baik ras maupun agama,
menunjukan betapa nilai multikulturalisme dan kemanusiaan di junjung tinggi.
Namun, nilai-nilai demokrasi liberal tersebut terancam dengan bangkitnya partai
berhaluan populisme sayap kanan yang menggaungkan isu anti-imigrasi dan anti-
Islam. Hal tersebut menjadi ancaman serius bagi Jerman, Uni Eropa, dan Dunia
karena Jerman menjadi salah satu negara terdepan dalam menanggulangi krisis
pengungsi dan kemanusiaan. Kemudian, gerakan tersebut apabila semakin besar
dan mendominasi Jerman kedepannya, akan menciderai nilai-nilai demokrasi
liberal dan multikulturalisme di Jerman itu sendiri.
10
DAFTAR PUSTAKA