Anda di halaman 1dari 23

POJK No.

34 Tahun 2020
KEBIJAKAN BAGI BPR DAN BPRS
SEBAGAI DAMPAK PENYEBARAN
CORONAVIRUS DISEASE 2019

Oleh :
Joko Suyanto, SE.MM
Ketua Umum Perbarindo

Rapat Vicon DPP dan DPD Perbarindo


Jakarta, 9 Juni 2020
1 Latar Belakang
2
I. Latar Belakang

1 2 3 4
Penyebaran COVID-19 Penurunan cash Menjaga stabilitas Mendukung kebijakan
telah berdampak pada inflow yang dihadapi stimulus yang telah
kinerja perbankan
perlambatan oleh BPR/S karena diberlakukan bagi BPR
perekonomian khususnya industri
adanya penundaan sebagaimana POJK
domestik yang pembayaran
BPR/S yang No. 11/POJK.03/2020
berpengaruh terhadap
angsuran oleh memiliki peran tentang Stimulus
penurunan kapasitas cukup penting di
debitur, serta Perekonomian
pembayaran debitur
UMKM yang dibiayai perubahan perilaku daerah Nasional Sebagai
oleh BPR/S, serta nasabah BPR/S yang Kebijakan
adanya langkah cenderung menarik Countercyclical
pemerintah dalam dana di BPR/S untuk Dampak COVID-19
menetapkan memenuhi
pembatasan kegiatan kebutuhan pribadi
di beberapa daerah dan usahanya dalam
berpotensi kondisi pandemik Masukan dari Asosiasi BPR dan BPRS agar
mempengaruhi kinerja
industri BPR/S.
juga berdampak pada
likuiditas BPR/S.
dilakukan relaksasi terhadap ketentuan BPR
dan BPRS
5

Perlu diambil Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat


dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 3
2 Pokok Pengaturan
4
II. STRUKTUR POJK No 34 Tahun 2020 KEBIJAKAN BAGI BPR/S
Bab dalam POJK No 34 Tahun 2020 terdiri atas:

01 Ketentuan Umum

02 Penyisihan Penghapusan Aset Produktif

03 Agunan Yang Diambil Alih

04 Penyediaan Dana Dalam Bentuk Penempatan Dana Antar Bank

05 Penyediaan Dana Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

06 Pelaporan

07 Masa Berlaku Kebijakan Bagi BPR dan BPRS

08 Ketentuan Penutup 5
01 KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pasal 2
BPR dan BPRS dapat menerapkan kebijakan
terhadap ketentuan BPR dan BPRS sebagai dampak
POJK berlaku bagi penyebaran COVID-19, yang terdiri atas:

BPR dan BPRS a. pembentukan PPAP;


b. perhitungan nilai AYDA sebagai faktor
pengurang modal inti dalam perhitungan
kewajiban penyediaan modal minimum;
c. perhitungan penyediaan dana dalam bentuk
penempatan dana antar bank; dan/atau
d. penyediaan dana pendidikan dan pelatihan
SDM.

Dalam hal BPR dan BPRS mengambil kebijakan tsb, BPR harus melakukan :

Penyesuaian pedoman atas Dokumentasi dan administrasi


seluruh kebijakan yang yang memadai atas seluruh
diterapkan; dan kebijakan yang diterapkan.

6
02 KETENTUAN PPAP DALAM POJK NO. 33 TAHUN 2018 BPR

0,5% 3% 10% 50% 100%

PPAP UMUM PPAP UMUM PPAP Khusus PPAP Khusus PPAP Khusus
3% dari Aktiva Produktif 50% dari Aktiva 100% dari Aktiva
0,5% dari Aktiva 10% dari Aktiva Produktif
yang memiliki kualitas Produktif yang memiliki Produktif yang memiliki
Produktif yang memiliki yang memiliki kualitas
Dalam Perhatian Khusus kualitas Diragukan kualitas Macet setelah
Kualitas Lancar Kurang Lacar setelah
setelah dikurangi agunan setelah dikurangi agunan dikurangi agunan
dikurangi agunan

Penerapan PPAP Umum Dalam Perhatian Khusus dilakukan secara bertahap:


1. 0,5% berlaku sejak 1 Desember 2019 – 30 November 2020
2. 1% berlaku sejak 1 Desember 2020 – 30 November 2021
3. 3% berlaku sejak 1 Desember 2021

Pengecualian PPAP Umum


1. Penempatan pada SBI
2. Kredit yang dijamin dengan agunan yang bersifat likuid berupa SBI, surat
utang yang diterbitkan RI, tabungan/deposito yang diblokir pada BPR
yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan, dan logam 7
mulia
02 KETENTUAN PPAP DALAM POJK NO. 29 TAHUN 2019 BPRS

K1 K2 K3 K4 K5
Dalam Perhatian
Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet
Khusus

Paling sedikit 3% dari Aset 10% dari Aset 50% dari Aset 100% dari Aset
sebesar 0,5% dari Produktif dengan Produktif dengan Produktif dengan Prduktif dengan
Aset Produktif kualitas dalam kualitas kurang kualitas kualitas macet
yang memiliki perhatian khusus lancer setelah diragukan setelah setelah dikurangi
kualitas lancar setelah dikurangi dikurangi dengan dikurangi dengan dengan nilai
dengan nilai agunan nilai agunan nilai agunan agunan

Penerapan pembentukan PPAP khusus untuk DPK dilakukan secara bertahap:


a. 0,5% berlaku sejak 1 Desember 2019 s/d 31 Desember 2020
b. 1% berlaku sejak 1 Januari 2021 s/d 31 Desember 2021
c. 3% berlaku sejak 1 Januari 2022

8
02 PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF (POJK No 34 Tahun 2020)

Pasal 3

BPR dan BPRS dapat:


a. Membentuk PPAP Umum aset produktif kualitas Lancar kurang dari 0,5 %; atau
b. Tidak membentuk PPAP Umum aset produktif kualitas Lancar. Berlaku sejak posisi April 2020 s.d.31 Maret
2021, setelah 31 Maret 2021 PPAP umum mengacu POJK KAP PPAP BPR/S. Yang termasuk aset produktif:
penempatan pada bank lain serta kredit/pembiayaan.

Posisi Maret 2020 Posisi April 2020 s.d. Maret 2021 Posisi April 2021
Baki debet kualitas lancar Rp1 Miliar Baki debet kualitas lancar Rp1 Miliar Baki debet kualitas lancar Rp1 Miliar
PPAP umum = 0,5%*Rp1 Miliar = Rp5 jt PPAP umum = 0%*Rp1 Miliar = Rp0 jt PPAP umum = 0,5%*Rp1 Miliar = Rp5 jt

Posisi April 2020 s.d. Maret 2021


BPR dapat membentuk PPAP umum
sebesar Rp0 juta s.d. Rp5 juta SIP
9
KEETENTUAN AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) DALAM
03
POJK NO. 33 TAHUN 2018 BPR

AYDA
Aset yang diperoleh BPR untuk penyelesaian Kredit, baik melalui pelelangan atau diluar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan surat kuasa untuk menjual
di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal Debitur telah dinyatakan macet, dengan kewajiban untuk
segera dicairkan.

Penilaian AYDA

1. AYDA ≤ Rp500 juta dinilai oleh penilai intern BPR


2. AYDA > Rp500 juta wajib dinilai oleh penilai
independen

Pengakuan AYDA
BPR wajib menilai BPR wajib
AYDA pada saat menyelesaikan 1. Penurunan AYDA diakui sebagai kerugian
pengambilalihan AYDA paling lama 1 2. Peningkatan AYDA tidak boleh diakui sebagai
agunan untuk tahun sejak pendapatan
menetapkan NRV pengambilan
10
KEETENTUAN AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) DALAM
03
POJK NO. 33 TAHUN 2018 BPR
Kriteria Penilai Independen untuk penilaian AYDA:

1. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR


2. Tidak merupakan kelompok peminjam dengan Debitur BPR
3. Melakukan kegiatan penilaian berdasarkan kode etik profesi dan ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang
4. Menggunakan metode penilaian berdasarkan standar profesi penilaian yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang
5. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang untuk beroperasi sebagai perusahaan penilai
6. Tercatat sebagai anggota asosiasi yang diakui oleh instansi yang berwenang

BPR web melakukan upaya pencairan terhadap AYDA dalam waktu paling lama 1 tahun.
Apabila dalam jangka waktu tersebut terlampaui, nilai AYDA yang tercatat wajib
diperhitungkan sabagai faktor pengurang modal inti

Agunan tanah/bangunan: Agunan Kendaraan bermotor


1. 50% dimiliki 1 s.d 3 tahun 1. 50% dimiliki 1 s.d 2 tahun
2. 75% dimiliki 3 s.d 5 tahun 2. 100% dimiliki > 2 tahun
3. 100% dimiliki >5 tahun

11
KEETENTUAN AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) DALAM
03
POJK NO. 29 TAHUN 2019 BPRS

Agunan Yang Diambil Alih, merupakan Aset yang diperoleh BPRS untuk penyelesaian
Kredit, Baik melalui pelelangan atau diluar pelelangan berdasarkan pernyerahan secara
sukarela atau surat kuasa menjual dari pemilik di luar lelang dalam hal nasabah
dinyatakan MACET, dan AYDA harus segera dicairkan.

Penilaian AYDA Kriteria Penilai Independen

≤ 500 Juta a. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPRS;


01 b. Tidak merupakan kelompok peminjam dengan
Dapat dilakukan oleh pihak Intern Bank
Nasabah BPRS;
c. Melakukan kegiatan penilaian berdasarkan kode etik
> 500 Juta profesi dan ketentuan yang ditetapkan oleh instansi
02
Wajib Dilakukan oleh Penilai Independen yang berwenang;
d. Menggunakan metode penilaian berdasarkan standar
profesi penilaian yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang;
e. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang
BPRS Wajib mencairkan AYDA dalam waktu untuk beroperasi sebagai perusahaan penilai; dan
paling lama 1 tahun sejak pengambilan agunan f. Mencatat sebagai anggota asosiasi yang diakui oleh
institusi yang berwenang

12
KEETENTUAN AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) DALAM
03 POJK NO. 29 TAHUN 2019 BPRS

Apabila Jangka waktu 1 tahun terlampaui, maka nilai AYDA yang tercatat WAJIB
diperhitungkan sebagai factor pengurangan MODAL INTI bank

Agunan berupa Tanah dan Bangunan Contoh:


Nilai AYDA Berupa Tanah dan Bangunan yang dicatat
adalah sebesar Rp 500.000.000, jika Bank tidak dapat
➢ 50% dimiliki 1> s/d 3 Tahun mencairkan Aset tersebut dalam tenggang waktu yang
diberikan maka:
➢ 75 % dimiliki >3 s/d 5 Tahun
Waktu 1 > 3 Tahun sejak tanggal pencatatan, maka 50% x
➢ 100% dimiliki >5 Tahun Rp 500.000.000 = Rp 250.000.000 Sebagai pengurang
Modal Inti

Contoh: Agunan berupa Kendaraan Bermotor


Nilai AYDA Berupa Kendaraan Bermotor yang dicatat
adalah sebesar Rp 200.000.000, jika Bank tidak dapat ➢ 50% dimiliki 1> s/d 2 Tahun
mencairkan Aset tersebut dalam tenggang waktu yang
diberikan maka: ➢ 100% dimiliki >2 Tahun
Waktu 2 Tahun sejak tanggal pencatatan, maka 100% x
Rp 200.000.000 = Rp 200.000.000 Sebagai pengurang
Modal Inti
13
KETENTUAN AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA)
03
POJK No 34 Tahun 2020

Pasal 4

• BPR dan BPRS menghitung persentase nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan
KPMM menggunakan perhitungan persentase dari nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti dalam
perhitungan KPMM pada posisi laporan bulan Maret 2020.
• Berlaku sejak posisi April 2020 s.d. Maret 2021.

Contoh:
• Pada tanggal 1 Januari 2020 BPR atau BPRS “A” mengambil alih agunan
dalam bentuk tanah dan/atau bangunan yang diserahkan oleh nasabah
dengan nilai realisasi bersih sebesar Rp100 juta.
• Apabila setelah 1 (satu) tahun sejak tanggal pengambilalihan agunan yaitu
setelah tanggal 31 Desember 2020 BPR atau BPRS “A” belum dapat
mencairkan AYDA maka jangka waktu agunan yang diambil alih BPR atau
BPRS “A” yang diperhitungkan adalah jangka waktu agunan yang diambil
alih sampai dengan posisi laporan bulan Maret 2020 sehingga nilai agunan
yang diambil alih BPR atau BPRS “A” belum diperhitungkan sebagai faktor
pengurang modal inti BPR atau BPRS “A”.
• Jangka waktu nilai AYDA BPR atau BPRS “A” kembali diperhitungkan pada
tanggal 1 April 2021 (penghentian perhitungan jangka waktu nilai AYDA
sejak 1 April 2020 s.d. 31 Maret 2021)

14
04 PENYEDIAAN DANA DALAM BENTUK PENEMPATAN DANA ANTAR BANK (PDAB)

POJK No. 49 Tahun 2017 Tentang BMPK BPR

Pasal 5

• Penyediaan Dana kepada seluruh Pihak Terkait


ditetapkan paling banyak 10% (sepuluh persen)
dari Modal BPR.

Pasal 9 Ayat 1

• Penyediaan Dana dalam bentuk Penempatan


Dana Antar Bank pada BPR lain yang merupakan
Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling banyak
20% (dua puluh persen) dari Modal BPR.
04 PENYEDIAAN DANA DALAM BENTUK PENEMPATAN DANA ANTAR BANK (PDAB)

PBI No.13/5/PBI/2011 Tentang BMPD BPRS

Pasal 5

• Penyaluran Dana kepada seluruh Pihak Terkait


ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen)
dari Modal BPRS

Pasal 9 Ayat 1

• Penyaluran Dana dalam bentuk Penempatan


Dana Antar Bank kepada BPRS lain yang
merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling
tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPRS
04 PENYEDIAAN DANA DALAM BENTUK PENEMPATAN DANA ANTAR BANK (PDAB)
POJK No. 34 Tahun 2020

Pasal 5 Pasal 6

• Penyediaan dana dalam bentuk PDAB


untuk penanggulangan permasalahan Hal yang perlu diperhatikan apabila PDAB
likuiditas dikecualikan dari ketentuan untuk penanggulangan permasalahan
BMPK/BMPD. likuiditas lebih dari 30%:
• Penyediaan dana dalam bentuk PDAB
pada BPR atau BPRS lain untuk BPR/S yang melakukan
penanggulangan permasalahan likuiditas penempatan dana
pada BPR dan BPRS lain dapat dilakukan menyusun rencana tindak
paling banyak 30% dari modal BPR dan (langkah penyelesaian dan
BPRS. target waktu).
• Didasarkan pada surat pernyataan dari:
a. BPR/BPRS yang melakukan Penyampaian rencana tindak
penempatan dana kepada OJK melalui sarana
b. BPR/BPRS yang menerima elektronik resmi, paling lambat:
penempatan dana a. 1 bulan setelah batas waktu
• Berlaku sejak tanggal diundangkan s.d. penyampaian laporan
Maret 2021. penyediaan dana atau
b. 14 hari sejak surat
pemberitahuan dari OJK.
17
04 PENYEDIAAN DANA DALAM BENTUK PENEMPATAN DANA ANTAR BANK (PDAB)
POJK No. 34 Tahun 2020

Pasal 8 Penyampaian laporan dan rencana


tindak disampaikan oleh BPR dan
BPR dan BPRS yang melakukan penyediaan dana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 BPRS kepada OJK melalui sarana
menyampaikan laporan penyediaan dana dalam surat elektronik resmi.
bentuk PDAB untuk penanggulangan
permasalahan likuiditas paling lambat tanggal 10
pada bulan berikutnya setelah penyediaan dana
tersebut.

Format Laporan
(Lampiran I POJK)

18
05 PENYEDIAAN DANA SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

POJK No. 47 Tahun 2017 Tentang


Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan Dan Pelatihan Untuk
Pengembangan Sumber Daya Manusia Bank Perkreditan
Rakyat Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pasal 2 Pasal 3

(1) BPR dan BPRS wajib menyediakan Dana (1) BPR dan BPRS wajib memenuhi kewajiban
Pendidikan dan Pelatihan. penyediaan Dana Pendidikan dan Pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
(2) Dana Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana paling sedikit 5% (lima persen) setiap tahun.
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan paling
sedikit 5% (lima persen) dari realisasi biaya
SDM tahun sebelumnya.

19
PENYEDIAAN DANA SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
05
POJK No. 34 Tahun 2020

Pasal 7
• BPR dan BPRS dapat menyediakan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM
sebesar kurang dari 5% dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya.

• BPR dan BPRS dapat tidak melakukan perubahan rencana bisnis dalam hal terjadi perubahan
pencapaian dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM.

• Berlaku untuk dana pendidikan dan pelatihan tahun 2020

Misal:
Realisasi biaya SDM tahun sebelumnya
Rp500 juta.
Dana Pendidikan dan pelatihan tahun
2020 dapat sebesar Rp0 juta s.d. Rp25
juta.

20
MASA BERLAKU DAN KETENTUAN PENUTUP
06
POJK No. 34 Tahun 2020

Pasal 9 Pasal 11

Penerapan kebijakan bagi BPR dan BPRS Pada saat POJK ini berlaku:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (PPAP
umum) dan Pasal 4 (AYDA) berlaku surut sejak 1. PBI No.13/5/PBI/PBI/2011 tentang BMPD
tanggal 1 April 2020. BPRS
2. POJK No.5/POJK.03/2015 tentang KPMM
BPR
3. POJK No.66/POJK.03/2016 tentang KPMM
Pasal 10 BPRS
4. POJK No.47/POJK.03/2017 tentang
Penerapan kebijakan bagi BPR dan BPRS sesuai Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan dan
dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Pelatihan SDM BPR/BPRS
Keuangan ini berlaku sampai dengan tanggal 31 5. POJK No.49/POJK.03/2017 tentang BMPK
Maret 2021. BPR
6. POJK No.33/POJK.03/2018 tentang KAP
PPAP BPR
7. POJK No.29/POJK.03/2019 tentang KAP
Pasal 12 PPAP BPRS

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai Dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
berlaku pada tanggal diundangkan. bertentangan dengan ketentuan dalam POJK ini.

21
Hasil Rapat Dengan Staf Khusus Presiden RI
Pada Hari Senin, tanggal 8 Juni 2020, jam 15.30 WIB Bapak Ketua Umum menghadiri Rapat Vicon atas undangan Staf Khusus
Presiden Bpk. Arif Budimanta untuk membahas tentang Subsidi Bunga sesuai PP No. 23 Tahun 2020. Hadir dalam rapat
tersebut Dirut Pegadaian, Ketua APPI Ketua LPDB, dan Bapak Jerry Marmen (Tenaga Ahli)
1. Dalam kesempatan tersebut Bapak Ketua umum melaporkan bahwa :
a. Likuiditas BPR BPRS secara konsolidasi masih aman sampai hari ini. Semua BPR BPRS dipastikan masih bisa
memenuhi kewajibannya kepada masyarakat.
b. Terjadi perlambatan pertumbuhan kredit, diperkirakan tahun 2020 hanya tumbuh di 2-3%.
c. Pertumbuhan DPK melambat
d. NPL BPR diperkirakan mencapai 6 – 7%.
2. Usulan yang diajukan saat rapat :
a. Diharapkan petunjuk teknis dapat segera keluar.
b. Diharapkan bank pelaksana tidak memberatkan baik secara persyaratan, biaya bunga maupun permintaan agunan,
sebaiknya cukup dengan agunan kredit lancar saja. Diharapkan BPR- BPRS cukup sehat juga dapat menikmati
bantuan likuiditas ini.
c. Untuk plafond kredit sampai dengan 500 juta yang tidak meminta restrukturisasi seharusnya bisa mendapatkan
subsidi bunga.
d. Cut off program sebaiknya di 31 Maret 2020
e. Untuk kredit dibawah 50 juta seharusnya dilihat per account nasabah tidak perlu di konsol dengan perusahaan
lain.
f. Untuk kredit sampai dengan 50 juta tidak harus kolektibiltas 1 seharusnya masih bisa dipertimbangkan sampai
Kurang Lancar dan Pinjaman sd 50 juta seharusnya tidak perlu dengan NPWP
g. Mempermudah mekanisme klaim, dan klaim subsidi sebaiknya masuk ke rekening debitur di bank, sehingga dapat
digunakan untuk penyelesaian kreditnya. Dikuatirkan jika masuk rekening nasabah maka akan digunakan untuk
tujuan konsumtif.
h. Terkait kesiapan sistem di BPR BPRS, Ketua umum menjamin selama tidak terkait dengan Corebanking, BPR - BPRS
sudah siap. Selain itu, sistem SIKP yang digunakan harus user friendly dan berparameter. Sehingga jika semua
parameter-parameternya terpenuhi berdasarkan penilaian BPR - BPRS seharusnya secara SIKP juga terpenuhi. 22
TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai