Pada tahun 1999 orang Jerman telah mempunyai pengalaman setengah abad
dengan Undang-Undang Dasar mereka yaitu Grundgesetz. Pada jubileum ke-40 dari
Republik Federal Jerman pada tahun 1989, Grundgesetz telah dinyatakan sebagai undang-
undang dasar yang terbaik dan paling liberal yang pernah terdapat di bumi Jerman.
Penerimaan rakyat terhadapnya melebihi sikap terhadap konstitusi Jerman yang
manapun sebelumnya. Dengan Grundgesetz telah diciptakan sebuah negara, yang sejauh
ini belum pernah dilanda krisis konstitusional yang serius.
Kategori hak individu lain yang tercantum dalam Grundgesetz adalah hak-hak
warga. Berbeda dengan hak-hak asasi di atas, hak warga hanya berlaku untuk warga
negara Jerman. Hak ini terutama menyangkut partisipasi politik dan kebebasan
melaksanakan pekerjaan. Intinya mencakup kebebasan berkumpul, hak mendirikan
perkumpulan dan organisasi, kebebasan bergerak dan menentukan tempat tinggal di
wilayah Republik Federal (termasuk memasukinya), kemerdekaan memilik dan
melaksanakan pekerjaan, larangan ekstradisi dan hak ikut dalam pemilihan umum.
Disamping hak-hak kemerdekaan tersebut masih terdapat hak-hak kesamaan. Prinsip
umum, bahwa setiap manusia adalah sama di hadapan hukum diuraikan secara kongkret
dalam Grundgesetz. Tak seorang pun boleh dirugikan atau diuntungkan berdasarkan jenis
kelamin, keturunan, ras, bahasa, tanah air maupun asal-usul, kepercayaan, agama atau
keyakinan politiknya. Juga dengan jelas diatur persamaan hak lelaki dan perempuan.
Grundgesetz juga menjamin hak setiap warga negara jerman untuk diperlakukan sama
dalam hal penempatan jabatan publik.
Hak asasi yang tidak bisa lain hanya berlaku untuk warga asing dan yang pertama
kali tercantum dalam UUD Jerman adalah hak suaka. Hak ini menjain pemberian suaka
di Jerman bagi warga asing yang ditindas karena alasan politik di negara asal. Beberapa
saat yang lalu kedatangan ratursan ribu pemohon suaka ke Jerman yang telah
berlangsung selama bertahun-tahun dan akhirnya hampir tidak terkontrol lagi
menimbulkan keadaan genting. Sebagaian besar pemohon suaka ternyata datang bukan
karena penindasan politik, tetapi umumnya berdasarkan alasan ekonomi. Hal ini
mengancam keberadaan hak suaka bagi mereka yang benar-benar tertindas.
Ada lima prinsip yang menjadi acuan ketatanegaraan dalam Grundgesetz; Jerman
adalah negara republik dan demokrasi, negara federal, negara hukum dan negara sosial.
Grundgesetz memilik konsep ?demokrasi yang berani melawan?. Sikap ini berasal dari
pengalaman pada saat Republik Weimar, yang diruntuhkan oleh partai-partai radikal dan
memusuhi konstitusi. Dasar pemikiran demokrasi berlawanan adalah bahwa kebebasan
semua kekuatan dalam percaturan politik menemui batasnya, bila ada usaha meniadakan
demokrasi itu sendiri melalui prosedur demokrastis. Itulah alasan mengapa Grundgesetz
memberikan kewenangan kepada Mahkamah Konstitusional Federal untuk melarang
partai politik yang bertujuan menghambat atau meniadakan tata negara demokratis.
Ditetapkan bentuk negara federal dalam UUD berarti bahwa tidak hanya federasi,
tetapi juga ke-16 negara bagian mempunyai status setara negara. Untuk bidang-bidang
tertentu, negara-negara bagian tersebut memiliki kedaulatan atas wilayahnya, yang
diwujudkan melalui legislasi, penegakan hukum dan yurisdiksi sendiri. Setelah
ditetapkannya pebagian tugas dan kewenangan antara federasi dan negara bagian, titik
berat kegiatan legislatif ternyata memang terletak pada negara pusat atau federasi.
Bukanlah pada negara bagian seperti yang diinginkan oleh konstitusi. Negara bagian
terutama bertugas menyelenggarakan administrasi negara, artinya melaksanakan undang-
undang. Pembagian tugas ini adalah unsur penting dalam sistem pembagian kewenangan
dan keseimbangan keuasaan yang digariskan oleh Grundgesetz.
Inti dari prinsip negara hukum yang tertuang dalam Grundgesetz adalah pebagian
kekuasaan. Fungsi-fungsi kekuasaan negara dipercayakan kepada badan legislatif, badan
eksekutif dan badan yudikatif yang masing-masing bediri sendiri. Arti penting pembagian
kewenangan dini terletak pada pembentukan kekuasaan negara melalui pengawasan dan
pembatasan timbal balik yang membuahkan perlindungan bagi kebebasan seitap warga.
Elemen penting yang kedua dalam prinsip negara hukum adalah berlakunya hukum
secara mutlak pada semua perbuatan negara. Prinsip pemerintahan atas dasar hukum ini
berarti, bahwa badan eksekutif alias pemerintah tidak boleh melanggar hukum yang
berlaku, terutama konstitusi dan undang-undang (keutamaan undang-undang);
selanjutnya untuk segala bentuk interfensi ke dalam ruang hukum dan ruang
kemerdekaan individu dibutuhkan suatu dasar hukum formal (persyaratan adanya
undang-undang). Semua tindakan alat negara dapat diperiksa kesesuaian hukumnya oleh
hakim yang independen, bila ada pengaduan hak yang tersangkut.
Prinsip negara sosial adalah pemikiran baru yang melengkapi gagasan tradisional
tentang negara hukum. Negara diwajibkan melindungi kelompok-kelompok masyarkat
yang lemah dan senantiasa mengusahkan keadilan sosial. Banyak sekali undang-undang
dan keputusan pengadilan yang telah menghidupi prinsip ini. Negara sosial diwujudkan
dalam asuransi wajib kesejahteraan sosial yang meliputi tunjangan purnakarya (pensiun),
tunjangan bagi orang cacat, biaya perawatan dan pemulihan kesehatan serta tunjangan
bagi penganggur. Negara juga, untuk menyebut beberapa contoh lagi, memberi bantuan
sosial kepada yang membutuhkan, tunjangan tempat tinggal dan tunjangan anak, serta
menjaga keadilan sosial melalui perundangan yang menyangkut lindungan pekerjaan dan
waktu kerja
4. Sistem Pemerintahan
A. Umum
Republik Federal Jerman terdiri atas 16 negara bagian. Negara bagian bukanlah
provinsi, tetapi negara dengan kewenangan bernegara sendiri. Setiap negara bagian
mempuyai undang-undang dasar sendiri, yag harus sesuai dengan prinsip negara hukum
berbentuk republik yang demokratis dan sosial menurut norma Grundgesetz. Di luar itu,
negara bagian tersebut memiliki kebebasan menentukan sendiri undag-undang dasarnya.
Bentuk negara federal termasuk di antara prinsip-prinsip konstitusi yang tidak bisa
diubah. Akan tetapi keberadaan negara bagia yang ada sekarang bukan tidak bisa
berubah. Untuk penyusunan kembali RFJ terdapat aturan dalam Grundgesetz.
Sistem federasi mempunyai tradisi konstitusional yang panjang, yang hanya pernah
diselingi oleh sistem negara kesatuan di bawah rezim Nazi (1933-1945). Jerman termasuk
contoh negara federal yang klasik. Federalisme telah terbukti tangguh: baik keistimewaan
maupun masalah-masalah regional dapat diperhatikan dan teratasi dengan lebih baik
melalui sistem ini dibandingkan melalui sistem pemerintahan terpusat.
Selain itu, sistem federasi mampu memberi kesempatan sesuai dengan perbedaan
regional dalam pembagian kekuatan politik. Partai yang beroposisi pada tingkat federal,
bisa saja memiliki mayoritas dan memegang pemerintahan di salah satu negara bagian.
B. Kewenangan Negara Bagian
Ada tiga macam tugas yang diemban pemerintahan negara bagian: pertama tugas
yang semata-mata menjadi urusan sendiri (misalnya sekolah, kepolisian dan perencanaan
regional). Kemudian tugas melaksanakan hukum federal sebagai urusan dan tanggung
jawab sendiri (misalnya undang-undang perencanaan bangunan, perizinan usaha,
pelestarian lingkungan), dan terakhir tugas melaksanakan peraturan hukum federal atas
mandat federasi (umpamanya pembangunan jalan negara, bantuan pendidikan).
Dengan demikian tata negara yang digariskan oleh konstitusi Republik Federal
Jerman dalam kenyataannya telah berkembang menjadi tatanan yang bersifat sentral
dalam bidang legislatif dan yang lebih menonjol ciri federalnya dalam pelaksanaan
administrasi pemerintahan
C. Swapraja Komunal
Pemerintahan kota dan desa yang otonom adalah pencerminan kemerdekaan warga
yang menjadi tradisi di Jerman. Hal ini berakar pada hak-hak istimewa kota-kota
berdaulat pada abad pertengahan. Pada masa itu orang yang memperoleh hak sebagai
warga kota berdaulat terbebaskan dari belenggu perhambaan tuan tanah feodal. (?Udara
kota membebaskan,? demikianlah semboyan saat itu). Di zaman modern, otonomi
pemerintahan komunal erat berhubungan dengan pembaruan yang dilaksanakan Freiherr
vom Stein, terutama dalam tata Kotapraja Prusia yang diberlakukan tahun 1808.
Grundgesetz meneruskan tradisi ini dan dengan jelas menjamin pemerintahan komunal
yang otonom pada tingkat kota komune (Gemeinde) dan kabupaten (Kreis). Dengan
demikian mereka berhak untuk mengatur segala urusanmasyarakat setempat secara
mandiri dalam kerangka hukum nasional. Pemerintah kota, komune dan kabupaten harus
dilaksanakan secara demokratis. Perundang-undangan komunal menjadi kewengan
negara bagian. Berdasarkan alasan historis, undang-undang pokok di bidang ini berbeda
dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Namun praktik administrasi komunal pada
umumnya hampir sama di semua negara bagaian.
Swapraja komunal dan kemandirian daerah tidak akan ada artinya, bila komune-
komune tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai pelaksanaan tugasnya.
Keuangan yang memadai selalu mejadi bahan pembahasan. Setiap komune berhak
menarik sendiri pajak dan iuran tertentu, seperti pajak bumi dan pajak usaha. Di samping
itu komune berhak atas pajak konsumsi dan pajak kemewahan yang ditarik oleh negara
bagian dari warga setempat. Namun itu semua biasanya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan komune. Karena itu setiap komune mendapat andil dari federasi maupun dari
negara bagian, misalnya dari pajak imbalan kerja dan pajak pendapatan. Selain itu ada
bantuan dari dana pengimbangan antar komune, yang dkelola secara intern oleh setiap
negara bagian. Selain itu swapraja komunal mengenakan pungutan untuk pelayanan jasa.
Sistem swapraja komunal memberi peluang bagi masyarakat untuk turut serta
dalam pelaksanaan politik dan dalam pengawasan. Dalam rapat terbuka untuk warga
setempat, setiap warga dapat berbicara langsug dengan wakil-wakil rakyat yang dipilih, ia
dapat memeriksa anggaran pendapatan dan belanja, atau ikut dalam diskusi mengenai
rencana pembangunan. Kota dan Gemeinde adalah sel-sel kebersamaan politik
masyarakat yang terkecil. Sel-sel itu harus senantiasa berkembang dan memperbarui diri,
agar kemerdekaan dan demokrasi dalam negara dan masyarakat tetap terpelihara.
6. Lembaga Pemerintahan
Sebagai negara yang menjunjung tinggi demokrasi, RFJ berupaya keras untuk tidak
mengulangi politik yang pernah diterapkan dan terjadi sesaat Hitler memegang
kekuasaan. Oleh karena itu diupayakan adanya pembagian kekuasaan dan kewenangan
yang jelas sehingga tidak dapat terulang lagi penyalahgunaan kekuasaan.
1) Lembaga Legislatif :
a) Bundestag (DPR)
Bundestag Jerman adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Federal Jerman. Parlemen
ini dipilih oleh rakyat setiap empat tahun. Pembubarannya (sebelum masa jabatan
berakhir) hanya dapat dilakukan dalam situasi khusus dan menjadi kewenangan Presiden
Federal. Tugas Bundestag yang utama adalah menetapakan undang-undang, memilih
Kanselir dan mengawasi pemerintah.
Sidang pleno Bundestag adalah forum perdebatan besar di parlemen, terutama dalam
diskusi mengenai masalah penting politik dalam negeri dan luar negeri. Pekerjaan awal
mempersiapaan perundangan dilaksanakan dalam rapat-rapat komisi yang biasanya
bersifat tertutup. Disini aspirasi politik harus dipertemukan dengan pandangan para ahli
dari bidangnya masing-masing.
Dalam lingkup tugas komisi terletak juga titik berat pengawasan parlemen atas perilaku
pemerintah. Tanpa pembidangan itu, penyelesaian begitu banyak masalah yang beraneka
ragam tak mungkin tercapai. Bundestag menentukan komisi-komisi sesuai dengan
pembagian bidang tugas yang berlaku pada pemerintah. Ini mencakup Komisi Luar
Negeri, Komisi Sosial sampai Komisi Anggaran Belanja Negara, yang juga memainkan
peranan penting, karena mewujudkan kewenangan parlemen atas pendapatan dan belanja
negara. Kepada Komisi Petisi setiap warga dapat mengajukan permohonan maupun
keluhannya.
Dari tahun 1949 sampai akhir periode legistalif 1990, 6700 rancangan undang-
undang (RUU) diajukan kepada parlemen dan 4400 telah diputuskan. Kebanyakan RUU
tersebut berasal dari pihak pemerintah, bagian lebih kecil dari parlemen sendiri maupun
dari Bundesrat. RUU dibacakan dan dibahas tiga kali kepada komisi yang bersangkutan.
Pada pembacaan ketiga diadakan pemungutan sura. Suatu undang-undang (kecuali
perubahan terhadap konstitusi) diterima, apabila disetujui mayoritas dari jumlah suara
yang diberikan. Untuk udang-undang yang menyangkut kewenangan negara bagian masih
diperlukan persetujuan dari Bundesrat.
Lembaga legislatif yang terdiri dari perwakilan dari negara bagian yang jumlahnya
didasarkan pada banyaknya penduduk negara bagian yang bersangkutan.
Ketua Bundesrat dipilih secara bergilir dari antara negara bagian yang terwakili di
dalamnya untuk masa jabatan setahun. Ketua Bundesrat mewakili Presiden Federal, bila
yang terakhir berhalangan.
2) Lembaga eksekutif :
Pemerintah Federal Jerman, disebut juga kabinet, terdiri atas Kanselir dan para
menteri. Kanselir Federal mempunyai posisi istimewa dan mandiri dalam pemerintah dan
dihadapan para menteri. Ia mengepalai kabinet federal, ia saja yang berhak membentuk
kabinet; Kanselir memilih menteri dan mengajukan usulan mengikat kepada Presiden
Federal untuk mengangkat maupun memberhentikan mereka. Selain itu, Kanselir juga
menentukan jumlah menteri dan bidang tugas mereka. Beberapa kementrian disebutkdan
dalam Grundgesetz; Kementerian Luar Negeri, Kementerian-kementerian Federal Dalam
Negeri, Kehakiman, Keuangan dan Pertahanan. Pengadaan ketiga kementerian yang
disebutkan terakhir merupakan persyaratan konstitusional. Posisi Kanselir yang kuat
bertumpu pada kewenangannya : ia menentukan garis besar kebijakan pemerintah. Para
menteri federal mengepalai bidang tugas masing-masing dengan menjalankan garis besar
tersebut secara mandiri dan atas tanggung jawab sendiri. Dalam politik praktis, Kanselir
harus juga mematuhi kesepakatan dengan partner koalisinya dan menghormati
kepentingan mereka.
Tidaklah salah bila sistem pemerintahan Jerman juga dijuluki sebagai ?demokrasi
Kanselir?. Kanselir Federal adalah satu-satunya orang dalam kabinet yang dipilih oleh
parlemen, hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap Dewan Perwakilan Rakyat.
Pertanggungjawaban ini dapat berwujud ?mosi tidak percaya konstruktif?. Prosedur mosi
ini sengaja dicantumkan dalam Grundgesetz sebagai perbaikan terhadap UUD Republik
Weimar. Maksud mosi konstruktif ini untuk menghindari jatuhnya pemerintah atas ulah
kelompok-kelompok oposisi yang hanya sepakat menolak pemerintah, tetapi tidak
memiliki program alternatif bersama. Dalam sistem ini, Bundestag yang megnajukan mosi
tidak percaya terhadap anselir, sekaligus harus memilih Kanselir baru. Percobaan
menjatuhkan Kanselir melalui mosi ini telah dua kali dilakukan, tetapi baru satu kali
berhasil : Pada bulan Oktober 1982 melalui mosi tidak percaya terhadap Kanselir Helmut
Schmidt dipilihlah Helmut Kohl sebagai Kanselir baru. Grundgesetz tidak mengenal mosi
tidak percaya terhadap menteri.
Kepala negara Republik Federal Jerman adalah Presiden Federal. Ia dipilih oleh
Majelis Federal (Bundesversammlung), yang bersidang hanya untuk tujuan ini. Majelis
Federal terdiri dari para anggota Bundestag dan jumlah yang sama utusan, yang dipilih
oleh parlemen di setiap negara bagian. Kadang-kadang utusan yang terpilih itu adalah
tokoh-tokoh terkemuka dan berjasa yang tidak duduk dalam parlemen negara bagian.
Presiden Federal dipilih oleh Majelis Federal dengan suara terbanyak untuk periode lima
tahun. Setelah itu dapat dipilih satu kali lagi.
Presiden Federal mewakili negara Jerman secara hukum antar bangsa. Ia mengikat
peranjian atas nama Jerman dengan negara lain serta mengakreditasi dan menerima para
duta besar. Namun kewenangan politik luar negeri tetap pada Pemerintah Federal.