B
PR merupakan komponen kunci dalam agar jelas dan terarah yang disebut Cetak Biru
memajukan usaha mikro dan kecil atau Blue Print BPR.
(UMK) seperti sekarang. Fakta ini tidak Cetak Biru BPR ini patut disambut gembira
dapat dipungkiri. Birokrasi rumit yang biasanya para pelaku industri BPR. Arah penataan
menjadi hambatan utama UMK memperoleh industri BPR tampaknya akan semakin jelas
akses pendanaan, banyak didapatkan solusinya dengan Cetak Biru ini. Juga ada banyak hal yang
melalui layanan BPR. Proses layanan kredit yang dapat disesuaikan oleh pelaku BPR dan regulator
sederhana dan mudah, membuat BPR makin melalui pedoman ini.
dipercaya oleh pelaku UMK. Dalam sambutannya Deputi Gubernur
Peran penting yang dilakoni BPR terhadap Bank Indonesia Siti Chalimah Fadjrijah
UMK ini sejalan dengan strategi pemerintah mengatakan, Cetak Biru BPR ini diharapkan
untuk menjadikan usaha mikro, kecil, dan dapat menjadi pedoman Bank Indonesia (BI)
menengah (UMKM) sebagai ujung tombak dalam penyusunan kebijakan mengenai BPR
pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk agar sehat, kuat, dan mampu memenuhi
itu BI melalui Direktorat Pengawasan BPR kebutuhan nasabahnya khususnya UMK serta
memberikan pedoman kebijakan industri BPR masyarakat pedesaan dalam masa lima tahun
sebanyak 1.277 BPR (66%), bank pasar atau 82,9%, sedangkan sisanya tergolong kurang
bank desa, BKPD dan bank milik pemerintah sehat dan tidak sehat.
daerah lainnya yang telah beroperasi sebelum Apabila dikaitkan dengan peraturan yang
Pakto 1988 sebanyak 658 (34%). berlaku, jumlah BPR yang belum memenuhi
Bagi BPR-BPR yang mempunyai perma persyaratan minimal 40% dari jumlah modal
salahan struktural dan tidak dapat diselamatkan disetor minimum adalah sebanyak 382 BPR atau
lagi dicabut ijin usahanya. Sedangkan BPR yang 19,7% dari seluruh BPR. Fungsi intermediasi
sehat namun memiliki keterbatasan permodalan, BPR relatif sudah mendekati optimal terlihat
didorong untuk melakukan merger. dari rasio LDR secara nasional mencapai 79,4%,
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dan apabila dilihat dari sebarannya, 81,3% telah
sejak Desember 2001 sampai dengan Juli 2006, memiliki rasio LDR lebih dari 70%.
terjadi pertumbuhan total aset BPR, kredit dan Pelayanan BPR sampai dengan saat ini tetap
dana pihak ketiga di atas 200 %. Pertumbuhan fokus pada sektor UMK seperti tercermin dari
total aset, kredit dan dana pihak ketiga tersebut rata-rata saldo tabungan, deposito dan kredit per
lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum rekening yang relatif kecil masing-masing sebesar
dalam periode waktu yang sama. Rp 699 ribu, Rp 29,5 juta, dan Rp 6,7 juta.
Perkembangan usaha BPR yang terus menun Sejalan dengan karakteristik nasabahnya,
jukkan kinerja yang positif, didorong oleh tiga industri BPR terkonsentrasi di kawasan pusat
faktor utama yaitu kebijakan Pemerintah yang aktivitas ekonomi masyarakat, seperti pertokoan
memberikan peluang pendirian BPR, deregulasi dan pasar. Di wilayah tersebut, sebagian besar
perbankan yang memperbesar ruang gerak BPR nasabah BPR merupakan UMK yang bergerak
dan besarnya kebutuhan masyarakat terutama di di sektor perdagangan, rumah makan, dan
daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap penginapan, serta sektor jasa, sehingga sebagian
jasa pelayanan perbankan. besar kredit yang dibutuhkan merupakan jenis
Secara nasional, tingkat kesehatan BPR kredit modal kerja.
juga cukup baik yang terlihat dari jumlah BPR Perkembangan industri BPR tidak terlepas
dengan kondisi sehat dan cukup sehat mencapai dari dukungan lembaga-lembaga terkait sebagai