Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING

HMI CABANG KABUPATEN BANDUNG

SEJARAH KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT SEBAGAI LATAR


BELAKANG KONDISI GEOPOLITIK INDONESIA

Oleh :
MUHAMMAD ZAKY GAVICKY

ASAL CABANG :
HMI CABANG MALANG
KOMISARIAT AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMASIYAH MALANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kepada kehadirat Allah selalu tercurah limpahkan dalam
bentuk ritual dan sosial, uapaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tercermin
kepada setiap kader HMI se-Indonesia, karena atas berkat limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya kita semua masih dapat menjalankan tugas kemanusiaan dan tugas ke-
ilahiyan. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW. Sang pembebas dunia penindasan dan sang pencerah dunia kegelapan karena
beliaulah kita merasakan nikmat Iman, Ilmu dan Amal.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh para pahlawan perjuangan
sehimpun secita yakni pengurus HMI Cabang Malang Komisariat Agama Islam
UMM Periode 1439-1440 H/2018-2019 M yang membimbing, membina saya dalam
proses perkaderan pra basic training sampai pada pasca basic training maupun dalam
penulisan makalah ini. Tujuan suci saya niatkan dalam memenuhi tugas yang
diberikan oleh HMI Cabang Kabupaten Bandung untuk mengikuti Intermediate
Training yang akan segera dilaksanakan.
Ucapan terimakasih pula kepada seluruh pihak yang terkait dalam
pelaksanaan Intermediate Training HMI Cabang Kabupaten Bandung karena telah
memberikan kesempatan saya untuk membaca, menulis dan berpikir tentang apa yang
saat ini menjadi tanggung jawab untuk mengikuti Intermediate Training.
Semoga apa yang saya uraikan secara singkat nanti akan bermanfaat bagi
semua yang membacanya sekaligus menjadi sumber tambahan bagi yang belum
mengetahuinya. Amin.

Billahitaufiq Wal Hidayah


Wassalamualaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Kondisi Geopolitik Indonesia.........................................................................4
B. Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit..........................................................11
C. Sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya terhadap kondisi
Geopolitik Indonesia................................................................................................13
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Politik merupakan suatu kajian yang selalu menarik jika dikaitkan
dengan berbagai macam bidang kajian lain, di masa sekarang ini tentu kita
akan sangat banyak menemukan kajian politik yang sudah pernah dikaitkan
dengan bidang kajian lain seperti politik Islam, ekonomi politik, politik
pendidikan, politik geografi dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
politik.
Dalam tulisan ini penulis ingin lebih fokus untuk mendalami politik
geografi yang mempelajari tentang fenomena politik dari aspek geografi atau
dalam teorinya disebut dengan geopolitik. Karl Haushofer (1869-1946)
mengungkapkan bahwa Geopolitik dapat diartikan sebagai Ilmu Bumi Politik
Terapan (Applied Political Geography). Geopolitik dalam konsepnya
mengandung dua pengertian, pertama geopolitik sebagai ilmu dan kedua
geopolitik sebagai ideologi (Hayati & Yani, 2007).
Geopolitik diartikan sebagai ilmu ketika difungsikan sebagai
kontributor wawasan objektif akan posisi kita sebagai suatu bangsa yang
hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan negara lain dalam
pergaulan dunia, sedangkan geopolitik sebagai ideologi ketika difungsikan
sebagai landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu negara atau lebih
sederhana wawasan tersebut dijadikan sebagai cara pandang kolektif untuk
melangsungkan, memelihara dan mempertahankan semangat kebangsaan.
Dari paparan di atas maka yang perlu dilakukan oleh setiap negara harus
memfokuskan kebijakan luar negerinya pada usaha mengamankan kondisi
nasional sekaligus juga menghindari ancaman dari luar dan perlu adanya
usaha pengembangan wilayah (Rudi, 2002).
Teori geopolitik dipopulerkan oleh Fredefich Ratzel (1864-1922)
selaras dengan penjelasan sebelumnya, Ia menyampaikan dalam teorinya

iii
bahwa kekuatan suatu negara harus mewadahi pertumbuhannya. Makin luas
ruang dan potensi geografi yang ditempati oleh kelompok politik maka makin
besar kemungkinan kelompok politik itu tumbuh. Sehingga geopolitik
Indonesia diterjemahkan dengan istilah Wawasan Nusantara.
Berdasarkan teori di atas, Indonesia merupakan negara yang cukup
memadai dalam kategori memiliki potensi geografi ditinjau dari sejarah
kejayaan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di negara Indonesia ini, melalui
kaca mata sejarah kerajaan kita dapat membuktikan potensi tersebut dengan
melihat aspek kejayaan masa mereka sebagai penentu kondisi geopolitik
Indonesia sekarang ini.
Melihat kembali Kerajaan Majapahit sebagai salah satu Kerajaan
terbesar di Nusantara yang memiliki kekuasaan luas bahkan sampai ke
Madagaskar. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit dimasa kepemimpinan Raja
Hayam Wuruk, juga merupakan Raja terbaik Majapahit yang membentuk
Majapahit makmur dan mengalami masa yang sangat jaya (Bayu & Aji,
2013).
Namun tetap dalam sejarah Kerajaan di Jawa yang bermula dari Kerajaan
Mataram Kuno sampai Kerajaan Mataram Islam tidak dapat dilepaskan dari
politik. Berkaitan dengan politik yang cendrung digunakan raja-raja Kerajaan
untuk mendapatkan kekuasaan, yang mana politik digunakan untuk
mendapatkan atau merebut kekuasaan dari pihak lain (Achmad, 2016).
Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa masa kejayaan Kerajaan Majapahit pula
dikehendaki atas praktik politik saat itu.
Bertolak dari kerangka teori, persoalan, dan situasi yang dijelaskan di
atas menjadikan landasan penulis untuk menghadirkan ulasan-ulasan yang
diupayakan komprehensif membahas relasi antara kondisi geopolitik
Indonesia dengan sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit yang pernah terjadi.

iv
B. Rumusan Masalah
Adapun fokus masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana geopolitik Indonesia ?
2. Bagaimana sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit ?
3. Bagaimana sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya
terhadap kondisi geopolitik Indonesia ?

A. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini terbagi menjadi dua kebutuhan, yakni secara
praktis dan kebutuhan teoritis.
Adapun tujuan praktis dari penulisan ini sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan Intermediate Training HMI Cabang Kabupaten
Bandung.
2. Sebagai proyeksi gagasan yang perlu dibahas dalam setiap diskursus
kilmuan yang dilakukan di komisariat.
Sedangkan tujuan secara teoritis yaitu sebagai berikut :
1. Menambah wawasan keilmuan di bidang geopolitik bagi penulis,
kerabat dekat penulis dan teman sehimpun penulis di HMI dalam
menyumbangkan gagasan keilmuan baik di Eksternal HMI maupun di
Internal HMI khususnya di tingkat komisariat.
2. Memberi peringatan kepada kader HMI untuk ikut serta merespon
kondisi geopolitik di Indonesia atas dasar kepentingan umat dan
bangsa.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geopolitik Indonesia


Sebelum masuk pada pembahasan yang berkenaan dengan kondisi
Geopolitik Indonesia yang lebih spesifik penulis ingin memaparkan terlebih
dahulu beberapa dari teori geopolitik sebagai berikut :

a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel : negara seperti organisme yang


hidup. Membutuhkan ruangan untuk tumbuhberkembangnya
organisme hidup. Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori
biologis.
b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen: negara adalah suatu organisme bukan
hanya mirip. Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama. Keduanya
mengajukan paham ekspansionisme yang melahirkan ajaran adu
kekuatan (power politics atau theory of power).
c. Teori Geopolitik Karl Haushofer : melanjutkan teori Ratzel dan
Kjellen. Jika jumlah penduduk suatu negara bertambah maka negara
hrs memperluas wilayah, dengan bermacam cara antara lain:
(a) autarki, memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung negara lain.
(b) wilayah-wilayah yang dikuasai (pan regional), misalnya : Pan
Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan Eropa Afrika.
Teori Haushofer dipraktikkan oleh Nazi Jerman sehingga terjadi
Perang Dunia II.
d. Teori Geopolitik Halford Mackinder : penguasaan daerah-daerah
jantung dunia. Dikenal teori daerah jantung. Barang siapa menguasai
‘daerah jantung’ (eropa timur dan Rusia) maka ia akan menguasai
pulau dunia (eropa, asia, dan afrika) yg pada akhirnya akan menguasai
dunia.

vi
e. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan : perlu memanfaatkan dan
mempertahankan sumberdaya laut, juga akses laut. Dikenal konsep
bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa menguasai lautan
akan menguasai kekayaan dunia.
f. Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan JFC
Fuller : kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan
peperangan melawan musuh. Muncul konsep wawasan dirgantara atau
konsep kekuatan di udara.
g. Teori Geopolitik Nicholas J. Spijkman : dikenal dengan teori daerah
batas. Ia membagi dunia dalam empat wilayah : (a) pivot area, wilayah
jantung, (b) offshore continen land, wilayah pantai benua Eropa –
Asia, (c) oceanic belt, wilayah pulau di luar Eropa – Asia, Afrika
Selatan, (d) new world, wilayah Amerika. Spijkman memandang perlu
kekuatan kombinasi dari angkatan-angkatan perang untuk menguasai
wilayah-wilayah dimaksud. Pandangan ini menghasilkan Teori Garis
Batas (Rimland) yang dinamakan Wawasan Kombinasi (Griffiths,
2007).

Dilanjutkan pada penerapan teori geopolitik dalam geopolitik


Indonesia, bangsa Indonesia menerjemahkan geopolitik dengan istilah
Wawasan Nusantara dan di terapkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Kata wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan, penglihatan
atau tanggap inderawi, sedangkan istilah nusantara dipergunakan untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau
Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia
serta di antara benua Asia dan benua Australia (Hakim, 2011). Untuk
membina dan menyelenggarakan kehidupan nasional, bangsa Indonesia
merumuskan suatu landasan visional yang dapat membangkitkan kesadaran
untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang menjadi
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya. Landasan

vii
visional ini dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan atau Wawasan
Nasional dan diberi nama Wawasan Nusantara.

1. Wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia, yang diberi


pengertian sebagai cara pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap
menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

2. Latar Belakang Filosofi Wawasan Nusantara sebagai geopolitik


Indonesia dikembangkan berdasarkan latar belakang filosofi sebagai
berikut:
1) Falsafah Pancasila
Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan falsafah pancasila
yang mengandung nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, keadilan
dan keberadaban, persatuan dan kesatuan, musyawarah untuk
mencapai mufakat, serta kesejahteraan guna menciptakan suasana
damai dan tenteram menuju kebahagiaan dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia dari generasi ke generasi.
2) Aspek Kewilayahan Nusantara
Kondisi objektif geografi Indonesia terletak pada posisi silang
yang
sangat strategis, dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
negara lain. Hal tersebut menjadi aspek yang melatarbelakangi
pengembangan Wawasan Nusantara. Kondisi objektif geografi
Indonesia mengandung beraneka ragam kekayaan alam baik yang
di dalam maupun di atas permukaan bumi, potensi di udara dan
ruang antariksa dan jumlah penduduk yang besar yang terdiri atas

viii
berbagai suku yang masing-masing memiliki budaya, adat istiadat/
tradisi, dan pola kehidupan yang beraneka ragam.
3) Aspek Sosial Budaya
Wawasan Nusantara juga dikembangkan berdasarkan kondisi
objektif bangsa Indonesia yang beraneka ragam budaya, adat
istiadat, agama, dan bahasa serta sistem masyarakat dan organisasi
kemasyarakatannya. Kepemilikan itu merupakan warisan yang
diterima secara emosional dan bersifat mengikat secara kuat ke
dalam, karena itu sangat sensitive sifatnya. Faktor-faktor negatif
secara sosial-budaya dapat menimbulkan disintegrasi atau
perpecahan bangsa secara bersama-sama oleh seluruh rakyat
Indonesia, oleh karenanya harus diupayakan untuk dihilangkan.
4) Aspek Kesejarahan
Bangsa Indonesia lahir di atas perjalanan sejarah yang sangat
panjang, sedangkan semangat kebangsaan untuk menjadi bangsa
merdeka ditandai dengan lahirnya Organisasi Budi Utomo.
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan buah dari perjuangan
yang dilandasi semangat tersebut. Oleh karena itu semangat
kebangsaan yang telah dibangun susah payah oleh generasi
terdahulu seharusnya dapat tetap dipelihara dan dipertahankan oleh
generasi saat ini. Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan
aspek kesejarahan atas dasar pengalaman sejarah yang tidak
menerima terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan
negara Indonesia.

3. Kedudukan Wawasan Nusantara


a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia
diciptakan oleh bangsa Indonesia dan dijalankan oleh seluruh
rakyat Indonesia dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita
dan tujuan nasional.

ix
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari
tingkat kedudukannya sebagai berikut:
1) Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa berkedudukan
sebagai landasan ideal
2) UUD 1945 sebagai landasan konstitusi negara berkedudukan
sebagai landasan konstitusional
3) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional berkedudukan sebagai
landasan visional
4) Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan
sebagai landasan konsepsional
5) RPJM sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijakan dasar nasional berkedudukan sebagai landasan
operasional.

4. Asas Wawasan Nusantara


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya
komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan)
terhadap kesepakatan (commitment) bersama, terdiri dari:
1) Kepentingan bersama
2) Keadilan
3) Kejujuran
4) Solidaritas
5) Koordinasi/ kerjasama
6) Kesetiaan terhadap ikrar bersama

5. Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan
serta rambu – rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di

x
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1. Tujuan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi
di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut bukan berarti
menghilangkan kepentingan – kepentingan individu, kelompok, suku
bangsa atau daerah. Kepentingan – kepentingan tersebut tetap
dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak.
Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi
tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin
meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa
bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan penghayatan konsepsi
visional Wawasan Nusantara.

7. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1) Wadah
a. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan
yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling
dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu Nusantara dibatasi
oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan
b. Tata Inti Organisasi
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden
memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia

xi
adalah Negara hukum ( Rechtsstaat) bukan Negara kekuasaan
(Machtsstaat ).
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik
dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh
rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organisasi
masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur negara.
2) Isi
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan
manusia Indonesia meliputi:
- Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD
1945 yang menyebutkan:
1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3. Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
3) Tata Laku
Tata laku Wawasan Nusantara dapat dirinci dalam dua unsur :
a. Tata laku Batiniah, yang tumbuh dan terbentuk karena
kondisi dalam proses pertumbuhan hidupnya, pengaruh
keyakinan pada suatu agama/kepercayaan termasuk
tuntututan bagi budi pekerti, serta pengaruh kondisi
kekuasaan yang memungkinkan berlangsungnya kebiasaan-
kebiasaan hidupnya.

xii
b. Tata laku Lahiriah, yang dituangkan ke dalam suatu pola
tata laksana yang dapat dirinci menjadi: tata perencanaan,
tata pelaksanaan, dan tata pengawasan. Penerapan dari
unsur wadah, isi, dan tata laku Wawasan Nusantara dapat
dikembangkan sebagai berikut:

1. Isi NKRI berupa falsafah Pancasila dan UUD 1945


2. Wadah berupa Nusantara, yang manakala diisi atau
diberi isi menampakkan wujud dan wajahnya
sebagai Wawasan Nusantara
3. Tata laku NKRI berupa UUD 1945 yang apabila
dilaksanakan dan diterapkan berdasarkan Wawasan
Nusantara akan menghasilkan Ketahanan Nasional
Indonesia

B. Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit


Majapahit adalah nama yang tidak asing lagi dalam perjalanan panjang
sejarah Indonesia. Majapahit terhitung sebagai salah satu kerajaan terlama
dalam periode klasik Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara (Djafar,
2009). Dampak dari rentang waktu yang panjang tersebut memunculkan
sebuah gambaran dinamika kehidupan yang kompleks dan melahirkan
perjalanan sejarah yang fluktuatif. Gambaran kemegahan, kerayaan, pluralitas,
misi diplomasi, kekayaan budaya berselingan dengan gambaran tragis pem-
berontakan, suksesi, perang saudara, penaklukan dan perang serta pudarnya
dominasi hegemoni3. Gambaran kompleks Majapahit paling tidak
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kajian sejarah baik untuk
memperbandingkan dengan masa-masa sebelumnya maupun sebagai refleksi
pondasi masa kini yang merupakan masa depan Majapahit.
Zaman keemasan Majapahit melekat erat dengan masa pemerintahan
Hayam Wuruk, raja keempat Majapahit. Bersama orang yang mengasuhnya

xiii
sejak kecil, Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak
kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan Bhinneka Tunggal Ika tan hana
dharma mangrwa. Hayam Wuruk lahir tahun 1334, beberapa bulan sebelum
Gajah Mada dikukuhkan sebagai Mahapatih Amangkubumi. Pada saat Gajah
Mada mengucapkan sumpah sakral Amukti Palapa bayi Hayam Wuruk baru
saja menikmati udara Majapahit. Di tangannyalah kemudian seluruh perairan
nusantara bersatu menentang penjajahan bangsa asing, terutama Tiongkok
(Masmada, 2003).
Kebesaran Majapahit sebagai negara pemersatu bangsa, nusantara
raya, dikenal hampir di seluruh mancanegara pada zamannya dari tahun 1293
sampai 1478. Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik
menarik perhatian beberapa negara sahabat, pada zamannya maupun abad-
abad belakangan ini. Kebesaran Majapahit, berarti kebesaran Gajah Mada,
Patih yang telah mengabdi kepada tiga pimpinan pemerintahan selama lebih
dari tiga puluh tahun. Pada tahun 1343, Majapahit menyerang Bali. Pasukan
Majapahit dipimpin oleh bangsawan bernama Usana-Jawa, mengalahkan
pasukan Dalem Bedahulu, Raja Pejeng. Usana-Jawa ditemani enam
komandan, salah satunya Arya Damar. Majapahit menang, dan keluarga
bangsawan Bali ditawan. Arya Damar disebut juga Adityawarman. Nama
Adityawarman pertama kali disebut dalam patung yang berasal dari tahun
1343 terletak di Candi Jago, Jawa Timur, sebagai perwujudan Bodhisatwa
Manjusri. Menurut Pararaton, Adityawarman adalah anak laki-laki dari
seorang putri Melayu bernama Dara Jingga yang menikah dengan pangeran
Jawa bernama Adwayarman.
Tentara inti Jawa dalam upaya menaklukan wilayah lain disesuaikan
dengan medan yang dihadapi. Setiap pengiriman pasukan, baik dalam jumlah
besar maupun jumlah kecil, selalu diperhitungkan dengan matang. Dalam
banyak peperangan, tentara Jawa memperoleh kemenangan karena dibantu
oleh negara lain. Ketika Majapahit mengalahkan Singapura, bantuan Radjuna
Tapa begitu besar. Begitu pula ketika mengalahkan Negara Dipa, pangeran

xiv
dan rakyat Negara Dipa memberikan bantuan kepada tentara Jawa. Karena itu,
pengiriman pasukan tidak selalu dalam kekuatan maksimal. Dalam membantu
menaklukan Negara Dipa, tentara Jawa yang dikirim tidak lebih dari 1.000
orang (Nugroho, 2011). Pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka
penyatuan Nusantara mencapai kemantapannya pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk. Daerah-daerah yang belum bernaung di bawah kekuasaan
Majapahit berhasil disatukan. Pemberitaan Prapanca dalam kitab
Negarakertagama menyebutkan bahwa wilayah kekuasaan Majapahit sangat
luas. Daerah tersebut meliputi hampir seluas wilayah Republik Indonesia
sekarang, yakni Sumatera di bagian Barat, sampai Maluku dan Irian di bagian
Timur. Hayam Wuruk sering melakukan perjalanan ke daerah-daerah dalam
rangka konsilidasi. Wilayah yang luas, pembinaan perhadap setiap wilayah
harus dilakukan agar tetap memiliki kesetiaan terhadap pemerintahan pusat di
Majapahit. Adanya kunjungan tersebut, wilayah-wilayah di setiap daerah akan
merasa diperhatikan oleh Raja Hayam Wuruk (Pinuluh, 2010).

C. Sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit dan implikasinya terhadap kondisi


Geopolitik Indonesia
Ulasan tentang implikasi kejayaan Majapahit terhadap geopolitik
Indonesia sebenarnya sudah cukup jelas untuk kita simpulkan melalui dua
ulasan di atas, namun penulis ingin menjelaskan lebih sederhana untuk
memudahkan pembaca dalam memahami tulisan ini. Majapahit dengan
pesona dan atas dasar falsafah kenegaraan Bhinneka Tunggal Ika tan hana
dharma mangrwa yang luar biasa, dianggap mampu mengendalikan dunia
(Muljana, 2009). Berkenaan dengan falasafah kenagaraan saat itu Bhinneka
Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa memiliki arti yang hebat yakni
berbeda-beda tetapi tetap satu, di dalam kebenaran tidak ada kerancuan.
Artinya kebenaran adalah universal dan tunggal satu, kebenaran tidak akan
berubah ketika dilihat melalui kacamata apapun. Nilai yang lahir dari
falasafah negara saat itu kemudian di adopsi oleh geopolotik Indonesia saat

xv
ini, sehingga tata laku pada geopolitik Indonesia saat ini adalah mengambil
dari apa yang pernah ada di masa-masa kejayaan Kerajaan Majapahit serta
sempat membawanya kepada puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan
Hayam Wuruk. Dapat pula diartikan bahwa secara historis majapahit berperan
besar dalam geopolitik Indonesia hari saat ini.

xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seluruh uraian singkat di atas disusun secara runtun mengenai
geopolitik Indonesia, sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit serta relasi yang
terjadi di antara keduanya. Geopolitik Indonesia secara garis besar berada
pada kondisi yang utuh karena secara filosofis maupun secara historis
geopolitik Indonesia benar-benar didasari atas unsur-unsur ide yang sangat
serius dalam pembutannya.
Majapahit sebagai salah satu Kerajaan yang masyhur di tanah Jawa
memiliki kontribusi besar terhadap kondisi geopolitik Indonesia saat ini,
karena pada hakikatnya ekspansi wilayah bahkan sampai pada falsafah negara
di Indonesia hasil dari kejayaan Kerajaan Majapahit saat itu. Terlepas dari itu
pola tingkah laku kerajaan Majapahit pula dulu membawa mereka kepada
masa kejayaannya yang sampai mampu menguasai dunia.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. W. (2016). 13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Kerajaan di Tanah


Jawa. Yogyakarta: Araska.
Bayu, K., & Aji. (2013). Majapahit Menguak Majapahit Berdasarkan Fakta Sejarah.
Yogyakarta: Araska.
Djafar, H. (2009). Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan Masalahnya.
Jakarta: Komunitas Bambu.
Griffiths, M. (2007). International Relations Theory for the Twenty First Century An
introduction. New York: Routledge.
Hakim, C. (2011). Pertahan Indonesia. Indonesia: Red & White Publishing
Indonesia.
Hayati, S., & Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Karim, S. (2014). Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Masmada, R. (2003). Gajah Mada sang Pemersatu Bangsa. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Muljana, S. (2009). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara
Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
Nugroho, I. J. (2011). Majapahit Peradaban Maritim Ketika Nusantara Menjadi
Pengendali Pelabuhan Dunia. Suluh: Suluh Nuswantara Bakti.
Pinuluh, E. D. (2010). Pesona Majapahit. Yogyakarta: Buku Biru.
Rudi, T. M. (2002). Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca
Perang Dingin. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai