11 Perlakuan akuntansi untuk kontrak konstruksi yang mengalami
kerugian
PT Ambrawa membangun jembatan untuk pelanggannya. Di tahun kedua, estimasi
biaya penyelesaian kontrak adalah sebesar Rp 3.250.000.000 (revisi) dan biaya yang terjadi tahun kedua adalah Rp 2.000.000.000. Nilai kontrak adalah Rp 5.500.000.000. Data tahun pertama adalah sebagai berikut :
Harga kontrak Rp 5.500.000.000
Beban periode berjalanRp 1.000.000.000 Estimasi biaya penyelesaian Rp 4.000.000.000 Persentase penyelesaian 25% Pendapatan yang diakui Rp 1.375.000.000 Laba kotor tahun pertama Rp 375.000.000
Persentase penyelesaian tahun kedua adalah 57,14% (2.000.000.000 +
1.000.000.000 / Rp 5.250.000.000.. Pendapatan yang dapat diakui sampai tahun kedua adalah 57,14% dari Rp 5.500.000.000 atau sebesar Rp 3.142.587.000. Pendapatan diakui pada tahun kedua adalah sebesar Rp 1.767.587.000 (diperoleh dari Rp 3. 142.587.000 dikurangi pendapatan yang sudah diakui tahun pertama Rp 1.375.000.000. Dengan demikian, pada tahun kedua PT Ambrawa mengalami rugi besar :
Pendapatan Kontrak Rp 1.767.587.000
Beban Kontrak Rp 2.000.000.000 Rugi Rp 232.413.000
Ayat jurnal yang dibuat ketika mengakui pendapatan dan beban kontrak adalah sebagai berikut :
Beban Kontrak Rp. 2.000.000.000
Pendapatan Kontrak Rp. 1.767.587.000 Pekerjaan dalam proses (Rugi) Rp. 232.413.000
PT Ambarbawa akan melaporkan rugi sebesar Rp 232.413.000 pada periode
berjalan (tahun kedua). Total nilai kontrak masih memberikan laba sebesar Rp 250.000.000 (Rp 5.500.000.000) harga kontrak dikurangi estimasi biaya terakhir total sebesar Rp 5.250.000.000). Contoh 2 http://admisibisnis.blogspot.com/2012/08/pengakuan-pendapatan-dalam- metode.html