Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING

HMI CABANG PEKALONGAN

SEJARAH KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT SEBAGAI LATAR


BELAKANG KONDISI GENDER DI INDONESIA

Oleh :
MUHAMMAD ZAKY GAVICKY

ASAL CABANG :
HMI CABANG MALANG
KOMISARIAT AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMASIYAH MALANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kepada kehadirat Allah selalu tercurah limpahkan dalam
bentuk ritual dan sosial, uapaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tercermin
kepada setiap kader HMI se-Indonesia, karena atas berkat limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya kita semua masih dapat menjalankan tugas kemanusiaan dan tugas ke-
ilahiyan. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW. Sang pembebas dunia penindasan dan sang pencerah dunia kegelapan karena
beliaulah kita merasakan nikmat Iman, Ilmu dan Amal.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh para pahlawan perjuangan
sehimpun secita yakni pengurus HMI Cabang Malang Komisariat Agama Islam
UMM Periode 1443-1444 H/2021-2022 M yang membimbing, membina saya dalam
proses perkaderan pasca basic training maupun dalam penulisan makalah ini. Tujuan
suci saya niatkan dalam memenuhi tugas yang diberikan oleh HMI Cabang
Pekalongan untuk mengikuti Intermediate Training yang akan segera dilaksanakan.
Ucapan terimakasih pula kepada seluruh pihak yang terkait dalam
pelaksanaan Intermediate Training HMI Cabang Pekalongan karena telah
memberikan kesempatan saya untuk membaca, menulis dan berpikir tentang apa yang
saat ini menjadi tanggung jawab untuk mengikuti Intermediate Training.
Semoga apa yang saya uraikan secara singkat nanti akan bermanfaat bagi
semua yang membacanya sekaligus menjadi sumber tambahan bagi yang belum
mengetahuinya. Amin.

Billahitaufiq Wal Hidayah


Wassalamualaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Kondisi Geopolitik Indonesia.........................................................................4
B. Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit..........................................................11
C. Sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya terhadap kondisi
Geopolitik Indonesia................................................................................................13
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gender merupakan suatu kajian yang selalu menarik jika dikaitkan
dengan berbagai macam bidang kajian yang lain. Di masa sekarang ini
tentu kita akan sangat banyak menemukan kajian gender yang sudah
pernah dikaitkan dengan bidang kajian lain seperti gender dalam Islam,
gender dalam hukum atau undang-undang, gender dalam Hak Asasi
Manusia, gender dalam pendidikan, gender dalam politik dan lain
sebagainya yang berkenaan dengan pandangan terhadap konsep gender.
Dalam tulisan ini penulis ingin lebih fokus untuk mendalami
gender dalam politik, dimana terjadi dalam masa-masa Majapahit. Gender
dipopulerkan oleh kelompok feminis barat yang bertujuan untuk
memberdayakan kaum perempuan. Hal ini tidak terlepas dari faktor
politik, yang utamanya adalah dalam kekuasaan
Melihat kembali Kerajaan Majapahit sebagai salah satu Kerajaan
terbesar di Nusantara yang memiliki kekuasaan luas bahkan sampai ke
Madagaskar. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit dimasa kepemimpinan
Raja Hayam Wuruk, juga merupakan Raja terbaik Majapahit yang
membentuk Majapahit makmur dan mengalami masa yang sangat jaya
(Bayu & Aji, 2013).
Namun tetap dalam sejarah Kerajaan di Jawa yang bermula dari
Kerajaan Mataram Kuno sampai Kerajaan Mataram Islam tidak dapat
dilepaskan dari politik. Berkaitan dengan politik yang cendrung digunakan
raja-raja Kerajaan untuk mendapatkan kekuasaan, yang mana politik
digunakan untuk mendapatkan atau merebut kekuasaan dari pihak lain
(Achmad, 2016). Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa masa kejayaan
Kerajaan Majapahit pula dikehendaki atas praktik politik saat itu.
Bertolak dari kerangka teori, persoalan, dan situasi yang dijelaskan
di atas menjadikan landasan penulis untuk menghadirkan ulasan-ulasan

1
yang diupayakan komprehensif membahas relasi antara kondisi gender
Indonesia dengan sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit yang pernah
terjadi.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun fokus masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana geopolitik Indonesia ?
2. Bagaimana sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit ?
3. Bagaimana sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya
terhadap kondisi geopolitik Indonesia ?

A. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini terbagi menjadi dua kebutuhan, yakni secara
praktis dan kebutuhan teoritis.
Adapun tujuan praktis dari penulisan ini sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan Intermediate Training HMI Cabang
Pekalongan.
2. Sebagai proyeksi gagasan yang perlu dibahas dalam setiap
diskursus kilmuan yang dilakukan di komisariat.
Sedangkan tujuan secara teoritis yaitu sebagai berikut :
1. Menambah wawasan keilmuan di bidang gender dalam perspektif
Islam bagi penulis, kerabat dekat penulis dan teman sehimpun
penulis di HMI dalam menyumbangkan gagasan keilmuan baik di
Eksternal HMI maupun di Internal HMI khususnya di tingkat
komisariat.
2. Memberi peringatan kepada kader HMI untuk ikut serta merespon
isu-isu gender di Indonesia atas dasar kepentingan umat dan
bangsa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geopolitik Indonesia


Sebelum masuk pada pembahasan yang berkenaan dengan kondisi
Geopolitik Indonesia yang lebih spesifik penulis ingin memaparkan
terlebih dahulu beberapa dari teori geopolitik sebagai berikut :

a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel : negara seperti organisme yang


hidup. Membutuhkan ruangan untuk tumbuhberkembangnya
organisme hidup. Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau
teori biologis.
b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen: negara adalah suatu organisme
bukan hanya mirip. Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama.
Keduanya mengajukan paham ekspansionisme yang melahirkan
ajaran adu kekuatan (power politics atau theory of power).
c. Teori Geopolitik Karl Haushofer : melanjutkan teori Ratzel dan
Kjellen. Jika jumlah penduduk suatu negara bertambah maka
negara hrs memperluas wilayah, dengan bermacam cara antara
lain:
(a) autarki, memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung negara
lain.
(b) wilayah-wilayah yang dikuasai (pan regional), misalnya : Pan
Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan Eropa Afrika.
Teori Haushofer dipraktikkan oleh Nazi Jerman sehingga terjadi
Perang Dunia II.
d. Teori Geopolitik Halford Mackinder : penguasaan daerah-daerah
jantung dunia. Dikenal teori daerah jantung. Barang siapa
menguasai ‘daerah jantung’ (eropa timur dan Rusia) maka ia akan
menguasai pulau dunia (eropa, asia, dan afrika) yg pada akhirnya
akan menguasai dunia.

4
e. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan : perlu memanfaatkan dan
mempertahankan sumberdaya laut, juga akses laut. Dikenal konsep
bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan
akan menguasai kekayaan dunia.
f. Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan
JFC Fuller : kekuatan dirgantara lebih berperan dalam
memenangkan peperangan melawan musuh. Muncul konsep
wawasan dirgantara atau konsep kekuatan di udara.
g. Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman : dikenal dengan teori
daerah batas. Ia membagi dunia dalam empat wilayah : (a) pivot
area, wilayah jantung, (b) offshore continen land, wilayah pantai
benua Eropa – Asia, (c) oceanic belt, wilayah pulau di luar Eropa –
Asia, Afrika Selatan, (d) new world, wilayah Amerika. Spijkman
memandang perlu kekuatan kombinasi dari angkatan-angkatan
perang untuk menguasai wilayah-wilayah dimaksud. Pandangan ini
menghasilkan Teori Garis Batas (Rimland) yang dinamakan
Wawasan Kombinasi (Griffiths, 2007).

Dilanjutkan pada penerapan teori geopolitik dalam geopolitik


Indonesia, bangsa Indonesia menerjemahkan geopolitik dengan istilah
Wawasan Nusantara dan di terapkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Kata wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan,
penglihatan atau tanggap inderawi, sedangkan istilah nusantara
dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan
gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik
dan Samudera Indonesia serta di antara benua Asia dan benua Australia
(Hakim, 2011). Untuk membina dan menyelenggarakan kehidupan
nasional, bangsa Indonesia merumuskan suatu landasan visional yang
dapat membangkitkan kesadaran untuk menjamin persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan yang menjadi cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya. Landasan visional ini dikenal dengan istilah

5
Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional dan diberi nama
Wawasan Nusantara.

1. Wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia, yang diberi


pengertian sebagai cara pandang dan sikap bangsa indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap
aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

2. Latar Belakang Filosofi Wawasan Nusantara sebagai geopolitik


Indonesia dikembangkan berdasarkan latar belakang filosofi
sebagai berikut:
1) Falsafah Pancasila
Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan falsafah
pancasila yang mengandung nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan, keadilan dan keberadaban, persatuan dan kesatuan,
musyawarah untuk mencapai mufakat, serta kesejahteraan guna
menciptakan suasana damai dan tenteram menuju kebahagiaan
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dari
generasi ke generasi.
2) Aspek Kewilayahan Nusantara
Kondisi objektif geografi Indonesia terletak pada posisi silang
yang
sangat strategis, dan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan negara lain. Hal tersebut menjadi aspek yang
melatarbelakangi pengembangan Wawasan Nusantara. Kondisi
objektif geografi Indonesia mengandung beraneka ragam
kekayaan alam baik yang di dalam maupun di atas permukaan
bumi, potensi di udara dan ruang antariksa dan jumlah
penduduk yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang

6
masing-masing memiliki budaya, adat istiadat/ tradisi, dan pola
kehidupan yang beraneka ragam.
3) Aspek Sosial Budaya
Wawasan Nusantara juga dikembangkan berdasarkan kondisi
objektif bangsa Indonesia yang beraneka ragam budaya, adat
istiadat, agama, dan bahasa serta sistem masyarakat dan
organisasi kemasyarakatannya. Kepemilikan itu merupakan
warisan yang diterima secara emosional dan bersifat mengikat
secara kuat ke dalam, karena itu sangat sensitive sifatnya.
Faktor-faktor negatif secara sosial-budaya dapat menimbulkan
disintegrasi atau perpecahan bangsa secara bersama-sama oleh
seluruh rakyat Indonesia, oleh karenanya harus diupayakan
untuk dihilangkan.
4) Aspek Kesejarahan
Bangsa Indonesia lahir di atas perjalanan sejarah yang sangat
panjang, sedangkan semangat kebangsaan untuk menjadi
bangsa merdeka ditandai dengan lahirnya Organisasi Budi
Utomo. Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan buah dari
perjuangan yang dilandasi semangat tersebut. Oleh karena itu
semangat kebangsaan yang telah dibangun susah payah oleh
generasi terdahulu seharusnya dapat tetap dipelihara dan
dipertahankan oleh generasi saat ini. Wawasan Nusantara
dikembangkan berdasarkan aspek kesejarahan atas dasar
pengalaman sejarah yang tidak menerima terulangnya
perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia.

3. Kedudukan Wawasan Nusantara


a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia
diciptakan oleh bangsa Indonesia dan dijalankan oleh seluruh
rakyat Indonesia dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional.

7
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari tingkat kedudukannya sebagai berikut:
1) Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa
berkedudukan sebagai landasan ideal
2) UUD 1945 sebagai landasan konstitusi negara berkedudukan
sebagai landasan konstitusional
3) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional berkedudukan
sebagai landasan visional
4) Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan
sebagai landasan konsepsional
5) RPJM sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijakan dasar nasional berkedudukan sebagai landasan
operasional.

4. Asas Wawasan Nusantara


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan
setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia
(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama,
terdiri dari:
1) Kepentingan bersama
2) Keadilan
3) Kejujuran
4) Solidaritas
5) Koordinasi/ kerjasama
6) Kesetiaan terhadap ikrar bersama

5. Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan serta rambu – rambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi

8
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

1. Tujuan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal
tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan – kepentingan
individu, kelompok, suku bangsa atau daerah. Kepentingan –
kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan
masyarakat banyak. Nasionalisme yang tinggi di segala bidang
kehidupan demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan
pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat
kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman
dan penghayatan konsepsi visional Wawasan Nusantara.

7. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1) Wadah
a. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh
lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau
yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu
Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta
dihubungkan oleh perairan
b. Tata Inti Organisasi

9
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial.
Presiden memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945.
Indonesia adalah Negara hukum ( Rechtsstaat) bukan
Negara kekuasaan (Machtsstaat ).
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran
politik dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki oleh
seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur
negara.
2) Isi
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan
manusia Indonesia meliputi:
- Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan
UUD 1945 yang menyebutkan:
1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang
bebas.
3. Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
3) Tata Laku
Tata laku Wawasan Nusantara dapat dirinci dalam dua unsur :
a. Tata laku Batiniah, yang tumbuh dan terbentuk karena
kondisi dalam proses pertumbuhan hidupnya, pengaruh
keyakinan pada suatu agama/kepercayaan termasuk
tuntututan bagi budi pekerti, serta pengaruh kondisi

10
kekuasaan yang memungkinkan berlangsungnya
kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
b. Tata laku Lahiriah, yang dituangkan ke dalam suatu
pola tata laksana yang dapat dirinci menjadi: tata
perencanaan, tata pelaksanaan, dan tata pengawasan.
Penerapan dari unsur wadah, isi, dan tata laku Wawasan
Nusantara dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Isi NKRI berupa falsafah Pancasila dan UUD


1945
2. Wadah berupa Nusantara, yang manakala diisi
atau diberi isi menampakkan wujud dan
wajahnya sebagai Wawasan Nusantara
3. Tata laku NKRI berupa UUD 1945 yang
apabila dilaksanakan dan diterapkan
berdasarkan Wawasan Nusantara akan
menghasilkan Ketahanan Nasional Indonesia

B. Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit


Majapahit adalah nama yang tidak asing lagi dalam perjalanan
panjang sejarah Indonesia. Majapahit terhitung sebagai salah satu kerajaan
terlama dalam periode klasik Hindu-Buddha yang pernah berdiri di
Nusantara (Djafar, 2009). Dampak dari rentang waktu yang panjang
tersebut memunculkan sebuah gambaran dinamika kehidupan yang
kompleks dan melahirkan perjalanan sejarah yang fluktuatif. Gambaran
kemegahan, kerayaan, pluralitas, misi diplomasi, kekayaan budaya
berselingan dengan gambaran tragis pem-berontakan, suksesi, perang
saudara, penaklukan dan perang serta pudarnya dominasi hegemoni3.
Gambaran kompleks Majapahit paling tidak memberikan sumbangan yang
sangat berharga bagi kajian sejarah baik untuk memperbandingkan dengan

11
masa-masa sebelumnya maupun sebagai refleksi pondasi masa kini yang
merupakan masa depan Majapahit.
Zaman keemasan Majapahit melekat erat dengan masa
pemerintahan Hayam Wuruk, raja keempat Majapahit. Bersama orang
yang mengasuhnya sejak kecil, Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun
Majapahit ke puncak kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan Bhinneka
Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa. Hayam Wuruk lahir tahun 1334,
beberapa bulan sebelum Gajah Mada dikukuhkan sebagai Mahapatih
Amangkubumi. Pada saat Gajah Mada mengucapkan sumpah sakral
Amukti Palapa bayi Hayam Wuruk baru saja menikmati udara Majapahit.
Di tangannyalah kemudian seluruh perairan nusantara bersatu menentang
penjajahan bangsa asing, terutama Tiongkok (Masmada, 2003).
Kebesaran Majapahit sebagai negara pemersatu bangsa, nusantara
raya, dikenal hampir di seluruh mancanegara pada zamannya dari tahun
1293 sampai 1478. Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik menarik perhatian beberapa negara sahabat, pada zamannya
maupun abad-abad belakangan ini. Kebesaran Majapahit, berarti kebesaran
Gajah Mada, Patih yang telah mengabdi kepada tiga pimpinan
pemerintahan selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada tahun 1343,
Majapahit menyerang Bali. Pasukan Majapahit dipimpin oleh bangsawan
bernama Usana-Jawa, mengalahkan pasukan Dalem Bedahulu, Raja
Pejeng. Usana-Jawa ditemani enam komandan, salah satunya Arya Damar.
Majapahit menang, dan keluarga bangsawan Bali ditawan. Arya Damar
disebut juga Adityawarman. Nama Adityawarman pertama kali disebut
dalam patung yang berasal dari tahun 1343 terletak di Candi Jago, Jawa
Timur, sebagai perwujudan Bodhisatwa Manjusri. Menurut Pararaton,
Adityawarman adalah anak laki-laki dari seorang putri Melayu bernama
Dara Jingga yang menikah dengan pangeran Jawa bernama Adwayarman.
Tentara inti Jawa dalam upaya menaklukan wilayah lain
disesuaikan dengan medan yang dihadapi. Setiap pengiriman pasukan,
baik dalam jumlah besar maupun jumlah kecil, selalu diperhitungkan

12
dengan matang. Dalam banyak peperangan, tentara Jawa memperoleh
kemenangan karena dibantu oleh negara lain. Ketika Majapahit
mengalahkan Singapura, bantuan Radjuna Tapa begitu besar. Begitu pula
ketika mengalahkan Negara Dipa, pangeran dan rakyat Negara Dipa
memberikan bantuan kepada tentara Jawa. Karena itu, pengiriman pasukan
tidak selalu dalam kekuatan maksimal. Dalam membantu menaklukan
Negara Dipa, tentara Jawa yang dikirim tidak lebih dari 1.000 orang
(Nugroho, 2011). Pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka penyatuan
Nusantara mencapai kemantapannya pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk. Daerah-daerah yang belum bernaung di bawah kekuasaan
Majapahit berhasil disatukan. Pemberitaan Prapanca dalam kitab
Negarakertagama menyebutkan bahwa wilayah kekuasaan Majapahit
sangat luas. Daerah tersebut meliputi hampir seluas wilayah Republik
Indonesia sekarang, yakni Sumatera di bagian Barat, sampai Maluku dan
Irian di bagian Timur. Hayam Wuruk sering melakukan perjalanan ke
daerah-daerah dalam rangka konsilidasi. Wilayah yang luas, pembinaan
perhadap setiap wilayah harus dilakukan agar tetap memiliki kesetiaan
terhadap pemerintahan pusat di Majapahit. Adanya kunjungan tersebut,
wilayah-wilayah di setiap daerah akan merasa diperhatikan oleh Raja
Hayam Wuruk (Pinuluh, 2010).

C. Sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya terhadap kondisi


Geopolitik Indonesia
Ulasan tentang implikasi kejayaan Majapahit terhadap geopolitik
Indonesia sebenarnya sudah cukup jelas untuk kita simpulkan melalui dua
ulasan di atas, namun penulis ingin menjelaskan lebih sederhana untuk
memudahkan pembaca dalam memahami tulisan ini. Majapahit dengan
pesona dan atas dasar falsafah kenegaraan Bhinneka Tunggal Ika tan hana
dharma mangrwa yang luar biasa, dianggap mampu mengendalikan dunia
(Muljana, 2009). Berkenaan dengan falasafah kenagaraan saat itu
Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa memiliki arti yang hebat

13
yakni berbeda-beda tetapi tetap satu, di dalam kebenaran tidak ada
kerancuan. Artinya kebenaran adalah universal dan tunggal satu,
kebenaran tidak akan berubah ketika dilihat melalui kacamata apapun.
Nilai yang lahir dari falasafah negara saat itu kemudian di adopsi oleh
geopolotik Indonesia saat ini, sehingga tata laku pada geopolitik Indonesia
saat ini adalah mengambil dari apa yang pernah ada di masa-masa
kejayaan Kerajaan Majapahit serta sempat membawanya kepada puncak
kejayaannya pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk. Dapat pula
diartikan bahwa secara historis majapahit berperan besar dalam geopolitik
Indonesia hari saat ini.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seluruh uraian singkat di atas disusun secara runtun mengenai
geopolitik Indonesia, sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit serta relasi
yang terjadi di antara keduanya. Geopolitik Indonesia secara garis besar
berada pada kondisi yang utuh karena secara filosofis maupun secara
historis geopolitik Indonesia benar-benar didasari atas unsur-unsur ide
yang sangat serius dalam pembutannya.
Majapahit sebagai salah satu Kerajaan yang masyhur di tanah Jawa
memiliki kontribusi besar terhadap kondisi geopolitik Indonesia saat ini,
karena pada hakikatnya ekspansi wilayah bahkan sampai pada falsafah
negara di Indonesia hasil dari kejayaan Kerajaan Majapahit saat itu.
Terlepas dari itu pola tingkah laku kerajaan Majapahit pula dulu membawa
mereka kepada masa kejayaannya yang sampai mampu menguasai dunia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. W. (2016). 13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Kerajaan di Tanah Jawa.


Yogyakarta: Araska.

Bayu, K., & Aji. (2013). Majapahit Menguak Majapahit Berdasarkan Fakta Sejarah.
Yogyakarta: Araska.

Djafar, H. (2009). Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan Masalahnya. Jakarta:


Komunitas Bambu.

Griffiths, M. (2007). International Relations Theory for the Twenty First Century An
introduction. New York: Routledge.

Hakim, C. (2011). Pertahan Indonesia. Indonesia: Red & White Publishing Indonesia.

Hayati, S., & Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Karim, S. (2014). Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia. Jakarta:


Gramedia.

Masmada, R. (2003). Gajah Mada sang Pemersatu Bangsa. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Muchtar, Y. (2002). Pendidikan Berperspektif Keadilan Gender. In Makalah “Dalam Rangka


Seminar Pengarusutamaan Gender.“. Jakarta: Depdiknas Jakarta.

Muljana, S. (2009). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di


Nusantara. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.

Nugroho, I. J. (2011). Majapahit Peradaban Maritim Ketika Nusantara Menjadi Pengendali


Pelabuhan Dunia. Suluh: Suluh Nuswantara Bakti.

Pinuluh, E. D. (2010). Pesona Majapahit. Yogyakarta: Buku Biru.

Rudi, T. M. (2002). Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin. Bandung: PT. Rafika Aditama.
CURRICULUM VITAE

IDENTITAS
Nama : Muhammad Zaky Gavicky
Tempat, Tanggal Lahir : Manokwari, 13 Februari 2001
Alamat asal : Manokwari – Papua Barat
Alamat di Malang : Jl. Tirto Taruno Gg.5 No. 8 Kel. Landungsari – Kec.
Dau – Kab. Malang
No. Telp : 082247811375
Email : zakygavicky13@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL


SD/MI/Sederajat : SD Yapis 02 Manokwari Tahun 2006/2012
SMP/MTs/Sederajat : SMP Plus Darussalam Banyuwangi Tahun 2012/2015
SMA/MA/Sederajat : MA Al-Amiriyah Banyuwangi Tahun 2015/2018
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2018/-

RIWAYAR PENDIDIKAN NON FORMAL


1. Basic Training HMI AI UMM Tahun 2018 Di Malang
2. Latihan Kader Dakwah Dasar LDMI HMI AI UMM Tahun 2018 Di
Malang
3. Latihan Kader Dakwah Nasional LDMI HMI Cabang Pontianak Tahun
2019 Di Pontianak

RIWAYAR ORGANISASI
1. HMI AI UMM Jabatan Wasekum PPPA Periode 2019-2020
2. LDMI HMI AI UMM Jabatan Direktur Umum Periode 2019-2020
3. HMI AI UMM Jabatan Sekretaris Umum Periode 2020-2021
4. HMI AI UMM Jabatan Ketua Bidang PTKP Periode 2021-2022

17
Malang, 06 Maret 2022

(M. ZAKY GAVICKY)

18

Anda mungkin juga menyukai