INTAN RIHNA
NIM KHGE 17034
1. Karya tulis saya, KTI ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (A.Md.Kes), baik dari STIKes Karsa Husada
Garut maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di STIKes Karsa Husada Garut.
Intan Rihna
NIM: KHGE17034
ABSTRAK
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya, Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Baginda kita Rasulullah SAW serta kepada keluarga dan sahabat - Nya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Literature
Review : Perbedaan Penggunaan Antikoagulan EDTA Konvensional Dan
EDTA Vacutainer Terhadap Jumlah Trombosit ”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Kesehatan di STIKes Karsa Husada
Garut.
i
ii
Intan Rihna
KHGE17034
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Abstrak
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
iii
iv
2.1.1 Darah.......................................................................................... 7
2.1.2 Trombosit.................................................................................... 13
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.7 Pola Garis dan Ukuran Counting area Neubauer Improved ..... 23
Gambar 2.8 Bagian – bagian Bilik Hitung dilihat dari samping ..................... 23
Gambar 2.9 (a) Pipet Thoma Eritrosit (b) Pipet Thoma Leukosit ................... 24
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dikerjakan dengan baik dan benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan
sehingga dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosa yang tepat dan
tindak lanjut pengobatan. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa banyak faktor yang
dan pasca analitik. Salah satu faktor pra analitik yang berpengaruh terhadap hasil
pra analitik memberikan kontribusi yang sering terjadi dengan frekuensi 62%,
diikuti oleh pasca analitik 23%, dan analitik 15% (Mengko R., 2013).
hematologi yang banyak diminta di laboratorium klinik. Hal ini disebabkan oleh
1
2
diagnosis (Handayani et al, 2008 hal 12). Penghitungan jumlah kandungan sel
trombosit dalam darah adalah salah satu topik yang penting dalam menentukan
beberapa masalah kesehatan atau penyakit. Salah satu diagnosa penyakit yang
membutuhkan data jumlah sel trombosit adalah penyakit demam berdarah Dengue
atau DBD. Pada penyakit ini akan menurunkan konsentrasi trombosit darah
macam yaitu konvensional (serbuk dan cair) dan vacutainer (spray di dalam
mudah membeku. Penggunaan EDTA kering sebesar 1 sampai 1,5 mg/ml darah
dan penggunaan EDTA cair sebesar 10 µl/ml darah untuk menghindari terjadinya
kesalahannya masih cukup tinggi. Perbandingan EDTA dan darah harus tepat,
perbandingan kurang tepat, maka akan memberikan hasil yang tidak sesuai.
vacutainer karena sudah memiliki takaran EDTA 1,5 mg/ml darah sehingga tidak
dibandingkan dengan garam EDTA yang lain, akan tetapi biayanya lebih mahal
atau 1 sampel EDTA vacutainer sama dengan 4 kali harga EDTA konvensional.
3
Spesimen untuk pemeriksaan hitung jumlah trombosit paling baik diambil dari
darah vena dengan penambahan antikoagulan EDTA agar tidak membeku. Sampai
saat ini antikoagulan EDTA dalam bentuk serbuk dan cair (pada penelitian ini
(Wijaya, 2006). Pemberian antikoagulan EDTA kurang dari yang dibutuhkan akan
sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat penghitung elektronik dan
hitung jumlah trombosit menunjukan hasil uji statistik p= 0,711 (p>0,05) yang
berarti Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil
4
vacutainer.
Namun, has il penelitian yang dilakukan oleh Faradilla (2018) ini bertentangan
hitung jumlah trombosit dimana hasil uji statistik nya yaitu p=0,001(p<0,05) yang
berarti Ho ditolak, artinya adanya perbedaan yang signifikan antara hasil jumlah
vacutainer.
ini dibutuhkan ketelitian dalam mengukur, ketepatan dosis dan volume darah. Hal
saat ini sudah tersedia tabung vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA yang
mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap ketepatan dosis dan volume darah.
Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mereview
jumlah trombosit?
5
jumlah trombosit.
jumlah trombosit.
jumlah trombosit.
6
trombosit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Darah
Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair
berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain,
mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga
terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah benar - benar
dapat menjangkau seluruh jaringan di dalam tubuh melalui suatu sistem yang
diedarkan menuju organ dan jaringan yang tersebar di seluruh tubuh (Nugraha,
2015).
Sirkulasi darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
yang tersuspensi dalam plasma. Sel yang bersikulasi dalam darah berasal dari
sumsum tulang. Darah juga merupakan cairan yang ada di dalam tubuh yang
tubuh. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, dan protein
7
8
Berdasarkan kandungan selular dan non selular dalam darah, jaringan ini
1) Fungsi Respirasi
2) Fungsi Nutrisi
3) Fungsi Ekskresi
Darah dibentuk dari dua komponen yaitu komponen selular dan komponen
membentuk sekitar 45% yang terdiri dari tiga macam atau jenis sel yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada dasarnya trombosit bukan berupa sel
(Nugraha, 2015).
Komponen non selular berupa cairan yang disebut plasma dan membentuk
sekitar 55% bagian dari darah. Dalam plasma terkandung berbagai macam
molekul makro dan mikro, baik yang bersifat larut air (hidrofilik) maupun
tidak larut air (hidrofobik), berupa organik maupun anorganik, serta atom –
9
Plasma darah terdiri dari air, protein, karbohidrat, lipid, asam amino,
vitamin, mineral dan lain sebagainya. Komponen tersebut ikut mengalir dalam
sirkulasi bersama darah, baik bebas atau diperantarai molekul lain agar dapat
Adapun jenis sel – sel darah yang terdapat di dalam tubuh adalah sebagai
berikut :
1) Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang berbentuk cakram
Eritrosit berdiameter 7,5 µm dan tebal 2,0 µm. Jumlah di dalam tubuh paling
banyak kira-kira mencapai, 4,5-5 juta/mm dan memiliki bentuk yang bersifat
elastis agar bisa berubah bentuk ketika melalui berbagai macam pembuluh
bulat, berwarna merah, dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, disebut
dengan central pallor yang diameternya kira – kira sepertiga dari keseluruhan
Gambar 2.1
tulang terutama dari tulang pendek pipih dan tidak beraturan, jaringan
kanselus pada ujung tulang pipa, sumsum dalam batang iga - iga dan dari
berbagai tahap : mula - mula besar dan berinti (nucleus), tidak mengandung
hemoglobin, kemudi
Rata - rata masa hidup sel darah merah adalah 120 hari. Sel darah merah
dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino
untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan - jaringan. Zat besi (Fe)
2) Leukosit
Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbeda – beda,
secara umum leukosit memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit, tidak
Sel darah putih dibuat dalam sumsum tulang. Sel ini memiliki sebuah inti
besar, yaitu fagosit yang mencakup neutrofil, eo sinofil, basofil, monosit dan
Sebagai alat pertahanan tubuh, sel darah putih berfungsi membantu tubuh
jamur, eosinofil melawan parasit yang lebih besar dan memodulasi respon
Ada tiga jenis limfosit: sel B, Sel T dan Sel pembunuh alami (NK/natural
mengaktifkan dan mengatur sel B dan T, atau mereka dapat menyerang sel-sel
yang terinfeksi virus. Sel pembunuh alami menyerang sel-sel yang terinfeksi
makrofag. Makrofag adalah sel fagositik, yang memakan limbah seluler dan
Gambar 2.2 Jenis- jenis Sel Darah Putih (Leukosit) (Sumber : widodoandy.blogspot.com)
2.1.2 Trombosit
Trombosit disebut juga keping darah atau platelet yaitu fragmen atau
darah. Trombosit ini lebih unik dibandingkan dengan leukosit dan eritrosit,
yaitu karena bentuknya tidak lazim sebagai mana umumnya. Semula trombosit
ini dianggap sebagai artefak pada pembuatan apusan darah karena jika dilihat
dibawah mikroskop tidak nampak bentuk seperti sel melainkan seperti bentuk
darah akan dibawa ke limpa untuk dihancurkan. S isa – sisa sel tersebut akan
dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoetin tinggi pada
meningkat pada 6 hari setelah dimulainya terapi dan tetap tinggi selama 7 – 10
hari. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 109 per liter (rentang 150-
400 x 109 per liter). Hingga sepertiga dari trombosit produksi sumsum tulang
dapat terperangkap dalam limpa yang normal, tetapi jumlah ini meningkat
Morfologi trombosit yaitu berbentuk bulat atau oval, berukuran 1–4 µm,
berwarna ungu kemerahan dan apabila dilihat dari mikroskop akan mengkilat
dan berwarna biru. Pada mikroskop elektron, trombosit dapat dibagi menjadi 4
15
zona dengan masing – masing zona mempunyai fungsi khusus. Keempat zona
adalah zona perifer yang berfungsi untuk adhesi dan agregasi, zona solgel
dalam pengeluaran isi trombosit serta zona membran yang keluar dari isi
jenis granula, yaitu granula alfa, padat dan lisosom. Granula alfa banyak
2015).
darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa proses
Setelah terjadi adhesi trombosit, selanjutnya akan dilepas ADP. Proses ini
bersifat reversibel, yang terlihat sebagai gelombang pertama pada tes agregasi
sumbatan hemostatik primer, yaitu yang terdiri atas trombosit dan fibrin.
perdarahan aktif yang terjadi pada luka. Selain itu, trombosit juga dapat
berperan dalam melawan infeksi virus dan bakteri yang masuk kedalam tubuh
aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh
dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan
dengan pembuluh darah yang cidera. Trombosit akan menjadi lengket dan
asing.
2) Agregasi yaitu sifat trombosit yang mudah melekat satu sama lain.
Trombosit sulit dihitung karena mudah sekali pecah dan karena sukar
dibedakan dari kotoran kecil. Oleh sebab itu, sel – sel trombosit cenderung
melekat pada permukaan benda asing (bukan endotel tubuh) dan menggumpal.
cara langsung yang menggunakan metode Rees Ecker atau Breacher Cronkite,
dan cara tidak langsung menggunakan metode fonio atau MgS , dan cara
melekat pada permukaan asing dianjurkan menggunakan alat – alat gelas yang
2010).
sebagai berikut :
18
menggunakan larutan pengencer yang terdiri dari BCB (Brilliant Cresyl Blue)
yang dapat membuat trombosit menjadi berwarna terang kebiruan saat dilihat
Kelebihan dari larutan Rees Ecker adalah trombosit lebih jelas terlihat dan
Ecker lebih mahal, tidak dapat melisiskan eritrosit, dan dengan pengenceran
McPherson, 2004).
Metode ini mempunyai cara yang hampir sama dengan metode Rees
Ecker, perbedaan dari keduanya yaitu berada pada larutan pengencer yang
Metode ini merupakan cara perhitungan yang paling baik. Penyebab kesalahan
yang utama pada metode ini adalah faktor teknis atau pengenceran yang tidak
akurat, serta percampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit
eritrosit dan bayangan leukosit lenyap, lebih terlihat jelas dan harga relatif
dan mempunyai latar belakang jernih sehingga trombosit sukar dibaca (Sacher
Fonio, metode ini menggunakan darah yang ditambahkan larutan MgS 14%
kemudian dibuat sediaan apusan darah tepi (SADT) lalu dicat dengan Wright
dengan menggunakan perbesaran 40x, dan dihitung per jumlah eritrosit atau
Kelebihan sediaan apusan darah tepi (SADT) yaitu dapat melihat langsung
keadaan sel trombosit yang rusak dan yang beragregasi, biayanya murah.
apusan darah tepi, hasil pemeriksaan yang sangat subjektif, cara membaca
dalam lapang pandang, distribusi sel yang tidak merata (Sacher dan
McPherson, 2004).
Metode ini berdasarkan pada pengukuran perubahan daya tahan elektris yang
di produksi oleh sebuah partikel, dalam hal ini adalah sel darah. Tergantung
elektroda terendam dalam cairan di kedua sisi dari celah/lubang yang akan
menghasilkan arus listrik. Setiap partikel yang melewati celah ini dapat
dengan saluran voltasi referensi yang hanya diterima oleh getaran dengan
sehingga lebih efektif dan efisien (Harjo, 2011). Kekurangan dari metode ini
meliputi harga yang cukup mahal untuk membeli alat, harus dilengkapi
instalasi listrik yang memadai dan stabil, suhu dan ruang akan mempengaruhi
platelete ) serta adanya kotoran, pecahan eritrosit, pecahan leukosit tidak dapat
terdektesi atau tidak dapat dibedakkan. Teknik ini pada keadaan tertentu dapat
cross check dengan apusan darah tepi. Cross check pada sediaan apusan darah
tepi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hitung jumlah trombosit
pada apusan darah tepi, yaitu pada daerah yang tipis atau ekor dimana eritro sit
yang terlihat menyebar atau sedikit over lapping. Rata – rata dari jumlah
Kelebihan sediaan apusan darah tepi (SADT) yaitu dapat melihat langsung
keadaan sel trombosit yang rusak dan yang beragregasi, biayanya murah.
apusan darah tepi, hasil pemeriksaan yang sangat subjektif, cara membaca
dalam lapang pandang, distribusi sel yang tidak merata (Sacher dan
McPherson, 2004).
1) Hemositometer
dipergunakan untuk menghitung sel darah. Satu set hemositometer terdiri dari
(Nugraha, 2015) :
Bilik hitung atau kamar hitung adalah kaca objek yang berukuran tebal,
dengan dua buah lekukan kaca persegi panjang yang membentuk ruangan atau
bilik (mounting support), dibagian tengah terdapat dua area garis bagi yang
teliti untuk perhitungan sel pada dua permukaan rata (Nugraha, 2015).
23
Gambar 2.6 (a) Bilik Hitung Neubauer Improved (b) Posisi counting area pada
bilik hitung (Sumber : Nugraha, 2015)
ukuran dan pola garis pada counting area yaitu original Neubauer, Neubauer
Improved, Burker, Turk, Thoma, Fuch - Roshenthal, Tatai dan Spers - Levy.
Dari banyak macam bilik hitung di atas, bilik hitung jenis Neubauer
Improved adalah bilik hitung yang sering digunakan dalam menghitung jenis
1 mm. Penghitungan sel eritrosit dan trombosit dilakukan pada bagian tengah.
Kotak eritrosit ini terbagi menjadi 25 kotak sedang dengan ukuran 0,20 mm ×
0,20 mm. Masing - masing kotak sedang ini terbagi lagi menjadi 16 kotak
Gambar 2.7 Pola garis dan ukuran pada counting area Neubauer Improved (Sumber :
Nugraha, 2015)
Kaca penutup khusus untuk bilik hitung biasanya lebih tebal dari pada
kaca penutup biasa, tetapi dapat juga menggunakan kaca penutup biasa. Kaca
penutup yang terpasang membentuk celah antara kaca penutup dan bilik
hitung, ukuran tinggi celah tepat 0,100 mm ditandai dengan adanya warna
pelangi yang disebut cincin newton pada kedua tanggul bilik hitung (Nugraha,
2015).
Gambar 2.8
25
Pipet thoma berbentuk seperti pipa kapiler yang memiliki ruangan bulat
lonjong pada sepertiga bagian pipet menyerupai pipet gondok, dalam bulatan
tersebut terdapat sebutir kaca atau pelampung (bead) berwarna yang berfungsi
dua jenis pipet thoma yaitu pipet thoma eritrosit yang digunakan untuk
menghitung jumlah eritrosit dan trombosit ditandai dengan butiran kaca warna
merah dan pipet thoma leukosit untuk menghitung jumlah leukosit yang
Gambar 2.9 (a) Pipet thoma eritrosit (b) Pipet thoma leukosit (Sumber : Nugraha, 2015)
d. Aspiratori
2) Hematology Analyzer
untuk menghitung sel darah dalam larutan diluent secara akurat, serta dapat
(whole blood), dan hasil pemeriksaan tampil pada display atau print out
(Murti, 2011).
untuk menentukan angka WBC, RBC dan PLT diperiksa dengan blok detector
kerja Hematology Analyzer adalah sampel darah yang sudah dicampur dengan
40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit. Sampel diproses pada blok
data processing dan hasilnya akan ditampilkan pada monitor dan dicetak
1) Faktor Teknis
(Gandasoebrata, 2010).
2) Faktor Patologis
besi, pernisioasa, defisiensi asam folat, sel sabit), penyakit hati (sirosis,
hepatitis aktif kronis), SLE, DIC, penyakit ginjal, DBD, eklamsia, demam
3) Faktor Laboratoris
a. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien
analitik ini seperti aktivitas fisik, puasa, diet, stress, efek posisi,
usia, jenis kelamin, pasca tranfusi, pasca operasi dan lainnya. Karena hal –
dalam wadah yang memenuhi syarat identitas benar sesuai dengan data
3. Pengambilan Spesimen
wadah jangan ada yang menempel pada bagian luar untuk menghindari
kontaminasi, wadah harus ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri
trombosit menurun.
(Riswanto, 2010).
b. Analitik
hasil pemeriksaan.
31
1) Pemeriksaan laboratorium
3) Kualitas reagen
4) Pemeriksa
(Nurrachmat, 2005).
c. Pasca Analitik
cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
mengendapkan ion kalsium (Ca). Ion kalsium adalah salah satu faktor
pembekuan (faktor IV), tanpa kalsium pembekuan tidak terjadi, dan akan
EDTA vacutainer biasanya dalam bentuk cair yang sudah terdapat pada
yaitu dibuat menjadi larutan dengan konsentrasi 10% (10g / 100ml EDTA =
karena jika EDTA kurang akan mengalami pembekuan dan apabila EDTA
berlebihan maka sel eritosit akan mengalami krenasi serta trombosit akan
murah dan mudah diperoleh, tetapi juga memiliki kelemahan antara lain yaitu
takaran yang digunakan harus sesuai, agak sukar larut dengan darah karena
vacum dapat mengontrol jumlah darah yang masuk dengan jumlah tertentu
di antaranya yaitu dari segi biaya lebih mahal bisa mencapai 4 kali harga dari
balikkan tabung sebanyak 8 – 10 kali dan dilakukan dengan lembut dan hati –
2.1.3.2 Heparin
dan leukosit. Dalam keadaan sehari – hari heparin ini jarang dipakai karena
mahal harganya. Heparin ini dapat dipakai sebagai larutan ataupun dalam
darah, golongan darah, serta pada saat transfusi darah biasanya digunakan
35
sekitar 15 ± 2,5 IU heparin untuk 1 ml darah atau 0,1 – 0,2 ml heparin untuk 1
apusan darah tepi karena menyebabkan latar belakang berwarna gelap (biru
terpilih untuk tes koagulasi. Cara kerjanya dengan mengendapkan ion kalsium,
Natrium Sitrat dalam larutan 3,8 %, yaitu larutan yang bersifat isotonik
dengan darah. Dapat dipakai untuk pemeriksaan laju endap darah cara
2.1.3.4 Oksalat
menurut Heller dan Paul yang juga dikenal sebagai double oxalat atau
balanced oxalate mixture. Jika hanya menggunakan kalium oksalat sel - sel
eritrosit akan mengkerut, jika hanya ammonium oksalat sel - sel eritrosit akan
2015).
karena bahan ini bersifat toxis dan dapat menyebabkan perubahan – perubahan
pada morfologi dari sel – sel darah antara lain krenasi dari eritrosit,
sedikit efeknya pada trombosit. Larutan ACD tersedia dalam dua formulasi
(larutan A dan larutan B) untuk tes imunohematologi, seperti tes DNA dan
Phophatase Dextrose (CPD) digunakan pada unit darah untuk transfusi. Sitrat
pH, dan dekstrosa menyediakan energi untuk membantu menjaga sel darah
SPS juga mengurangi aktivitas dari protein yang disebut komplemen , yang
Vacutainer adalah tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau
plastik, apabila dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
ini pertama kali diciptakan oleh Joseph Kleiner pada tahun 1947, kemudian
1) Tabung tutup merah, tanpa penambahan zat additive. Darah akan menjadi
(crossmatching test).
2) Tabung tutup kuning, berisi gel separator ( serum separator tube/ SST)
7) Tabung tutup biru gelap, berisi EDTA yang bebas logam. Umumnya
toksikologi.
39
8) Tabung tutup abu-abu terang, berisi natrium fluoride dan kalium oksalat.
10) Tabung tutup pink, berisi potassium EDTA. Umumnya digunakan untuk
11) Tabung tutup kuning dengan warna hitam dibagian atas, berisi media
pada proses aktivasi fibrin lunak menjadi fibrin dengan gumpalan keras. EDTA
disini berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion yang
40
bebas dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses
EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak
menggumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai antikoagulan pada
menurun.
jumlah leukosit menurun, dan hitung jumlah trombosit bisa menurun dan
data penelitian yang sudah ada (Okoli, 2010). Maka dari itu, penulis melakukan
Trombosit".
yang dapat diakses secara bebas dan dapat diakses secara full text, waktu
pencarian (Juni – Agustus 2020). Kata kunci yang digunakan dalam penelusuran
literature ini adalah "Jumlah Trombosit, EDTA Konvensio nal, dan EDTA
Vacutainer".
Adapun kriteria jurnal yang direview sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
41
42
terkait dengan sebuah penelitian ataupun bukan. Jenis artikel penelitian adalah
1) Jurnal yang diambil dalam 10 tahun terakhir dengan rentang tahun 2010 –
2020.
trombosit.
Hasil pencarian pada database Google Scholar dengan kata kunci Jumlah
25). Kemudian jurnal atau artikel disaring atas dasar judul, abstrak dan kata kunci,
43
dimana hasil pencarian yang akan diproses kembali (n = 12) dan hasil pencarian
yang tidak diproses kembali (n = 13). Selanjutnya hasil pencarian yang akan
diproses tersebut disaring kembali dengan melihat keseluruhan teks dan didapat
hasil pencarian yang akan diproses kembali (n = 5) dan hasil pencarian yang tidak
akan diproses kembali (n = 7). Terakhir hasil pencarian yang akan diproses
jurnal yang akan diproses 10 tahun terakhir (2010-2020) dan dapat diakses secara
full text sesuai dengan kriteria inklusi yang ditentukan peneliti. Maka dari itu
didapatkan artikel atau jurnal yang relevan dengan penelitian ini adalah (n = 3)
dan jurnal yang tidak relevan dengan penelitian ini adalah (n = 2).
4.1 Hasil
Jurnal yang diperoleh dari database Google Scholar dan yang memenuhi
44
45
4.2 Pembahasan
Trombosit disebut juga keping darah (platelet) yaitu fragmen atau potongan
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan akan data tersebut dalam upaya
perbedaan hasil yang signifikan terhadap jumlah trombosit. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Garini (2011) yang menyatakan bahwa ada
perbedaan hasil hitung jumlah trombosit secara otomatik pada darah yang
vacutainer.
berlebih atau kurang dari dosis yang sudah ditentukan. Penggunaan pipet mikro
atau mikropipet masih sering diabaikan oleh petugas laboratorium. Hal ini
sependapat dengan hasil penelitian Sigit dan Nur'aeni (2013) yang menyatakan
bahwa didapatkan hasil nilai rata – rata jumlah trombosit pada pemberian EDTA
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit EDTA vacutainer
Hasil rendah jumlah trombosit bisa terjadi apabila darah yang ditampung
lebih banyak dari yang seharusnya atau antikoagulan yang kurang sehingga
48
terjadi oleh karena menggunakan spuit yang takarannya pasti. Jadi hasil yang
lebih rendah kemungkinan besar disebabkan oleh takaran EDTA yang kurang.
membentuk fragmen dalam ukuran yang lebih kecil dari ukuran trombosit
trombosit.
pada human error yang masih kurang diperhatikan baik pada pemipetan EDTA
(1-1,5 mg EDTA/ml darah untuk EDTA kering dan 10 µl/ml darah untuk EDTA
cair) dapat menyebabkan darah membeku dan bila lebih dari dosis yang
Pemipetan yang seharusnya tegak lurus dan dalam keadaan kosong, serta
sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat penghitung elektronik dan
dan darah yang tepat dibandingkan cara konvensional. Namun, secara teori EDTA
sehingga tidak ada perbedaan secara klinis antara keduanya. Hal ini dikemukakan
oleh Faradilla, dkk (2018) bahwa pemeriksaan jumlah trombosit yang sesuai
sebanding dengan darah dan penambahan darah pada EDTA vacutainer sebanding
dengan antikoagulan yang sudah terdapat pada tabung vacutainer tersebut akan
memberikan hasil yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
terhadap jumlah trombosit, hal ini didukung oleh hasil penelitiannya yang
vacutainer.
50
Faktor yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang bermakna ini bisa
menunjukkan secara substansial setara sehingga tidak ada perbedaa n secara klinis
antara keduanya. EDTA memiliki rumus kimia [CH2 N(CH2 CO2 H)2 ] dan dalam
pemakaiannya sebagai garam natrium atau kalium. Semua garam EDTA bersifat
antikoagulan EDTA menunjukkan stabilitas yang lebih baik karena darah dengan
proses aktivasi fibrin lunak menjadi fibrin dengan gumpalan keras. EDTA disini
berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion yang bebas
dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya
(Riswanto, 2013).
trombosit dapat meliputi faktor teknis, faktor patologis, dan faktor laboratoris.
1) Faktor Teknis
2010).
2) Faktor Patologis
besi, pernisioasa, defisiensi asam folat, sel sabit), penyakit hati (sirosis,
52
hepatitis aktif kronis), SLE, DIC, penyakit ginjal, DBD, eklamsia, demam
3) Faktor Laboratoris
a. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien.
3. Pengambilan Spesimen.
b. Analitik
hasil pemeriksaan.
1. Pemeriksaan laboratorium.
3. Kualitas reagen.
4. Pemeriksa.
c. Pasca Analitik
cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
5.1 Kesimpulan
EDTA vacutainer memiliki takaran dosis EDTA yang sesuai dengan darah, serta
memiliki stabilitas yang sangat baik untuk pemeriksaan hitung jumlah trombosit.
5.2 Saran
penelitian tentang faktor yang dapat mempengaruhi hasil hitung jumlah trombosit,
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Petunjuk Penggunaan Sysmex Pouch 100i. [Diakses tanggal 2 Juli
2020]
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Child, J.A. 2010. Buku Saku Hematologi Klinik. Tangerang: Binarupa Aksara
54
55
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Harjo, A.D.D. 2011. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Cara
Manual Dan Cara Automatik ( Analizer ). Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang. Skripsi yang tidak dipublikasikan
Hoffbrand, A.V; J.E. Pettit; P.A.H. Moss. 2013. Kapita Selekta Hematologi
(Essential Haematology). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Assalamu'alaikum wr.wb
Intan Rihna, lahir di Garut 10 November 1999. Nama ayah Amas Masdar dan
nama Siti Khodijah Nurlaeni. Lulus Sekolah Dasar pada tahun 2011 di SD Negeri
Negeri 3 Banyuresmi dan lulus pada tahun 2014. Kemudian dilanjut di SMK
Negeri 1 Garut dengan mengabil jurusan Analis Kesehatan dan lulus pada tahun
Husada Garut Prodi DIII Analis Kesehatan. Kegiatan organisasi yang telah diikuti
anggota Paduan Suara STIKes Karsa Husada Garut. Penghargaan yang pernah
diraih selama kuliah adalah mendapatkan beasiswa jalur PPA dan beasiswa dari
Wassalamu'alaikum wr.wb