Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SOSIOLOGI PENGETAHUAN MENURUT KARL MENNHEIM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah


Teori Sosiologi Klasik I
Dosen Pengampu: Sri Damayanti, M.Si.

Disusun oleh:
Devi Fitriyani 1198030059
Elis Nurelisah 1198030071
Faisal Wahid Muharom 1198030076
Gilman Hasan Supriadi 1198030087

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami
dapat merampungkan penyusunan makalah dengan judul " Sosiologi
Pengetahuan Menurut Karl Mennheim” tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan


dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Bandung, Maret 2020

                                                                                   Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................................ ii

Daftar Isi ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

2.1 Biografi Karl Mennheim .............................................................................. 2

2.2 Pemikiran Karl Mennheim............................................................................ 4

2.3 Karya- karya Karl Mennheim ..................................................................... 7

2.4 Sumbangan terhadap Perkembangan Sosiologi ...........................................10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

3.2 Saran ............................................................................................................. 15

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karl Mannheim sangat terpengaruh oleh pemikiran Karl Marx dan


Neokantian, ajaran fenomennologi dari Marx Scheler serta framework-nya sangat
banyak mengiintrodusir dari tradisi Max Weber. Ketertarikan pada sosiologi
terlihat dari karyanya Ideology and Utopia (1929) dan
artikelnya; Wizzenssosiologie (1931). Ketika terjadi kusial dalam politik,
memaksa dia mengasingkan diri ke Inggris. Dan gelar profesornya ia raih di
London. Kemahirannya dalam sosiologi tampak ketika diterapkan dalam
mengatasi problem sosial kemasyarakatan di Eropa, seperti terlihat dalam
karyanya; “an and Society in Age of Recontruction  (1940) dan Diagnosis of Our
Time (1913). 

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa biografi Karl Mennheim?
2. Apa pemikiran Karl Mennheim?
3. Apa karya- karya Karl Mennheim?
4. Apa sumbangan Karl Mennheim terhadap perkembangan Sosiologi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui biografi Karl Mennheim
2. Mengetahui dan memahami pemikiran Karl Mennheim
3. Mengetahui karya- karya Karl Mennheim
4. Mengetahui sumbangan Karl Mennheim terhadap perkembangan
Sosiologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Karl Mennheim

Karl mannheim
dilahirkan 1893 di Budapest, Hongaria. Ayahnya orang Hongaria, sedangkan
ibunya orang Jerman. Di kota Budapest dia menghabiskan masa kanak-kanaknya,
lulus dari gimnasium humanistik dan melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi.
Kemudian dia mengikuti teman-temannya ke Freiburg, dan tinggal beberapa lama
di kota Paris. Dia menikah dengan kawan seperguruan tinggi di Budapest dan
Heidelberg, yakni Juliska Lang, yang kemudian menjadi psikolog dan banyak
membantu Mannheim dalam kariernya sebagai ilmuan. Juliska Lang meninggal
dunia sembilan tahun setelah Mannheim meninggal.

Pada mulanya, Mannheim sangat tertarik pada filsafat, khususnya


epistemologi; disertasinya membahas analisa struktural epistemologi. Guru-guru
mannheim di Hongaria antara lain, G. Lukacs dan B. Zalai, sedangkan di Jerman
E. Lask, H. Rickert dan E. Husserl. Perhatiannya kemudian beralih pada ilmu-
ilmu sosial, khususnya ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Max Weber, Max

Scheler, dan Karl Marx. Pada tahun 1925 dia menjadi dosen di Heidelberg, dan
dalam tahun 1929 dia menjadi guru besar sosiologi dan ekonomi di Frankfurt. Dia
diberhentikan pada tahun 1933 atas perintah Adolf Hitler, sehingga Mannheim
menetap di London dan mengajar sosiologi pada London School of Economics.
Delapan tahun kemudian dia pindah ke Institute of Education University of
London, tempat dia menjadi gurubesar ilmu pendidikan dalam tahun 1946.
Beberapa bulan sebelum meninggal dunia dalam tahun 1947, Mannheim
dicalonkan sebagai direktur UNESCO. Selama tinggal di Inggris, Mannheim
menyunting The International Library of Sociology and Social Recontruction, dan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sosiologi di Inggris,
sehingga sosiologi menjadi suatu ilmu yang dihormati.

Karl mannheim pindah ke Jerman (dari Hongaria) menjelang berakhirnya


perang dunia pertama. Di Hongaria, tempat dia mulai mengajar, perhatiannya
terhadap filsafat sangat besar sehingga pernah menulis buku berjudul Soul and
Culture (1918). Antara tahun 1921 sampai 1930 perhatian dicurahkannya terhadap
masalah-masalah penafsiran, epistemologi, pengetahuan. Dalam tahun 1929 dia
menerbitkan buku berjudul Ideology and Utopia, yang kemudian disusul dengan
Problems of Sociology in Germany (1929). The Sociology of Knowledge (1931),
dan The Tasks of Sociology Called for by Present (1932). Di inggris minatnya
beralih hasil karyanya mengenai masalah itu adalah, antara lain:

a. Man and Society in an Age of Reconstruction (1935)

b. Diagnosis of Our Time (1943) c. Freedom, Power and Democratic


Planning (diterbitkan pada tahun 1950, setelah Mannheim meninggal).
Selanjutnya, mennheim memperdalam teori sosial sebagai basis sosiologi
yang memberikan kontribusi besar dalam pemikirannya tentang
teori aksi sosial. Dia menolak semua perilaku yang bersifat organisme, konflik

dan formal.1

Mannheim meninggal dunia dalam usia yang tidak terlalu tua, namun hasil
karyanya mempunyai arti tersendiri bagi perkembangan ilmu. Beberapa
permasalahan pokok yang mendasari karya-karyanya adalah, bagaimanakah
pribadi yang unik, atau suatu kelompok, atau suatu kurun waktu, atau pandangan
hidup dapat disajikan atau dimediasikan. Hal itu sebenarnya berkisar bagaimana
mengadakan penafsiran intelektual atau menangani gejala spiritual.

2.2 Pemikiran Karl Mennheim

Masalah penafsiran menjadi bahan pokok bagi sosioligi pengetahuan, hal


mana tampak secara jelas dalam bukunya yang terbit dalam tahun 1925, mengenai
sosiologi pengetahuan. Menurut Mannheim, penafsiran sosiologis merupakan
suatu diskusi mengenai berbagai jenis penafsiran yang memperkarya penafsiran
imanen atau intrinsik. Dengan mempergunakan penafsiran itu, akan dapat
diungkapkan praanggapan-praanggapan eksistensial yang mempunyai arti. Hal ini
bukan berarti bahwa penafsiran sosiologis meninggalkan ruang lingkup
intelektual, oleh karena praanggapan-praanggapan eksistensial itu mempunyai arti
tertentu, walaupun sifatnya prateoritis. Mengenai masalah ini mannheim
menyatakan bahwa penafsiran sosiologis bukan berarti,

"... that mind and thought are nothing but the expression and reflex of various
"location" in the social fabric, and that there exist only quantitatively determinable
functional correlations and no potentiality of "freedom" grounded in mind; it
merely means that even within the sphere of the intellectual, there are processes
amenable to rational analysis, and that it would be an ill-advised mysticism which
would shroud things in romantic obscurity at a point where rational cognition is
still practicable. Anyone who want to drag in the irrational where the lucidity and
1
Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Persons. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
acuity of reason still must rule by right merely shows that he is afraid to face the
mystery at its legitimate place".

Hal itu semua diketengahkan Mannheim dalam bukunya yang berjudul Esay on
the Sociology of Knowledge.2 Karl Mannheim adalah kontributor utama terhadap
perkembangan pandangan teori sosial ini, yang tersusun paling jelas dalam esai
panjang tentang The Problems of the Sociology of knowledge (1931).

Karl Mannheim (1925a, 1925b, 1924), seperti Scheler, melihat keragaman


pandangan dunia dan bentuk-bentuk kesenian berakar pada perbedaan
pengalaman hidup di antara kelompok sosial. Dipengaruhi oleh Marxisme dari
Gyorgy Lukacs (1923), dia melihat letak-letak kelas dalam masyarakat modern
adalah sumber variasi paling fundamental dalam pengalaman hidup sehingga
menjadi penentu krusial dalam pembentuk kebudayaan dan pandangan politik.
Ilmu pengetahuan alam adalah satu-satunya perkecualian pada penentuan sosial
dari pengetahuan, meskipun Mannheim (1929,1931) sungguh melihat rasionalitas
dan kemudian, rasionalisasi dunia modern sebagai produk dari sebuah pandangan
kelas yang khas borjuis.

Dengan mengambil ide-ide konflik yang akan dibahas Mannheim melihat


persaingan kelompok dan kepentingan yang saling bertentangan itu sendiri
dibentuk oleh ide-ide tentang kelompok sosial dan bentuk-bentuk kesadaran sosial
yang saling berbenturan. Mannheim (1942, 1947) dekat dengan dan sangat
dipengaruhi oleh Alfred Weber, tetapi dia memiliki pandangannya sendiri tentang
kemunduran kebudayaan. Dia berargumen bahwa rasionalisasi dari masyarakat
kontemporer, yang diekspresikan dalam sistem-sistem perencanaan sosial yang
lebih kompleks, menghasilkan sebuah standarisasi dan demokratisasi kebudayaan
yang mengancam kreativitas intelektual. Menggemakan saint-simon, dia melihat
kebutuhan akan adanya sebuah elite intelektual yang dapat menghasilkan sebuah
rekonstruksi sosial.3

2
Soekanto, Soerjono. Mengenal tujuh tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Pandangan filosofis mengenai kebutuhan manusia tidak terinci seperti yang
diberikan oleh aliran Frankfurt, pendekatannya adalah serupa. Keserupaannya
dapat kita lihat dalam kesediaanya untuk menguji struktur sosial yang ada secara
kritis menurut akibatnya terhadap individu yang ditekankan dan penuh frustrasi.
Terutama, misalnya Mannheim dalam mengemukakan bahwa pertumbuhan dalam
rasionalitas formal dalam struktur sosial, seperti yang terungkapkan dalam
organisasi birokratis yang besar dan kompleks, menghasilkan penyempitan
kebebasan manusia dan hilangnya pemahaman mereka yang substantif mengenai
dinamika struktur organisasi keseluruhan di mana mereka terlibat. Dengan kata
lain individu mengambil bagian dalam sistem yang sangat rasional, tetapi tanpa
sepenuhnya sadar akan bagaimana peran-perannya yang khusus itu cocok satu
sama lain dalam struktur keseluruhan.4

Dalam pemikiran Mannheim, “ideologi” merupakan satu bentuk


pengetahuan yang diberinya perhatian secara lebih. Dalam bukunya “Ideologi dan
Utopia”, ideologi dimaknainya sebagai sistem gagasan yang berupaya
menyembunyikan dan mempertahankan masa kini dengan menafsirkannya dari
sudut pandang masa lalu. Sosiologi pengetahuan di satu sisi menyingkap untuk
memahami pemikiran dan perilaku, di sisi lain untuk mengembangkan teori untuk
situasi kontemporer berkenaan dengan signifikansi faktor kondisi non teoritis
dalam pengetahuan. Pengetahuan tidak mudah diidentifikasi secara empiris,
berbeda dengan ideologi yang lebih mudah mengidentifikasinya. Ideologi
merupakan pengetahuan khusus yang hidup di setiap masyarakat yang memiliki
perspektf politik dan berkaitan dengan kelas dan strata politik.

Menurut Mannheim, “ideologi” merupakan pengetahuan yang tidak


mencerminkan masyarakatnya. Pengetahuan melekat di kultur, dimana basisnya

3
Scott John. Teori Sosial masalah-masalah pokok dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.

4
Robert M.Z Lawang. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1986. hlm. 173.
adalah masyarakat. Namun ideologi tidak memiliki basis sosial sama sekali.
Ideologi hanya disusun oleh sebagian kecil elit, lalu disebarkan untuk diamini.
Pengetahuan merupakan produksi kelompok (groupproduct) karena
membutuhkan pengakuan secara sosial. Mannheim tidak membedakan antara
kultur dan pengetahuan ilmiah (scientificknowledge), sehingga juga tidak bisa
membedakan sosiololgi pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan.5

Karl Mannheim merupakan salah satu tokoh yang penting dalam sosiologi
pengetahuan. Menurutnya, analisis struktural dari teori-teori pengetahuan itu
sebenarnya tidak dirancang untuk membedakan teori pengetahuan dengan
berbagai bentuk elemen pendukung dan katrakteristik yang ada pada setiap teori.
Oleh karenanya, harus diupayakan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara
konsep liberalisme sebagai suatu sistem politik dan liberalisme sebagai suatu
struktur pengetahuan. Atas dasar itu, harus ada keseimbangan antara konflik atau
krisis dengan kompromi terutama yang menyangkut masalah-masalah politik dan
kehidupan sosial. Di situ, harus ada keseimbangan antara janji-janji dan ancaman
secara bersama-sama.

Mannheim telah berbicara mengenai konsep-konsep yang menyangkut


sosiologi pengetahuan, ideologi, politik, dan kehidupan sosial. Secara jelas ia
menerapkan konsepnya Marx berkenaan kesadaran kelas. Dalam kaitan ini ada
dua hal penting yang harus diperhatikan, pertama adalah adanya konsep-konsep
ideologi sebagai struktur kognitif yang dianggap lemah, karena hanya memiliki
perspektif tunggal yang memerlukan koreksi dari perspektif lain. Kedua adalah
bahwa sosiologi pengetahuan itu muncul dari isu-isu substansial yang terwujud
karena berbagai ideologi yang ada memberikan kontribusinya secara langsung di
dalam orientasi dan kehidupan politik.

Manheim menyebutkan betapa pentingnya sosiologi pengetahuan sebagai


salah satu bidang kajian. Secara relatif, sosiologi pengetahuan merupakan bidang

5
Ritzer, George. Teori Sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
yang masih muda perkembangannya. Ia menyusun tahapan-tahapan dari satu
ideologi menjadi wacana dalam sosiologi pengetahuan. Langkah-langkah tersebut
diawali dengan mengeksplorasi filasafat kesadaran, dilanjutkan dengan
meneguhkan perspektif historis, dan berakhir dengan analisa proses sosial historis.
Melalui jalan ini, konsep totalitas dalam ideologi yang bersifat generalis perlahan-
lahan bertransformasi ke sistem riset dan pengamatan dalam sosiologi
pengetahuan.

2.3 Karya- karya Karl Mennheim

Hasil-hasil karya Mannheim yang diterbitkan selama hidupnya dan sesudah


dia meninggal, adalah sebagai berikut:

A. Soul and Culture (1918).

B. Review of Lukacs' Theory of the Novel (1920).

C. On the Interpretation of Weltanschauung (1921-1922).

D. On the Problem of the Classification of the Sciences (1922).

E. Stuctural Analysis of Epistemology (1922).

F. Historicism (1924).

G. The Problem of a Sociology of Knowledge (1925).

H. The Ideological and the Sociological Interpretation of Intellectual


Phenomena (1926).

I. Conservative Thought (1927).

A Note on "... the State as an Organism".

J. The Problem of Generation (1927).

K. Competition as a Cultural Phenomena (1928).


L. Problems of Sociology ib Germany (1929).

M. On the Nature of Economic Ambition and its Significance for the Social
Education of man (1930).

N. Ideology and Utopia (1929).

O. Sociology of Knowledge (1931).

P. Sociology (lanjutan Problems of Sociology in Germany):

1. The Taks of Sociology Calleg for by the Present: A Teaching Program


(1932).

2. American Sociology (1932).

3. German Sociology (1918-1933) (1934).

4. The Place of Sociology (1935).

Q. Essay on the Sociology of Culture (awal tahun tigapuluhan)

1. Towards the Sociology of the Mind; an Introduction (Karl Mannhiem,


Ernest Mannhiem).

2. The Problem of the Intelligentsia: an Enquairy into Its Past and


Present Role (Karl Mannhiem, Ernest Mannhiem).

3. The Demoscratization of Culture (Karl Mannhiem, Paul Kecskemeti).

R. Man an Society in an Age of Reconstruction (1940).

S. Social planning on the Eve of World War II:

1. A few Concrete Examples Concerning the Sociological Nature of


Human Valuations (1936).

2. Mannheim's Answer to a Newspaper Poll (1937).

3. On the Diagnosis of Our Time (1937).


4. Planned Society and the Problem of Human Personality: A
Sociological Analysis (1938).

5. Adult Education and the Social Sciences (1938).

6. Mass Education and Group Analysis (1938).

T. World War II:

1. On War-Conditioned Changes in Our Psychic Economy (1940).

2. Diagnosis of Our Time (1943).

3. Three Short Papers (1944, 1945, 1946).

U. Freedom, Power, and Democratic Planning (1950).

V. Systematic Sociology (1957).

W. An Introduction to the Sociology of Education (1962).

X. Invitation, Not Conclusion.6

2.4 Sumbangan terhadap Perkembangan Sosiologi

1. Ideologi dan Utopia7

Ideologi dalam pengertian populernya dimaknakan sebagai sesuatu yang tidak


sesuai dengan kebenaran. Pengetahuan yang bersifat ideologis berarti pengetahuan
yang lebih sarat dengan keyakinan subyektif seseorang, dari pada sarat dengan
fakta-fakta empiris. Kalau dalam sebuah perdebatan, salah satu pihak menuduh
argumen pihak lainnya bersifat ideologis, inii artinya yang dituduh bersikap

6
Soekanto, Soerjono. Mengenal tujuh tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Hlm 216-217

7
Silvanura, 2014. Karl Menheim (1893-1947), pdf. hlm 2-3.
subyaktif, tidak kritis lagi dengn kebenaran yang ada. Dengan demikian, ideologi
sering diartikan sebagai pengetahuan yang menyesatkan, karena sifatnya yang
subyektif.

Mannheim sendiri memberikan pengertian baru kepada istilah ideologi dan


utopia, sesuai dengan dasar-dasar pikirannya dalam usaha memperkenalkan
Sosiologi Pengetahuan. Dia membedakan fakta empiris yang sudah atau sedang
terjadi dan gejala sosial dimasa depan yang belum terjadi. Ideologi dan utopia
adalah sama, dalam arti keduanya merupakan gejala sosial di masa depan yang
belum terjadi . keduanya bukan merupakan data empiris.

Lalu apa bedanya ideologi dan utopia? Ideologi merupakan semacam


proyeksi kedepan tentang gejala yang akan terjadi dikemudian hari berdasarkan
sistem yang ada. Maka disinilah pikiran baru Mannheim, ideologi berarti ramalan
tentang masa depan yang didasarkan pada sistem yang sekarang sedang berlaku,
sedangkan utopia berarti ramalan tentang masa depan yang didasarkan pada
sistem lain, yang pada saat ini tidak sedang berlangsung.

Bagi mannheim ada dua macam utopia, yaitu:

1. Utopia relatif, yakni utopia yang bisa direalisasikan dalam sebuah sistem
kemasyarakatan yang berlainan dari sistem yang sedang berlaku sekarang.

2. Utopia absolut, yakni utopia yang tidak mungkin direalisasikan kapan pun dan
dimana pun.

Pandangan Mannheim tentang ideologi dan utopia ini sesuai dengan prinsip-
prinsip yang dia bicarakan dalam Sosiologi Pengetahuan, bahwa pada dasarnya,
pengetahuan manusia tidak bisa dilepaskan dari eksistensinya. Orang yang
menganut ideologi dari sebuah sistem kemasyarakatan tertentu akan sulit melihat
kebenaran dari sebuah teor kemasyarakatan lain yang tidak didasarkan pada
sistem yang ada, karena bagi penganut ideologi dari sistem kemasyarakatan yang
ada adalah kepentingannya untuk mempertahankan sistem ini. Baginya, semua
kemungkinan yang utopis dalam artian utoppia absolut. Hanya dengan pendekatan
sosiologi pengetahuan, yakni dengan menganalisis hubungan antara pengetahuan
dengan eksistensi kehidupan manusia.

Disinilah terletak perbedaan utopia dan ideologi. Keberadaan pemikiran


ideologi acapkali tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi walaupun demikian ia
masih sering dimanfaatkan (walaupun tidak secara utuh), misalnya untuk
melakukan pembenaran penerapan suatu ideologi pada tahapan perkembangan
masyarakat tertentu.

Jadi, ideologi dan utopia seringkali sama-sama tidak sesuai dengan


kenyataan. Penjelasan Mannheim untuk hal ini adalah bahwa hal tersebut lebih
merupakan kekurangharmonisan the collective unconscious dari kelompok-
kelompok yang terlibat.

Ide-ide kristen dalam masyarakat feodal eropa merupakan ideologi yang


sangat penting saat itu. Ajaran gereja katolik mengenai otoritas ketuhanan
berkaitan dengan otoritas mutlak monarki dan bangsawan. Dari sudut pandang ini
dikatakan bahwa ideologi merupakan ide-ide the situationally transcendent yang
secara de facto tidak pernah berhasil diwujudkan, contohnya adalah pandangan
kristen mengenai cinta kasih yang lebih merupakan penyeimbang kondisi batin
manusia.

Kita harus menghindari hanya melihat utopia dari satu sisi saja, karena
secara alamiah akan terjadi penyesuaian yang didasarkan perkembangan jaman.
Dalam pandangan Mannheim, hal ini cenderung tidak mewujud dan tidak
memenuhi representasi jaman. Peran the free floating intelectual dimasa kini
adalah mencoba mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan apa yang tidak
terpenuhi.

Doktrin utopian adalah kebebasan, yang muncul dari kelas penguasa


menengah pada abad 18 dan 19. Melalui sejarah tersebut, kita dapat melihat apa
yang dimaksudkan oleh Mannheim dengan real elements dalam utopia ini, yakni
tidak setiap doktrin merupakan ideologi misalnya doktrin kebebasan untuk
bekerja, kebebasan bertempat tinggal, kebebasan berpendapat. Pada umumnya
ideologi berfungsi sebagai pelindung suatu tatanan sedangkan utopia mencakup

gagasan-gagasan yang potensial terealisasi dalam suatu tatanan sosial yang


kondusif.

Mannheim memperlihatkan betapa sukarnya membedakan ideologi dan


utopia dalam penerapannya. Kekuatan sebenarnya pada utopia adalah sebagai
pemelihara kepentingan-kepentingan perkembangan masyarakat. Mannheim
menyarankan agar kita melihat masyarakat secara dialektis untuk menetapkan
utopia-utopia sesungguhnya, yaitu gagasan atau ide yang potensial terwujud.
Utopia bagi Mannheim merupakan kebenaran yang belum matang.

Hanya pada praktek dan atau evolusi sejarah manusia yang dapat
membedakan ideologi dan utopia, sehingga pada suatu saat kita tidak dapat lagi
membedakan ide atau gagasan mana yang akan menjadi ideologi dan mana yang
akan menjadi utopia, hanya masa depan yang akan menjawabnya.

Seperti dikemukakan di atas, bahwa teori Mannheim mengenai ideologi


secara umum berhubungan dengan teori psikoanalis, artinya Mannheim
menghendaki masyarakat sebagai suatu kesatuan harus selalu dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan atau situasi nyata. Menurutnya dunia yang kita diami
bukanlah sesuatu yang mutlak karena senantiasa terjadi perubahan dan perbaikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karl mannheim dilahirkan 1893 di Budapest, Hongaria. Pada mulanya,


Mannheim sangat tertarik pada filsafat, khususnya epistemologi; disertasinya
membahas analisa struktural epistemologi.

Karl Mannheim (1925a, 1925b, 1924), seperti Scheler, melihat keragaman


pandangan dunia dan bentuk-bentuk kesenian berakar pada perbedaan
pengalaman hidup di antara kelompok sosial. Dipengaruhi oleh Marxisme dari
Gyorgy Lukacs (1923), dia melihat letak-letak kelas dalam masyarakat modern
adalah sumber variasi paling fundamental dalam pengalaman hidup sehingga
menjadi penentu krusial dalam pembentuk kebudayaan dan pandangan politik.

Dalam pemikiran Mannheim, “ideologi” merupakan satu bentuk pengetahuan


yang diberinya perhatian secara lebih. Dalam bukunya “Ideologi dan Utopia”,
ideologi dimaknainya sebagai sistem gagasan yang berupaya menyembunyikan
dan mempertahankan masa kini dengan menafsirkannya dari sudut pandang masa
lalu. Sosiologi pengetahuan di satu sisi menyingkap untuk memahami pemikiran
dan perilaku, di sisi lain untuk mengembangkan teori untuk situasi kontemporer
berkenaan dengan signifikansi faktor kondisi non teoritis dalam pengetahuan.
Pengetahuan tidak mudah diidentifikasi secara empiris, berbeda dengan ideologi
yang lebih mudah mengidentifikasinya.

Mannheim memperlihatkan betapa sukarnya membedakan ideologi dan


utopia dalam penerapannya. Kekuatan sebenarnya pada utopia adalah sebagai
pemelihara kepentingan-kepentingan perkembangan masyarakat. Mannheim
menyarankan agar kita melihat masyarakat secara dialektis untuk menetapkan
utopia-utopia sesungguhnya, yaitu gagasan atau ide yang potensial terwujud.

3.2 Saran

Kami sebagai penyususn makalah ini menyadari banyak sekali kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan pada makalah ini. Kami akan memperbaiki makalah
ini dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan diatas yang telah kami buat.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. Mengenal tujuh tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers,


2011.
Lawang ,Robert M.Z. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama,.
Scott, John. 2012. Teori Sosial masalah-masalah pokok dalam Sosiologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Bachtiar, Wardi. 2010. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Persons. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan

terakhir postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Silvanura, 2014. Karl Menheim (1893-1947). Pdf .

Anda mungkin juga menyukai