Bahan Ajar Mata Kuliah Perspektif Gobal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 61

BAHAN AJAR MANDIRI

MATA KULIAH PERSPEKTIF GLONAL


2 SKS

Oleh

Drs. H.Wonda, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021

1
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
DESKRIPSI MATA KULIAH..........................................................................................4
TINJAUAN MATA KULIAH ..........................................................................................5
Bahan Ajar 1.Hakikat dan Konsep Perspektif Global.......................................................6
1.1. Pendahuluan ............................................................................................... 6
1.2. Tujuan ........................................................................................................ 6
1.3. Materi Sajian ................................................................................................6
1.3.1. Hakikat Perspektif Global ..................................................................6
A. Pengertian Global ..........................................................................7
B. Globalisasi .....................................................................................7
C. Pendidikan Global .........................................................................9
1.3.2. Konsep Perspektif Global ..................................................................9
Bahan Ajar 2. Manfaat, Tujuan, dan Masalah Perspektif Global dalam
bidang Ekonomi, Geografi, PPKN, Sejarah dan Budaya.................................11
2.1. Pendahuluan .............................................................................................11
2.2. Tujuan ......................................................................................................11
2.3. Materi Sajian ...........................................................................................12
2.3.1. Manfaat Perspektif Global .............................................................12
2.3.2. Tujuan Perspektif Global ...............................................................14
2.3.3. Masalah Perspektif Global .............................................................15
a). Dalam Bidang Ekonomi.............................................................16
b). Dalam Bidang Geografi.............................................................21
c). Dalam Bidang PPKn................................................................ 23
d). Dalam Bidang Sejarah dan Budaya......................................... 24
Bahan Ajar 3. Perspektif Global dari Visi Geografi, Sejarah, dan Ekonomi..................28
3.1. Pendahuluan ............................................................................................ 28
3.2. Tujuan ..................................................................................................... 28
3.3. Materi Sajian .......................................................................................... 28
3.3.1. Perspektif Global dari visi Geografi.............................................. 29
3.3.2. Perspektig Global dari visi Sejarah............................................... 33
3.3.3. Perspektif Global dari visi Ekonomi............................................. 37
Bahan Ajar 4. Perspektif Global dari visi Politik, Sosiologi dan Antropologi...............42
4.1. Pendahuluan........................................................................................... 42
4.2. Tujuan.................................................................................................... 42
4.3. Materi Sajian ....................................................................................... 42
4.3.1. Perpektif Global dari visi Politik................................................ 42
4.3.2. Perspektif Global dari visi Sosiologi.......................................... 47
4.3.3. Perspektif Global dari Antropologi.............................................50
Bahan Ajar 5. Perspektif Global dari Visi Iptek, Transportasi, Komunikasi dan
Hubungan Internasional ................................................................................54
5.1. Pendahuluan............................................................................................54

2
5.2. Tujuan......................................................................................................54
5.3. Materi Sajian ..........................................................................................55
5.3.1 Perspektif Global dari visi IPTEK ..................................................55
5.3.2. Perspektif Global dari visi Transportasi ....................................... 59
5.3.3. Perpektif Global dari visi Komunikasi ......................................... 63
5.3.4. Perspektif Global dari visi hubungan Internasional ..................... 64
Bahan Ajar 6. Pentingnya kesadaran dalam Perspektif Global.................................... 71
6.1. Pendahuluan.......................................................................................... 71
6.2. Tujuan.................................................................................................... 71
6.3. Materi Sajian ........................................................................................ 71
6.3.1. Kesadaran cara berpikir global .................................................. 72
6.3.2. Perilaku positif dalam Globalisasi.............................................. 75
6.3.3. Nilai budaya bangsa................................................................... 77
6.3.4. Pentingnya wawasan dalam Perspektif Global.......................... 80

A. DESKRIPSI MATA KULIAH.

3
Mata kuliah perspektif global merupakan matakuliah wajib untuk program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bahan ajar perspektif global membahas tentang ;
Hakekat dan konsep Perspektif Global, Manfaat, tujuan, dan masalah Perspektif global
dalam bidang ekonomi, geografi, PPKn, Sejarah, dan budaya, Perspektif global dari visi
geografi, sejarah, dan ekonomi, Perspektif global dari visi politik, sosiologi, dan
antropologi, Perspektik global dari visi IPTEK, transportasi, komunikasi, dan
hubungan internasional, pentingnya kesadaran dalam Perspektif Global.
Bahan ajar Perspektif global ini sangat bermanfaat bagi guru atau calon guru SD
karena materinya sangat berkaitan dengan pengetahuan ilmu-ilmu sosial terutama persiapan
guru dalam pembelajaran dalam rangka menghadapi era globalisasi. Bobot mata kuliah
Perspektif Global sebesar 2 SKS (Sistim Kredit Semester). Sistim Kredit adalah cara
penyelenggaraan program pendidikan pada pendidikan tinggi yang menggunakan Satuan
Kredit Semester (SKS) sebagai cara untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban tugas
tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan program.
Jika saudara ingin untuk berhasil dengan baik , maka harus mempelajari dan
memahami materi dari semua modul ini, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut :
1. Bacalah dengan cermat, mulai dari bagian pendahuluan sampai saudara memahami
dengan betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari isi bahan ajar ini
2. Bacalah sepintas demi bagian. Sudah pasti saudara menemukan kata-kata atau istilah-
istilah kunci dalam bahan ajar ini atau pada kamus yang saudara dimiliki.
3. Kuasailah pengertian-pengertian dalam bahan ajar ini melalui pemahaman sendiri dan
bertukar pikiran dengan teman-teman sesama mahasiswa atau dosen.

2. TUJUAN MATA KULIAH


Tujuan mata kuliah adalah akan memperkenalkan kepada mahasiswa PGSD tentang
konsep pengetahuan yang ada hubungannya pengertian global, globalisasi dan pendidikan
global, hakikat dan konsep perspektif global, manfaat, tujuan dan masalah perspektif global
dalam bidang ekonomi, geografi, PPKn, sejarah dan budaya, perspektif global dari visi ilmu-
ilmu sosial terutama; geografi, sejarah, dan ekonomi, perpektif global dari visi IPTEK,
transportasi, komunikasi dan hubungan internasional, dan pentingnya kesadaran dalam
perspektif global.
Perlu diketahui bahwa kita semua dilahirkan dan hidup dalam masyarakat yang kaya
dengan tradisi, nilai, sikap dan adat istiadat . Dunia ini juga kaya dengan perbedaan dan
keragaman bahasa, agama, adat istiadat, budaya, warna kulit sehingga menjadikan kita
sebagai makluk yang unik. Dalam perkembangannya, kita mengalami berbagai kemajuan
dalam kesadaran dan pandangan. Setelah saudara mempelajari mata kuliah Perspektif Global
dapat kamu ketahui tentang fenomena-fenomena positif dalam kehidupan manusia yang
terjadi secara global terutama dalam rangka berpikir yang positif dan persatuan secara lokal,
nasional, dan global, misalnya Wawasan nusantara merupakan pandangan moderen yang
dilihat bukan perbedaan tetapi persamaan, bukan terpisahkan tetapi tergabungkan, misalnya
orang bugis, sunda, papua, bali, dayak merupakan warga negara Indonesia.
Kehidupan manusia harus saling berhubungan dan saling membutuhkan secara global
karena tidak ada manusia yang hidup tanpa manusia lain semuanya merupakan satu kesatuan

4
ialah sebagai warga dunia yang selalu berpikir global dan bertindak secara lokal untuk
menjaga dan melestarikan planit bumi secara utuh.

MODUL I
HAKEKAT DAN KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL

5
1.1. PENDAHULUAN.
Bahan ajar ini membahas tentang landasan konsep untuk mempelajari bahan ajar
selanjutnya, karena dalam bahan ajar ini dipelajari tentang hakekat dan konsep perspektif
global. Setelah membaca saudara akan memahami pengetahuan tentang hakekat dan konsep
perspektif global.
Saudara sudah sering mendengar istilah yang sering disebut-sebut melalui media audio
visual atau pernah saudara membaca surat kabar tentang global dan globalisasi. Apakah ada
kaitan pada kedua istilah tersebut ? Pada mata kuliah Perspektif global akan dibahas beberapa
istilah yang ada hubungannya yaitu pengertian global, globalisasi dan pendidikan global, dan
diharapkan saudara memahami istilah-istilah tersebut.

1.2. TUJUAN.
a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum dari bahan ajar ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
pengetahuan tentang hakekat dan konsep perspektif global.
b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
1. Hakekat Perspektif Global ( Pengertian Perspektif Global, Globalisasi,
Pendidikan Global )
2. Menjelaskan tentang konsep Perspektif Global.

1.3. MATERI SAJIAN

1.3. 1. Hakekat Perspektif Global


Sebagaimana telah diuraikan pada pendahuluan, bahwa untuk memahami lebih lanjut
tentang perspektif global, terlebih dahulu Anda saya ajak untuk memahami beberapa istilah
yang berkaitan dengan perspektif global yaitu pengertian global globalisasi dan pendidikan
global.

A. Pengertian Global
Menurut kamus bahasa Inggris global diartikan dengan “Concerning the whole
earth” sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia internasional atau seluruh alam raya. Suatu
hal yang dimaksudkan disini dapat berupa masalah, kejadian atau sikap. Contoh berkaitan
dengan masalah yaitu kebakaran hutan setiap tahun di Indonesia dan berdampak global
terhadap Negara lain di asia Tenggara yang mengalami kabut asap dan sesak napas. Contoh
berkaitan dengan kejadian dalam masyarakat antara lain dengan adanya “Pembunuhan”
terhadap aktivis HAM Munir di atas pesawat garuda Indonesia Jakarta-Belanda dapat
mempengaruhi opini dunia terhadap bangsa kita, sedangkan contoh berkaitan dengan sikap,
misalnya sikap Tengku Hasan Tiro tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terus menerus
menyuarakan kemerdekaan Aceh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, akan
mempengaruhi sikap Negara lain di dunia sehingga ikut-ikutan memusuhi Indonesia.

6
Mudah-mudahan dengan contoh-contoh tersebut saudara memiliki gambaran tentang
istilah global, sebagai dasar untuk memahami pengertian perspektif global. Istilah global
memiliki pengertian menyeluruh dimana dunia ini tidak dibatasi oleh batas negara, wilayah,
warna kulit, dan sebagainya.

B. Globalisasi
Setelah saudara memahami istilah global, selanjutnya saudara perlu memahami istilah
globalisasi. Istilah globalisasi saat ini sangat populer karena berkaitan dengan sistem ekonomi
terbuka dan perdagangan bebas. Menurut Albrow (Yaya, 1998) bahwa globalisasi adalah
“keseluruhan proses dimana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukan) kedalam
masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Karena proses ini bersifat majemuk, maka
kitapun memandang globalisasi di dalam kemajemukan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa globalisasi mengandung unsur yaitu proses.
Proses atau kegiatan tersebut berpengaruh terhadap seluruh dunia dan melibatkan orang yang
hetorogen, tetapi memiliki kebutuhan yang sama. Globalisasi mempunyai dampak positif dan
negatif. Tahukah Anda, apa dampak positif maupun negatif dari globalisasi itu?
Menurut Tilaar (1998) bahwa dampak positif globalisasi yaitu munculnya masyarakat
mega kompetisi, dimana setiap orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai
yang terbaik pula. Untuk berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Dalam era
globalisasi adalah era mengejar keunggulan dan kualitas sehingga masyarakat menjadi
dinamis, aktif dan kreatif. Globalisasi juga menjadi ancaman terhadap budaya bangsa.
Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya lokal,
atau budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi salah satu penyebab
cepatnya masyarakat terseret oleh arus globalisasi dengan menghilangkan identitas diri atau
bangsa. Contoh “anak remaja” kita dengan cepat meniru potongan rambut, model pakaian
atau perilaku yang tidak cocok lainnya seperti pergaulan bebas dan sebagainya. Coba saudara
kemukakan contoh lainnya dari dampak positif maupun negatif dari globalisasi. Contoh
lainnya dampak positif maupun negatif dari globalisasi yaitu: produsen semakin ditantang
untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih berkualitas/bermutu tinggi karena
adanya persaingan bebas dari negara lain, sedangkan aspek negatif misalnya masyarakat
selalu mencintai produksi luar negeri dan tidak menyukai produksi dalam negeri
sendiri.
Selanjutnya Tilaar (1998), mengemukakan ciri era globalisasi yaitu adanya era
masyarakat terbuka yang ditandai dengan dua hal meliputi: (1) dalam bidang ekonomi,
ditandai dengan adanya pasar bebas, yang menuntut kemampuan kreasi yang menghasilkan
produk-produk berkualitas tinggi, (2) dalam bidang politik ditandai dengan berkembangnya
nilai demokrasi dalam masyarakat yang demokratis, yaitu suatu masyarakat yang
anggoatanya ikut aktif dalam kehidupan bersama dan menciptakan kehidupan bersama yang
lebih baik. Sedangkan masyarakat yang menghormati nilai-nilah Hak Asasi Manusia (HAM)
merupakan masyarakat madani yang hak dan kewajiban dihargai dan di junjung tinggi.
Globalisasi melahirkan masyarakat terbuka. Masyarakat tersebut merupakan
konsekuensi dari masyarakat yang memberikan nilai kepada individu, kepada hak dan
kewajiban sehingga semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensi dan mengembangkan kemampuannya bagi kemajuan bangsa.

7
Proses globalisasi akan melahirkan kesadaran global, dimana manusia satu dengan
lainnya, saling tergantung dan saling membutuhkan, saling memberi dan saling membantu, ini
dimungkinkan cepat sehingga dapat menyatukan umat manusia. Globalisasi ditandai dengan
cepatnya perubahan, oleh karena itu kita harus menguasai IPTEK.

C. Pendidikan Global
Pendidikan global menawarkan suatu makna bahwa kita hidup di dalam masyarakat,
suatu perkampungan global dimana manusia dihubungkan baik suku maupun bangsa dan
batas negara tidak menjadi penghalang dan merupakan komunitas dari perbedaan diantara
orang-orang yang berbeda bangsa.
Selanjutanya Hoopes (1977) menjelaskan bahwa pendidikan global memiliki tiga
tujuan yaitu: (a) pendidikan global memberikan pelayanan yang mengurangi rasa
kedaerahan dan kesukuan, (b) pendidikan global memberikan pengalaman untuk
mempersiapkan siswa mendekatkan diri dengan keragaman global, (c) pendidikan
global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk berpikir tentang mereka
sendiri sebagai individu, sebagai warga negara suatu bangsa, dan sebagai anggoata
masyarakat manusia secara keseluruhan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan global adalah
suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran siswa, bahwa mereka hidup
dan berada pada suatu era global yang paling berkualitas.

1.3. 2. Konsep Perspektif Global


Sekarang apa yang dimaksud dengan perspektif global? Setelah memahami istilah
global, globalisasi dan pendidikan global seperti diuraikan diatas, maka diajak untuk
mempelajari tentang perspektif global.
Kurwaya Wihardit (2003) mengemukakan perspektif global adalah suatu cara
pandang dan berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu,
sikap dan perbuatan di arahkan untuk kepentingan global.
Sebagai pendidik, kita memerlukan suatu pendekatan yang akan menolong siswa
untuk mengarahkan kehidupan yang sangat kompleks dan menjauhi pengertian yang sempit
tentang ruang, RAS, suku, agama, sejarah dan kebudayaan. Dengan adanya pengertian yang
sempit seperti itulah menyebabkan munculnya istilah Utara-Selatan, Barat-Timur, negara
maju-negara sedang berkembang, kulit hitam-kulit putih. Inilah yang menyebabkan dikotomi
yang salah, sehingga menimbulkan pertentangan di dunia.
Perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa
hidup dan kehidupan ini adalah untuk kepentingan global yang lebih luas. Dalam cara berpikir
seseorang harus berpikir global (thing globally), dan dalam bertindak dapat secara local (act
locally). Hal ini harus ditanamkan pada diri siswa bahwa kehidupan kita adalah bagian dari
kehidupan dunia. Kita tidak dapat berkembang tanpa adanya berhubungan dan berkomunikasi
dengan dunia luar.
Oleh karena itu sebagai guru seyogyanya anda mempersiapkan diri sebagai
komunikator atau penghubung dengan dunia luar tersebut. Untuk itu maka guru harus: (1)

8
tertarik dan peduli terhadap kejadian dan kegiatan masyarakat lokal, nasional dan global, (2)
secara aktif mencari dan menyimpan informasi yang bersifat global seperti; (a) bersifat
terbuka mau menerima setiap adanya perubahan,(b) mampu menyeleksi informasi
untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat kita.
Perspektif global adalah suatu pandangan, dimana guru dan siswa bersama-sama
mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan
isu global. Yang termasuk dalam isu global antara lain isu hak asasi manusia, lingkungan,
keadilan, gender, pengembangan pendidikan dan studi tentang dunia.

9
MODUL II
MANFAAT, TUJUAN DAN MASALAH PERSPEKTIF GLOBAL
DALAM BIDANG EKONOMI, GEOGRAFI, PPKN, SEJARAH
DAN BUDAYA

2.1. PENDAHULUAN
Bahan ajar adalah sebagai lanjutan dari materi pertama yang akan membahas tentang
Manfaat, Tujuan, dan Masalah Perspektif Global dalam bidang Ekonomi, Geografi, PKn,
Sejarah, dan Budaya. Setelah membaca saudara akan memahami pengetahuan tentang
konsep-konsep tersebut. Dan diharapkan mengaplikasi dalam kehidupan sosialnya.
Saudara diajak untuk melihat perspektif global dari berbagai dimensi manfaat dan tujuan
dan berbagai permasalahandalam pengajaran IPS. Mata kuliah ini diberikan dengan nuansa
IPS. Oleh karena itu dalam pembahasannya banyak berkaitan dengan materi IPS.

2.2. TUJUAN.
a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum dari dari bahan ajar pertama adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang Manfaat, Tujuan, dan Masalah Perspektif Global dalam bidang Ekonomi,
Geografi, PKn, Sejarah, dan Budaya.
b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
;
1. Manfaat perspektif global
2. Tujuan perspektif global
3. Masalah Perspektif Global :
a). Dalam bidang ekonomi
b). Dalam bidang geografi
c). Dalam bidang PPKn
d). Dalam bidang Sejarah dan Budaya

2.3. METERI SAJIAN

2.3.1. Manfaat perspektif Global


Kita menyadari bahwa suatu fenomena kehidupan tidak hanya dapat dipandang dari
suatu bidang ilmu tetapi berkaitan dengan berbagai bidang ilmu lainnya, begitu pula dengan
perspektif global, karena perspektif global berkaitan dengan masalah kehidupan manusia,
maka kita mencoba melihatnya dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial.
Perspektif global merupakan suatu cara pandang terhadap berbagai masalah kehidupan
dunia yang semakin lama dirasakan semakain sempit. Hal ini disebabkan karena kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam teknologi komunikasi,

10
sehingga dunia menjadi semakin kecil. Suatu peristiwa yang terjadi di belahan dunia, seperti
pemboman menara kembar WTC di Amerika, bom Bali, bencana tsunami di Aceh dengan
cepat diketahui dan bahkan mempengaruhi belahan dunia lainnya.
Para mahasiwa, dalam kegiatan belajar ini ingin melihat secara khusus masalah dunia
ini dalam kaitannya dengan pelajaran IPS. Di tingkat sekolah dasar, IPS merupakan
perpaduan antara Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Sedangkan PPKn merupakan mata
pelajaran yang terpisah dari IPS, namun dalam modul ini pembahasan mengenai IPS ini
termasuk PPKn yang di dalamnya meliputi hak asasi manusia ( HAM), politik, hukum, dan
kebudayaan. Sedangkan masalah imigrasi, emigrasi, pengungsi, lingkungan, sumber alam dan
penduduk erat kaitannya dengan geografi, walaupan dalam kenyataan, masalah lingkungan
berkaitan pula dengan ilmu lainnya termasuk ilmu pengetahuan alam.
Kebanyakan kita belum memahami bahwa kehidupan kita dibentuk dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dunia. Sulit dibandingkan suatu aktifitas masyarakat suatu bangsa
tanpa adanya hubungan yang bersifat global. Dapatkah anda memberikan contoh bagaimana
aktifitas suatu masyarakat tanpa hubungan dengan masyarakat lainnya? Oleh karena itu para
ahli pendidikan barsepakat bahwa masalah-masalah keterkaitan global perlu diberikan di
sekolah.
Institusi pendidikan seperti sekolah di negara berkembang dan di negara maju
berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan individu maupun masyarakat agar
memiliki tingkah laku yang baik dan menjadi warga negara yang tahu akan hak dan
kewajibannya. Merryfield (1991) bahwa pentingnya perspektif global untuk diajarkan di
sekolah karena ; (1) sekarang ini kita hidup dalam masa terjadinya globalisasi yang ditandai
dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas
dalam negaranya saja), multikultural (dalam berbagai macam budaya) dan cross-cultural
(berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya), (2) aktor-aktor yang berinteraksi
dalam tingkatan dunia tidak hanya terbatas pada negara-negara saja namun juga melibatkan
individu, kelompok lokal, organisasi yang bergerak dalam bidang ILPENGTEK, kelompok
perdagangan, perusahaan multi nasional, organisasi regional, yang semakin aktif berinteraksi
dan mampu mempengaruhi peristiwa lokal maupun global, (3) kehidupan umat manusia
tergantung pada suatu lingkaran fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber
alam. Ekosistem dunia ini akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh umat manusia (3) ada
keterkaitan terhadap apa yang dilakukan pada bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, dan
ekologi di bumi (lingkungan fisiknya) pada masa sekarang dan masa yang akan datang, (4)
terjadinya globalisasi yang malibatkan hampir seluruh umat manusia baik individu dan
seluruh masyarakat bertanggung jawab untuk berperan meningkatkan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial budaya.
Menurut Robert Hanvey dalam bukunya yang sangat terkenal “An Attainable Global
Perspective” (1976) menyebutkan 5 dimensi dari perspektif global yaitu:
1. Perspektif conciousneess: kesadaran dan penghargaan terhadap berbagai macam pendapat
yang berbeda-beda di dunia ini.
2. State of Planet awareness: adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan
peristiwa global

11
3. Cross-cultural awareness: perlu adanya kesepakatan yang bisa diterima secara umum
terutama perpedaan karakteristik budayasecara global, yaitu bahwa sekalipun ada
perbedaan dalam budaya, namun ada banyak kesamaan yang dimiliki.
4. Sistemic awareness: perlu mengetahui dan mengenal kompleksnya sistem internasional
dimana faktor-faktor negara saling mempengaruhi dalam berbagai isu yang terjadi di
kawasan yang ada di dunia ini.
5. Options for participation: Perlu mengetahui strategi yang tepat untuk berpartisipasi dalam
menghadapi isu-isu yang terjadi dari tingkat lokal, nasional dan internasional.
James Bacher pelopor dari perspektif global dalam artikelnya yang berjudul “The world
and the school a case for World centered Education” (1979) menyatakan bahwa perspektif
global harus menggugah kesadaran murid sebagai anggota masyarakat dunia dan juga pada
tingkatan masyarakat yang lain.
Dalam kaitannya dengan budaya dalam era globalisasi ini maka Giansar (1990)
mengajukan 4 dimensi:
1. Afirmasi atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses pembangunan bangsa dan
masyarakat. Pembangunan akan hampa jika dipengaruhi oleh kebudayaan bangsanya.
Nilai budaya bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara, serta merupakan
alat seleksi bagi pengaruh luar yang sudah tak dikembalikan lagi.
2. Mereafirmasi atau mengembangkan identitas budaya; setiap kelompok manusia berhak
diakui identitas budayanya.
3. Partisipasi, bahwa dalam pengembangan suatu bangsa dan negara partisipasi masyarakat
secara umum sangat diperlukan dari suatu bangsa atau negara.
4. Mengajukan kerjasama budaya antar bangsa ini dimaksudkan agar saling mengisi, saling
memahami terhadap kemajuan dan peningkatan antara budaya bangsa.

2.3. 2. Tujuan Perspektif Global


Para mahasiswa sudah saatnya membuka mata, untuk merlihat masalah yang sempit
atau masalah lokal saja. Tempat kita diami ini adalah bagian dari dunia secara global. Oleh
karena itu harus perlu untuk memahami perkembangan dunia ini secara global. Dengan
demikian tujuan memahami perspektif global menurut Marryfield (1997) adalah; (a)
mendorong siswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang berkaitan
dengan masalah global, (b) mendorong para guru untuk mempelajari masalah yang berkaitan
dengan masalah lintas budaya, (c) mengembangkan dan memahami makna perspektif global
baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pengembangan profesinya. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka peran guru adalah; (1) memberikan bekal pengetahuan kepada
siswa tentang pentingnya pengetahuan global dalam memahami masalah-masalah
dunia, (2) meningkatkan kesadaran dan wawasan anak didik sebagai landasan dalam
melakukan tindakan yang berdampak global, (3) memberikan contoh dan teladan
dalam aktivitas sehari-hari, yang mempunyai pengaruh terhadap masalah global.
Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk
mempersiapkan siswa agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari kelompok
yang terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, bangsa, hingga global.
Terdapat 5 tujuan pokok perspektif global untuk dikembangkan di sekolah yaitu (1)
mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-individu yang

12
membentuk masyarakat, (2) mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan
anggota dari masyarakat manusia,(3) mengembangkan pengertian bahwa mereka
adalah penghuni planet bumi dan kehidupannya tergantung dari palet bumi tersebut,(4)
siswa harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam
masyarakat global, (5) mendidik siswa agar mempunyai kemampuan untuk hidup
secara bijaksana dan bertanggung jawab sebagai individu, sebagai insan penghuni
planet bumi ini serta sebagai anggota masyarakat global.
Meussia dan gillion dalam hukumnya “Perspective of Global Education: A Source
Book for Classroom Teachers” (1981) menyebutkan bahwa melalui perspektif global akan
membebaskan para pembelajar dari keinginan-keinginan yang sifatnya terikat (sempit) dan
chauvanisme (perasaan bahwa negaranyalah yang terbaik di dunia, sehingga mereka
cenderung untuk bertindak agresif dalam membela negaranya). Melalui pembelajaran
perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis dalam masyarakat dunia
yang ditujukan dengan adanya kemampuan bersimpati dan mempunyai sifat altruisme
(mengutamakan kepentingan orang lain, kalau perlu dengan pengorbanan).
2.3.3. Masalah Perspektif Global
Perspektif global bertitik tolak dari masalah hidup sehari-hari, misalnya masalah
kelaparan, pengangguran, pencemaran dan pengungsi. Semua ini memiliki dampak yang besar
terhadap masalah global. Kita menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi
dapat menjangkau dan mengakses secara global, oleh karena itu, masalah tersebut akan
dengan cepat memberikan dampak secara global. Pandangan tentang masalah global tentunya
akan mempengaruhi dunia pendidikan merupakan “kendaraan” untuk melihat dan
mengunjungi dunia yang luas ini. Melalui pendidikan dan teknologi, kita mengetahui
peristiwa yang terjadi di satu belahan dunia yang jauh dari kita oleh karena itu kita harus
mempersiapkan diri.
Dalam kaitannya dengan globalisasi ini, Makagiansar dalam jurnal Mimbar
Pendidikan (1990) mengutip sajak Mahatma Gandhi seperti berikut: Biar jendela dan
pintu rumahku Tetap terbuka lebar Sehingga semua angin Dari Utara dan Selatan
Dari Timur dan Barat Dapat meniup ke rumahku Tetapi jangan sampai meruntuhkan
fondasi rumahku.
Sajak tersebut menunjukkan kepada kita tentang adanya keterbukaan terhadap
berbagai pembaharuan, tetapi masih mengandung unsur seleksi “Jangan sampai meruntuhkan
fondasi rumahku”. Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa kita memang harus terbuka,
tetapi kita juga dapat menyeleksi apakah pengaruh dan arus dari luar itu dapat kita terima
semua dengan nilai budaya bangsa kita. Sebaiknya nilai budaya kita yang menghambat proses
globalisasi harus kita tinggalkan.
Sekarang ini setiap bangsa ingin berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa
lain. Sehingga sistem nilai budaya dan nilai lainnya akan saling berpengaruh satu sama lain.
Berdasarkan hal tersebut maka sistem pembelajaran interdisiplin ilmu sangat dibutuhkan
untuk mengantisipasi globalisasi yang demikian cepat tersebut. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan bidang interdisiplin ilmu, sehingga perspektif global dapat ditumbuh kembangkan
dalam bidang ilmu ini.
Marilah kita lihat satu persatu dari disiplin ilmu IPS ini walaupun dalam
pembahasannya akan selalu terkait dengan disiplin ilmu lainnya baik dalam rumpun IPS

13
maupun diluar IPS. Hal ini disebabkan karena suatu masalah tidak dapat ditinjau dari satu
disiplin ilmu saja. Masalah global akan berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan dan bidang
ilmu. Berikut ini akan diuraikan permasalahan globalisasi dalam bidang IPS.

a). Masalah dalam Bidang Ekonomi


Globalisasi dalam bidang ekonomi membawa pengaruh terhadap bidang lain yaitu
politik, hukum, budaya dan lingkungan hidup. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan
besar sejak perang dunia ke-II. Perubahan yang paling besar dan mendasar adalah munculnya
pasar global dalam merespon peluang baru, pesaing global secara terus menerus
menggantikan pesaing lokal. Bersamaan dengan itu, integrasi ekonomi dunia meningkat
secara signifikan. Integrasi ekonomi meningkat 10 persen diawal abad 20, sekarang
meningkat menjadi kira-kira 50 persen. Integrasi ini terjadi secara leluasa dua wilayah, Uni
Eropa dan NAFTA (North American Free Frade Area).
Dalam dekade yang lalu, terdapat beberapa perubahan basar dalam dunia ekonomi
yang memegang implikasi penting terhadap bisnis, strategi didasarkan pada realitas baru dari
perubahan ekonomi dunia (Keegan:2003) seperti; (1) perpindahan modal menjadi daya
penggerak ekonomi dunia, bukan lagi perdagangan, (2) produksi tergantung dari tingkat orang
yang bekerja, (3) Ekonomi dunia mendominasi keadaan, ekonomi makro negara tidak lagi
mengendalikan hasil ekonomi,(4) pertentangan selama 75 tahun antara kapitalisme dan
sosialisme telah berakhir.
Para analisis mengemukakan bahwa perubahan seperti ini menunjukkan bahwa
kerjasama ekonomi antar negara semakin diperlukan baik secara bilateral maupun
multiraterall. Kerjasama seperti ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak, baik
sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Suatu negara yang akan memasuki era
globalisasi mau tidak mau harus berperan dalam kerjasama ekonomi, ia harus berperan dalam
perdagangan bebas dalam pasar bebas.
Ada empat tingkatan dalam kerjasama dan integrasi ekonomi, yaitu:
1. Wilayah Perdagangan Bebas (Free Trade Area) adalah sekelompok negara yang setuju
untuk menghilangkan semua hambatan internal terhadap perdagangan diantara para
anggotanya.
2. Keseragaman Pabean (Customs Union) adalah evolusi logis dari wilayah perdagangan
bebas sebagai tambahan dan dihapuskannya hambatan internal untuk perdagangan, para
anggota keseragaman pabean setuju untuk menegakkan hambatan eksternal umum.
3. Pasar Bersama tujuannya untuk. penghapusan penghalang tarif internal dan membuka
peluang eksternal bersama. Pasar bersama berusaha mengkoordinasikan ekonomi dan
sosial dengan pasar guna memungkinkan arus bebas modal dan tenaga kerja dari satu
negara ke negara lainnya. Jadi pasar bersama menciptakan suatu pasar yang terbuka tidak
hanya untuk barang tetapi juga untuk jasa dan modal.
4. Uni Ekonomi (Economic Union)
Tujuannya untuk penciptaan suatu Bank sentral tunggal, penggunaan mata uang tunggal,
dan kebijakan bersama dalam pertanian, pelayanan sosial dan kesejahteraan,
perkembangan regional, transport, pajak, persaingan dan merger kontruksi dan
pembangunan, dan seterusnya. Uni ekonomi yang sudah berkembang membutuhkan
kesatuan politik yang ekstensif, integrasi dari bangsa yang menjadi anggota uni ekonomi

14
yang sudah berkembang lengkap dengan pembentukan pemerintahan sentral yang akan
menyatukan politik independen negara-negara anggota menjadi suatu kerangka kerja
politik tunggal. Contoh seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) menetapkan mata uang
tunggal eropa (UERO) dan sebagainya.

Oragnisasi Multilateral Regional


Oraganisasi multilateral regional adalah oragnisasi kerjasama ekonomi perdagangan
yang anggotanya terdiri dari beberapa negara di kawasan tertentu. Contohnya BENELUX,
ASEAN, AFTA, APEC, EFTA, NAFTA dan sebagainya.
1. BENELUX (Belgia, Netherland, Luxemburg) bertujuan bekerjasama meningkatkan
perdagangan antar anggota dan menghilangkan hambatan-hambatan seperti tarif atau bea
pabean lainnya.
2. ASEAN (Assiciation of South East Asian Nation)
Tujuan adalah meningkatkan kerjasama ekonomi perdagangan dan sosial budaya antar
negara-negara asia tenggara.
3. AFTA (Asean Free Trade Area)
Organisasi kerjasama ekonomi regional yang anggoatanya terdiri dari sepuluh negara
ASEAN, yaitu: Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Filipina, Thailand,
Kamboja, Laos, Vietnam dan Mnyanmar. AFTA adalah salah satu perwujudan kerjasama
ekonomi regional Asia Tenggara dalam rangka perdagangan bebas.
Latar Belakang Pembentukan AFTA karena ; (1) adanya perubahan eksternal, yaitu
masa transisi terbentuknya tatanan dunia baru (blok-blok perdagangan, perkembangan
negara-negara komunis, pasca perang dingin, semakin ketat persaingan pasar
internasional), (2) perubahan internal yaitu adanya kemajuan ekonomi negara-negara
anggota selama 10 tahun terakhir (pertumbuhan ekonomi yang tinggi), (3) mengalang
persatuan regional untuk meningkatkan posisi dan daya saing.
Pembentukan AFTA ini dirasakan sangat penting oleh negara-negara ASEAN
karena dianggap dapat menguntungkan, dalam pertemuan tanggal 14-15 Desember 1995
para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen bahwa mulai tahun 2003 seluruh anggota
ASEAN melakukan perdagangan bebas, arus perdagangan, uang pembayaran dan faktor
penunjang lainnya bebas keluar masuk dalam wilayah ASEAN. Kemungkinan hambatan
yang terjadi sekitar 0%-5% dan tidak ada lagi hambatan non tarif (misalnya kuota import
dan export)
4. APEC (Asian Pesific Economic Coorporation)
APEC adalah organisasi kerjasama ekonomi regional di kawasan Asia Pasific yang
anggotanya berjumlah 18 negara diantaranya Indonesia, Korea Selatan, Jepang termasuk
Amerika dan Kanada. Tujuan pokok APEC adalah melakukan liberalisasi perdagangan
dan investasi serta meningkatkan pemanfaatan SDA dan kualitas SDM untuk
meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Untuk
mencapai tujuan tersebut APEC telah menyusun agenda leberalisasi secara bertahap
yaitu:
(1). Tahun 2010: Liberalisasi perdagangan dan investasi diantara seluruh negara
industri maju di kawasan Asia Pasifik.

15
(2). Tahun 2020: Liberalisasi perdagangan dan investasi diantara seluruh negara di
kawasan Asia Pasifik.
5. EFTA (Europen Free Trade Area)
EFTA adalah organisasi kerjasama ekonomi regional di kawasan Eropa yang anggotanya
adalah: Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Swedia, Norwegia,
Denmark, Australia, Island, Irlandia, Portugis, Turki, dan Yunani dalam kerjasama
dimungkinkan melakukan penghapusan internal tarif, tetapi negara-negara anggota bebas
mengadakan kebijakan perdagangan masing-masing negara terhadap negara ketiga.
6. NAFTA (North American Free Trade Area)
Merupakan blok perdagangan yang bersifat ekslusif di kawasan Amerika Utara (USA,
Kanada, Meksiko). NAFTA akan melakukan perdagangan bebas di kawasannya pada
tahun 2010. jadi arus lalu lintas perdagangan dan faktor penunjang yang berasal dari
negara anggota bebas masuk dalam wilayah NAFTA, tanpa hambatan non tarif.
Latar belakang pembentukan NAFTA: (1) adanya perubahan global baik ekonomi,
perdagangan dan informasi, (2) perubahan internal, yaitu kemampuan ekonomi negara-
negara anggota, (3) hasil kerjasama blok lain yang kurang mengembirakan,(4) mengalang
persatuan regional untuk meningkatkan posisi dan daya saing dan memperkecil defisit
perdagangan negara anggota, (5) organisasi multirateral internasional

Organisasi Multirateral Internasional


Adalah organisasi kerjasama perdagangan internasional yang anggotanya terdiri dari
hampir seluruh negara di dunia. Contohnya GATT/WTO, UNCTAD dan lainnya.
1. GATT (General Agreement on Trade and Tariff)
Merupakan organisasi internasional mengenai persetujuan umum tentang tarif dan
perdagangan yang didirikan berdasarkan Havana Charter pada tahun 1948. tuhuan dari
organisasi ini adalah meningkatkan arus perdagangan internasional dengan prinsip-prinsip
pokok dalam kesepakatan GATT yaitu: (1) prinsip pasar dunia yang terbuka (liberalisme
perdagangan), (2) prinsip free trade, yaitu prinsip perdagangan bebas dan adil dengan
menghilangkan/mengurangi berbagai hambatan perdagangan internasional baik yang bersifat
tarif Barrier (TB) maupun non tarif Barrier (NTB), (3) prinsip responsitas (timbal balik) dan
non diskriminasi, (4) Prinsip non diskriminasi (nation treatment clause) yaitu prinsip
memberi perlakuan yang sama terhadap produk luar dalam negeri, misalnya PPN yang sama,
(5) anti proteksionisme dalam segala bentuk, anti dumping dan anti subsidi. Pada pertemuan
di Marakest Maroko 15 April 1994 sama GATT diubah menjadi Word Trade Organization
(WTO) mulai berlaku tanggal 1 Januari 1995
2. UNCTAD (Ubited Nation Conference on Trade and Development)
Merupakan suatu organisasi yang didirikan PBB tahun 1964 dengan tujuan
meningkatkan kerjasama perdagangan dan pembangunan diantara kelompok negara industri
maju (NIM) dan negara-negara yang sedang berkembang (NSB) hasil poling dalam sidang
UNCTAD adalah: (1) General System of Preferency (GSP), yaitu suatu fasilitas preferency
dalam bentuk keringanan bea masuk yang diberikan terhadap produk-produk industri
manufaktur dari berbagai negara yang sedang berkembang, (2) Commond fund, yaitu dana
bersama yang diusahakan UNCTAD untuk menjaga stabilitas harga internasional, sehingga
dapat diperoleh stabilitas penerimaan eksport NSB atas produk primer suatu negara.

16
Kerjasama ekonomi antar negara terutama dalam negara kesekawanan merupakan
langkah strategis dan progresif dalam proses mempersiapkan diri manjadi pertisipan yang
handal di era global. Melalui kerjasama seperti ini setiap negara belajar untuk membuka pasar
dan meningkatkan sarana dan prasarananya. Pembukaan pasar ini diperlukan dengan
mencuptakan iklim investasi yang sehat serta di dukung dengan penurunan tarif dan bea
masuk untuk memudahkan masuknya barang jasa modal dan teknologi. Selain itu di butuhkan
kematangan sistem legal yang didukung oleh instansi terkait dalam mengimplementasikan
semua kebijakan dan peraturan yang mudah dikeluarkan oleh pemerintah.
Keberhasilan kerjasama ini diperlukan oleh adanya persamaan visi dan tujuan,
penciptaan sistem dan prosedur penunjang serta kebijakan ekonomi yang mendukung
perdagangan bebas. Dukungan dari negara yang sudah maju sangat diperlukan terutama untuk
peningkatan kemampuan teknis dan manajerial. Pembentukan sistem bersama tentang hukum
prosedur dan administrasi perdagangan bebas, kerjasama antar pemerintah, serta dukungan
pemerintah terhadap investor swasta.

b). Masalah Dalam Bidang Geografi


Era pengkotak-kotakan dunia dari sudut pandang geopolitik mulai luntur, dan
tergantikan oleh regisnalisme ekonomi yang merupakan cikal bakal dan merupakan proses
antara menuju masyarakat global.
Beberapa perubahan terjadi di beberapa bagian dunia, misalnya rubuhnya Tembok
Berlin, terpecahnya Uni Soviet, Yugoslavia dan Cekosiovakia membawa pengaruh terhadap
perubahan dunia lainnya. Perubahan seperti ini tanpa direncanakan secara matang, akan tetapi
terjadi secara spontan karena adanya pengaruh dari sistem ekonomi global. Perkembangan
ekonomi politik dan budaya saat ini tidak lagi mengenal batas-batas wilayah geografis. Ini
berarti bahwa tidak ada kekuatan dari pemegang otonomi daerah, negara, bahkan dunia untuk
membendung globalisasi. Hubungan antara negara yang satu dengan yang lain tidak terbatas
oleh batas wilayah geografis, batas negara atau batas administrasi oleh karena itu globalisasi
merupakan penduliaan tanpa patal batas.
Gejala geografis yang paling dirasakan oleh pengaruh musim seperti EL-Nino La
Nina, isu tentang lingkungan, gempa bumi, gelombang pasang/tsunami, transportasi,
kependudukan dan masalah pengungsi.
Pada bagian awal modul ini telah dibicarakan tentang bagaimana pengaruh kebakaran
hutan di Indonesia terhadap negara-negara tetangga di wilayah ASEAN. Dengan demikian
maka kebakaran hutan bukan lagi menjadi masalah negara yang bersangkutan akan tetapi
menjadi menjadi masalah dunia. Akibat buruk dari kebakaran hutan bukan saja asap yang
mengganggu kesehatan manusia, mengganggu penerbangan, akan tetapi memberikan andil
terhadap kerusakan ozon. Apabila ozon rusak atau bolong, maka seluruh dunia, seluruh umat
manusia akan merasakan akibatnya. Fungsi ozon adalah menyaring sinar ultra violet sinar
matahari, apabila hancur ultra violet ini tidak tersaring maka kehidupan di dunia akan hancur.
Kekayaan alam juga berkaitan dengan masalah sosial. Kekayaan ikan di laut, apakah
kita dapat membatasi gerak ikan di perairan kita agar tidak keluar dari perairan kita? Apakah
ikan itu milik kita atau milik dunia? Usaha apa yang harus kita lakukan agar ikan diperairan
kita tetap milik kita. Kita harus memahami karakteristik ikan, kapan musim bertelur, dimana
posisi berkumpulnya plankton sebagai makanan ikan, pada musim apa ikan berkumpul, diarea

17
yang mana, ini masalah global yang berkaitan dengan perairan diseluruh dunia. Kita tidak
dapat mencegah ikan untuk pergi kaluar dari perairan kita. Oleh karena itu kita harus
mengetahui pengetahuan tentang ikan secara global.
Para mahasiswa sekalian, itulah tinjauan dari bidang geografis tentang masalah yang
kita hadapi sehubungan dengan globalisasi. Walaupun kita penduduk Indonesia namun kita
tidak dapat hanya berpikir dan bertindak hanya untuk masalah lokal, tetapi juga masalah
global.

c) . Masalah dalam bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


PPKn merupakan bidang studi atau mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum
sekolah dari mulai SD sampai SMU. PPKn ini pada dasarnya bermuatan materi Pancasila, dan
Kewarganegaraan, yang melandasi kehidupan bernegara. Oleh karena itu dalam
pembahasanya, akan berkaitan antara lain dengan ilmu politik, hukum, kenegaraan,
demokrasi, dan hak asasi manusia. hal tersebut erat sekali kaitannya dengan masalah global
karena masalah-masalah politik dan kenegaraan adalah masalah universal.
Negara merupakan bagian penting dari suatu jalinan internasional, oleh karena itu
peran negara dalam globalisasi sangat besar. Adanya kemajuan teknologi, suatu negara
terkontaminasi melalui berbagai media seperti televisi, internet, dan satelit yang mampu
menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya yang melewati batas-batas negara.
Kita dapat mengakses informasi ke berbagai sumber yang ada di negara lain secara
langsung, misalnya melaui internet, kita dapat mengetahui koleksi buku-buku di perpustakaan
suatu negara, atau untuk mengetahui program studi yang di buka di universitas-universitas
tertentu. Kita juga dapat melihat suatu kejadian di belahan dunia tertentu melalui berita CNN
di televisi, kita dapat menghubungi saudara yang menjadi TKI di suatu negara dengan
menggunakan telepon jarak jauh. Komunikasi seperti ini membuktikan bahwa hubungan-
hubungan seperti itu sudah melewati batas negara.
Mobilitas manusia dari satu negara ke negara lainnya juga dapat dilakukan dengan
mudah. Kemajuan teknologi mengakibatkan munculnya berbagai pesawat telepon modern
yang dapat menghubungkan manusia satu negara dengan negara lainnya dengan sangat cepat.
Banyaknya warga negara suatu negara yang belajar di luar negeri. Ini membuktukan bahwa
globalisasi mampu memberikan akses yang cepat dan tinggi bagi orang yang memiliki
kemampuan, baik kemampuan intelektual maupun kemempuan materiil.
Pesatnya pengaruh globalisasi saat ini, menimbulkan pertanyaan, apakah suatu negara
masih mempunyai peran dalam membentuk nilai dan norma dalam masyarakat? Dalam
kaitannya dengan ini, Ohmae (Susato, 1998) dalam bukunya Yhe End of the nation State
menyatakan bahwa peran negara semakin lama semakin berkurang dan hilang di era
globalisasi ini. Ini disebabkan kerena timbulnya arus sirkulasi yang disebut 41s (baca; empat
1 es) yaitu Investment, Industry, Information Technology, dan Individual Consumer.
Dalam investasi kita melihat bahwa arus modal dapat mengalir melewati batas-batas
negara. Seorang investor dapat menanamkan modalnya di suatu negara tertentu. Dalam dunia
industri, perusahaan multinasional mengadakan ekspansi ke berbagai tempat di negara mana
saja. Masih ingatkah Anda bahwa industri pesawat terbang boeing memiliki 6000 perusahaan
yang menyebar di negara-negara di seluruh dunia. Begitu pula dengan individual consummer

18
berarti mereka dapat pergi ke suatu Negara lain hanya untuk berbelanja, dengan melewati
batas negara.
Keadaan seperti diuraikan tadi merupakan permasalahan yang kita hadapi, yang
sebenarnya sudah berlangsung cukup lama dan akan mempengaruhi peran suatu negara.
Keadaan tersebut dalam era globalisasi ini jelas mempengaruhi peran negara. Namun
demikian seperti dikatakan oleh Ohmae apakah peran negara akan benar-benar hilang?
Tentunya ini memerlukan pengkajian yang sangat cermat. Hal yang sudah pasti adalah
berubahnya peran negara sesuai dengan derasnya arus globalisai

d). Masalah dalam bidang Sejarah dan Budaya


Para mahasiswa anda sebagai guru yang mendidik anak didik tentunya harus
menyadari betul tentang kondisi deperti itu. Kita tidak boleh terpukau dan diam sehingga
tertinggal oleh arus globalisasi. Akan tetapi juga jangan terbawa arus sehingga lupa dan
meninggalkan nilai budaya kita sendiri.
Dalam bidang sejarah sesungguhnya globalisasi sudah terjadi cukup lama. Kita sudah
mengetahui tentang perjalanan panjang Colombus. Untuk mengelilingi dunia. Pengaruh
adanya negara-negara di Eropah yang berlomba-lomba untuk datang di Asia Tenggara dalam
rangka mencari rempah-rempah.
Dalam kaitan dengan budaya, globalisasi ini lebih dasyat lagi pengaruhnya karena
menyentuh semua orang dari semua lapisan secara langsung. Pengaruh Film, misalnya
memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia dalam berpakaian, bertindak, berbicara dan
sebagainya. Hal ini yang paling dikhawatirkan karena tidak semua orang mempunyai
ketahanan yang kokoh untuk menyaring pengaruh negatif dan budaya tersebut.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas dalam kaitannya dengan
globalisasi ini, maka peran negara mengalami pergeseran perlindungan, yang semula
memberikan perlindungan, dan mengatur kearah yang sifatnya membentuk sikap, kesadaran
dan wawasan seerti berikut ini ;
(1) . Membentuk wawasan kebangsaan (nation character building)
Penting karena akan memberikan landasan kuat terhadap bangsa dalam menghadapi
gelombang globalisasi. Kebijakan pendidikan terus mulai diarahkan terhadap pendidikan
global untuk memberikan pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah global sehingga
masyarakat tidak terpakau seperti disebutkan di atas. Ini disebabkan karena negara tidak
memungkinkan untuk melakukan sensor terhadap semua informasi.
Masyarakat juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan sensor sendiri. Oleh
karena itu pendidikan harus diarahkan untuk: 1) Memperluas wawasan dan persepsi anak
didik yang berkaitan dengan permasalahan global, 2) Meningkatkan kesadaran anak didik
kita, bahwa mereka bukan saja sebagai warga negara Indonesia tetapi juga warga dunia. 3)
Memberikan wawasan untuk mengkaji ulang nilai dan budaya yang ada apakah masih dapat
kita gunakan dan sesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
(2) . Dalam kaitan dengan nilai budaya.
Melalui internet pengambilan informasi yang tidak layak dapat diberikan sanksi. Di
Indonesia sensor seperti ini sudah mulai dilakukan walaupun tidak seketat Singapura. Usaha
sensor seperti ini bukan merupakan usaha untuk mempersempit akses ke Internet dalam

19
mencari informasi, tetapi berupa pencegahan terhadap masuknya informasi yang melanggar
etika.
Secara politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan kebangsaan
menjadi penjaga stabilitas pengontrol politik baik di dalam maupun luar negeri. Perlu disadari
bahwa negara kita berdampingan dengan sensor luar yang sangat kuat di luar kontrol
pemerintah kita. Oleh karena itu, peningkatan kerjasama dengan negara lain dalam segala
bidang perlu ditingkatkan. Negara harus bersifat terbuka, karena kerjasama dalam berbagai
bidang menuntut komitmen yang tinggi. Negara harus berdampingan dengan sistem yang
terus berubah dan aktif mengikuti dan mengadakan perubahan.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat melihat manfaat dan kegunaan mempelajari
Perspektif Global seperti berikut: (1) meningkatkan wawasan dan kesadaran para guru dan
siswa bahwa kita bukan hanya penghuni dari satu kampung, propinsi, atau negara, akan tetapi
penduduk dari satu dunia yang mempunyai ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu
dalam bersikap dan bertindak harus mencerminkan sebagai warga negara, (2) menambah dan
memperluas pengetahuan kita tentang dunia, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan
dunia dalam berbagai aspek, terutama dalam perkembangan IPTEK, (3) mengkondisikan para
siswa untuk berpikir integral sehingga suatu gejala atau masalah dapat ditanggulangidari
berbagai aspek, (4) melatih kepekaan dan kepedulian siswa terhadap perkembangan dunia
dengan segala aspeknya.
Namun dalam pelaksanaannya nanti para guru akan diperhadapkan kepada berbagai
masalah antara lain: (1) materi pelajaran IPS dalam kurikulum sekolah tahun 1994, belum
sampai untuk membahas masalah dunia, akan tetapi masih terbatas kepada tingkat kecamatan,
kabupaten dan propinsi. Untuk masalah negara Indonesia juga belum banyak dibahas. Ini
tentu akan menyulitkan guru untuk membicarakan dunia dengan para siswa. Maka untuk
mengatasinya para guru dapat memulainya dari hal yang ada di lingkungan siswa, misalnya
masalah lingkungan, maslah kesehatan seperti AIDS, masalah penduduk dan sebagainya, (2)
masalah global adal;ah masalah integral, yaitu suatu permasalahanyang dapat dilihat dari
berbagai bidang ilmu. Sementara itu, dalam mata pelajaran IPS dan SD masih menitik
beratkan pada materi bidang studi misalnya sejarah dan geografi, (3) mata kuliah perspektif
global masih sangat baru, oleh karena itu para guru belum memiliki pengalaman yang cukup
untuk mengajar materi yang berkaitan dengan masalah global di SD, (4) buku sumber untuk
pelajaran bersifat global di SD masih sangat kurang. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas
yang tinggi dari guru untuk memunculkan masalah global dalam pengajaran IPS. Oleh karena
itu guru dituntut untuk memperkaya diri dengan sumbert lain di luar buku paket yang
dianjurkan oleh Depdiknas.
Walaupun demikian , materi dalam modul ini akan memberi bekal kepada para
mahasiswa untuk memberikan wawasan yang lebih global. Ini berarti bahwa materi dalam
modul ini akan diberikan kepada siswa SD. Sebagai bekal dan wawasan dalam bersikap,
bertindak dan berbuat untuk kepentingan global. Hal ini dapat dimulai dari tindakan yang ada
di lingkungan terkecil dulu, yaitu lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

20
MODUL III
PERSPEKTIF GLOBAL DARI VIS1 GEOGRAFI,
SEJARAH, DAN EKONOMI

3.1. PENDAHULUAN
Materi dalam Bahan Ajar ini akan menjelaskan tentang perspektif global dari Ilmu-Ilmu
Sosial yaitu Perspektif Global dari visi geografi, Sejarah, dan ekonomi. Dengan menguasai
materi ini saudara diharapkan memiliki kemampuan dalam menjelaskan konsep-konsep
dimaksud.
Penguasaan materi Perspektif Global yang dikaji dari Ilmu-ilmu sosial sangat penting
bagi saudara untuk memperluas wawasan pengetahuan, sebagai warga masyarakat yang
mengabdi pada lembaga pendidikan terutama sebagai guru IPS SD

3.2. TUJUAN.

a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum dari bahan ajar pertama ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami Perspektif global dari visi Geografi, Sejarah, dan Ekonomi

b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajarinya maka mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang ;
1. Perspektif global dan visi Geografi
2. Perspektif global dan visi Sejarah
3. Perspektif global dart visi Ekonomi

3.3. MATERI SAJIAN


Era globalisasi menandai kehidupan kita sehari-hari sudah semakin meluas tanpa batas
lagi. Cobalah Anda amati dan hayati fenomena kehidupan kita dewasa ini kita dengan mudah
bepergian kemana saja selalu mendapatkan kemudahan fasilitas untuk menjangkau tempat
yang menjadi tujuan kita. Bahan-bahan pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, barang-
barang elektronik, alat tulis menulis, transportasi, kendaraan, dan lain-lain. Ada barang-
barang yang menjadi kebutuhan Anda gunakan, sebagian dapatdiperoleh di daerah tempat
Anda. Ada pula barang-barang yang dibutuhkan diperoleh dan negeri lain. Kedua tempat
memproduksi barang-barang ini merupakan hasil produksi dalam negeri. Namun cukup
banyak -barang-barang keperluan kita adalah hasil produksi dari negara lain.
Ketika Anda mendengarkan dan menyimak siaran radio, memperhatikan tayangan TV
dan membaca surat kabar, pada umumnya disunguhkan dengan berbagai permasalahan lokal
atau perkembangan di dalam negeri kita, ataukah mengenai kejadian-kejadian yang berskala
internasional dan berbagai belahan dunia. Kenyataan-kenyataan serta peristiwa-peristiwa telah
menjelajah secara temporal dari waktu ke waktu dan secara spatial dari kawasan atau ruang ke
kawasan atau ruang yang satu ke toritorial dunia lainnya. Perkembangan seperti itu

21
mengharuskan kita menerima dan tidak dapat mengelak dan pergaulan yang telah mengglobal
dari pengalaman kehidupan serta perhatian kita. Setelah kita menyimak dan memahami
ilustrasi singkat yang diuraikan tadi, maka marilah kita membahas perspektif global itu dan
visi berbagai sudut pandang llmu-Ilmu Sosial masing-masing, dengan memulai dari perspektif
Geografi.

3.3.1. Perspektif Global dan Visi Geografi


Geografi adalah ilmu yang mengkaji aspek-aspek keruangan dengan berbagai
fenomena dalam konteks keruangan. Ruang dimaksudkan dalam kajian Geografi, yaitu
permukaan bumi yang terdiri dan tiga dirnensi, yang dapat dirinci menjadi muka bumi yang
berupa darat dan peraian serta ruang udara di atasnya. Pemahaman bumi ini secara konstan,
baik dan ukuran dan jaraknya tidak mengalami perubahan. Ruang permukaan bumi yang luas
ini dapat dikelompokkan dalam tingkat lokal, regional, dan tingkat global. Dengan demikian
perspektif Geografi adalah perspektif keruangan yang secara bertahap dan perspektif lokal,
regional sampai pada perspektif global.
Apakah yang dimaksud dengan perspektif Geografi atau keruangan adalah “suatu
kemampuan memandang secara mendalam berkenan dengan fenomena, proses, dan masalah
keruangan permukaan bumi, baik pada masa lampau, masa kini, dan terutama masa yang akan
datang. Untuk memahami perspektif geografi atau keruangan digunakan pendekatan sejarah
yang mempunyai kemampuan memprediksi ke masa depan. Coba Anda amati perkembangan
secara geografi yang terjadi di kota Anda dan waktu ke waktu. Bagaimana keadaan
permukiman, jalan, pertanian, pengairan, perdagangan, dan keadaan penduduk setempat.
Apakah menurut pengamatan Anda tetap “begitu-begitu saja” dan waktu ke waktu? Apakah
luas areal dan kawasan perkotaan tetap begitu saja dan waktu ke waktu atau telah mengalami
perluasan. Apabila Anda telah melakukan pengamatan dan pengkajian terhadap keadaan di
wilayah Anda, berarti Anda telah melakukan kegiatan perspektif geografi atau perspektif
keruangan pada tingkat lokal atau yang lebih dikenal dengan istilah perspektif lokal.
Pengkajian melalui proses perspektif lokal ini mengalami kesinambungan. Dewasa ini
kita menyaksikan terjadinya perluasan kampung, kota-kota kecil sampai pada kota-kota besar.
Misalnya kampung yang satu dengan kampung lainnya menjadi bersambung membentuk
perkampungan baru yang lebih luas dan bertambahnya jumlah penduduk dari jumlah semula.
Perluasan kawasan perkampungan dan perkotaan itu, karena dibangunnya jalan-jalan baru,
areal perumahan, alat angkutan atau transportasi, dan juga arus imigrasi manusia dan barang
yang semakin meningkat. Sebagai konsekuensi dan kemajuan itu, maka terjadiah proses sosial
ekonomi dengan terbentuknya saling ketergantungan (interpendensi) barang-barang
kebutuhan sehari-hari.
Gambaran perkembangan demikian, mengisyarakatkan bahwa perspektif geografi
yang Anda gunakan tidak lagi hanya sebatas ruang perkampungan melainkan telah
berkembang pada kawasan atau wilayah yang lebih luas. fenomena ini tidak hanya terjadi
pada kampung yang berkembang menjadi kota kecil, kemudian kota kecil menjadi kota besar
dan seterusnya. Kalau kita mengevaluasi perkembangan kota-kota dan waktu ke waktu, akan
terlihat suatu perkembangan yang linier.
Perluasan dan perkembangan terlihat jelas pada areal perkotaan yang makin meluas,
fisik kota mengalami perkembangan, permukiman penduduk, pusat perbelanjaan, pasar,

22
jumlah penduduk, jaringan jalan, dan yang lainnya mengalami perubahan dan perkembangan.
Bahkan kondisi demikian diprediksi dimasa akan datang terjadi peningkatan yang melampaui
batas-batas kawasannya. Kota-kota itu bersambung membentuk kota besar, perkembangan ini
tidak terlepas dan proses perluasan, dan perubahan kota serta pertambahan jumlah
penduduknya, karena adanya urbanisasi. Urbanisasi menurut W.J. Waworoentoe, A.Sjarif
Puradimadja, dan Uton Rustam (Prisma, 1972: 7-12) terjadi karena adanya tiga peristiwa yang
saling berkaitan satu sama lain. Tiga peristiwa yang menjadi penyebab proses urbanisasi
adalah (1) perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan, (2) perluasan areal atau
kawasan kota, dan (3) perubahan cara hidup sebagai orang kota.
Lakukanlah pengamatan sendiri, kehidupan dan perkembangan disuatu kota, terutama
pada kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar,
Padang, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Ambon, Jayapura, dan kota-kota lainnya.
Pengalaman menunjukkan bahwa ketiga proses urbanisasi yang terjadi di kota-kota tersebut
selalu saling berkaitan satu sama lain. Keadaan ini mengisyaratkan bahwa perspektif geografi
atau keruangan itu, tidak lagi hanya terbatas pada lokalitas semata, akan tetapi telah
menjangkau suatu areal atau kawasan yang lebih luas. Perkembangan ini menyebabkan
perspektif geografi berlanjut kepada perspektif regional. Pengertian region atau wilayah atau
kawasan menurut Peter Haggatt (1975: 6), adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah
maupun binaan manusia yang membedakannya dan areal yang ada disekitarnya. Wilayah
dapat dibedakan berdasarkan ukuran yang bervariasi Indonesia mulai dan wilayah kabupaten,
meningkat ke wilayah provinsi, lebih luas lagi wiayah kawasan Timur Indonesia, lebih luas
lagi kawasan ASEAN, kawasan Asia Pasifik, dan seterusnya.
Permasalahan yang sering mengemuka dalam perspektif geografi adalah lingkungan
hidup. Apakah yang dimaksud dengan lingkungan hidup?,bagaimana mengolah lingkungan
hidup dengan baik? Mari kita lebih dahulu membahas pengertian lingkungan hidup menurut
rumusan UU No.4 tahun 1982 dan No.23 tahun 1997, adalah suatu kesatuan ruang yang
terdiri dari benda, daya, keadaan, mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya (Udin S.
Wiranataputra, 2003: 19).
Pemanfaatan ruang oleh manusia dalam kehidupannya, berpengaruh terhadap kondisi
lingkungan, seperti dalam proses pembangunan industri, gedung, komponen lingkungan
tersebut akan mempunyai dampak negatif terhadap pembangunan, perubahan ruang yang
disebut region atau wilayah. Pergeseran fungsi areal dan kawasan hutan menjadi pertanian,
menjadi dasar permukiman, kemudian kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan
baru, lapangan golf, dan seterusnya membawa dampak terhadap perubahan tata air, tatanan
ekosistem tumbuh-tumbuhan dan hewan, perubahan cuaca dan iklim, dan masalah-masalah
lingkungan.
Dalam perspektif regional, sesungguhnya terjadi perkembangan kampung atau desa
menjadi kota kecil, kemudian kota kecil berkembang menjadi kota madya, dan kotaraja,
demikian seterusnya hingga menjadi kota metropolitan. Coba Anda amati atau diskusikan
dengan teman yang pernah tinggal di kota besar, seperti Jakarta yang telah berkembang
menjadi satu kawasan dengan Bogor,Tangerang dan Bekasi yang kemudian disebut
Jabotabek. Perluasan wilayah ini membawa dampak bagi kehidupan masyarakat, baik aspek
sosial, budaya, ekonomi, psikologi, dan politik. Perhatikan pula perkembangan kota-kota lain
yang dekat dengan kota kelahiran Anda atau yang pennah Anda kunjungi, seperti Bandung,

23
Surabaya, Semarang Medan, Palembang, Denpasar, Mataram,Makassar, Banjarmasin,
Manado, Kendari, Ambon, dan Jayapura. Kota-kota ini dimasa akan datang akan mengalarni
perluasan region seperti yang terjadi pada metropolitan Jakarta.
Selain perkembangan keruangan, juga tenjadi perkembangan interaksi serta
interdependensi keruangan yang semakin mengemuka pada dasawarsa sekarang ini.
Perkembangan interaksi tidak hanya terjadi antar regional dalam satu provinsi, di dalam
negeri sendiri melainkan telah menembus batas-batas wilayah negara. lnterksi keruangan ini
makin mendekatkan Indonesia dengan Singapura, Malaysia, Filipina dan juga Australia.
Apakah yang menyebabkan makin mendekatnya interaksi keruangan antar regional? Hal ini
terjadi karena adanya perkembangan dibidang transportasi (darat, laut, dan udara), dan juga
kemajuan dibidang elektronik (radio, TV, faksimili, internet) serta kemajuan alat komunikasi
(media cetak, telepon, dan handphone).
Persentuhan interaksi keruangan antar regional ini, terlihat pula dan pakaian, makanan,
kesenian, dan perdagangan. Pakaian khas suatu daerah atau suatu negara dan kesenian (suara,
tan, dan musik), maupun yang bersifat non-materi (pengetahuan, ilmu dan seni) telah menjadi
milik dunia atau saling ketergantungan. Dalam era perspektif global sekarang menjadi
keuntungan yang positif yang harus dimanfaatkan dengan baik.
Penggunaan perspektif geografi atau keruangan yang paling luas adalah berhubungan dengan
perspektif global. Studi semacam ini dalam ilmu Geografi bukanlah sesuatu istilah yang asing
lagi. Geografi mengenal konsep dasar globalisme menurut(Gabler, RE. 1966: 13-16) bumi
sebagai suatu planet (James, 1979: 115) menjelaskan bahwa bumi sebagai suatu global atau
planet yang sangat berdampak bagi kehidupan umat manusia di dunia. Demikian pula dengan
sifat-sifat lain dan permukaan bumi, seperti arus laut, pasang surut, iklim, cuaca dan musim
adalah mencirikan lokalitas, regional, juga pada lingkungan global.
Berdasarkan analisis perspektif keruangan (lingkungan hidup) pengundulan hutan
yang terjadi pada regional atau pada kawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara
(asap) yang sangat berlebihan pada kawasan tertentu dan meningkatnya panas bumi yang
disebabkan lubang ozon. Masalah-masalah ini tidak hanya berdampak negatif pada kawasan
yang bersangkutan, melainkan juga berdampak global yang dapat dirasakan bagi seluruh
dunia. Pemanasan global ini telah menjadi pemikiran pakar-pakar lingkungan dan klimatologi
yang tergabung dalam kelompok ilmuwan dunia, adalah menjadi contoh perspektif global dan
visi Geografi, oleh karena itu perspektif global dipandang dari jangkauannya merupakan
perspektif “khas” geografi.

3.3.2. Perspektif Global dan Visi Sejarah


Emmanuel Kant pada abad ke-18 mengemukakan bahwa sejarah dan geografi
merupakan ilmu Dwitunggal, maksudnya jika sejarah mempertanyakan suatu penistiwa itu
pada interogatif temporal “kapan” terjadi, pertanyaan ini belumlah lengkap bila tidak
dilengkapi dengan mempertanyakan interogatif spatial ‘dimana” tempat terjadinya. Dalam hal
ini dimensi temporal (waktu) dengan dimensi spatial (tempat) saling melengkapi
(komplementer). Kedekatan domain sejarah dan geografi laksana panggung dan lakon.
Geografi adalah pentas bagi sejarah, sebaliknya sejarah adalah lakon bagi geografi. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap peristiwa selalu terjadi di atas permukaan bumi, sedangkan

24
sejarah sebagai lakon bagi geografi menjadi media untuk sosialisasi atau memperkenalkan
diri.
Perspektif sejarah atau waktu tidak hanya selalu dipandang dari dimensi masa lampau,
tetapi juga masa kini dan masa yang akan datang. Memahami sejarah masa lampau berarti
menata dan memperbaiki kehidupan masa depan melalui sebuah perencanaan agar lebih baik
lagi. Bukankah belajar dan pengalaman masa lampau kita akan menjadi bijaksana lebih dulu
dalam menatap ke masa depan dan tidak akan mengulangi kekeliruan yang sama. Kesalahan
dan kegagalan masa lampau tidak perlu terulang kembali dengan demikian peristiwa-
peristiwa yang berskala global yang menjadi malapetaka umat manusia tidak menjadi misteri
yang menakutkan untuk kedua kalinya terulang kembali. Cobalah Anda amati dan ingat-ingat
kembali peristiwa-peristiwa yang telah terjadi yang mempunyai dampak global. Misalnya
Konferensi Asia Afrika, perang, bom Bali, terorisme adalah masalah-masalah global yang
perlu dikenang dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dan ilmuwan dunia. Catat hasil
pengamatan Anda, diskusikan dengan rekan sejawat atau tutor pada saat tatap muka. Dengan
demikian perspektif sejarah akan mengantarkan kita untuk memahami apa yang terjadi pada
masa lalu untuk dijadikan pedoman masa kini dan masa yang akan datang.
Perspektif Sejarah memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada kita agar arif
dan bijaksana menghadapi kehidupan masa depan. Peristiwa yang tetah terjadi dalam
masyarakat manusia pada waktu yang lampau sesuai dengan rangkaian kausalitasnya serta
proses perkembangannya dalam segala aspek berguna sebagai pengalaman untuk dijadikan
pedoman kehidupan manusia pada masa sekarang serta arah cita-cita ke masa yang akan
datang.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa perspektif sejarah mengacu pada konsep
temporal (waktu) atau perspektif waktu, terutama waktu yang lampau menjadi acuan menuju
masa yang akan datang. Sejarah yang menyoroti suatu peristiwa, akan membawa citra kepada
kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi
peristiwa-peristiwa yang akan datang. Cicero pernah mengatakan “Historia Magistra Vitae”
artinya sekarang adalah guru kehidupan. Pernyataan mi mengandung makna bahwa sejarah
atau kejadian masa lalu itu memuat penjelasan tentang apa-apa yang akan terjadi pada masa
sekarang dan apa-apa yang dapat terjadi pada masa yang akan datang.
Dalam perspektif sejarah dianut pendekatan kronologis dan kausalitas, yakni peristiwa
masa lampau tidak pernah terputus dan rangkaian kejadian masa kini dan masa yang akan
datang. Gerak sejarah secara linier ini juga mengisyaratkan sebuah kontinuitas. Penghayatan
terhadap peristiwa yang telah terjadi memudahkan ingatan manusia dalam mempelajari dan
memahami peristiwa-peristiwa tersebut. Cobalah Anda ingat kembali peranan tokoh-tokoh,
bangunan bersejarah, perang, revolusi, pertemuan internasional, serta peristiwa-peristiwa
sejarah yang mempunyai dampak luas terhadap kehidupan umat manusia secara global.
Peristiwa ini dapat dimunculkan sebagai media pembelajaran (pendidikan) dalam proses
transformasi budaya serta pengembangan sumber daya manusia (SDM), penanaman dan
pewarisan nilai-nilai kebangsaan bagi genarasi muda untuk memasuki era baru kehidupan
global yang menantang dihadapan kita. Anda tentu mengenal kehebatan dan keperkasaan
tokoh-tokoh Agama, para Nabi dan Rasul, Negarawan, Panglima, Ilmuwan penemu, pejuang
bangsa yang tidak hanya berpengaruh dikalangan bangsa dan umatnya pada saat masih hidup,
melainkan tetap menjadi contoh dan tauladan yang dikenang jasa jasanya sepanjang zaman,

25
karena ketokohannya. Tokoh demikian sudah menjadi milik dunia dan telah menjadi sorotan
dalam perspektif global, bukan hanya dan sudut pandang sejarah, malainkan juga telah
menjadi sudut pandang ilmu-ilmu lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah, Masjidil Haram di Mekkah, Piramida
di Mesir, Tembok Cina, Taj Mahal di Agra-lndia, Menara Eiffel di Perancis, Candi Borobudur
di Indonesia yang tergolong bangunan kuno dan memiliki nilai sejarah. Kita mengenal
bangunan tersebut sebagai “keajaiban dunia”, yang tidak hanya bernilai dan bermakna
sejarah, melainkan juga memiliki nilai global dan telah menjadi symbol peradaban dunia.
Bangunan-bangunan tersebut menjadi media perdamaian, mempersatukan umat, bernilai ilmu
pengetahuan, memiliki nilai ansitektur, nilai ekonomi, dan lain-lain. Secana ekonomis,
bangunan-bangunan kuno klasik yang monumental ini akan mendatangkan devisa bagi
negara, karena para turis manca negara ingin menyaksikan kemegahan dan keunikan
bangunan-bangunan yang banyak mengandung nilai pengetahuan tersebut. Agar nilai-nilai
pendidikan yang dimilikinya tetap terpelihara, maka kandungan nilai-nilai sejarah dan seni
yang dimilikinya menjadi acuan pendidikan, budaya dan agama.
Berbagai perang telah terjadi di muka bumi atau beberapa kawasan di dunia, terutama
Perang Dunia I dan II yang tercatat sebagai peristiwa sejarah yang mengerikan, tidak hanya
dilihat dari sudut penggunaan persenjataan modern pemusnah peradaban umat manusia di
muka bumi. Peristiwa perang dipandang dari perspektif global merupakan kehancuran yang
menyebabkan terjadinya pembunuhan masal yang perlu dikutuk oleh seluruh umat manusia,
karena tidak sesuai dengan nilai-nilai dan hakekat kemanusiaannya. Perang sejak dahulu
hingga sekarang masih kita saksikan di berbagai belahan dunia. Selain sebagai malapetaka
bagi kelanjutan peradaban umat manusia, perang juga menjadi media penyadaran umat
manusia di dunia untuk mencapai perdamaian dan persatuan bagi kelangsungan hidup umat
manusia. Bahkan secara global, perang untuk meningkatkan kemampuan di bidang IPTEK
yang mendukung dan mempercepat kesejahteraan umat manusia. Sedangkan sebagai
pengalaman buruk yang berakibat kehancuran peradaban umat manusia di muka bumi
menjadi penyadaran agar kita semua tetap waspada terhadap bahaya perang yang setiap saat
mengancam kelangsungan hidup umat manusia dimana saja terjadinya. Bagi kepentingan
dunia pendidikan, perang adalah suatu peristiwa yang harus dikenang dan menjadi upaya
peningkatan kesadaran penghayatan terhadap peserta didik akan bahaya perang “modern’
pada masa akan datang.
Pertemuan-pertemuan yang berskala internasional yang membahas masalah-masalah
pertikaian, perdamaian, dan hubungan antar negara, dan antar bangsa telah banyak
dilaksanakan di berbagai negara di dunia yang dicatat sebagai peristiwa yang bersejarah.
Misalnya Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung di Bandung Indonesia tahun 1955 yang
terkenal dengan Dasa Sila Bandung atau yang lebih dikenal dikalangan negara-negara terjajah
adalah “Semangat Bandung”, telah memompa semangat dan meningkatkan kesadaran
masyarakat Asia Afrika akan haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk bebas, merdeka,
dan berdaulat di negaranya sendiri. Peristiwa yang bersejarah ini dihadiri oleh utusan dan
perwakilan 29 negara Asia Afrika, menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan
serta meningkatkan “martabat” dikalangan bangsa-bangsa yang mengikuti konferensi
tersebut. Peristiwa yang monumental ini telah membukakan mata negara-negara maju sebagai

26
bekas penjajah, terhadap arti “kemerdekaan” bagi bekas negara-negara jajahan yang harus
dperhitungkan.
Kebangkitan negara-negara terjajah di Asia Afrika ini juga telah menyadarkan masyarakat
“Dunia Ketiga” terhadap pentingnya menggalang “persatuan dan kesatuan” untuk
menghadapi negara-negara besar secara sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik lebih
memiliki kekuatan dan pada negara-negara dunia ketiga. Perspektif gobal dan visi Sejarah
seperti inilah yang perlu diungkap dan dilestarikan, karena di dalamnya mengandung niai-
nilai perjuangan yang harus disampaikan kepada generasi muda kita melalui proses
pendidikan. Cobalah Anda berikan contoh lainnya perspektif global dan visi sejarah?
Akhirnya niai-nilai sejarah penjuangan bangsa Indonesia yang berskala internasional itu tidak
pernah terlupakan. Dan peristiwa tersebut sekaligus mengantarkan Indonesia sebagal negara
pemrakarsa lahirnya kelompok negara-negara non blok, yang kemudian terkenal dengan
istilah Gerakan Non Blok (GNB), sebagai penengah dan dua blok kekuatan yang telah ada
ketika itu.

3.3.3. Perspektif Global dan Visi Ekonomi


Masalah-masalah global dan aspek ekonomi ikut menentukan, bahkan akibat
persoalan ekonomi menyebabkan terjadinya konflik. Munculnya kegiatan atau proses
produksi sebagai salah satu bagian dari peristiwa ekonorni merupakan jawaban dan sebagian
pihak pelaku ekonomi yang berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan rnanusia, dengan cara
penciptaan berbagai alat pemuas dari setiap tuntutan kebutuhan itu.
Sebelum terlalu jauh memasuki pembahasan perspektif global dari visi ekonomi, maka
terlebih dahulu kita membahas apakah sesungguhnya Ilmu Ekonomi itu? Menurut H.W. Arndt
dan Gerardo P. Sicat (1991). Ilmu Ekonorni adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji
bagaimana orang perorangan dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan.
Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas.
Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak berbatas tersebut, tersedia sumber
daya yang dapat digunakan. Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas.
Karenanya, sumber daya ini langka dan mernpunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan
penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok
(masa depan).
Berdasarkan pengertian Ilmu Ekonomi tersebut, maka konsep yang dapat dirinci
dalam penjelasan pengertian ekonomi tadi menyangkut beberapa aspek antara lain meliputi;
(1) menentukan pilihan (2) keinginan yang tidak terbatas (3) persediaan sumber daya terbatas,
bahkan ada yang langka (4) kegunaan alternatif sumber daya, dan (5) penggunaan hari ini dan
hari esok.
Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, kita mengetahui bahwa alam semesta ini
telah banyak menyediakan berbagai macam bahan yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi
kebutuhan, tetapi tidak semua sumber daya alam tersebut bisa kita manfaatkan secara
langsung untuk mencukupi kebutuhan kita. Semua sumber daya yang diperoleh perlu kita olah
lebih dahulu melalui proses produksi. Silahkan Anda amati proses produksi yang ada disekitar
kota Anda. Kulit binatang mungkin kurang berharga, tetapi dalam pandangan seorang
entrepreneur kulit binatang itu merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan dan dapat
dipasarkan. Barang tersebut dapat diolah, diubah bentuknya menjadi tas, sepatu, ikat pinggang

27
dan semacamnya. Hasil kreativitasnya itu dipasarkan dengan berbagai tingkatan kualitas,
model, ukuran dan harga. Bahkan yang lain adalah daun pandan itu mungkin tidak berharga
tetapi setelah diolah, kita ambil seratnya dan kita ubah bentuknya menjadi anyaman tikar,
topi, atau anyaman lain yang hasilnya dapat dijual karena memang dibutuhkan orang lain.
Cobalah simak baik-baik ilustrasi di atas, kesimpulan apa yang dapat anda tarik untuk
memberikan pengertian tentang konsep produksi? Jika Anda cermati penjelasan tersebut,
maka yang dimaksud dengan produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk
menghasilkan barang dan atau jasa. Pengertian produksi menurut ilmu ekonomi, tidak hanya
terbatas pada upaya penciptaan barang atau jasa saja yang terkesan sempit. Pengertian
produksi didefinisikan sebagai setiap tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau
menambah “nilai” guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. (Udin S.
Wiranataputra. 2003; 63).
Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi, jelas tergambar perspektif ekonomi
secara murni terkait dengan waktu, sebagai kebutuhan hari ini dan hari esok.
Sedangkan apa yang diperspektifkan, terutama yang berkenaan dengan keinginan yang
“cenderung” tidak terbatas, persediaan sumber daya itu terbatas dan bahkan langka. Barang
barang yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis; (1)
barang-barang yang langsung dapat memuaskan pemakai (konsumen) yang disebut barang
konsumsi, dan (2) barang-barang yang sengaja diproduksi untuk proses produksi selanjutnya
atau untuk menghasilkan barang-barang lain yang disebut barang-barang produksi. Contoh
barang-barang konsumsi seperti pakaian, makanan, minuman, sepatu, bulpoin, buku, dan lain-
lain. Sedangkan barang-barang produksi seperti mensin jahit, mesin diesel, dan berbagai
bahan baku untuk keperluan proses produksi selanjutnya.
Perspektif ke hari esok atau masa akan datang, terkait luas dengan pertumbuhan
penduduk, kemajuan dan penerapan IPTEK dalam proses produksi serta distribusi, kebutuhan
yang tidak terbatas kuantitasnya, dan akhirnya persediaan sumber daya alternatif, sangat
berkaitan dengan IPTEK dan kebudayaan. Amatilah proses distribusi barang di pelabuhan
kota-kota besar, seperti pelabuhan Tanjung Priuk, Tanjung Perak, Soekarno-Hatta Makassar,
dan lain-lain. Amati pula aktivitas distribusi barang di bandara internasional, seperti Bandara
Soekarno-Hatta Jakarta, Juanda Surabaya, Hasanuddin Makassar, dan lain-lain telah
berlangsung aktivitas bongkar muat barang-barang ekspor-impor. Arus barang dan migrasi
penduduk yang terjadi di pelabuhan laut dan udara itu menunjukkan terjadinya hubungan
antar negara yang sangat terkait dengan rnasuknya devisa bagi negara. Demikian pula halnya
dengan turis yang berkunjung di Indonesia akan menjadi pemasok devisa, aktivitas seperti ini
merupakan sumbangan persepektif global dalam bidang ekonomi.
Dari perspektif kependudukan, pada 7 Juli 1986, menurut perhitungan Lembaga
Kependudukan Dunia, telah terjadi peristiwa penting sehubungan dengan tercapainya angka
jumlah penduduk dunia mencapai angka 5 milyar. Selanjutnya berdasarkan perkiraan lembaga
tersebut diperkirakan angka pertumbuhan penduduk dunia bertambah satu juta orang setiap 4
atau 5 hari. Berdasarkan angka-angka tersebut maka diprediksi angka pertumbuhan penduduk
dunia pada tahun 2000 diperkirakan mencapai angka 8 milyar (Barney,1977:11). Angka-
angka pertumbuhan penduduk dunia mengalami perkembangan pesat, kondisi demikian
sangat terkait dengan pemenuhan kebutuhan secara global. Ketidakterbatasan kebutuhan itu,

28
bukan karena keinginan yang tidak terbatas, melainkan oleh pertumbuhan penduduk yang
meningkat cepat, dibanding dengan ketersediaan dan peningkatan produksi barang kebutuhan.
Apakah saudara mengenal sumber daya alam? Berapa jenis sumber daya alam yang
diketahui? istilah sumber daya alam dalam ilmu ekonomi bukan sesuatu yang baru. Sumber
daya alam adalah kekayaan alam yang dihasilkan oleh daerah tententu. Sumber daya alam
dirinci menjadi dua, ada sumber daya alam yang dapat diperbaharui, contohnya tumbuh-
tumbuhan dan hewan, dan ada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, contohnya
migas dan batu bara. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui akan habis
penggunaannya sekali pakai, sehingga persediaannya semakin terbatas. Dipihak lain
kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung
tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan hanya masalah-masalah lokal dan regional, melainkan
telah menjadi masalah global. Menyikapi kesenjangan ini, kita dituntut memiliki “kiat-kiat”
ekonomi tepat untuk mencapai keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan produksi di
pihak lain. Salah satu kiat itu, memajukan dan menerapkan IPTEK untuk menemukan solusi
dari masalah kesenjangan yang telah mengglobal.
Masalah besar yang kita hadapi sekarang adalah penduduk dunia telah sampai pada
tingkat ketergantungan terhadap hasil teknologi sebagai penopang kehidupannya secara
berkelanjutan. Namun penerapan praktis teknologi dan intervensinya dalam menopang
kehidupan, akan merusak sumber daya alam yang ada. Dalam menyikapi dilema ini kita harus
menyelesaikan 3 masalah pokok: (1) harus menguasai teknologi, (2) menstabilkan
pertumbuhan penduduk, (3) mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup produktif dan
sejahtera secara terpadu, dengan memelihara keseimbangan ekosistem.
Cobalah saudara amati dan hayati bahwa kita tidak dapat melepaskan diri dari
pemanfaatan teknologi atau lebih luas lagi pemanfaatan IPTEK. Namun juga saudara amati
lingkungan sekitar kita yang telah rusak dan terkuras oleh penerapan dan pemanfaatan IPTEK
itu. Masalah yang dihadapi ini bukan hanya lingkungan dan perekonomian yang hanya terjadi
pada kawasan lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah dunia atau global. Dari
ilustrasi yang ditampilkan itu terlihat bahwa IPTEK bukanlah segala-galanya. Pada suatu
ketika globalisasi akan berbalik kepada kita (manusia). Bagaimana kita mampu
mengembangkan perantara sosial untuk mengendalikan IPTEK sesuai dengan asas
keseimbangan dan kelestarian? Kesenjangan, kerusakan, dan masalah-masalah yang terjadi
dalam kehidupan serta lingkungan itu harus dikembalikan kepada manusianya terutama dalam
perbaikan akhlaknya.
Cobalah saudara simak pernyataan H.S.D Cole (1973:117) berikut ini. Kenyataan
menunjukkan bahwa bukan hanya pencemaran udara oleh debu, pencemaran zat kimia,
pencemaran suara, pencemaran air, dan tanah semata-mata, melainkan yang lebih penting
adalah pencemaran moral, hal-hal yang bertentangan dan yang tidak diindahkannya peraturan,
sebagi indikator dalam berbagai argumentasi kerusakan lingkungan yang menjadi dasar
pertanyaan kemajuan ekonomi dan teknik.
Pencemaran moral dan penyimpangan dari aturan yang berlaku terhadap ketentuan
pengembangan serta pemanfaatan lingkungan seakan-akan terabaikan. Mari kita hidupkan
kembali kearifan lokal dan kecintaan terhadap keindahan pada diri masing-masing serta
menularkan untuk keluarga, lingkungan sekitar kita dan masyarakat.

29
Dalam perspektif global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan
berupa ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun lingkungan hidup, pengembangan dan
pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan lingkungan dan kehidupan umat manusia.
Untuk menghadapi perspektif global di bidang ekonomi dengan kehadiran pasar bebas,
beralihnya kawasan ekonomi maju dan Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia
Afrika, bangsa Indonesia perlu menyiapkan mental dan ahklak yang baik.
Tantangan dalam bidang ekonomi tidak akan kunjung reda, penyiapan SDM sebagai
generasi muda Indonesia menghadapi abad ke-21 terus dimatangkan, arus globalisasi yang
telah berada di depan mata perlu disikapi dengan penyiapan mental wiraswasta dan kuatitas
SDM yang memadai.

30
MODUL IV
PERSPEKTIF GLOBAL DARI VlSI POLITIK,
SOSIOLOGI, DAN ANTROPOLOGI

4.1. PENDAHULUAN.
Saudara sudah mempelajari dan mengkaji perspektif global dalam bidang geografi,
sejarah, dan ekonomi. Dalam kajian materi tersebut ternyata saling keterkaitan antara satu
bidang ilmu dengan bidang yang lainnya. Era globalisasi dan modernisasi menandai
terjadinya persentuhan antara ilmu, dan sukar dipisah-pisahkan. Namun demikian, sangatlah
perlu penekanan pada tiap-tiap bidang ilmu sosial secara interdisiliner.
Dalam penyajian kali ini penekanan pembicaraan pada Perspektif global dari visi Politik,
Sosiologi dan Antropologi, dan diharapkan saudara-saudara bisa memiliki pengetahuan
tersebut dalam rangka mengaplikasi dalam karya dan tugas saura nanti.

4.2. TUJUAN
a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum dari bahan ajar ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
Perspektif global dari visi Politik, Sosiologi, dan Antropologi

b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajarinya mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang ;
1. Perspektif global dari visi Politik
2. Perspektif global dari visi Sosiologi
3. Perspektif global dari visi Antropologi

4.3. SAJIAN MATERI


4.3. 1. Perspektif Global dari Visi Politik
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas tentang perspektif global dalam dimensi
politik, mari lebih dahulu kita mengkaji apa sebenarnya yang dinamakan ilmu politik itu?
Ilmu Politik menurut penjelasan Roger F. Soltau dalam introduction to Politic (Miriam
Budiardjo,1991:9) adalah mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga
yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya
serta dengan negara-negara lain.
Berdasarkan konsep ini, yang di maksud dengan ilmu politik adalah mengadakan studi
mengenai negara dengan tujuannya, lembaga-lembaga yang melaksanakan tujuan, hubungan
negara dengan warganya, serta hubungan negara dengan negara-negara lain. Dalam sorotan
perspektif global, aspek hubungan dengan negara lain merupakan hal yang pokok. Hubungan
dengan negara lain, khususnya negara Republik Indonesia dengan negara tetangga kita sebut
hubungan regional, dengan negara-negara lain pada urnumnya kita sebut hubungan antar
bangsa atau hubungan internasional, dan akhirnya dengan semua negara di dunia ini, yang
kita sebut hubungan global. Namun konotasi hubungan global sesungguhnya lebih

31
menyeluruh dan tidak terlalu formal. Hal ini berbeda dengan hubungan bilateral dan
hubungan multilateral.
Menurut pandangan politik negara dengan tujuan dan lembaga-lembaganya, dari
waktu ke waktu mengalami proses perkembangan. Negara Republik Indonesia pada saat
diproklamasikan oleh Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, baru mendapatkan pengakuan
dan dukungan dari negara lain secara terbatas. Akibatnya, hubungan negara kita dengan
negara-negara yang ada di dunia ini juga masih sangat terbatas. Demikian pula halnya dengan
tujuan dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakannya juga masih terbatas.
Periode awal, sesudah kemerdekaan perjuangan politik menjadi perioritas utama.
Pengakuan dan hubungan politik, menjadi alat perjuangan yang sangat diutamakan. Hal ini
tentu saja menjadi modal dasar untuk mengembangkan diri lebih jauh di tengah-tengah
pergaulan dunia internasional. Keberhasilan Konferensi Asia Afrika, pembentukan dan
kegiatan negara-negara Non Blok misalnya yang dapat menempatkan Indonesia sebagai salah
satu negara pemrakarsa dan pelopornya, dapat meningkatkan dan mendongkrak negara-negara
lain memberikan pengakuan terhadap kedudukan Indonesia. Hal ini kesemuanya merupakan
hasil dari perjuangan politik. Kerjasama regional di antara negara-negara kawasan Asia
Tenggara mendorong terbentuknya ikatan kerjasama negara-negara ASEAN juga merupakan
tahap lain dalam perjuangan politik Indonesia. Pada dekade ini negara Indonesia sudah
diperhitungkan oleh negara-negara lain dalam percaturan politik, termasuk negara-negara
adikuasa. Dalam perspektif global, Indonesia mendapatkan kedudukan yang terhormat dalam
bidang politik, khususnya bagi negara-negara yang tergabung dalam kelompok negara-negara
Non-Blok. Bagi Indonesia pembangunan politik di dunia internasional pada tingkat global,
telah membuahkan hasil.
Indonesia yang berpegang pada garis politik luar negeri yang bebas aktif, mendapatkan
kepercayaan untuk ikut di berbagai kegiatan penyelesaian pertikaian politik internasional
seperti konflik di Kamboja, Filipina, Bosnia, Palestina, Israel dan lain-lain, yang dikenal
dengan Pasukan Garuda. Kegiatan tersebut lebih meningkatkan dan mengharumkan
kedudukan Indonesia di bidang politik internasional, terutama konsistensi garis politik luar
negeri kita. Keberhasilan dalam percaturan politik tersebut menjadi landasan kerja sama pada
bidang ekonomi. Kepercayaan negara-negara lain termasuk negara adikuasa di bidang politik,
lebih membuka jalan menuju kerjasama di bidang ekonomi. Fasilitas bantuan ekonomi
akhirnya menjadi terbuka. Saat ini, pembangunan Indonesia lebih difokuskan pada bidang
ekonomi.
Stabilitas dan kemajuan politik yang dicapai Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan
politik luar negeri, berpengaruh positif terhadap kondisi politik global. Keadaan ini tidak
dapat dilepaskan dari dampak keberhasilan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika tahun
1955 di Bandung. Pimpinan dan pengaruh Indonesia dalam gerakan Non Blok (GNB)
terhadap kebangkitan di Afarika dan Amerika Latin atau negara-negara Selatan pada
umumnya. Kebangkitan negara-negara Selatan, menumbuhkan perhatian negara-negara Utara.
Kelompok negara-negara yang disebut terakhir ini tidak lagi mengabaikan negara-negara
dunia ketiga atau negara-negara Selatan tersebut. Peranan dan keberhasilan politik luar negeri
Indonesia telah bergema secara global baik di negara-negara Selatan maupun di negara-negara
Utara termasuk negara adikuasa.

32
Negara Republik Indonesia sebagai warga dunia, tidak dapat melepaskan diri dari
pengaruh perkembangan di negara lain, khususnya di negara yang telah maju, lebih khusus
lagi di negara-negara adikuasa. Misalnya mari kita perhatikan perkembangan di Uni Soviet,
Republik Rakyat Cina, Jerman, Jepang dan negara-negara maju lainnya, selalu terjadi saling
mempengaruhi dengan kehidupan politik, khususnya politik luar negeri suatu negara. Paling
tidak Indonesia harus memperhitungkan kecenderungan dan peluang yang akan terjadi
sebagai akibat dari perubahan politik di negara lain.
Anda tentunya telah menyimak dan berbagai media massa, tentang pelaksanaan
konsep glasnost (keterbukaan) dan perestroika (pembaharuan) yang digagaskan oleh
Gorbachev, Presiden Uni Soviet ketika itu, menjadi landasan terjadinya pendekatan antar
negara adikuasa. Gerakan ini menjadi pokok pangkal berakhirnya perang dingin diantara
negara-negara yang saling bersiteru. Kenyataan ini pula membawa dampak yang luas
terhadap perubahan peta politik dunia, terutama yang dialami oleh negara-negia dunia yang
tergabung dalam Blok Timur yang ketika itu di bawah pimpinan Uni Soviet.
Uni Soviet sebagai salah satu negara adikuasa yang beraliran sosialisme-komunisme semata-
mata didasarkan pada kekuasaan militer, tanpa didukung oleh perekonomian yang kuat
(Toffler,1990:221), kerapuhan kondisi ini diperkuat pula oleh pengaruh pengembangan
gerakan glasnost serta perestroika dari Gorbachev, menyebabkan negara adikuasa tersebut
mengalami kehancuran dan akhirnya lenyap dari peta politik dunia.
Negara adikuasa yang menakutkan (angker) itu, terpecah-pecah menjadi negara-
negara kecil yang sebagian berdiri sendiri, dan sebagiannya lagi tetap menjalin federasi
dengan Rusia. Sampai saat ini pergolakan dibekas Uni Soviet itu masih berlangsung.
Perubahan ini menjadi suatu pertanda kemenangan demokrasi terhadap komunis, yang
membawa dampak global terhadap kemajuan negara-negara lain di dunia, terutama bagi
negara-negara anggota yang tergabung dalam Blok Timur.
Suatu pembelajaran yang sangat berharga yang dapat disimak dari perubahan yang sangat
drastis terjadi di bekas negara Uni Soviet yang akhirnya menjadi negara-negara kecil yang
berdiri sendiri tanpa persiapan dan kesiapan yang matang, stabilitas, serta ketahanan
negaranya belum tercipta. Kerawanan politik, ekonomi dan sosial sangat sukar dielakkan dan
hampir tak dapat diatasi. Sampai sekarang ini, suasana kerawanan tersebut masih berlangsung
dan terjadi di mana-mana dan dalam spectrum yang luas. Suasana dan kondisi psikologi yang
negatif sangat membekas pada sebagian besar masyarakat, terutama mereka yang lanjut usia.
Perubahan peta politik pasca perang dingin yang dampak negatifnya masih belum reda
sampai saat ini dialami oleh bekas negara Yugoslavia. Ketegangan antar etnis yang
mengklaim bentuk dan membentuk negara masing-masing seperti Sarajevo. Bosnia,
Hersegovina, Serbia, dan Kroasia, masih belum terselesaikan. Upaya PBB, Amerika Serikat
dan negara-negara NATO, serta termasuk juga Indonesia, untuk menyelesaikan ketegangan
politik dikawasan Balkan ini masih belum berhasil.
Keruntuhan tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dengan Jerman Timur, menjadi
landasan perubahan peta politik di Jerman. Jerman Timur yang semula termasuk Blok Timur
atau Blok Komunis, meleburkan diri ke dalam federasi Jerman. Peristiwa ini juga
menunjukkan kemenangan dari negara-negara penganut demokrasi atas negara-negara yang
berfaham komunis (Dwi Susanto dan Zainuddin Djafar, 1990 138-140). Hal seperti itu juga
dialami oleh Bulgaria dan Polandia.

33
Perubahan peta politik seperti yang dilukiskan di atas adalah kenyataan yang dialami
oleh negara-negara Eropa Timur dan bekas Yugoslavia, kemudian membawa dampak luas
pada tatanan global yang tidak hanya menyangkut bidang politik, melainkan juga bidang
ekonomi, sosial, dan IPTEK. Mau tak mau kenyataan itu berpengaruh terhadap wawasan
politik Indonesia. Perspektif global dan perubahan peta politik yang digambarkan di atas,
membawa dampak terhadap berbagai aspek hubungan luar negeri Indonesia.
Perubahan peta politik global sesungguhnya telah dimulai sejak berakhirnya Perang
Dunia II. Saat itu banyak negara jajahan, termasuk di dalamnya Indonesia melepaskan diri
dari negara penjajah. Namun masih terlihat bahwa negara-negara tersebut secara politik
sepenuhnya diatur oleh penjajah. Setelah berakhirnya PD-II tersebut dituntut mengatur
politiknya sendiri Setelah berakhir perang dingin perubahan peta politik itu makin menonjol.
Dewasa ini, pengaruh kekuasaan negara-negara maju yang dapat pula disebut negara
besar, sudah tidak lagi secara murni dapat melakukan ekspansi politik. Namun demikian
ekspansi itu telah berubah dalam bentuk dan wujud yang lain, yaitu ekspansi ekonomi.
Memang penjajahan politik berakhir namun penjajahan ekonomi makin gencar merambah
negara-negara baru memperoleh kemerdekaan Negara-negara yang baru merdeka pada era
pasca PD-II secara politik telah merdeka. Namun pada sisi ekonomi, mereka masih terjajah.
Cobalah saudara mengamati dan menghayatinya sendiri keadaan di Indonesia saat ini.
Indonesia yang secara politik sudah berdiri sendiri telah berhasil melaksanakan pembangunan
politik, dan pada tingkat dunia telah menjadi negara yang secara politik diperhitungkan oleh
negara lain, namun dalam kehidupan ekonomi masih banyak tergantung kepada negara lain.
Oleh karena itu, pembangunan nasional yang sudah dan sedang dilaksanakan, lebih menitik
beratkan pada bidang ekonomi.

4.3.2. Perspektif Global dari Visi Sosiologi


Menurut Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk.,1982:302), Sosiologi adalah studi
ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan antar kelompok-kelompok umat
manusia, studi tentang manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain.
Dalam Sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antar manusia,
terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut
lingkungan sosial. Apabila hubungan itu ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain
maka terjadi interaksi sosial. Hubungan sosial, dan interaksi sosial yang dialami manusia,
lingkupnya semakin lama makin luas dan makin berkembang. Interaksi tersebut, mulai dari
hanya dua orang, kemudian berkembang menjadi banyak orang. sampai antara kelompok
dengan kelompok, antara bangsa dengan bangsa yang lain. Luasnya interaksi sosial, mulai dan
keluarga, teman sepermainan, para tetangga, tingkat lokal dusun, tingkat lokal provinsi,
sampai ketingkat global antar bangsa di dunia.
Motif interaksi sosial yang terjadi sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya,
politik, dan juga bisa bersifat majemuk seperti halnya motif ekonomi, politik. budaya, dan
agama. Namun yang sudah pasti, nyata ataupun tidak, setiap interaksi sosial dilandasi oleh
tujuan tertentu. Mengenai motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi, bisa sama atau
juga bisa berbeda. Interaksi sosial antara podusen dengan konsumen, motifnya ekonomi, yang
bertujuan di satu pihak menghasilkan dan menjual, dipihak lain memiliki dan membeli.

34
Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan IPTEK di bidang transportasi
dan komunikasi, interaksi sosial ini makin intensif dan makin meluas. Hal tersebut tampak
dari berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat maupun jalan laut dan udara, telah
menembus batas-batas lokal, regional, nasional, internasional sampai global sekalipun.
Kemajuan penerapan dan pemanfaatan media elektronik seperti radio, TV, faksimili, telepon,
internet, juga telah makin mendekatkan dan mengintensifkan interaksi tersebut.
Interaksi sosial yang langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui berbagai
media yang makin intensif dan meluas, membawa perubahan sosial. Kemajuan sosial yang
berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya.
Ilmu pengetahuan dan pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak kemudian diterima
oleh pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial, baik itu
materil maupun non materil. Pakaian, peralatan, dan perangkat kasar yang lainnya, tidak
hanya terbatas digunakan serta dimanfaatakan oleh orang tertentu, melainkan telah memasuki
kehidupan segala lapisan masyarakat secara lokal, regional, bahkan juga sudah menglobal.
Mie instant misalnya dari berbagai merek, dan juga pakaian dan jens, pizza, hot dog,
hamburger dan lain-lain, telah masuk dalam kehidupan prkotaan, pedesaan secara regional
dan bahkan global. Demikian juga jenis makanan khas setempat seperti dodol Garut, kacang
Bali, kacang mete Buton, manisan Cianjur, oncom Bandung, dan masih ada lagi makanan
khas daerah lain, tidak lagi hanya ada di tempat asalnya semula, melainkan telah menyebar ke
segala tempat, bahkan juga telah menjadi kebutuhan di mncanegara.
Coba saudara amati pula dengan tatanan non materil yang terjadi di lingkungan sosial
saudara, nilai dan norma dalam lingkungan pergaulan sehari-hari juga mengalami pergeseran.
Misalnya bersalaman, berciuman, tepuk punggung, tegur sapa ala Barat, telah masuk ke
dalam tata kehidupan orang Indonesia. Saat ini hal tersebut masih terbatas pada kalangan
tertentu di perkotaan, namun di masa yang akan datang akan mulai merambah interaksi sosial
di pedesaan.
Demikian pula jenis permainan, jenis olah raga dan jenis kesenian yang semula
termasuk jenis permainan dan kesenian tradisional, desawa ini telah merambah keseluruh
penjuru dunia. Pencak silat, kesenian gamelan, kungfu, taekwondo dan yang lainnya, sudah
tidak hanya berkembang di negeri kelahirannya, melainkan telah menyebar ke segala penjuru
dunia. Hal itu semua tidak dapat dilepaskan dari adanya interaksi sosial manusia, baik
langsung secara tatap muka, maupun tidak secara langsung melalui perantaraan berbagai
media.
Berbagai event olah raga, kunjungan dan pertukaran pemuda pelajar, pertemuan
pramuka (jambore), tingkat daerah, regional, nasional, dan mancanegara, merupakan bentuk
interaksi sosial yang meluas. Suasana dan peristiwa yang demikian itu, tidak hanya pertemuan
atau interaksi manusianya saja, melainkan juga terjadi pertemuan berbagai aspek sosial yang
terbawa oleh kelompok-kelompok manusia itu. Dampak lainnya yang bersifat positif adalah
dampak sosial yang bersentuhan dengan pertukaran pengalaman, pertukaran kemampuan,
pertukaran nilai dan seterusnya. Dan peristiwa interaksi sosial yang demikian itu,
menyadarkan kita manusia, agar menghargai satu sama lainnya. Manusia di dunia ini, tidak
ada yang lebih rendah dan lebih tinggi kedudukan, harkat dan derajatnya. Perbedaan hanya
terletak pada kemampuan dan penguasaan IPTEK oleh setiap individu.

35
Artis global dalam interaksi sosial, tentu saja ada yang perlu diwaspadai. Ramainya
kunjungan wisata nusantara dan mancanegara di tempat-tempat wisata seperti pantai Kuta dan
Sanur di Bali, pantai Pangandaran di Jawa Barat, Senginggi di Lombok, Bunaken di Manado,
dan pantai Hoga di Wakatobi-Buton yang terkenal di manca negara telah menjadi arena
interaksi sosial antar negara yang sudah tentu dapat menimbulkan berbagai masalah
penyimpangan perilaku individu atau masyarakat. Datangnya turis dari menca- negara akan
mempengaruhi tingkah laku maupun budaya penduduk setempat. Perubahan tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif pada masyarakat umum, seperti munculnya pelacuran,
pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, kebiasaan minum-minuman keras, sadisme, dan
sebagainya, menjadi racun bagi kehidupan sosial. Merambahnya secara global wabah AIDS,
merupakan masalah sosial yang wajib diwaspadai oleh semua pihak, terutama oleh para orang
tua, guru, pendidik pada umumnya, ulama, dan oleh kaum muda sendiri.
Masalah sosial yang mengglobal ini merupakan penghancuran umat dalam jangka
waktu yang relatif cepat dapat meracuni generasi muda. Perlu diwaspadai bahwa dalam hal ini
kegiatan tersebut bertujuan komersial, namun barangkali juga ada tujuan politik secara
sengaja melakukan penetrasi sosial budaya dengan memanfaatkan media canggih yang dapat
menghancurkan umat tadi. Keberadaan media elektronik pada kondisi global saat ini, tidak
lagi dapat dibendung. Pembendungannya terletak pada akhlak, mental, dan moral yang kuat
pada diri masing-masing. terutama pada diri pembuat keputusan di tingkat nasional dan
internasional.
Bila kita simak ilustrasi singkat tadi, akibat interaksi sosal yang makin intensif sampai
ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses
modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif meningkatkan kesejahteraan dalam arti
yang seluas-luasnya harus kita syukuri, sedangkan yang berdampak negatif, harus kita
waspadai, bahkan secara aktif kita harus mencari alternatif pemecahannya. Sosiologi oleh
Harton dan Hun (1976:22) didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat
manusia, harus mengembangkan kemampuan perspektif global yang akan mengancam
kehidupan manusia, selanjutnya mengembangkan metode-metode operasional sebagai
alternatif pemecahan masalah-masalah tadi. Tuntutan itu, atau lebih mulia lagi panggilan
tersebut, merupakan peluang bagi bidang ilmu sosial untuk meningkatkan nilal tambah
pengabdiannya. Hal tersebut merupakan harapan yang tidak hanya sekedar wacana belaka,
tetapi perlu direalisasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

4.3. 3. Perspektif Global dari Visi Antropologi


Antropologi, khususnya antropologi budaya yang oleh Koentjaraningrat (1990:112)
dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang manusia dengan
kebudayaan. Sedangkan oleh E A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 12) didefinisikan
sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada
kebudayaan sebagai hasil peengembangan akal pikiran manusia. Konsep kerja yang
dikemukakan oleh Hoebel, juga lebih berkonotasi daripada budaya hasil gerak tangan dan otot
semata-mata. Di sinilah kedudukan utama antropologi, khususnya antropologi budaya sebagai
bidang ilmu sosial.
Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, terarah pada keberadaan dan
perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global. Namun demikian, sorotan

36
dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, internasional sampai
ke tingkat global yang sedang berpengaruh dewasa ini.
Pada hakekatnya perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengharuskan mulai
dari tingkat lokal sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada kebudayaan yang menjadi
milik otentik umat manusia. Mahluk hidup, apakah itu tumbuh-tumbuhan atau hewan, tidak
mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal seperti halnya manusia.
Disinilah letak keunikan manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lain non-manusia.
Cobalah saudara amati dan hayati perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitarmu.
Seperti; Bangunan dan gubuk, rumah darurat, rumah permanen, sampai gedung bertingkat
pencakar langit, jalan, mulai dari jalan setapak, jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi,
jalan negara, sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan juga
mengalami perkembangan, mulai dari yang sangat sederhana dengan memanfaatkan tenaga
yang didorong ditarik oleh manusia, ditarik dengan tenaga hewan, kendaraan bermotor yang
dapat berjalan sendiri sampai dengan kendaraan luar angkasa yang canggih. Pakaian, mulai
dan penggunaan kulit kayu kulit binatang, kapas, wool sampai serat sintetis. Alat tulis
menulis, mulai dari penggunaan bulu angsa, pensil, peria, bullpoin, computer, faksmili sampai
internet, semua itu tidak lain adalah dari hasil perkembangan akal pikiran manusia atau hasil
perkembangan kebudayaan.
Oleh karena itu, proses dan arus globalisasi dalam kehidupan sesungguhnya adalah
proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan. Atas dasar peristiwa dan
kenyataan yang demikian, apakah Anda akan menyangka. Barangkali Anda akan
mengemukakan bahwa peristiwa dan kenyataan itu hasil kemajuan, penerapan, dan
pemanfaatan IPTEK. Coba hayatilah kembali IPTEK yang merupakan kesatuan ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Apakah hal itu fenomena budaya ataukah nonbudaya? IPTEK
sesungguhnya hasil pikiran manusia atau produk akal pikiran manusia atau produk budaya.
Dengan memperhatikan dan menyimak apa yang diilustrasikan berkenan dengan
perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaan, kita telah
melihat perspektif kebudayaan, menganalisis perkembangan kebudayaan dari masa lampau,
sekarang, dan kecenderungannya di masa yang akan datang. Salah satunya yang terus
menerus mengalami perkembangan, baik perkembangan dirinya maupun perkembangan,
penerapan, serta pemanfaatan IPTEK. Hanya yang perlu kita hindari jangan sampai manusia
dikendalikan oleh IPTEK, justru sebaliknya manusialah yang mengendalikan IPTEK itu.
Dengan pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif kritis, kita menghindarkan diri
dari ketergantungan terhadap IPTEK yang hakikatnya adalah produk budaya, yang seharusnya
kita manusia yang mengendalikannya. Disinilah uniknya budaya, dan disini pula perspektif
Antropologi mendasarkan fokus kajiannya.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global berarti mengamati, menghayati,
dan memprediksi perkembangan budaya secara menyeluruh, aspek serta unsur-unsurnya itu
berkaitan satu sama lain, terintegrasi dalam kehidupan umat manusia. Secara perspektif,
meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber daya. Hal
itu tdak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya) dalam arti yang seluas-
luasnya, melalui penddikan formal, non- formal, dan informal.

37
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial yang dlakukan oleh anggota-
anggota masyarakat bersangkutan. Suasana konduktif terselenggaranya pendidikan sangat
ditentukan oleh ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang
stabil (politik), sehingga tumbuh ketenangan hati dalam kesadaran dari anggota masyarakat
tadi (psikologi). Hal tersebut merupakan contoh dan ilustrasi yang dapat Anda dan kita semua
hayati dalam diri masng-rnasing serta dalam kenyataan hidup di masyarakat dari waktu ke
waktu.
Perkembangan budaya (daya pikir) dengan kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu
kesatuan, berjalan menembus waktu dalam mencapai tatanan global. Apalagi dengan
berkembang serta makin majunya media elektronik (radio. TV, telepon, faksimili, dan
internet), yang menurut Marshal McCluhan (Ackoff, 1974: 5) menyebabkan terjadinya
global village, dusun global yang mencerminkan terhembusnya batas-batas lokal dan regional
membentuk tatanan kehidupan mendunia. Coba saudara hayati, peristiwa-peristiwa dunia
seperti pertandingan olah raga dan pertemuan-pertemuan tingkat dunia serta peristiwa yang
menonjol (bencana alam, pembunuhan massal) yang terjadi sangat jauh dari tempat tinggal
atau negara kita, namun pada saat yang sama, kita dapat mengikutnya melalui siaran radio dan
dalam tayangan TV.
Peristiwa, proses, dan arus global yang demikian, sudah menjadi pengetahuan serta
pengalaman kehidupan sehari-hari. Namun demikian, Saudara selaku pendidik serta orang tua
wajib memilah.-milah mana yang berdampak positif dan mana yang berdampak negatif bagi
pembinaan dan peningkatan kualitas generasi muda. Masalah ini wajib menjadi perhatian,
kepedulian, dan kewaspadaan saudara semua selaku guru pendidik.
Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka persilangan kebudayaan, bukan
hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Mengapa demikian?
Kenyataannya, negara-negara di dunia termasuk di dalamnya Indonesia, secara sengaja
melakukan pertunjukkan keseniaan keliling dunia, kunjungan anggota DPR keseluruh dunia,
pertukaran pelajar antar negara, belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia yang menjadi
dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa terjadi percampuran. Dalam
kondisi yang demikian, disadari atau tidak, telah terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan.
Proses yang demikian, tidak dapat dicegah, bahkan dilakukan secara sengaja. Pada aspek-
aspek tertentu, bahkan sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh
negara-negara di dunia ini. Namun satu hal, seperti telah dikemukakan terdahulu,
kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi kepeduliaan kita semua. Ditinjau dari
perspektif Antropologi, hal itulah yang wajib menjadi pegangan kita bersama.

38
MODUL V
PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI IPTEK, TRANSPORTASI,
KOMUNIKASI DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

5.1. PENDAHULUAN
Makin meningkat dan mendunianya proses globalisasi dalam segala aspek dan domain
kehidupan umat manusia, dikarenakan oleh adanya ketersediaan berbagai perangkat yang
menjadi media transformasinya. Perangkat yang dimaksud tersebut adalah meliputi perangkat
lunak seperti ilmu pengetahuan, dan teknologi (IPTEK), dan perangkat keras yang meliputi
alat transportasi dan komunikasi.
Kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras (transportasi, komunikasi), tidak dapat
dipisahkan dari kemajuan dan peranan IPTEK, demikian juga sebaliknya. Di antara perangkat
lunak dengan perangkat keras, terdapat hubungan fungsional yang saling mempengaruhi,
hubungan fungsional yang komplementer dari kedua perangkat tersebut, dapat terlihat dalam
uraian berikut ini.

5.2. TUJUAN
a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum adalah agar mahasiswa dapat memahami pengetahuan tentang
Perspektif global dari visi Iptek, Transportasi, Komunikasi, dan Hubungan
Internasional

b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajarinya maka mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
1. Perspektif global dalam visi IPTEK
2. Pespektif global dari visi Transportasi
3. Perspektif global dari visi Komunikasi
4. Perspektif global dari visi Hubungan Internasional

5.3. SAJIAN MATERI

5.3.1. Perspektif Global dari Visi IPTEK


Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang
berkembang sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah maupun
tidak, sudah pasti memiliki pengetahuan, bagi manusia, pengetahuan sangat potensial. Hanya,
dalam kehidupan yang makin berkembang dan penuh tantangan, pengetahuan yang sifatnya
acak, nilai fungsionalnya tidak mencapai tingkat yang optimum untuk menghadapi tantangan
dan memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang acak itu
wajib ditingkatkan menjadi ilmu.
Pengetahuan yang acak dan terbuka, melalui proses yang panjang diorganisasikan dan
disusun menjadi bidang kajian filsafat, humaniora, dan ilmu. Selanjutnya ilmu dikelompokkan
menjad ilmu eskak (Ilmu Pengetahuan Alam) dan non-eksak (Ilmu Pengetahuan Sosial). Ciri

39
ilmu bila dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka, terletak pada adanya
sistematik, objek kajian, ruang lingkup kajian dan metode yang diterapkan, sedangkan
pengetahuan tidak memiliki ciri-ciri seperti yang dimaksudkan di atas. Pengetahuan dan ilmu,
hubungan keduanya sangat erat. Oleh karena itu, dalam konsep ilmu, biasa juga disebut
pengetahuan. Sebutan atau penamaan yang demikian dipergunakan pada pemberian nama IPA
dan IPS yang sudah menjadi kelaziman dalam pengelornpokkan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan, apalagi ilmu (ilmu pengetahuan), mempunyai fungsi dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, pemanfaatan benda, alat, senjata dan juga hewan,
menjadi mudah diarahkan untuk mencapai hasil guna. Apalagi setelah pengetahuan itu
tersusun menjadi ilmu atau ilmu pengetahuan, penerapannya memanfaatkan benda, alat,
senjata dan hewan tadi menjadi lebih baik lagi. Penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan sesuatu, membuahkan kemampuan yang
disebut teknologi. Oleh karena itu, (Brown & Brown, 1980: 2) mengungkapkan, teknologi
adalah penerapan pengetahuan oleh manusia untuk mengerjakan suatu tugas yang
dikehendakinya. Dengan demikian, teknologi itu dapat dikatakan sebagai praktis pengetahuan
untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Sedangkan Marwah Daud lbrahim yang
dikutip (Latif,ed.,1994:17), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengatahuan
adalah suatu jawaban sistematis dan kata “mengapa” (know why). Sedangkan teknologi
adalah jawaban praktis dan pertanyaan “bagaimana” (know how). Melalui teknologi orang
lalu dapat memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya.Berdasarkan pendapat tadi,
maka dapat disimpulkan secara sederhana, teknologi itu tidak lain adalah penerapan
pengetahuan dan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan manusia
tentang cara memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Antara
pengetahuan dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan teknologi, rnempunyai hubungan yang
sangat erat. Karena kedekatan dan hubungan itu, maka keduanya dalam ungkapan sehari-hari
masyarakat dikenal sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian dikenal dengan
singkatan populernya IPTEK. Perkembangan peradaban masyarakat manusia dan waktu ke
waktu ditandai oleh adanya perkembangan IPTEK ini.
Anda sebagai guru IPS, tentunya telah mengetahui dan memahami sejarah
perekonomian masyarakat manusia dari yang sangat sederhana sampai yang paling canggih
sekarang ini. Untuk mengetahui tahapan-tahapan perkembangan sejarah perekonomian
tersebut, perhatikan baik-baik ikhtisar yang akan disampaikan berikut ini: (1) masyarakat
peramu pangan sederhana, kemampuannya hanya mengumpulkan bahan pangan, baik di
darat (hutan, sabana, padang rumput) maupun di perairan (sungai, danau, rawa, pantai), (2)
masyarakat peramu pangan lebih maju, kemampuan memungut bahan sudah lebih
berkembang, dengan menggunakan peralatan tombak, panah untuk berburu dan
menangkap ikan, dan menggunakan tongkat (sejenis linggis dan kayu) untuk mencari bahan
parigari di darat, (3) pertanian sederhana dan pengembalaan, mulai melakukan cocok
tanam meskipun hanya menggunakan tongkat untuk membuat lubang di tanah sebagai
benih tanaman. Belum dilakukan pencangkulan, pupuk maupun perairan. Perburuan binatang
di darat, berkutang, sudah mulai dilakukan pengembalaan, (4) pertanian lebih maju, telah
menggunakan alat pertanian yang lebih maju, seperti semacam cangkul, pemeliharaan
tanaman, dan secara terbatas dilakukan pemupukan. Memanfaatkan hewan untuk membantu
mengolah. Hewan peliharaan mulai dikandangkan (peternakan sederhana). Pada masa ini

40
telah terjadi revolusi hijau, terjadi perubahan yang berarti dalam cocok tanam
menggunakan peralatan yang lebih baik, secara terbatas dilakukan pemupukan dan
pengairan (5) masyarakat pengrajin, rnulai membuat peralatan, barang anyaman sederhana.
Membuat barang gerabah (keramik kasar sederhana). Gerabah, api dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pemanfaatan api ini, membawa perkembangan IPTEK lebih maju lagi. Dari
deretan perkembangan tadi, sesungguhnya kita telah menerapkan kajian perspektif IPTEK,
atau lebih luas lagi perspektif budaya. Tinjauan diatas, lebih melihat perkembangan pada
masyarakat sederhana (masyarakat primitif).
Selanjutnya, dengan menerapkan pendekatan perspektif budaya, Alvin Toffler dalam
bukunya yang berjudul Gelombang Ketiga, mengemukakan tiga tahap perkembangan.
Ikhtisarnya secara singkat sebagai berikut (Toffler, 1980:10)
(1) Gelombang pertama : Ribuan tahun yang lalu, telah terjadi perubahan besar dalam
bercocok tanam sederhana menjadi pertanian yang lebih maju, IPTEK pertanian yang lebih
maju dari periode sebelumnya, telah diterapkan dan dimanfaatkan. Saat itu terjadi revolusi
hijau, (2) Gelombang Kedua : Tiga ratus tahun yang lalu, tepatnya pada abad XVII, dengan
ditemukannya mesin uap, rnesin pemintal kapas, proses produksi di sektor industri cepat
meningkat. Perkembangan, kemajuan dan penarapan IPTEK di bidang produks dan industri
terjadi lonjakan, sehingga periode ini dikenal dengan revolusi industri, (3) Gelombang
ketiga : Pada abad ini (XX), kemajuan IPTEK dengan industri elektronik maju dengan
cepat. Radio, TV, telepon, faksimili dan internet maju dengan cepat, termasuk dengan
penerapannya. Melalui media elektronik ini, berita, dan peristiwa cepat tersiar ke seluruh
dunia. Pemanfaatan satelit komunikasi, penyiaran TV makin meluas, informasi makin cepat
merambah. OIeh karena itu, pada abad XX telah terjadi revolusi informasi, proses globalisasi
berbagai aspek kehidupan, makin dipacu.
Jika abad XX ini oleh Toffler disebut Gelombang Ketiga yang ditandai oleh kemajuan
informasi, J. Naisbitt (1982) menjulukinya sebagai Abad Informasi. Pada abad ini, segala
kemajuan sebelumnya, mulai dari lonjakan IPTEK dalam bidang pertanian yang dikenal
dengan revousi hijau, terbukti dengan adanya kemajuan dan penggunaan berbagai mesin
dalam proses produksi yang dikenal dengan revolusi industri, makin meningkat dan makin
meluas. IPTEK dibidang informasi sebagai sarana penyebarluasan berbagai penemuan dan
kemajuan, makin memacu proses globalisasi. Demikian juga kemajuan IPTEK dibidang
industri petrokimia dan bioteknologi, yang bermuara pada pendukungan revolusi hijau yang
lebih maju serta lebih canggih. Rekayasa mekanik, kimiawi, biotik dan sosial, makin rnemacu
proses produksi, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri. Revolusi hijau dipacu
oleh revolusi industri dan disebarluaskan secara global oleh revolusi informasi.
Kondisi yang demikian itu berkat perkembangan, kemajuan, penerapan dan
pemanfaatan IPTEK. Kita selaku umat yang beragama, wajib bersyukur, namun juga wajib
mewaspadainya, karena disamping manfaat positifnya, juga ada negatifnya.
Mengapa ademikian? Marwah Daud Ibrahim menjelaskan sebagai berikut: pertanyaan yang
muncul kemudian adalah, apakah gerangan fungsi IPTEK dan implikasi logisnya bagi sosok
kebudayaan suatu masyarakat. Lalu tindakan apa yang harus diambil untuk
mengoptimalisasikan rahmat dan meminimalkan laknat dari kehadiran teknologi yang
bermata dua ini. Inilah yang akan menjadi pusat perhatian diskusi kita selanjutnya (Latif, ed.,
1994; 17).

41
Seperti juga yang dinyatakan David Turney yang telah kita bahas lebih dahulu,
Marwah Daud Ibrahim melihat bahwa teknologi, atau lebih dikenal dengan IPTEK,
mengandung dilemma atau berwajah dua. Disatu pihak kita wajib bersyukur menikmati
rahmat yang membawa keluar permasalahan umat manusia yang berupa dampak positif
sebagai akibat perkembangan IPTEK itu sendiri, namun pada pihak lain kita diwajibkan pula
untuk mewaspadai dan kehadiran IPTEK berupa dampak negatifnya, yang akan menimbulkan
laknat malapetaka yang setiap saat akan menimpa lingkungan hidup yang pada akhirnya juga
kembali mengancam kehidupan kebudayaan umat manusia di muka bumi ini. Cobalah Anda
amati dan hayati sendiri fenomena di abad informasi ini? Bukan hanya karena telah membumi
dan mengglobal, melainkan juga telah mengangkasa luar. Dengan kemajuan IPTEK telah
berhasil menciptakan berbagai jenis pesawat yang dapat mendekatkan jarak dan
memperpendek waktu serta telah mengangkasa luar. Bahkan teknologi satelit komunikasi,
juga makin memacu derasnya informasi.
Berbagai stasiun televisi, telah memanfaatkan penyiaran globalnya melalui satelit
komunikasi ini. Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal.
Berbagai pencemaran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis dan metal
psikologis, juga telah mengglobal. Dampak negatif perkembangan, kemajuan dan penerapan
IPTEK yang menghasilkan berbagai kepentingan itu oleh Toffler (1976) disebut sebagai
Guncangan Hari Esok (Ftiture Shock), tidak hanya terjadi pada guncangan fisik (physical
shock) melainkan juga diikuti dengan keguncangan kejiwaan (psychological shock)
Cobalah saudara amati dan hayati perkembangan di lingkungan sekeliling, telah
banyak penyakit yang timbul mewabah di masyarakat. Penyakit-penyakit tersebut tidak hanya
terjadi pada belahan dunia Barat atau Timur, tetap dengan seketika telah menjadi penyakit
yang meluas dalam waktu singkat mewabah di seluruh dunia Ketegangan urat saraf, darah
tinggi, sadisme, AIDS, kriminalitas, antraks, flu burung, narkotika dan sejenisnya, sudah
bukan hanya masalah fisik dan psikologis dan sosial di negara-negara tertentu, seperti di
negara-negara Eropa, Amerika, dan Afrika, melainkan telah meluas ke berbagai negara di
seluruh penjuru dunia. Perkembangan dan meluasnya dampak IPTEK di bidang komunikasi
informasi, menjadi salah satu sarananya. Akibat dari malapetaka global tersebut,
menyebabkan tuntutan bagi dunia pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya untuk
membendung dan menciptakan kiat mengatasi dampak negatif IPTEK terhadap guncangan
fisik dan psikologis tadi.

5.3.2. Perspektif Global dan Visi Transportasi


Perkembangan transportasi di era globalisasi dewasa ini, sangat menakjubkan. Seperti
dunia makin terasa sempit, jarak antar kota, negara, dan benua sudah bukan menjadi
hambatan lagi. Ditinjau dan sudut pandang perspektif budaya, kita semua dapat mengamati
perkembangan alat angkut atau transportasi dan waktu ke waktu yang semakin maju. Siklus
tahapan-tahapan perkembangan angkutan itu mulai dan memanfaatkan tenaga manusia yang
sampai saat ini masih ada dan masih dilakukan, memanfaatkan alat pukul serta alat usung
sederhana, memanfaatkan tenaga hewan, kendaraan beroda yang sederhana, kendaraan
bermotor, kendaraan yang menggunakan baling-baling, kendaraan yang menggunakan tenaga
jet, sampai kendaraan yang memanfaatkan tenaga surya (matahari). Perkembangan tadi tidak
terlepas dari perkembangan daya pikir manusia yang dikonsepkan sebagai perkembangan

42
budaya. Dengan konteks yang lebih khusus, dapat pula kita konsepkan sebagai
perkembangan IPTEK. Alat angkut atau transportasi yang semula berfungsi mengangkut
barang dan manusia, secara tidak langsung juga membawa berita atau informasi, Dampak
positif dari revolusi industri abed XVII, juga membawa perkembangan dan kemajuan
transportasi, yang meliputi transportasi darat, perairan, dan udara.
Perkembangan jalan sebagai prasarana, dan alat angkut sebagai sarananya, selain
mendekatkan jarak relatif dalam ruang permukaan bumi, juga memecahkan keterpencilan,
tempat-tempat terpencil menjadi dekat dan terbuka dari keterisolasian. Jalan dan alat angkut
atau transportasi, menjadi urat nadi perekonomian dalam proses distribusi hasil produksi ke
pasar serta kepada konsumen. Dengan makin berkembang dan makin majunya transportasi,
konsep ekonomi tentang kebutuhan dan sumber daya produksi, distribusi dan konsumsi,
makin nyata makna dan nilainya. Sejalan dengan proses yang demikian, konsep saling
ketergantungan mulai dan tingkat lokal, regional, nasional, internasional, bahkan juga tingkat
global dapat terealisasikan.
Secara alamiah tidak ada orang, daerah, dan negara yang dapat memenuhi kebutuhan
sendiri, berapa pun besar kekayaan yang dimilikinya. Tiap orang, tiap pihak, tiap daerah dan
negara, selalu memerlukan bantuan phak lain, daerah lain atau negara lain. Disinilah letak
kedudukan, fungsi dan peranan terjadinya saling ketergantungan. Perkembangan kemajuan
dan pemanfaatan transportasi telah menjadi faktor pendukung pengembangan saling
ketergantungan.
Dalam pemanfaatan transportasi untuk perdagangan antar daerah, antar kawasan
sampai antar negara, yang terbawa itu tidak hanya barang dagangan dan manusia yang
memperdagangankannya, melainkan keikutsertanya tradisi kebiasaan, bahasa, agama,
pengetahuan dan IPTEK. Kontak dan komunikasi serta interaksi sosial antar manusia yang
datang dengan kelompok yang didatangi, membawa dampak yang luas tidak hanya aspek
ekonomi, melainkan juga aspek-aspek budaya, politik, bahkan juga aspek psikologi. Coba
saudara ingat kembali menurut catatan sejarah kita apa yang disebut dengan jalan sutera (silk
road), pencarian rempah-rempah oleh pedagang Eropa ke Asia dan Afrika, dan pencari dunia
baru. Pejelajahan dunia ini tidak hanya pemenuhan kepentingan ekonomi semata yang
terbawa dari perjalanan serta pelayaran itu, melainkan juga ikut tersebarnya paham
imprealisme yang menyebabkan terjadinya kolonisasi yang berujung menjadi cikal bakal
penjajahan.
Dampak transportasi yang demikian itu, sangat kuat memacu hubungan antar manusia
di segala bidang kehidupan. Proses sosial-budaya dan sosial-politik, pada masa-masa
selanjutnya menjadi lebih menonjol. Proses sosialisasi, akulturasi defusi, dan asimilasi pada
unsur-unsur budaya serta kebudayaan secara menyeluruh, menjadi lebih nyata dan lebih
melekat. Kolonisasi yang menjadi embrio serta cikal bakal penjajahan, menjadi pendorong
politik ekspansi kekuasaan. Masalah ini juga berawal dari perkembangan transportasi dan
interaksi sosial yang terbawa oleh transportasi tadi. Beruntunglah dengan pecahnya Perang
Dunia II, yang kemudian berakhir pada tahun 1945, penjajahan politik dan dominasi
kekuasaan berangsur makin berkurang dan bahkan penjajahan tersebut secara formal sudah
tidak ada lagi. Hal ini ditandai dengan kelahiran negara-negara baru diAsia dan Afrika.
Makin berkembang dan majunya transportasi di darat, perairan (sungai, danau, laut)
dan udara, maka makin meluas dan intensif interaksi sosial antar daerah, kawasan dan negara.

43
Melalui kontak yang demikian, proses transportasi kehidupan ini tidak lagi hanya terbatas di
tingkat lokal dan regional, melainkan telah menembus batas-batas nasional-nasional sampai
ke batas global. Saling ketergantungan, tidak lagi hanya pada domain ekonomi, malainkan
juga meluas ke domain politik, dan yang paling bermakna pemanfaatannya melalui domain
IPTEK. Pertemuan berbagai pakar ekonomi, politik, dan IPTEK antarnegara,
mempresentasikan kenyataan bahwa begitu pentingnya saling membantu dan membutuhkan
satu sama lainnya. Masalah-masalah inilah yang secara positif lebih bermakna meningkatkan
kesejahteraan umat manusia di dunia ini, sebagai dampak perkembangan, kemajuan dan
pemanfaatan transportasi. Namun dibalik itu semua perlu tetap memperhitungkan akibat-
akibat yang ditimbulkannya.
Semakin maju dan canggihnya transportasi sampai ke angkasa luar, harus disyukuri.
Namun demikian kemajuan transportasi ini, ada yang memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan
yang negatif. Melalui kemajuan transportasi menyebabkan terjadinya penyeledupan, kriminal,
teroris, obat terlarang, dokumen terlarang dan lain sebagainya. Praktek semacam ini dilakukan
melalui transportasi yang makin maju dan meluas. Masalah yang demikian, makin
merepotkan petugas pabean dan polisi pelabuhan serta petugas di bandar udara. Peralatan
pemantau yang canggih untuk melacak penyeludupan tadi, dilawan dengan berbagai upaya
yang canggih pula oleh para penyeludup. Akibat dari penyeludupan ini mengantar pula
ahirnya kekerasan dan pelanggaran HAM menjadi mengglobal, tidak dapat teratasi secara
tuntas. Akibat, patologi sosial berupa sadisme, kriminalitas, pemakai obat terlarang, dan
masih ada lagi kejahatan lainnya, terus merambah dan mewabah bagaikan penyakit menular
menjangkau wilayah-wilayah terpencil sekalipun.
Memang kenyataan menunjukkan bahwa transportasi telah menjadi kebutuhan mutlak
dalam kehidupan global dewasa ini, kenyataan ini tidak dapat terbantahkan. Namun dibalik
kemajuan ini, menyisakan pula dampak negatif yang mewajibkan umat manusia untuk
mewaspadainya. Ada dua masalah pokok yang yang perlu diwaspadai dalam dampak negatif,
pertama melekat pada diri pelakunya, dan kedua rendahnya kadar akhlak para petugas. Kedua
masalah ini merupakan lingkaran setan yang sulit dipantau dan mana ujung pangkalnya.
Namun karena dampaknya yang berakibat buruk, kita berusaha membangun tekad dan
semangat yang kuat semua pihak, dengan didorong oleh kebersamaan. Kunci utama yang
menjadi landasan pokok untuk memeranginya adalah bagaimana semua pihak dengan
kesadaran yang tinggi membaharui semangat, menciptakan kiat, metode, dan pendekatan yang
tepat mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
Dari penjelasan dan ilustrasi tersebut, lebih jelas sifat IPTEK yang bermata dua atau
dilematis menjadi pembelajaran yang berharga bagi kelangsungan hidup manusia.
Ketergantungan kepada transportasi makin lama, makin besar. Apalagi mereka yang telah
berketetapan hati untuk bergerak dalam bidang bisnis. Transportasi berupa prasarana dan
sarananya, telah menjadi urat nadi perekonomian. Tanpa adanya transportasi, kehidupan umat
manusia akan terhenti, kelaparan di tempat-tempat tertentu, pengangguran meluas, produsen
akan berlimpahan produk, sedangkan konsumen akan menghadapi kelangkaan barang
kebutuhan. Masalah-masalah lain yang terkait akan timbul. Dilemanya, terletak pada
penyalahgunaan transportasi bagi kepentingan-kepentingan negatif oleh pihak atau kalangan
tertentu.

44
5.3.3. Perspektif Global dan Visi Komunikasi
Berbeda dengan IPTEK, komunikasi itu tidak hanya menjadi milik otentik umat
manusia. Mahluk non-manusia seperti halnya tumbuh-tumbuhan dan hewan pun merniliki
cara berkomunikasi. Tumbuh-tumbuhan dengan warna, aroma dan perilaku lainnya, mampu
berkomunikasi dengan kumbang, kupu-kupu serta hewan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Untuk kepentingan biologis dan mempertahankan jenis, tumbuh-tumbuhan tadi memiliki
kemampuan dan cara berkomunikasi. Apalagi hewan yang sifatnya berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain, tidak terikat oleh tempat kedudukan, kemampuan dan cara
berkomunikasi itu lebih beragarn daripada tumuh-tumbuhan. Namun satu hal yang sama,
yaitu kemampuan dan cara berkomunikasi mereka tidak dapat dikembangkan, karena terikat
oleh nalurinya.
Manusia sebagai mahluk hidup yang berbudaya memiliki kemampuan, cara dan kiat
berkomunikasi yang beragam, juga berkembang serta dapat dikembangkan. Mulai dari
masyarakat sederhana sarnpai ke masyarakat modern, cara berkomunikasi ini juga
berkembang secara bertahap dan beragam, dan IPTEK menjadi salah satu sarana komunikasi
yang makin berkembang. Penggunaan satelit komunikasi, pesawat yang dilepaskan ke bulan
dan planet lain yang mengirimkan sinyal balik ke bumi, merupakan bukti bahwa komunikasi
manusia itu sudah mampu menembus batas-batas global. Namun tentu saja masih terbatas
pada penelitian ilmiah tentang ruang angkasa dan antar planet.
Komunikasi yang dilakukan oleh manusia yang beragam mulai dari yang paling
sederhana dengan kedipan mata, angkat dan lambaian tangan, suara dan teriakan sampai
menggunakan bahasa, penggunaan alat mulai dan kentongan sampai dengan media elektronik
canggih, semuanya itu untuk kepentingan hubungan sosial dengan motif yang beragama. Dan
perspektif budaya, komunikasi dengan segala bentuk, cara dan sarananya, juga merupakan
perkembangan budaya yang memacu perkembangan kebudayaan, terutama setelah
menggunakan bahasa serta lambang-lambang ilmu pengetahuan.
Seirama dengan perkembangan, penggunaan transportasi serta media elektronik
(radio, TV, faksimili, internet), kontak interaksi sosial umat manusia makin dipacu melalui
komunikasi ini. Makin lama komunikasi ini makin menjadi kebutuhan yang tidak dapat lepas
dari kehidupan manusia sehari-hari yang menembus batas-batas ruang. Namun bagi
kepentingan-kepentingan tententu yang harus dirahasiakan, fenomena tertentu yang tidak
boleh disebarluaskan.
Kemajuan alat komunikasi canggih seperti internet, juga mengadung bahaya, apabila
penggunaannya disalah gunakan. Dengan memanfaatkan internet, informasi dari berbagai
penjuru dunia, mengenai aspek apa saja yang dikehendaki, dalam waktu yang sangat singkat,
dapat diperoleh. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut, termasuk hal-hal yang
dirahasiakan oleh suatu lembaga, misalnya gambar-gambar porno. Seperti juga kelemahan
pemanfaatan hasil kemajuan IPTEK yang lain, pemanfaatan IPTEK di bidang komunikasi
juga perlu diwaspadai. Penggunaan computer online, misalnya terkadang dimanfaatkan oleh
orang-orang jahat untuk membobol bank dan rahasia perusahaan. Jaringan telepon juga dapat
dijadikan usaha yang menyimpang dan ketentuan-ketentuan dan peraturan perusahaan.
Banyak hal tentang rekayasa media komunikasi perlu diwaspadai dalam penggunaannya yang
menyimpang.

45
Dari sudut pandang global, keberhasilan saling ketergantungan dalam segala aspek
kehidupan antar bangsa dan antar negara, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta
penanan transportasi dan media komunikasi. Informasi aktual tentang keadaan dan
perkembangan suatu kawasan atau negara yang memilik ketergantungan dengan negara
lainnya dapat diketahui melalui media komunikasi, baik faksimili, telepon ataupun internet.
Sepanjang permukaan bumi masih terbentang, dan sepanjang kehidupan umat manusia ada di
atasnya, proses perkembangan dan pemanfaatan komunikasi tidak akan terhenti. Hal itulah
yang perlu menjadi pegangan, agar kehidupan kita makin bermakna, dan makin meningkatkan
kesejahteraan.

5.3.4. Perspektif Global dan Visi Hubungan Internasional


Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merupakan lembaga dunia yang memperhatikan
segala aspek kehidupan umat manusia di negara-negara anggotanya. Oleh karena itu, lembaga
ini membawahi lembaga-lembaga khusus yang menangani suatu aspek tertentu dari
kehidupan umat manusia. Kekuasaan tertinggi PBB berada pada keputusan Dewan Keamanan
dengan anggota-anggota tetapnya meliputi negara-negara Amerika Serikat, Rusia, Jerman,
Inggris, Perancis, dan Cina. Pertemuan lengkap negara-negara anggota PBB dilaksanakan
oleh Majelis Umum PBB, paling tidak dilakukan sekali dalam satu tahun.
PBB menangani masalah-masalah internasional terutama yang dialami oleh negara-
negara anggota. Masalah-masalah global yang merupakan agenda yang tidak terselesaikan
meliputi masalah-masalah kependudukan, pangan, lingkungan hidup, dan perdamaian.
Masalah-masalah tersebut di atas pada hakekatnya selalu terkait dengan kepentingan semua
masyarakat negara bangsa yang ada di muka bumi.
Masalah kependudukan, tidak hanya menyangkut aspek demografi yang berkenaan
dengan jumlah, pertumbuhan dan persebaran penduduk semata, melainkan menyangkut
aspek-aspek ekonomi, budaya, politik, sosiologi. dan psikologi. Dengan demikian, maka
penanganan secara internasional dan global, merupakan pendekatan antar bidang ilmu, dan
lintas sektoral. Masalah kependudukan dunia ini ditangani oleh Badan Dana PBB untuk
Kependudukan (United National Fund for Population).
Sebagai contoh masalah kependudukan adalah terkait dengan aspek ekonomi. Aspek
ini menyangkut pangan, perumahan. penghasilan, dan pekerjaan. Permasalahannya tidak
terlepas dari kemiskinan (penghasilan, pekerjaan), kelaparan (pangan) dan kesehatan
ditangani oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture organization) dan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (Ward Health Organization). Masalah lingkungan hidup,
yang dampak negatifnya mengkhawatirkan tatanan kehidupan global, tidak terlepas dari
masalah kependudukan, industri, sumber daya, kesehatan, dan tatanan alamiah pada
umumnya. Masalah lingkungan hidup ini ditangani oleh Program PBB untuk Lingkungan
Hidup (United Nations Environment Programme).
Masalah perdamaian sebagai salah satu agenda yang tidak terselesaikan, menyangkut
pertikaian global tentang senjata nuklir, percobaan nuklir, pertikaian antar negara tentang
perbatasan, klaim atas suatu kawasan atau pulau, dan pertikaian antar etnis dalam satu negara
yang berdampak global terhadap perdamaian dunia serta penderitaan umat manusia. Masalah
perdamaian ini antara lain ditangani oleh Program PBB untuk Pembangunan (United Nations

46
Development Programme), dan Komisi ilmiah PBB tentang Efek Radiasi Atom (United
Nations Scientific Committee on the Effect of Atomic Radiation).
Satu hal yang menjadi kepentingan global umat manusia, terutama berkenaan dengan
kualitas sumber daya manusia (SDM), kebudayaan, pendidikan dan ilmu pengetahauan. PBB
sebagai lembaga dunia sangat konsen dengan peningkatan kualitas SDM ini. Hal-hal yang
berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan ini, ditangani oleh
Organisasi PBB Urusan Kebudayaan, Pendidikan, dan ilmu Pengetahuan (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organisation).
Dalam lembaga PBB tersebut adanya perbedaan sistem politik, ekonomi, rasial,
agama, budaya, dan bentuk pemerintahan negara-negara anggota, tidak menjadi hambatan
dalam mengajukan pendapat, terhadap permasalahan dunia pada umumnya. Hal-hal yang
penting diangkat untuk dibahas bersama, meskipun belum dapat dipastikan akan menjadi
sebuah kesepakatan. Melalui proses kebersamaan dalam mernbicarakan segala permasalahan
itu, kini telah banyak masalah yang dapat teratasi, sekalipun dari sekian masalah yang
menumpuk itu, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, karena belum
menemukan solusi dan terapi yang tepat. Satu hal yang mewajibkan kita mensyukuri
kehadiran lembaga ini, dapat membahas masalah-masalah perbatasan negara, bangsa, ras, dan
kebudayaan, sehingga tidak menjadi ancaman yang berkepanjangan. Fungsi inilah yang
menjadi nilai dan kebermaknaan kehadiran organisasi dan lembaga dunia (PBB).
Berdasarkan pengalaman sejak kelahiran lembaga ini, ternyata tidak semua masalah
regional dan internasional dibahas melalui PBB. Kerjasama regional seperti Kelompok
Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Kelompok negara-negara Arab, Masyarakat
Ekonomi Eropa, Kelompok negara-negara Afrika, dan seterusnya. Kelompok negara-negara
tersebut, perhatian dan kepeduliannya tidak hanya pada masalah-masalah regional masing-
masing, melainkan juga mengenai masalah internasional dan juga masalah-masalah global.
Paling tidak, atas dasar kesepakatan mereka, masalah tersebut di bawa ke forum yang lebih
besar seperti pada forum PBB dengan organisasi di bawahnya.
Organisasi independen lain yang tergabung dalam kelompok Roma beranggotakan
berbagai keahlian seperti ilmuwan, budayawan, rohaniawan, pengusaha, pejabat dan lain-lain,
juga memperhatikan, mengkaji, dan memprediksi masalah-masalah global seperti masalah
penduduk, pangan dan kelaparan, produksi pertanian, komunikasi sumber daya alam,
industrialisasi, pencemaran, krisis energi, krisis pangan, dan lain-lain, merekomendasikan
berbagai alternatif pemecahannya paling tidak disampaikan kepada negara masing-masing
atau kepada yang berkepentingan.
Di antara kelompok independen tersebut, tidak jarang pendapatnya berlainan. Sebagai
contoh mengenai masalah global tentang pencemaran lingkungan hidup sebagai akibat
pertumbuhan penduduk, pertanian, konsumsi sumber daya alam dan industrialisasi. Kelompok
Roma berpendapat pesimis, sedangkan kelompok Sussex University berpendapat optimis.
Kelompok Roma dipimpin oleh IY Meadows (1972), berpandangan selama pertumbuhan
penduduk, produksi pertanian, konsumsi sumber daya alam dan industrialisasi tidak
terkendalikan, pencemaran global akan mengancam planet bumi. Sedangkan kelompok Sussex
University yang dipimpin oleh H.S D. Cole (1973) berpendapat sepanjang manusia mampu
mengendalikan kesadaran rnenghindari diri dari pencemaran mental, degradasi global dapat
diatasi. Dan dua pandangan yang berbeda ini oleh para pembuat keputusan dapat dipelajari

47
sebagai masukan yang berharga, dengan tetap manarik manfaat dan berupaya agar masalah
global tadi dapat terhindarkan dengan rnendapatkan solusi yang terbaik. Demikian makna
argumentasi ilmiah yang dapat diserap oleh para pembuat kebijakan demi meningkatkan
kesejahteraan, baik kesejahteraan umat manusia maupun dengan lingkungan hidup sebagai
sumber daya.
Kedua kelompok yang berbeda pendapat di atas menjadi dasar, kita akan mencoba
melakukan penelaahan masalah lingkungan global ini, paling tidak berdasarkan hasil analisis
komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan (1988). Di manapun manusia hidup, tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungan, baik sebagai tempat tinggal, lapangan kerja, maupun
sebagai sumber daya yang menjamin kelangsungan hidupnya. Dengan perkataan lain, bahwa
lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Kesadaran tentang hal
tersebut, sudah tidak lagi terbatas hanya pada pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang
lingkungan, melainkan telah merambah ke segala lapisan yang berkepentingan dengan
lingkungan tersebut. Namun demikian, ada pihak-pihak tertentu dengan keserakahannya
seolah-olah tidak ingin tahu bahwa akibat perbuatannya yang tidak terpuji itu menyebabkan
terjadinya masalah lingkungan yang mengancam umat manusia.
Sehubungan dengan masalah lingkungan hidup yang semakin memprihatinkan Komisi
Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, (1988: 38) mengingatkan, bahwa;
Kesejahteraan yang diperoleh di sebagian dunia acapkali genting, karena diperoleh
melalui praktik-praktik pertanian, kehutanan, dan industri yang menghasilkan keuntungan dan
kemajuan hanya dalam jangka pendek. Kini skala campur tangan kita dalam alam semakin
meningkat dan dampak fisik keputusan kita meluap melampaui batas-batas geografi negara.
Pertumbuhan interaksi ekonomi antar bangsa memperbesar konsekuensi yang lebih luas dari
keputusan suatu negara. Ekonomi dan ekologi mengikat kita dalam jaring jaring yang semakin
ketat. Sekarang banyak wilayah menghadapi resiko kerusakan lingkungan hidup yang tak
mungkin terpulihkan yang mengancam basis bagi kemajuan manusia.
Jika kita dapat berpikir dan bertindak global, atau paling tidak berpikir secara ekologis
dalam keterkaitan dan keterpaduan komponen-komponen lingkungan dalam tatanan
ekosistem, kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak pun belum tentu terpenuhi secara
berkesinambungan. Sementara kebutuhan dalam arti yang seluas-luasnya, tidak terbatas hanya
kebutuhan materi untuk hari ini melainkan, secara perspektif berkesinambungan ke kurun
waktu yang belum dapat ditentukan. Kelangsungan hidup manusia dalam tantangan
ekosistem, perlu didukung oleh segala sumber daya yang berkelanjutan. Disinilah arti
pentingnya kepedulian kita yang dituntut terhadap lingkungan, rnulai dari tingkat lokal
sampai ke batas global.
Dimasa yang baru berlalu kita telah dipaksa untuk menghadapi semakin meningkatnya
ketergantungan ekonomi antar bangsa. Sekarang kita dipaksa untuk membiasakan diri pada
saling ketergantungan ekologi antar bangsa. Ekologi dan ekonomi semakin saling terkait
secara lokal, regional, dan global menjadi sebuah jaring jaring tak berkelimpahan yang
tersusun atas sebab dan akibat (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, 1988: 7).
Dalam tatanan yang makin berkembang dan meluas, kebutuhan manusia itu tidak lagi
dibatasi oleh aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan, melainkan telah pula menembus
lingkungan yang makin meluas. IPTEK hasil budaya yang menjadi penopang kehidupan, pada
penerapannya sekarang ini, tidak terbatas pada aspek atau bidang fisik materil, melainkan

48
juga menjadi kebutuhan pada aspek-aspek humaniora dan filsafat. Nilai yang tersirat dalam
tatanan alamiah, harus ditelaah secara mendalam, agar penerapan IPTEK dalam bidang
ekonomi dan bidang sosial-budaya lainnya, tidak menimbulkan kesenjangan.
Asas ekonomi dan ekologi, menjadi landasan penerapan IPTEK yang ekonomi dengan
kelestarian lingkungan. Penerapan oleh asas dan konsep meterial semata, melankan juga
menyeimbangkan kebutuhan IPTEK yang tidak hanya dilandasi dan didasari oleh nilai filsafat
yang bermakna menyelaraskan nilai-nilai materil dengan nilai-nilai moral. Kesadaran dan
penghayatan terhadap nilai-nilai filsafat yang demikian itu, tidak hanya terbatas bagi
kepentingan bangsa tertentu, melainkan juga harus dilihat dari sudut pandang demi
kepentingan internasional, bahkan juga kepentingan secara global.
Ketergantungan antar wilayah, antar negara dan antar bangsa (internasional), serta
ketergantungan antar ekonomi dan ekologi, merupakan tuntutan nyata yang mampu
menyeimbangkan antara kesejahteraan hidup umat manusia dengan kelestarian lingkungan.
Oleh karena itu, bersatunya kata dengan perbuatan, dalam menyelamatkan kehidupan dengan
sumber daya lingkungan, bukan hanya sekedar slogan, melainkan wajib menjadi suatu
tuntutan kebutuhan. Bersatunya teori dengan praktik dalam memadukan IPTEK, kepentingan
ekonomi dengan kelestarian lingkungan dalarn menjamin kehidupan yang sejahtera dan
berkelanjutan, hendaknya tercermin dalam pelaksanaan di lapangan. Nilai-nilai dan kesadaran
mental yang demikian itu, tidak hanya terbatas bagi kepentingan bangsa dan negara masing-
masing, melainkan juga bagi kepentingan internasional.
Kecenderungan yang makin meluas pada tataran internasional, yang mengglobal
dalam perspektif ekonomi dan ekologi, yaitu berkenan dengan relokasi industri dari negara-
negara maju ke negara-negara sedang berkembang, termasuk di dalamnya ke Indonesia.
Negara-negara maju yang sudah berpengalaman mengelola dan menangani industrialisasi,
akhirnya mengalami dampak industri terhadap lingkungan di negaranya sendiri dan secara
global. Sedangkan negara-negara sedang berkembang belum memiliki kesiapan bagaimana
upaya menyeimbangkan industrialisasi dengan lingkungan serta sumber dayanya. Menerima
relokasi industri dengan kehausan pembangunan tanpa dibarengi dengan kesiapan
kemampuan SDM pengelola keseimbangannya, maka dalam perspektif waktu ke masa depan
sudah dapat dipastikan akan menghadapi hari-hari kelabu bagi kelangsungan hidup anak cucu
kita.
Oleh karena itu, dunia internasional dituntut untuk memberikan bimbingan, agar
ketimpangan antar negara ekonomi dengan ekologi ini tidak terjadi. Jika degradasi lingkungan
ini terjadi, dampaknya tidak hanya menimpa negara yang menerima relokasi, akan tetapi akan
meluas ke dunia internasional.

49
MODUL VI
PENTINGNYA KESADARAN
DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

6.1. PENDAHULUAN
Dalam mata kuliah Perspektif Global yang ditujukan kepada mahasiswa program studi
PGSD yang berjudul Pentingnya kesadaran dan wawasan Perspektif Global merupakan
lanjutan dari bahan ajar yang lalu. Oleh karena itu dalam mempelajari bahan ajar ini saudara
harus tetap mengingat pengertian dan istilah-istilah tersebut. Dalam pembahasan ini sangat
bermanfaat bagi saudara sebagai calon guru karena materinya berkaitan dengan
pengembangan sikap dan wawasan saudara serta siswa saudara terutama dalam menghadapi
era globalisasi.
Untuk mencapai indikator hasil belajar tersebut, modul ini dibagi dalam 2 pembahasan
yaitu ; (1) tentang pentingnya kesadaran dalam perspektif global, dan (2) tentang pentingnya
wawasan dalam perspektif global.

6.2. TUJUAN
a. Tujuan Umum ;
Tujuan umum adalah agar mahasiswa dapat memahami pengetahuan tentang
pentingnya kesadaran dalam perspektif global.
b. Tujuan Khusus ;
Setelah mempelajarinya mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
(1). perlunya cara berpikir global dalam berprilaku lokal dan nasional
(2). memberikan contoh perilaku positif dalam lingkungan global yang
berdampak nasional.
(3). memberikan contoh perilaku positif dalam menanggapi masalah-masalah
lokal, nasional, dan global

6.3. MATERI SAJIAN


Sebagaimana telah dijelaskan tadi bahwa dapat saudara akan pempelajari tentang
pentingnya kesadaran dan wawasan dalam perspektif global. Mengapa ini penting ? dan untuk
apa? apa yang dimaksud dengan kesadaran dan wawasan itu?

6.3.1. Kesadaran Cara Berpikir Global


Kesadaran menurut Loren Bagus (1996) mengandung arti keinsafan terhadap ego, din
atau benda. Kesadaran adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang
lain dapat melihatnya. Dengan kata lain kesadaran adalah “pengakuan diri”. Kesadaran
muncul dari dalam diri kita sebagai cetusan nurani. Kalau hal ini dikaitkan dengan perspektif
global maka kesadaran disini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai
warga suatu negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang
lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional dan global.
Dengan kesadaran itu muncul suatu pengakuan bahwa masalah global perlu dipelajari,

50
dipahami dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, sehingga dalam berpikir, berucap
dan bertindak menunjukan dan mencerminkan adanya kepedulian, kepentingan dan
kemanfaatan.
Para mahasiswa, dalam kegiatan belajar 1 ini, mari kita mulai dengan satu persepsi
bahwa perspektif global mencakup dua sisi yaitu kesadaran dan wawasan. Tanpa kesadaran
kita tidak dapat memahami masalah global, dan tanpa wawasan kita tak akan mampu
mempertahankan kehidupan global.
Dalam kehidupan global yang pertama-tama perlu disadari bahwa manusia merupakan
warga negara global, sebagai penduduk dunia yang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak
merupakan inti dari kehidupan warga negara dunia. Sedangkan kewajiban merupakan
panggilan atau tanggung jawab atau tugas kita sebagai warga dunia. Selain itu perlu kita
sadari bahwa di dunia tidak hanya ada kita, akan tetapi ada orang lain yang bermukim di
seluruh belahan dunia.
Oleh karena siswa kita merupakan bagian dari dunia, maka harus diberikan
pengetahuan tentang keberadaan dia sebagai penduduk dunia. Tugas guru adalah
mengglobalisasikan pengetahuan dan sikap serta kesadaran siswa terhadap dunia. Guru seperti
ini adalah guru global atau Global Teacher (Steiner, 1996).
Para mahasiswa, untuk meningkatkan kesadaran kita mari kita coba untuk memahami
globalisasi. Sebuah kekuatan yang telah membawa banyak keuntungan. Terbentuknya jalan
ke perdagangan internasional telah membantu banyak negara untuk berkembang lebih pesat
dan yang telah mereka capai sebelumnya Perdagangan internasional membantu
perkembangan ekonomi ketika ekspor sebuah negara mendorong pertumbuhan ekonomi
negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada ekspor menjadi pokok dan
kebijakan industri yang memperkaya banyak orang Asia dan jutaan orang lainnya disana,
menjadi jauh lebih baik kesejahteraannya. Karena globalisasi banyak orang di dunia sekarang
dapat hidup lebih lama dari pada sebelumnya, dan standar kehidupan mereka jauh lebih baik.
Globalisasi telah mengurangi perasaan terisolasi yang dirasakan dibanyak negara-
negara berkembang dan telah memberikan akses kepada masyarakat negara berkembang akan
pengetahuan yang mungkin diluar jangkauan orang-orang yang paling kaya sekalipun
disemua negara, satu abad yang lalu. Membuka pasar susu untuk susu impor dan negara lain
seperti Jamaika untuk susu impor dari AS pada tahun 1992 telah merugikan pengusaha susu
lokal, tetapi hal tersebut juga dimaksudkan agar anak-anak miskin bisa mendapatkan susu
dengan harga murah. Perusahaan-perusahaan asing merugikan badan-badan usaha milik
negara, tetapi perusahaan-perusahaan asing tersebut memperkenalkan teknologi-teknologi
baru, akses ke pasar-pasar baru dan menciptakan industri-industri baru. Bantuan luar negeri,
sebuah aspek lain dari globalisasi dunia yang dengan segala kekurangannya masih tetap
memberikan keuntungan bagi jutaan orang.
Dalam kaitannya dengan globalisasi, ini adalah suatu mitos yaitu “think globally and
act locally” orang harus berpikir dan berwawasan secara global, akan tetapi tidak melupakan
landasan kita yaitu nasionalisme, agama dan norma, serta nilai budaya yang ada. Karena
sebagai identitas bangsa kita. Namun kita juga tidak perlu meninggalkan masalah lokal karena
itu kita hadapi dan kita rasakan secara langsung sehari-hari. Untuk kepentingan global harus
kita mulai dan lokal. Inilah menurut Steiner (1996) sebagai peran “global teacher” atau guru
global, yaitu kita berwawasan global namun bertindak dari mulai lokal sehingga mencapai

51
yang lebih global. Sebagai contoh adalah peristiwa kebakaran hutan maupun dampaknya
mendunia dan mengglobal, namun kita tidak perlu menunggu bantuan dari PBB untuk
memadamkannya, kita sendiri yang berusaha untuk memadamkannya, karena itu adalah
daerah kita.
Kesadaran tentang terjadinya globalisasi adalah sikap/menerirna suatu kenyataan
bahwa planet tempat kita berada ini semakin menyempit dengan adanya terobosan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sikap dalarn menghadapi globalisasi ini adalah bukan
melawan arus globalisasi akan tetapi kita harus dapat “menjinakkan” globalisasi itu sendiri.
Globalisasi adalah suatu proses yang berlanjut, bila kita lambat mengikutinya maka kita akan
semakin ketinggalan, tetapi juga akan berakibat fatal apabila kita salah dalam
memperlakukannya.
Menurut Makaginsar (Mimbar, 1989), salah satu faktor yang mendorong kuatnya
globalisasi ini adalah adanya kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) menurut Makagiansar (Mimbar, 1989). Bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dapat menimbulkan globalisasi? Kemajuan IPTEK ditandai dengan berbagai
temuan yang mengagumkan. Kita mengetahui berbagai temuan dalam ilmu pengetahuan yang
berdampak dunia, misalnya tentang pengembangbiakan makhluk hidup melalui sel yaitu
“kloning” dan ditemukan hijau daun (klorofil) sebagai obat pembasmi kanker. Selain itu
kemajuan dalam bidang teknologi informasi terutama penggunaan komputer dan satelit juga
merupakan faktor yang mepercepat anus globalisasi ni. Masih banyak contoh lainnya yang
membuktikan bahwa kemajuan dalam IPTEK mempunyai dampak secara global. Coba
diskusikan contoh lainnya tentang bukti cepat berkembangnya IPTEK mi dengan teman-
teman sesama mahasiswa.
Perkembangan teknologi komunikasi dimulai dengan diciptakannya pesawat telpon
oleh Alexander Graham Bell (Yaya, 1998) pada tahun 1876, mi membawa perubahan besar
terhadap teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi mi lebih diperkuat lagi dengan
perkembangannya teknologi komputer yang diciptakan oleh Atanasoff dan Clifford Berry
tahun 1939. kedua teknologi tersebut secara bersinergi memberikan landasan yang kuat bagi
perkembangan teknologi komunikasi modern. Dengan adanya teknologi telepon mi tidak lagi
mengenal batas administrasi,negara. Telepon mempunyai jangkauan yang sangat jauh dan
luas, namun demikian manusia tetap tidak puas, selalu merasakan adanya kekurangan,
bagaimana kalau orang yang ditelpon tidak ada di tempat? Bukankah komunikasi tersebut
akan terhenti sampai disitu? Oleh karena itu, para ilmuwan terus berpikir, maka muncullah
teknologi untuk mensinergikan sehingga bersinergmnya telpon dan komputer tersebut
sehingga muncul surat elektronik (E-Mail), pager, telepon genggam, dan internet yang dapat
mengatasi kekurangan teknologi telepon seperti disebutkan diatas.
Teknologi merupakan alat dan jalan untuk menggunakannya dalam era globalisasi
sangat tergantung pada manusianya, apabila digunakan untuk hal yang negatif maka teknologi
menjadi sesuatu yang buruk dan menakutkan, sebaliknya apabila digunakan untuk
kepentingan yang poitif maka teknologi menjadi sesuatu yang baik dan sangat mengasyikan.
Disinilah pentingnya kesadaran dan wawasan agar teknologi digunakan untuk kepentingan
yang positif.

6.3.2. Perilaku Positif Dalam Globalisasi

52
Saat ni kita memasuki abad “dunia tanpa tapal batas” administrasi negara. Kita
merasakan bahwa dunia menjadi semakin sempit dan transparan. Suatu peristiwa yang terjadi
di satu belahan dunia akan dengan cepat diketahui dibelahan dunia lainnya. Untuk ni kita
dapat mengetahui dan koran, radio, televisi, telepon, internet, E-mail dan lain sebagainya.
lnilah teknologi komunikasi yang merupakan media informasi bagi manusia.
Sadarkah kita, bahwa di rumah saat mi sudah dipenuhi dengan alat dan media
sebagam hasil kemajuan teknologi, misalnya radio, TV, parabola, telepon dan lain
sebagainya. Alat dan media tersebut mempersempit dunia, kita dapat mengetahui apa yang
terjadi di Palestina, Irak, Afganistan, AS, Stunami diAceh dalam sekejap. Dapatkah kita
menolak kehadiran informasi melalui alat dan media teknologi tersebut? Atau apakah kita
mempunyai kekuatan untuk menolaknya? Kita tidak perlu menolaknya yang penting bagi kita
bagaimana kita mengakomodasikannya kedalam pola dan perilaku kita sesuai dengan nilai
dan budaya kita.
Disinilah kita memerlukan kesadaran yang tinggi serta wawasan yang luas. Dengan
kesadaran bahwa kita merasakan adanya kebutuhan, memahami masalah global, serta dengan
wawasan yang luas kita dapat memilih dan memilah informasi atau nilai mana yang
diperlukan dan mana yang tidak, dalam berperilaku dan bersikap dalam pergaulan
internasional untuk mendukung perilaku positif dalam globalisasi kita perlukan adanya
landasan sebagai berikut;
1 . Kesadaran Nasional ( Nasionalisme)
Nasionalisme adalah cinta tanah air dengan prinsip baik buruk adalah negeriku.
Namun dalam melaksanakannya nasionalisme itu tidak disikapi secara kaku, atau merupakan
kesetiaan yang buta. Nasionalisme tetap perlu dilandasi oleh logika dan rasional. Contoh
perilaku positif dalam globalisasi kita harus mampu menangkal perbedaan suku, bangsa,
negara adat-istiadat, agama dan ras. Namun juga tidak lagi baik buruk adalah negaraku dan
bangsaku tetapi baik buruk adalah saudaraku dan duniaku. Karena kita adalah bagian dan
masyarakat dunia.

2. Norma dan Agama


Mahasiswa sekalian, pernahkah anda melihat ada seorang dimasyarakat yang mampu
hidup sendiri, dalam arti dia mampu memenuhi segala kebutuhannya tanpa bantuan orang
lain? Jawabannya sudah pasti tidak akan dijumpai dalam kehidupan masyarakat ada orang
yang mampu hidup sendiri, sekalipun dia dianugrahi harta yang berlimpah. Coba anda
renungkan! Kira-kira mengapa seseorang tidak mungkin dapat hidup sendiri di masyarakat ?
Setelah anda menganilasis dan menjawab pertanyaan diatas. sekarang silahkan cermati
uraian sebagai berikut: From birth to death man lives out his life as a member of a sociaty
(Krech. Crutchfield, Ballachey 1962: 308), artinya bahwa sejak dan lahir sampai meninggal
manusia mengalami kehidupannya sebagai anggota suatu masyarakat.
Banyak contoh di dunia ml yang menunjukkan. bahwa tidak ada seorang pun manusia
mampu hidup secara send in, misalnya seorang bayi sangat membutuhkan bantuan orang lain,
kisah tentang Nabi Adam, cerita Robinson Crusoe kersemuanya menunjukan bahwa tidak
seorang pun manusia yang mampu hidup tanpa bantuan pertolongan orang lain. P.j. Bokman
menyatakan bahwa “manusia itu baru menjadi manusia karena Ia hidup bersama dengan
manusia lainnya’, kemudian John Loche dan Thomas Jefferson menyatakan bahwa, didalam

53
sistem pergaulan hidup secara prinsip,manusia itu diciptakan bebas dan sederajat (dikutip dan
Dudu Darmawan Machmudin, 2001 : 9-10).
Menurut Soejono (1986: 102-103), sejak dilahirkan manusia telah mempunyai dua
hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain
disekelilingnya, yaitu masyarakat dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa sejak kelahiran dan secara kodrat manusia
selalu ingin menyatu dengan manusia lain dan lingkungan sekitarnya dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk saling
berintereaksi satu sama lain dalam upaya hidup bermasyarakat. Pada hakekatnya setiap
manusia yang secara psikologis merupakan bagian terkecil dan suatu masyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk dapat hidup damai, tertib dan sejahtera.
Bangsa kita terkenal sebagai bangsa agamis, patuh terhadap aturan dan norma yang
ada, baik itu norma adat, sosial, susila dan norma lainnya. Semua agama dan norma ml
memberikan landasan kepada bangsa kita untuk dapat memilih dan memilah informasi yang
dapat kita pahami. Norma dan agama adalah pilar utama untuk menangkal pengaruh negatif
seiring dengan gelombang globalisasi (Kuswara W, 2003: 3.8).

6.3.3. Nilai Budaya Bangsa


Bangsa kita memiliki nilai budaya yang luhur, yang dapat dijadikan pilar dan filter
terhadap berbagai pengaruh yang negatif, serta sebagai pendukung bagi nilai dan pengaruh,
yang membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh
adalah Pela Gandong di Ambon untuk landasan kerukunan, “rawe-rawe rantas malang-malang
putung” sebagai simbol kebersamaan, silih asah silih asih dan silih asuh untuk acuan
pendidikan masyarakat, “pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari” untuk simbol
keteladanan. Bukankah nilal budaya mi juga akan menjadi faktor pendukung bagi kita bangsa
Indonesia dalam berperilaku dan bersikap dalam pergaulan internasional sebagai sesama
warga dunia.
Nilai budaya lain yang perlu dipelihara disamping nilai 45 yaitu nilai harmoni sosial.
Nilai budaya harmoni sosial perlu dipeflhara dan dikembangkan dalam masyarakat dengan
alasan nhlai budaya ni akan menunjang usaha mewujudkan kerukunan, gotong-royong,
solidaritas dan kekeluargaan yang dujunjung oleh bangsa Indonesia. Dengan pemeliharaan
nilal harmoni sosial dalam arti diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan
mewujudkan masyarakat yang harmonis. Ciri-ciri masyarakat yang memiliki harmoni sosial
adalah sebagai berikut : (1) hidup rukun tanpa konflik mendasar;
(2) aktifitas kerja saling melengkapi dan memperkuat, (3) ada kebebasan dalam segala bidang,
meski tetap dibawa naungan hukum dan moral. Marilah kita melihat kembali globalisasi,
menurut Emil Salim (Mimbar pendidikan 1989), terdapat4 bidang kekuatan gelombang
globalisasi yang paling menonjol yaitu ; (1). Kekuatan pertama yang membuat dunia
menjadi transparan dan sempit adalah gelombang perkembangan IPTEK yang amat
tinggi. Kekuatan mi nampak antara lain penggunaan komputer dan satelit. Dengan teknologi
ml sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun informasi dunia dengan rind
tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan dan lain-lain. Dengan kemajuan IPTEK
yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah perspektif atau sikap, pandangan dan

54
perilaku orang. Dengan kemajuan teknologi mi pula bahwa sekarang orang dapat
berkomunikasm dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone, internet dan
lain-lain, (2). Kekuatan kedua adalah kekuatan ekonomi. Ekonomi global yang terjadi saat
ini demikian kuat, sehingga peristiwa ekonomi yang terjadi di suatu negara akan dapat dengan
mudah diikuti dan dipengaruhi negara lain. Globalisasi dalam ekonomi nampak sebagai suatu
keterkaitan mata rantai yang sulit untuk dilepaskan. Krisis moneter yang melanda Indonesia
saat ni, tidak terlepas dan kegiatan ekonomi di negara-negara ASEAN dan bahkan dunia, (3).
Hal ketiga yang paling disoroti saat ini adalah masalah lingkungan hidup. Kita masih
ingat tentang penistiwa kebakaran hutan di Indonesia yang berdampak dunia. Pengaruh asap
kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera dapat dirasakan di negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Thailand, dan bahkan Fitipina. Dampaknya sangatterasa di seluruh
dunia, dimana semua penerbangan ke Indonesia tertunda karena adanya gangguan asap,
(4). Politik merupakan kekuatan keempat yang dirasakan sebagai kekuatan global.
Misalnya krisis Teluk dampaknya sangat dirasakan secara global di negara-negara lain, baik
dalam segi politik maupun ekonomi. Adanya kekisruhan politik dalam negen juga berdampak
besar terhadap perkembangan pariwisata, perdagangan dan sebagainya.
Globalisasi bukan merupakan sesuatu yang sangat baru, karena sebetum ini saudara
mengenal hal yang bersifat global, misalnya ; 1) dalam mata pelajaran PPKn terhadap materi
yang berkaitan antara lain dengan HAM, Keadilan, demokrasi, dan lain-lain, 2). dalam IPS
berkaitan dengan masalah antara lain iklim, Iingkungan dan kependudukan pengaruh revolusi
Inggris, serta sistem dumping di Jepang, 3) dalam mata pelajaran lPA saudara juga sering
mendengar kebocoran ozon, pemanasan atmosfer, El-nino, dan sebagainya.
Contoh tersebut hanya sebagian kecil saja dan keadaan sesungguhnya, anda tentu
dapat memberikan contoh lain yang lebih bagus. Pengetahuan anda tentang masalah global
dalam mata pelajaran tersebut sangat membantu anda dalam mempelajari modul mi. Anda
sebagai guru tidak perlu kaget dan merasa asing terhadap globalisasi, akan tetapi diperlukan
kesiapan dengan menambah pengetahuan, meningkatkan kesadaran dan memperluas
wawasan. Selain tu juga diperlukan sikap terbuka untuk setiap pembaharuan.
Sebaliknya ada masalah-masalah yang berdampak lokal, atau nasional. Sebagai contoh
adalah pengaruh badai katrina yang menghancurkan ladang minyak AS, yang menyebabkan
harga minyak dunia naik menjadi U5 70 per barel, melemahnya nilai tukar mata uang hampir
disemua negara termasuk nilai tukar rupiah melemah hingga Rp. 12.000,- per U$ 1. saat mi.
Contoh lainnya La Nina yang menyebarkan perubahan musim yang tidak teratur, mi
disebabkan karena adanya penurunan suhu udara disekitar daerah ekuator. Akibatnya
mempengaruhi sistem pertanian di daerah kita. Untuk mi kita harus menyesuaikan dengan
perubahan sistem tersebut, misalnyajenis tanaman yang ditanam, serta menyesuaikan musim
tanam.
Itu adalah contoh kecil saja yang dapat dikemukakan dalam Kegiatan Belajar mi, Saudara
dapat memberikan contoh lainnya. Dalam ujian nanti saudara akan diminta memberikan
contoh-contoh seperti itu.
Dengan demikian dalam era globalisasi ml informasi menjadi sangat penting maka
kuasailah informasi. Informasi ibarat darah dalam tubuh, apabila kita ingin bertahan bertahan
hidup maka kita harus menguasai informasi.

55
Para mahasiswa, untuk lebih memahami masalah globalisasi ni, maka anda harus: (1) tertarik
dan menarik perhatian terhadap peristiwa-peristiwa dan perubahan pada masyarakat tingkat
lokal, nasional dan masyarakat global, (2) aktif mencari informasi yang berkaitan dengan
masalah, peristiwa, dan perubahan pada tingkat lokal, nasional dan global, (3) mau menerima
setiap perubahan dan pembaharuan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa
kita (Baca pilar-pilar di atas), (4) peduli dan mau membantu memecahkan masalah global, (5)
secara terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, baik melalui pendidikan formal atau
non-formal.
Dalam globalisasi kita menyadari bahwa setiap bangsa adalah saling bersaing, dan
berpacu dengan segala perubahan dan kemajuan. Kita akan kalah dalam persaingan kalau kita
tidak slap, dan tidak mengantisipasinya sejak awal. Kesiapan kita dalam bersaing adalah
pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Mochtar Buchari MimbarPendidikan,
1989), peningkatan daya bersaing itu adalah dalam hal berikut : (1) peningkatan Produksi dan
mutu produk. Yang dimaksud dengan produk di sini tidak hanya dalam pengertian industri,
akan tetapi juga dalam pendidikan, (2) penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang
digunakan secara internasional, bukan saja sebagai sumber ilmu, tetapi juga buku sumber
ilmu pengetahuan menggunakan bahasa Inggeris, (3) penguasaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi..

6.3.4. Pentingnya wawasan dalam Perspektif Global


Globalisasi adalah peluang apabila peluang tersebut tidak kita manfaatkan, maka
selamanya kita kan terus ketinggalan. Kita sering takut menghadapi masa depan karena kita
tidak siap untuk menghadapi masa depan tersebut. Begitu pula halnya dengan globalisasi,
tanpa adanya persiapan yang kuat maka globalisasi akan menjadi sesuatu yang menakutkan,
globalisasi akan berubah pada sesuatu negatif.
Sebagaimana sudah diutarakan bahwa cara untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi globalisasi ni adalah dengan cara meningkatkan kesadaran dan memperluas
wawasan kita. Cara untuk meningkatkan dan memperluas asan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dan cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan.
Sebagaimana telah diutarakan pada Modul ini, bahwa meningkatkan dan memperluas
wawasan global merupakan unsur penting untuk memahami masalah global, sehingga kita
juga akan memahami betul materi mata kuliah Perspektif Global.
Menurut Makagiansar (Mimbar Pendidikan, 1989) agar kita dapat meningkatkan
wawasan global ni, maka pendidikan memegang peranan penting. Melalui pendidikan
makaAnda harus mampu mengembangkan 4 hal seperti berikut; (1) kemampuan
mengantisipasi (anticipate); Pendidikan berusaha menyiapkan anak didik untu dapat
mengantisipasi perkembangan IPTEK yang begitu cepat, (2) mengerti dan mengatasi
situasi (scope); Mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik untuk dapat menangani
dan berhadapan dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta kenginan
untuk mengatasi masalah merupakan faktor yang harus dikembangkan pada diri anak, (3)
mengakomodasi (accomodate); Mengakomodasi perkembangan IPTEK yang pesat dan
segala perubahan yang ditimbulkannya. Dalam “mengatasi” (cope) dan mengakomodasi
(accomodute) perlu dikembangkan sikap bahwa anak didik tidak larut oleh perubahan, tetapi
Ia harus mampu mengikuti dan mengendalikan perubahan agartumbuh menjadi suatu yang

56
positif dan bermanfaat bagi kehidupan, (4). mereorientasi (reorint); Persepsi dan wawasan
kita tentang dunia perlu diorientasikan kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan
sosial yang cepat. Melalui pendidikan kita memperluas persepsi anak. Kita mendidik untuk
dapat mengadakan reorientasi sikap dan nilai, sehingga memperoleh wawasan yang semakin
luas.
Nilai budaya yang merupakan identitas budaya harus kita pertahankan, tetapi ada nilai
yang perlu diubah atau disesuaikan dengan perkembangan. Contoh, falsafah orang Jawa
“mangan ora mangan ngumpul” yang dalam bahasa Indonesianya adalah “makan atau tidak
yang penting ngumpul”, harus diubah karena tidak sesuai lagi dengan kehidupan global yang
sudah berkembang sangatjauh. Perlu sikap baru terhadap perkembangan selcitar, bahwa dunia
ni adalah tempattinggal kita, dan tanah air kita yang harus kitajaga kelestariannya. Pendidikan
harus membuka wawasan anak didik dan mengembangkan nilainilai yang perlu
dipertahankan.
Sesuai dengan derasnya arus globalisasi in maka peran keluargajuga sangat besar.
Tanpa kita sadari bahwa arus globalisasi mi telah melanda rumah tangga kita. Keluarga
sekarang hidup dalam “kotak global” elektronik baru (Schultze, 1991). mi dapat kita lihatdari
adanyatelevisi, radio, dan parabola. Dalam waktu yang tidak terlalu ama lagi rumah akan
dipenuhi dengan komputer yang dapat digunakan untuk E-mail, internet dan alat komunkasi
jarak jauh lainnya. Selain itu, bagi anak yang tidak memilikinya di rumah, mereka dapat main
“dingdong” di tempat yang disediakan. Ini semua membuktikan bahwa kita mau tidak mau
berada dalam arus globalisasi.
Adanya media tersebut dapat mengendarai kita untuk mengarungi arus globalisasi.
Menurut Schultze media akan mengantar anak-anak kita ke luar dari rumah dan berjalan-jalan
ke kebudayaan lain. Kadang-kadang anak-anak kita ke dunia yang tidak realistik. Suatu
ketika anak-anak kita lebih pandai dari orang tua dalam menggunakan alat-alat seperti ini.
Orang tua hanya hanya menonton, sebagai pengikut dan tidak lagi membimbing atau
mengarahkan anak. Globalisasi dengan melalui berbagai media seperti ini akan berpacu
dengan para orang tua dalam membesarkan anak. Ini tentu harus kita waspadai. Untuk
mewaspadai hal tersebut perlu dilakukan hal-hal seperti berikut: (1) menguasai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2). menguasai informasi dalam
berbagai bidang, mengolah dan memahami pesan-pesan dalam informasi tersebut,
kemudian menarik kesimpulan dan menyeleksinya untuk digunakan dalam kehidupan,
(3) memanfaatkan pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi dan sebagainya untuk
memahami informasi tersebut.
Dewasa ini tidak ada nilai-nilai suatu bangsa yang benar-benar homogen dan statis.
Setiap bangsa berkembang berkat interaksi dengan bangsa lain. Tentunya saudara masih ingat
dengan sistem politik tirai bambu Cina dan tirai besi Uni Sovyet. Kedua negara
tersebuttertinggal dalam percaturan dunia, karenapolitik areka menutup din. Kita tidak
memungkiri bahwa kemajuan yang dicapai oleh negara kita juga merupakan hasil sentuhan
atau interaksi dengan negara lain. Kita harus terbuka pada dunia luar, tetapi harus tetap kokoh
berakar pada nilai budaya kita.
Kecenderungan bidang lainnya yang ikut dalam arus gelombang globalisasi adalah
pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi dalam pendidikan adalah “ identitas bangsa”.
Bentuk dan struktur pendidikan di negara kita dikhawatirkan kurang mampu menjawab

57
tantangan globalisasi. Lihat, bagaimana dampak Radio, TV, parabola dan lain sebagainya,
semua masuk ke rumah-rumah. Apakah Badan Sensor Film sekarang ini masih efektif?
Bagaimana kontrol edukatif dilaksanakan ?
Walaupun ada globalisasi kita harus mampu mepertahankan identitas. Hakikat globalisasi
tidak melebur identitas yang ada. Saudara masih ingat sajaknya Mahatma Gandhi? Baris
terakhir dari sajaknya “ tetapi jangan sampai merobohkan fundamen rumahku’’. Dalam
hal in peran pendidikan sangat besar. Pendidikan harus berorientasi ke depan dan membuka
wawasan global Untuk mempertahankan identitas nasional, kita memiliki Pancasila dan UUD
1945. Menurut UUD 1945, budaya nasional berakar dan berkembang dan budaya daerah.
Kebijakan pemerintah juga memberikan peluang bagi perkembangan budaya daerah. Kalau
kita ada pada jalur globalisasi, maka kita tidak lantas kehilangan budaya daerah. Sekarang tan
Bali ditarikan oleh orang asing, karawitan Mang Koko di Jawa Barat dinyanyikan oleh orang
asing.
Dampak globalisasi terhadap pendidikan berkenan dengan bagaimana peranan
pendidikan dalam kerangka globalisasi. Kita bisa manfaatkan gelombang globalisasi untuk
mendorong proses pembangunan nasional. ni berarti dibutuhkan kemampuan untuk
menjinakkan gelombang globalisasi. Kepandaian untuk menjinakkan itu karena kita memiliki
akal, atau kemampuan intelektual, sehingga kita tidak akan mengekor, tapi tumbuh
berkembang dengan jati din yang kuat berakar pada nasionalisme yang kukuh. Oleh karena itu
kuasailah ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas pendidikan adalah memberikan landasan
yang kuat sejak SD, termasuk mutunya. Mudah-mudahan dengan uraian tersebut anda sudah
memiliki wawasan yang lebih luas tentang globalisasi.

RANGKUMAN

Untuk memudahkan saudara dalam mempelajari dan mengingat kembali materi yang
dipelajari padabahan ajar tersebut, maka dapat dirangkum sebagai berikut;
1. Istilah global ; menunjuk kepada sesuatu yang berkaitan dengan dunia dan seluruh Isinya
2. Globalisasi adalah suatu proses dimana kejadian, keputrusan dan kegiatan disalah satu
bagian dunia menjadi suatu konsekuensi bagi individu dan masyarakat di daerah lain
3. Globalisasi ditandai dengan ketatnya persaingan padatnya informasi keterbukaan dan
didukung oleh kemajuan IPTEK
4. Ciri globalisasi adalah adanya masyarakat terbuka. Dalam bidang ekonomi ditandai
dengan adanya pasar bebas yang menuntut kemampuan, kreasi dan menhasilkan produk
yang berkualitas tinggi. Dalam bidang politik dengan berkembangnya demokrasi dalam
masyarakat yang demokratis, yang menghargai nilai HAM, sebagai masyarakat madani
yang menghargai hak dan kewajiban.
5. Isu global berkaitan dengan masalah, kejadian-kejadian, dan sikap yang pengaruhnya
terhadap seluruh dunia
6. Perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa
hidup dan kehidupan adalah untu kepentingan global
7. Dalam perspektif global kita bukan saja sebagai warga negara Indonesia, akan tetapi juga
warga dunia. Oleh karena itu dalam berfikir dan bertindak harus mengantipasi

58
kepentingan dunia. Tidak ada lagi manusia yang hidup menyendiri, satu sama lain saling
bergantung, dan keberhasilan hidup ini karena adanya ketergantungan tersebut.
8. Perspoekti global diri dari cara berpikir sempit yang melihat perbedaan agama, ras, kulit,
budaya dan bangsa. Perspektif global adalah suatu wawasan dan cara pandang terhadap
dunia dan isinya, bahwa semua agama, ras, kuli, budaya dan sebagainya harus dipandang
sebagai suatu variasi yang memperkaya kita, dalam status sama dengan arti masing-
masing memiliki kekuatan kekurangan
9. Dalam era globalisasi sekarang ini, kehidupan umat manusia yang semakin terbuka dan
makin meningkatnya berbagai kebutuhan, wawasan tentang kehidupan ini harus
dikembangkan sampai kebatas global. Geografi sebagai bidang ilmu dalam perspektif
global bukan merupakan hal baru lagi, mengingat salah satu konsep geografi itu, bumi
sebagai planet, dalam tinjauan geografi berkenaan dengan fenomena permukaan bumi
selalu dibahas dalam konteks global.
10. Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada satu
masyarakat, negara, dan bangsa yang benar-benar mengalami kestatisan, cepat atau lambat
semua masyarakat, negara, dan bangsa akan mengalami perubahan.
11. Berbagai peristiwa dan peninggalan sejarah yang bernilai serta bermakna global,
merupakan materi pendidikan untuk meningkatkan wawasan peserta didik terhadap nilai-
nilai kemanusiaan.
12. Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat dari waktu ke waktu, menjadi salah satu faktor
terjadinya masalah global dalam bidang ekonomi. Melalui dunia pendidikan, dituntut
untuk memanfaatkan masalah dan tantangan global bagi peningkatan kualitas SDM
generasi muda dalam menghadapi abad ke-21.
13. Terjadinya perubahan sistem politik di negara besar seperti di uni Soviet, membawa
perubahan peta pohtik dunia yang berdampak luas pada proses globalisasi aspek-aspek
kehidupan lainnya.
14. Keberhasilan politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan politik luar negeri bebas
aktif, telah membawa Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dalam percaturan
politik dunia oleh negara-negara besar.
15. Terjadinya saling ketergantungan antarnegara, mendekatkan interaksi sosial manusia yang
makin meluas, baik langsung maupun tidak langsung, telah menjadi salah satu landasan
proses globalisasi kehidupan yang tidak dapat dibendung, bahkan pada aspek-aspek
kehidupan tertentu telah dirancang sebagai satu kebutuhan yang dampak positifnya
wajib disyukuri, namun dampak negatifnya perlu diwaspadai.
16. Perspektif budaya menjadi landasan uatama terjadinya proses globalisasi segala aspek
kehidupan, dan dalam suasana global yang makin mengarus, dunia pendidikan, khususnya
guru-guru IPS, harus mengembangkan kewaspadaan sedini mungkin untuk mencegah
dampak negatif perubahan kehidupan global terhadap SDM generasi muda, yang akan
menjadi subjek pembangunan di masa mendatang,
17. Dan perspektif sejarah, IPTEK merupakan produk budaya manusia, dengan kesadaran
yang tinggi, manusia dituntut memiliki kemampuan untuk mengendalikan IPTEK yang
bermata dua demi kesejahteraan umat manusia dengan kelestarian lingkungan hidup.

59
18. Kemajuan transportasi merupakan sarana yang sangat bermakna dalam mendukung proses
ketergantungan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan pada tatanan global
dewasa ini, dan di masa yang akan datang
19. Dari sudut pandang perspektif global, komunikasi merupakan sarana saling pengertian
internasional dalam menghadapi globalisasi yang penuh dengan masalah dan tantangan
hari ini serta masa yang akan datang.
20. Lembaga internasional, baik Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun organisasi organisasi
independen, memiliki kedudukan, fungsi dan peranan yang bermakna dalam menopang
saling pengertian serta saling ketergantungan antar bangsa dan negara yang beragam
sistem politik, ekonomi,budaya dan rasial.
21. Perspektif global mengandung dua unsur pokok yang sangat penting yaitu perlu adanya
kesadaran dan wawasan global. mi perlu dibangun agar setiap warga negara Indonesia
menyadari tentang peran dan fungsi dia sebagai warga negara dan warga dunia.
22. Untuk menempatkan Indonesia sejajar dengan negara lain dalam era globalisasi ini, maka
motto “think globally and act locally” perlu dihayati betul oleh setiapwarga negara
Indonesia, agardirinya dapatberperan dalam kehidupan global dan nasmonal.
23. Untuk menjaga dampak negatif sebagai akibat dan globalisasi ni maka warga negara
Indonesia harus tetap menjaga identitas din dan bangsa. Sebgai alat penyaring pengaruh
tersebut adalah kesadaran nasional (nasionalisme), agama dan norma, serta nilai budaya
bangsa.
24. Kita perlu menyadari dan mau menerima kenyataan untuk menerima kenyataan bahwa
bumi tempat kita hidup mi dirasakan makin ama makin kecil disebabkan oleh adanya
perkembangan dalam bidang IPTEK. Kejadian yang ada di negara lain dalam beberapa
menit saja sudah kita ketahui karena adanya perkembangan IPTEK.
25. Walaupun tindakan global perlu ditumbuhkan namun tindakan dalam lingkup local
merupakan bagman dan global. Kalau kita menjaga kelestarian hutan, menanmi hutan
yang gundul di daerah kita sendiri, maka sebenarnya kita sudah andil yang sangat berarti
terhadap kehidupan global. Tindakan kita tersebut sudah menyelamatkan hutan dan
kebakaran, menyimpan persediaan air, mencegah bencana alam yang semuanya
berdampak global.
27. Menurut Makagiansar, bahwa peran pendidikan dalam meningkatkan wawasan warga
negara Indonesia adalah harus mampu mengembangkan 4 hal yaitu kemampuan
mengantisipasi, mengenali dan mengatasi masalah, mengakomodasi perkembangan
IPTEK, dan mereorientasikan sikap, nilai dan wawasan.
28. Kita harus dapat menyeleksi budaya kita, mana yang mendukung dan mana yang
menghambat proses globalisasi, misalnya motto “mangan, ora mangan ngumpuI’ hujan
uang di negeri orang, Iebih baik hujan batu di negeni sendiri. Motto seperti ini tidak
sesuai lagi untuk masa depan dengan yang segalanya berkembang demikian pesat.
29. Kesadaran dan wawasan global merupakan unsur pokok yang sangat mendukung
perspektif global masyarakat ke arah yang lebih maju.

60
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Igo, (2005), Perspektif Global, Depdiknas, Jakarta


Astrid S. Susanto Sunario, Prof. Dr. (1993), Globalisasidan Komunikasi, Pustaka Sinar
Harapan: Jakarta.
Firor, John (Prof. Otto Soemarwoto. Peng, 1990), PerubahanAtmosfer (Sebuah Tantangan
Global), Penerbit Rosda Jayaputra: Jakarta.
Katan Alumni IKIP Bandung (1989), Mimbar Pendidikan Nomor IV Tahun lX, Dampak
Global/sas/ Terhadap Pend/dikan, University Press IKIP Bandung: Bandung.
Makagiansar, M., Sudarmono P., Hamijoyo S (1989), Mimbar Pendidikan: Dampak
Globalisasi, Jurnal Pendidikan No. 4 Tahun IX Desember 1990, University Press
IKIP Bandung: Bandung.
Naisbit, J. (Drs. Budiyanto, Ed, 1994), Global Paradox, Binarupa Aksara: Jakarta.
Oktyari Umi R, MA (1998). Perspekt/f Global. Dikjenpen Dikti, Jakarta.
Susanto AB, Dr., (1997), V/si Global Para Pem/mp/n; S/nkret/sme Peradaban, PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta.
Schultze, QJ (Wahyuni, Terj. 1991), Menangkan Anak-Anak dan Pen garuh Media,Metanola:
Indonesia.
Yaya, M (Ed, 1998), Vlsi Global; Antisipasi Indonesia MemasukiAbad 21, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
TiIaar, HAR., (1998), BeberapaAgenda ReformasiPendidikan Nasional, dalam Perspektif
Abad2l, PenerbitTera Indonesia: Jakarta.
Wihardit Kuswaya, MA (2003). Perspektif Global. Pusat Penerbitan UT. Jakarta.

61

Anda mungkin juga menyukai