Oleh Kelompok 2:
Perbandingan administrasi negara adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam
ilmu administrasi negara. Pendekatan yang diterapkan dalam perbandingan administrasi negara
adalah:
1. pendekatan filosofis;
2. pendekatan politis;
3. pendekatan sistemik;
6. pendekatan ekologis;
Ketujuh pendekatan tersebut bersifat integral, yaitu saling berkaitan satu dengan yang
lainnya, meskipun dalam melakukan kajiannya, digunakan secara parsial. Misalnya, administrasi
negara-negara Barat dibandingkan dengan administrasi negara-negara Timur dengan pendekatan
filsafat. Kajiannya diarahkan pada upaya menjawab hakikat, sumber, dan tujuan diterapkannya
sistem administrasi negara, baik oleh dunia Barat maupun Timur. Akan tetapi, pendekatan
filsafat juga dapat dikaitkan dengan pendekatan lainnya, mengingat satu sama lain saling
memengaruhi. Pemisahan pendekatan hanya untuk memudahkan penelaahan.
A. Pendekatan Filosofis
Secara filosofis, negara-negara Barat menganut paham ideologis tersendiri dalam mengembangkan
sistem administrasi negaranya. Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang berpegang pada ideologi
liberalisme, Uni Soviet berdasarkan komunisme, Yordania berdasarkan Islam, dan Indonesia berdasarkan
Pancasila. Liberalisme adalah salah satu paham ideologis yang banyak diterapkan di negara-negara Barat.
3. kebebasan individu dalam arti setiap orang mempunyai kebebasan berpikir dan berpendapat untuk
mengutarakan seluruh aspirasinya;
4. kebebasan sosial;
5. kebebasan ekonomi;
6. kebebaasan keluarga;
8. kebebasan internasional;
Liberalisme berjuang merebut dan meraih kebebasan hakikinya yang merupakan hak-hak
asasi manusia. Barac Obama misalnya, sebagai presiden Amerika Serikat yang berasal dari kulit
hitam merupakan pertanda bahwa seluruh masyarakat Amerika memiliki hak yang sama dalam
berpolitik. Negara-negara Barat menjadikan liberalisme sebagai tolok ukur kebenaran.
Mereka tidak akan memandang aman, tertib, adil, dan sejahtera terhadap negara-negara yang hak
asasi warga negaranya sering terlanggar, terancam. Seperti kegiatan administrasi negara Amerika
Serikat bukan hanya bersifat nasional, melainkan juga bersifat internasional, yaitu mengusahakan
tegaknya hakhak asasi manusia di negara-negara lain, baik yang sedang berkembang maupun
sudah mulai berbuah.
Tujuan administrasi negara komunis adalah negara yang aman, tertib, adil, sejahtera, yang
hanya akan terwujud apabila hak milik perseorangan sudah tidak ada, agama sudah lenyap, hak
asasi manusia sudah binasa, dan hukum-hukum baru menggantikan hukum-hukum lama, baik
hukum perdata maupun hukum publik. Ajaran komunis yang bersifat internasional berusaha
melaksanakannya, baik terhadap negara yang sudah berkembang maupun yang sedang
berkembang, baik dengan cara subversi maupun secara legal. Usaha ini lebih banyak ditujukan
terhadap negara-negara yang sedang berkembang. Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjadi
sasaran utama kegiatan administrasi negara komunisme. Indonesia pernah mengalami hal
tersebut dengan adanya Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia.
Dalam negara yang berbentuk republik diterapkan sistem demokrasi, artinya kekuasaan atas
negara dilakukan melalui sistem pemilu yang bebas dan rahasia serta mengusahakan
kesejahteraan rakyat yang menyeluruh. Apabila masyarakat merasa puas terhadap pelayanan dari
administrasi negara yang sedang berjalan itu, pada pemilu berikutnya rakyat akan memilih
kembali kelompok atau golongan yang menjadi top administrator.
Oleh karena itu, monarki absolut menganut sistem diktator. Di Saudi Arabia tidak
dilaksanakan pemilu karena negara tersebut tidak memiliki parlemen dan partai politik.
Inggris, Nederland, dan Jepang, cara mempertahankan kekuasaan atas negara melalui
pemilu, karena dalam negara tersebut terdapat parlemen dan partai politik yang jumlahnya lebih
dari satu, kecuali kepala negara, ia harus putra atau putri mahkota.
Hubungan antara organisasi politik dan negara dalam negara-negara yang menggunakan
sistem demokrasi terdapat hal-hal yang «renggang», sebab dalam negara tersebut terdapat
banyak organisasi politik , sehingga aktivitas administrasi negara banyak bergantung pada
“organisasi politik”. Adapun dalam fungsi mengatur hubungan negara dengan negara, walaupun
sudah diatur oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, setiap negara mempunyai kebebasan untuk
mengatur hubungan sendiri dengan negaranegara lainnya atau memutuskan hubungan sesuai
dengan kepentingan negara masing-masing.
Pada masyarakat paternalistik, feodalistik, dan otokratis akan sulit melahirkan suatu sistem
administrasi negara yang demokratis karena sistem sosial yang demikian akan menjadi kekuatan
pendukung bagi sistem administrasi negara yang diktatoris.
1. Undang-undang dibuat oleh Badan Perwakil Politik yang anggotaanggotanya diikat atau
ditunjuk oleh kepala pemerintahan atau hasil pemilu melalui sistem satu partai, atau jika negara
itu tidak terdapat badan perwakilan politik, undang-undang dibuat oleh kepala pemerintahan
sendiri.
2. Kepala negara tidak bertanggung jawab pada Badan Perwakilan Politik atau rakyat, mengingat
anggota-anggota badan dan perwakilan politik itu berdasarkan persetujuan sendiri dan rakyat
dianggap telah terwakili oleh dirinya sendiri, seperti Italia-Mussolini, Jerman-Hitler, dan lain-
lain.
3. Wewenang kepala negara tidak dibatasi oleh UU secara materiil walaupun dibatasi UU secara
formal. 4. Kepala negara dapat membuat UU melalui dekrit ataupun melalui badan perwakilan
politik, yang anggota-anggotanya secara keseluruhan diangkat atau disetujuinya sendiri.
5. Kepala negara mempunyai kekuasaan atau ikut campur dalam urusan yudikatif.
6. Kepala negara melaksanakan sistem close management, yaitu menutup partisipasi masyarakat,
tetapi menghidupkan dukungan masyarakat dengan jalan penerapan penerangan, seperti Uganda-
Idi Amin, Lybia-Muamar Gadhafi, dan sebagainya.
7. Komunikasi dalam pemerintahan bersifat satu arah, yaitu dari pemerintah kepada rakyat dan
bersifat indoktrinatif dalam rangka membina opini masyarakat untuk menimbulkan dukungan
masyarakat.
10. Aparatur pemerintahan merupakan aspirasi masyarakat terhadap keadilan dan kemerdekaan
perorangan.
1. Kebijakan publik dibuat oleh Badan Perwakilan Politik hasil pemilu melalui sistem dua partai
atau banyak partai.
2. Kepala Pemerintahan atau Badan Administrasi Negara bertanggung jawab pada badan
perwakilan politik dalam negara yang menganut sistem kabinet parlementer, seperti Prancis,
Nederland, Inggris, Israel, dan sebagainya, ataupun langsung pada rakyat apabila negara itu
menganut sistem kebinet presidentil, seperti Amerika Serikat.
3. Wewenang kepala negara dan kepala pemerintahan dibatasi oleh UU dan harus dijalankan
sesuai dengan UU.
4. Kepala negara tidak diperkenankan untuk membuat UU dan tidak mempunyai kekuasaan
yudikatif.
5. Kepala pemerintahan melaksanakan sistem manajemen terbuka, yaitu menyelenggarakan
pemerintahan, tanggung jawab sosial, pengendalian dan pengawasan sosial secara langsung,
seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, dan sebagainya.
6. Komunikasi dalam pemerintahan atau administrasi negara yang demokratis bersifat dua arah,
yaitu dari pemerintahan kepada rakyat dan dari rakyat kepada pemerintahan melalui badan-badan
negara atau melalui media pers.
Forecasting, planning, dan organizing merupakan mesin manajemen. Untuk membuat mesin
manajemen terlebih dahulu dilakukan penelitian tentang masa silam, masa sekarang, dan masa
yang akan datang, kemudian didesain. Dalam rancangan itu ditentukan bagian-bagian serta
fungsi masing-masing, lalu agar berfungsi dan berjalan semestinya, mesin administrasi perlu
digerakkan melalui perintah, koordinasi, komunikasi, dan pengawasan.
Timbulnya administrasi dimulai pada saat orang bekerja bersamasama untuk mencapai
tujuan. Semenjak orang berpikir dan berkehendak membangun negara, administrasi negara
dibutuhkan. Pembangunan negara tidak terlepas dari politik. Demikian pula, dengan administrasi
negara. Dengan demikian, administrasi negara dan politik memiliki hubungan yang erat, hanya
politik lebih cenderung menciptakan administrasi negara.
Pendekatan nomotetis adalah pendekatan yang hanya memerhatikan perumusan hukum dan
preposisi ilmu. Adapun pendekatan ideografis mencurahkan perhatiannya pada keadaan yang
unik, seperti pemerintahan tertentu, kasus tertentu, dan organisasi tertentu.