Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PEMIKIRAN KONSEP FASISIME ADOLF HITLER

TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL, POLITIK, DAN EKONOMI DI


JERMAN PADA TAHUN 1933-1939

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Sejarah yang diampu oleh Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi

disusun oleh :

1701378 CAHYA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat sehat kepada kami selaku penyusun makalah sehingga atas
rahmat dan karunia-Nya, kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah dengan
baik dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Barat. Adapun
judul dari makalah ini adalah "Pengaruh Pemikiran Konsep Fasisme Adolf Hitler
Terhadap Perkembangan Sosial, Politik, dan Ekonomi di Jerman Pada Tahun 1933-
1939”. Tak lupa sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, semoga syafa’atnya sampai kepada kita semua selaku umatnya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. R. H. Achmad


Iriyadi. sebagai dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Barat yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami sebagai tim penyusun dapat
meningkatkan dan mengembangkan potensi diri dan keterampilan dalam menulis
karya ilmiah dan menginterpretasi suatu fakta. Terima kasih pula kami sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini, maka
kami berharap semoga makalah yang tersusun ini dapat bermanfaat sebagai rujukan
atau referensi bagi pembaca untuk menambah wawasan sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk dan isi makalah menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, maka dari itu kami menghargai segala saran dan kritik untuk lebih
meningkatkan kualitas penyusunan makalah lebih baik lagi. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 3
1.4 Metode Penelitian........................................................................ 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Fasisme Sebagai Ideologi ........................................................... 3
2.2 Naiknya Adolf Hitler Kepanggung Kekuasaan Jerman .............. 6
2.3 Strategi Kekuasaan Adolf Hitler Di Jerman................................ 8
2.4 Politik Jermana Pasca Runtuhnya Fasisme Adolf Hitler ........... 3
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menjelang Perang Dunia II, muncul beberapa rezim pemerintahan di
Eropa yang di bedakan berdasarkan menurut ideologi-ideologi besar di Dunia.
Seperti Demokrasi Liberal di Amerika, Perancis, dan Belanda, Komunisme di
Rusia, Cekoslowakia, dan China, dan Fasisme di Jerman dan Italia. Dari sekian
ideologi yang ada di dunia itu, ideologi Fasislah yang memiliki akar historis
yang menjadi benih terjadinya Perang Dunia ke II.
Pelopor Ideologi Fasisme adalah Adolf Hitler dengan bukunya Mein
Kampft, Adolf Hitler adalah seorang tokoh politik yang telah berhasil
mengusai jerman dengan ideologi Fasismenya. Tokoh ini sangat di kenal oleh
dunia dengan perjuangannya menarik perhatian masyarakat Jerman untuk
menerapkan ideologi Fasis dalam sebuah tatanan Negara yaitu di Jerman.
Tokoh ini juga yang di anggap bertanggung jawab atas kematian puluhan juta
jiwa selama Perang Dunia ke II, keberaniannya ini sesuai dengan apa yang
dikatakan Mein Kampf “ satu cara termudah mencapai kemenangan melawan
akal budi adalah kekuatan dan terror”11. Sehingga ini menyebabkan Adolf
Hitler akan tetap dicatat oleh sejarah dunia sebagai tokoh revolusi di Eropa
khususnya Jerman Raya dari belenggu sektariandi Eropa khususnya Jerman
dari kaum Yahudi.
Situasi dan kondisi politik, ekonomi, dan social yang selalu di
monopoli oleh pihak Yahudi terhadap rakyat Jerman, menimbulkan berbagai
penderitaan yang dialami oleh rakyat Jerman. Belum lagi penyerangan-
penyerangan yang dilakukan pihak luar negeri terhadap Jerman, karena Jerman
pada saat itu adalah negara yang lemah yang selalu menjadi negara boneka
negara-negara lain. Pengalaman hidup selama di Vienna dijadikan pelajaran
oleh Hitler. Bahkan dalam literaturnya Mein Kampf tokoh ini menyebut
kehidupan di Vienna sebagai “Tahun-tahun belajar dan kesengsaraan di

1
Vienna”. Dia menulis akan kondisi di Vienna itu sebagai titik jenuh sehingga
menimbulkan kebencian dan dendam terhadap Yahudi.
Dari banyak kejadian yang dirasakan oleh Hitler, maka timbullah rasa
nasionalisme yang tinggi dalam dirinya bahkan karena amat tinggi cintanya
terhadap Jerman mengakibatkan dia mengatakan bahwa semua kejadian buruk
yang menimpa Jerman adalah karena Yahudi. Selain dari itu, tokoh ini pun
menulis karyanya yang menguak bagaimana Fasisme di Jerman menjadi
sebuah ideologi politik, yang pada awalnya adalah bukanlah sebuah ideologi,
akan tetapi dianggap sebagai solusi politik dalam menghadapi situasi Jerman
yang cheos. Dalam situasi dan kondisi yang krisis multidimensional inilah
sehingga timbul rasa nasionalisme Hitler untuk memperjuangkan dan
membebaskan negaranya dari penindasan, bahkan dia bercita-cita untuk
mengusai negara, dan menjadikan bangsa Jerman sebagai bangsa yang tinggi
atau bisa disebut sebagai bangsa Arya (suku bangsa yang paling mulia). Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya ideologi Fasisme yaitu:
Pertama, Hitler melahirkan ide Fasismenya atas situasi dan kondisi
yang mencengkram saat di Jerman yaitu daerah dimana ketika Hitler singgah
di Wina. Wina merupakan daerah yang sangat didominasi oleh suku Yahudi
yang telah menindas rakyat, sehingga rakyat Jerman mengalami penderitaan,
banyak pengangguran, tidak adanya keadilan sosial. Tetapi Hitler melihat
sedikit harapan yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat Jerman bahwa
dalam tubuh mereka masih ada sifat Nasionalisme. Sehingga itu semua
dimanfaatkan oleh Hitler untuk menggerakan rakyat Jeman demi sebuah cita-
cita untuk membebaskan Jerman dari belenggu Yahudi.
Kedua, Nazi, partai berpengaruh yang dia pimpin, serta The Third
Reich, visi masa depan Jerman yang dia perjuangkan, memang merupakan
fenomena tersendiri. Begitu pula dengan angkatan perang Jerman yang
sanggup menguasai begitu cepat ke negara-egara sekitar Jerman. Namun,
Hitler adalah sosok central yang jauh lebih fenomenal.
Ketiga, pemikiran politik Hitler dan ideologi Fasisme merupakan
sebuah kerangka politik yang dia gunakan untuk mengatur Jerman. Karena
menurutnya hanya dengan diimplementasikannya Fasisme, Jerman dapat

2
kembali pada kejayaan dan tidak ditindas oleh kaum Yahudi. Demi terciptanya
sebuah tatanan politik Jerman di bawah kekuasaanya, Hitler memiliki
kerangka politik yang dikemasnya melalui Fasisme yang telah dia jelaskan
lewat karyanya Mein Kampf.
Dari beberapa hal diatas maka jelaslah bahwa keinginan Hitler untuk
meguasai dunia lahir dari arah dimana fasis yang awalnya bagi Hitletr
merupakan solusi bagi negaranya, berubah menjadi sebuah ideologi yang tidak
hanya dikenal oleh masyarakat Jerman, tetapi oleh masyarakat dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan yang telah tertulis di bagian latar belakang,
dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Hitler dengan ideologi Fasisme muncul ke panggung
kekuasaan pada Perang Dunia II?
2. Bagaimana Hitler menawarkan solusi bagi krisis ekonomi, sosial, dan
politik di Jerman pada masa itu?

1.3 Tujuan
Guna memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan yang telah di tulis
di bagian rumusan masalah, maka makalah ini disusun dengan tujuan-tujuan
diantaranya :
1. Untuk mengetahui dan mendalami proses transisi politik di Jerman dengan
menerapkan ideologi Fasis sebagai dasar negara di bawah Adolf Hitler.
2. Serta menggali konsep-konsep politik yang telah berhasil menjadikan
Jerman negara yang kuat.
3. Untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan penulis.

1.4 Metode Penulisan Makalah

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan


menggunakan metode tinjauan pustaka baik dari buku sumber yang menurut
kami terdapat kesesuaian dengan pembahasan dalam makalah ini maupun
sumber internet yang mendukung dengan pembahasan yang akan kami kaji.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Fasisime Sebagai Ideologi


Fasisme merupakan sebuah paham politik kekuasaan absolut tanpa
demokrasi, paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang
rendah bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme
yang berlebihan. Fasisme adalah, gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter
politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis,
nilai, dan sistem, termasuk sistem politik Mereka menganjurkan pembentukan
partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa
dan terciptanya negara yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan
melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan eugenika kebijakan keluarga. Fasis
percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas
kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan
berperang untuk menjaga bangsa yang kuat.

Fasisme berasal dari kata fascio dari kata fasces yang berarti seikat
tongkat dan kapak. Menurut para ahli sejarah bangsa Italia, fasisme adalah
fascio di combattimento, yang artinya kurang lebih persatuan perjuangan.
Fasisme adalah pengaturan pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh
suatu kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan
agresif imperialis. Paham fasisme hampir bersamaan dianut oleh tiga negara,
yaitu Italia, Jerman dan Jepang.

Paham Fasisme di Jerman disebut Nazisme. Nazi adalah suatu partai di


bawah pimpinan Adolf Hitler. Seusai Perang Dunia I, Jerman berubah menjadi
Republik yang semula adalah kerajaan. Pemimpin pertama adalah Ebert,
Berkuasa antara tahun 1919–1925, pemimpin selanjutnya adalah Presiden
Hindenburg (1925–1934). Dalam pemerintahan republik ini, Jerman
mengalami berbagai macam kesulitan, Baik dalam keuangan (Inflasi) maupun
kekacauan ekonomi. Dalam keadaan Negara yang kacau tersebut rakyat
Jerman mengharapkan orang yang kuat untuk memperbaiki keadaan. Dalam

4
suasana yang kacau ini muncullah Adolf Hitler dengan partai Exstrim yaitu
Nazi.

Adolf Hitler selalu menekankan kepada pemuda Jerman bahwa bangsa


Jerman adalah bangsa yang besar yang ditakdirkan untuk memerintah dunia
karena bangsa Jerman adalah bangsa berdarah Arya, yang merupakan pangkal
kekuatan jerman. Namun kekuatan itu sedang terbelenggu oleh kekuatan asing,
yaitu bangsa Yahudi dan Komunis. Orang Yahudi sebagai penyebab semua itu
harus dimusnahkan. Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk melepaskian diri dari
penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus membentuk angkatan
perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer (pemimpin besar).
Seperti apa yang ditulisnya dalam Mein Kamf alasan anti semitisme (anti
Yahudi) harus mendorong ke arah oposisi legal yang direncanakan dan
menghapuskan perlakuan khusus terhadap bangsa Yahudi, itu adalah tujuan
terakhirnya, bagaimanapun harus sungguh-sungguh memindahkan bangsa
Yahudi secara keseluruhan.

Setelah Perang Dunia I Negara Jerman yang semula berbentuk


Kerajaan berubah menjadi Republik. Akan tetapi, masa pemerintahan republik
ini tidak berhasil mengatasi kekacauan ekonomi sebagai akibat Perang Dunia
I, lebih lagi Jerman berada di pihak yang kalah. Dengan adanya hal tersebut,
timbullah Ketidakpuasan rakyat yang menimbulkan kekacauan-kekacauan,
bahkan pemberontakan-pemberontakan. Sementara itu Partai Nasionalis
Jerman atau National Sozialistische Deutsche Arbeiter. (NSDAP) yang
disingkat dengan Nazi berkembang menjadi partai yang kuat dipimpin oleh
Adolf Hitler. Nazi berusaha merebut kekuasaan tapi gagal. Dipenjara itulah
Hitler menulis buku Mein Kamf (Perjuanganku) isinya mengenai paham-
paham Nazi.

Para pelopor fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka perihal


fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis Doktrine
of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan
kaum fasis didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat. Menurut
Ebenstein, unsur-unsur fasisime terdiri dari tujuh unsur, yaitu :

5
1. Ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang
bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan
tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam
rangka tabu‖ terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2. Pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah sama,
justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka.
Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota
partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui
bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme
menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang
berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang
mengedepankan kekuatan.
3. Kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam
pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah
oposan. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka
adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka
mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang
akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin
pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa kebenaran terletak
pada perkataan yang berulang-ulang. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif
kebenarannya.
4. Pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus
dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota
masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah
keinginan si-elit.
5. Totaliterisme, untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam
meminggirkan sesuatu yang dianggap kaum pinggiran‖. Hal inilah yang
dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3K
yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota
masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat.
Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan
aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.

6
6. Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara
kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat
memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara
maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak
memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan
secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga
yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini
memunculkan semangat imperialisme.
7. Fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional.
Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara
yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya
persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai
derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain
bertindak menentang hukum dan ketertiban internasional.

2.2. Naiknya Adolf Hitler Kepanggung Kekuasaan Jerman


Terlepas dari semua teori tentang fasisme, Hitler pernah mengatakan
kepada rakyat Jerman bahwa, jika kamu semua menginginkan atau
memerintahkan saya, saya akan bekerjasama di mana setiap rakyat akan
mendapatkan bagiannya. Para petani akan mendapat perlindungan untuk
pertaniannya, industrialis akan mendapatkan perlindungan produknya,
konsumen akan mendapatkan perlindungan untuk barang yang dibelinya, gaji
guru akan dinaikan, pensiun pegawai negeri akan diperbaiki, para janda dan
yatim piatu diasuh oleh negara, perdagangan dikembangkan, tarif diturunkan.

Perkatannya ini mengindikasikan begitu kerasnya Hitler terhadap


konsep yang dikenalkannya bahwa motifasinya untuk membangun Jerman
adalah untuk membangkitkan Jerman dari kehancurannya, berada dibawah
genggaman penjajah yang ia sebut konsepnya dengan nama Folkish.

Pra kekuasaannya di Jerman Hitler mengawali bergabung dengan partai


buruh Jerman. Visi politiknya begitu jelas, yaitu mengembalikan harkat dan
martabat bangsa dan negara Jerman yang terinjak-injak oleh penjajah. Dan

7
mengangkat ras Arya sebagai superioritas, dan menghancurkan bangsa-bangsa
yang dianggapnya ras rendah.

Kemampuannya dalam berpidato menjadi magnetis tersendiri terhadap


orang-orang yang mendengarnya, sehingga dalam kurun waktu dua tahun,
yaitu pada 1921 Hitler naik menjadi pemimpin partai (Fuehrer), dan
dirubahnyalah nama partai menjadi NAZI. Dalam partai inilah Hitelr
mengembangkan suasana berbau militerisme, kedisiplinan, dan loalitas penuh,
Hitelr juga untuk pertama kalinya seorang pemimpin partai yang
mengembangkan tradisi yang ekslusif seperti salam penghormatan khas NAZI,
yang kelak dipakai secara menyeluruh di Jerman dan negara-negara
jajahannya.

Pada tahun 1923 NAZI yang dipimpin Hitler melakukan kudeta


terhadap pemerintahan yang sah, dengan menyandera kepala pemerintahan
propinsi Bavaria Gustaf von Kahr, dan mendeklarasikan susunan pemerintahan
nasional “The Munich Beer Hal Putsch”, namun Hitler dapat ditangkap dan
dipenjarakan, ketika dalam penjara inilah Hitler menyusun Mein Kampf yang
nantinya bakal menjadi buku wajib rakyat Jerman.

Agresivitas Hitler dan kawan-kawan dalam berkampanye membuat


partai NAZI semakin diperhitungkan dalam kancah polik nasional, sehingga
pasca kebebasannya, justru Hitler diajak oleh pemerintah untuk beroposisi.
Namun Hitler menolak kecuali ia dijadikan sebagai Kanselir Jerman. Akhirnya
presiden Hindenburg memberikan jabatan kanselir pada tanggal 30 januari
1933.

Setelah Hitler menguasai Jerman yang di mulai pada tahun 1933


memegang jabatan sebagai kanselir, maka pada waktu itulah Hitler mulai
merealisasikan konsep Folkish. Akan tetapi setelah berjalannya roda
pemerintahan di bawah genggamannya, justru konsep folkish yang Hitler
jalankan, dengan sistem Fasismenya menjadikan dia seorang Diktator. Dengan
tidak segan-segan dia melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap
orang-orang yang berbeda pendapat dengannya.

8
Sebulan setelah Hitler menjabat sebagai kanselir, presiden Hindenburg
meninggal, maka para jendral setuju untuk menaikan Hitler sebagai presiden,
sekaligus panglima tertinggi militer Jerman. Setelah itu rakyat Jerman diminta
untuk menyatakan pendapat berkaitan dengan kediktatoran dan kekuasaan
mutlak Hitler, setelah itu dilakukanlah pemilihan umum dan Hitler mendapat
90% suara dari rakyat Jerman.

2.3. Strategi Kekuasaan Adolf Hitler Di Jerman


Setelah jatuhnya kekuasaan despotik Jerman dengan sekutu, maka
Hitler mempersiapkan program-program kerjanya untuk negara Jerman yang
ia tulis dan ia tuangkan dalam sebuah literatur yang bernama Mein Kampf.
Karena Hitler menganggap bangsa Arya adalah bangsa yang luhur, maka Hitler
pertama kali melakukan.

Menarik hati rakyat Jerman yang termarjinalkan dan keterpurukan


ekonomi melalui propaganda partai NAZI. Hal ini seperti apa yang Hitler
katakan dalam Mein Kampf bahwa propaganda harus berjalan lancar di depan
organisasi dan bersatu dengan karakter manusia untuk berkembang. Dengan
kondisi rakyat sedang dalam ketertindasaan, maka hal untuk menarik hati
rakyat Jerman dengan dalih menuju perkembangan dan demi kemajuan
Jerman.

Demi perjuangannya itu juga, Hitler harus Mendiskriminasi bangsa


Yahudi dari perekonomian Jerman, karena menurutnya bangsa Yahudilah yang
menyebabkan rakyat Jerman (Ras Arya) menjadi warga dunia yang rendah.
Sehingga hal ini sangat penting agar rakyat Jerman bisa bebas melakukan
kemajuan ekonomi tanpa hegemoni bangsa Yahudi. Selain bangsa Yahudi
Hitler pun menanamkan rakyat Jerman untuk membenci bangsa Salavia, yaitu
dengan memperlakukan seperti halnya bangsa Yahudi dengan
mendiskriminasi bangsa Salavia yang sering ia sebut-sebut di mein Kampf
bahwa selain Yahudi, bangsa Salavia jugalah yang telah menyebabkan bangsa
Jerman hancur.

Dalam bukunya main kamp, Hitler menyatakan bahwa di dalam


berpolitik haruslah sang fuehrer memiliki kharisma yang tidak hanya untuk

9
menarik hati rakyatnya, akan tetapi memiliki wibawa di hadapan militer
sehingga dapat mengusai militer dalam negara itu. Karena tanpa dukungan dari
militer sulit sekali bagi seseorang untuk menguasai negara itu secara cepat, dan
selain itu militer digunakan untuk membersihkan para pemberontak, dan
menjadi perisai keamanan suatu negara. Hal ini dibuktikan oleh hitler, dimana
pada tahun 1934 sebelum dia mengirim pasukan militernya untuk menguasai
daerah Rhein yang bertujuan melecehkan keberadaan Liga Bangsa-Bangsa
dengan merobek perjanjian versailes, dia melakukan sentuhan langsung
dengan berkumpul serta tidak segan-segan untuk makan bersama-sama
militernya. Hal ini adalah salah satu cara yang dilakukan Hitler agar dia bisa
dekat dengan militer dan menguasai militer Jerman sepenuhnya.

Selain itu dengan naiknya hitler dengan menyatakan dia adalah


penguasa yang absolut, Hitler juga melakukan penunggalan partai, yaitu hanya
partai NAZI agar menurutnya negara ini tetap menjadi satu untuk sebuah
perjuangan yang akan dilakukan oleh sebuah massa sejati dari konsepsi-
konsepsi dan terbabas dari opini-opini tradisional lama. Dan dengan
penunggalan partai hal ini berarti negara berada di bawah kekuasaannya.

1. Intervensi Kebijakan Politik Adolf Hitler


Pada masa kekuasannya, Hitler menerapkan sistem totaliter di
Jerman. Karena ini terlihat dari aktifitas politik masa kekuasaanya dimana
Hitler menunggalkan partai NAZI, dan menjadi penguasa yang tidak bisa
digantikan oleh manusia dan partai apapun (penguasa diktator). Oleh karena
itu, pengaturan pemerintah secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai
tunggal yang sangat nasionalis, militeris dan imprealis adalah sebuah sistem
yang hanya berlaku pada ideologi fasisime.
Untuk membentuk Negara totaliter pemerintahan harus dipimpin
oleh satu Pemimpin yang bertanggung jawab atas segala-galanya artinya
pemerintahan harus disusun secara diktaktor.Adolf Hitler selalu
menekankan kepada pemuda Jerman bahwa bangsa Jerman adalah bangsa
yang besar yang ditakdirkan untuk memerintah dunia karena bangsa Jerman
adalah bangsa berdarah Arya, yang merupakan pangkal kekuatan jerman.
Namun kekuatan itu sedang terbelenggu oleh kekuatan asing, yaitu bangsa

10
Yahudi dan Komunis. Orang Yahudi sebagai penyebab semua itu harus
dimusnahkan. Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk melepaskian diri dari
penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus membentuk
angkatan perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer (
pemimpin besar ).
Dipentas kekuasaannya, Hitler menerapkan ideologi fasisme di
Jerman. Karena Hitler juga termasuk orang yang tertarik terhadap ideologi
fasis yang diterapkan Benito Musolini di Italia. Dalam Main Kampf, Hitler
menyebut Musolini sebagai sebagai seorang manusia agung (a great man)
berkelas dunia.
Ideologi fasisme dianggap yang paling kejam, akan tetapi juga yang
paling populer, hal ini disebabkan oleh semakin mengganasnya gerakan-
gerakan Fasis melalui berbagai sokongan yang semakin bertambah. Sebagai
pemimpin Nazi Hitler beranggapan bahwa sesungguhnya bangsa Arya
merupakan bangsa tertinggi di atas bangsa lain yang ada di dunia, oleh
karenanya Hitler menginginkan agar bangsa Arya dapat disegani oleh
bangsa-bangsa yang lainnya termasuk Yahudi yang mendominasi Jerman.
Hal penting yang pertama dilakukan oleh Hitler adalah
menyadarkan kembali bangsa Arya agar dapat terbebas dari belenggu
Yahudi kerap menimbulkan penyiksaan-penyiksaan terhadap suku Arya
sendiri, maka sejak saat itu berkembanglah ideology Fasisme yang sengaja
ditanam oleh Hitler dihati bangsa Arya.
Sesuai dengan pengertiannya, Fasisme adalah peraturan pemerintah
dan masyarakat yang secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang
sangat nasionalis, rasialis, militer dan agresif impearialis, oleh karenanya
Fasisme yang dianut oleh Jerman disebut Nazisme karena partai tunggal
yang berkuasa pada saat itu adalah Nazi yang dipimpin oleh Hitler pasca
Perang Dunia I.
Munculnya Fasisme yang dicanangkan oleh Adolf Hitler seiring
dengan tekanan Hitler kepada pemuda Jerman yang menegaskan bahwa
Jerman harus menjadi bangsa yang besar dan dapat memimpin dunia, Hitler

11
meyakinkan bahwa bangsa Arya harus segera melepaskan diri dan harus
memusnahkan Yahudi.
Fasisme yang ditanamkan oleh Hitler tampaknya berhasil
menggaungi hati pemuda yang sengaja dibentuk oleh Hitler untuk menjadi
bagian dari bangsa yang kuat Fasisme lahir dari sebuah sistem politik yang
penganutnya memiliki kesamaan pokok dalam dunia politik, begitupun
Nazisme yang diciptakan di Jerman yang dapat dikategorikan memiliki
kesamaan pengertian dan tujuan dengan Fasisme. Akan tetapi Nazisme di
sini lebih menekankan persoalan nasionalisme dan rasialisme.
Peristiwa-peristiwa Depresi Besar menghasilkan gelombang
internasional fasisme dan penciptaan rezim fasis berganda dan rezim
yang mengadopsi kebijakan fasis. Rezim yang paling penting fasis baru
Nazi Jerman, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Dengan bangkitnya
Hitler dan Nazi berkuasa pada 1933, demokrasi liberal dibubarkan di
Jerman, dan Nazi dimobilisasi negara untuk perang, dengan tujuan
ekspansionis teritorial terhadap negara-negara ganda. Pada tahun 1930
dilaksanakan Nazi hukum rasial yang sengaja didiskriminasi, dan
menganiaya orang-orang Yahudi, homoseksual, dan kelompok-kelompok
ras dan minoritas lainnya.
Fasis Hungaria Gyula Gombos naik ke tampuk kekuasaan sebagai
Perdana Menteri Hongaria pada 1932 dan mengunjungi Fasis Italia dan Nazi
Jerman untuk mengkonsolidasikan hubungan baik dengan dua rezim.
Gerakan Besi fasis Guard di Rumania melonjak dalam dukungan
politik setelah tahun 1933, mendapatkan perwakilan dalam pemerintahan
Rumania, dan seorang anggota Garda Besi Rumania dibunuh perdana
menteri Ion Duca.
Berbagai pemerintah para-fasis yang dipinjam unsur-unsur dari
fasisme terbentuk selama Depresi Besar termasuk Jerman, Italia, Yunani,
Lithuania, Polandia, dan Yugoslavia International gelombang fasisme dan
Perang Dunia II (1929-1945).
Kondisi politik pasca kemenangan Hitler di Jerman, setelah Naiknya
Hitler ketangga kekuasaan, tidaklah hanya berhenti sampai kemenangannya

12
di pemilu yang mencapai suara rakyat hampir 90%. Justru sejak saat itu,
Hitler menjadi homogen, dimana Hitler meyakinkan rakyat Jerman bahwa
apa yang ia benci, maka rakyat pun harus benci. Dan apa yang ia senangi,
maka rakyatpun harus suka. Bahkan mentri propaganda Hitler, Goebbels
melakukan revisi terhadap mein kampf Hitler agar semua isi dari literatur
itu bisa dicerna oleh kalangan orang banyak. Dan hal ini disetujui oleh
Hitler, yang menjadikan Mein Kampf menjadi buku pedoman rakyat
Jerman.
Selain itu untuk mengusai medan politik dalam negri, Hitler
menetapkan posisi-posisi penting dalam negri hanya di jabat oleh orang-
orang yang loyal kepada NAZI. Dan partai-partai politik selain NAZI pun
diberanguskan. Sehingga wadah aspirasi rakyat Jerman, hanyalah satu yaitu
NAZI.
Diktator ini benar-benar melakukan politik refresif terhadap segala
hal yang berbau penghianatan dan pemberontakan. Partai NAZI melakukan
pengawasan secara langsung terhadap media masa dan radio. Serta buku-
buku yang terindikasi berbahaya pada kekuasaan Hitler dibakar, selain itu
melakukan filterisasi terhadap guru-guru disekolah, sekaligus menjadikan
propaganda cinta NAZI menjadi mata pelajaran yang wajib.
Genap sepuluh tahun Hitler memerintah tepatnya 20 juli 1944, yang
kala itu dalam kondisi perang tentu mempengaruhi kondisi politik didalam
negri, begitu juga yang terjadi di Jerman. Politik saat itu masih bisa
terkendalikan oleh Hitler sang furher, meski banyak terjadi pemberontakan
seperti pada tubuh militer yang anti Hitler sempat melakukan oprasi
pembunuhan terhadap Hitler, namun rencana itu gagal dan diketahui Hitler.
Sebagai balasan atas perbuatan itu, Hitler menyeret komplotan jaringan
stauffenberg yang anggotanya adalah para jendral yang pada akhirnya Hitler
menggantung mereka hidup-hidup pada kail-kail dimuka umum.
2. Pembenahan Ekonomi di Jerman
Dalam pemerintahan republik ini, Jerman mengalami berbagai
macam kesulitan, Baik dalam keuangan ( Inflasi ) maupun kekacauan
ekonomi (Malaise). Dalam keadaan Negara yang kacau tersebut rakyat

13
Jerman mengharapkan orang yang kuat untuk memperbaiki keadaan. Dalam
suasana yang kacau ini muncullah Adolf Hitler dengan partai Extrim yaitu
NAZI.
Tetapi setelah kenaikanya, walaupun Hitler melakukan kejahatan
teramat keji terhadap rakyat negara-negara lain, tetapi juga berjasa bagi
rakyat Jerman, jika tidak, mustahil dia mendapatkan dukungan fanatisme
dari orang Jerman (kala itu). Hitler dengan gerakan cepat melakukan
revolusi industri dengan melakukan pembangunan industri besar-besaran
atau dikenal dengan jaman renaissance di Jerman untuk mengembalikan
kehidupan ekonomi di jerman, khususnya untuk ras arya agar dalam
kehidupan ekonomi negara lebih baik. Sehingga pendapatan perkapita
tahun 1940 di Jerman naik melonjak. Meskipun disisi lain, seiring dengan
bertumbuhnya perekonomian di Jerman, Hitlerpun berencana memabngun
meningkatkan tekhnologi untuk keperluan perang.
Hitler sering sekali melakukan kunjungan-kunjungan ke pabrik-
pabrik melihat perkembangan industri di Jerman, ia juga sesekali
menyempatkan waktu melihat kondisi pertanian di Jerman saat itu.
Sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama Hitler berhasil melajukan
kondisi perekonomian Jerman yang tadinya terpuruk, menjadi negara yang
kaya selain itu pendapatan perkapita negara pada jaman Hitler naik
melonjak dua kali lipat dibandingkan sebelum Hitler.
Data menunjukkan, empat tahun setelah Hitler berkuasa, PDB
Jerman tumbuh sebesar 102%, pendapatan nasional meningkat dua kali
lipat, pendapatan per kapita hanya di bawah Inggris dan Amerika Serikat,
pengangguran dari semula 6 juta berkurang menjadi hanya 40.000, dan
tingkat pengangguran dari 30% anjlok menjadi 1,3%; bersamaan itu
menyelesaikan pembangunan jaringan jalan raya bebas hambatan nasional,
mereformasi sistem basis industri berat, juga melengkapi negaranya dengan
sebuah tentara modern.
Jerman yang awalnya memiliki defisit dan tingkat pengangguran
tertinggi dan telah benar-benar di ambang kebangkrutan, naik menjadi

14
peringkat kedua negara ekonomi kuat dunia dan telah menciptakan
keajaiban kebangkitan ekonomi.
Hitler memenuhi janji kampanyenya untuk membuat rakyat
Jerman mencapai kesejahteraan umum bukan hanya membiarkan beberapa
orang yang menjadi kaya lebih dahulu, melainkan memberikan mayoritas
kelas buruh dan kelas karyawan bersama-sama menjadi sejahtera.
Sebagai contoh perusahaan mobil Jerman Volkswagen yang
didirikan pada 1938, tujuannya adalah agar rakyat biasa mampu membeli
mobil. Selain itu, selain lingkungan kerja para pekerja telah ditingkatkan,
juga setiap tahun dapat pergi berlibur ke luar negeri, hal seperti ini di Inggris
dan Amerika Serikat belum pernah terjadi. Dikatakan bahwa pada saat itu
hampir semua barang yang mampu dibeli oleh kelas buruh.
Peningkatan cepat kekuatan nasional, sangat meningkatkan
martabat nasional, rasa bangga diri dan konsep atribusi, sehingga mereka
berkumpul di bawah komando Hitler. Hitler, seorang yang yakin baha ia
harus memimpin, tak boleh ragu, tampil ke mimbar dan menciptakan sebuah
pemerintah yang aktif mengatur perekonomian. Jual beli mata uang asing
dikontrol. Pemakaian barang impor diusahakan dibatasi. Jerman, dengan itu
semua muncul sebagai suatu prestasi yang unik pada zaman resesi tahun 30-
an: tak ada orang yang menganggur, dan harga-harga stabil.
3. Tujuan Fasisme Hitler
Depresi Jerman ditahun 1930-an memberikan kesempatan yang
ditunggu Hitler. Dengan pabrik-pabrik Jerman yang tutup dan enam juta
orang tanpa pekerjaan, NAZI barhasil menyusun barisan orang-orang yang
tidak puas ini.
Krisis ekonomi dan politik di Jerman yang berlarut-larut
sehingga menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyat Jerman, yang mana
rakyat inilah yang dianggap oleh Adolf Hitler sebagai bangsa Arya, yaitu
bangsa yang sangat luhur dibandingkan dengan ras-ras yang lain.
Tujuan umum Fasisme adalah untuk membuat individu dan
masyarakat berfikir dan bertindak secara seragam, sehingga untuk mencapai
sebuah tujuan tersebut para Fasis harus menggunakan kekuatan dan

15
kekerasan secara bersama dalam segala hal. Fasisme sendiri menyatakan
bahwa semua harus tunduk kepada aturan mereka, jika ada salah seorang
saja yang tidak tunduk maka akan selamanya menjadi musuh kaum Fasis.
Begitu pun yang terjadi di Jerman, tujuan dari Fasisme Hitler adalah
tidak jauh berbeda dengan tujuan Fasisme secara umum. Hitler
menggemborkan Fasisme agar penduduk khususnya pemuda Jerman
memiliki kesamaan dalam berfikir dan bertindak, sehingga kekuatan yang
dimiliki akan semakin bertambah.
Lebih khususnya lagi Hitler mencanangkan Fasisme di Jerman agar
bangsa Arya dapat merebut kembali kekuasaan Jerman dari dominasi
Yahudi, kemudian meluas untuk menguasai dunia melalui kekuatan dan
keberanian dalam membela bangsa dan tanah air dengan cara menanamkan
doktrin bahwa bangsa Arya adalah nomor satu di bagian dunia mana pun.
Fasisme yang dicetuskan Hitler ini lebih memfokuskan terhadap
kesejahteraan dan kemerdekaan Jerman yang selama ini tertindas terutama
kaum Yahudi yang dianggapnya telah semena-mena memperlakukanyya.

2.4. Politik Jermana Pasca Runtuhnya Fasisme Adolf Hitler


Jerman sebagai negara fasis yang sangat diperhitungkan kekuatannya
oleh percaturan politik dunia. Karena selain Italia, Jerman adalah negara yang
melatar belakangi terjadinya perang dunia II. Sehingga dengan keadaan
tersebut pada akhirnya membuat negara-negara Eropa yang lain, termasuk
Amerika yang anti fasis sangat geram terhadap Jerman, dan melakukan
penyerangan terhadap Jerman dan sekutu, yang menimbulkan terjadinya
perang dunia II. Pada titik klimaksnya, Jerman mengalami kekalahan yang
menimbulkan keterpurukan kancah politik didalam negaranya.

Hal ini ditandai dengan kematian Hitler yang dalam sejarah sangat
mengenaskan, yaitu didalam bunker yang isinya adalah keluarga dan mentri
luar negerinya Goebles. Setelah kematian Hitler, Jerman menyerah pada
sekutu. Dan yang tersisa dari akhir peperangan oleh sang Furher itu adalah
kematian lebih dari 50 juta jiwa.

16
Setelah kematian Hitler berakhirlah perang dunia II, setelah third reich
kolaps jalanan di Jerman tidak lagi dipenuhi derap kaki para perajurit
yang menyuarakan yel-yel penuh semangat atau teriakan sang fuehrer dari
pengeras suara melantangkan serangan. Tetapi dibalik kesunyian yang
menandakan berakhirnya kegelapan masa perang itu, yaitu sekitar 12 tahun
perang itu berhenti. Ironisnya, era kegelapan itu menjadi masa dimana konflik
politik berkecemuk. Dimana perebutan kekuasaan di Jerman terjadi yang
mengakibatkan Berlin di belah dua oleh tembok, tanah Jerman dibagi menjadi
dua, dan sebagian rakyat Jerman meneruskan kehidupannya dalam wilayah
anti-demokrasi.

Perubahan bingkai politik Jerman setelah kejatuhan Hitler tidaklah


100% berhasil mengubah negara fasis itu menjadi negara yang demokratis.
Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan politik dalam negri,
dimana kebijakan itu di satu pihak disepakati, akan tetapi di pihak lain justru
kebijakan itu menjadi froblem baru sehingga percaturan politik Jerman saat itu
sungguh dalam keadaan chaos.

Dinamika partai politik yang saling bersaing memperebutkan pengaruh


dalam pemerintahan dan parlemen sangat menentukan arah kebijakan luar
negeri Jerman merespon isu perubahan iklim.

Tidak terlepas dari pengalaman buruk masa lalu yakni kegagalan


sistem politik zaman Republik Weimar dan masa kediktatoran Hitler yang
menorehkan luka mendalam rakyat Jerman. Atas dasar itu kemudian
disusunlah Basic Law 1949 yang mengatur kehidupan demokrasi dan
bernegara bangsa Jerman agar tidak terulang kembali peristiwa buruk masa
lampau. Dalam konstitusi yang berlaku sejak tahun 1949 ini, Jerman adalah
negara hukum yang menganut pembagian kekuasaan trias politika dengan
memisahkan kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan pada eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Penyebaran kekuasaan ini menghasilkan sistem
demokrasi parlementer yang membutuhkan partisipasi dari banyak pihak serta
mendorong adanya pengambilan keputusan secara consensus.

17
Pemerintahan koalisi yang terbentuk hampir dalam setiap pergantian
pemerintahan memungkinkan partai politik kecil didengar suaranya. Aturan
parliament treshold sebesar 5 persen membuat partai politik sekurangnya
memiliki wakil lebih dari 30 orang dari seluruh anggota parlemen yang
berjumlah 614 orang. Kurang dari itu partai politik tidak berhak menempatkan
wakilnya di parlemen. Jumlah tersebut cukup bagi partai politik untuk
memainkan peranannya dalam parlemen yang menganut sistem demokrasi.
Partai-partai politik kecil seringkali menjadi bagian dari koalisi pemerintahan
ataupun menjadi kelompok oposisi di parlemen. Hal ini membuat partai kecil
punya peluang untuk membawa agenda perjuangannya ke dalam pembahasan
resmi di parlemen baik sebagai oposisi maupun rekan koalisi di pemerintahan.
Hal ini terjadi dengan Partai Hijau yang berhasil mengangkat isu lingkungan
ke dalam agenda pembahasan politik di parlemen. Gambaran sistem politik
domestik Jerman ini akan menjadi landasan dalam menguraikan dinamika
politik domestik yang berlangsung sehubungan dengan isu perubahan iklim
global.

Dan sampai saat ini Jerman selalu dalam kondisi dimana perbaikan-
perbaikan politik dilakukan dalam negaranya. Sehingga dari pemerintahan
diktator Hitler ini menjadikan pelajaran bagi Jerman untuk menjadi negara
yang demokratis.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Munculnya Adolf Hitler sebagai fuehrer yang mendalangi terjadinya
perang dunia II adalah sebagai anti thesis dari pergolakan politik, ekonomi,
serta kehidupan sosial rakyat Jerman. Sehingga pada akhirnya menimbulkan
hasrat Hitler untuk menunjukan pada dunia bahwa bangsa Arya tidaklah pantas
untuk ditindas sehingga pada akhirnya timbullah keinginan untuk menguasi
dunia dengan ideologi fasismenya.

Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik.


Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai,
dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan
pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa
suatu bangsa dan terciptanya negara yang ideal untuk membentuk suatu elit
pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan eugenika kebijakan
keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat,
identitas kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan
kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis
melarang dan menekan oposisi terhadap negara.

Fasisme didirikan oleh sindikalis nasional Italia dalam Perang Dunia I


yang menggabungkan sayap kiri dan sayap kanan pandangan politik, tapi
condong ke kanan di awal 1920-an. Para sarjana umumnya menganggap
fasisme berada di paling kanan. Fasis meninggikan kekerasan, perang dan
militerisme sebagai memberikan perubahan positif dalam masyarakat, dalam
memberikan renovasi spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan
untuk mendominasi dalam karakter orang, dan menciptakan persaudaraan
nasional melalui dinas militer. Fasis melihat kekerasan dan perang sebagai
tindakan yang menciptakan regenerasi semangat, nasional dan vitalitas.

Fasisme adalah anti-komunisme, anti-demokratis, anti-individualis,


anti- liberal, anti-parlemen, anti-konservatif, anti-borjuis dan anti-proletar, dan

19
dalam banyak kasus, anti-kapitalis Fasisme. menolak konsep-konsep
egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan,
disiplin, hirarki, semangat, dan keinginan. Dalam ilmu ekonomi, fasis
menentang liberalisme sebagai gerakan borjuis dan Marxisme sebagai sebuah
gerakan proletar untuk menjadi eksklusif ekonomi berbasis kelas gerakan
Fasis. ideologi mereka seperti yang dilakukan oleh gerakan ekonomi trans-
kelas yang mempromosikan menyelesaikan konflik kelas ekonomi untuk
mengamankan solidaritas nasional Mereka mendukung, diatur multi-kelas,
sistem ekonomi nasional yang terintegrasi. Sistem inilah yang menarik
perhatian Hitler, sehingga menjadikan ideologi fasis sebagai solusi dari
ketidakberesan di Jerman. Dan pada perjuangan inilah dia memulai fasisme
melalui partainya NAZI.

Apapun stetmen tentang NAZI. Adolf Hitler, dan Fasisme, hal yang
sebetulnya dituliskan oleh sang Furher ini adalah seperti apa yang tertuang
didalam Mein Kampf yang ditulisnya. Meskipun pada akhirnya banyak sekali
yang mengutuk Hitler dan meminta pertanggungjawabnnya atas terjadinya
perang dunia II. Akan tetapi, hal ini bila ditilik secara seksama, memang
setelah tampuk kekusaan di pegang oleh Adolf Hitler Jerman mengalami
perubahan yang drastis baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan
perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal ini selaras dengan cita-citanya
bahwa suku bangsa ras Arya haruslah lepas dari ketertindasan bangsa Yahudi
dan Salavia. Karena hanya ras Aryalah yang paling luhur.

Kurang lebih dalam pemerintahannya dia menyatakan bhwa, hanya


cinta dan kesetian kepada rakyat sajalah yang telah memandu pikiran,
tindakan, dan kehidupannya. Selain itu Hitler mengatakan, bahwa aku atau
siapapun orang Jerman tidak menginginkan perang terjadi pada tahun 1939,
yaitu perang yang memicu terjadinya perang dunia II. Menurutnya perang itu
sebenarnya diprovokasi oleh negarawan-negarawan dunia yang berasal dari
keturunan Yahudi, maupun yang bekerja untuk kaum Yahudi.

Dan dalam salah satu literatur dituliskan bahwa sebenarnya Hitler


pernah menawarkan gencatan senjata atas pertanggungjawabannya terhadap

20
terjadinya perang dunia II. Akan tetapi, solusi yang ditawarkan Hitler ini
ditolak oleh Amerika, inggris, dan sekutunya. Dan Hitler pun menuliskan
bahwa perang dunia II seharusnya adalah tanggungjawab orang-orang Yahudi
dan antek-anteknya.

Dari apa yang dituturakan Hitler, terlepas dari apakah benar atau hanya
pemutar balikan fakta sejarah. Tetapi pada intinya naskah atau dokumen
politiknya yang terakhir dia catat, yaitu political testament menyatakan Hitler
tidak menginginkan terjadinya preang dunia II. Dan munculnya Hitler ke
panggung kekuasaan hanyalah sintesis dari akibat perlakuan Yahudi, serta
dominasi kekuatan dari Amerika dan sekutunya, untuk menjadikan Jerman
sebagai negar boneka. dan ketidak becusan pemerintah Jerman sebelumnya
yang mengakibatkan rakyat menjadi korban penindasan.

Tetapi perang telah terjadi dan sejarahpun mencatat bahwa Hitler telah
kalah dan mati bunuh diri karena cita-citanya untuk menguasai dunia tidak
tercapai, akhirnya dia prustasi dan meninggalkan tapak tilas perang dunia II,
dengan korban hampir 50 juta jiwa atas tindakannya.

Dan keruntuhan Jerman setelah kematiannya adalah hasil dari


hasratnya yang tidak tercapai. Sehingga pada akhirnya Jerman dan berjuta-juta
rakyatnyalah yang harus menanggung penderitaan dari kediktatorannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Darma. 2006. Menantang Diktator (Konspirasi Rahasia Anti Hitler). Jakarta:
Kompas.

Archer, Jules. 2004. Kisah Para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis,
Komunis, Despotis dan Tiran. Yogyakarta: Narasi.

Butler, Rupert. 20008. Hitler’s Young Tigers: Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja
Hitler dalam Perang Dunia II. Jakarta: Planet Buku.

Bero, Vincent. 2007. Musolini diantara Bayang-Bayang Hitler dan Romantika


Clara Petacci. Jakarta: Transmedia Pustaka.

Ebenstein, Wiliam. 2006. Isme-Isme yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta:


NARASI.

Hitler, Adolf. 2010. Mein Kampf: Edisi Lengkap Volume I dan II. Jakarta: PT Suka
Buku.

Maharani, Sabrina. 2010. Hitler Tidak Mati di Bunuh. Jakarta: Buku Kita.

Pambudi, Agustinus. 1999. The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler).
Jakarta: Agromedia Pustaka.

22

Anda mungkin juga menyukai