Anda di halaman 1dari 12

PERUBAHAN ATAS POJK NOMOR 34/POJK.

03/2020
TENTANG KEBIJAKAN BAGI BPR & BPRS SEBAGAI DAMPAK
PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019
POJK Nomor 2/POJK.03/2021

#1 LATAR BELAKANG PENERAPAN KEBIJAKAN


STIMULUS BAGI BPR/S
Penyebaran COVID-19 masih berlanjut & berdampak signifikan
DALAM POJK INI BERLAKU
terhadap sektor riil, termasuk UMKM. UMKM masih membutuhkan
SAMPAI DENGAN TANGGAL
waktu untuk kembali pulih sehingga dapat mendukung stabilitas
31 MARET 2022
kinerja BPR & BPRS di masa pandemi. Oleh karena itu,

diperlukan kebijakan lanjutan untuk mendukung pertumbuhan

industri BPR & BPRS.

#2 PERPANJANGAN KEBIJAKAN SEBAGAI DAMPAK


PENYEBARAN COVID-19
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) umum untuk aset produktif
dengan kualitas lancar dapat dibentuk sebesar 0% atau kurang dari 0,5% dari

aset produktif dengan kualitas lancar

Persentase nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebagai faktor pengurang

modal inti dalam perhitungan KPMM BPR/S menggunakan perhitungan persentase

dari nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan KPMM

BPR/S pada posisi laporan bulan Maret 2020

Penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank pada BPR/S lain

untuk penanggulangan permasalahan likuiditas dikecualikan dari ketentuan BMPK


atau BMPD. Penempatan dana antarbank tersebut dapat dilakukan paling
banyak sebesar 30% dari modal BPR/S. BPR/S yang melakukan penyediaan dana
dimaksud menyampaikan laporan kepada OJK paling lambat tanggal 10 pada

bulan berikutnya

Penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM tahun

2021 dapat disediakan sebesar kurang dari 5% dari realisasi biaya SDM tahun

sebelumnya.

#3 DALAM HAL MENERAPKAN KEBIJAKAN,


BPR/S HARUS MELAKUKAN:
Penyesuaian pedoman atas seluruh kebijakan yang diterapkan

Dokumentasi & administrasi yang memadai atas seluruh kebijakan yang

diterapkan

Simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan terhadap kecukupan

permodalan dan likuiditas BPR/S secara periodik

SIMULASI PERHITUNGAN DAMPAK


#4 PENERAPAN KEBIJAKAN
BPR/S melakukan simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan secara
periodik sesuai kondisi dan kebijakan yang diterapkan oleh BPR/S.

OJK dapat menetapkan periode simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan

lebih cepat dari periode yang ditetapkan oleh BPR/S

OJK dapat meminta BPR/S menyampaikan hasil simulasi perhitungan dampak

penerapan kebijakan dan rencana tindak jika diperlukan

Hasil simulasi perhitungan dan rencana tindak disampaikan paling lambat 14 hari
sejak tanggal surat pemberitahuan dari OJK

#5 DALAM HAL BPR/S AKAN MELAKUKAN


PEMBAGIAN DIVIDEN DAN/ATAU TANTIEM
BPR/S memastikan pembagian dividen dan/atau tantiem tidak
wajib

berdampak pada kecukupan permodalan BPR/S sesuai dengan POJK


KPMM BPR/S dengan memperhitungkan paling sedikit penerapan kebijakan

pembentukan PPAP dan AYDA yang akan jatuh tempo

OJK dapat meminta BPR/S untuk menyampaikan hasil perhitungan dampak

pembagian dividen dan/atau tantiem paling lambat 14 hari sejak tanggal

surat pemberitahuan dari OJK.

OJK dapat memberikan sanksi kepada BPR dan BPRS yang tidak memenuhi

ketentuan terkait pembagian dividen dan/atau tantiem


RINGKASAN EKSEKUTIF
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.03/2021 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
34/POJK.03/2020 TENTANG
KEBIJAKAN BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH SEBAGAI DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019
(POJK PERUBAHAN ATAS POJK KEBIJAKAN BAGI BPRS/S
SEBAGAI DAMPAK COVID-19)

1. Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) secara global dan domestik masih
berlanjut dan berdampak cukup signifikan terhadap sektor riil, termasuk Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga masih dibutuhkan waktu untuk
kembali pulih, dan berpengaruh pada kinerja BPR dan BPRS yang memiliki target
pasar utama UMKM. Untuk mendukung stabilitas kinerja BPR dan BPRS di masa
pandemi, diperlukan kebijakan lanjutan untuk tetap mendukung pertumbuhan
industri BPR dan BPRS, sehingga dapat menjalankan fungsi intermediasi termasuk
mendorong pemulihan dan pertumbuhan sektor riil terutama UMKM.
2. Pokok-pokok pengaturan POJK Perubahan atas POJK Kebijakan Bagi BPR/S Sebagai
Dampak COVID-19 antara lain:
a. Memperpanjang masa berlaku kebijakan bagi BPR/BPRS sebagai dampak
COVID-19 sampai dengan 31 Maret 2022.
b. Kebijakan sebagai dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19)
terdiri dari:
1) Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) umum untuk aset produktif
dengan kualitas lancar dapat dibentuk sebesar 0% (nol persen) atau kurang
dari 0,5% (nol koma lima persen) dari aset produktif dengan kualitas lancar
sebagaimana diatur dalam POJK Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPR;
2) Persentase nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebagai faktor pengurang
modal inti dalam perhitungan KPMM BPR dan BPRS menggunakan
perhitungan persentase dari nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti
dalam perhitungan KPMM BPR dan BPRS pada posisi laporan bulan Maret
2020;
3) Penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank pada BPR atau
BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR atau
BPRS lain dikecualikan dari ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) atau Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD). Penempatan dana
antar bank tersebut dapat dilakukan kepada seluruh BPR pihak terkait dan
tidak terkait paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR dan
BPRS; dan/atau
4) Penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber
daya manusia (SDM) tahun 2021 dapat disediakan sebesar kurang dari 5%
(lima persen) dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya.
c. Dalam hal BPR atau BPRS menerapkan kebijakan tersebut, BPR atau BPRS harus
melakukan:
1) penyesuaian pedoman atas seluruh kebijakan yang diterapkan;
2) dokumentasi dan administrasi yang memadai atas seluruh kebijakan yang
diterapkan; dan
3) simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan terhadap kecukupan
permodalan dan likuiditas BPR dan BPRS secara periodik.
Terkait pelaksanaan simulasi dampak penerapan kebijakan, OJK dapat:

-1-
a) menentukan periode simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan
lebih cepat daripada yang dilakukan BPR atau BPRS; dan/atau
b) meminta BPR dan BPRS menyampaikan hasil simulasi perhitungan dan
rencana tindak yang diperlukan.
d. Dalam hal BPR atau BPRS akan melakukan pembagian dividen dan/atau
tantiem:
1) BPR atau BPRS wajib memastikan pembagian dividen dan/atau tantiem tidak
berdampak pada kecukupan permodalan BPR dan BPRS sesuai dengan POJK
KPMM BPR atau BPRS dengan memperhitungkan paling sedikit penerapan
kebijakan pembentukan PPAP dan AYDA yang akan jatuh tempo.
2) OJK dapat memberikan sanksi kepada BPR dan BPRS yang tidak memenuhi
ketentuan terkait pembagian dividen dan/atau tantiem.
3. Ketentuan ini berlaku sejak diundangkan sampai dengan tanggal 31 Maret 2022.

-2-
REQUENTLY ASKED QUESTION
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.03/2021 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
34/POJK.03/2020 TENTANG
KEBIJAKAN BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH SEBAGAI DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019
(POJK PERUBAHAN STIMULUS BPR/BPRS)

A. UMUM

1. Apa latar belakang penerbitan POJK ini?


Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) secara global dan domestik
masih berlanjut dan berdampak cukup signifikan terhadap sektor riil, termasuk
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga masih dibutuhkan waktu
untuk kembali pulih, dan berpengaruh pada kinerja BPR dan BPRS yang memiliki
target pasar utama UMKM. Untuk mendukung stabilitas kinerja BPR dan BPRS di
masa pandemi, diperlukan kebijakan lanjutan sehingga BPR dan BPRS dapat
menjalankan fungsi intermediasi termasuk mendorong pemulihan dan
pertumbuhan sektor riil terutama UMKM.

2. Apa kebijakan bagi BPR dan BPRS yang diatur dalam POJK ini?
POJK ini mengatur penerapan kebijakan bagi BPR dan BPRS sebagai dampak
penyebaran COVID-19 sebagaimana diatur dalam POJK No.34/POJK.03/2020
meliputi:
a. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP)
BPR/BPRS dapat membentuk PPAP umum kurang dari 0,5% atau tidak
membentuk PPAP umum untuk aset produktif berupa penempatan pada bank
lain dan kredit/pembiayaan dengan kualitas lancar;
b. Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)
Perhitungan AYDA berdasarkan jangka waktu kepemilikan dapat dihentikan
sementara sampai dengan 31 Maret 2022. Selanjutnya BPR/BPRS dapat
menggunakan persentase nilai AYDA posisi 31 Maret 2020 sebagai faktor
pengurang modal inti dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) sampai dengan 31 Maret 2022. Setelah tenggat waktu
tersebut, perhitungan persentase AYDA sebagai faktor pengurang modal inti
kembali mengacu pada ketentuan mengenai penilaian kualitas aset BPR/BPRS,
dan BPR/BPRS memperhitungkan periode kepemilikan AYDA sejak AYDA
dieksekusi tanpa memperhitungkan periode relaksasi;
c. Penyediaan Dana Dalam Bentuk Penempatan Dana Antar Bank (PDAB)
1) Penyediaan dana dalam bentuk PDAB untuk penanggulangan
permasalahan likuiditas pada BPR/BPRS lain dikecualikan dari ketentuan
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Batas Maksimum
Penyaluran Dana (BMPD).
2) Penyediaan dana dimaksud dapat dilakukan kepada seluruh BPR/BPRS
pihak terkait dan pihak tidak terkait paling banyak 30% (tiga puluh persen)
dari modal BPR/BPRS dengan didasarkan pada surat pernyataan dari
BPR/BPRS.
3) Dalam hal terdapat PDAB untuk penanggulangan permasalahan likuiditas
melebihi 30% (tiga puluh persen), maka BPR/BPRS yang melakukan
penempatan dana menyusun rencana tindak yang terdiri dari langkah dan
target waktu penyelesaian secepatnya.

-1-
4) BPR/BPRS yang melakukan penyediaan dana dalam bentuk PDAB untuk
penanggulangan permasalahan likuiditas harus menyampaikan laporan
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya setelah penyediaan dana
tersebut
d. BPR dan BPRS dapat menyediakan dana pendidikan dan pelatihan untuk
pengembangan sumber daya manusia (SDM) tahun 2020 dan tahun 2021
kurang dari 5% (lima persen) dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya.

3. Apakah yang perlu diperhatikan dalam hal BPR atau BPRS menerapkan
kebijakan bagi BPR dan BPRS yang diatur dalam POJK ini?
Dalam hal BPR dan BPRS menerapkan salah satu atau seluruh kebijakan
sebagaimana butir A.2, BPR dan BPRS harus melakukan:
a. penyesuaian pedoman pelaksanaan perhitungan PPAP, pedoman pelaksanaan
perhitungan AYDA, pedoman pelaksanaan penyediaan dana dalam bentuk
penempatan dana antar bank, dan/atau pedoman penyediaan dana pendidikan
dan pelatihan untuk pengembangan SDM;
b. dokumentasi dan administrasi yang memadai atas seluruh kebijakan yang
diterapkan, paling sedikit memuat:
1) terkait PPAP:
a) jumlah penyisihan penghapusan aset produktif yang wajib dibentuk
sebagaimana diatur dalam ketentuan POJK mengenai kualitas aset
produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan aset produktif BPR
dan BPRS; dan
b) realisasi jumlah penyisihan penghapusan aset produktif yang dibentuk
sebagaimana diatur dalam POJK ini,
untuk masing-masing rekening aset produktif BPR dan BPRS;
2) terkait AYDA
perhitungan nilai agunan yang diambil alih yang menjadi faktor pengurang
modal inti BPR dan BPRS dalam perhitungan kewajiban pemenuhan modal
minimum;
3) terkait penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank
perhitungan penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank
pada BPR atau BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas
pada BPR dan BPRS lain;
4) terkait penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan
SDM
a) jumlah biaya pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yang wajib
dipenuhi sebagaimana diatur dalam POJK mengenai kewajiban
penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan
sumber daya manusia BPR dan BPRS; dan
b) realisasi biaya pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia BPR dan
BPRS sebagaimana diatur dalam POJK ini.
c. simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan PPAP, AYDA, dan/atau
penempatan dana antar bank untuk penanggulangan permasalahan likuiditas,
terhadap kecukupan permodalan dan likuiditas BPR dan BPRS antara lain
melalui pemenuhan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan cash ratio,
yang dilakukan secara periodik.

-2-
4. Mengapa dalam penerapan POJK ini BPR dan BPRS perlu memperhatikan hal-
hal sebagaimana butir A.3 dimaksud?
BPR dan BPRS perlu memperhatikan hal-hal sebagaimana butir A.3 dimaksud
sebagai bahan review dan monitoring BPR dan BPRS agar pada saat berakhirnya
POJK pada tanggal 31 Maret 2022, kinerja BPR dan BPRS tidak terdampak secara
signifikan saat kembali menerapkan POJK No.33/POJK.03/2018 tentang Kualitas
Aset Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPR,
POJK No.29/POJK.03/2019 tentang Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPRS, POJK No.47/POJK.03/2017 tentang
Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan dan Pelatihan untuk Pengembangan
Sumber Daya Manusia BPR dan BPRS, POJK No.49/POJK.03/2017 tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit BPR, dan PBI No.13/5/PBI/2011 tentang Batas
Maksimum Penyaluran Dana BPRS (selanjutnya keseluruhan POJK dan PBI
dimaksud disebut POJK dan PBI existing).

5. Dalam hal terdapat BPR dan BPRS yang tetap mengimplementasikan norma
sebagaimana diatur dalam POJK atau PBI existing, apakah BPR dan BPRS
dinilai melanggar POJK ini?
BPR dan BPRS tidak melanggar POJK ini mengingat pengaturan dalam POJK ini
bersifat opsional bagi BPR dan BPRS, di mana dalam penerapan kebijakan
sebagaimana POJK ini BPR dan BPRS tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Dalam hal BPR dan BPRS menerapkan kebijakan sebagaimana POJK ini, BPR dan
BPRS perlu mempertimbangkan kemampuan BPR dan BPRS dalam menyerap
risiko.

B. KEBIJAKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF

1. Kapan kebijakan PPAP yang diatur dalam POJK ini berlaku?


Kebijakan terhadap ketentuan PPAP yang diatur dalam POJK ini berlaku sampai
dengan laporan posisi bulan Maret 2022.

2. Apakah kebijakan PPAP yang diatur dalam POJK ini hanya mencakup aset
produktif berupa kredit atau pembiayaan?
Kebijakan terkait PPAP yang diatur dalam POJK ini mencakup aset produktif,
berupa kredit atau pembiayaan dan penempatan pada bank lain, dengan kualitas
lancar.

3. Apakah penempatan dana BPRS pada bank umum konvensional untuk


kepentingan transfer dana bagi BPRS dan nasabah BPRS termasuk dalam
cakupan aset produktif yang diatur dalam POJK ini?
Tidak, karena sesuai POJK No.29/POJK.03/2019 tentang Kualitas Aset Produktif
dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPRS (POJK KAP PPAP
BPRS), penempatan pada bank umum konvensional tidak termasuk dalam aset
produktif sehingga tidak termasuk dalam kebijakan sebagaimana POJK ini dan
tetap wajib membentuk penyisihan penghapusan aset sesuai POJK KAP PPAP BPRS.

4. Apakah BPR dan BPRS diperkenankan untuk tetap membentuk PPAP untuk
aset produktif dengan kualitas lancar sebesar 0,5% (nol koma lima persen)
sebagaimana POJK No.33/POJK.03/2018 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPR (POJK KAP PPAP
BPR) dan POJK KAP PPAP BPRS?

-3-
Mengingat pengaturan dalam POJK ini bersifat opsional bagi BPR dan BPRS, BPR
dan BPRS diperkenankan untuk tetap membentuk PPAP sebesar 0,5% (nol koma
lima persen) sesuai kebijakan dan mitigasi risiko yang diterapkan BPR dan BPRS.
Selanjutnya BPR dan BPRS perlu mengkomunikasikan hal ini kepada pengawas.

5. Dalam hal BPR dan BPRS tidak membentuk PPAP untuk aset produktif dengan
kualitas lancar selama masa berlaku kebijakan sebagaimana POJK ini, apakah
BPR dan BPRS perlu membentuk akumulasi cadangan penyisihan kerugian
sebesar 0.5% dari asset produktif kualitas lancar yang tidak dibentuk selama
masa berlaku POJK ini pada tanggal 1 April 2022?
BPR dan BPRS tidak perlu membentuk akumulasi cadangan penyisihan kerugian
sebesar 0.5% (nol koma lima persen) dari aset produktif kualitas lancar yang tidak
dibentuk selama masa berlaku POJK ini pada tanggal 1 April 2022. Namun
demikian, BPR dan BPRS sebaiknya menghitung cadangan penyisihan kerugian
sebesar 0,5% (nol koma persen) dari aset produktif kualitas lancar sebagai
dokumentasi dan administrasi BPR dan BPRS, serta dalam rangka melakukan
simulasi untuk mengantisipasi kebutuhan pembentukan PPAP saat POJK ini tidak
lagi berlaku serta dalam hal BPR dan BPRS akan melakukan pembagian dividen
dan/atau tantiem. Selanjutnya, pada tanggal 1 April 2022, BPR dan BPRS harus
kembali membentuk PPAP untuk aset produktif dengan kualitas lancar
sebagaimana POJK KAP PPAP BPR dan POJK KAP PPAP BPRS.

C. AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH

1. Kapan kebijakan AYDA yang diatur dalam POJK ini berlaku?


Kebijakan AYDA yang diatur dalam POJK ini berlaku sejak laporan posisi bulan April
2020 sampai dengan laporan posisi bulan Maret 2022.

2. Bagaimana kebijakan AYDA yang diatur dalam POJK ini?


Kebijakan AYDA yang diatur dalam POJK ini adalah BPR dan BPRS diperkenankan
menggunakan persentase dari nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti
dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) sebagaimana
persentase untuk posisi laporan bulan Maret 2020 dan menghentikan perhitungan
jangka waktu kepemilikan AYDA sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Maret 2022.
Contoh:
Pada tanggal 1 Juni 2019, BPR “A” mengambil alih agunan dalam bentuk tanah
dan/atau bangunan yang diserahkan oleh nasabah dengan nilai realisasi bersih
sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Apabila setelah 1 (satu) tahun
sejak tanggal pengambilalihan agunan yaitu setelah tanggal 31 Mei 2020 BPR “A”
belum dapat mencairkan AYDA, maka persentase nilai AYDA BPR “A” yang
diperhitungkan sebagai faktor pengurang modal inti untuk laporan posisi:
a. Bulan Juni 2020 adalah:
Sesuai POJK KAP PPAP BPR seharusnya dihitung 50% (lima puluh persen)
karena jangka waktu AYDA sampai dengan posisi laporan bulan Juni 2020
adalah lebih dari 1 (satu) tahun. Namun, sesuai POJK ini, cukup dihitung 0%
(nol persen) karena menggunakan jangka waktu AYDA pada posisi laporan bulan
Maret 2020.
b. Bulan Juli 2022 adalah:
Sesuai POJK KAP PPAP BPR seharusnya dihitung 75% (tujuh puluh lima persen)
karena jangka waktu AYDA sampai dengan posisi laporan bulan Juli 2022 adalah

-4-
lebih dari 3 (tiga) tahun. Namun, sesuai POJK ini, cukup dihitung 50% (lima
puluh persen) karena selama POJK ini berlaku jangka waktu AYDA tidak
diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Maret 2022 sehingga jangka waktu
AYDA adalah 14 (empat belas) bulan pada posisi laporan bulan Juli 2022.

3. Apakah BPR dan BPRS yang memiliki AYDA dengan jenis agunan kendaraan
bermotor dengan jangka waktu 1 (satu) tahun 1 (satu) bulan pada posisi Juni
2020 dapat tetap menerapkan persentase nilai AYDA sebagai faktor pengurang
modal inti sebesar 50% sebagaimana POJK KAP PPAP BPR dan POJK KAP PPAP
BPRS, dan tidak menggunakan persentase nilai AYDA posisi bulan Maret 2020 ?
Mengingat pengaturan dalam POJK ini bersifat opsional, BPR dan BPRS
diperkenankan menerapkan persentase nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal
inti sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana POJK KAP PPAP BPR dan POJK
KAP PPAP BPRS. Selanjutnya BPR dan BPRS perlu menginformasikan hal ini kepada
pengawas.

4. Dalam hal terdapat BPR atau BPRS yang melakukan pengambilalihan agunan
sebagai AYDA setelah POJK No.34/POJK.03/2020 berlaku, bagaimana
perhitungan jangka waktu kepemilikan AYDA?
Jangka waktu kepemilikan AYDA dimaksud tetap diperhitungkan sejak dilakukan
pengambilalihan.
Contoh:
Apabila BPR “X” mengambilalih agunan pada tanggal 1 Juli 2020, maka jangka
waktu kepemilikan AYDA pada tanggal 1 April 2022 adalah 21 (dua puluh satu)
bulan.

D. KEBIJAKAN PENYEDIAAN DANA DALAM BENTUK PENEMPATAN DANA ANTAR


BANK

1. Bagaimana penerapan kebijakan penyediaan dana dalam bentuk PDAB untuk


penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR/BPRS lain yang diatur
dalam POJK ini?
a. BPR dan BPRS dapat melakukan penempatan dana antar bank pada BPR atau
BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR atau
BPRS lain, baik pihak terkait maupun pihak tidak terkait, paling banyak
sebesar 30% dari modal BPR atau BPRS yang melakukan penempatan dana, di
luar batas maksimum penempatan dana kepada pihak terkait dan batas
maksimum penempatan dana berupa PDAB kepada pihak tidak terkait.
b. BPR dan BPRS tetap dapat menggunakan kelonggaran batas maksimum
penempatan dana kepada pihak terkait dan batas maksimum penempatan dana
berupa PDAB kepada pihak tidak terkait sebagaimana POJK
No.49/POJK.03/2017 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR (POJK
BMPK BPR) dan PBI No.13/5/PBI/2011 tentang Batas Maksimum Penyaluran
Dana BPRS (PBI BMPD BPRS) untuk penempatan dana antar bank pada BPR
atau BPRS lain.

Contoh:
Apabila BPR X telah melakukan penempatan dana pada BPR A (pihak tidak
terkait) sebanyak 20% dari modal BPR X, apakah BPR X dapat melakukan
penempatan dana pada BPR A sebesar 30 % dari modal berdasarkan POJK ini?

-5-
Dalam hal BPR A mengalami permasalahan likuiditas dan BPR X belum
menempatkan dana pada BPR lain dalam rangka penanggulangan permasalahan
likuiditas, BPR X dapat melakukan penempatan dana pada BPR A maksimal
sebesar 30% dari modal BPR X dengan syarat BPR X dan BPR A membuat surat
pernyataan bahwa penempatan dana tersebut digunakan dalam rangka
penanggulangan permasalahan likuiditas.

Apabila BPR Y telah melakukan penempatan dana pada seluruh pihak terkait
(termasuk BPR C) sebanyak 10% dari modal BPR Y, apakah BPR Y dapat
melakukan penempatan dana pada BPR C (pihak terkait) sebesar 30 % dari
modal berdasarkan POJK ini?
Dalam hal BPR Y akan melakukan penempatan dana kembali di BPR C mengalami
permasalahan likuiditas dan BPR Y belum menempatkan dana pada BPR lain
dalam rangka penanggulangan permasalahan likuiditas, BPR Y dapat melakukan
penempatan dana pada BPR C maksimal sebesar 30% dari modal BPR Y dengan
syarat BPR Y dan BPR C membuat surat pernyataan bahwa penempatan dana
tersebut digunakan dalam rangka penanggulangan permasalahan likuiditas.

Apabila BPR Z telah melakukan penempatan dana pada seluruh BPR pihak
terkait sebesar 10% dari modal BPR Z dan pada BPR D (pihak tidak terkait)
sebanyak 20% dari modal BPR Z, berapa maksimal penempatan dana yang
dapat dilakukan BPR Z dalam rangka penanggulangan permasalahan likuiditas
pada BPR lain berdasarkan POJK ini ?
BPR Z dapat melakukan penempatan dana pada seluruh BPR pihak terkait dan
tidak terkait berdasarkan POJK ini maksimal sebesar 30% dari modal BPR.

2. Kapan kebijakan penyediaan dana dalam bentuk PDAB yang diatur dalam POJK
ini dapat diterapkan?
a. Kebijakan penyediaan dana dalam bentuk PDAB dalam rangka penanggulangan
masalah likuiditas BPR atau BPRS lain yang diatur dalam POJK ini berlaku
sejak tanggal diundangkan sampai dengan 31 Maret 2022.
b. Pada tanggal 1 April 2022, BPR dan BPRS tidak lagi diperkenankan melakukan
penyediaan dana dalam bentuk PDAB dalam rangka penanggulangan masalah
likuiditas BPR/BPRS lain selain batas maksimum penyediaan dana yang diatur
dalam POJK BMPK BPR dan PBI BMPD BPRS.

3. Apakah BPRS dapat melakukan penyediaan dana dalam bentuk penempatan


dana antar bank untuk penanggulangan permasalahan likuiditas kepada BPR?
Tidak, dalam penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank untuk
penanggulangan permasalahan likuiditas, BPRS dilarang menempatkan dana pada
BPR sebagaimana diatur dalam POJK KAP PPAP BPRS.

4. Mengapa penerapan kebijakan terhadap ketentuan penyediaan dana dalam


bentuk penempatan dana antar bank untuk penanggulangan permasalahan
likuiditas memerlukan adanya laporan khusus, yang berbeda dengan penerapan
kebijakan lain dalam POJK ini?
Laporan dimaksud diperlukan sebagai sarana monitoring OJK serta BPR dan BPRS
dalam melakukan penerapan kebijakan terhadap ketentuan penyediaan dana dalam
bentuk penempatan dana antar bank pada BPR atau BPRS lain untuk
penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR dan BPRS lain, di mana:

-6-
a. Dalam hal BPR dan BPRS melakukan penerapan kebijakan terhadap ketentuan
penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank pada BPR atau
BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR dan BPRS
lain melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR atau BPRS yang
diperkenankan, BPR dan BPRS harus secepatnya melakukan penyelesaian agar
kembali pada 30% (tiga puluh persen) selama POJK berlaku.
b. Dalam hal BPR dan BPRS melakukan penerapan kebijakan terhadap ketentuan
penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank pada BPR atau
BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR dan BPRS
lain sebesar 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR atau BPRS yang
diperkenankan, BPR dan BPRS harus memiliki perencanaan dan langkah
penyelesaian agar pada saat masa berlaku POJK berakhir, BPR dan BPRS tetap
memenuhi POJK BMPK BPR dan PBI BMPD BPRS.

5. Bagaimana pengisian kolom “tanggal jatuh tempo” pada laporan penyediaan


dana dalam bentuk penempatan dana antar bank untuk penanggulangan
permasalahan likuiditas?
Kolom dimaksud diisi dengan tanggal berakhirnya penempatan dana antar bank
untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR atau BPRS lain sesuai
dengan komitmen BPR yang menerima penempatan dana dengan memperhatikan
target waktu rencana penyelesaian penempatan dana antar bank untuk
penanggulangan permasalahan likuiditas yaitu paling lama tanggal 31 Maret 2022.

E. KEBIJAKAN TERHADAP KETENTUAN PENYEDIAAN DANA PENDIDIKAN DAN


PELATIHAN UNTUK PENGEMBANGAN SDM

Apakah BPR dan BPRS diperkenankan tidak melakukan penyediaan dana


pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM?
Ya, BPR dan BPRS diperkenankan tidak melakukan penyediaan dana pendidikan dan
pelatihan untuk pengembangan SDM untuk tahun 2020 dan tahun 2021. Selanjutnya,
pada tahun 2022 BPR dan BPRS harus menyediakan kembali dana pendidikan dan
pelatihan untuk pengembangan SDM sebagaimana POJK 47/POJK.03/2017 tentang
Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan dan Pelatihan untuk Pengembangan Sumber
Daya Manusia BPR dan BPRS.

F. SIMULASI PERHITUNGAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN

1. Bagaimana penerapan simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan yang


harus dilakukan oleh BPR dan BPRS?
Dalam rangka penerapan kebijakan sebagaimana diatur dalam POJK Perubahan
Stimulus BPR/BPRS ini, BPR dan BPRS melakukan simulasi perhitungan dampak
penerapan kebijakan secara periodik. Penetapan periode pelaksanaan simulasi
perhitungan disesuaikan dengan kondisi dan kebijakan yang diterapkan oleh BPR,
serta potensi tambahan eksposur risiko atas kebijakan yang diterapkan.
Pelaksanaan simulasi tersebut dimaksudkan agar BPR dapat memiliki proyeksi
kinerja BPR pada saat kebijakan sebagaimana POJK ini tidak lagi berlaku dan
selanjutnya menetapkan rencana tindak yang harus dilakukan agar kondisi
terutama faktor permodalan dan likuiditas tetap terjaga.

-7-
2. Bagaimana langkah yang harus dilakukan BPR dan BPRS apabila terdapat
perbedaan penentuan periode simulasi perhitungan dampak penerapan
kebijakan antara BPR atau BPRS dan OJK?
Dalam hal terdapat perbedaan penentuan periode simulasi perhitungan dampak
penerapan kebijakan antara BPR atau BPRS dan OJK, BPR atau BPRS harus
menyesuaikan periode simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan
sebagaimana yang ditetapkan oleh OJK, termasuk apabila OJK meminta BPR dan
BPRS untuk melakukan simulasi perhitungan lebih sering dari periode yang
ditetapkan BPR atau BPRS.

3. Bagaimana mekanisme simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan?


Mekanisme simulasi perhitungan dampak kebijakan dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
a. Terkait perhitungan dampak penerapan kebijakan terhadap kecukupan
permodalan, BPR atau BPRS memperhitungkan:
1) PPAP yang seharusnya dibentuk sesuai POJK KAP PPAP BPR dan POJK KAP
PPAP BPRS dan AYDA yang akan jatuh tempo.
2) PPAP yang seharusnya dibentuk dalam hal debitur yang memperoleh
kebijakan restrukturisasi sebagaimana diatur dalam POJK
No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019
(POJK Stimulus Covid-19) dan POJK No.48/POJK.03/2020 tentang
Perubahan atas POJK Stimulus Covid-19 (POJK Perubahan Stimulus Covid-
19) diperkirakan mengalami penurunan atau tidak memiliki kemampuan
pembayaran.
3) Potensi BPR atau BPRS yang menerima penempatan dana antar bank untuk
penanggulangan permasalahan likuiditas tidak dapat mengembalikan
penempatan dana dimaksud sehingga menyebabkan terjadinya pelanggaran
BMPK/BMPD pada BPR atau BPRS yang melakukan penempatan dana, pada
saat masa berlaku POJK ini berakhir.
b. Dalam melakukan simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan terhadap
rasio likuiditas, BPR atau BPRS memperhitungkan potensi pengembalian dari
penempatan dana antar bank untuk penanggulangan permasalahan likuiditas
pada BPR dan BPRS lain.

4. Apakah BPR atau BPRS harus menyampaikan hasil simulasi perhitungan


dampak penerapan kebijakan dan rencana tindak kepada OJK?
BPR dan BPRS tidak diwajibkan menyampaikan hasil simulasi perhitungan
dimaksud kepada OJK. Namun demikian, BPR atau BPRS harus menyampaikan
hasil simulasi perhitungan dampak penerapan kebijakan beserta rencana tindak
kepada OJK dalam hal diminta OJK.

G. PEMBAGIAN DIVIDEN DAN/ATAU TANTIEM


Bagaimana kebijakan pembagian dividen dan/atau tantiem dalam POJK ini?
a. Sebelum dilakukan pembagian dividen dan/atau tantiem, BPR atau BPRS wajib
memastikan pembagian dividen dan/atau tantiem tidak berdampak pada
kecukupan permodalan BPR dan BPRS sebagaimana POJK No.5/POJK.03/2015
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti
Minimum BPR dan POJK No.66/POJK.03/2016 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPRS.

-8-
b. Dalam memastikan pembagian dividen dan/atau tantiem, BPR atau BPRS wajib
memperhitungkan paling sedikit penerapan kebijakan sebagaimana angka F.3.

-9-

Anda mungkin juga menyukai