Gastroparesis adalah suatu kondisi yang memengaruhi pergerakan spontan otot-otot (motilitas) di
perut. Normalnya setelah menelan makanan, otot-otot dalam dinding perut akan menggiling
makanan menjadi bentuk yang lebih kecil dan mendorong masuk ke dalam usus halus. Pada
gastroparesis, motilitas perut akan melambat atau tidak berfungsi sama sekali, mencegah
pengosongan perut yang benar, sehingga menyebabkan pengosongan lambung memakan waktu
yang lama.
Muntah
Mual
Perasaan kenyang setelah makan hanya beberapa gigitan
Memuntahkan makanan yang tidak tercerna yang dimakan beberapa jam sebelumnya
Refluks asam lambung
Perut kembung
Sakit perut
Perubahan kadar gula darah
Kurang nafsu makan
Penurunan berat badan dan gizi buruk
Banyak orang dengan gastroparesis tidak memiliki tanda dan gejala yang nyata.
Ilustrasi Gastroparesis
(Sumber gambar: emedprimarycare.com)
Penyebab Gastroparesis
Tidak selalu jelas apa yang menyebabkan gastroparesis. Namun dalam banyak kasus,
gastroparesis diyakini disebabkan oleh kerusakan saraf yang mengendalikan otot perut (saraf
vagus). Saraf vagus membantu mengelola proses kompleks dalam saluran pencernaan, termasuk
memberi sinyal pada otot-otot di perut untuk berkontraksi dan mendorong makanan ke dalam
usus halus. Saraf vagus yang rusak tidak dapat mengirim sinyal secara normal ke otot perut. Hal
ini dapat menyebabkan makanan lebih lama berada di perut dan tidak bergerak secara normal ke
usus halus untuk dicerna.
Saraf vagus dapat rusak oleh penyakit, seperti diabetes, operasi perut (esofagus/ kerongkongan,
lambung, dan usus halus), atau terapi radiasi di area dada dan perut. Obat-obatan tertentu, seperti
penghilang rasa sakit opioid, beberapa antidepresan, obat tekanan darah tinggi dan alergi dapat
menyebabkan perlambatan pengosongan lambung dan menyebabkan gejala yang serupa. Bagi
orang yang sudah menderita gastroparesis, obat-obatan ini dapat memperburuk kondisinya.
Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Risiko Gastroparesis
Diabetes
Operasi perut atau esofagus
Infeksi, biasanya virus
Obat-obatan tertentu yang memperlambat laju pengosongan lambung, seperti obat-obatan
nyeri, narkotika
Scleroderma (penyakit jaringan ikat)
Penyakit sistem saraf, seperti penyakit Parkinson atau multiple sclerosis
Hipotiroidisme (Kadar hormon tiroid rendah)
Wanita lebih mungkin mengalami gastroparesis daripada pria.
Komplikasi Gastroparesis
Diagnosis Gastroparesis
Studi pengosongan lambung. Ini adalah tes paling penting yang digunakan dalam
membuat diagnosis gastroparesis. Tes ini melibatkan makan-makanan ringan, seperti
telur dan roti panggang, yang mengandung sejumlah kecil bahan radioaktif. Pemindai
yang mendeteksi pergerakan bahan radioaktif ditempatkan di atas perut untuk memantau
kecepatan makanan meninggalkan perut
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Prosedur ini digunakan untuk memeriksa secara
visual sistem pencernaan bagian atas, yang terdiri dari kerongkongan, lambung dan
bagian awal usus kecil (duodenum), dengan kamera kecil di ujung tabung yang panjang
dan fleksibel
Ultrasonografi. Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk
menghasilkan gambar struktur dalam tubuh. Ultrasonografi dapat membantu
mendiagnosis apakah ada masalah dengan kandung empedu atau gejala ginjal
Pemeriksaan rontgent saluran cerna bagian atas. Ini adalah serangkaian sinar-X dimana
pasien minum cairan putih yaitu kapur (barium) yang melapisi sistem pencernaan untuk
membantu melihat kelainan muncul.
Pengobatan Gastroparesis
Pati
Roti putih, roti gulung, dan roti gandum “ringan” tanpa kacang atau biji
Bagel (roti berbentuk cincin seperti donat) polos atau telur
Muffin
Tepung atau tortilla jagung
Pancake
Gandum dan sereal beras
Krim gandum
Kerupuk putih
Kentang
Nasi
Spageti
Daging sapi tanpa lemak, sapi dan babi (tidak digoreng)
Ayam atau kalkun (tanpa kulit dan tidak digoreng)
Kepiting, lobster, udang, kerang, dan tiram
Tuna
Keju
Telur
Tahu
Saus tomat, pasta, dan jus
Wortel (dimasak)
Bit (dimasak)
Jamur (dimasak)
Jus sayuran
Kaldu sayur
Jus buah dan minuman
Saus apel
Pisang
Persik dan pir
Susu, jika ditoleransi
Yoghurt
Puding
Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengobati gastroparesis meliputi obat untuk merangsang otot perut. Obat-
obat ini termasuk metoklopramid, eritromisin dan domperidon. Metoklopramid memiliki risiko
efek samping ekstrapiramidal* yang serius. Eritromisin merupakan antibiotik yang dapat
membantu pengosongan lambung, namun kehilangan efektivitasnya seiring waktu, dan dapat
menyebabkan efek samping, seperti diare. Obat yang lebih baru, domperidon, dengan efek
samping yang lebih sedikit.
*Ekstrapiramidal adalah suatu kondisi yang menimbulkan gerakan otot tak sadar atau kejang yang biasanya terjadi pada wajah
dan leher
Terapi endoskopi
Endoskopi dilakukan untuk menempatkan tabung kecil (stent) di bagian perut yang terhubung ke
usus kecil (duodenum) sehingga menjaga saluran ini tetap terbuka.
Pembedahan
Beberapa orang dengan gastroparesis mungkin tidak dapat mentolerir makanan atau cairan apa
pun. Dalam situasi ini, dapat direkomendasikan tabung makanan (tabung jejunostomi)
ditempatkan di usus kecil.
Bouras EP, et al. Gastroparesis: From concepts to management. Nutrition in Clinical Practice.
2013;28:437
Parrish CR. Nutritional considerations in the patient with gastroparesis. Gastroenterology Clinics
of North America. 2015;44:83
Camilleri M. Novel diet, drugs, and gastric interventions for gastroparesis. Clinical
Gastroenterology and Hepatology. 2016;14:1072
Stein BJ, et al. Gastroparesis: A review of current diagnosis and treatment options. Journal of
Clinical Gastroenterology. 2015;49:550
Pasricha PJ, et al.Outcomes and factors associated with reduced symptoms in patients with
gastroparesis. Gastroenterology. 2015;149:1762