Anda di halaman 1dari 5

Laporan Utama

CETAK BIRU BPR


Menciptakan
BPR Ideal
di Masa Depan
BPR telah menjadi lokomotif utama dalam
memajukan UMK. Kontribusi BPR terhadap UMK
akan semakin nyata jika industri BPR makin
sehat dan kuat. Agar industri BPR semakin jelas
dan terarah, BI memberikan pedoman yang
tertuang dalam Cetak Biru BPR.
AHMAD

B
PR merupakan komponen kunci dalam agar jelas dan terarah yang disebut Cetak Biru
memajukan usaha mikro dan kecil atau Blue Print BPR.
(UMK) seperti sekarang. Fakta ini tidak Cetak Biru BPR ini patut disambut gembira
dapat dipungkiri. Birokrasi rumit yang biasanya para pelaku industri BPR. Arah penataan
menjadi hambatan utama UMK memperoleh industri BPR tampaknya akan semakin jelas
akses pendanaan, banyak didapatkan solusinya dengan Cetak Biru ini. Juga ada banyak hal yang
melalui layanan BPR. Proses layanan kredit yang dapat disesuaikan oleh pelaku BPR dan regulator
sederhana dan mudah, membuat BPR makin melalui pedoman ini.
dipercaya oleh pelaku UMK. Dalam sambutannya Deputi Gubernur
Peran penting yang dilakoni BPR terhadap Bank Indonesia Siti Chalimah Fadjrijah
UMK ini sejalan dengan strategi pemerintah mengatakan, Cetak Biru BPR ini diharapkan
untuk menjadikan usaha mikro, kecil, dan dapat menjadi pedoman Bank Indonesia (BI)
menengah (UMKM) sebagai ujung tombak dalam penyusunan kebijakan mengenai BPR
pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk agar sehat, kuat, dan mampu memenuhi
itu BI melalui Direktorat Pengawasan BPR kebutuhan nasabahnya khususnya UMK serta
memberikan pedoman kebijakan industri BPR masyarakat pedesaan dalam masa lima tahun

 MediaBPR No. 15, Maret - April 2007


LAPORAN UTAMA
ke depan. Dan nantinya Cetak Biru ini akan
dievaluasi terus menerus.
Para pelaku dunia usaha khususnya
industri BPR serta pihak-pihak terkait lainnya,
dalam melaksanakan pengembangan BPR
diharapkan dapat melakukan penyelarasan
dengan berpedoman pada Cetak Biru ini. Cetak
Biru BPR ini juga merupakan penjabaran dari
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang
disesuaikan dengan karakteristik industri BPR
sebagai institusi perbankan yang spesifik.
Ada lima bab yang disusun Direktorat
Pengawasan BPR BI dalam Cetak Biru tersebut.
Bab I merupakan pendahuluan. Bab II adalah
Bab Perkembangan Industri BPR terdiri atas
perkembangan jumlah dan kinerja BPR, kondisi
industri BPR saat ini, serta kondisi infrastruktur
BPR. Bab III adalah Bab Peluang dan Tantangan,
AHMAD

berisikan peluang dan tantangan industri BPR.


Bab IV adalah visi, misi, karakteristik BPR
masa depan, serta arah kebijakan, strategi BPR tidak diperkenankan menerima simpan­
penguatan dan peningkatan peran BPR dalam an berupa giro, dan ikut serta dalam lalu lintas
rangka pelayanan kepada UMK. Sedangkan Bab pembayaran serta melakukan kegiatan usaha
V yang merupakan Bab Program Kerja yang selain yang diperkenankan. Selain itu BPR ti­
terdiri atas 6 strategi. dak diperkenankan melakukan kegiatan usaha
dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang Cetak Biru BPR
Kinerja yang Positif valuta asing (dengan ijin Bank Indonesia), ini diharapkan
Di dalam Cetak Biru BPR dijelaskan mela­kukan penyetoran modal dan melakukan dapat menjadi
mengenai bagaimana sejarah pendirian BPR usaha perasuransian. Adapun wilayah kantor pedoman Bank
yang pada awalnya berasal dari lembaga operasionalnya dibatasi dalam satu provinsi.
perkreditan rakyat. Momentum pendirian BPR- Untuk memberikan arah dan strategi
In­­donesia (BI)
BPR baru terjadi pada tahun 1988 yaitu saat perbankan ke depan maka BI telah menyusun dalam pe­nyusunan
dikeluarkannya Paket Oktober 1988 melalui Arsi­tektur Perbankan Indonesia (API). API ada­ ke­bijakan me­nge­
Surat Keputusan Presiden RI No 38. lah kerangka dasar sistem perbankan di Indonesia nai BPR agar
Kebijakan tersebut memberikan kejelasan yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, se­hat, kuat, dan
mengenai keberadaan dan kegiatan usaha BPR. bentuk, serta tatanan industri perbankan untuk
Dan melalui UU No 7 tahun 1992 tentang rentang waktu sampai sepuluh tahun.
mampu memenuhi
perban­kan sebagaimana telah diubah dengan Program-program API telah memberikan ke­butuhan na­­sa­­­
UU No 10/1998, status BPR sebagai salah perhatian pada perlunya penguatan permodalan, bahnya khu­sus­­
satu jenis bank -selain bank umum- semakin kelem­­bagaan, dan manajemen BPR serta pe­nyem­ nya UMK ser­ta
memiliki landasan hukum yang jelas. purnaan pengaturan dan pengawasan BPR. masyarakat pe­de­
Dibandingkan bank umum, kegiatan usaha Disebutkan di sini, BPR adalah lembaga
BPR sangat terbatas. Kegiatan usaha yang ke­uangan yang tepat dan strategis untuk me­la­
saan dalam masa
diperkenankan bagi BPR hanya meliputi peng­ yani kebutuhan sebagian besar pengusaha mik­ro lima tahun ke
him­punan dana dari masyarakat dalam bentuk dan kecil serta masyarakat pedesaan yang be­lum depan.
simpanan berupa deposito berjangka, tabungan mendapatkan layanan jasa keuangan per­ban­k­an
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan baik dari aspek pembiayaan maupun penyim­
dengan itu, memberi kredit serta menempatkan panan dana.
dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia Tercatat di Cetak Biru ini, hingga akhir Juli
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, 2006 jumlah BPR mencapai 1.935 BPR terdiri
dan atau tabungan pada bank lain. dari BPR yang didirikan setelah Pakto 1988

MediaBPR No. 15, Maret - April 2007 


Laporan Utama

DOK. MIKRO MANDIRI

sebanyak 1.277 BPR (66%), bank pasar atau 82,9%, sedangkan sisanya tergolong kurang
bank desa, BKPD dan bank milik pemerintah sehat dan tidak sehat.
daerah lainnya yang telah beroperasi sebelum Apabila dikaitkan dengan peraturan yang
Pakto 1988 sebanyak 658 (34%). berlaku, jumlah BPR yang belum memenuhi
Bagi BPR-BPR yang mempunyai perma­ persyaratan minimal 40% dari jumlah modal
salahan struktural dan tidak dapat diselamatkan disetor minimum adalah sebanyak 382 BPR atau
lagi dicabut ijin usahanya. Sedangkan BPR yang 19,7% dari seluruh BPR. Fungsi intermediasi
sehat namun memiliki keterbatasan permodalan, BPR relatif sudah mendekati optimal terlihat
didorong untuk melakukan merger. dari rasio LDR secara nasional mencapai 79,4%,
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dan apabila dilihat dari sebarannya, 81,3% telah
sejak Desember 2001 sampai dengan Juli 2006, memiliki rasio LDR lebih dari 70%.
terjadi pertumbuhan total aset BPR, kredit dan Pelayanan BPR sampai dengan saat ini tetap
dana pihak ketiga di atas 200 %. Pertumbuhan fokus pada sektor UMK seperti tercermin dari
total aset, kredit dan dana pihak ketiga tersebut rata-rata saldo tabungan, deposito dan kredit per
lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum rekening yang relatif kecil masing-masing sebesar
dalam periode waktu yang sama. Rp 699 ribu, Rp 29,5 juta, dan Rp 6,7 juta.
Perkembangan usaha BPR yang terus me­nun­ Sejalan dengan karakteristik nasabahnya,
juk­kan kinerja yang positif, didorong oleh tiga industri BPR terkonsentrasi di kawasan pusat
fak­tor utama yaitu kebijakan Pemerintah yang aktivitas ekonomi masyarakat, seperti pertokoan
mem­berikan peluang pendirian BPR, deregulasi dan pasar. Di wilayah tersebut, sebagian besar
perbankan yang memperbesar ruang gerak BPR nasabah BPR merupakan UMK yang bergerak
dan besarnya kebutuhan masyarakat terutama di di sektor perdagangan, rumah makan, dan
daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap penginapan, serta sektor jasa, sehingga sebagian
jasa pelayanan perbankan. besar kredit yang dibutuhkan merupakan jenis
Secara nasional, tingkat kesehatan BPR kredit modal kerja.
juga cukup baik yang terlihat dari jumlah BPR Perkembangan industri BPR tidak terlepas
dengan kondisi sehat dan cukup sehat mencapai dari dukungan lembaga-lembaga terkait sebagai

 MediaBPR No. 15, Maret - April 2007


LAPORAN UTAMA
infrastruktur industri. Lembaga-lembaga
yang diharapkan berperan serta mendukung
pengembangan dan kinerja BPR, antara lain
asosiasi BPR yaitu Perbarindo (Perhimpunan
BPR Indonesia) dan Perbamida (Perhimpunan
BPR milik Pemerintah Daerah se-Indonesia),
LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) LKM CERTIF,
dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Peluang, Tantangan dan Strategi


Perkembangan industri BPR yang pesat
selama ini menunjukkan bahwa BPR merupakan
salah satu pilar penting dalam sistem keuangan
mikro di Indonesia. Meskipun demikian, masih
banyak UMK dan masyarakat pedesaan yang

DOK. MIKRO MANDIRI


belum dapat dilayani oleh BPR. Sehingga dengan
demikian terdapat peluang dan tantangan yang
mesti dihadapi industri BPR ke depan.
Peluang tersebut adalah keunggulan
komparatif, potensi pasar yang besar potensi
kerjasama keuangan dengan lembaga lain, Langkah-langkah yang dilakukan dalam Peran BPR se­
dukungan kebijakan pemerintah. Sedangkan mencapai visi BPR tersebut akan terus diarahkan
ba­gai lembaga
tantangannya adalah penguatan permodalan agar tetap sejalan dengan karakteristik BPR yang
BPR, peningkatan efisiensi BPR, masalah spesifik, dan tidak diarahkan untuk menciptakan intermediasi ma­
likuiditas dan pendanaan BPR, persaingan bank-bank umum kecil, meskipun dalam API syarakat mikro
yang lebih ketat di masa depan, peningkatan BPR dikelompokkan bersama dengan “Bank dan kecil di­ha­
penyebaran dan jangkauan BPR serta perlin­ Umum dengan Kegiatan Terbatas ”. Untuk rap­kan semakin
dungan nasabah BPR. itu, BPR di masa depan diarahkan supaya tetap
meningkat ke
Karakteristik BPR masa depan adalah sesuai visi memiliki karakteristik yang spesifik.
yang ingin dicapai. Di masa mendatang diha­rapkan Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai sek­tor-sektor yang
dapat diwujudkan industri BPR yang didukung bank lokal yang berkantor di satu provinsi produktif. Untuk
oleh para pengelola yang mem­punyai kompetensi dengan kegiatan usaha terbatas, fokus pada itu, BPR perlu
dan integritas yang ting­gi serta menerapkan UMK dan masyarakat pedesaan, menyebar di­dukung dengan
prinsip-prinsip “good cor­porate governance” dalam secara merata di seluruh Indonesia, memiliki
ke­mampuan teknis
pengelolaan BPR. Un­tuk mewujudkan hal tersebut, modal yang kuat, mendayagunakan teknologi
sertifikasi kom­petensi perlu terus ditingkatkan un­tuk mengoptimumkan pelayanan kepada mengenai sektor
kualitas dan cakupannya. nasabah, diperkenankan ikut dalam sistem yang dibiayai,
Operasional BPR yang dikelola secara pembayaran secara tidak langsung. per­­­­modalan
profesional dan didukung manajemen yang Untuk mewujudkan semua itu di dalam yang kuat, serta
berkualitas akan meningkatkan kredibilitas Cetak Biru BPR ini yang menjadi pedoman sela­
kemam­­puan meng­
BPR di mata masyarakat dan lembaga lembaga ma lima tahun ke depan, dijabarkan strategi bagi
keuangan lainnya. industri BPR dari 2007 hingga 20011. Ada enam himpun sumber
Peran BPR sebagai lembaga intermediasi strategi yang ditetapkan di Cetak Biru ini. pen­­danaan baik
ma­sya­rakat mikro dan kecil diharapkan se­ma­ Strategi pertama adalah memperkuat kelem­ dari masyarakat
kin meningkat ke sektor-sektor yang pro­duk­ bagaan BPR. Termasuk dalam strategi ini ma­u­pun melalui
tif. Untuk itu, BPR perlu didukung de­ngan adalah memperkuat permodalan BPR melalui
kerjasama dengan
ke­mam­puan teknis mengenai sektor yang pemenuhan modal disetor minimum sesuai
di­biayai, permodalan yang kuat, serta ke­mam­ dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku lembaga ke­uang­an
puan menghimpun sumber pendanaan baik dari dari tahun 2006 hingga 2010. lain.
masyarakat maupun melalui kerjasama dengan Menetapkan exit strategy bagi BPR yang tidak
lembaga keuangan lain. dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan,

MediaBPR No. 15, Maret - April 2007 


Laporan UTAMA
antara lain modal disetor minimum, jumlah Strategi keempat, mendorong kualitas tata
pengurus, dan sertifikasi direktur mulai 2006 kelola (governance), manajemen dan operasional
hingga 2009. Kemudian, mempermudah pem­ yang sehat dan profesional. Di dalamnya berisi
bukaan kantor cabang BPR dari tahun 2006 strategi mengimplementasikan standar minimum
hingga 2007. tata kelola BPR antara lain meliputi penerapan
Mendorong pendirian BPR baru di luar pengendalian intern dan manajemen risiko,
pulau Jawa dan Bali dari 2006 hingga 2011. 2008 hingga 2009. Mewajibkan BPR untuk
Mendorong kerjasama (linkage program) antara melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas
BPR dengan lembaga keuangan dan lembaga pelaksanaan tata kelola BPR sesuai standar yang
lain untuk penyaluran kredit kepada UMK telah ditetapkan, 2009.
dan masyarakat pedesaan dari tahun 2006 Meningkatkan profesionalisme SDM BPR
hing­ga 2011. melalui program sertifikasi bagi Direktur BPR dan
Strategi kedua adalah meningkatkan kua­ pelatihan bagi SDM BPR lainnya, 2009 hingga
DOK. MIKRO MANDIRI

litas pengaturan. Di dalamnya berisi strategi 2011. Memfasilitasi peningkatan ketram­pilan


menyem­purnakan ketentuan yang terkait de­ dan pengetahuan SDM BPR mengenai inovasi
ngan pemenuhan modal disetor minimum mu­ produk baik simpanan maupun pembiayaan
lai dari 2007 hingga 2011. Melakukan review, terutama kredit kepada sektor pertanian dan
evaluasi dan penyempurnaan ketentuan kehati- masyarakat pedesaan, 2006 hingga 2009.
hatian, kelembagaan dan penilaian tingkat Mendorong pemanfaatan teknologi infor­
kesehatan BPR dengan mempertimbangkan ma­si untuk operasional dan penyusunan la­
strata total aset dan praktik terbaik internasional, por­­an keuangan intern BPR maupun laporan
2006 hingga 2011. kepada Bank Indonesia, 2008 hingga 2009.
Menyusun pedoman pengawasan berbasis Strategi kelima adalah mewujudkan in­
risiko atau risk based supervision (RBS) dan me­ fra­­struktur pendukung industri BPR. Di
ngim­plementasikannya berdasarkan pe­doman dalam­nya berisi strategi meningkatkan peran
dan pengaturan sesuai dengan RBS tersebut, Asosiasi BPR sebagai mitra Bank Indonesia
2008 hingga 2009. dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan
Melakukan penelitian tentang pengaturan pengembangan BPR, 2006 hingga 2011.
yang diperlukan untuk pengembangan dalam Mendorong terbentuknya Lembaga Apex
rang­ka peningkatan peran dan kontribusinya sesuai dengan kebutuhan BPR, 2006 hingga
seba­gai lembaga pembiayaan UMK dan 2011. Mendorong penyempurnaan program
masyarakat pedesaan, 2006 hingga 2011. Sertifikasi Direktur BPR dalam rangka
Strategi ketiga adalah meningkatkan meningkatkan profesionalisme SDM BPR,
efektivitas sistem pengawasan. Di dalamnya 2009 hingga 2011. Mendorong kerjasama
ber­isi strategi meningkatkan kompetensi BPR dengan lembaga penjamin kredit dalam
pe­nga­was melalui pelatihan secara terus- rangka penyaluran kredit kepada UMK dan
menerus dan sertifikasi pengawas, 2006 hingga masyarakat pedesaan, 2008 hingga 2009.
2011. Menyempurnakan sistem identifikasi Melakukan koordinasi dengan instansi
penyimpangan dan pelanggaran dengan terkait untuk menciptakan iklim yang kondusif
pelaksanaan teknik pengawasan yang terfokus, bagi BPR dalam rangka pembiayaan UMK dan
2007 hingga 2011. masyarakat pedesaan, 2007 hingga 2011.
Menyempurnakan pelaporan secara online Strategi keenam adalah mewujudkan
kepada Bank Indonesia, 2007. Me­nyem­ pemberdayaan dan perlindungan nasabah.
purnakan sistem informasi dan manajemen Di dalamnya berisi melakukan pemantauan
pengawasan BPR yang terintegrasi sebagai dan evaluasi ketentuan tentang pengaduan
sarana early warning sistem untuk meningkatkan nasabah, 2008. Melakukan pemantauan dan
kualitas pembinaan serta penegakan ketentuan- evaluasi pedoman transparansi informasi
ketentuan yang berlaku, 2006 hingga 2011. produk, 2008. Menjalankan dan bekerjasama
Menyempurnakan informasi dan publikasi dengan lembaga terkait untuk melaksanakan
tentang perkembangan dan kondisi BPR secara edukasi bagi masyarakat mengenai BPR, 2007
regular, 2006 hingga 2011. hingga 2011.  Saifuddin Anwar

 MediaBPR No. 15, Maret - April 2007

Anda mungkin juga menyukai