Anda di halaman 1dari 4

Nama : M Izmi Nurkalam Pahmi

Kelas : A1

Nim : 31117070

Uts Perpajakan Internasional

1. Definisi Hukum Pajak International

Ottmar Buhrer :

Dalam arti Sempit : Kaidah-kaidah norma perselisihan yang didasarkan pada hokum
antar bangsa (Hukum Internasional)

Dalam arti luas : Kaidah-kaidah hukum antar bangsa ditambah peraturan nasional yang
mempunyai obyek hukum perselisihan , khususnya tentang perpajakan.

Hukum Pajak Internasional adalah Keseluruhan peraturan yang mengatur tata tertib
hukum dan mengatur soal penyedotan daya beli itu di masing-masing negara.

Hukum Pajak Internasional merupakan pengertian yang lebih luas dari pada pajak
berganda, dan hukum pajak nasional itu termasuk hukum pajak Internasional.

Hukum Pajak Internasional diatur dalam hukum nasional mengenai persoalan :

a. Pengenaan pajak terhadap orang-orang luar negeri;

b. Peraturan-peraturan nasional untuk menghindarkan pajak berganda; dan

c. Traktat-traktat

Sumber Hukum Pajak Internasional di Indonesia:

a. Kaidah hukum pajak nasional yang mengandung unsur asing :

- Pasal 32 A UU PPh mengenai P3B;

- Pasal 2 UU PPh tentang Subjek Pajak Luar Negri dan BUT;


- Pasal 3 UU PPh mengenai tidak termasuk subjek pajak

- Pasal 5 (2) UU PPh Biaya2 yg boleh dikurangkan dari penghasilan BUT.

- Psl 18 UU PPh Hubungan Istimewa bilamana terdapat ketidakwajaran dalam


perpajakan.

- Psl 24 UU PPh Kredit Pajak Luar Negeri.

- Psl 26 UU PPh Pemotongan pajak atas SP LN yang memperoleh penghasilan di


Indonesia.

b. Kaidah-kaidah tax treaty, yaitu perjanjian bilateral (P3B) dan perjanjian multilateral
(Konvensi Wina 1961 & 1963).

c. Putusan hakim Pengadilan Nasional maupun internasional

2. Tax Treaty hanya mencakup pada Undang – Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) dan
tidak berlaku untuk Undang – Undang Pertambahan Nilai (PPN).

Makna ratifikasi adalah perjanjian dianggap sah dan dapat dijalankan oleh penduduk antar
Negara bila disahkan atau dikuatkan oleh badan yang berwenang di negaranya, dalam hal ini
bisa DPR atau Presiden.

3. Asas Pengenaan Pajak Internasional :

a. Asas domisili atau asas kependudukan (domicilie/residence princilpe)

b. Asas sumber (source principle)

c. Asas Nasionalitas atau kewarganegaraan (nationality/citizenship principle)

- Ketiga asas di atas diterapkan di Indonesia.

- Asas domisili dalam Psl 2 UU PPh, Asas nasionalitas dengan NPWP dimanapun berada,
- Asas sumber tehadap penduduk asing yang memperoleh penghasilan di Indonesia dengan
mekanisme pemetongan pajak (withholding tax)

Metode Penghindaran Pajak Berganda :

a. Pembebasan/pengecualian (exemption)

- Subject exemption, ditentukan dlm Psl 3 UU PPh

- Objectt, income exemption atau full exemption, pajak luar negeri tidak perlu dikenakan
pajak lagi seperti PPh Final

- Pembebasan pajak (tax exemption) atau exemption with progression, kerugian dari luar
negeri diperhitungkan untuk mengurangi pajak dlam negeri.

b. Kredit pajak (tax credit)

- Menghitung kembali penghasilan dari luar negeri dan pajak terutang di negera domisili.
Pajak yang telah di bayar diluar negeri dapat mengurangkan pajak terutang di negara
domisili. Metode ini dibagi dalam 3 macam :

° Kredit penuh (full credit) Tidak digunakan di Indonesia

° Kredit terbatas (ordinari atau normal credit) pengurangan atau paling tinggi sebesar
pajak terutang dalam negeri.

° Kredit fiktif Dibuatkan kredit fiktif di negera sumber untuk mendorong investor di
negara sumber. Metode ini tidak digunakan di Indonesia

c. Metode Lainnya

- Pembagian pajak (tax sharing) membagi pajak terutang antara negara sumber dengan
negara domisili

- Pembagian hak pemajakan (division of taxing power) Penentuan tarif maksimum yang
diperoleh wajib pajak Luar Negri.
- Pengurangan tarif (reduction of the rate) Pengurangan tariff atas penghasilan luar negeri,
sehingga tarif pajak terutang dalam negeri dengan tarif umum, dan pajak terutang luar negeri
tarifnya dikurangi misal pengurangan tarifnya 25% atau 50%.

- Pengurangan pajak (reduction of the tax) Pengurangan jumlah pajak luar negeri.

- Pemajakan dg jumlah tetap (lumpsum or forfait taxation)

Contoh perhitungannya :

Aland Addison adalah seorang warga Negara Inggris yang memiliki 25 % saham atas PT.
Jayaraya Indonesia. Tahun ini Aland menjual seluruh sahamnya senilai Rp. 8.000.000.000
lepada Charles seorang warga Negara Argentina. Asumsikan tidak ada P3B antara Indonesia
dan Argentina serta Inggeris sehubungan dengan transaksi tersebut? Jawaban : PPh pasal 26
= 20% x 25% x Rp. 8.000.000.000 = 400.000.000 (Bersifat Final).

Anda mungkin juga menyukai