Disusun oleh:
Devi Fitriyani 1198030059
Elis Nurelisah 1198030071
Faisal Wahid Muharom 1198030076
Gilman Hasan Supriadi 1198030087
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui biografi Karl Mennheim
2. Mengetahui dan memahami pemikiran Karl Mennheim
3. Mengetahui karya- karya Karl Mennheim
4. Mengetahui sumbangan Karl Mennheim terhadap perkembangan
Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
Karl mannheim
dilahirkan 1893 di Budapest, Hongaria. Ayahnya orang Hongaria, sedangkan
ibunya orang Jerman. Di kota Budapest dia menghabiskan masa kanak-kanaknya,
lulus dari gimnasium humanistik dan melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi.
Kemudian dia mengikuti teman-temannya ke Freiburg, dan tinggal beberapa lama
di kota Paris. Dia menikah dengan kawan seperguruan tinggi di Budapest dan
Heidelberg, yakni Juliska Lang, yang kemudian menjadi psikolog dan banyak
membantu Mannheim dalam kariernya sebagai ilmuan. Juliska Lang meninggal
dunia sembilan tahun setelah Mannheim meninggal.
Scheler, dan Karl Marx. Pada tahun 1925 dia menjadi dosen di Heidelberg, dan
dalam tahun 1929 dia menjadi guru besar sosiologi dan ekonomi di Frankfurt. Dia
diberhentikan pada tahun 1933 atas perintah Adolf Hitler, sehingga Mannheim
menetap di London dan mengajar sosiologi pada London School of Economics.
Delapan tahun kemudian dia pindah ke Institute of Education University of
London, tempat dia menjadi gurubesar ilmu pendidikan dalam tahun 1946.
Beberapa bulan sebelum meninggal dunia dalam tahun 1947, Mannheim
dicalonkan sebagai direktur UNESCO. Selama tinggal di Inggris, Mannheim
menyunting The International Library of Sociology and Social Recontruction, dan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sosiologi di Inggris,
sehingga sosiologi menjadi suatu ilmu yang dihormati.
dan formal.1
Mannheim meninggal dunia dalam usia yang tidak terlalu tua, namun hasil
karyanya mempunyai arti tersendiri bagi perkembangan ilmu. Beberapa
permasalahan pokok yang mendasari karya-karyanya adalah, bagaimanakah
pribadi yang unik, atau suatu kelompok, atau suatu kurun waktu, atau pandangan
hidup dapat disajikan atau dimediasikan. Hal itu sebenarnya berkisar bagaimana
mengadakan penafsiran intelektual atau menangani gejala spiritual.
"... that mind and thought are nothing but the expression and reflex of various
"location" in the social fabric, and that there exist only quantitatively determinable
functional correlations and no potentiality of "freedom" grounded in mind; it
merely means that even within the sphere of the intellectual, there are processes
amenable to rational analysis, and that it would be an ill-advised mysticism which
would shroud things in romantic obscurity at a point where rational cognition is
still practicable. Anyone who want to drag in the irrational where the lucidity and
1
Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Persons. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
acuity of reason still must rule by right merely shows that he is afraid to face the
mystery at its legitimate place".
Hal itu semua diketengahkan Mannheim dalam bukunya yang berjudul Esay on
the Sociology of Knowledge.2 Karl Mannheim adalah kontributor utama terhadap
perkembangan pandangan teori sosial ini, yang tersusun paling jelas dalam esai
panjang tentang The Problems of the Sociology of knowledge (1931).
2
Soekanto, Soerjono. Mengenal tujuh tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Pandangan filosofis mengenai kebutuhan manusia tidak terinci seperti yang
diberikan oleh aliran Frankfurt, pendekatannya adalah serupa. Keserupaannya
dapat kita lihat dalam kesediaanya untuk menguji struktur sosial yang ada secara
kritis menurut akibatnya terhadap individu yang ditekankan dan penuh frustrasi.
Terutama, misalnya Mannheim dalam mengemukakan bahwa pertumbuhan dalam
rasionalitas formal dalam struktur sosial, seperti yang terungkapkan dalam
organisasi birokratis yang besar dan kompleks, menghasilkan penyempitan
kebebasan manusia dan hilangnya pemahaman mereka yang substantif mengenai
dinamika struktur organisasi keseluruhan di mana mereka terlibat. Dengan kata
lain individu mengambil bagian dalam sistem yang sangat rasional, tetapi tanpa
sepenuhnya sadar akan bagaimana peran-perannya yang khusus itu cocok satu
sama lain dalam struktur keseluruhan.4
3
Scott John. Teori Sosial masalah-masalah pokok dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.
4
Robert M.Z Lawang. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1986. hlm. 173.
adalah masyarakat. Namun ideologi tidak memiliki basis sosial sama sekali.
Ideologi hanya disusun oleh sebagian kecil elit, lalu disebarkan untuk diamini.
Pengetahuan merupakan produksi kelompok (groupproduct) karena
membutuhkan pengakuan secara sosial. Mannheim tidak membedakan antara
kultur dan pengetahuan ilmiah (scientificknowledge), sehingga juga tidak bisa
membedakan sosiololgi pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan.5
Karl Mannheim merupakan salah satu tokoh yang penting dalam sosiologi
pengetahuan. Menurutnya, analisis struktural dari teori-teori pengetahuan itu
sebenarnya tidak dirancang untuk membedakan teori pengetahuan dengan
berbagai bentuk elemen pendukung dan katrakteristik yang ada pada setiap teori.
Oleh karenanya, harus diupayakan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara
konsep liberalisme sebagai suatu sistem politik dan liberalisme sebagai suatu
struktur pengetahuan. Atas dasar itu, harus ada keseimbangan antara konflik atau
krisis dengan kompromi terutama yang menyangkut masalah-masalah politik dan
kehidupan sosial. Di situ, harus ada keseimbangan antara janji-janji dan ancaman
secara bersama-sama.
5
Ritzer, George. Teori Sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
yang masih muda perkembangannya. Ia menyusun tahapan-tahapan dari satu
ideologi menjadi wacana dalam sosiologi pengetahuan. Langkah-langkah tersebut
diawali dengan mengeksplorasi filasafat kesadaran, dilanjutkan dengan
meneguhkan perspektif historis, dan berakhir dengan analisa proses sosial historis.
Melalui jalan ini, konsep totalitas dalam ideologi yang bersifat generalis perlahan-
lahan bertransformasi ke sistem riset dan pengamatan dalam sosiologi
pengetahuan.
F. Historicism (1924).
M. On the Nature of Economic Ambition and its Significance for the Social
Education of man (1930).
6
Soekanto, Soerjono. Mengenal tujuh tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Hlm 216-217
7
Silvanura, 2014. Karl Menheim (1893-1947), pdf. hlm 2-3.
subyaktif, tidak kritis lagi dengn kebenaran yang ada. Dengan demikian, ideologi
sering diartikan sebagai pengetahuan yang menyesatkan, karena sifatnya yang
subyektif.
1. Utopia relatif, yakni utopia yang bisa direalisasikan dalam sebuah sistem
kemasyarakatan yang berlainan dari sistem yang sedang berlaku sekarang.
2. Utopia absolut, yakni utopia yang tidak mungkin direalisasikan kapan pun dan
dimana pun.
Pandangan Mannheim tentang ideologi dan utopia ini sesuai dengan prinsip-
prinsip yang dia bicarakan dalam Sosiologi Pengetahuan, bahwa pada dasarnya,
pengetahuan manusia tidak bisa dilepaskan dari eksistensinya. Orang yang
menganut ideologi dari sebuah sistem kemasyarakatan tertentu akan sulit melihat
kebenaran dari sebuah teor kemasyarakatan lain yang tidak didasarkan pada
sistem yang ada, karena bagi penganut ideologi dari sistem kemasyarakatan yang
ada adalah kepentingannya untuk mempertahankan sistem ini. Baginya, semua
kemungkinan yang utopis dalam artian utoppia absolut. Hanya dengan pendekatan
sosiologi pengetahuan, yakni dengan menganalisis hubungan antara pengetahuan
dengan eksistensi kehidupan manusia.
Kita harus menghindari hanya melihat utopia dari satu sisi saja, karena
secara alamiah akan terjadi penyesuaian yang didasarkan perkembangan jaman.
Dalam pandangan Mannheim, hal ini cenderung tidak mewujud dan tidak
memenuhi representasi jaman. Peran the free floating intelectual dimasa kini
adalah mencoba mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan apa yang tidak
terpenuhi.
Hanya pada praktek dan atau evolusi sejarah manusia yang dapat
membedakan ideologi dan utopia, sehingga pada suatu saat kita tidak dapat lagi
membedakan ide atau gagasan mana yang akan menjadi ideologi dan mana yang
akan menjadi utopia, hanya masa depan yang akan menjawabnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan diatas yang telah kami buat.
DAFTAR PUSTAKA