Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NAHDLATUN NISA, FORMAT POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA, PETA


GERAKAN ISLAM

Disusun Oleh:
Kelompok II
1. M. CHOIRUL THOBRONI HUKUM TATA NEGARA
2. MUTIARA CHUSNUL WAHIDAH TADRIS BIOLOGI
3. PUTRA FARIS SABQI PERSIAPAN AKUNTANSI SYARIAH
4. SEKAR CAHYA LUTFI EKONOMI SYARIAH
5. ZULFA FAUZIAH SYARIF PERSIAPAN AKUNTANSI SYARIAH

PELATIHAN KADER DASAR


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOMISARIAT JURAI SIWO METRO
CABANG KOTA METRO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Rencana Tindak
Lanjut Pelatihan Kader Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Makalah ini disusun sebagai hasil dari upaya kami dalam mengembangkan peran dan
kontribusi para kader mahasiswa dalam gerakan Islam di Indonesia. Gerakan mahasiswa Islam
memiliki peran strategis dalam membentuk pemikiran, semangat perubahan, serta mencerdaskan
dan memberdayakan generasi muda untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan
negara.
Dalam makalah ini, kami akan menyajikan gambaran mengenai latar belakang pentingnya
pelatihan kader dasar pergerakan mahasiswa Islam di Indonesia. Kami juga akan membahas
tujuan-tujuan utama dari pelatihan ini, serta merumuskan rencana tindak lanjut yang konkret dan
terarah. Rencana tindak lanjut ini mencakup berbagai aspek, seperti materi pelatihan, metode
pembelajaran, jadwal pelaksanaan, dan evaluasi hasil pelatihan.
Makalah ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak yang turut
berperan serta dalam proses penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada para sahabat-sahabati yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif dan bermanfaat
bagi pengembangan gerakan mahasiswa Islam di Indonesia, serta menjadi langkah awal yang
menginspirasi upaya lebih lanjut dalam memajukan peran pergerakan mahasiswa Islam dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.
Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang
akan datang.
Wallahul Muafieq Illa Aqwamith Thariq
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Hormat Kami

Kelompok II
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Nahdlatun Nisa.....................................................................................................................4
1. Pengertian Nahdlatun Nisa................................................................................................4
2. Pilar Kader Kopri..............................................................................................................4
B. Format Politik dan Ekonomi Indonesia................................................................................5
C. Peta Gerakan Islam...............................................................................................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pserspektif islam, kebangkitan perempuan bisa ditelusuri dari kata Nahdlatul
artinya adalah kebangkitan. Nahdlah menurut bahasa berarti kemampuan dan potensi
untuk mencapai kemajuan sosial dan lainnya. Sedangkan An-nisa artinya perempuan.
Nahdlatun nisa bermakna kebangkitan kaum perempuan, yang mengarah kepada rasa
Persaudaraan atas dasar kesamaan jenis kelamin perempuan dan berarti kebangkitan dari
masa ke masa yang gerakannya Menjadi Pembaharu tanpa membongkar tradisi.1
Politik dan ekonomi ibarat suami-istri. Anak-anak adalah rakyatnya. Politik mengatur
segala yang dipandang bisa menciptakan kesejahteraan keluarga. Karena terkait dengan
peraturan harus ada yang diberi kuasa untuk mematenkan aturan dan mengawalnya.
Lumrahnya, posisi ini dipegang suami, sedangkan ekonomi terpaut dengan berapa
pemasukan yang didapat keluarga. Cukup, kurang, sulit, mudah, dan sistem
pembelanjaan biasanya diatur istri. Jika ekonomi diprioritaskan, kehidupan keluarga tidak
seimbang lantaran tiadanya aturan. Kedisiplinan anak-anak kurang perhatian kendatipun
kebutuhan sandang pangan terpenuhi, bahkan berlebih. Sebaliknya, bila politik
diprioritaskan, kesejahteraan labil lantaran kebutuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Begitulah relasai politik dan ekonomi dalam sebuah negara. Masalahnya, siapa yang
berkuasa dan menciptakan aturan, merekalah pemegang tampuk kekuasaan politik yang
memengaruhi efek positif-negatif pertumbuhan ekonomi negara. Jika penguasa pro rakyat
dan memiliki visi kebangsaan, ekonomi akan menyamankan rakyat. Jika tidak, kelihatan
secara formal rakyat bekerja dan pembangunan fisik di mana-mana, namun di balik itu
banyak warga menderita sebab tidak cukup sandang pangan dari pendapatan.2
Sistem ekonomi dan politik di Indonesia secara normatif legal berada dalam kategori
sosialisme. Naskah dalam klausul ekonomi UUD 1945 mengutamakan keadilan dan
kesejahteraan sosial bukan kesejahteraan orang per orang, bahkan kekayaan alam
dikuasai negara dan menempatkan BUMN secara strategis. Namun prakteknya
1
“pdf-pkd-nahdlatun-nisa.docx,” t.t.
2
“Sistem Ekonomi dan Politik di Indonesia,” 1, diakses 27 Juli 2023,
https://mrasyidiyahya.blogspot.com/2018/03/sistem-ekonomi-dan-politik-di-indonesia.html.

1
2

pemerintahan orde baru sampai saat ini justru mempraktekkan sistem kapitalisme.
Berbagai bentuk rangsangan diberikan kepada kelompok yang paling dinamis di dalam
masyarakat yaitu kelompok pengusaha untuk melaksanakan proses produksi dimana
faktor modal dan teknologi memegang peranan yang paling menentukan. Jelasnya format
sistem ekonomi politik memiliki ide dasar kapitalisme atau liberalisme yaitu sistem
ekonomi mekanisme pasar di mana peran negara di kurangi, harga sepenuhnya
dikendalikan pada mekanisme pasar. Pada posisi ini pemilik modal besar dan teknologi
maju dapat dipastikan memenangkan persaingan dan dominasi pada kaum kapitalis.3
PMII merupakan organisasi yang mempunyai nilai-nilai ke-Islam-an yang dipegang
teguh. Melalui gerakan, PMII mencoba mentransformasikan sekaligus
mengkampanyekan gagasan tentang nilai-nilai ke-Islam-an yang diyakini. Dalam proses
kampanye gagasan, PMII harus sadar keikutsertaannya dalam pertarungan gagasan
melawan kelompok lain. Pasca runtuhnya orde baru tahun 1998, muncul kelompok-
kelompok Islam baru. Akibatnya peta gerakan Islam Indonesia mengalami perubahan.
Saat ini sedikit demi sedikit peta gerakan Islam Indonesia mulai berubah lagi. Masuknya
era digital, mengkaburkan batas-batas tegas antar kelompok Islam. Selain itu munculnya
kelompok yang mengalami krisis kepercayaan terhadap kelompok Islam arus utama,
mulai membangun jalan baru. Perubahan peta gerakan Islam tersebut harus diketahui para
kader PMII, untuk menentukan posisi, sikap, dan strategi gerak untuk mensukseskan
kampanye gagasan PMII4

B. Rumusan masalah
Dengan adanya latar belakang masalah diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan Nahdlatul Nisa?
2. Bagaimana format politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia?
3. Apakah yang dimaksud dengan Peta Gerakan Islam?

3
“Sistem Ekonomi dan Politik di Indonesia,” 2.
4
“ToR Peta Gerakan Islam | PDF,” Scribd, 1, diakses 27 Juli 2023,
https://id.scribd.com/document/409088439/ToR-Peta-Gerakan-Islam-docx.
3

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Nahdlatun Nisa
2. Untuk mengetahui format politik dan ekonomi yang ada di Indonesia
3. Untuk mengetahui Peta Gerakan Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nahdlatun Nisa

B. Pengertian Nahdlatun Nisa


Secara bahasa “Nahdloh” artinya kebangkitan; sedangkan “An Nisa” artinya
perempuan. Jadi secara istilah Nahdlotun Nisa dapat kita artikan yaitu gerakan
bangkitnya perempuan dari masa ke masa dengan tanpa meruntuhkan tradisi. Istilah
Nahdlatun Nisa’ yang berarti kebangkitan perempan turut masuk dalam materi
Pelatihan Kader Dasar yang diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat (PK)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Secara literal Nahdlatun Nisa’ memang bermakna kebangkitan kaum perempuan,
namun lebih mengarah kepada rasa persaudaraan atas dasar kesamaan jenis kelamin
perempuan. Namun, apa yang dimaksud disini adalah persaudaraan atas solidaritas
terhadap nasib dan perjuangan perempuan, tidak terjebak pada jenis kelamin laki-laki
dan perempuan, untuk menemukan kembali hak-hak kemanusiaan yang telah lama
tercabut oleh sistem sosial yang diciptakan manusia.5
Nahdlatun Nisa’ merupakan istilah perjuangan kaum perempuan yang kembali
kepada khitoh perjuangan perempuan Nahdlatul Ulama. Garis perjuangan ini lahir
dari nilai-nilai Ahlussunah Waljamaah atau Aswaja. Sejarah nya sejak dahulu
perempuan selalu dianggap sebagai manusia yang lemah.
Budaya patriarki masih sangat kental sekali dimana perempuan selalu dianggap
sebagai mahkluk nomer dua setelah laki-laki. Kegiatan perempuan sangat dibatasi.
Bahkan untuk bekerja saja perempuan hanya dibatasi di bagian domestik dan tidak
boleh terlihat di ranah publik. Perempuan tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi.
Hanya anak-anak pejabat saja yang diperbolehkan untuk mendapat kan pendidikan.6

5
Rohman, “Nahdlatun Nisa, Garis Perjuangan yang Lahir Dari Nilai Aswaja,” NU Online Jabar, 2022,
https://jabar.nu.or.id/indramayu/nahdlatun-nisa-garis-perjuangan-yang-lahir-dari-nilai-aswaja-Eug1M.
6
Ria Juwita Dwi Ratnasari, “Muslimat NU: Peran Dalam Pemberdayaan Perempuan Perempuan
Bidang Sosial-Keagamaan di Kabupaten Jombang Jawa Timur (1969-2015),” UIN Sunan Ampel, 2023.

4
5

C. Pilar Kader Kopri


Adapun tiga asas kemandirian Nahdlatun Nisa yang menjadi nilai-nilai
perjuangan yang ada di dalam tubuh KOPRI, yaitu :
a. Al Huriyyah (kemerdekaan), kader putri harus mempunyai dasar dan mental yang
kuat untuk membebaskan diri nya terlebih dahulu, bebas dari kebodohan,
kejumudan, dan taqlid terhadap teks-teks yang mengurung untuk berdzikir,
berfikir, dan beramal shaleh lebih luas lagi. Setelah itu kader kopri harus
memberikan dampak positif untuk menyumbangkan pikiran dan jiwa nya lebih
luas lagi, yaitu mengamalkan ilmu dan pengetahuan nya untuk terbentuk nya
tatanan sosial yang adil dan makmur.
b. Al Musawwah (kesetaraan), yang dimaksud disini adalah kesetaraan kesamaan
hak untuk mendapatkan ruang dan akses publik untuk mengamalkan ilmu dan
pengetahuan seluas luas nya.
c. Al Adalah (keadilan), adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan. Itulah
representasi dari Aswaja yang tidak hanya dimaknai sebagai manhaj al fikr,
namun juga alharakah maupun assiyasah.
Ketiga pilar kebangkitan perempuan tersebut merupakan sebuah misi besar
pembebasan perempuan dari ketidakadilan dalam ruang-ruang sosial, baik politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Nahdlatun nisa juga bukan hanya hadir berdimensi
dengan nuansa spiritual, akan tetapi harus mampu tampil sebagai narasi yang bisa
memberikan solusi untuk bangsa. Seperti penyadaran budaya patriarki, kapitalisme
pasar, imperialisme atau penjajahan gaya baru, dan fasisme religius atau pemasungan
hak-hak perempuan dengan dalil agama, sehingga muncul tafsir misogenis.7

D. Format Politik dan Ekonomi Indonesia


Politik dan ekonomi ibarat suami-istri. Anak-anak adalah rakyatnya. Politik mengatur
segala yang dipandang bisa menciptakan kesejahteraan keluarga. Karena terkait dengan
peraturan harus ada yang diberi kuasa untuk mematenkan aturan dan mengawalnya.
Lumrahnya, posisi ini dipegang suami, sedangkan ekonomi terpaut dengan berapa

7
Rif’atuz Zuhro, “Nahdlatun Nisa’ (Korp ‘PMII’ Putri),” NU Online, t.t.,
https://www.nu.or.id/opini/nahdlatun-nisa-korp-pmii-putri-SSaEB.
6

pemasukan yang didapat keluarga. Cukup, kurang, sulit, mudah, dan sistem
pembelanjaan biasanya diatur istri.8
Jika ekonomi diprioritaskan, kehidupan keluarga tidak seimbang lantaran tiadanya
aturan. Kedisiplinan anak-anak kurang perhatian kendatipun kebutuhan sandang pangan
terpenuhi, bahkan berlebih. Sebaliknya, bila politik diprioritaskan, kesejahteraan labil
lantaran kebutuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Begitulah relasai politik dan ekonomi dalam sebuah negara. Masalahnya, siapa yang
berkuasa dan menciptakan aturan, merekalah pemegang tampuk kekuasaan politik yang
memengaruhi efek positif-negatif pertumbuhan ekonomi negara. Jika penguasa pro rakyat
dan memiliki visi kebangsaan, ekonomi akan menyamankan rakyat. Jika tidak, kelihatan
secara formal rakyat bekerja dan pembangunan fisik di mana-mana, namun di balik itu
banyak warga menderita sebab tidak cukup sandang pangan dari pendapatan.
Tentu telah diketahui bersama bahwa ekonomi dan politik merupakan dua disiplin
ilmu yang berbeda yang kemudian dikolaborasikan dan memunculkan istilah ekonomi
politik. Dalam ilmu ekonomi masih mengadopsi pendekatan ilmu eksaks yang biasanya
mengunakan teknikal analisis. Ekonomi dan politik berada ditengah-tengahnya yang
biasanya mengunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Namun yang jelas, ekonomi
politik pada hakikatnya adalah melihat hubungan timbal balik antara kepentingan
ekonomi dan kepentingan politik. Akan selalu ada motif yang mengiringi perjalanan
dibalik keduanya. Tidak jarang kita pernah mendengar besarnya pengaruh politik dalam
ekonomi, baik dalam institusi politik maupun kebijakan pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan publik pemerintah dibidang industri sangat besar
pengaruhnya terhadap perintisan terhadap perkembangan yang biasa disebut Rostow,
tahap tinggal landas, , hasil tesis Olson mengatakan bahwa kepolitikan nasional
(Institusioanl sclerosis) di suatu negara menyebabkan merosotnya rata-rata pertumbuhan
ekonomi negara itu.
Sistem ekonomi dan politik di Indonesia secara normatif legal berada dalam kategori
sosialisme. Naskah dalam klausul ekonomi UUD 1945 mengutamakan keadilan dan
kesejahteraan sosial bukan kesejahteraan orang per orang, bahkan kekayaan alam
dikuasai negara dan menempatkan BUMN secara strategis. Namun prakteknya
8
Purwoko, “Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia Setelah Reformasi,” Ilmu Politik 1 (2010): 1–
14.
7

pemerintahan orde baru sampai saat ini justru mempraktekkan sistem kapitalisme.
Berbagai bentuk rangsangan diberikan kepada kelompok yang paling dinamis di dalam
masyarakat yaitu kelompok pengusaha untuk melaksanakan proses produksi dimana
faktor modal dan teknologi memegang peranan yang paling menentukan. Jelasnya format
sistem ekonomi politik memiliki ide dasar kapitalisme atau liberalisme yaitu sistem
ekonomi mekanisme pasar di mana peran negara di kurangi, harga sepenuhnya
dikendalikan pada mekanisme pasar. Pada posisi ini pemilik modal besar dan teknologi
maju dapat dipastikan memenangkan persaingan dan dominasi pada kaum kapitalis.9
Politik Indonesia mencakup sistem pemerintahan, lembaga-lembaga politik, proses
pembuatan keputusan, dan partisipasi masyarakat dalam mengatur urusan negara. Berikut
beberapa poin kunci tentang politik Indonesia:
1. Sistem Pemerintahan: Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem
pemerintahan republik dengan presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Sistem politik Indonesia dibangun berdasarkan konstitusi yang saat ini
adalah UUD 1945.
2. Pemilihan Umum: Indonesia mengadakan pemilihan umum secara berkala, termasuk
pemilihan presiden, anggota legislatif, dan kepala daerah. Pemilihan umum adalah
mekanisme penting dalam menjalankan prinsip demokrasi dan memberi kesempatan
kepada rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.
3. Partai Politik: Indonesia memiliki beragam partai politik yang mewakili berbagai
ideologi dan kepentingan. Partai politik berperan dalam menyusun kebijakan dan
mengajukan kandidat dalam pemilihan umum.
4. Isu Politik: Beberapa isu politik penting di Indonesia termasuk korupsi, penguatan
demokrasi, hak asasi manusia, desentralisasi, dan masalah keamanan nasional.
Setiap negara menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda terutama Indonesia dan
Amerika serikat , dua negara ini pun menganut sistem ekonomi yang berbeda. Awalnya
Indonesia menganut sistem ekonomi liberal, yang mana seluruh kegiatan ekonomi
diserahkan kepada masyarakat. Akan tetapi karena ada pengaruh komunisme yang
disebarkan oleh Partai Komunis Indonesia, maka sistem ekonomi di Indonesia berubah
dari sistem ekonomi liberal menjadi sistem ekonomi sosialis.
9
Agus Pramono, “Ideologi dan Politik Hukum Pancasila,” Gema Keadilan 5, no. 1 (1 Oktober 2018):
74–84, https://doi.org/10.14710/gk.2018.3650.
8

Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia diubah
kembali menjadi sistem demokrasi ekonomi. Namun sistem ekonomi ini hanya bertahan
hingga masa Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah melaksanakan sistem
ekonomi yang berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem inilah yang masih berlaku di
Indonesia. Ekonomi di Indonesia mencakup tentang sistem ekonomi, kebijakan ekonomi,
sektor-sektor ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan distribusi kekayaan. Berikut adalah
beberapa poin kunci tentang ekonomi Indonesia:
1. Sistem Ekonomi: Indonesia menganut sistem ekonomi campuran dengan peran
pemerintah dan sektor swasta dalam mengatur aktivitas ekonomi. Perekonomian
Indonesia sangat dipengaruhi oleh pasar global.
2. Pertumbuhan Ekonomi: Indonesia memiliki salah satu ekonomi terbesar di Asia
Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun
terakhir. Potensi demografi yang besar menjadi salah satu faktor yang mendorong
pertumbuhan ekonomi.
3. Sektor-sektor Ekonomi: Sektor ekonomi Indonesia terdiri dari pertanian, industri,
dan jasa. Pertanian masih menjadi sektor penting dalam mencukupi kebutuhan
pangan dan sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduk.
4. Isu Ekonomi: Beberapa isu ekonomi yang dihadapi Indonesia termasuk kesenjangan
ekonomi antar wilayah dan penduduk, ketimpangan distribusi kekayaan,
pengangguran, dan perlindungan lingkungan.
Politik dan ekonomi Indonesia saling terkait dalam upaya mencapai pembangunan
dan kemakmuran yang berkelanjutan. Kestabilan politik diperlukan agar kebijakan
ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik, sementara pertumbuhan ekonomi yang adil
dapat menciptakan stabilitas politik dan sosial yang lebih baik. Partisipasi aktif
masyarakat dalam proses politik dan kesadaran akan isu-isu ekonomi penting untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Pemerintah dan semua
pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam
mengatasi tantangan politik dan ekonomi yang dihadapi negara ini.10

E. Peta Gerakan Islam

10
Budi Rajab, “Negara Orde Baru: Berdiri Diatas Sistem Ekonomi dan Politik Yang Rapuh” 6, no. 3
(2004).
9

Berbicara tentang peta pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia, sesungguhnya tidak
dapat dilepaskan dari sejarah masuknya agama Islam di negeri ini.
Pada era setelah Wali Songo, lahirlah ulama-ulama Nusantara yang sangat terkenal
yang mewarisi tokoh Islam sebelumnya, seperti Nuruddin ar Raniri, Abdur Rouf al
Sinkili, Muhammad Yusuf al Makassari, Kiai Ageng Hasan Besari, Syaikh Mutamakkin,
Sayyid Sulaiman, Kiai Jamsari, Syaikh Muqayyim. Yang kemudian diteruskan oleh
Ulama Haramain (al Jawwi) yang bermukim di Makkah diantaranya, Syaikh Muhammad
Nawawi al Bantani (Banten) dan Syaikh Ahmad Khatib al Minangkabawi (Minangkabau)
yang memberikan pesan-pesan dan dorongan kemerdekaan bangsa Indonesia untuk lepas
dari belenggu penjajah, sebab umat Islam tidak akan bebas beribadah dengan cara
merebut kemerdekaan, yang kemudian generasi Ulama al Jawwi itu mempunyai murid
KH Muhammad Kholil Bangkalan (Madura), KH. Ahmad Dahlan, dan KH Muhammad
Hasyim Asy’ari (Jombang) sebagai generasi abad 19 M. yang kemudian dilanjutkan
generasi ulama pesantren sampai sekarang.
Corak keislaman Indonesia sejak awal dipengaruhi oleh Kerajaan Turki Otoman yang
dipimpin oleh Sultan Ahmad Tsani yang bekerja sama dengan Ibnu Sa’ud, Muhammad
bin Abdul Wahab dan Muhammad Abduh. Kemudian Sultan mengutus Syaikh Maulana
Malik Ibrahim, Syaikh Samarkand, Syaikh Jumadil Qubro, dan Syaikh Jafar Shadiq.
Namun ketika ulama utusan dari kerajaan Otoman ke tanah Jawa, kerajaan Turki hancur
diserang Inggris dan Perancis yang bekerjasama dengan Ibn Sa’ud. Ibnu Sa’ud
mempunyai guru yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang kemudian alirannya
disebut Wahabiyah dan negaranya bernama Saudi Arabia yang dinisbatkan pada Ibnu
Sa’ud.
Proses polarisasi setelah dunia Arab dilanda gerakan pemurnian dan pembaharuan,
yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab dengan paham Wahabiyahnya
berkolaborasi dengan penguasa baru Arab yakni Ibnu Sa’ud. Gerakan ini tidak hanya
menyangkut aspek ibadah dan akidah, namun juga muamalah. Sejak paham Wahabi
merambah tanah air, maka sejak itulah umat Islam Indonesia yang awalnya “homogen”
menjadi terpolarisasi dengan paham Wahabi sampai sekarang dengan varian-varian yang
lebih beragam.
10

Setelah Haramain jatuh ke Ibnu Sa’ud, penguasa baru di tanah Arab itu kemudian
menggandeng Ibnu Abdul Wahab dalam gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam.
Ada dua misi besar yang diinginkan, pertama menjadi Khilifah Islamiyah yang bersifat
tunggal di kalangan dunia Islam, untuk menggantikan Khilifah Usmaniyah di Turki yang
baru digulingkan oleh Gerakan Turki Muda pimpinan Kemal Attaturk, kedua menjadikan
paham Wahabi sebagai satu-satunya madzhab tunggal di kalangan umat Islam dunia.
Paham Wahabiyah juga tidak dapat dibendung untuk masuk ke dalam Indonesia.
Masalah pokok yang menjadi sumber ketegangan sesungguhnya bukanlah substansi dari
nilai ajaran Islam, tetapi lebih menunjuk kepada aspek khilafiyah, seperti soal taqlid,
upacara kematian, tahlil dan talqin, ushalli dan sebagainya atau isu yang terkenal kala itu
adalah TBC (tahayyul, bid’ah dan churafat). Fenomena inilah yang kemudian menjadi
salah satu sebab atau motivasi kenapa Nahdlatul Ulama (NU) harus berdiri pada tahun
1926.
Setelah NU berdiri, ketegangan di kalangan umat Islam Indonesia bukan tidak ada,
tetapi berpindah dari ranah kultural ke ranah politik. Dijelaskan oleh Djohan Effendi
(2010), sejak pembentukannya pada tahun 1926, NU menempati posisi sentral dan
memainkan peranan penting di kalangan masyarakat santri, terutama di pedesaan. Ia
menunjukkan kemampuan membangkitkan kesadaran kolektif umat Islam Indonesia,
terutama di bidang agama, sosial, kebangsaan, pendidikan dan lain sebagainya.
Dari segi gerakan dan organisasi massa (ormas), kita mengenal beberapa segmen,
antara lain: Sarekat Dagang Islam-SDI (1905); Jamiatul Khoiriyah (1905); SDI berubah
menjadi SI (1911); Muhammadiyah (1912); al Irsyad; Persis (1923); NU (1926); Perti
(1928); al Washliyah (1930); dan lain-lain. Adapun yang berbentuk partai politik, antara
lain: PSI (1923); Perti; Partai Arab; Masyumi (1943); NU (1953), PSII, Parmusi, dan
lain-lain.
Kini, partai politik Islam terfragmentasi pada berbagai partai, antara lain: PKB, PPP,
PAN, PKS, dan PBB. Di kalangan pemuda dan mahasiswanya, terdapat sejumlah
organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, antara lain: PMII, HMI, IPNU/IPPNU,
Pemuda Muhammadiyah, IMM, PII, dan lain-lain. Pada kelompok kepentingan (interest
group), terdapat beberapa organisasi, antara lain: FPI, HTI, KISDI, Lasykar Jihad, JAT,
MMI, LDII, JIL, JIM dan lain-lain.
11

Oleh karena itu, jika dilihat dari perspektif politik, tidak selalu orang NU didentikkan
dengan salah satu partai politik tertentu. Namun, dalam bidang aqidah, muamalah,
dan harakah orang NU mempunyai manhaj sendiri yakni manhaj Ahlussunnah Wal
Jamaah yang bersifat dinamis dan moderat dalam menghadapi persoalan. Kemoderatan
ini berangkat dari konsep wasathiyah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa
sebaik-baiknya sesuatu adalah yang berada di tengah atau ayat ke-143 surat al Baqarah
tentang pembentukan umat yang wasathan.11
Pada saat itu lahirlah sebuah organisasi yang berbentuk reaksi umum untuk menjawab
tantangan zaman dikala itu yaitu PMII yang memiliki kepanjangan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia dimana suasana politik yang tidak menentu di antara 1950-
1959 berdampak pada perlunya wadah untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa
khususnya. Kuatnya hasrat para mahasiswa NU untuk mendirikan wadah berkumpul dan
berorganisasi yang berfahamkan ahlus sunnah wal jamaah inilah yang mendasari
terbentuknya organisasi ini pada tanggal 21 syawal 1379 H bertepatan dengan 17 April
1960. Mahbub Djunaedi dan Subhan ZE adalah diantara tokoh penting dibalik berdirinya
organisasi ini.
Kata “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba
(makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi
positif pada alam sekitarnya. Keberadaan organisasi ini harus mampu
menjadi pioneer bagi perubahan di skeitarnya. Hidup adalah bergerak dan bergerak,
sesuatu yang bergerak pasti mengarah pada sebuah tujuan, cepat atau lambat, sesuatu
yang bergerak akan memunculkan dinamisme dan melahirkan ritme-ritme kehidupan.
Intinya “Pergerakan” pada organisasi ini tidak berarti sekedar hidup dan kemudian mati.
Pijakan dasarnya berdasarkan QS. ar-Ra’du/13: 11 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa
yang pada diri mereka”.
“Mahasiswa”, sekelompok generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi
yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai
insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa
tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan
11
M. Abror Rosyidin, “Peta Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia,” Tebuireng Online, 2017,
https://tebuireng.online/peta-pemikiran-dan-gerakan-islam-di-indonesia/.
12

tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan
negara. Tingginya status ini hendaknya menjadikan mereka sebagai kelompok yang dapat
ditiru dan digugu. Bukan kelompok yang bergerak tanpa tujuan akhir (ultimate goal),
bukan kelompok yang sekedar ada tapi tidak punya makna. Ia harus ada dan eksis, ibarat
pepatah kedatangannya menggenapkan dan kepergiannya mengganjilkan.
Islam yang terkandung dalam PMII adalah sebagai agama yang dipahami dengan
haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran
agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ihsan yang di dalam pola pikir,
pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan
integratif. Islam yang menyatu di dalam-nya zikir, fikir dan amal saleh. Zikir, warga
pergerakan adalah orang yang membumi dan kuat zikirnya, kuat ibadahnya dan kuat
amalannya. Fikir, warga pergerakan adalah sekumpulan orang yang ingin
memaksimalkan potensi fikirnya dengan menuangkan segala ide dan gagasan serta
wacana untuk kemajuan bangsa selanjutnya berkiprah dalam wujud nyata sebagai
aplikasi dalam konsep berikutnya yakni amal saleh. Amal saleh dimaknai sebagai
aktifitas yang bermanfaat, bermanfaat tidak hanya untuk warga pergerakan tapi mampu
memberi warna untuk kemajuan negeri ini.
Sedangkan pengertian Indonesia adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45. Kata
“Indonesia” mengukuhkan keberadaan organisasi ini sebagai bagian dari anak bangsa
yang ingin berbakti dan memberikan sumbangsih untuk kejayaan negeri ini, sejalan
dengan kuatnya tekad sambil mengacungkan Tangan Terkepal dan Maju Kemuka.12

12
Sholihin H.Z, “PMII dan Peta Gerakan Islam,” Sholihinhdotzdot Wordpress, 2017,
https://sholihinhdotzdot.wordpress.com/2017/03/05/pmii-dan-peta-gerakan-islam/.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam konteks Indonesia, istilah "Nahdlatun Nisa" mengacu pada gerakan
kebangkitan perempuan dari masa ke masa tanpa meruntuhkan tradisi. Meskipun secara
literal berarti "kebangkitan perempuan", gerakan ini lebih berfokus pada persaudaraan
dan solidaritas terhadap nasib dan perjuangan perempuan, tanpa terjebak pada perbedaan
jenis kelamin. Nahdlatun Nisa muncul dari nilai-nilai Ahlussunah Waljamaah atau
Aswaja dan bertujuan untuk membebaskan perempuan dari ketidakadilan sosial,
termasuk dalam hal pendidikan dan akses publik.
Dalam sejarahnya, Indonesia mengalami perubahan format politik dan ekonomi.
Awalnya, Indonesia menganut sistem ekonomi liberal, tetapi kemudian berpindah ke
sistem ekonomi sosialis, terutama pada masa Orde Baru. Setelah masa Reformasi,
Indonesia menerapkan sistem ekonomi kerakyatan yang menggabungkan peran
pemerintah dan sektor swasta dalam mengatur aktivitas ekonomi.
Politik Indonesia mencakup sistem pemerintahan, pemilihan umum, partai politik,
dan isu-isu penting seperti korupsi dan demokrasi. Politik dan ekonomi Indonesia saling
terkait dan saling mempengaruhi. Kestabilan politik diperlukan untuk
mengimplementasikan kebijakan ekonomi dengan baik, sedangkan pertumbuhan
ekonomi yang adil dapat menciptakan stabilitas politik dan sosial yang lebih baik.
Gerakan Islam di Indonesia mengalami evolusi seiring perjalanan sejarah. Berbagai
organisasi dan partai politik Islam muncul dengan beragam orientasi dan tujuan.
Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia dan
memiliki manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah yang moderat.
Pentingnya kesadaran akan hak-hak perempuan dan persaudaraan dalam perjuangan
terhadap ketidakadilan sosial, serta perlunya kolaborasi politik dan ekonomi yang
seimbang, menjadi aspek krusial dalam membangun Indonesia yang maju, adil, dan
berkeadilan bagi seluruh rakyatnya.

13
14

B. Saran
1. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Dalam rangka memajukan gerakan
"Nahdlatun Nisa" dan mencapai kesetaraan gender, penting bagi masyarakat
Indonesia untuk terus meningkatkan kesadaran akan hak-hak perempuan dan
pentingnya membebaskan perempuan dari ketidakadilan sosial. Pendidikan tentang
hak-hak perempuan, isu-isu gender, dan kesadaran akan persaudaraan perlu menjadi
bagian dari kurikulum pendidikan formal dan informal.
2. Pengentasan Ketimpangan Gender: Langkah-langkah konkret harus diambil untuk
mengatasi ketimpangan gender di Indonesia. Ini melibatkan upaya untuk mengatasi
kesenjangan gaji, memberikan kesempatan yang sama dalam dunia kerja dan
pendidikan, serta memastikan akses perempuan terhadap layanan kesehatan dan hak
reproduksi.
3. Penguatan Sistem Politik dan Ekonomi: Penting bagi Indonesia untuk terus
memperkuat sistem politik yang demokratis dan ekonomi yang berkeadilan.
Partisipasi aktif masyarakat dalam politik harus didorong, dan transparansi serta
akuntabilitas pemerintah harus dijaga dengan baik.
4. Kolaborasi Antar Kelompok: Dalam konteks pergerakan Islam, kolaborasi antar
kelompok Islam, termasuk Nahdlatul Ulama, dengan organisasi-organisasi
perempuan dan gerakan sosial lainnya, perlu ditingkatkan. Kolaborasi ini dapat
memperkuat perjuangan bersama untuk kesetaraan dan keadilan, serta membangun
kekuatan yang lebih besar dalam mencapai tujuan bersama.
5. Pemantauan dan Evaluasi: Pemerintah dan lembaga terkait harus secara aktif
memantau dan mengevaluasi keberhasilan implementasi kebijakan-kebijakan yang
mendukung hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Evaluasi ini akan membantu
mengidentifikasi tantangan dan keberhasilan yang ada, sehingga langkah-langkah
perbaikan dan penyesuaian dapat dilakukan secara tepat.

Dengan mengimplementasikan saran-saran di atas, diharapkan Indonesia dapat


membangun masyarakat yang maju, adil, dan berkeadilan, di mana setiap warganya, baik
laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan
berkontribusi dalam pembangunan negara.
DAFTAR PUSTAKA
H.Z, Sholihin. “PMII dan Peta Gerakan Islam.” Sholihinhdotzdot Wordpress, 2017.
https://sholihinhdotzdot.wordpress.com/2017/03/05/pmii-dan-peta-gerakan-islam/.

“pdf-pkd-nahdlatun-nisa.docx,” t.t.

Pramono, Agus. “Ideologi dan Politik Hukum Pancasila.” Gema Keadilan 5, no. 1 (1 Oktober
2018): 74–84. https://doi.org/10.14710/gk.2018.3650.

Purwoko. “Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia Setelah Reformasi.” Ilmu Politik 1
(2010): 1–14.

Rajab, Budi. “Negara Orde Baru: Berdiri Diatas Sistem Ekonomi dan Politik Yang Rapuh” 6, no.
3 (2004).

Ratnasari, Ria Juwita Dwi. “Muslimat NU: Peran Dalam Pemberdayaan Perempuan Perempuan
Bidang Sosial-Keagamaan di Kabupaten Jombang Jawa Timur (1969-2015).” UIN Sunan
Ampel, 2023.

Rohman. “Nahdlatun Nisa, Garis Perjuangan yang Lahir Dari Nilai Aswaja.” NU Online Jabar,
2022. https://jabar.nu.or.id/indramayu/nahdlatun-nisa-garis-perjuangan-yang-lahir-dari-
nilai-aswaja-Eug1M.

Rosyidin, M. Abror. “Peta Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia.” Tebuireng Online, 2017.
https://tebuireng.online/peta-pemikiran-dan-gerakan-islam-di-indonesia/.

Scribd. “ToR Peta Gerakan Islam | PDF.” Diakses 27 Juli 2023.


https://id.scribd.com/document/409088439/ToR-Peta-Gerakan-Islam-docx.

“Sistem Ekonomi dan Politik di Indonesia.” Diakses 27 Juli 2023.


https://mrasyidiyahya.blogspot.com/2018/03/sistem-ekonomi-dan-politik-di-
indonesia.html.

Zuhro, Rif’atuz. “Nahdlatun Nisa’ (Korp ‘PMII’ Putri).” NU Online, t.t.


https://www.nu.or.id/opini/nahdlatun-nisa-korp-pmii-putri-SSaEB.

15

Anda mungkin juga menyukai