SKRIPSI
Danu Pratama
1543500142
JAKARTA
2019
ii
Universitas Budi Luhur
iii
Universitas Budi Luhur
iv
Universitas Budi Luhur
PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
ABSTRAK
Klasifikasi : VI BAB
Referensi : 23 Buku, 25 Jurnal dan Karya Ilmiah, 3 Undang-undang, 2
Artikel Online
Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa sajakah faktor
penyebab pekerja anak dibawah umur serta bagaimana kajian analisis Kriminologis. Pada
penelitian eksploitasi pekerja anak pada kesenian ondel-ondel ini merupakan kejahatan
berdasarkan analisis kriminologis yang penulis lakukan dan telah melanggar UU No.35
tahun 2014 tentang perlindungan anak yang di dalam penelitian ini faktor utama yang
membuat pilihan rasional orang tua maupun anak-anak untuk bekerja mengarak ondel-
ondel yaitu karena faktor ekonomi, pendidikan, dan budaya yang membuat anak tersebut
rentan dijadikan korban eksploitasi namun mereka tidak sadar telah menjadi korban
eksploitasi pekerja anak.
Kata Kunci :
Eksploitasi Pekerja Anak, Kesenian Ondel-ondel, Teori Aktivitas Rutin, Korban Tidak
Sadar, Pilihan Rasional.
v
Universitas Budi Luhur
DEPARTMENT OF CRIMINOLOGY
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES
BUDI LUHUR UNIVERSITY
ABSTRACT
This thesis aims to provide an overview of what are the causes of underage labor and
how to study Criminological analysis. In the study of exploitation of child labor in ondel-
ondel art, it is a crime based on criminological analysis that the author did and violated
Law No. 35 of 2014 concerning the protection of children which in this study was the
main factor that made rational choices for parents and children to work parading ondel-
ondel that is due to economic, educational, and cultural factors that make the child
vulnerable to being victims of exploitation but they are unaware that they have become
victims of child labor exploitation.
Keywords :
Exploitation of Child Labor, Ondel-ondel Art, Theory of Routine Activities, Non-Conscious
Victims, Rational Choices.
vi
Universitas Budi Luhur
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kejahatan
Eksploitasi Anak Dalam Fenomena Kesenian Ondel-ondel Keliling Di Kota
Tangerang.” Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada program studi
Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur. Selain itu saya
juga menyampaikan penghargaan atas rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan saudara/i saya yang senantiasa selalu memberikan
Motivasi, Dukungan serta Dorongan kepada saya.
2. Rektor Universitas Budi Luhur, Bapak Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Didik Sulistyanto.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Dr. Rusdiyanta, M. Si.
4. Ketua Prodi Kriminologi, Ibu Chazizah Gusnita, M. Krim.
5. Dosen pembimbing saya Ibu Monica Margaret, S.Sos., M.Krim yang telah
memberikan nasehat dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen pengajar Kriminologi Universitas Budi Luhur yang telah
mengajarkan saya banyak hal, memberikan ilmu yang sangat berguna
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.
7. Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Polres Metro Tangerang Kota, Dinas
Sosial Kota Tangerang, Forum Anak Kota Tangerang, pekerja Ondel-ondel
Keliling, dan Pemilik Ondel-ondel keliling.
8. Teman-teman Keluarga Besar LDK AL-AZZAM Universitas Budi Luhur yang
telah mendoakan dan mendukung saya selama ini.
9. Teman-teman HIMAKRIM dan Keluarga Besar Kriminologi Universitas Budi
Luhur yang telah memberikan motivasi dan mendukung saya selama ini.
10. Teman-teman Keluarga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Budi
Luhur (BEM UBL), Keluarga Besar Organisasi Mahasiswa (KBOM), Komunitas,
dan Badan Otonom (BO) Universitas Budi Luhur periode 2018 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terima kasih untuk semuanya, suka dan duka yang
kita alami tidak akan mudah terlupakan, semoga kebaikan selalu mengiringi
kita, Mohon maaf apabila penulis selama ini banyak melakukan kesalahan.
11. Teman-teman Resimen Mahasiswa, rekan seperjuangan pengabdian
masyarakat Rumah Cerdas Berbudi Luhur (RCBL’12) wilayah Ngandong Klaten,
dan Kuliah Kerja Nyata Angkatan ke-2 wilayah Jabung Klaten yang telah
memberikan warna semasa kuliah dan memberikan motivasi pada penulis.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia kepada pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 04 Juli 2019
( Danu Pratama )
vii
Universitas Budi Luhur
DAFTAR ISI
viii
Universitas Budi Luhur
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 28
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 28
3.2 Tipe Penelitian ............................................................................................ 29
3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ...................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 30
3.5 Langkah-Langkah Penelitian ........................................................................ 31
3.5.1 Pra Lapangan .................................................................................... 31
3.5.2 Tahap Pekerjaan Lapangan ................................................................. 32
3.5.3 Tahap Analisa Data ............................................................................ 32
3.6 Hambatan Penelitian ................................................................................... 32
ix
Universitas Budi Luhur
5.2.1.3 Faktor Budaya Penyebab Eksploitasi Anak ................................. 70
5.2.2 A Capable Guardian For Children Exploitation ........................................ 72
5.2.3 Motivated Offender ............................................................................. 74
5.3 Analisis Kasus Kejahatan Eksploitasi Anak dalam Fenomena Kesenian
Ondel-ondel Keliling di Kota Tangerang dalam Sudut Pandang Tipologi
Victim Mendelshon...................................................................................... 76
BAB VI PENUTUP............................................................................................ 79
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 79
6.2 Saran ......................................................................................................... 80
x
Universitas Budi Luhur
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kasus Pengaduan Anak berdasarkan Klaster Perlindungan Anak
dari Tahun 2011-2018………………………………………………………………………….3
Tabel 4.1 Kondisi Topografi Wilayah PerKecamatan Tahun 2018………………………………….38
Tabel 4.2 Profil Narasumber Ahli…………………………………………………………………………………40
Tabel 4.3 Kasus Pengaduan Anak………………………………………………………………………………. 52
Tabel 4.4 Data Laporan KDRT dan Perlindungan Anak yang ditangani oleh Polres
Metro Tangerang Kota Tahun 2018……………………………………………………………… 55
xi
Universitas Budi Luhur
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Kasus Trafficking & Eksploitasi Anak di Indonesia pada Awal 2018...2
Gambar 1.2 Data Kasus Pelaporan Anak ke KPAI ..................................................... 3
Gambar 1.3 Pekerja Anak Kesenian Ondel-ondel ...................................................... 4
Gambar 1.4 Kesenian Ondel-ondel .......................................................................... 4
Gambar 2.1 Ondel-ondel laki-laki & Perempuan ....................................................... 12
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Tangerang ........................................................ 34
Gambar 4.2 Lambang Kota Tangerang .................................................................... 35
Gambar 4.3 Temuan Data narasumber dari KPAI ..................................................... 41
Gambar 4.4 Temuan Data narasumber dari Duta Anak Kota Tangerang .................... 42
Gambar 4.5 Temuan Data narasumber dari Polres Metro Tangerang Kota ................. 43
Gambar 4.6 Temuan Data narasumber dari Pekerja Anak I ....................................... 44
Gambar 4.7 Temuan Data narasumber dari Pekerja Anak II ..................................... 45
Gambar 4.8 Temuan Data narasumber dari Pemilik Ondel-ondel……………………………..46
Gambar 4.7 Temuan Data narasumber dari Dinas Sosial Kota Tangerang………………..47
xii
Universitas Budi Luhur
BAB I
PENDAHULUAN
Anak sebagai generasi muda merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi
untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan bangsa, dan memiliki peranan startegis yang
mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus yang memerlukan perlindungan untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik,mental dan sosialnya secara utuh. Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih berada dalam kandungan.
Namun demikian anak-anak yang aktif berpartisipasi biasanya mereka yang memiliki
kemampuan untuk menyampaikan pendapat, keingian dan kebutuhannya secara verbal dan
biasanya dimulai sejak mereka berusia diatas 5 atau enam tahun dan terus berkembang
sejalan dengan bertambahnya usia mereka(Hartomo, Basuni, Miharja, Raharjo, Zainal,
Nanang : 2013). Sebagian dari generasi muda, anak merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa sekaligus modal sumberdaya manusia bagi pembangunan nasional
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 bahwa “Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara Negara (Sekretariat Jendral MPR RI, 2016).
1
Universitas Budi Luhur
maupun media elektronik tentang berbagai peristiwa kejahatan yang pelakunya adalah
anak-anak(Astuti, 2002).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat memasuki awal tahun 2018 ada
sebanyak 32 kasus trafficking atau perdagangan manusia dan eksploitasi yang dialami oleh
anak-anak di Indonesia. Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak, Ai Maryati
mengatakan, dalam tiga bulan awal tahun 2018, ada banyak kasus trafficking dan eksploitasi
yang menyasar anak di bawah umur. Dari sekian banyaknya kasus, kasus eksploitasi seks
komersial terhadap anak mendominasi pelaporan di awal tahun 2018. “Kami mereview trend
kasus anak korban trafficking ada sebanyak 8 kasus, anak korban eksploitasi seks komersial
13 kasus, anak korban prostitusi 9 kasus dan anak korban eksploitasi ekonomi sebanyak 2
kasus (Styawan, 2018).
41%
Gambar 1.1. Presentase Data kasus Trafficking dan Eksploitasi Anak di Indonesia pada
awal Tahun 2018, Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan
telah di olah kembali oleh penulis.
2
Universitas Budi Luhur
Table 1.1. Data Kasus Pengaduan anak
berdasarkan Klaster Perlindungan Anak dari Tahun 2011 –2018
Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan telah diolah kembali oleh penulis.
Jumlah
Gambar 1.2. Data berbentuk Diagram tentang Kasus Pengaduan anak berdasarkan Klaster
Perlindungan Anak dari Tahun 2011–2018, Sumber : Komisi Perlindungan
Anak Indonesia, dan telah diolah kembali oleh penulis.
Pada saat ini, fenomena eksploitasi terhadap anak sebagai pekerja ondel-ondel
diwilayah kota tangerang merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi
pekerja ondel-ondel dijalanan bagi seorang anak memang bukan merupakan pilihan yang
menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas,
3
Universitas Budi Luhur
dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga,
masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum
begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Tuhan
yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang
bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah (Agustin, 2008).
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam
pesta-pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang
senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang
berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat
dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya.
Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah
ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan
warna putih. Terdapat beberapa versi mengenai asal-usul ondel-ondel. Semula ondel-ondel
berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan (Sumadjo,
1992).
Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta
rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang
baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan
dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta. Pada bagian badan, boneka Ondel-
ondel wanita menggunakan pakaian yang disebut kebaya encim, sedangkan untuk laki-laki,
pakaian yang digunakan yaitu sadaria atau ujung serong. Pada badan bagian bawah boneka
Ondel-ondel menggunakan sarung yang disebut sarung jamblang. Pada acara-acara resmi,
4
Universitas Budi Luhur
biasanya untuk boneka Ondel-ondel laki-laki dibagian bahunya di selempangkan sarung
cukin yang bermotif kotak-kotak, sedangkan pada Ondel-ondel wanita menggunakan
selendang yang bermotif flora atau fauna (Sumadjo, 1992).
1.2. Permasalahan
5
Universitas Budi Luhur
ini dapat diterima langsung oleh orang yang dapat keuntungan komersial dari anak
seperti pekerjaan pengamen, menurut PERDA Kota Tangerang Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen yaitu yang dimaksud
dengan Pengamen adalah Seseorang atau sekelompok yang melakukan apresiasi seni melalui
proses suatu latihan dengan menampilkan suatu karya seni, yang dapat didengar dan
dinikmati oleh orang lain, sehingga orang lain merasa terhibur yang kemudian orang lain
memberikan jasa atau imbalan atas kegiatannya itu secara ikhlas (PERDA Kota Tangerang
Nomor 5 Tahun 2012).
Pada fenomena saat ini eksploitasi terhadap anak sebagai pekerja ondel-ondel diwilayah
kota tangerang merupakan persoalan sosial. Hidup menjadi pekerja ondel-ondel dijalanan
bagi seorang anak memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka
berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang
menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian
terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka
adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Tuhan yang harus dilindungi, dijamin hak-
haknya, sehingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa
depan cerah (Agustin, 2008).
Bagaimana fenomena kejahatan eksploitasi anak dalam kesenian ondel-ondel yang ada
di wilayah Kota Tangerang Provinsi Banten ?
6
Universitas Budi Luhur
1.4. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan kegiatan penelitian ini, peneliti mempunyai tujuan penelitian yang
hendak dicapai yaitu penulis ingin mengetahui fenomena kejahatan eksploitasi anak yang
mempengaruhi kesenian Ondel-ondel pada anak dibawah umur untuk bekerja di wilayah
Kota Tangerang Provinsi Banten.
7
Universitas Budi Luhur
1.7. Sistematika Penulisan
Berikut adalah penjelasan mengenai sistematika penulisan dalam penelitian ini :
BAB 1 Pendahuluan
Bab I menjelaskan latar belakang tujuan penulisan proposal skripsi yang didalamnya
termasuk permasalahan yang saling berhubungan dengan latar belakang, pada Bab ini
merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB 2. Tinjauan Pustaka
Bab II merupakan bab kerangka pemikiran yang terdiri dari definisi konseptual,
tinjauan pustaka yang berisikan review jurnal dan matriks jurnal, serta kerangka pemikiran.
Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, tipe
penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah dalam
penelitian, dan hambatan penelitian.
BAB 5. Pembahasan
BAB V merupakan pembahasan, yang mencakup pilihan rasional anak untuk memilih
bekerja faktor-faktor penyebab dijadikannya pekerja anak dalam Fenomena kesenian ondel-
ondel keliling di Kota Tangerang, analisis kasus ini mengunakan Teori Aktivitas Rutin
(Routine Activity Theory), Tipologi Victim Mendelsohn serta sebab anak tidak sadar bahwa
dirinya telah menjadi korban dari kejahatan dalam fenomena kesenian ondel-ondel keliling.
BAB 6. Kesimpulan
BAB VI menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran hasil dari penelitian terkait
Kejahatan Eksploitasi Anak Dalam Fenomena Kesenian Ondel-ondel Keliling.
8
Universitas Budi Luhur
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai
perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian maka si
pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut bersumber dari alam nilai, maka
ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang
memberikan penilaian itu. Jadi apa yang disebut kejahatan oleh seseorang belum
tentu diakui oleh pihak lain sebagai suatu kejahatan pula. Kalaupun misalnya
semua anggota dapat menerima sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat ringannya
perbuatan itu masih menimbulkan perbedaan pendapat ( Mulyana, W, 1984). Tindak
kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu difikirkan, direncanakan, dan diarahkan
pada maksud tertentu secara sadar benar. Kejahatan suatu konsepsi yang bersifat
abstrak, dimana kejahatan tidak dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja. Dalam
hal ini akan dikemukakan pengertian kejahatan menurut beberapa pendapat para ahli,
antara lain :
9
Universitas Budi Luhur
3. Menurut Bonger kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian
penderitaan (Umar, 2003)
Eksploitasi pada anak dapat berdampak pada gangguan fisik maupun psikologis
anak. Gangguan pada anak juga dapat berdampak panjang pada masa depan anak
yang kurang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah karena rendahnya
tingkat pendidikan anak yang dieksploitasi. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan eksploitasi anak adalah politik pemanfaatan yang dilakukan secara
sewenang-wenang dan berlebihan terhadap anak untuk kepentingan ekonomi semata-
mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi
kesejahteraan terhadap anak (Anoraga, 1991).
10
Universitas Budi Luhur
2.1.3. Definisi Kesenian Ondel-ondel
Budaya Ondel-ondel terpilih sebagai ikon seni tradisi yang melambangkan kota
Jakarta, dimana pemilihan warna maupun hiasan juga mempunyai makna tersendiri.
Seperti bentuknya yang besar dengan wajah atau karakter boneka laki-laki yang
berwarna merah dan boneka wanita berwarna putih. Kedua warna ini melambangkan
keseimbangan antara 2 kekuatan, yaitu kekuatan jahat dan baik. Warna erah untuk
wajah ondel-ondel laki-laki melambangkan kejahatan dan warna putih melambangkan
kebaikan. Karena itulah ondel-ondel selalu perpasangan.
Hiasan yang ada di kepala adalah bunga kelapa, hal ini melambangkan
pohon yang tumbuh diwilayah daerah pesisir (tepi pantai). Karena Jakarta
dulunya dikenal sebagai kota dengan pelabuhannya yaitu pelabuhan Sunda Kelapa
dengan banyak pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pantainya. Hiasan kembang
kelapa ini dipasang di keliling kepala sebagai rambut dari boneka ondel-ondel
11
Universitas Budi Luhur
1. Boneka perempuan (warna wajah putih)
4. Mahkota
5. Kebaya encim
12
Universitas Budi Luhur
2.2. Rational Choice Theory (Teori Pilihan Rasional)
Dalam sebuah studi awal tentang masalah ini, menetapkan bahwa keadaan mood
negatif sering menyebabkan berkurangnya impulsif dan pengambilan keputusan berisiko,
sedangkan keadaan mood positif menyebabkan peningkatan impulsif dan pengambilan
keputusan berisiko. Satu dekade kemudian, Gordon dan Arian (2001) memastikan bahwa
faktor situasional berpotensi memainkan peran penting dalam hubungan antara emosi dan
pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan didominasi oleh emosi
dalam kondisi ancaman tinggi tetapi tidak dalam kondisi ancaman rendah. Di bawah kondisi
ancaman rendah, pengambilan keputusan dimodulasi oleh campuran emosi dan logika.
Dalam studi ketiga, modulasi kognitif emosi ditemukan untuk mengurangi impulsif dan
pengambilan keputusan berisiko dibandingkan dengan peserta yang diminta untuk tidak
secara kognitif mengatur emosi mereka (Martin & Delgado, 2011).
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) didasarkan pada sejumlah prinsip, tujuh di
antaranya tercantum di bawah ini (Gul, 2009):
13
Universitas Budi Luhur
5. Pertukaran Sosial: Keputusan yang diambil aktor adalah puncak dari analisis biaya-
manfaat dari berbagai tindakan yang tersedia baginya pada satu titik waktu tertentu.
6. Rasionalitas terikat: Aktor mengevaluasi alternatif dalam batas pengetahuan dan
kemampuannya.
7. Hukuman: Efektivitas sanksi hukum atau ekstra-hukum adalah fungsi dari kepastian,
kecepatan (kecepatan), dan beratnya hukuman.
Teori umum kejahatan Gottfredson dan Hirschi (1990) memberikan interpretasi reaktif
eksklusif dari proses pengambilan keputusan kriminal. Menurut teori umum kejahatan,
pengambilan keputusan kriminal adalah fungsi dari dua faktor: rendahnya kontrol diri dan
peluang. Seseorang dengan kontrol diri rendah yang dihadapkan dengan peluang kriminal
dihipotesiskan memiliki kemungkinan tinggi untuk terlibat dalam perilaku kriminal. Meskipun
teori umum telah membantu menjelaskan sejumlah aspek penting dari kejahatan dan
kenakalan, teori ini gagal untuk memperhitungkan fakta bahwa banyak pelaku kejahatan
secara sengaja mencari dan menciptakan peluang untuk kejahatan daripada duduk dan
menunggu kesempatan kriminal untuk terwujud. Menurut (Coleman, 2011:21) yang
mengembangkan teori pilihan rasional yang mana individu tersebut membuat sebuah
tindakan atau pilihan untuk memenuhi sebuah tujuan yang ingin dia capai. Tujuan tersebut
bisa tercapai dengan menggunakan sumber daya yang dia miliki dan memaksimalkan
kegunaan dari sumber daya tersebut. rasionalitas sendiri menurut Coleman antara individu
yang satu dengan individu yang lain itu tidak sama karena dipengaruhi oleh cara
memandang suatu permasalahan yang berbeda. Rasional menurut seseorang dan tidak
rasional menurut orang lain. Semua itu seharusnya dikembalikan kepada pelaku tersebut
jangan mengukurnya dari sudut pandang orang lain.
14
Universitas Budi Luhur
2.3. Routine Activity Theory (Teori Aktivitas Rutin)
Menurut Cohen dan Felson (1979) dalam skripsi (Ayu, 2012: 23-25), Teori aktivitas
rutin adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwa terdapat suatu kesempatan yang secara
tidak langsung dapat menjadikan seseorang menjadi korban. Mereka berargumen bahwa
aktifitas rutin seseorang yang dilakukan sehari-hari akan meningkatkan kerentanan baik
kondisi atau situasi orang tersebut, dengan kata lain yang membuat angka kejahatan
meningkat itu bukan hanya karena bertambahnya jumlah pelaku kejahatan, melainkan
karena meningkatnya kesempatan yang dilakukan oleh korban (tanpa kesadaran) sehingga
pelaku dapat melakukan aksi kejahatan tersebut. Menurut teori ini, timbulnya korban
kejahatan serta aksi kejahatan akan terjadi berdasarkan 3 faktor, yaitu:
Suitable target yang dimaksud dalam teori ini adalah calon korban atau target yang
menjadi sasaran kejahatan dikarenakan adanya suatu kerentanan tertentu. Kerentanan calon
korban atau target dapat dilihat berdasarkan kegiatan rutinnya. Setiap kegiatan yang
berulang dan memiliki pola tertentu menghasilkan kerentanan viktimisasi yang berbeda-
beda. Kerentanan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lokasi target, kebiasaan, watak
atau sifat tertentu, gaya hidup, kondisi lingkungan, dan interaksi sosial yang terjadi. Menurut
Burke (2009), Korban atau target yang dimaksud dalam teori dapat berupa a person (orang),
an object (benda, seperti perhiasan dan barang berharga), dan a place (tempat, seperti
pengrusakan fasilitas umum, dan sebagainya) (Gosita, Arief :1993)
Capable guardians dapat diartikan sebagai adanya penjagaan yang dapat diandalkan
untuk melindungi dan mencegah kejahatan, hal ini dapat berarti benda ataupun orang.
Penjagaan disini dapat diartikan dengan adanya pengawasan dari lingkungan tetangga,
pengawasan orang tua, dan strategi pencegahan kejahatan lainnya, seperti penggunaan
teknologi tertentu (alarm keamanan, CCTV, pencahayaan yang baik di jalan umum, dan
lainnya) (Burke, 2009). Menurut Cohen dan Felson (1979), resiko menjadi korban kejahatan
15
Universitas Budi Luhur
akan semakin besar jika kurangnya penjagaan atau tidak ada penjagaan sama sekali. Contoh
dalam kejahatan konvensional adalah penggunaan anjing penjaga dirumah, jika ada orang
asing memasuki area rumah maka anjing tersebut akan menyalak. Contoh lainnya di
Indonesia adalah patroli hansip pada sistem keamanan lingkungan (siskamling).
Motivated offender atau pelaku yang termotivasi adalah orang (individual atau
kelompok) yang tidak hanya mempunyai kemampuan untuk melakukan aksi kriminal, tapi
juga mempunyai niatan dan rencana untuk melaksanakannya (Felson, 1994). Motivasi untuk
melakukan kejahatan bermacam-macam, contohnya adalah perampok yang ingin melakukan
aksinya karena ada rasa tertantang untuk merampok dalam dirinya, atau pecandu yang
melakukan pencurian agar uang hasil kejahatannya dapat dibelikan narkoba (Burke, 2009).
Untuk mencegah suatu kejahatan terjadi tentunya dibutuhkan perlindungan ataupun strategi
pencegahan kejahatan yang sudah dijelaskan sebelumnya, seperti Siskamling, sistem
keamanan dan juga dibutuhkan kesadaran lingkungan, seperti mengenal tetangga dan
keadaan sekitar rumah.
Viktimologi memberikan pengertian yang lebih baik tentang korban kejahatan sebagai
hasil perbuatan manusia yang menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan sosial. Tujuannya
adalah untuk memberikan penjelasan mengenai peran yang sesungguhnya para korban
dan hubungan mereka dengan para korban serta memberikan keyakinan dan kesadaran
bahwa setiap orang mempunyai hak mengetahui bahaya yang dihadapi berkaitan dengan
lingkungannya, pekerjaannya, profesinya dan lain-lainnya.
16
Universitas Budi Luhur
Menurut Mendelsohn, berdasarkan derajat kesalahannya korban dibedakan menjadi
enam macam, yaitu:
e. Yang korban adalah satu-satunya yang bersalah (dalam hal ini pelaku dibebaskan).
f. Korban imajinatif
Dalam jurnal pertama yang berjudul “Eksploitasi pekerja anak dibawah umur sebagai
bentuk penyimpangan sosial (Studi Etnografi Anak-anak Pengumpulan Koin Dermaga
Pelabuhan Merak Kota Cilegon)” penelitian ini dilakukan oleh Ahmad Hanafi pada tahun
2017. Penelitian ini membahas terkait Anak dijadikan cara untuk mendapatkan penghasilan
dalam keluarga. Hal ini terjadi pada masyarakat Kamp. Medaksa Pelabuhan Merak yaitu
banyaknya anak yang bekerja menjadi pengumpul koin sebagai akibat sulitnya biaya
ekonomi. Faktor yang dikaji yaitu faktor sosial dan budaya, serta peranan orang tua terhadap
aktivitas anak-anak pengumpul koin. Metode yang digunakan yaitu studi etnografi dengan
subjek penelitian terdiri atas informan kunci dan informan pangkal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak mengumpulkan koin dari pagi hingga sore hari, faktor sosial
yang mendominasi yaitu keluarga, ekonomi dan teman sepermainan, sedangkan faktor
budaya yang mempengaruhi yaitu tradisi turun temurun dari keluarga terhadap aktivitas
pengumpul koin, dan orang tua yang berperan penting. Pada jurnal ini menjelaskan anak
yang bekerja dalam suatu konsep yaitu sebuah konsep pekerja dibedakan antara anak
bekerja dan pekerja anak, anak yang bekerja akan melakukan sebuah pekerjaan yang ringan
dimana dalam pekerjaannya itu masih menghargai haknya sebagai anak dan hanya bekerja
sewaktu-waktu saja kemudian legal. Sedangkan pekerja anak biasanya melakukan pekerjaan
yang berat dan berbahaya sehingga cenderung menimbulkan eksploitatif dimana dalam
pekerjaannya itu sudah tidak lagi memperdulikan haknya sebagai anak mulai dari hak
pendidikan sampai kesehatannya dan dengan waktu bekerja yang relatif lama sifatnya tetap
dan illegal (Hanafi, Ahmad 2017).
17
Universitas Budi Luhur
Pada Jurnal yang kedua berjudul “Mobilitas Sosial dan Identitas Etnis Betawi (Studi
Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-ondel di DKI Jakarta)”
penelitian ini dilakukan oleh Nur faizah, Muhammad Zid, dan Ode Sofyan Hardi pada tahun
2017, membahas terkait fungsi dan pola sebaran Kesenian Ondel-ondel Betawi. Pada tahun
1940-an ondel-ondel yang difungsikan sebagai kesenian yang bersifat sakral, namun saat ini
ondel-ondel difungsikan sebagai kesenian Betawi yang bersifat ekonomis dalam penelitian ini
terdapat dua pertanyaan penelitian. Pertama, bagaimana perubahan fungsi pada kesenian
ondel-ondel Betawi. Kedua, bagaimana pola persebaran kesenian ondel-ondel Betawi.
Penelitian ini menggunakan metode campuran ( mix method), yaitu metode kualitatif untuk
membahas bagaimana perubahan fungsi kesenian ondel-ondel Betawi. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah Akademisi Universitas Negeri Jakarta, Seniman Betawi, Pengelola
Sanggar Ondel-ondel, dan informan pendukung seperti masyarakat yang pernah
menggunakan ondel-ondel dalam acara kebudayaan yang diambil secara snowball. Pada
jurnal ini menjelaskan tentang penekanan hasil penelitian yang menunjukan bahwa, ondel-
ondel merupakan kesenian tradisional yang sangat identik dengan identitas etnis Betawi.
Perpindahan masyarakat Betawi ke pinggir Jakarta menyebabkan penggunaan ondel-ondel
meredup karena masyarakat Betawi lebih memilih untuk menggunakan seni musik
modern dan membuat pengelola sanggar ondel-ondel bertahan dengan cara mengamen
keliling untuk biaya peremajaan sanggar sehingga terjadinya mobilitas horizontal dan
mobilitas vertical (faizah N, Zid M, dan Hardi OS, 2017).
18
Universitas Budi Luhur
Dalam Jurnal yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Dan Upaya
Penangulangannya” penelitian ini ditulis oleh Emei Dwinanarhati Emei pada tahun 2012,
pada jurnal ini membahas tentang Faktor penyebab dan pendorong permasalahan
pekerja anak di Indonesia merupakan interaksi dari berbagai macam faktor di tingkat
mikro sampai makro, dari faktor ekonomi sosial budaya sampai pada masalah politik. Adapun
faktor-faktor penyebab dan pendorong permasalahan pekerja anak menurut hasil penelitian
Jaringan Penanggulangan Pekerja Anak (JARAK) adalah sebagai berikut; pertama,
kemiskinan. Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor dominan yang menyebabkan
anak-anak terlibat mencari nafkah. Kebijakan perlindungan anak terhadap penanggulangan
pekerja anak dianggap belum efektif. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala di lapangan.
Antara lain, nilai-nilai sosial seperti nilai historis, tradisi, kebiasaan, lingkungan sosial, budaya
masyarakat yang tersusun dari tingkah laku yang terpola, dan lemahnya sistem pengawasan
yang dilakukan oleh bidang pengawasan ketenagakerjaan dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, namun secara konsepsional, setidaknya ada tiga pendekatan dalam
memandang masalah pekerja anak, yang sekiranya dapat dipergunakan sebagai upaya untuk
mengatasi dan sekaligus memberdayakan pekerja anak, yakni penghapusan (abolition),
perlindungan (protection), dan penguatan atau pemberdayaan (empowerment)
(Setiamandani, 2012).
Dalam Jurnal yang berjudul “Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di Indonesia
Exploitation of Working Children in Indonesia” pada penelitian ini ditulis oleh Iryani BS,
Priyarsono BS pada tahun 2013. pada jurnal ini membahas tentang Eksploitasi terhadap
anak-anak yang bekerja dalam kasus ini ada atas tiga kondisi, yaitu anak yang bekerja
melebihi jam kerja normal yang diperbolehkan, anak yang mendapatkan upah di bawah
Upah Minimum Provinsi (UMP) yang telah disesuaikan dengan jam kerja dan produktivitas
anak, dan anak yang tidak bersekolah (terhambat akses pendidikan). Tingkat keparahan
eksploitasi terhadap anak yang bekerja dihitung dengan pendekatan indeks FGT. Namun,
indeks ini tidak dapat digunakan untuk menghitung tingkat keparahan eksploitasi dari segi
terhambatnya akses pendi- dikan karena data akses pendidikan merupakan data kategori,
sehingga tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak yang bekerja yang dihitung dalam
studi ini hanya dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi jam kerja dan upah anak. Sedangkan
dari segi terhambatnya akses pendidikan hanya bisa ditampilkan dalam bentuk persentase
anak bekerja yang tidak bersekolah. Di Indonesia sendiri terdapat sepuluh provinsi yang
memiliki tingkat keparahan melebihi nilai indeks nasional. Tingkat keparahan eksploitasi dari
segi upah terbesar dialami oleh anak-anak yang bekerja di Provinsi DKI Jakarta, Banten,
19
Universitas Budi Luhur
Jambi, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan, sedang- kan tingkat keparahan eksploitasi upah
terkecil terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan Papua (Iryani BS, Priyarsono BS, 2013).
Dalam Jurnal yang berjudul “Meningkatnya Pekerja Anak (Studi Konsep Maslahah)”
pada penelitian ini ditulis oleh Indar Wahyuni pada tahun 2017, membahas tentang Anak
harus dilindungi, dengan alasan bahwa orang tua wajib melindungi dan memberi nafkah Q.S.
al- Baqarah (2): 233, apabila orang tua tidak mampu kerabat terdekat wajib melindungi,
sebab berhubungan dengan waris.Q.S. al-Baqarah (2): 233. Selain itu kondisi para pekerja
anak yang buruk dan memprihatinkan serta membahayakan kesehatan, keselamatan kerja,
moral dan perkembangan psikologi anak. Sebab bekerja dengan waktu kerja yang panjang,
dan upah rendah, serta sering terjadi eksploitasi menyebabkan anak tidak mempunyai
kesempatan untuk menikmati pendidikan, mendapatkan kasih sayang dari orang tua,
maupun bermain menikmati masa kanak-kanaknya. Meskipun kemiskinan yang sering
dijadikan alasan terjunnya pekerja anak, namun semua itu merampas hak-hak anak. Dengan
anak yang bekerja sebelum waktunya, akan menjadikan generasi mendatang lemah, hal
tersebut tidak sesuai dengan konsep maqasid asy-Syari’ah di antaranya menjaga dari lima
hal, yang masuk dalam salah satu kebutuhan haruriyyah yaitu menjaga jiwa anak (Wahyuni,
2017).
20
Universitas Budi Luhur
ondel menjadi hiburan jalanan, Hal tersebut yang membuat ondel-ondel dipandang sebelah
mata oleh masyarakat (Paramita, Sinta, 2018).
Dalam Jurnal yang berjudul “Perlindungan Tenaga Kerja Anak” penelitian ini di tulis
oleh kanyaka prajanaparamita pada tahun 2018. pada jurnal ini memfokuskan pada
pembahasan tentang Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja/buruh
anak di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan Faktor yang melatarbelakangi banyaknya pekerja/buruh anak tidak terlidnungi
adalah terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal,
terdiri dari : Faktor ekonomi, Faktor pendidikan, Faktor kemauan sendiri, Faktor kebiasaan.
Sedangkan Faktor Eksternal, terdiri dari: Faktor lingkungan sekitar, Faktor Hubungan
Keluarga. Upaya-upaya dalam rangka perlindungan hukum tersebut dilakukan dengan
melakukan ratifikasinya terhadap Konvensi Hak Anak yang diwujudkan ke dalam
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dengan jelas
menegaskan kewajiban pemerintah untuk melakukan perlindungan secara khusus terhadap
anak dalam situasi darurat (Kanyaka, 2018).
21
Universitas Budi Luhur
pekerja termasuk pekerja anak meliputi aspek- aspek Perlindungan hukum, Perlindungan
ekonomi, Perlindungan sosial, dan Perlindungan teknis (Kanang, AR, 2003)
Dalam Jurnal yang berjudul “Pekerja Anak Sebagai Kearifan Lokal” penelitian ini
ditulis oleh Effendi AY pada tahun 2018. Penelitian ini membahas tentang Desa Bogak yang
merupakan wilayah pesisir yang sebagian besar masyarakatnya mencari nafkah dari laut.
“Anak itik” adalah istilah kearifan lokal untuk anak-anak yang membantu nelayan di Desa
Bogak dan sudah disosialisasikan secara turun temurun. Kearifan lokal ini sudah diturunkan
dari generasi ke generasi dengan konformitas yang ada di masyarakat bahwa “anak itik”
tersebut nantinya akan menjadi pelaut atau nelayan di Desa Bogak.Sebagian besar hak
“anak itik” sebagai anak-anak tidak terpenuhi, namun hal itu tidak disadari oleh masyarakat
Desa Bogak (termasuk “anak itik”). Karena pekerjaan “anak itik” tersbut dapat dikerjakan
sambil bermain dan bisa dikerjakan bersama-sama dengan teman mereka untuk suatu
pekerjaan tertentu. Dengan adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Desa Bogak
tersebut, “anak itik” terus disosialisasikan secara turun temurun baik di keluarga maupun di
masyarakat. Anak-anak yang bekerja sebagai “anak itik” akan mendapatkan pembelajaran
tentang berbagai hal (khususnya tentang laut) ketika dia bekerja (Effendi, AY, 2018).
22
Universitas Budi Luhur
Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Dan Karakteristik
Rumah Tangga Terhadap Munculnya Pekerja Anak di NTT (Analisis Data Susenas Dan
Potensi Desa 2011)” penelitian ini ditulis oleh Ardana, Arjana, Ramang, dan Ruslan pada
tahun 2011. Penelitian ini membahas tentang Fenomena pekerja dibawah umur di Nusa
Tenggara Timur dipengaruhi oleh lingkungan hidup dan karakteristik rumah tangga. Analisis
deskriptif menunjukkan bahwa pada 2011 ada 4,37% pekerja anak di NTT. Analisis inferensi
menunjukkan probabilitas anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan menjadi pekerja
adalah 0,56 kali dibandingkan yang tinggal di daerah pedesaan, probabilitas anak-anak yang
tinggal di wilayah yang tersedia sekolah menjadi pekerja adalah 0, 43 kali dibanding anak-
anak yang tinggal di daerah tanpa sekolah. Anak-anak dengan kepala rumah tangga yang
bekerja pada sektor formal memiliki probabilitas yang lebih kecil menjadi pekerja yaitu 0,47
kali dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja atau bekerja di sektor informal.
Probabilitas anak-anak dari kepala keluarga dengan pendidikan menengah atas atau lebih
tinggi menjadi pekerja 0.58 kali daripada kepala keluarga dengan pendidikan rendah.
Probabilitas anak-anak dari laki-laki sebagai kepala kelaurga menjadi pekerja 0,70 kali
daripada perempuan sebagai kepala keluarga. Seorang anak laki-laki memiliki probabilitas
1.36 kali menjadi pekerja daripada anak perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan
lingkungan tempat tinggal dan karakteristik rumah tanggah berpengaruh terhadap pekerja
dibawah umur di NTT (Ardana, 2011)
23
Universitas Budi Luhur
Jika sebuah keluarga miskin maka anak cendrung akan memilih bekerja untuk memenuhi
kebutuhan (Ayu, 2015).
Dalam Jurnal yang berjudul “Eksploitasi Anak Pekerja di bawah Umur Sebagai Bentuk
Penyimpangan Sosial (Studi Kasus Anak Penjual Koran Disekitar Lampu Merah Bandar
Lampung)” penelitian ini ditulis oleh Ahmad Hanafi pada tahun 2017. pada jurnal ini
membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang dapat diambil beberapa
kesimpulan bahwa Terjadinya Eksploitasi Anak Jalanan Sebagai Penjual koran di kawasan
lampu merah Bandar Lampung, yang diakibatkan oleh faktor-fakor yang memengaruhi
anak di bawah umur untuk bekerja serta Dampak Eksploitasi Anak Jalanan Sebagai Penjual
Koran yaitu, Ekonomi Keluarga yang rendah (Kemiskinan), Pengaruh Lingkungan, Keretakan
dan Kekerasan Kehidupan Rumah Tangga Orang Tua (Ahmad, 2017)
Dalam Jurnal Internasional yang berjudul “ Child Labor Facts in the Worldwide: A
Review Article” penelitian ini ditulis oleh Elizabeth donger pada tahun 2016. Pada jurnal ini
membahas tentang Eksploitasi ekonomi anak-anak adalah penghinaan terhadap
kemanusiaan. Di seluruh dunia anak-anak terus bekerja, mempertaruhkan pendidikan
mereka, kesehatan mereka, perkembangan normal mereka hingga dewasa, dan bahkan
kehidupan mereka. Jutaan dari mereka bekerja dalam kondisi berbahaya yang
membahayakan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan mereka. Mereka bekerja keras
di tambang dan tambang, terpapar agrokimia di pertanian, jongkok dalam posisi
melumpuhkan untuk menenun karpet dan karpet, dan mengais-ngais tip sampah. Terlalu
banyak yang diperbudak dalam pekerjaan yang terikat, terisolasi dalam pelayanan rumah
tangga, dan mengalami trauma dan dilecehkan dalam perdagangan seks komersial
(Elizabeth, 2016).
Dalam Jurnal yang berjudul “The Sale of Children for Labor Exploitation: Summary of
Existing Data and Areas of Priority and Good Practice” penelitian ini ditulis oleh pada jurnal
ini membahas tentang Area fokus pertama yang dipertimbangkan adalah insiden eksploitasi
tenaga kerja di antara anak-anak saat bepergian, populasi yang sangat rentan dan
berkembang. Hubungan ganda dan kompleks antara migrasi anak dan pekerja anak kurang
dipahami oleh para peneliti dan pembuat kebijakan. Lensa perdagangan anak mendominasi
tanggapan kebijakan saat ini terhadap fenomena ini, namun ada kebutuhan yang akut untuk
meningkatkan perhatian terhadap kerentanan pekerja anak migran yang tidak
diperdagangkan, khususnya: anak-anak pengungsi, anak-anak migran musiman dan anak-
anak yang tidak ditemani saat bepergian. Strategi yang baik secara luas dikelompokkan ke
24
Universitas Budi Luhur
dalam intervensi pencegahan di negara asal, selama migrasi, dan di tempat tujuan dan
intervensi untuk menghapus dan mengintegrasikan kembali anak-anak yang sudah dalam
pekerjaan eksploitatif.
Dalam jurnal yang berjudul “Masa depan pekerja anak: Studi tentang tindakan
rasional bagi pekerja anak di Kelurahan botoran kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung” penelitian ini ditulis oleh Kumala MR pada tahun 2016. pada jurnal ini
membahas tentang fenomena pekerja anak di Indonesia terutama di wilayah Tulungagung,
Jawa Timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah anak-anak tidak selalu dipicu oleh
faktor ekonomi tetapi juga faktor struktural dan budaya. Pengetahuan tentang pekerjaan
untuk anak-anak dan orang tua yang memungkinkan anak-anak mereka untuk bekerja
adalah topik menarik lainnya. Anak yang bekerja tidak selalu terkait dengan faktor ekonomi
semata. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor struktural maupun kultural.
Pengetahuan terhadap makna bekerja bagian anak serta orang tua yang memperbolehkan
anaknya menjadi pekerja menjadi persoalan lain yang menarik. Anak-anak akan lebih cepat
matang sebelum menginjak masanya. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif
melalui pendekatan fenomenologis, berfokus pada tindakan sosial pekerja anak. Penggunaan
metode observasi partisipan juga digunakan untuk menggali lebih dalam dengan menjadi
bagian dari dunia anak dalam bekerja. Penelitian ini mengungkap tipologi tindakan sosial
anak secara interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pekerja anak di
kabupaten Tulungagung meningkat setiap tahun (Kumala, MR, 2016).
Dalam jurnal yang berjudul “Pilihan rasional difabel (Studi Deskriptif tentang Pilihan
Rasional Difabel dalam Memilih Bekerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
(BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta)” penelitian ini ditulis oleh Naluri Insani pada tahun
2017. pada jurnal ini membahas tentang Pilihan rasional difabel dalam memilih pekerjaan
berdasarkan pilihan yang mereka buat atas keinginan mereka pribadi dengan
memperhitungkan keuntungan apa saja yang mereka dapat ketika mereka memilih untuk
bekerja. Penyandang disabilitas yang tidak mempunyai banyak pilihan dalam bekerja tentu
dapat memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki untuk mendapatkan pekerjaan.
Semakin besar sumber daya yang mereka miliki maka semakin besar pula kesempatan
mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam peelitian ini sumber daya yang dimiliki
penyandang disabilitas didapatkan dari berbagai macam aspek, yaitu pendidikan dan
pengaruh dari lingkungan sekitar. Pendidikan yang diraih oleh penyandang disabilitas tentu
sangat berpengaruh terhadap pilihan mereka dalam memilih bekerja di BBRSBD karena dari
25
Universitas Budi Luhur
pendidikannya mereka dapat menggunakan sumber daya yang mereka miliki dari apa
yang telah mereka kuasai. Selain itu sumber daya lainnya yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar. Pengaruh lingkungan sekitar didapatkan dari orang tua, istri, anak, teman dan
dosen. Orang tua sangat berpengaruh terhadap penyandang disabilitas karena motivasi
yang diberikan oleh orang tua dapat menjadi sumber daya yang besar yang dapat
dimanfaatkan difabel untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu pengaruh dari istri dan anak
juga dapat dimanfaatkan oleh penyandang disabilitas untuk dijadikan sebagai sumber daya.
Salah satu informan mendapatkan sumber daya dari dosennya yang memberikannya
informasi lowongan pekerjaan dan dari saran dosennya itu lah ia memilih untuk melamar
pekerjaan di BBRSBD (Insani, naluri, 2017).
26
Universitas Budi Luhur
2.5. Kerangka Pemikiran
Ekploitasi Anak
Ekonomi
Pendidikan Budaya
Dampak Eksploitasi
Anak
27
Universitas Budi Luhur
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia
yang harus dijunjung tinggi. Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu (merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah) yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggungjawab untuk mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang akan menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun telah banyak kebijakan
pemerintah yang telah ditetapkan, namun belum sepenuhnya dapat dirasakan, khususnya
bagi anak-anak keluarga miskin yang di ekspoitasi. Hal tersebut dapat terlihat di sekitar kita,
yaitu anak-anak yang mengamen di lampu lalu lintas (traffick light), mengemis, berjualan
koran, dan lain-lain Alasan orang tua yang memaksa anaknya bekerja untuk memperoleh
penghasilan lebih banyak guna memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari dari pekerjaan
anak itu sendiri, dikarenakan perkembangan zaman yang semakin maju serta tingkat
kebutuhan hidup yang selalu meningkat (Bagong, 1991).
Fenomena eksploitasi anak sering dijumpai pada penduduk perkotaan yang masuk
katagori miskin, sehingga pada penduduk perkotaan yang miskin, potensi akan
terjadinya ekspoitasi anak menjadi semakin besar pada kasus eksploitasi anak dalam
kesenian ondel-ondel ini biasanya dapat kita temui di Kota Tangerang dan khususnya di
wilayah DKI Jakarta. Anak-anak yang telah dieksploitasi oleh keluarganya cendrung
mengalami pendewasaan mental secara dini, karena pada usia yang seharusnya bermain dan
bersenang-senang dengan teman sebayanya, justru mereka harus bekerja, bahkan pada
waktu mereka harus istirahat. Maka dari itu penulis membuat kerangka pemikiran bagaimana
kejahatan eksploitasi anak ini bisa terjadi hingga dampak yang nantinya akan ditimbulkan
(Manurung, 1998).
28
Universitas Budi Luhur
BAB III
METODE PENELITIAN
(Suparlan, Supardi, 1994). Pada Pendekatan penelitian yang dimaksud penulis ini adalah
teknik wawancara dan observasi, proses penelitian ini dimulai dengan mengamati budaya
Kesenian Ondel-ondel keliling yang saat ini sudah tidak lagi dipandang sebagai suatu hal
yang bersifat sakral justru sekarang dialih fungsikan menjadi pekerjaan kesenian ondel-ondel
keliling yang dilakukan oleh anak-anak selanjutnya penulis melakukan observasi lapangan
dengan memperhatikan setiap Pekerja Kesenian ondel-ondel keliling dan ondel-ondel yang
ada di Festival sehingga penulis tertarik mengambil tema penelitian pekerja anak dalam
kesenian ondel-ondel ini. Setelah penulis melakukan observasi dilapangan penulis melakukan
wawancara terhadap narasumber-narasumber terkait fenomena Pekerja kesenian ondel-
ondel keliling ini seperti Pekerja Anak kesenian ondel-ondel, Pemilik ondel-ondel, KPAI,
Polres Metro Tangerang Kota, dan Duta Anak Kota Tangerang.
Menurut (Moleong, 2007 : 6), penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pendekatan kualitatif yang
dilakukan untuk pengumpulan data melalui pendekatan terhadap informan seperti KPAI,
Duta Anak Kota Tangerang, Pekerja anak kesenian ondel-ondel keliling, pemilik ondel-ondel,
dam Dinas Sosial Kota Tangerang kemudian melakukan wawancara secara mendalam
dengan menggunakan pedoman wawancara yang kemudian peneliti menganalisis
menggunakan konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan dan teori yang
peneliti gunakan, yang dianggap dapat menjelaskan fenomena yang terjadi. Pendekatan
29
Universitas Budi Luhur
kualitatif juga dapat digunakan sebagai penelitian terhadap hidup manusia sehari-hari,
pengalaman, prilaku, emosi, dan perasaan serta berbagai penelitian mengenai fungsi
organisasi, penegak sosial, fenomena kultur dan interaksi antar Negara (Strauss & Corbin
1998 : 11).
Menurut (Sugiyono, 2009 : 209), deskriptif merupakan suatu rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk dapat mengeksplorasi sebuah situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh dan mendalam. Tipe deskriptif studi kasus menurut (Rahardjo, 2017: 3) adalah
studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus
menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis menggunakan teori yang akan digunakan.
Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari
wawancara, observasi, dan arsip atau dokumen. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif studi kasus, peneliti ingin mengembangkan hasil-hasil yang
ditemukan saat dilapangan menjadi sebuah kajian kriminologis untuk memahami
permasalahan kasus Kejahatan Eksploitasi pada anak.
30
Universitas Budi Luhur
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurun waktu 5 (lima) bulan, yaitu dimulai dari bulan
Februari 2019 sampai dengan Juni 2019. Untuk tempat penelitian sendiri penulis mengambil
penelitian di wilayah Kota Tangerang Provinsi Banten, dan untuk tempat penelitian sendiri
penulis mewawancarai langsung lingkungan sekitar wilayah setempat berlangsung.
31
Universitas Budi Luhur
pra-lapangan mencari informasi dengan cara mengamati fenomena yang akan diteliti
(Sugiyono, 2007:226).
2. Wawancara
Metode Wawancara merupakan proses pencarian keterangan maupun data guna
bertujuan mendapatkan apa yang ingin diteliti dengan memberikan pertanyaan secara
langsung antara pewawancara dengan obyek dan informasi (Sugiyono, 2007:137). Pada
penelitian ini penulis akan mewawancarai beberapa narasumber sebagai refrensi dalam objek
penelitian ini seperti :
1. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
2. Kanit PPA Polres Metro Tangerang Kota
3. Duta Anak / Forum Anak Kota Tangerang (FAKT)
4. Pekerja anak ondel-onde keliling
5. Pemilik Ondel-ondel keliling
6. Dinas Sosial Kota Tangerang
3.5. Langkah-Langkah Penelitian
Sugiyono (2009 : 89) menyatakan bahwa: Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih amna yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap pra-lapangan
adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan
pelaksanan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal
penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur
analisa data, rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan
pengecekan kebenaran data.
32
Universitas Budi Luhur
obatan dan perlengkapan lain untuk keperluan akomodasi. Hal ini dilakukan peneliti demi
kelancaran penelitian yang peneliti lakukan.
Dalam kegiatan pada tahap pekeriaan lapangan, peneliti harus mudah memahami
situasi dan kondisi lapangan penelitiannya. Penampilan fisik serta cara berperilaku
hendaknya menyesuaikan dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan dari informan yang
akan ditemui. Peneliti juga harus memberikan pertanyaan yang tidak membuat tersinggung
informannya. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik
pengamatan (observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti
tape recorder, foto, slide, dan sebagainya.
Pada tahap analisis data, peneliti harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep
dasar analisa data. Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah dapat dilakukan semenjak
data diperoleh di lapangan. Usahakan jangan sampai data tersebut sudah terkena
bermacam-macam pengaruh, antara lain pemikiran peneliti sehingga menjadi terpolusi. Dari
analisa data dapat diperoleh tema dan kerangka pemikiran. Untuk menuju pada tema dan
mendapatkan kerangka pemikiran, tentu saja harus berpatokan pada tujuan penelitian dan
rumusan masalahnya. Dari situlah peneliti akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi
Banten, Indonesia. Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu Kota Negara
Indonesia, Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah
utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah Khusus Ibukota
Jakarta di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga
terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat.
Pada Oktober 1945, Laskar Hitam, milisi muslim ekstrem didirikan di Tangerang. tujuan dari
gerakan ini adalah untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. Gerakan ini kemudian
menjadi bagian kelompok pemberontak DI/TII. Pada 31 Oktober 1945, Laskar Hitam
menculik Oto Iskandardinata, Menteri Negara Republik Indonesia. Kemungkinan dibunuh di
pantai Mauk, Tangerang pada 20 Desember 1945 (www.wikipedia.org).
Kepala daerah Kota Tangerang adalah seorang wali kota dan wakil wali kota yang
dipilih langsung oleh warga Tangerang dalam pilkada setiap lima tahun sekali. Wali Kota dan
Wakil Wali Kota Tangerang saat ini adalah Arief Rachadiono Wismansyah dan Sachrudin yang
berasal dari Partai Demokrat setelah dipilih oleh rakyat kota Tangerang pada Pemilihan
umum Wali Kota Tangerang 2013. Lembaga legislatif kota Tangerang adalah DPRD Kota
Tangerang yang juga langsung dipilih rakyat Tangerang dalam pemilihan umum legislatif
setiap lima tahun sekali bersamaan dengan pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD
serentak secara nasional. DPRD Kota Tangerang bersidang di gedung DPRD kota yang
memiliki 50 perwakilan dari 5 daerah pemilihan yang tersebar di seluruh kota Tangerang.
Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari
mereka adalah campuran Tionghoa Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh
kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi
sebagai buruh dan petani. Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di
Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin,
mereka adalah pemeluk Confucianisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah
dan pusat-pusat komunitas mereka.
34
Universitas Budi Luhur
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Tangerang
Sumber : petatematikindo.com
Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan dan 104 kelurahan. Sebelumnya, wilayah
Kota Tangerang merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang, kemudian ditingkatkan
statusnya menjadi kota administratif, dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada
tanggal 28 Februari 1993. Sebutan “kotamadya” diganti dengan “kota” pada tahun 2001,
Kota Tangerang memiliki 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan, yaitu (www.wikipedia.org) :
1. Kecamatan Ciledug
2. Kecamatan Karang Tengah
3. Kecamatan Larangan
4. Kecamatan Pinang
5. Kecamatan Cipondoh
6. Kecamatan Benda
7. Kecamatan Tangerang
8. Kecamatan Periuk
35
Universitas Budi Luhur
9. Kecamatan Jatiuwung
10. Kecamatan Neglasari
11. Kecamatan Cibodas
12. Kecamatan Karawaci
13. Kecamatan Batu Ceper
Sumber : tangerangkota.go.id
Lambang daerah berbentuk perisai dengan warna hijau, Motto "BHAKTI KARYA ADHI
KERTARAHARJA", Artinya adalah semangat Pengabdian dalam Bentuk Karya Pembangunan
untuk kebesaran negeri dan kemakmuran serta kesejahteraan wilayah, didalam lambang
tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Bintang :
-Melambangkan keagamaan
2. Roda Mesin :
36
Universitas Budi Luhur
3. Landasan Pacu (Run Way) :
4. Riak Air :
- Melambangkan adanya Sungai Cisadane yang memberikan manfaat dan kesuburan bagi
masyarakat Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang.
Melambangkan Tanggal, bulan dan Tahun Proklamasi Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
dengan penjelasan sebagai berikut :
6. Jumlah Gelombang, Riak Air, Dua buah lingkaran dalam roda mesin, tanda
batas landasan dan lampu landasan :
Melambangkan tanggal, buan dan tahun Hari Jadi Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat
II Tangerang yaitu pada tanggal 28 Februari 1993 dengan penjelasan sebagai berikut :
- Dua puluh delapan gelombak riak air melambangkan tanggal dua puluh delapan.
- Dua buah lingkaran dalam roda mesin melambangkan bulan dua
- Sembilan tanda batas di dalam Run Way segi tiga lampu landasan melambangkan tahun
sembilan puluh tiga
37
Universitas Budi Luhur
4.1.3. Geografi Kota Tangerang
Kota Tangerang terletak Kota Tangerang Secara gafis Kota Tangerang terletak pada
posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS). Secara
administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug (8,769
Km2), Larangan (9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2), Cipondoh ((17,91 Km2), Pinang
(21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km2), Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2),
Cibodas (9,611 Km2), Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km2),
dan Benda (5,919 Km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan
4.900 rukun tetangga (RT), Kota Tangerang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara Ibukota
Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13
Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota
Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Pesatnya
pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional
Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota
Tangerang. Gerbang perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi
pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang
(www.tangerangkota.go.id)
38
Universitas Budi Luhur
4.1.4. Kondisi Fisik Kota Tangerang
4.1.4.1. Topografi
Wilayah Kota Tangerang berada pada ketinggian antara 10-18 meter di
atas permukaan laut (m dpl). Wilayah Kota Tangerang bagian utara memiliki rata-
rata ketinggian 10 m dpl, seperti Kecamatan Benda. Sedangkan wilayah Kota
Tangerang bagian selatan memiliki rata-rata ketinggian 18 m dpl, seperti
Kecamatan Ciledug, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Karang Tengah.
Kondisi Topografi
Kemiringan Ketinggian
No. Kecamatan
(%) (m dpl)
1 Ciledug 3-8 18,0
2 Larangan 3-8 18,0
3 Karang Tengah 0-3 18,0
4 Cipondoh 0-3 14,0
5 Pinang 0-3 14,0
6 Tangerang 0-3 14,0
7 Karawaci 0-3 14,0
8 Jatiuwung 0-3 14,0
9 Cibodas 0-3 14,0
10 Periuk 0-3 14,0
11 Batuceper 0-3 14,0
12 Neglasari 0-3 14,0
13 Benda 0-3 10,0
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2018.
4.1.4.2. Geologi
Secara geologi, Kota Tangerang termasuk dalam Cekungan Jakarta bagian
Barat, yang tersusun oleh endapan alluvium pantai, endapan delta dan sebagian
tersusun dari material gunungapi, yang berada pada suatu tinggian struktur yang
dikenal dengan sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan tersier
yang memisahkan Cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan
Sunda di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan
39
Universitas Budi Luhur
berupa lipatan dan patahan normal, berarah utara-selatan. Di bagian timur
patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan
Sub Cekungan Jakarta (Jurnal Geologi Indonesia Vol.1, September 2006).
Batuan yang menutupi Kota Tangerang merupakan batuan kuarter
yang terdiri atas Tuf Banten yang tersusun atas tuf, tuf batu lempung, batu pasir
tufan; ditindih oleh endapan kipas alluvium yang terdiri atas pasir tufan berselingan
dengan konglomerat tufan; endapan pematang pantai yang terdiri atas pasir
halus-kasar, cangkang moluska; serta endapan alluvium yang terdiri atas
bongkah, kerakal, kerikil, pasir halus, dan lempung (Jurnal Geologi Indonesia Vol.1,
September 2006).
4.1.4.3. Klimatologi
Kota Tangerang merupakan daerah beriklim tropis. Kondisi klimatologi Kota
Tangerang dapat dilihat dari data temperatur (suhu) udara dan curah hujan pada
penelitian di Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang. Temperatur udara di Kota
Tangerang tahun 2009-2013 berada pada suhu 26,6 oC - 29,0 oC, dengan suhu
maksimum terjadi pada bulan April 2010 yaitu 29,0 oC dan suhu minimum pada
bulan Februari 2009 dan Januari 2013 yaitu 26,6 oC. Rata-rata temperatur udara di
Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2009-2013 adalah 27,7 oC.
40
Universitas Budi Luhur
4.2. Profil Narasumber
Pada penelitian ini terdapat 5 (Lima) unsur narasumber yang terdiri dari 8 orang
narasumber yang peneliti wawancara yaitu, satu orang dari KPAI, satu orang dari Duta Anak
Kota Tangerang atau Forum Anak Banten, satu orang dari Polres Metro Tangerang Kota,
empat orang dari pekerja anak kesenian ondel-ondel keliling, dan Pemilik ondel-ondel
keliling, berikut profil dari narasumber :
41
Universitas Budi Luhur
a. Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si
Bapak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si adalah salah satu karyawan yang ada di KPAI
sebagai Analis Pelayanan Publik, Pak Robert saat ini berusia (-/+) 40 tahun dan
bekerja di KPAI juga lumayan lama. Saat saya mewawancarai beliau tepat pada
tanggal 28 Maret 2019 mengenai penelitian Eksploitasi Pekerja Terhadap Anak Studi
Kasus Kesenian Ondel-ondel Keliling yang ada di Kota Tangerang, pak Robert juga
menjelaskan sedikit gambaran mengenai Tugas maupun Fungsi dari KPAI itu sendiri
yaitu ; menurut Undang-undang ya itu yang pertama melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan perlindungan Anak dan pemenuhan Hak Anak jadi fungsi
pengawasan memastikan bahwa semua terlindungi dan terpenuhi Hak-haknya entah
di sekolah maupun dilingkungan pendidikan maupun Masyarakat dan ada juga anak-
anak yang direhab dimana anak-anak itu direhabilitasi harus mendapatkan
perlindungan, selanjutnya adalah memberikan masukan pada perumusan kebijakan
tentang perlindungan anak, itu sedikit gambaranan mengenai Tugas maupun Fungsi
yang dijelaskan oleh pak Robert (Wawancara 28 Maret 2019).
Gambar 4.3 : Narasumber bernama Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si, foto diambil pada tanggal
28 Maret 2019, pukul 10.59 di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia di Wilayah
Menteng Jakarta Pusat.
42
Universitas Budi Luhur
b. Novita Sari
Novita Sari adalah Duta Anak Kota Tangerang Tahun 2018 dan setelah menjadi Duta
Anak Novita Sari juga tergabung dalam organisasi Forum Anak Kota Tangerang
maupun Forum Anak Banten, saat ini Novita berusia 18 Tahun dan tinggal di
Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang. Novita menjalankan tugasnya dengan terus
menyerap aspirasi-aspirasi dari anak-anak yang ada di Kota Tangerang lalu
menyampaikan ataupun menyalurkan pada Pemerintah agar terwujudnya Kota Layak
Anak Sedangkan Forum Anak adalah Organisasi yang memperjuangkan Hak-hak
anak yang bertugas mensosialisasikan hak dan kewajiban Anak ini ada 32 indikator
yang terbagi 4 dasar hak anak yaitu Hak Hidup, Perlindungan, Tumbuh Kembang,
dan Partisipasi. Organisasi Forum anak yang di ikuti oleh Novita ini di Naungi oleh
Dinas DP3AP2KB dan secara keseluruhan atau Nasional dinaungin oleh Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu Mamah yoo panggilan akrab
anak-anak atau yang sering disebut Mentri Yohana Yambise (Wawancara 2 April
2019).
Gambar 4.4 : Narasumber bernama Novita Sari, foto diambil pada tanggal 2 April 2019,
pukul 19.26 di Sekretariatan Forum Anak Kota Tangerang di Wilayah Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang, Banten.
43
Universitas Budi Luhur
c. Rumanti, S.H
Ibu Rumanti, S.H adalah Pejabat Sementara dibagian KANIT PPA Polres Metro
Tangerang Kota, ibu Rumanti ini berusia kisaran (-/+) 40 Tahun ke atas dan bu
Rumanti ini di amanahkan Sebagai Pejabat Sementara menggantikan Kepala Unit
sebelumnya karena ada pergeseran jabatan maka dari itu ibu Rumanti diamanahkan
sebagai Pejabat Sementara di KANIT PPA Polres Metro Tangerang Kota. Ibu Rumanti
ini di KANIT PPA memiliki wewenang maupun menangani kasus tentang tindak
pidana yang berhubungan dengan Perempuan dan Anak, baik anak sebagai korban,
sebagai saksi, maupun sebagai pelaku tindak pidana Kekerasan terhadap anak.
kekerasan terhadap anak itu bisa kekerasan fisik, psikis, dan bisa juga seksual
kemudian KDRT, penganiayaan terhadap perempuan dan semuanya yang
berhubungan dengan perempuan dan Anak (Wawancara 5 April 2019).
Gambar 4.5 : Narasumber bernama Rumanti,S.H., foto diambil pada tanggal 5 April 2019,
pukul 17.02 di Ruangan KANIT PPA Polres Metro Tangerang Kota di Wilayah Kecamatan
Tangerang Kota Tangerang, Banten.
44
Universitas Budi Luhur
d. Muhammad Reyhan & Wisnu Arya Kusuma
Reyhan & Wisnu adalah pemain kesenian ondel-ondel yang ada di Kota Tangerang,
pada saat ini Reyhan berusia 15 Tahun dan sekolah kelas 2 SMP di Al-Ihsan Kodam
Bintaro sedangkan Wisnu berusia 9 Tahun dan sekolah di SDN 01 Kampung Sawah,
Reyhan dan Wisnu Tinggal di wilayah Pondok Kacang. Orang tua mereka bekerja
sebagai supir dan ada juga sebagai penjaga usaha Warungnya sendiri dan rata-rata
gaji dari orang tuanya dibawah 1,5 juta/bulan. Kalau Reyhan dan Wisnu biasanya
kalau ngarak ondel-ondel mulai dari jam 5 sore sampai jam 11 malam maksimal dan
mereka setiap pulang dari ngarak ondel-ondel mereka harus nyetor Penghasilan
mereka kepada Bosnya.
Gambar 4.6 : Narasumber bernama Reyhan & Wisnu, foto diambil pada tanggal 22 April
2019, pukul 19.24 di tempat makan Meet Up di Wilayah Kecamatan Larangan Kota
Tangerang, Banten.
45
Universitas Budi Luhur
e. Sadi & Adit Ramadhan
Sadi & Adit Ramadhan ini adalah Pekerja Kesenian Ondel-ondel yang ada di kota
tangerang, saat ini Sadi berusia 15 tahun dan sekolah di Makarya kelas 3 SMP
sedangkan Adit berusia 13 tahun dan sekolah kelas 6 SD mereka Tinggal diwilayah
Taman Asri, Sungguh miris sekali ternyata mereka sudah tidak lagi sekolah
dikarenakan biaya sekolah yang cukup tinggi ditambah mereka ternyata bekerja
sebagai Pekerja Kesenian Ondel-ondel keliling untuk memenuhi kebutuhan keluarga
maupun dirinya sendiri. Mereka mulai bekerja kisaran jam 5 sore sampai jam 10
malam baru mereka selesai ngarak ondel-ondel dan setelah itu merekapun masih
harus menyetorkan uang hasil bekerja mereka pada bos mereka dan sekaligus
mengembalikan ondel-ondel yang mereka gunakan.
Gambar 4.7 : Narasumber bernama Sadi & Adit Ramadhan, foto diambil pada tanggal 23
April 2019, pukul 21.40 di Wilayah Kecamatan Ciledug Kota Tangerang, Banten.
46
Universitas Budi Luhur
f. Bang Chandra
Bang Chandra adalah salah satu orang yang memiliki ondel-ondel, saat ini bang
Chandra burusia 29 tahun dan tinggal diwilayah Taman Asri Kecamatan Larangan
Kota Tangerang Provinsi Banten, Bang Chandra saat ini memiliki 5 (lima) ondel-ondel
untuk disewakan pada anak-anak supaya bisa mencari uang dan untuk ondel-ondel
ditempat bang Chandra ini termasuk didalam Sanggar Betawi Bintang Fadli yang
mengelola ondel-ondel tersebut. bang Chandra memiliki niatan yang baik kenapa dia
memperkerjakan anak-anak tersebut selain memang bang candra juga mencari
tambahan ekonomi untuk dirinya dan ingin melestarikan Budaya ondel-ondel tapi
caranya yang dia lakukan adalah salah dengan memperkerjakan anak dengan tidak
sesuai prosedur.
Gambar 4.8 : Narasumber bernama Bang Chandra pemilik ondel-ondel keliling, foto diambil
pada tanggal 26 Mei 2019, pukul 16.53 di Wilayah Kecamatan Larangan Kota Tangerang,
Banten.
47
Universitas Budi Luhur
g. Pak Anta Achmad Zaenudin, S.Ip
Anta Achmad Zaenudin, S.Ip ini adalah Kasie Rehabilitasi Anak dan Lansia Dinas
Sosial Kota Tangerang, beliau saat ini berusia kisaran 50 tahunan dan beliau saat ini
tinggal di wilayah Deplu depan Universitas Budi Luhur, pak Anta ini di Dinas Sosial
Kota Tangerang termasuk senior diantara yang lainnya dan beliau juga sudah sering
kali melakukan pembinaan terhadap anak-anak jalanan, pengamen, pengemis, anak
dalam gangguan jiwa (ODGJ) dll, biasanya anak-anak seperti itu dari pihak Satpol PP
setiap seminggu atau dua minggu sekali melakukan razia di wilayah-wilayah kota
Tangerang dan setelah melakukan razia dibawa ke Dinas Sosial Kota Tangerang
untuk dilakukan pembinaan dan pelatihan selama kurang lebih tiga sampai sepuluh
hari setelah itu aka nada pemanggilan orang tua mereka untuk dikembalikan
bersama keluarganya.
Gambar 4.9 : Narasumber bernama Anta Achmad Zaenudin, S.Ip menjabat sebagai Kasie
Rehabilitasi Anak dan Lansia Dinas Sosial Kota Tangerang, foto diambil pada tanggal 14 Juni
2019, pukul 13.36 di Kantor Dinas Sosial di Wilayah Kecamatan Neglasari Kota Tangerang,
Banten.
48
Universitas Budi Luhur
4.3. Hasil Temua Data Wawancara Dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Penulis berhasil mewawancarai informan yakni seorang Analis Pelayanan Publik di KPAI
bernama Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si. informan tersebut seorang laki-laki berusia kisaran
40 tahunan. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan, beliau memberitau
mengenai Tugas dan Fungsi dari KPAI itu sendiri. Berikut pernyataan dari bapak Robert
B.Triyana, S.Sos, M.Si. :
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa pelaporan ke KPAI itu lebih banyak secara online
dibandingkan secara Langsung, Berikut pernyataan dari bapak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si:
“kalo secara langsung dalam satu hari mungkin kisarannya antara 10 sampai
15 atau 7 sampai 15 maksimal yang offline, yang online justru lebih banyak
atau yang lewat media cetak ya. Kemudian berikutnya adalah kita juga
menerima pengaduan masyarakat ya kita menerima pengaduan orang datang
kita terima, kemudian kita juga punya tugas atau fungsi untuk mediasi kasus
tapi mediasi bukan kasus pidana tapi kasus perdata misalnya anak tidak
sekolah atau tidak boleh sekolah karena di skors karena tidak membayar itu
kita mediasi, atau ada anak masuk rumah sakit dan tidak bisa membayar
anaknya disandra nah itu kita mediasi itu tugas kita. Kemudian berikutnya
melakukan kerjasama dengan lembaga yang lain jadi kita ini bukan lembaga
pelaksana kalo ada datang ketempat kami mengadu kitakan harus rujuk ke
lembaga-lembaga terkait.”
Kemudian bapak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si. menjelaskan bahwa di KPAI ini
menangani 9 bidang kasus yaitu Sosial dan Anak dalam situasi darurat, Keluarga dan
Pengasuhan Alternatif, Agama dan Budaya, Hak Sipil dan Partisipasi, Kesehatan dan Napza,
49
Universitas Budi Luhur
Pendidikan, Pornografi dan Cyber Crime, dan Anak Berhadapan Hukum. Berikut pernyatan
dari bapak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si. :
“KPAI inikan ada 9 bidang nih ya, mulai yang pertama mengenai bidang
Agama dan Budaya, budaya berarti itu kasusnya terkait anak-anak yang
dilibatkan dalam kegiatan terorisme seperti kasus yang dijawa timur yang lalu
kan terorisme, itu atau misalkan kasus kekerasan yang berbasis yang berbasis
pesantren itukan wilayah Agama ya mas ya yang kedua kasusnya adalah
terkait pengasuhan dalam keluarga atau pengasuhan alternatif ada gak anak-
anak yang kemudian tidak bisa bertemu ayah atau ibunya karena mereka
bercerai kemudian anaknya sampai disembunyikan itu masuk hak akses
termasuk itu juga misalnya ada gak kasus kekerasan berbasis di panti Asuhan
itu masuknya alternatif ya mas ya itu yang kedua, yang ketiga kasus yang
cukup banyak anak-anak yang menjadi korban disekolah, misalnya guru
memberikan sanksi namun tidak mengandung unsur pendidikan tapi lebih
pada kekerasan misalnya anak disuruh push up, kelililing lapangan, dll atau
anak dikeluarkan oleh sekolah karena melanggar aturan itukan perlu ditinjau
ulang jugakan atau kasus-kasus terkait bullying dengan senior ke junior itu
yang kita tanganin mas. Kemudian terkait dengan bidang cyber dan pornografi
anak-anak kemudian yang kecanduan pornografi itu kita tangani juga itu yang
ke empat ya mas. Kemudian yang kelima terkait dengan kasus anak-anak
tidak mempunyai akte kelahiran tidak mempunyai hak sipil itukan penting
karena anak kalau punya aktekan terkait hak-hak berikutnya dengan hak
pendidikan, ha katas kesehatan, nanti kalau mau menikah juga dibutuhkan,
untuk kerja dibutuhkan syarat akte kelahiran nantinya akte menjadi sesuatu
yang penting. Kemudian terkait lagi dengan ABH atau Anak yang Berhadapan
Hukum anak-anak yang berhadapan hukum itu misalnya anak-anak yang
melakukan pengeroyokan dan sebagainyalah yak yang melakukan tindakan
pidana criminal pembunuhan itukan juga kita tangani. Kemudian ada lagi
dengan bidang kesehatan dan Napza itu juga jadi bidang KPAI. Kemudian
berikutnya adalah bidang trafficking dan eksploitasi termasuk tadi anak-anak
yang ikut kegiatan budaya ondel-ondel itu kegiatan budaya yang mengandung
unsur eksploitasi ondel-ondelnya itu budaya tapi kemudian anak disitu anak-
anak disuruh bekerja terhambat atas kegiatan belajar dan sebagainya itu
termasuk eksploitasi apalagi kalo itu rutin perjalanan yang cukup jauh dari
sore sampai malam itukan eksploitasi. Kemudian satu lagi bidang sosial dan
bencana anak-anak yang dipengungsian, anak-anak yang terlibat konflik sosial
kaya gitu-gitu kan jadi ada sembilang bidang yang kita tangani di KPAI.”
Dilihat dari pernyataan pak Robert diatas bahwa kasus Eksploitasi Anak pada kasus
Kesenian ondel-ondel merupakan bagian yang ditangani oleh KPAI, pak Robert juga
memberikan tanggapan bahwa anak yang dipekerjakan sudah diatur dalam ILO 138 dan 182,
Berikut pernyataan dari pak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si. :
“Yang jelas sebenarnya anak boleh bekerja itu ada aturannya nanti bisa dibaca
konvensi ILO 138 dan 182 anak-anak yang boleh bekerja itu untuk pekerjaan-
pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak
50
Universitas Budi Luhur
harus diupayakan tidak boleh kurang dari 18 (delapan belas) tahun. Sedangkan
untuk pekerjaan ringan tidak boleh kurang dari 16 (enam belas) tahun.”
Dari pernyataan pak Robert diatas berdasarkan Konvensi ILO 138 dan 182 anak itu
tidak bisa bekerja sembarangan dikarenakan semuanya sudah diatur pada peraturan yang
ada mulai dari usia anak boleh bekerja maupun waktu bekerja anak, maka dari itu anak tidak
boleh sembarangan dipekerjakan karena itu bisa menjadi Kasus eksploitasi terhadap anak.
Pak Robert juga memberikan pernyataan bahwa anak itu tidak sadar apabila menjadi
korban dari eksploitasi yang dikemas budaya maka dari itu beliau mengusulkan sebaiknya
anak bekerja sebagai kesenian ondel-ondel keliling pada moment-moment tertentu yang
sekiranya itu lebih layak untuk anak. Berikut pernyatan dari bapak Robert B.Triyana, S.Sos,
M.Si. :
“Saya sepakat dengan melestarikan budaya tapi kita lihat juga caranya apakah
harus dengan cara itu ? ada gak cara-cara lain misalnya ada momen-momen
tertentu misalnya dalam rangka ulang tahun Jakarta mereka bisa terlibatkan
dalam ulang tahun Jakarta mengisi diacara tersebut, kalau inikan budaya
dijadikan alat eksploitasi gitu loh karena kalau kita lihat ondel-ondel itu tidak
semunya pakai ondel-ondel ada juga anak bawa dorongan musik tidak
membawa ondel-ondel kadang-kadang mereka hanya membawa lidi yang
dikasih kertas berwarna sudah itu saja, jadi kalau aku lihat kemasannya adalah
budaya tapi tujuannya adalah eksploitasi.”
Dalam hal ini kita perlu sekali mengetahui mengapa kasus ini marak sekali terjadi
dimana-mana khususnya di wilayah Kota Tangerang banyak sekali anak-anak yang
mengarak ondel-ondel mulai dari sore hari hingga malam hari banyak sekali anak-anak yang
berkeliaran untuk bekerja sebagai Kesenian Ondel-ondel keliling ini, pada kasus ini pak
Robert memberikan pernyataan Faktor utama yang melatarbelakangi maraknya kasus
pekerja anak dalam kesenian Ondel-ondel keliling. Berikut pernyataan dari bapak Robert
B.Triyana, S.Sos, M.Si. :
51
Universitas Budi Luhur
kalau tidak salah itu ada anak di NTT dua anak kakak beradik baca di media
sosial itu dua anak kemudian direkrut untuk dipekerjakan disana dan sehari
harus setor sekian itukan terjadi juga.”
Pada pernyataan diatas kita mengetahui ternyata faktor Kemiskinan atau faktor
ekonomi sangatlah mempengaruhi pada eksploitasi terhadap anak sehingga banyak sekali
saat ini anak-anak yang dipekerjakan untuk mencari uang demi kebutuhan pribadi maupun
keluarga, selain Faktor ekonomi juga ada dampak dari bekerja tersebut pada dampak
Pendidikan bagi anak. Berikut pernyataan dari bapak Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si. :
“Dampaknya juga perkembangan anak akan terganggu, tidak bisa fokus, anak
menjadi agresif, anak menjadi tempramen, dampaknya banyak tergantung
konteks anak yang mana dulu karena masing-masing jenis kekerasan itu
berdampak beda-beda gitu.”
Sungguh ironi sekali melihat faktor yang melatarbelakangi pekerja anak tersebut
hingga dampak yang bisa terjadi, dalam hal ini pak Robert memberikan solusi maupun pesan
terhadap kita semua secara umum maupun khusus terhadap anak-anak agar kedepannya
anak-anak Indonesia bisa lebih baik lagi dan tidak ada eksploitasi terhadap anak dalam
Pekerja anak kesenian ondel-ondel keliling. Berikut pernyataan dari bapak Robert B.Triyana,
S.Sos, M.Si. :
“Yang pertama perlunya harus melakukan sosialisasi yang masiv tentang Undang-
undang perlindungan anak karena undang-undang itu mengatur dengan jelas
tentang larangan-larangan tentang peran masyarakat yang kita harapkan kalau
ada sosialisasi masiv undang-undang perlindungan anak orang tua jadi tau bahwa
mempekerjakan adalah pelanggaran tindakan pelawanan hukum itu yang
pertama, yang kedua yang dilakukan bagaimana juga memberikan edukasi
kepada orang tua bagaimana tentang pengasuhan karena seringkali anak-anak itu
ikut kegiatan karena faktor lingkungan sehingga orang tuanya tidak bisa
mengendalikan, jika orang tuanya tau bagaimana mengasuh anaknya pasti orang
tuanya memiliki kemampuan mendidik anaknya untuk tidak bekerja. Terkadang
itu juga kemauan dari anaknya orang tuanya juga tak sanggup untuk mengatakan
kamu Jangan! Kamudian yang penting juga saya kira orang tua harus memulai
peka terhadap perkembangan anaknya, media sosial sekarangkan begitu pesat
apa saja informasi ada dan kemudian semua pihak harus terlibat seperti lembaga
pendidikan, lemabaga hukum kepolisian, dan termasuk lembaga yang
menyediakan layanan pada korban diharapkan bisa professional dan yang di
rehab bisa sembuh.”
52
Universitas Budi Luhur
Tabel 4.3 : Tabel Kasus Pengaduan Anak
4.4. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan Duta Anak Kota Tangerang atau
Forum Anak Kota Tangerang.
Penulis berhasil mewawancarai informan yakni seorang Duta Anak Kota Tangerang
serta Pengurus Forum Anak Kota Tangerang dan Forum Anak Banten, Informan tersebut
bernama Novita sari dan berjenis kelamin perempuan dan saat ini berusia 18 tahun. pada
wawancara ini Novita menjelaskan tugas dan fungsi dari duta anak maupun Forum Anak,
Berikut pernyataan dari Novita Sari :
“Okey,, Duta itu adalah seseorang yang diutus oleh suatu lembaga untuk
melaksanakan tugas khusus, sedangkan duta anak adalah yaitu seseorang yang
membantu pemerintah untuk mewujudkan Kota Layak Anak dari Duta anak ini
sendiri mulai dari Kecamatan, Tingkatan Kota atau Kabupaten, Provinsi, Nasional,
bahkan ASEAN. Sedangkan Forum Anak adalah Organisasi yang memperjuangkan
Hak-hak anak yang bertugas mensosialisasikan hak dan kewajiban Anak ini ada
32 indikator yang terbagi 4 dasar hak anak yaitu Hak Hidup, Perlindungan,
Tumbuh Kembang, dan Partisipasi. Tugas Kita itu menyalurkan aspirasi kepada
pemerintah agar aspirasi mereka terdengar oleh pemerintah jadi kita insya Allah
mengusahakan hak-hak dan kewajiban anak di kota Tangerang dapat terwujud.”
Melihat pernyataan informan diatas bahwa tugas maupun fungsi Duta Anak maupun
Forum Anak untuk menyuarakan Aspirasi Anak agar Hak-hak anak dapat terpenuhi dengan
baik, selain itu Informan juga memberikan pendapatnya maupun pandangannya mengenai
anak yang dipekerjakan sebagai Kesenian Ondel-ondel keliling yang ada di Kota Tangerang,
Berikut pernyataan dari Novita Sari :
53
Universitas Budi Luhur
“Kesenian ini ada beberapa faktor ya diantaranya itu orang tua kurangnya
pendidikan pada saat dahulu atau kurangnya sosialisasi dari pemerintah sehingga
mempekerjakan anak bahkan dalam Undang-undang Ketenagakerjaan itu pekerja
anak tidak boleh melebihi dari 3 jam, kemudian ada faktor ekonomi sehingga
mempergunakan anak untuk mencarikan rezekinya. pandangan orang tua anak itu
dinilai sangat tertarik menarik perhatian orang-orang, dengan anak itu kita ini
contohnya melihat anak-anak yang bekerja sebagai kesenian ondel-ondel banyak
yang memberikan duit, padahal dimana seseorang yang bijak dengan orang yang
baik itu beda karena orang yang baik sudah pasti memberikan uang pada anak
tersebut tanpa dia mengetahui asal-usul anak tersebut apakah dia disuruh orang
tuanya atau ingin melestarikan budaya, sedangkan orang yang bijak orang yang
berfikir secara leluasa bertindak yaitu dia memikirkan kenapa anak tersebut bisa
bekerja sebagai ondel-ondel keliling.”
Pada pernyataan diatas bahwa novita menjelaskan bahwa faktor pendidikan dan
ekonomi sangat berpengaruh pada anak, selain itu dalam pernyataannya informan
menjelaskan mengenai dampak-dampak dari Pekerja Anak dan Novita juga meberikan pesan
bagi anak-anak bangsa ini. Berikut pernyataan dari Novita Sari :
“Dampak yang bisa terjadi itu sekolah si anak dapat terganggu bahkan masa
depan anak tersebut tidak dapat dikatakan akan sukses, kemudian faktor ekonomi
anak tersebut tidak akan naik jika mengandalkan pekerja si anak, kemudian anak
itu dewasa sebelum waktunya dan hak-hak anak itu tidak terpenuhi secara optimal.
Pesan saya untuk Anak-anak Kota Tangerang berfikirlah jernih untuk masa depan
kalian, boleh kalian melestarikan budaya tetapi tidak menggunakan pekerjaan
anak, tetap semangat kemudian semoga hak-hak dan kewajiban anak Kota
Tangerang dapat terpenuhi dan dapat menjadi Kota Layak Anak.”
54
Universitas Budi Luhur
4.5. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan KANIT PPA Polres Metro Tangerang
Kota
Penulis berhasil mewawancarai informan yakni seorang KANIT PPA Polres Metro
Tangerang Kota bernama Rumanti, S.H. informan tersebut seorang perempuan berusia
kisaran 40 tahunan. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan beliau memberitau
mengenai jenis-jenis apa saja bidang atau kasus yang pernah ditangani. Berikut pernyataan
dari ibu Rumanti, S.H :
“Khususnya melayani tentang tindak pidana yang berhubungan dengan Perempuan
dan Anak, baik anak sebagai korban, sebagai saksi, maupun sebagai pelaku tindak
pidana, Kekerasan terhadap anak sebab kekerasan terhadap anak itu bisa
kekerasan fisik, psikis, dan bisa juga seksual kemudian KDRT, penganiayaan
terhadap perempuan dan semuanya yang berhubungan dengan perempuan dan
Anak.”
Berdasarkan wawancara diatas bersama KANIT PPA Polres Metro Tangerang Kota
mengenai bidang-bidang yang di tangani tentang tindak pidana anak dan perempuan, selain
itu juga ibu Rumanti, S.H memberikan tanggapannya terkait kasus eksploitasi pekerja
terhadap anak kesenian ondel-ondel keliling, Berikut pernyataan dari ibu Rumanti, S.H :
“Sebenarnya yang mas sampaikan itu kategori usia dibawah 18 tahun termasuk
anak yang berada didalam kandungan, kalau sebagai pemain ondel-ondel
kemungkinan ada namun anak sebenarnya boleh bekerja tapi batasannya sehari 3
jam, kalau mungkin kalau konteksnya bermain ondel-ondel kan tidak lama dan tidak
menggangu aktifitasnya sekolah bisa juga setelah pulang sekolah bermain ondel-
ondel kan itu bisa juga mendidik dia juga dalam jiwa seninya, daripada dia main
yang tidak jelas karena dia hobbynya seni sehingga dia terjun bermain ondel-ondel
itu, mungkin dari kesenangnya sendiri.”
Pada pernyataan dari ibu Rumanti, S.H berpendapat bahwa anak boleh saja
dipekerjakan untuk membantu perekonomian keluarga yang masih rendah dan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan itu juga sudah diatur dalam perundang-undangan
Ketenagakerjaan dan International Labor Organization (ILO) maka dari itu anak tidak bisa
dipekerjakan sembarangan karena anak juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
dan tumbuh kembang juga seperti yang tercantum pada Undang-undang Perlindungan Anak
Nomor 35 Tahun 2014, di Kota Tangerang Kasus terkait anak juga sedang marak terjadi dan
itu dibuktikan degan Tabel pelaporan kasus di Kota Tangerang, Berikut data Kasus Anak di
Kota Tangerang :
55
Universitas Budi Luhur
TABEL 4.4. : DATA LAPORAN KDRT & PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGANI
OLEH POLRES METRO TANGERANG KOTA TAHUN 2018
No BULAN KASUS
KDRT PERSETUBUHAN PENCABULAN KEKERASAN LAIN-LAIN
TERHADAP ANAK
1 Januari 5 4 1 2 12
2 Februari 5 2 0 1 7
3 Maret 0 2 1 5 8
4 April 6 3 2 3 9
5 Mei 4 5 1 2 7
6 Juni 6 1 2 2 7
7 Juli 7 2 1 2 7
8 Agustus 4 5 2 4 12
9 September 9 2 2 1 7
10 Oktober 8 6 0 1 8
11 November 4 1 1 1 10
12 Desember 6 4 0 2 5
JUMLAH 64 37 13 26 99
Sumber : KANIT PPA Polres Metro Tangerag Kota, dan diolah oleh Penulis.
Berdasarkan Data diatas kita mengetahui bahwa kasus Laporan terkait anak cukup
banyak setiap bulannya terjadi di Kota Tangerang dengan jumlah 179 kasus pada Tahun
2018, namun didalam table tersebut tidak ada satupun Laporan Eksploitasi Terkait Pekerja
Anak dalam kesenian Ondel-ondel yang sedang marak terjadi di Kota Tangerang dan itu
menunjukan bahwa anak tersebut tidak sadar dan kurang pahamnya masyarakat terkait
kejahatan Eksploitasi Pekerja Anak.
56
Universitas Budi Luhur
4.6. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan Reyhan & Wisnu Pekerja Anak
Kesenian Ondel-ondel Keliling
Selanjutnya informan memberitahu bahwa mereka saat ini tinggal masih bersama orang
tua dan ada juga yang tinggal bersama saudara mereka. Berikut pernyataan dari Informan
tersebut :
Pada temuan data selanjunya penulis mendapatkan informasi dari informan mengenai
motivasi atau tujuan mereka ngarak ondel-ondel setiap harinya itu untuk apa. Berikut
pernyataan dari Informan tersebut :
Pada temuan data selanjutnya penulis mendapatkan informasi bahwa informan Pekerja
Anak tersebut tidak merasa dimanfaatkan atau merasa di eksploitasi oleh Bos atau pemilik
Ondel-ondel keliling tersebut karena merasa dari Bosnya tersebut masih memperhatikan
Hak-haknya sebagai anak. Berikut pernyataan dari informan tersebut :
“Gak kok, soalnya Bos saya ngerti kalo mau sekolah ya sekolah jangan
ngarak ondel-ondel terus dan pentingin sekolah jangan ngarak ondel-ondel”
Pada temuan data diatas penulis mendapatkan informasi dan dapat menyimpulkan
bahwa Anak tersebut ngarak ondel-ondel karena faktor utamanya adalah tuntutan ekonomi
yang kurang dan mereka mengerjakan itu semuanya tidak sedikitpun merasa menjadi korban
eksploitasi pekerja anak.
57
Universitas Budi Luhur
4.7. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan Sadi & Adit Ramadhan Pekerja Anak
Kesenian Ondel-ondel Keliling
Selanjutnya penulis juga mendapatkan informasi bahwa mereka ternyata tidak sekolah
dikarenakan sudah tidak ada lagi biaya dari orang tuanya untuk membiayai mereka sekolah.
Berikut pernyataan dari informan tersebut :
Pada temuan data selanjutnya penulis mendapatkan informasi bahwa mereka biasanya
sehari bisa mendapatkan minimal 300 ribu dan maksimal bisa sampai 700 ribu dalam sehari.
Berikut pernyataan dari informan tersebut :
“paling minimal 300, 400 gitu biasanya juga 700, 500 dapetlah kalo
keluarnya dari jam 3 gitu”
Pada temuan data selanjutnya penulis juga mendapatkan informasi bahwa mereka
sudah bekerja kurang lebih sudah sampai 3 tahun lamanya. Berikut pernyataan informan
tersebut :
58
Universitas Budi Luhur
4.8. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan Bang Chandra Pemilik Ondel-ondel
Keliling
Pada temuan data diatas kita mengetahui anak sangatlah mudah dijadikan korban
untuk eksploitasi pekerja anak yang dilakukan oleh orang dewasa dan dengan mengarak
ondel-ondel ini dapat melestarikan budaya ondel-ondel yang ada.
59
Universitas Budi Luhur
4.9. Hasil Temuan Data Wawancara Dengan Pak Anta Achmad Zaenudin, S.Ip
Dinas Sosial Kota Tangerang
Pada penelitian ini Penulis berhasil mewawancarai informan yakni dari Dinas Sosial Kota
Tangeran, informan tersebut berusia kurang lebih 50 sampai 60 tahun. Berdasarkan hasil
wawancara yang penulis dapatkan beliau memberitau bahwa di Dinas Sosial memiliki 39tiga)
bidang. Berikut pernyataan dari informan tersebut :
“di Dinas Sosial Kota Tangerang ada 3 Bidang yaitu Rehabilitasi,
Pemberdayaan, dan Perlindungan.”
Selanjutnya informan juga memberitahu biasanya itu dari satpol pp merazia anak
jalanan, pengamen, pengemis dll untuk diberikan ke Dinas Sosial dan dari Dinas Sosial
membinanya setelah itu mengembalikannya ke orang tua mereka. Berikut pernyataan
informan tersebut :
60
Universitas Budi Luhur
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Analisis kasus kejahatan eksploitasi anak dalam fenomena kesenian Ondel-
ondel keliling di kota Tangerang dalam sudut pandang Teori Pilihan Rasional.
Berdasarkan jurnal diatas kita mengetahui bahwa ternyata orang tua ataupun
keluarga dengan tekanan kebutuhan ekonomi dapat membuat pilihan yang rasional atau
masuk di akal agar dapat menambah pemasukan keluarga dengan cara menyuruh anak-
anaknya bekerja sesuai pada Rational Choice Theory yang menyatakan bahwa Manusia
adalah aktor yang rasional. Selain itu pekerja anak dalam kesenian Ondel-ondel keliling juga
ada yang bekerja karena keinginan sendiri, berikut pernyataan dari informan tersebut :
61
Universitas Budi Luhur
“Keinginan sendiri gitu, daripada dirumah diem mendingan nyari duit
biar gak nyusahin orang tua gitu gak sekolah yakan daripada diem
dirumah.”1
“Awalnya itu permintaan anak-anak sini aja sih yang pada nongkrong
pada dateng kerumah mau ngarak ondel-ondel nyari duit buat jajan
atau buat makan sehari-hari, awalnya sih gitu dan lumayan jugakan
setiap mereka ngarak hasilnya dibagi rata sama kita jadi Simbiosis
Mutualisme buat nambahin pemasukan kita jugakan, selain itu sih kita
untuk melestarikan budaya juga sih kan kalo didaerah jakarta itu udah
gak boleh yak buat dijadiin pengamen ondel-ondel dan disini adat
betawi itu semakin menghilang jadinya kita memperkenalkan dengan
anak-anak ngarak ondel-ondel dan diacara-acara pernikahan maupun di
Festival.”3
Selain itu prinsip dari teori pilihan rasional yaitu suatu Keputusan yang diambil aktor
adalah puncak dari analisis biaya manfaat dari berbagai tindakan yang tersedia baginya pada
satu titik waktu tertentu, berikut pernyataan dari informan tersebut :
Pada prinsip rational choice theory harapan yang diinginkan ini adalah antisipasi dari
rasa sakit atau kesenangan yang mengarahkan keputusan agar dikemudian hari tidak ada
rasa kekecewaan. Berikut pernyataan dari informan tersebut :
1
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
2
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
3
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
4
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
5
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
62
Universitas Budi Luhur
mengganggu proses respons somatik dan emosional telah dikaitkan dengan berbagai
perilaku antisosial (Bechara, Damasio, & Damasio, 2000).
Pada pernyataan di atas kita mengetahui bahwa ternyata anak-anak selain disuruh
orang tuanya juga ada yang karena keinginan sendiri sebab mereka tau akan kebutuhan
ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, anak-anak melakukan hal tersebut dikarena ingin
memenuhi kebutuhannya dan juga ingin melestarikan budaya ondel-ondel. Berikut
pernyataan informan tersebut :
“bisa juga bisa, menurut saya ada salah satunya juga karena ingin
melestarikan budaya mungkin dari nenek moyangnya sudah memainkan
ondel-ondel jadinya ke anak keturunannya kepingin juga justru malah
besar dari situ pengaruhnya.”8
Karena orang dewasa itu gengsi sih, karena disini juga jarang yang
ngarak ondel-ondel orang dewasa dan kebanyakan anak-anak yang
mau ngarak ondel-ondel selain itu kita juga gak pilih-pilih siapa yang
6
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
7
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
8
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
9
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
63
Universitas Budi Luhur
mau dateng kesini buat nyari duit tapi kita gak maksa buat ngarak.
Selain itu kalo orang dewasa selain gengsi kebanyakan mereka sudah
punya pekerjaan lain kalo anak-anak kita utamain yang biasanya putus
sekolah untuk nyari duit, kasian jugakan dia gak punya ijazah SD, SMP,
SMA makanya kita bantu buat nyari duit dengan ngarak ondel-ondel
dan syukur-syukur juga kalo dia punya pekerjaan sampingan lainnya
dan bisa beralih ke yang lebih baik lagi. 10
Melihat pernyataan diatas kita mengetahui bahwa orang dewasa lebih gengsi
dibandingkan anak-anak itu melakukan keputusan menjadi pekerja kesenian ondel-ondel
keliling. Hal yang melatarbelakangi sistem atau model dari suatu masyarakat modern,
adalah derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan- kegiatan dalam
masyarakat demikian terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang
objektif (impersonal) dan efektif (utilitarian), ketimbang yang sifatnya primordial, seremonial
atau tradisional. Pada pernyataan informan di atas kita mengetahui bahwa orang-orang
dewasa memilih untuk tidak mengarak ondel-ondel karena merasa gengsi ketika melakukan
itu. Selain itu juga perlu kita ketahui seharusnya anak-anak tidak boleh bekerja seperti itu
karena dapat membahayakan keselamatan mereka walaupun dengan alasan untuk mencari
uang ataupun melestarikan budaya sekalipun. Berikut pernyataan dari Informan tersebut :
“Saya sepakat dengan melestarikan budaya tapi kita lihat juga caranya
apakah harus dengan cara itu ? ada gak cara-cara lain misalnya ada
momen-momen tertentu misalnya dalam rangka ulang tahun Jakarta
mereka bisa terlibatkan dalam ulang tahun Jakarta mengisi diacara
tersebut, kalau inikan budaya dijadikan alat eksploitasi gitu loh karena
kalau kita lihat ondel-ondel itu tidak semunya pakai ondel-ondel ada
juga anak bawa dorongan musik tidak membawa ondel-ondel kadang-
kadang mereka hanya membawa lidi yang dikasih kertas berwarna
sudah itu saja, jadi kalau aku lihat kemasannya adalah budaya tapi
tujuannya adalah eksploitasi.”11
Menurut Coleman yang mengembangkan teori pilihan rasional yang mana individu
tersebut membuat sebuah tindakan atau pilihan untuk memenuhi sebuah tujuan yang ingin
dia capai. Tujuan tersebut bisa tercapai dengan menggunakan sumber daya yang dia miliki
dan memaksimalkan kegunaan dari sumber daya tersebut. rasionalitas sendiri menurut
Coleman antara individu yang satu dengan individu yang lain itu tidak sama karena
dipengaruhi oleh cara memandang suatu permasalahan yang berbeda. Rasional menurut
10
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
11
Wawancara dengan Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si di KPAI, pada Tanggal 28 Maret 2019
64
Universitas Budi Luhur
seseorang dan tidak rasional menurut orang lain. Semua itu seharusnya dikembalikan kepada
pelaku tersebut jangan menghukurnya dari sudut pandang orang lain (Coleman, 2011:21),
pada pernyataan informan menyatakan bahwa orang tua anak tersebut memberikan izin
kepada anak untuk bekerja dan dari pemilik ondel-ondel memfokuskan pekerja anak pada
anak-anak yang putus sekolah. Berikut pernyataan dari informan :
“orang tuanya tau. Selama mereka ngarak ondel-ondel disini gak ada
masalah dari orang tua mereka kecuali kalo anaknya masih sekolah
biasanya kita larang apalagi kalo sampe mereka bolos-bolos sekolah
kita larang gak kita izinin disini khusus orang-orang yang putus sekolah
karena kalo orang-orang yang sekolah itu menggangu pelajaran
mereka.”
“Awalnya itu permintaan anak-anak sini aja sih yang pada nongkrong
pada dateng kerumah mau ngarak ondel-ondel nyari duit buat jajan
atau buat makan sehari-hari, awalnya sih gitu dan lumayan jugakan
setiap mereka ngarak hasilnya dibagi rata sama kita jadi Simbiosis
Mutualisme buat nambahin pemasukan kita jugakan, selain itu sih kita
untuk melestarikan budaya juga sih kan kalo didaerah jakarta itu udah
gak boleh yak buat dijadiin pengamen ondel-ondel dan disini adat
betawi itu semakin menghilang jadinya kita memperkenalkan dengan
anak-anak ngarak ondel-ondel dan diacara-acara pernikahan maupun di
Festival.”12
“Karena orang dewasa itu gengsi sih, karena disini juga jarang yang
ngarak ondel-ondel orang dewasa dan kebanyakan anak-anak yang
mau ngarak ondel-ondel selain itu kita juga gak pilih-pilih siapa yang
mau dateng kesini buat nyari duit tapi kita gak maksa buat ngarak.
Selain itu kalo orang dewasa selain gengsi kebanyakan mereka sudah
punya pekerjaan lain kalo anak-anak kita utamain yang biasanya putus
sekolah untuk nyari duit, kasian jugakan dia gak punya ijazah SD, SMP,
12
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
65
Universitas Budi Luhur
SMA makanya kita bantu buat nyari duit dengan ngarak ondel-ondel
dan syukur-syukur juga kalo dia punya pekerjaan sampingan lainnya
dan bisa beralih ke yang lebih baik lagi.”13
Pada pernyataan-pernyataan dari informan maupun kutipan dari jurnal ternyata perlu
kita ketahui dari pelaku memiliki lemahnya control diri dan adanya peluang yang membuat
kesempatan pelaku melakukan kejahatan dan faktor utama yang membuat pilihan rasional
mereka adalah faktor ekonomi sehingga ada yang mebuat keputusan untuk mempekerjakan
anaknya untuk menambah ekonomi ataupun ada yang dengan keinginan sendiri ingin
mencari uang demi membantu keluarga dan memenuhi kebutuhannya sendiri, namun
apapun alasan mereka dengan menentukan untuk bekerja seperti itu tidak dibenarkan
karena dapat merenggut hak-hak mereka sebagai anak dan mengancam kesehatan serta
keselamatan mereka dimasa yang akan datang.
5.2. Analisis kasus kejahatan eksploitasi anak dalam fenomena kesenian Ondel-
ondel keliling di kota Tangerang dalam sudut pandang Routine Activity
Theory (Teori Aktivitas Rutin).
Routine Activity Theory (Teori AKtivitas Rutin) menjelaskan bahwa secara tidak
langsung kerentanan seseorang dalam menjadi Korban berada pada aktivitas rutin sehari-
hari. Aktifitas rutin seseorang yang dilakukan sehari-hari akan meningkatkan kerentanan baik
kondisi atau situasi orang tersebut, dengan kata lain yang membuat angka kejahatan
meningkat itu bukan hanya karena bertambahnya jumlah pelaku kejahatan, melainkan
karena meningkatnya kesempatan yang dilakukan oleh korban (tanpa kesadaran) sehingga
pelaku dapat melakukan aksi kejahatan tersebut. Pada kasus Pekerja Anak Kesenian ondel-
ondel keliling ini membuat anak sangatlah rentan atau target yang sesuai untuk menjadi
korban kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan yang didukung oleh data wawancara
yang penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis menganalisa masalah Kejahatan Eksploitasi
Anak dalam Fenomena Kesenian Ondel-ondel Keliling di Kota Tangerang menggunakan
Routine Activity Theory (Teori Aktivitas Rutin) berdasarkan data yang penulis dapatkan dari
informan.
13
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
66
Universitas Budi Luhur
5.2.1. A Suitable Target For Children Exploitation
Suitable Target dapat dikatakan sebagai orang yang rentan atau sesuai untuk
menjadi korban Eksploitasi Anak. Kerentanan seseorang untuk menjadi Korban Eksploitasi
Anak dapat dilihat berdasarkan rutinitas korban dalam keseharian. Dari rutinitas tersebut,
pelaku dapat melakukan kejahatan eksploitasi Anak kepada korban. Berdasarkan Jurnal yang
berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak dan Upaya Penanggulangannya”
(Setiamandani, E. D, 2012), Berikut kutipan Jurnal tersebut :
Selain itu berdasarkan kutipan yang sama dari Jurnal yang berjudul “Meningkatnya
Pekerja Anak (Studi Konsep Maslahah)” (Wahyuni, I. 2017), Berikut kutipan Jurnal tersebut :
Selain itu ada ada kutipan pendukung dari jurnal yang berjudul “Implementasi
Undang-undang Ketenagakerjaan dalam memberikan Perlindungan Hukum terhadap
Eksploitasi Pekerja Anak di Kawasan Industri Makasar” (Kanang, A.R, 2003), Berikut kutipan
Jurnal tersebut :
Selain dari kutipan jurnal diatas ada pernyataan informan hasil dari wawancara
penulis yang menyatakan bahwa anak lebih mudah dan sesuai untuk di pekerjakan
dibandingkan orang dewasa yang dirasa gengsi melakukan itu, berikut pernyataan tersebut :
67
Universitas Budi Luhur
“Karena orang dewasa itu gengsi sih, karena disini juga jarang yang
ngarak ondel-ondel orang dewasa dan kebanyakan anak-anak yang
mau ngarak ondel-ondel selain itu kita juga gak pilih-pilih siapa yang
mau dateng kesini buat nyari duit tapi kita gak maksa buat ngarak.
Selain itu kalo orang dewasa selain gengsi kebanyakan mereka sudah
punya pekerjaan lain kalo anak-anak kita utamain yang biasanya putus
sekolah untuk nyari duit, kasian jugakan dia gak punya ijazah SD, SMP,
SMA makanya kita bantu buat nyari duit dengan ngarak ondel-ondel
dan syukur-syukur juga kalo dia punya pekerjaan sampingan lainnya
dan bisa beralih ke yang lebih baik lagi.” 14
Berdasarkan kutipan jurnal dan pernyataan dari informan diatas kita mengetahui dan
menyadari bahwa anak-anak itu sangatlah rentan untuk dijadikan korban Eksploitasi
khususnya pekerja anak maka dari itu kita harus menjaga adik-adik kita, saudara-saudari kita
ataupun anak kita supaya tidak menjadi korban dari eksploitasi pekerja anak, selain itu kita
juga perlu mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya Kasus
eksploitasi pekerja anak. Berikut faktor-faktor yang kita fokuskan dalam melatarbelakangi
kasus Eksploitasi Pekerja Anak :
Eksploitasi Anak sudah marak sekali terjadi dimana-mana tanpa kita sadari dan
banyak sekali faktor yang mempengaruhi eksploitasi salahsatunya adalah faktor Ekonomi
pada Anak maupun Keluarga yang mendukung terjadinya Eksploitasi Pekerja Anak, kita
mengetahui bahwa Anak ini adalah suatu hal yang rentan untuk menjadi target yang pas
atau sesuai untuk menjadi korban kejahatan, hal itu didukung oleh informan dari Polres
Metro Tangerang Kota Bernama Rumanti, S.H., Berikut pernyataan dari hasil wawancara
tersebut :
“Yang jelas faktor ekonomi, itu jelas faktor Utamanya karena ekonomi
dia terpaksa harus bekerja, anak harus bekerja karena ekonomi dan
dibolehkan oleh undang-undang hanya maksimal dua jam. Faktor
ekonomi jelas, ya mungkin anak itu hobby juga, ikut-ikutan bisa ohh
temennya main aku ikutan main juga.” 15
Selain itu juga didukung oleh pernyataan oleh informan bernama Novita Sari selaku
Duta Anak Kota Tangerang yang menyatakan anak itu sebagai korban yang rentan
14
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
15
Wawancara Dengan Rumanti, S.H di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
68
Universitas Budi Luhur
dikarenakan faktor ekonomi ataupun mendapatkan arahan dari orang tuanya. Berikut
Pernyataan dari hasil wawancara tersebut :
“menurut saya karena pandangan orang tua anak itu dinilai sangat
tertarik menarik perhatian orang-orang, contohnya melihat anak-anak
yang bekerja sebagai kesenian ondel-ondel banyak yang memberikan
duit, padahal dimana seseorang yang bijak dengan orang yang baik itu
beda karena orang yang baik sudah pasti memberikan uang pada anak
tersebut tanpa dia mengetahui asal-usul anak tersebut apakah dia
disuruh orang tuanya atau ingin melestarikan budaya, sedangkan orang
yang bijak orang yang berfikir secara leluasa bertindak yaitu dia
memikirkan kenapa anak tersebut bisa bekerja sebagai ondel-ondel
keliling.” 16
Melihat pernyataan diatas kita mengetahui anak itu sangat rentan menjadi korban
kejahatan dibuktikan dalam pernyataan diatas yang mengatakan Anak sangatlah mudah
dalam menarik perhatian orang-orang sehingga pelaku sangat mudah menjadikan anak ini
sebagai target yang sesuai sehingga kasus Eksploitasi Anak sangatlah marak terjadi di Kota
Tangerang.
“faktor ekonomi nah yang menekankan itu adalah faktor ekonomi dimana
seseorang itu harus dipaksa bekerja untuk memenuhi keperluannya.” 17
“Yang jelas faktor ekonomi, itu jelas faktor Utamanya karena ekonomi
dia terpaksa harus bekerja, anak harus bekerja karena ekonomi dan
dibolehkan oleh undang-undang hanya maksimal dua jam.” 19
16
Wawancara Dengan Novita Sari di Sekretariat Forum Anak Kota Tangerang, Pada Tanggal 2 April 2019
17
Wawancara Dengan Novita Sari di Sekretariat Forum Anak Kota Tangerang, Pada Tanggal 2 April 2019
18
Wawancara dengan Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si di KPAI, pada Tanggal 28 Maret 2019
19
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
69
Universitas Budi Luhur
“untuk menghibur anak-anak dijalan dan mencari uang untuk kebutuhan
sendiri karena dari orang tua tidak mencukupi selain itu biar gak
nyusahin orang tua juga.” 20
Faktor Pendidikan yang rendah dari orang tua ataupun pendidikan anak yang masih
muda dan belum banyak mengetahui banyak hal seperti pentingnya menjaga tumbuh
kembang anak, mendapatkan hak-hak anak bagi anak itu sendiri, dan peraturan-peraturan
apa saja yang membolehkan ataupun melarang anak bisa bekerja, itu semua menjadi faktor
penting seseorang bisa menjadi korban yang tepat dan sesuai bagi pelaku untuk menjadi
korban Eksploitasi pekerja terhadap anak. Berikut Pernyataan dari hasil wawancara tersebut :
Melihat pernyataan di atas kita mengetahui ternyata faktor pendidikan dari orang tua
maupun anak itu sendiri sangatlah penting untuk keberlangsungan anak dimasa yang akan
datang karena anak adalah generasi emas bangsa dimasa yang akan datang, namun pada
20
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
21
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
22
Wawancara Dengan Novita Sari di Sekretariat Forum Anak Kota Tangerang, Pada Tanggal 2 April 2019
23
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
24
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
25
Wawancara dengan Adit R Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
70
Universitas Budi Luhur
saat ini melihat dan menyikapi pernyataan dari hasil wawancara diatas kita jadi mengetahui
faktor pendidikan itu bisa mempengaruhi terjadinya Eksploitasi terhadap anak sehingga anak
menjadi rentan dan sesuai untuk menjadi korban Eksploitasi pekerja terhadap anak.
Selain itu ada kutipan dari jurnal “Meningkatnya Pekerja Anak (Studi Kasus
Maslahah)” (Wahyuni, I. 2017). Yang menyatakan dalam kutipannya bahwa Pendidikan itu
menjadi salahsatu sebab adanya pekerja anak. Berikut Pernyataan dari Kutipan jurnal
tersebut :
Selain itu ada kutipan dari jurnal yang berjudul “Eksploitasi terhadap anak yang
bekerja di Indonesia (Explotation of Working Children in Indonesia), (Iryani, B.S, Priyarsono,
D.S, 2013) Yang menyatakan dalam kutipannya bahwa Pendidikan itu menjadi salahsatu
sebab adanya pekerja anak. Berikut Pernyataan dari Kutipan jurnal tersebut :
Dari Kutipan jurnal-jurnal diatas maupun hasil dari wawancara penulis kita
mengetahui dari sistem pendidikan yang buruk maupun persepsi masyarakat mengenai
pendidikan tidak menjamin setelah lulus mendapatkan pekerjaan yang mudah bisa
mempengaruhi anak masuk dalam dunia kerja sejak dini dan itu juga berbanding lurus
dengan pernyataan dari pekerja anak yang sudah tidak sekolah lagi dan akhirnya mencari
uang dengan cara pekerja anak dalam kesenian ondel-ondel keliling.
Faktor Budaya yang dilakukan secara turun temurun dan dilakukan secara terus
menerus dan berkala dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku maupun korban dari
kejahatan yang dilakukan seseorang. Pemahaman anak yang masih dini atau masih muda
dan belum banyak mengetahui perbedaan mana yang baik maupun buruk seringkali menjadi
target kejahatan orang dewasa kepada anak-anak dalam hal ini anak-anak dimanfaatkan
71
Universitas Budi Luhur
dalam kedok budaya ondel-ondel sebagai cara untuk menjadikan pekerja anak sebagai
kesenian ondel-ondel keliling, Berikut Pernyataan dari hasil wawancara tersebut :
Pada pernyataan diatas itu sebagai bukti bahwa di Indonesia ini Faktor Budaya
menjadi peran sangat penting sebagai salah satu faktor mengapa Eksploitasi Pekerja Anak di
Indonesia ini sangatlah banyak terjadi sehingga anak-anak dan orang banyak mudah untuk
dijadikan target yang sesuai untuk pekerja anak khususnya pekerja kesenian Ondel-ondel
keliling yang ada di Kota Tangerang.
Selain dari pernyataan hasil wawancara penulis juga memiliki alat bukti pendukung
dari kutipan Jurnal penelitian terdahulu yang Berjudul “Meningkatnya Pekerja Anak (Studi
Konsep Maslahah)” (Wahyuni, I. 2017), Berikut kutipan Jurnal tersebut :
Selain kutipan dari jurnal diatas ada kutipan tambahan dari jurnal yang berjudul
“Eksploitasi terhadap anak yang bekerja di Indonesia (Explotation of Working Children in
Indonesia), (Iryani, B.S, Priyarsono, D.S, 2013) Yang menyatakan dalam kutipannya bahwa
budaya merupakan salahsatu Faktor adanya Pekerja Anak, Berikut kutipan Jurnal tersebut :
26
Wawancara Dengan Novita Sari di Sekretariat Forum Anak Kota Tangerang, Pada Tanggal 2 April 2019
27
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
28
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
29
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
72
Universitas Budi Luhur
dilakukan oleh pemerintah untuk menangani pekerja anak semakin
membuat praktik pekerja anak ini semakin dianggap sesuatu yang
tidak terlalu penting.”
Setelah membaca hasil wawancara maupun kutipan dari jurnal-jurnal di atas penulis
jadi mengetahui di Indonesia saat ini pengaruh budaya masih sangatlah kuat untuk
mempengaruhi masyarakat Indonesia karena itu sudah dilakukan dari nenek moyang dan
dilakukan secara turun-temurun sehingga anak-anak saat ini menjadi target yang sesuai dan
sangat mudah mengikuti apa yang dilakukan orang-orang terdahulu dan itu berdampak juga
pada munculnya Pekerja Anak saat ini yang sangat marak sekali di Kota Tangerang
khususnya Pekerja Kesenian Ondel-ondel keliling.
Dalam kasus ini perlunya suatu perlindungan maupun pencegahan agar kasus
serupa tidak terjadi lagi, Selain kutipan dari Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis
ada kutipan dari jurnal yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak dan Upaya
Penanggulangannya” Yang menyatakan dalam kutipannya bahwa mengubah persepsi
masyarakat terhadap pekerja anak dan melakukan Advokasi secara bertahap, Berikut kutipan
Jurnal tersebut :
73
Universitas Budi Luhur
yang selaras dengan konvensi internasional, khususnya Konvensi Hak
Anak dan Konvensi ILO lain yang menyangkut anak, keempat,
mengupayakan perlindungan hukum dan menyediakan pelayanan yang
memadai bagi anak-anak yang bekerja di sektor informal, seperti di
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Kelima, memastikan agar anak-
anak yang bekerja memperoleh pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan
keterampilan melalui bentu-bentuk pendidikan alternatif yang sesuai
dengan kebutuhan mereka (Huraerah, 2006: 76).”
Pada jurnal diatas kita dapat mengetahui bahwa untuk melakukan perlindungan
maupun pencegahan terhadap pekerja Anak yang ada di Indonesia dan perlunya mengubah
persepsi masyarakat terhadap pekerja anak serta melakukan Advokasi secara bertahap dan
mensosialisasikan terkait aturan-aturan maupun Instansi terkait yang ada.
Pada kasus ini perlunya penjagaan dan perlindungan serta pencegahan untuk
mengurangi kasus Pekerja anak ini dan pada penelitian ini selain kutipan jurnal diatas penulis
juga memiliki hasil wawancara dari informan, Berikut pernyataan dari hasil Wawancara
tersebut :
“Kebetulan sekali Forum anak ini sudah meliputi Forum Anak Kecamatan
bahkan Kelurahan dimana setiap forum anak tersebut diminta memantau
kondisi anak-anak pada suatu daerah yang ditugaskan, jika ada suatu
kasus maka forum anak tersebut harus melaporkan ke Pemerintah atau
Dinas setempat dengan mengadakan surat aspirasi yang akan dibacakan
kepada bapak Walikota yaitu sudah ada mulai tahun 2017. Pesan saya
30
Wawancara dengan Robert B.Triyana, S.Sos, M.Si di KPAI, pada Tanggal 28 Maret 2019
74
Universitas Budi Luhur
untuk Anak-anak Kota Tangerang berfikirlah jernih untuk masa depan
kalian, boleh kalian melestarikan budaya tetapi tidak menggunakan
pekerjaan anak, tetap semangat kemudian semoga hak-hak dan
kewajiban anak Kota Tangerang dapat terpenuhi dan dapat menjadi Kota
Layak Anak.” 31
Motivated offender atau pelaku yang termotivasi adalah orang (individual atau
kelompok) yang tidak hanya mempunyai kemampuan untuk melakukan aksi kriminal, tapi
juga mempunyai niatan dan rencana untuk melaksanakannya (Felson, 1994). Motivasi untuk
melakukan kejahatan bermacam-macam, contohnya adalah perampok yang ingin melakukan
aksinya karena ada rasa tertantang untuk merampok dalam dirinya, atau pecandu yang
melakukan pencurian agar uang hasil kejahatannya dapat dibelikan narkoba (Burke, 2009).
Berdasarkan Jurnal yang berjudul “Eksploitasi Pekerja Anak dibawah Umur Sebagai Bentuk
Penyimpangan Sosisal (Studi Etnografi Anak-anak Pengumpul Koin Dermaga Pelabuhan
Merak Kota Cilegon.) (Putri A.G.O, Malihah E, dan Nurbayani S. 2013) menyatakan bahwa
alasan mempekerjakan anak mereka dikarenakan Ekonomi yang rendah dan berfikir dengan
31
Wawancara Dengan Novita Sari di Sekretariat Forum Anak Kota Tangerang, Pada Tanggal 2 April 2019
32
Wawancara dengan Rumanti, S.H. di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
75
Universitas Budi Luhur
mempekerjakan anaknya dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Berikut Kutipan
jurnal tersebut :
“Keadaan ekonomi keluarga yang rendah dengan mata pencaharian
sebagai pedang kopi, nelayan, buruh cuci, dan pembantu rumah
tangga dimana pendapatan yang didapat tidaklah seberapa sedangkan
kebutuhan hidup yang cukup banyak, oleh karena itu secara
terpaksa akhirnya anak-anak pun yang menjadi korbannya. Anak-anak
pun akhirnya harus putus sekolah sebelum menamatkan pendidikannya.
Orangtua anak-anak pengumpul koin ini berpandangan, bahwa dengan
anak-anak tersebut putus sekolah dapat membantu untuk ikut menopang
biaya hidup keluarga sehari-harinya dengan cara memutuskan untuk
menjadi pengumpul koin. Para orang tua awalnya melarang perbuatan
anaknya itu yang mengumpulkan koin dari lemparan para penumpang
kapal. Namun lambat laun orang tua pun merasa terbantu dengan
kegiatan yang dilakukan anak-anak tersebut hingga akhirnya sudah tidak
lagi melarang anak-anaknya dan mungkin cenderung seperti menyuruh
anak-anak tersebut.”
Dari kutipan jurnal diatas kita mengetahui bahwa motivasi atau alasan pelaku
melakukan Kejahatan Eksploitasi anak pada Kesenian Ondel-ondel keliling dikarenakan faktor
utamanya yaitu Keadaan Ekonomi yang rendah sehingga menuntut pelaku agar bisa
mendapatkan penghasilan lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Pada dasarnya kita juga mengetahui bahwa kejahatan ini terjadi atas dasar faktor-
faktor seperti Faktor ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, maupun faktor budaya
menjadi hal yang utama juga namun selain itu semua juga ada motivasi yang dilakukan
pelaku sehingga dapat mengeksploitasi anak sebagai pekerja anak dalam Kesenian Ondel-
ondel Keliling, berikut pernyataan informan dari hasil wawancara penulis :
“Awalnya itu permintaan anak-anak sini aja sih yang pada nongkrong
pada dateng kerumah mau ngarak ondel-ondel nyari duit buat jajan atau
buat makan sehari-hari, awalnya sih gitu dan lumayan jugakan setiap
mereka ngarak hasilnya dibagi rata sama kita jadi Simbiosis Mutualisme
buat nambahin pemasukan kita jugakan, selain itu sih kita untuk
melestarikan budaya juga sih kan kalo didaerah jakarta itu udah gak boleh
yak buat dijadiin pengamen ondel-ondel dan disini adat betawi itu
semakin menghilang jadinya kita memperkenalkan dengan anak-anak
ngarak ondel-ondel dan diacara-acara pernikahan maupun di Festival.” 33
33
Wawancara dengan Candra pemilik Ondel-ondel keliling diwilayah Larangan, Pada Tanggal 26 Mei 2019
76
Universitas Budi Luhur
dalam kejahatan ini, serta motivasi pelaku yang membuat unsur pendukung terjadinya
kejahatan pada pekerja anak dalam kesenian ondel-ondel keliling ini.
5.3. Analisis kasus kejahatan eksploitasi anak dalam fenomena kesenian Ondel-
ondel keliling di kota Tangerang dalam sudut pandang teori Tipologi Victim
Mendelshon.
Viktimologi, berasal dari bahasa latin victim yang berarti korban dan logos yang berarti
ilmu. Secara terminologis, viktimologi berarti suatu studi yang mempelajari tentang korban
penyebab timbulnya korban dan akibat penimbulan korban yang merupakan masalah
manusia sebagai suatu kenyataan sosial. Viktimologi merupakan suatu pengetahuan
ilmiah/studi yang mempelajari suatu viktimalisasi (criminal) sebagai suatu permasalahan
manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial (Yulia R, 2010).
“kami Sejak Januari 2018 ini tidak menaungi, tidak ada laporan eksploitasi
anak yang masuk. kalau dilingkungan biasanya ada beberapa seperti itu
namun tidak pernah ada yang melaporkan kepada kami” 34
34
Wawancara Dengan Rumanti, S.H di Polres Metro Tangerang Kota, Pada Tanggal 5 April 2019
77
Universitas Budi Luhur
Pada pernyataan informan diatas menyatakan bahwa di kepolisian tidak ada laporan
masuk terkait eksploitasi pekerja anak sama halnya dengan data table pada Temuan Data di
Kepolisian terkait Data Laporan Polisi dan Perlindungan Anak yang ditangani oleh Polres
Metro Tangerang Kota Tahun 2018 dan itu berbanding terbalik pada Temuan Data di KPAI
yang menunjukan adanya data eksploitasi anak di Indonesia yang lumayan banyak pada
tahun 2018 padahal Pekerja anak ini bisa mengancam kesehatan maupun keselamatan anak
dengan bekerja dipinggir-pinggir jalan raya, hal ini membuktikan bahwa pada masyarakat di
Kota Tangerang sebuah Pekerja Anak adalah hal yang biasa bukan suatu kejahatan yang
bisa merugikan anak tersebut dan ini dibuktikan juga dengan orang tua yang mengetahui
dan memberikan izin pada anaknya yang bekerja sebagai pekerja kesenian ondel-ondel,
berikut pernyataan informan tersebut :
“emang dari dulu udah tau, izin dulu sama orang tua, kalo dulu suka
dicariin tapi kalo sekarng karena udah lama jadi gak dicariin yang
penting 3 hari pulang mandi, ganti baju.” 36
Pada pernyataan diatas kita mengetahui Anaknya bekerja sudah meminta izin dan
orang tuanya mengizinkan untuk bekerja sebagai kesenian ondel-ondel keliling tanpa ada
rasa khawatir atau takut akan keselamatan anak, dari situ kita mengetahui Anak maupun
orang tua tidak sadar bahwa Anak tersebut telah menjadi korban eksploitasi pekerja anak.
Selain itu mereka yang menjadi pekerja anak merasa nyaman akan pekerjaan mereka
sebagai pekerja kesenian ondel-ondel keliling dan mereka juga mempunyai tujuan untuk
melestarikan budaya maupun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, berikut pernyataan dari
Informan yang penulis wawancarai :
“Keinginan sendiri gitu bang, daripada dirumah diem mendingan nyari duit
biar gak nyusahin orang tua gitu gak sekolah yakan daripada diem
dirumah, selain itu Melestarikan budaya betawi juga dan keperluan pribadi
juga untuk makan pastinya” 38
35
Wawancara dengan Wisnu Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
36
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
37
Wawancara dengan Reyhan Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Larangan, Pada Tanggal 12 April 2019
38
Wawancara dengan Sadi Ondel-ondel keliling di Wilayah Kecamatan Ciledug, Pada Tanggal 23 April 2019
78
Universitas Budi Luhur
Pada pernyataan diatas bahwa mereka memiliki tujuan atau motivasi yang cukup
tinggi dalam pekerjan Kesenian Ondel-ondel sehingga mereka tidak sadar bahwa mereka
telah menjadi korban eksploitasi pekerja anak dalam kesenian ondel-ondel keliling yang ada
di kota tangerang seperti yang dimaksud dalam Teori Tipologi Victim dari Mendelshon yang
menyatakan bahwa korban tidak sadar dirinya sebagai korban dari kejahatan.
Selain pada pernyataan informan yang penulis wawancarai diatas ada kutipan dari
jurnal yang berjudul “Pekerja Anak Sebagai Kearifan Lokal (Effendi AY, 2018)” pada jurnal ini
menjelaskan tentang perasaan bahagia dan bangga atas penghasilan yang mereka dapatkan
membuat mereka tidak sadar kalau mereka adalah korban eksploitasi pekerja anak, berikut
kutipan jurnal tersebut :
Berdasarkan pada pernyataan maupun kutipan jurnal diatas kita dapat menganalisa
bahwa pada teori victim dari tipologi medelshon tersebut dapat kita buktikan dari pernyataan
dan kutipan jurnal diatas bahwa Korban atau Anak tersebut tidak sadar jika mereka menjadi
korban dikarenakan tuntutan ekonomi, perasaan bangga atas penghasilan yang mereka
dapatkan maupun motivasi mereka untuk bekerja yang membuat mereka sendiri tidak sadar
telah dimanfaatkan sebagai pekerja anak dalam kesenian ondel-ondel keliling yang ada di
Kota Tangerang.
79
Universitas Budi Luhur
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini selain keinginan dari anak itu sendiri pastinya karena adanya
suatu tujuan maupun motivasi pelaku dari eksploitasi pekerja anak dalam kesenian ondel-
ondel ini yaitu untuk mencari tambahan uang, membantu ekonomi anak tersebut, dan untuk
melestarikan budaya ondel-ondel seperti pernyataan dari bang Candra pemilik ondel-ondel
keliling yang ada di Kota Tangerang, Banten. Pada penelitian ini penulis melihat ancaman
terkait keselamatan dari anak-anak pekerja tersebut yang bisa membahayakan keselamatan
mereka karena dia melakukan pekerjaan ondel-ondel keliling dipinggir-pinggir jalan raya dan
tidak menutup kemungkinan bisa saja mereka ditabrak pengendara dan menghirup polusi
udara yang sangat tidak baik bagi kesehatan anak tersebut. untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan pada anak tersebut perlunya perlindungan dan pencegahan serta
mengurangi tingginya angka pekerja anak dalam kesenian ondel-ondel keliling dengan
mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak, mensosialisasikan
undang-undang perlindungan anak serta bekerjasama dengan instansi terkait seperti
kepolisian, LSM, Dinsos, KPAI, dan Pemda terkait.
Korban pada studi kasus fenomena kesenian ondel-ondel keliling di wilayah Kota
Tangerang ini yang sangat dirugikan adalah anak karena mereka bekerja bisa mencapai 5
sampai 7 jam dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan mereka dan membantu
perekonomian orang tuanya selain itu pada penelitian ini juga dapat membahayakan anak
80
Universitas Budi Luhur
tersebut namun dari orang tua mereka tidak mempedulikan hal itu bahkan orang tua mereka
memberikan izin dan menyuruh mereka untuk mengarak ondel-ondel ini dan anaknya juga
melakukan hal ini dengan senang hati karena mereka bisa mendapatkan uang dari pekerjaan
ini dan dapat melestarikan budaya juga sehingga mereka seakan-akan tidak sadar bahwa
mereka ini telah dijadikan alat maupun korban yang tidak sadar bahwa mereka telah
dieksploitasi oleh kelompok tertentu bahkan dari orang tua mereka sendiri seperti tipologi
viktimologi dari mendelsohn yang menyatakan bahwa korban tidak sadar bahwa dirinya
adalah korban.
6.2. Saran
Pada penelitian ini penulis memberikan saran kepada orang tua korban dan
masyarakat agar dapat memahami betul pentingnya pendidikan bagi anak agar anak dapat
menimba ilmu dan dapat mengembangkan diri lebih baik lagi dan dapat memberikan kasih
sayang terhadap anaknya dan tidak merampas hak-hak anak tersebut serta dapat
memahami International Labour Organization (ILO) dan perundang-undangan tentang
perlindungan anak sehingga anak tidak lagi dijadikan alat atau korban eksploitasi Pekerja
anak dalam kesenian ondel-ondel keliling yang ada di kota Tangerang dan anak juga harus
paham serta sadar dan tidak mudah dijadikan alat eksploitasi pekerja anak apabila ingin
mempekerjakan anak sebaiknya bisa pada kegiatan-kegiatan Pernikahan, Festival ondel-
ondel, dll sesuai pada tempatnya agar dapat mengembalikan nilai-nilai leluhur dari ondel-
ondel itu sendiri bukan dengan mempekerjakan anak dalam kesenian ondel-ondel keliling
dan mengikuti prosedur yang ada dengan memperhatikan jam kerja serta tetap melindungi
hak-hak anak seperti yang tertera di dalam perundang-udangan.
81
Universitas Budi Luhur
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Agus Dede. 2011. Hukum Ketenagakerjaan. Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Hardius, Usman dan Nachorowi ND. Pekerjaan Anak Di Indonesia . Grasindo. Jakarta. 2004.
halaman.10
Husein Umar. 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan
Pertama. Jakarta:Ghalia Indonesia
Johnson, Doyle Paul. (1994). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
Meleong, LJ. 2000.Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni.
Hlm 2
Mulyana W. Kusumah, Kriminologi dan Masalah Kejahatan (Suatu Pengantar Ringkas), h. 58,
Armco, Bandung, 1984
82
Universitas Budi Luhur
Ratna, DA. 2008. Bentuk eksploitasi terhadap anak jalanan. Malang ( 2 April 2011).
Sekretariat Jendral MPR RI. 2016. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta.
Yesmil Anwar dan Andang, 2010. Kriminologi. Bandung : PT Refika Aditama Wirjono.
JURNAL :
Ardana, I.M.J, Arjana, I.G.B, Ramang, Ruslan. 2011. “Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal
Dan Karakteristik Rumah Tangga Terhadap Munculnya Pekerja Anak di NTT (Analisis
Data Susenas Dan Potensi Desa 2011)”. Badan Pusat Statitik Provinsi NTT,
Universitas Nusa Cendana.
Ayu, C.P, Bachtiar, Nasri. 2015. “Analisis Faktor-faktor Mempengaruhi Pekerja Anak di
Sumatra Barat”. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Ayu, Karina Ningtyas. (2012). Hubungan Antara Pola Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Facebook Dengan Kerentanan Viktimisasi Cyber Harrasment Pada Anak . Depok :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Kriminologi, Universitas Indonesia.
Bagong, S. 1999. Analisis Situasi Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar Di Jawa
Timur.Universitas Airlangga Press. Surabaya.
Clarke, R. V. (2014). Affect and the reasoning criminal: Past and future. In J. L. Van Gelder,
H. Elffers, D. Reynald, & D. Nagin (Eds.), Affect and cognition in criminal decision-
making (pp.20–41). London, England: Routledge.
Dewanti, A.R. 2017. Ondel-ondel sebagai Ikon Seni Tradisi Betawi. FSRD, Universitas Trisakti
Donger, Elizabeth. 2016. “Child Labor Facts in the Worldwide: A Review Article”. Harvard FXB
Center For Health & Human Rights
Effendi, AY. 2018. “Pekerja Anak Sebagai Kearifan Lokal”. Sosiologi dan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.
Gul, S. (2009). An evaluation of rational choice theory in criminology. Girne American
University Journal of Sociology and Applied Science, 4(8), 36–44.
83
Universitas Budi Luhur
Hanafi, Ahmad. 2017. “Eksploitasi Anak Pekerja DIbawah Umur Sebagai Bentuk
Penyimpangan Sosial (Studi Kasus Anak Penjual Koran Disekitar Lampu Merah
Bandar Lampung)”. Fakultas FISIP Universitas Lampung.
Hirschi, T., & Gottfredson, M. (1983). Age and the explanation of crime. American Journal of
Sociology, 89(3), 522–584.
Iryani, BS, Priyarsono, DS. 2013. Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di Indonesia
Exploitation of Working Children in Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Insani, naluri. 2017. “Pilihan Rasional Difabel (Studi deskriptif tentang pilihan rasional
Difabel dalam memilih bekerja di balai besar Rehabilitasi sosial Bina Daksa
(BBRSBD) Prof.Dr.Soeharso Surakarta)” Program Studi sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Kanang, AR. 2003. “Implementasi Undang-undang Ketenagakerjaan Dalam Memberikan
Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Pekerja Anak di Kawasan Industri
Makasar”. Lecturer of Syari’ah & Law Faculty, State Islamic University of Alauddin
Makassar.
Kumala, MR, 2016. “Masa depan pekerja anak: studi tentang tindakan rasionalbagi pekerja
anak di kelurahan botorankecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung” Prodi
Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Malang.
Khodaee, Hasan. 2015. “Child Labor Facts in the Worldwide: A Review Article” Department
of Pediatrics, Faculty of Medicine, North Khorasan University of Medical Sciences,
Bojnurd, Iran.
Ningsih, SS. 2015. “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Berdasarkan Undang-
undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus di Kota Palu)”.
Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 5 Vol 3.
Paramita, Sinta. 2018. “Pergeseran Makna Budaya Ondel-Ondel Pada Masyarakat Betawi
Modern”. Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara Jakarta.
Prajnaparamita, Kanyaka. 2018. “Perlindungan Tenaga Kerja Anak”, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro.
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2010, hlm 43.
Setiamandani, Dwinanarhati. 2012. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Dan Upaya
Penangulangannya. Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang.
Usman, Hardius dan Nachrowi. (2004). Pekerja Anak di Indonesia dan Kondisi,
Determinan dan Eksploitasi. (Kajian Kuantitatif). PT. Gramedia, Jakarta.
Wahyuni, Indar. 2017. “Meningkatnya Pekerja Anak (Studi Kasus Maslahah)”. Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Pati.
84
Universitas Budi Luhur
Walters, G. D., & Kiehl, K. A. (in press). Limbic correlates of fearlessness and disinhibition in
incarcerated youth: Exploring the brain-behavior relationship with the Hare
Psychopathy Checklist: Youth Version. Psychiatry Research. Advance online
publication. doi:10.1016/j.psychres.2015.08.041
Zafirovski, M. (2012). Beneath rational choice: Elements of ‘irrational choice theory.’ Current
Sociology, 61, 3–21. doi: 10.1177/0011392112465872
REGULASI :
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
PERDA Kota Tangerang Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembinaan Anak Jalanan,
Gelandangan, pengemis, dan Pengamen.
ARTIKEL ONLINE :
Mitra Wacana. 2014. Kebijakan UU No 35 Tahun 2014 perlindungan anak, Diakses dari :
https://mitrawacana.or.id/kebijakan/uu-n0-35-tahun-2014-tentang-perlindungan-
anak/ pada tanggal 21 April pukul 23.32 WIB
85
Universitas Budi Luhur
LAMPIRAN – LAMPIRAN
VERBATIM 1
86
Universitas Budi Luhur
kita mengambil satu tindakan pengawasan jadi tidak semua kasus kita awasi
karena kita terbatas artinya mengawasi itu maksudnya turun langsung ya
kita pilih kasus-kasus khusus.
Biasanya itu pelaporannya lebih banyak secara langsung atau secara online
Peneliti ya pak ?
kalo secara langsung dalam satu hari mungkin kisarannya antara 10 sampai
15 atau 7 sampai 15 maksimal yang offline, yang online justru lebih banyak
atau yang lewat media cetak ya. Kemudian berikutnya adalah kita juga
menerima pengaduan masyarakat ya kita menerima pengaduan orang
datang kita terima, kemudian kita juga punya tugas atau fungsi untuk
mediasi kasus tapi mediasi bukan kasus pidana tapi kasus perdata misalnya
Narasumber anak tidak sekolah atau tidak boleh sekolah karena di skors karena tidak
membayar itu kita mediasi, atau ada anak masuk rumah sakit dan tidak bisa
membayar anaknya disandra nah itu kita mediasi itu tugas kita. Kemudian
berikutnya melakukan kerjasama dengan lembaga yang lain jadi kita ini
bukan lembaga pelaksana kalo ada datang ketempat kami mengadu kitakan
harus rujuk ke lembaga-lembaga terkait.
ya betul mas.
Narasumber
untuk selanjutnya pak kira-kira boleh tau tidak kasus apa saja yang sering
kalau KPAI inikan ada 9 bidang nih ya, mulai yang pertama mengenai
bidang Agama dan Budaya, budaya berarti itu kasusnya terkait anak-anak
yang dilibatkan dalam kegiatan terorisme seperti kasus yang dijawa timur
Narasumber
yang lalu kan terorisme, itu atau misalkan kasus kekerasan yang berbasis
yang berbasis pesantren itukan wilayah Agama ya mas ya
87
Universitas Budi Luhur
yang kedua kasusnya adalah terkait pengasuhan dalam keluarga atau
pengasuhan alternatif ada gak anak-anak yang kemudian tidak bisa bertemu
ayah atau ibunya karena mereka bercerai kemudian anaknya sampai
disembunyikan itu masuk hak akses termasuk itu juga misalnya ada gak
kasus kekerasan berbasis di panti Asuhan itu masuknya alternatif ya mas ya
itu yang kedua, yang ketiga kasus yang cukup banyak anak-anak yang
menjadi korban disekolah, misalnya guru memberikan sanksi namun tidak
mengandung unsur pendidikan tapi lebih pada kekerasan misalnya anak
disuruh push up, kelililing lapangan, dll atau anak dikeluarkan oleh sekolah
karena melanggar aturan itukan perlu ditinjau ulang jugakan atau kasus-
kasus terkait bullying dengan senior ke junior itu yang kita tanganin mas.
Kemudian terkait dengan bidang cyber dan pornografi anak-anak kemudian
yang kecanduan pornografi itu kita tangani juga itu yang ke empat ya mas.
Kemudian yang kelima terkait dengan kasus anak-anak tidak mempunyai
akte kelahiran tidak mempunyai hak sipil itukan penting karena anak kalau
punya aktekan terkait hak-hak berikutnya dengan hak pendidikan, ha katas
Narasumber kesehatan, nanti kalau mau menikah juga dibutuhkan, untuk kerja
dibutuhkan syarat akte kelahiran nantinya akte menjadi sesuatu yang
penting. Kemudian terkait lagi dengan ABH atau Anak yang Berhadapan
Hukum anak-anak yang berhadapan hukum itu misalnya anak-anak yang
melakukan pengeroyokan dan sebagainyalah yak yang melakukan tindakan
pidana criminal pembunuhan itukan juga kita tangani. Kemudian ada lagi
dengan bidang kesehatan dan Napza itu juga jadi bidang KPAI. Kemudian
berikutnya adalah bidang trafficking dan eksploitasi termasuk tadi anak-anak
yang ikut kegiatan budaya ondel-ondel itu kegiatan budaya yang
mengandung unsur eksploitasi ondel-ondelnya itu budaya tapi kemudian
anak disitu anak-anak disuruh bekerja terhambat atas kegiatan belajar dan
sebagainya itu termasuk eksploitasi apalagi kalo itu rutin perjalanan yang
cukup jauh dari sore sampai malam itukan eksploitasi. Kemudian satu lagi
bidang sosial dan bencana anak-anak yang dipengungsian, anak-anak yang
terlibat konflik sosial kaya gitu-gitu kan jadi ada sembilang bidang yang kita
tangani di KPAI
88
Universitas Budi Luhur
kira-kira pak dalam 5 tahun terakhir ada berapa banyak ya pak data kasus
Datanya nanti saya kasih, saya ada datanya nanti tinggal kerjakan saja,
yang jelas kasus di KPAI itu yang tertinggi itu adalah kasus terkait dengan
ABH, ABH itu paling tinggi dan disusul dengan kasus terkait dengan
pengasuhan termasuk tertinggi yang ketiga terkait kasus pendidikan itu
cukup tertinggi di eksploitasi masuknya kalo gak salah lima besar tertinggi,
Narasumber
ya kalo di KPAI yang kita hitung bukan jumlah korbannya tapi yang kita
hitung jumlah kasusnya. Seperti kejadian sampai saat ini terkait kasus
trafficking anak-anak yang dijual untuk dijadikan prostitusi itu kurang lebih
ada sekitar sembilan kasus trafficking.
Yang jelas sebenarnya anak boleh bekerja itu ada aturannya nanti bisa
dibaca konvensi ILO 138 dan 182 anak-anak yang boleh bekerja itu untuk
pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau
moral anak harus diupayakan tidak boleh kurang dari 18 (delapan belas)
tahun. Sedangkan untuk pekerjaan ringan tidak boleh kurang dari 16 (enam
belas) tahun., sejenis apa dan waktu yang berapa lama itu ada aturannya
ya. Nah kalo terkait dengan kasus yang marak, saya langsung saja ya anak-
anak yang dilibatkan kegiatan budaya yang mengandung unsur eksploitasi
Narasumber ondel-ondel saya kira kita lihat sekarang ini marak ada dimana-mana begitu
maghrib kita lihat ada metromini-metromini atau mikrolet didalamnya ada
anak-anak dan diatasnya ada ondel-ondel, saya lihat mereka seringkali
pulangnya sudah larut malam anak-anak harus berjalan jauh yakan dengan
pekerjaan yang beresiko juga dari sisi kelelahan fisik kemudian ada unsur
eksploitasi karena anak harus bekerja untuk waktu lebih dari tiga jam. Saya
menduga waktu yang mereka gunakan itu paling tidak dengan perjalanan
membutuhkan waktu sekitar lima Jam itu berarti kapan untuk anak itu
belajar, kapan dia bermain gitu loh, pertanyaan juga itu apakah juga itu
89
Universitas Budi Luhur
apakah itu kehendak sendirimaupun kehendak orang tua atau masyarakat
tetap tidak boleh kalau mengacu pada Undang-undang tenaga kerja tentu
itu akan menggangu tumbuh kembangnya jadi kalau kami tidak setuju
dengan anak-anak yang dilibatkan begitu biarkan anak-anak itu melakukan
aktifitas sebagai anak bermain, belajar seperti anak pada umumnya biarkan
kaitannya pada kebutuhan anak biar orang tuanya yang bertanggung jawab.
inikan terkait seni dan budaya nah dari anak-anaknya sendiri yang ingin
mengembangkan budaya dan dia yang ingin bekerja sebagai kesenian ondel-
Peneliti ondel, itu bagaimana tanggapan bapak dengan secara tidak langsung dia
tidak sadar sebagai eksploitasi juga.
Saya sepakat dengan melestarikan budaya tapi kita lihat juga caranya
apakah harus dengan cara itu ? ada gak cara-cara lain misalnya ada momen-
momen tertentu misalnya dalam rangka ulang tahun Jakarta mereka bisa
terlibatkan dalam ulang tahun Jakarta mengisi diacara tersebut, kalau inikan
budaya dijadikan alat eksploitasi gitu loh karena kalau kita lihat ondel-ondel
Narasumber
itu tidak semunya pakai ondel-ondel ada juga anak bawa dorongan musik
tidak membawa ondel-ondel kadang-kadang mereka hanya membawa lidi
yang dikasih kertas berwarna sudah itu saja, jadi kalau aku lihat
kemasannya adalah budaya tapi tujuannya adalah eksploitasi.
Narasumber yang kedua ada eksploitasi secara seksual anak-anak yang dijadikan
prostitusi itukan secara seksual ya, paling tidak eksploitasi itu ada dua
tersebut.
berarti faktor yang pertama faktor ekonomi dan seksual ya pak yang paling
Peneliti
penting ?
90
Universitas Budi Luhur
Itu jenisnya, kalau latar belakangnya kenapa anak dieksploitasi itu macam-
macam seperti karena faktor kemiskinan orang tua mengapa anak dilibatkan
bekerja karena orang tua miskin, karena anak juga ingin sesuatu bisa juga
karena lingkungan tempat tinggalnya main ondel-ondel atau anak disitu
biasa ngamen sehingga dia ikut-ikutan jadi itu faktor lingkungan. Orang tua
pengasuh dan faktor lingkungan yang paling penting, atau bisa juga
misalnya persoalannya anak bisa ditipu kan ada juga anak yang direkrut
kemudian dieksploitasi juga ada misalnya anak-anak yang disewakan
Narasumber
dijadikan pengemis itukan juga ada, jadi ada anak-anak yang disewakan
anak yang dibawa itu bukan anak sendiri tapi anak orang lain yang
disewakan juga ada atau anak-anak yang direkrut yang dijadikan pengemis
terjadi seperti kasus yang terjadi, seperti kasus di kalimantan kalau tidak
salah itu ada anak di NTT dua anak kakak beradik baca di media sosial itu
dua anak kemudian direkrut untuk dipekerjakan disana dan sehari harus
setor sekian itukan terjadi juga.
Namun anak yang direkrut seperti itu apakah orang tuanya mengetahui
ada kemungkinan tau tapi ada juga tidak, misalnya ada kasus yang terjadi
kasus eksploitasi seksual pada anak seringkali orang tua tidak tau tapi
misalnya anak-anak yang disewakan orang tuanya tau yang
menyewakannyakan orang tuanya jadi tidak semuanya tidak tau tergantung
kasusnya apa dulu gitu, kalau anak kasus dijadikan pengemis bisa jadi
Narasumber memang tau tapi kalau pengemisnya masih bayi ya namun pengemis yang
sudah besar bisa juga orang tuanya tidak tau karena dipisahkan orang
tuanya misalnya dipindihakan dari satu pulau ke pulau lainnya berarti orang
tuanya tidak tau jadi model trafficking direkrut terus dipindahkan itu bisa
dieksploitasi.
91
Universitas Budi Luhur
kita jujur ya selama ini penegakan hukum terhadap pelaku eksploitasi
terhadap anak apalagi pelakunya dari orang tuanya sendiri jarang sekali
diperoses hukum, proses hukum itu biasanya eksploitasinya diluar ekonomi
ya misalnya TPO itu tidak bisa ditoleransi lagi diproses hukum dan tidak bisa
didamaikan kalau korbannya anak-anak,terkadang memang hukum ini
Narasumber
masih menyesuaikan dengan konteks budaya juga kadang-kadang orang tua
juga mengatakan kami tidak mempekerjakan anak-anak kok inikan bagian
dari mengajarkan anak-anak untuk membantu orang tua, kadang—kadang
dalihnya macam-macam kaya gitu.
tadikan kita sudah menyebutkan faktornya apa saja dan sebagainya nah dari
eksploitasi anak ini tuh dampak yang terjadi dampak yang terjadi apa saja
Peneliti
sih pak dan khususnya bagi anak-anak itu tersendiri.
Iya betul Trafficking, jadi anak-anak yang dilacurkan berdampak nah nanti
akibatnya lagi anak mendapatkan stigma dari masyarakat itu bagian dari
Narasumber psikologis, masalah lagi yang lainnya adalah bisa jadi orang tuanya tidak
terima orang tua menolak ketika anaknya ketahuan hamil.
ada gak sih pak dampak yang sampe gak mau sekolah lagi gitu sampe
92
Universitas Budi Luhur
tergantung konteks anak yang mana dulu karena masing-masing jenis
kekerasan itu berdampak beda-beda gitu. Kemudian kalau soal secara fisik
bisa jadi terjadi cidera sama anaknya mungkin sampai kematianlah ya.
terakhir bisa berikan pesannya pak tidak sih pak untuk korban anak ini agar
tidak tereksploitasi lagi terhadap lingkungan sosial ataupun orang tuanya
Peneliti
yang memperkerjakan itu sendiri.
93
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 2
Novita Sari (Duta Anak Kota Tangerang dan Forum Anak Provinsi Banten)
Perkenalkan nama Kakak Danu Pratama, kakak saat ini semester akhir di
Universitas Budi Luhur sedang menjalani skripsi dengan judul Eksploitasi
Peneliti
Anak Studi Kasus Kesenian Ondel-ondel keliling, kakak boleh tau nama
kamu dan dari organisasi apa ?
Hallo Selamat malam dengan saya Novita Sari saya dari Organisasi Forum
Narasumber
Anak Banten dan Duta Anak Kota Tangerang.
Novita kakak mau nanya mengenai apa yang dimaksud dengan Duta Anak
Peneliti
dan Forum Anak Banten, disini kamukan sebagai Dutanya Anak-anak nih
Okey,, Duta itu adalah seseorang yang diutus oleh suatu lembaga untuk
melaksanakan tugas khusus, sedangkan duta anak adalah yaitu seseorang
yang membantu pemerintah untuk mewujudkan Kota Layak Anak dari Duta
anak ini sendiri mulai dari Kecamatan, Tingkatan Kota atau Kabupaten,
Narasumber Provinsi, Nasional, bahkan ASEAN. Sedangkan Forum Anak adalah
Organisasi yang memperjuangkan Hak-hak anak yang bertugas
mensosialisasikan hak dan kewajiban Anak ini ada 32 indikator yang terbagi
4 dasar hak anak yaitu Hak Hidup, Perlindungan, Tumbuh Kembang, dan
Partisipasi.
Peneliti kalau Tugas dan Fungsi dari Duta Anak dan Forum Anak ?
Tugas Kita itu menyalurkan aspirasi kepada pemerintah agar aspirasi
Narasumber mereka terdengar oleh pemerintah jadi kita insya Allah mengusahakan hak-
hak dan kewajiban anak di kota Tangerang dapat terwujud.
Kalau Forum anak kota Tangerang atau Duta Anak itu terbentuk mulai
Peneliti
kapan sih sehingga bisa sampai sekarang ini ?
Narasumber Untuk Forum Anak itu terbentuk pada tanggal 11 November 2012
Kalau Forum Anak di Kota Tangerang itu siapa ya dek yang menaunginya
Peneliti
hingga Nasional ?
94
Universitas Budi Luhur
Jadi kalau di Kota Tangerang di Naungi oleh Dinas DP3AP2KB dan secara
keseluruhan atau Nasional dinaungin oleh Kementrian Pemberdayaan
Narasumber Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu Mamah yoo panggilan akrab anak-
anak atau yang sering kita sebut Mentri Yohana Yambise.
Peneliti Kakak mau nanya kamu tau gak sih hak-hak dan Kewajiban Anak ?
Nah yang tadi saya sudah jelaskan kak, hak-hak anak itu sebenarnya ada
Narasumber 32 namun terbagi menjadi 4 hak anak yaitu Hak Hidup, Perlindungan,
Tumbuh Kembang, dan Partisipasi.
Disini menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 kan kategori anak
Peneliti yaitu usia 0 sampai 18 tahun dan belum menikah, apa sih yang kamu
ketahui tentang pekerja anak atau eksploitasi terhadap anak ?
jadi penyalahgunaan hak dan kewajiban anak ya seperti anak-anak itu
butuh hak bermain tetapi anaknya itu tidak boleh bermain tetapi malah
Narasumber menyuruh anaknya untuk bekerja mencari uang sehingga anak tersebut
secara tidak langsung haknya mulai hilang seperti bermain, berseni, dan
berkumpul dengan teman-temannya.
menurut Novita bagaimana sih pendapat novita mengenai kesenian ondel-
Peneliti
ondel keliling ini yang sering kita jumpai dilingkungan sekitar kita ini.
Kesenian ini ada beberapa faktor ya diantaranya itu orang tua kurangnya
pendidikan pada saat dahulu atau kurangnya sosialisasi dari pemerintah
sehingga mempekerjakan anak bahkan dalam Undang-undang
Narasumber
Ketenagakerjaan itu pekerja anak tidak boleh melebihi dari 3 jam,
kemudian ada faktor ekonomi sehingga mempergunakan anak untuk
mencarikan rezekinya.
disitu sering kita temui banyak sekali anak-anak yang dipekerjakan, kenapa
harus anak-anak yang dipekerjakan padahal yang seharusnya bekerja itu
Peneliti orang tua atau bapak, boleh kasih pendapatnya gak dek mengenai pekerja
anak kesenian ondel-ondel keliling ini ?
menurut saya karena pandangan orang tua anak itu dinilai sangat tertarik
menarik perhatian orang-orang, contohnya melihat anak-anak yang bekerja
Narasumber
sebagai kesenian ondel-ondel banyak yang memberikan duit, padahal
dimana seseorang yang bijak dengan orang yang baik itu beda karena
95
Universitas Budi Luhur
orang yang baik sudah pasti memberikan uang pada anak tersebut tanpa
dia mengetahui asal-usul anak tersebut apakah dia disuruh orang tuanya
atau ingin melestarikan budaya, sedangkan orang yang bijak orang yang
berfikir secara leluasa bertindak yaitu dia memikirkan kenapa anak tersebut
bisa bekerja sebagai ondel-ondel keliling.
selanjutnya menurut kamu nih sebagai Duta Anak maupun Forum Anak,
apa saja sih faktor-faktor penyebab eksploitasi pada kesenian ondel-ondel
Peneliti
keliling
Menurut kamu kalau dampak-dampaknya apa saja sih yang bisa terjadi ?
Peneliti
Dampak yang bisa terjadi itu sekolah si anak dapat terganggu bahkan
masa depan anak tersebut tidak dapat dikatakan akan sukses, kemudian
faktor ekonomi anak tersebut tidak akan naik jika mengandalkan pekerja si
Narasumber
anak, kemudian anak itu dewasa sebelum waktunya dan hak-hak anak itu
tidak terpenuhi secara optimal.
Peneliti Menurut kamu kalau dampak-dampaknya apa saja sih yang bisa terjadi ?
96
Universitas Budi Luhur
Dampak yang bisa terjadi itu sekolah si anak dapat terganggu bahkan
masa depan anak tersebut tidak dapat dikatakan akan sukses, kemudian
Narasumber faktor ekonomi anak tersebut tidak akan naik jika mengandalkan pekerja si
anak, kemudian anak itu dewasa sebelum waktunya dan hak-hak anak itu
tidak terpenuhi secara optimal.
Bagaimana Peran serta Duta Anak maupun Forum Anak dalam memberikan
Peneliti
solusi maupun pencegahan eksploitasi pekerja terhadap anak ?
Kebetulan sekali Forum anak ini sudah meliputi Forum Anak Kecamatan
bahkan Kelurahan dimana setiap forum anak tersebut diminta memantau
kondisi anak-anak pada suatu daerah yang ditugaskan, jika ada suatu kasus
Narasumber maka forum anak tersebut harus melaporkan ke Pemerintah atau Dinas
setempat dengan mengadakan surat aspirasi yang akan dibacakan kepada
bapak Walikota yaitu sudah ada mulai tahun 2017.
Selain bisa minta pesan atau masukan maupun solusi terhadap anak-anak
yang tereksploitasi agar tidak kembali lagi pada pekerja anak khususnya
Peneliti
pada kesenian ondel-ondel
Pesan saya untuk Anak-anak Kota Tangerang berfikirlah jernih untuk masa
depan kalian, boleh kalian melestarikan budaya tetapi tidak menggunakan
Narasumber pekerjaan anak, tetap semangat kemudian semoga hak-hak dan kewajiban
anak Kota Tangerang dapat terpenuhi dan dapat menjadi Kota Layak Anak.
97
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 3
98
Universitas Budi Luhur
Narasumber Tidak ada laporan yang masuk.
Berarti sudah termasuk cukup lama ya bu mengenai kasus ini tidak ada di
Peneliti
Kota Tangerang.
Narasumber Tidak ada Laporan
kalau misalkan bu tidak ada laporan masuk tapi kira-kira di lingkungan
Peneliti
sendiri ada tidak sih bu yang mempekerjakan anak ?
kalau dilingkungan biasanya ada beberapa seperti itu namun tidak pernah
Narasumber
ada yang melaporkan kepada kami
baik bu, bu disinikan menurut undang-undang nomor 35 tahun 2014
tentang perlindungan anak kategori anak itu mulai usia 0-18 tahun dan
Peneliti belum menikah, nah saya ingin meminta tanggapan ibu sebagai pihak
berwajib atau kepolisian dalam eksploitasi terhadap anak studi kasus
kesenian ondel-ondel ?
Sebenarnya yang mas sampaikan itu kategori usia dibawah 18 tahun
termasuk anak yang berada didalam kandungan, kalau sebagai pemain
ondel-ondel kemungkinan ada namun anak sebenarnya boleh bekerja tapi
batasannya sehari 3 jam, kalau mungkin kalau konteksnya bermain ondel-
Narasumber ondel kan tidak lama dan tidak menggangu aktifitasnya sekolah bisa juga
setelah pulang sekolah bermain ondel-ondel kan itu bisa juga mendidik dia
juga dalam jiwa seninya, daripada dia main yang tidak jelas karena dia
hobbynya seni sehingga dia terjun bermain ondel-ondel itu, mungkin dari
kesenangnya sendiri.
Peneliti Timbul dari diri sendirinya kali ya bu
bisa juga seperti itu karena jiwa seninnya ada dan anak itu boleh bekerja
Narasumber yang pantas bekerja ya dan sudah mampu bekerja tapi ada batasan jam
hanya dua jam saja.
itukan berdasarkan anaknya sendiri, ada gak sih bu kemungkinan ada
Peneliti arahan dari orang tua untuk bekerja anaknya atau ada lingkungan sosial
yang ibaratnya mempekerjakan anak itu sendiri ?
Karena Undang-undang sudah disosialisasikan dan ancaman hukumannya
lumayan ya saya rasa mengerti lah orang tua atau siapapun yang
Narasumber berhubungan dengan kesenian ondel-ondel itu dia mikir juga sih kalau
misalnya mempekerjakan anak kemudian anak itu tidak bisa sekolah itu
saya rasa sih.
99
Universitas Budi Luhur
berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan tidak boleh membahayakan
anak jugakan, yang saya ketahui bu mohon maaf saya juga warga Kota
Tangerang dan saya melihat anak-anak khususnya anak-anak SD karena
masih kecil-kecil sekali, dia mulai keluar kisaran maghrib keatas dan itu
Peneliti
lebih dari dua sampai tiga jam dan itu bisa menggangu waktu belajarnya
dimalam hari maupun keselamatannya karena berdasarkan Undang-undang
jam enam sore tidak boleh lagi bekerja, nah itu menurut pandangan ibu
dan tanggapan ibu bagaimana ?
ondel-ondel yang biasayan dipingir-pingir jalan itukan ? tapi yang saya lihat
Narasumber jalur saya dari Tangerang ke BSD yang saya lihat itu yang ada malah sore
sebelum maghrib kalau malam kayanknya gak ada deh.
kalau yang saya lihat kisaran wilayah kecamatan pinang, Ciledug, karang
Peneliti
tengah, larangan itu biasayanya diatas maghrib yang saya lihat bu
namun kalau tidak lebih dari 3 jam sih tidak masalah bisa juga dia
melakaukan hal itu secara bergantian tapi kalau diatas dua jam itu yang
Narasumber
menjadi masalah ditambah mungkin jaraknya yang jauh bisa
membahayakan keselamatan anak yang berada dijalanan
menurut ibu anak yang dipekerjakan sebagai kesenian ondel-ondel keliling
Peneliti
ini termasuk kejahatan eksploitasi anak tidak ya bu ?
yang tadi saya bilang kalau dua jam boleh ada kan aturannya ? dua jam
boleh, ya mohon maaf kan anak-anak seperti itu pasti selain dia hobby tapi
Narasumber
ada juga yang ekonominya yang menengah kebawah gitukan, yang penting
dia dapet duit untuk menyambung hidupnya gitukan saya rasa.
apa saja sih bu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya eksploitasi
Peneliti anak dalam kesenian ondel-ondel keliling apakah ada faktor ekonomi,
pendidikan dan lain sebagainya gitu bu ?
Yang jelas faktor ekonomi, itu jelas faktor Utamanya karena ekonomi dia
terpaksa harus bekerja, anak harus bekerja karena ekonomi dan dibolehkan
Narasumber oleh undang-undang hanya maksimal dua jam. Faktor ekonomi jelas, ya
mungkin anak itu hobby juga, ikut-ikutan bisa ohh temennya main aku
ikutan main juga.
Sekiranya ada unsur pendidikan tidak sih bu ibaratnya karena tidak sekolah
Peneliti
yaudah saya lebih baik saya cari uang gitu bu ?
Narasumber Bisa juga seperti itu, bisa juga sih anak gak sekolah gitu yak tapi Pemda
100
Universitas Budi Luhur
kayanya untuk anak-anak yang membentuk seperti P2TP2A itu salah
satunya adalah menangani tentang anak yang Drop Out Sekolah gitu,
mereka itu ada di P2TP2A itu ada anggotanya di tingkat-tingkat kelurahan
ada UPT-UPTnya itu ada di tingkat-tingkat kelurahan disitu bisa menangani
perkara yang melibatkan perempuan dan anak, kemudian yang saya tau itu
ada keluarga yang mohon maaf tergolong miskin yang butuh kesehatan,
perlu bantuan pelayanan sembako dan sebagainya.
tadikan ibu sempat menyampaikan mungkin itu dari kemauan anaknya
sendiri gitu ada gak sih bu nah inikan ondel-ondel salah satu kesenian
Peneliti budaya ya bu yang sering kita temui di Jakarta atau Betawi biasanya, ada
gak sih bu unsur budaya yang masuk kesini gitu bu dari anaknya atau
orang tuanya yang niatnya ingin melestarikan budaya ondel-ondel ini ?
bisa juga bisa, menurut saya ada salah satunya juga karena ingin
melestarikan budaya mungkin dari nenek moyangnya sudah memainkan
Narasumber
ondel-ondel jadinya ke anak keturunannya kepingin juga justru malah besar
dari situ pengaruhnya.
tadikan ibu sudah menyebutkan mengenai faktor-faktornya nah sekiranya
apa sih bu dampak-dampak yang terjadi pada anaknya ini atau korban
Peneliti eksploitasi terhadap anak kita mengetahui biasanya diatas jam 6 yang
sering saya temui dan itu juga dijalan raya sangat riskan sekali bagi anak
yang masih muda untuk bekerja gitu bu
Kalau anak dipaksakan bekerja setelah jam sekolah yaa dampaknya jadi
nanti kalau nanti dia waktunya belajar dia gak belajar pengaruh ke nilai,
Narasumber untuk keselamatan, dia kan biasanya kan dipinggir-pinggir jalan gelap
rawan adanya Lakalantas adanya kecelakaan.
101
Universitas Budi Luhur
garis besarnya Hak hidup, perlindungan, tumbuh kembang dan partisipasi
anak, nah bagaimana bu solusi maupun pencegahannya agar anak ini
mendapatkan haknya sebagai anak dan kasus serupa tidak terulang
kembali?
anak itukan adalah Aset penerus Bangsa untuk menangani adanya
eksploitasi pekerja anak dibawah umur kita harus bekerjasama dengan
Narasumber instansi terkait tidak hanya dari kepolisian dari pemerintahan, dari lembaga-
lembaga pendukungnya seperti Pemda, Dinsos, LSM, Masyarakat, dan
Pemuka Agama.
bu sekali lagi yang terakhir bu bisa kasih Pesannya untuk anak-anak
Peneliti
Indonesia ini agar masa depannya yang cerah bu
Khusus untuk anak-anak kalau Pelajar harus belajar, untuk menjadi orang
sukses itu bukan orang yang bodoh justru orang yang pinter gitu. Kalau
Narasumber
anak sebagai penerus bangsa dan aset Negara kalau tidak pinter
bagaimana nantinya suatu pemerintahan, gitu saja sih.
Peneliti Terimakasih bu atas waktunya untuk wawancaranya
Narasumber M : Sama-sama.
102
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 4
Pewawancara Selamat malam adik-adik Semuanya.. kenalin nama kakak Danu Pratama,
kakak kuliah di Universitas budi luhur, disini kakak mau diskusi terkait
ondel-ondel untuk tugas kuliah kakak, kakak mau nanya dong nama
temen-temen siapa aja sih ?
Narasumber I Nama saya Muhammad Reyhan kelas 2 SMP di Al-Ihsan Kodam Bintaro
Pewawancara Kalo nama kamu siapa ?
Narasumber II Wisnu
Pewawancara Wisnu Siapa
Narasumber II Wisnu Arya Kusuma
Pewawancara Kelas berapa
Narasumber II kelas 2 SD di SDN 01 Kampung sawah
Pewawancara kalau reyhan sekarang umurnya berapa ?
Narasumber I saya 15 Tahun
Pewawancara Kalau wisnu ?
Narasumber II 9 Tahun
Pewawancara disini kaliankan menarik ondel-ondel bekerja untuk mencari uang kira-kira
mengganggu waktu belajar kalian juga gak sih ?
Narasumber I Gak kak, karena narik ondel-ondel itu setelah pulang sekolah
Pewawancara biasanya kalo narik ondel-ondel itu dari jam berapa sampe jam berapa ?
Narasumber I Kira-kira sore abis Ashar pulang jam sembilan sampe jam setengah
sepuluh
Pewawancara Kalau kamu sama ?
103
Universitas Budi Luhur
Narasumber II He’emm
Pewawancara Kalau boleh tau kalian tinggalnya dimana ?
Narasumber I di pondok kacang
Pewawancara kalau kamu dimana ?
Narasumber II di Pondok kacang juga
Pewawancara kalian tetanggaan yak ?
Narasumber II he’emm
Pewawancara satu RT RW Juga ?
Narasumber I Sama
Pewawancara Disini kalian tinggal sama Orang tua, saudara atau sama siapa ?
Narasumber I Sama Orang tua
Pewawancara Kalau kamu ?
Narasumber II Sama orang tua dan saudara
Pewawancara Kalau boleh tau orang tua kalian kerjanya apa ?
Narasumber I Kalau mamah ibu rumah tangga, kalau ayah supir pribadi
Pewawancara Kalau kamu ?
Narasumber II Mamahnya warung
Pewawancara Warung apa ?
Narasumber II Warung biasa
Pewawancara Kalau ayahnya kerjanya?
Narasumber II ayah gak kerja
Pewawancara Terus kalo dirumah ayah ngapain
Narasumber II ayah jaga warung juga
Pewawancara Ohh.. berarti yang jaga warung ibu sama ayah
Narasumber II he’emm
Pewawancara Kalau boleh tau tadikan kamu bilang ayah kerjanya jadi Supir pribadi,
kira-kira kamu tau gak sih gajinya berapa
Narasumber I Kalau ada lembur bisa sampe 1,5 juta sebulan
Pewawancara Supir pribadi siapa sih kalo boleh tau ?
Narasumber I Supir pribadi Ibu Notaris
Pewawancara Kalo kamu tau gak biasa berapa penghasilan orang tua ?
Narasumber II gak tau
Pewawancara Kalau kalian biasanya sekolah dikasih uang jajan berapa ?
104
Universitas Budi Luhur
Narasumber I Gak pernah dikasih, jajan pake hasil uang narik
Pewawancara Kalau kamu dikasih gak ?
Narasumber II Lima ribu sehari
Pewawancara Kalo kamu narik ondel-ondel biasanya dari jam berapa sampe jam berapa
?
Narasumber I Biasanya abis ashar sampe jam sembilan atau jam 10 malem
Pewawancara berarti kurang lebih 5 – 7 jam ya ?
Narasumber I Iya
Pewawancara Kalau narik ondel-ondel orang tua kalian tau gak sih dan izin gak sih ?
Narasumber II Lima ribu sehari
Pewawancara Kalo kamu narik ondel-ondel biasanya dari jam berapa sampe jam berapa
?
Narasumber I Biasanya abis ashar sampe jam sembilan atau jam 10 malem
Pewawancara berarti kurang lebih 5 – 7 jam ya ?
Narasumber I Iya
Pewawancara Kalau narik ondel-ondel orang tua kalian tau gak sih dan izin gak sih ?
Narasumber I Tau, izin juga
Pewawancara kalau kamu izin gak ?
Narasumber II Izin
Pewawancara Kata orang tua apa ?
Narasumber II W : Iya.. gpp
Pewawancara Kalian untuk narik ondel-ondel ini yang ngajarin atau nyuruh kamu siapa,
orang tua, orang lain atau siapa ?
Narasumber I gak, ini keinginan sendiri
Pewawancara kalau kamu ?
Narasumber II sama
Pewawancara bukan orang tua yang nyuruh ?
Narasumber II Bukan
Pewawancara Biasanya kalo narik dapet berapa ?
Narasumber I Biasanya kalo lagi sepi 200 kalo rame 200 keatas
Pewawancara biasanya dapet berapa kalo 200 keatas
Narasumber I bisa 400-500
Pewawancara Kalo uangnya itu dibagi sama temen-temen, orang tua atau siapa ?
105
Universitas Budi Luhur
Narasumber I gak, ada Bosnya
Pewawancara Bosnya itu darimana ?
Narasumber I Bosnya itu di ceger jurang mangu, kalo penghasilan 400, 500 dibagi rata
Pewawancara dibagi ratanya berapa-berapa ?
Narasumber I Ya itu… tergantung Pendapatannya
Pewawancara Misalkan 200 dibagi berapa
Narasumber I 50 ribu dibagi rata sama Bos juga, kadang bosnya juga ngertiin nanti dia
ngambil berapa
Pewawancara inikan ondel-ondel kita tau yak khas dari betawi, ini kalian mencari uang
dari ondel-ondel ada niatan untuk melestarikan budaya atau emang ada
kebutuhan sendiri untuk uang jajan dan lain sebagainya ?
Narasumber I untuk menghibur anak-anak dijalan sekaligus melestarikan ondel-ondel
dan mencari uang untuk kebutuhan sendiri bang.
Pewawancara Emangnya uang dari orang tua kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari
kalian ?
Narasumber I Enggak, biar gak nyusahin orang tua
Pewawancara Kira-kira kalian merasa dimanfaatkan tidak sih sama orang-orang tertentu
contohnya tadi kalian sama bos kalian, kan masa-masa kalian itu
seharusnya bermain, belajar dll nah pendapat kalian bagaimana ?
Narasumber I Gak kok, soalnya Bos saya ngerti kalo mau sekolah ya sekolah jangan
ngarak ondel-ondel terus dan pentingin sekolah jangan ngarak ondel-
ondel
Pewawancara kalian disini narik ondel-ondel udah berapa lama ?
Narasumber I udah 2 tahun
Pewawancara kalo kamu udah berapa lama
Narasumber II sama, udah 2 tahun juga
Pewawancara Emang umur kamu berapa
Narasumber II Sembilan
Pewawancara Berarti kamu ngarak ondel-ondel dari umur 7 tahun yak
Narasumber II Iya
Pewawancara Okay, cukup itu aja yang kakak mau tanyain terimakasih atas waktunya
adik-adik semua dan selamat malam.
106
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 5
Narasumber I : Sadi
107
Universitas Budi Luhur
yak sebagai anak terakhir yaa?
ett sama bang… biayanya juga gak seberapa gak cukup buat biaya
Narsumber II
sekolah
kalian kan sekarang udah gak sekolah yaa tapi kalian drumah masih
Peneliti
belajar gak sih dan ganggu waktu bermain kalian gak sihh ?
Gak sih gak ganggu, waktunya main ya main, waktunya nyari duit nyari
Narsumber I
duit, waktunya ngarak ya ngarak
Peneliti Kalo kamu ?
Narsumber II Iyaa sama
Peneliti Biasanya kalo ngarak ondel-ondel dari jam berapa sampe jam berapa ?
Narsumber I mulai jam 5 sore sampe jam 10 malem
Peneliti Itu maksimal atau bisa lebih malam lagi ?
Narsumber I itu maksimal bang
Peneliti kirain sampe jam 12 atau jam berapa gitu
Narsumber I itu kemaleman bang nanti ganggu orang
Peneliti kalian tinggal dimana dek ?
Narsumber I di Kampung bulak wareng bang
Peneliti itu daerah mana dek ?
Narsumber I daerah ciledug
Peneliti itu sebelah mananya ?
Narsumber I itu bang di Caplin daerah taman Asri
Peneliti Ohh taman asri deket dong yak
Narsumber I iya bang
Peneliti kalo sekarang tinggal sama temen ngkos, saudara, atau sama orang tua ?
Narsumber I sama yang punya ondel-ondel
Narsumber II sama Bosnya
Ohh jadi satu sama bosnya yang punya ondel-ondel, emangnya orang tua
Peneliti
kalian dmana?
ada, tapi pengennya disitu aja nanti kalo udah 3 hari balik, ganti baju,
Narasumber I
mandi gitu
Peneliti tapi rumah kalian deket dari situ ?
Narsumber I Lumayan deket
Peneliti biasanya kalian kalo ngarak ondel-ondel sehari dapet berapa ?
108
Universitas Budi Luhur
Narsumber I paling minimal 300, 400 gitu
Peneliti Minimal ? biasanya kalo maksimal berapa ?
Narsumber I 700, 500 dapetlah kalo keluarnya dari jam 3 gitu
nah itu uangnya dibagi sama temen-temen, dikasih orang tua, atau
Peneliti
dikasih bosnya
Narsumber I itu setoran
Peneliti perhari setoran berapa ?
Narsumber I perhari setoran 60 ribu
Peneliti berarti sisanya buat kalian semua ?
Narsumber I iya, dibagi berempat sama temen-temen
Sekarang kan kalian tinggal sama yang punya ondel-ondel nah orang tua
Peneliti
kalian kalo
Narsumber I iya, dibagi berempat sama temen-temen
Sekarang kan kalian tinggal sama yang punya ondel-ondel nah orang tua
Peneliti
kalian kalo boleh tau kerjanya sebagai apa yak ?
bapak kerja sebagai apa yak…. Ehehe…. Bapak warung kalo ibu kerjanya
Narsumber I
ibu rumah tangga aja
Peneliti ohh bapak ibu sama yak kerjanya warung semua ?
Narsumber I iya
Peneliti kalo kamu ?
Narsumber I kalo ibu jadi ibu rumah tangga kalau bapak tukang ojek
Peneliti tukang ojek pangkalan atau ojek online ?
Narsumber I ojek pangkalan
Peneliti kalian ini mulai ngarak atau narik ondel-ondel ini sejak kapan yak ?
Narsumber I udah lama, sejak 2-3 tahun yang lalu
Peneliti berarti dulu barengan yak
Narsumber I iyaa
Peneliti biasanya ngarak ondel-ondel dari jam berapa sampe jam berapa ?
Narsumber I dari jam 5 sampe jam 10 malem bang
berarti kurang lebih 4-5 jam ya sehari, orang tua kalian tau gak sih dan
Peneliti
izin sama orang tua gak ?
emang dari dulu udah tau, izin dulu sama orang tua, kalo dulu suka
Narsumber I
dicariin tapi kalo sekarng karena udah lama jadi gak dicariin yang
109
Universitas Budi Luhur
penting 3 hari pulang mandi, ganti baju.
D : berarti izin sama orang tua yak tau kalo ngarak ondel-ondel, kalian ini
Peneliti ngarak ondel-ondel
Keinginan sendiri gitu, daripada dirumah diem mendingan nyari duit biar
Narsumber I gak nyusahin orang tua gitu gak sekolah yakan daripada diem dirumah.
berarti lebih keinginan sendiri nyari duit ya gak nyusahin orang tua, tapi
dari kalian itu memang lebih ingin nyari duit untuk diri sendiri dan
Peneliti
keluarga niatnya atau ada rasa ingin melestarikan budaya juga
Melestarikan budaya betawi juga dan keperluan pribadi juga untuk makan
Narsumber I pastinya
biasanya uangnya itu dibagi sama temen-temen dan dibuat jajan sama
Peneliti temen-temen atau dikasih orang tua ?
dititipin sama bos, nanti kalo udah tiga hari mau pulang diambil dikasih
Narsumber I
orang tua
Peneliti tapi tetep dikasih orang tua ?
tetep dikasih orang tua nanti kalo mau jajan dititipin sama bos nanti kalo
Narsumber I
mau pulang
Pewawancara kalau boleh tau bosnya punya berapa ondel-ondel yak ?
Narsumber I lima ondel-ondel
Peneliti semuanya masih dibawah 18 tahun yak yang ngarak ondel-ondel
iya, ada yang umur 16, ada yang 10 tahun ada yang lebih kecil 8 tahun,
Narsumber I
biasanya kalo libur sekolah suka ngikut dia
kenapa sih yang ngarak ondel-ondel itu dibawah 18 tahun yang ngarak,
Peneliti
menurut kalian kenapa sih ?
Narsumber I Gak tau juga sihh
Peneliti paling keinginan dia
Narsumber I kalo orang gede-gede gengsi kali
110
Universitas Budi Luhur
disini kan kalian udah gak sekolah yak nah kenapa uangnya gak kalian
Peneliti
buat sekolah lagi aja ?
udah terlanjur dah, udah ketinggalan juga mending ditabung bae sama
Narsumber I
ajakan sama buat makan
Peneliti kalo kamu kenapa ?
Narsumber I yaa sama..
Peneliti kok gak dibuat sekolah aja
Narsumber I ett gak seberapa kan duitnya
Peneliti emang dari orang gak ada ?
Narsumber I gak ada
Peneliti kalian dikasih uang jajan gak sih kalo keluar
Narsumber I yaa dikasih buat jajan 4 ribu sehari
Peneliti kalo kamu berapa sehari ?
Narsumber I palingan dikasih 10rb kalo mau beli nasi gitu
111
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 6
Nama saya Bang Candra, biasanya sih anak-anak manggil saya Bang
Narasumber
Candra
kalo boleh tau bang candra udah punya ondel-ondel ini sudah berapa lama
Peneliti ya bang ?
kalo ondel-ondel ini belum lama sih baru dua Tahunan, kita ini punya
sanggar ada lenong, gambang kromong buat acara-acara pernikahan kita
Narasumber
punya di daerah Graha Raya Regensi.
untuk sejarah adanya Budaya ondel-ondel itu bagaimana sih bang asal
Peneliti mulanya ?
112
Universitas Budi Luhur
Bukan hanya di Jakarta saja tapi di Kota Tangerang, Tangerang selatan
juga banyak Warga betawi. Bahkan di Jakarta saja juga banyak warga
Narasumber
masyarakat Jawa
Biasanya kalo ondel-ondel punya abang paling sering buat acara apa ya
Peneliti bang ?
biasanya bang Chandra kenapa sih milih anak-anak untuk jadi pekerja
Peneliti ondel-ondel ?
Kebayakan sihh anak-anak yang putus sekolah sih, yang udah gak ada
kegiatan lain-lain dah, daripada mereka ngamen penghasilannya juga
sedikit mendingan mereka kemari berempat atau berlima untuk nyewa
Narasumber ondel-ondel hasilnya juga lumayan gede dari ondel-ondel dibanding
mengamen. Karenakan kalo ngarak ondel-ondel anak-anak lebih suka dan
terlihat seninya.
113
Universitas Budi Luhur
Biasanya yang nyewa ondel-ondel itu keluar jam berapa sampe jam berapa
Pewawancara ya bang ?
Biasanya dari sore jam 4 sampe jam 10 malam, karena kalo sore itu lebih
banyak orang daripada pagi. Kalo pagikan orang pada dirumah, kalo siang
Narasumber panas cuacanya dan kalo sore itukan rame kalo dijalan apalagi kalo malam
minggu
kalo boleh tau bang awal mulanya itu kenapa sih bang bisa
Peneliti memperkerjakan anak-anak untuk pekerja kesenian ondel-ondel keliling ?
Awalnya itu permintaan anak-anak sini aja sih yang pada nongkrong pada
dateng kerumah mau ngarak ondel-ondel nyari duit buat jajan atau buat
makan sehari-hari, awalnya sih gitu dan lumayan jugakan setiap mereka
ngarak hasilnya dibagi rata sama kita jadi Simbiosis Mutualisme buat
nambahin pemasukan kita jugakan, selain itu sih kita untuk melestarikan
Narasumber
budaya juga sih kan kalo didaerah jakarta itu udah gak boleh yak buat
dijadiin pengamen ondel-ondel dan disini adat betawi itu semakin
menghilang jadinya kita memperkenalkan dengan anak-anak ngarak ondel-
ondel dan diacara-acara pernikahan maupun di Festival.
tau, orang tuanya tau. Selama mereka ngarak ondel-ondel disini gak ada
masalah dari orang tua mereka kecuali kalo anaknya masih sekolah
biasanya kita larang apalagi kalo sampe mereka bolos-bolos sekolah kita
Narasumber
larang gak kita izinin disini khusus orang-orang yang putus sekolah karena
kalo orang-orang yang sekolah itu menggangu pelajaran mereka.
Biasanya paling kecil sih 30 ribu paling gede bisa 80 sampe 100 ribu
Narasumber perorang, kita selalu biasanya hasil total pendapatan mereka dibagi rata
sama saya yang punya misalkan dapet 300 ribu dan yang berangkat 4
114
Universitas Budi Luhur
orang dan berlima sama saya itu dibagi rata sama saya nih yang punya jadi
bukan kita patokin sehari harus nyetor 100 ribu perhari misalkan.
kesenian ondel-ondel disini itu milik pribadi, keluarga atau ada sanggar sih
Peneliti
bang disini ?
Narasumber kalo disini sanggar mas
Peneliti Nama sanggarnya apa ya mas ?
Sanggar Betawi Bintang Fadli, awal mulanya sih namanya Karya Patas
Narasumber artinya Karya Pajak atas dan seiring berjalannya waktu kita ganto jadi
Sanggar Betawi Bintang Fadli.
Bang ngarak ondel-ondel itu kenapa sih mayoritas anak-anak bukan orang
Peneliti
dewasa ?
Karena orang dewasa itu gengsi sih, karena disini juga jarang yang ngarak
ondel-ondel orang dewasa dan kebanyakan anak-anak yang mau ngarak
ondel-ondel selain itu kita juga gak pilih-pilih siapa yang mau dateng kesini
buat nyari duit tapi kita gak maksa buat ngarak. Selain itu kalo orang
dewasa selain gengsi kebanyakan mereka sudah punya pekerjaan lain kalo
Narasumber
anak-anak kita utamain yang biasanya putus sekolah untuk nyari duit,
kasian jugakan dia gak punya ijazah SD, SMP, SMA makanya kita bantu
buat nyari duit dengan ngarak ondel-ondel dan syukur-syukur juga kalo dia
punya pekerjaan sampingan lainnya dan bisa beralih ke yang lebih baik
lagi.
Selain ngarak ondel-ondel gimana sih bang cara bang candra buat
Peneliti
melestarikan budaya ondel-ondel ?
biasanya kita dengan acara-acara pernikahan atau Festival kalo ada acara-
Narasumber acara dan undangan kita selalu hadir untuk meramaikan dan biasanya juga
di Ulang tahun Jakarta.
Cukup sekian bang untuk wawancaranya, terima kasih banyak atas
Peneliti
kesempatannya untuk diskusinya ya bang.
115
Universitas Budi Luhur
VERBATIM 7
Perkenalkan nama saya Danu Pratama pak, saya mahasiswa tingkat akhir
yang sedang skripsi di Universitas Budi Luhur. Pak saya mau menanyakan
Peneliti
tugas pokok dan fungsi dari Dinsos ini sebagai apa ya pak ?
Perkenalkan nama saya Danu Pratama pak, saya mahasiswa tingkat akhir
yang sedang skripsi di Universitas Budi Luhur. Pak saya mau menanyakan
Peneliti
tugas pokok dan fungsi dari Dinsos ini sebagai apa ya pak ?
116
Universitas Budi Luhur
sosial itu ada 70 UMKS seperti ODGJ, orang terlantar, anak terlantar,
Disabilitas, penyandang tuna netra, dll. Jadi itu semua permasalahan yang
saat ini kita hadapi kaya adanya ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) orang
terlantar yang tidak ada sanak keluarga kita tampung di RPS (Rumah
Perlindungan Sosial) karena mereka tidak ada keluarga sementara mereka
itu terlantar dijalan ada laporan dari polisi bahwa orang terlantar kita
tampung di Rumah Perlindungan Sosial (RPS) kalau dia sakit kita bawa
kerumah sakit kalau sudah sembuh kita bawa lagi ke RPS setelah itu kita
Assesment kita Tanya ohh ada juga keluarganya, kaya tadi nih ada
keluarganya nih rumahnya di Bogor ternyata mereka mau mengambil
keluarganya seperti itu, dia juga mengucapkan terima kasih Dinsos sudah
membantu keluarga kita maaf gak bisa ngasih apa-apa dan hanya Allah
sajalah yang bisa membalasnya.
Pak, untuk Bidang-bidang yang ada di Dinsos itu aoa saja ya pak ?
Peneliti
Kalau misalkan terkait pekerja anak ada berapa ya pak terkait pekerja anak
Peneliti
?
Biasanyakan dari Satpol PP merazia atau mengoperasi dan mereka mengirim
ke Dinsos dan kita Bina dari Kita kira-kira 3 sampai 10 hari dan kita panggil
Narasumber
orang tua mereka kalau anak-anak dibawah umur.
Itu semuanya sudah menyalahi aturan gak boleh, karena keadaan faktor
Narasumber ekonomi kebutuhan sehari-hari.
Selain tadi faktor ekonomi selain itu ada lagi tidak pak Faktor yang lainnya ?
Peneliti
117
Universitas Budi Luhur
selain itu faktor lingkungan setempat mempengaruhi juga, keadaan
setempat bagaimana jika lingkungannya buruk maka akan buruk jika baik
Narasumber
makan akan ikut baik pula
Ondel-ondel inikan termasuk budaya kan ya pak, menurut bapak ini ada
Peneliti faktor budaya dan keselamatan anak tidak sih pak yang mempengaruhi ini ?
Terakhir pak, kira-kira pesan yang bapak ingin sampaikan terhadap anak-
Peneliti anak di Kota Tangerang Apa ya ?
Saya minta mereka janganlah melakukan itu dijalan karena resikonya besar
untuk resiko kecelakaan mereka kalo dijalan lalulintas, jalan umum tidak
Narasumber baik, kalau bisa cari yang lebih baik yang produktif dan membuat mereka
lebih baik seperti pembinaan keterampilan yang sudah kita lakukan.
118
Universitas Budi Luhur
LAMPIRAN FOTO WAWANCARA
Narasumber I
119
Universitas Budi Luhur
Narasumber 2
Novita Sari sebagai Duta Anak dan Forum Anak Kota Tangerang
120
Universitas Budi Luhur
Narasumber 3
Rumanti, S.H sebagai Pejabat Sementara Kanit PPA Polres Metro Tangerang
121
Universitas Budi Luhur
Narasumber 4
122
Universitas Budi Luhur
Narasumber 5
123
Universitas Budi Luhur
Narasumber 6
124
Universitas Budi Luhur
Narasumber 7
125
Universitas Budi Luhur
LAMPIRAN
SURAT KELUAR & TANDA TERIMA SURAT
Surat Keluar & Tanda Terima Surat dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
126
Universitas Budi Luhur
Surat Keluar dan Tanda Terima Surat dari Polres Metro Tangerang Kota.
127
Universitas Budi Luhur
Surat Keluar untuk Dinas Sosial Kota Tangerang
128
Universitas Budi Luhur
129
Universitas Budi Luhur