Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya abad ke-17,
adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistemologi adalah
bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan dan apakah sarana yang paling memadai
untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu
sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat epistemologis ini, maka dalam
filsafat abad ke-17 munculah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda,
bahkan saling bertentangan.
Aliran filsafat tersebut adalah Rasionalisme dan Empirisme, Empirisme itu sendiri
pada abad ke-19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran yang berbeda. di
dalam kehidupan negeri yang relatif masih muda (Amerika Serikat), kita telah belajar dari
orang-orang yang terkemuka di bidang ini. Untuk itu muncullah William James, James tidak
hanya memiliki pemahaman eksistensi yang membuatnya sebagai teman kontemporer kita,
tetapi ia juga memiliki beberapa pandangan penting yang dapat membantu ketika kita
mencari arti kehidupan di dunia kebebasan secara lebih spesifik, dan James sangat terkesan
dengan signifikansi positif dari kehidupan beragama manusia, dan ia membuat usulan yang
mungkin membantu kita dalam menilai kesadaran kita tentang Tuhan, untuk itu marilah kita
kupas tentang ide-ide James.
1
dan praktek pendidikan, adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan
Psikologi Modern” ini.
William James adalah seorang yang individualis. Didalam bukunya Talks to Teacher
tidak terdapat pernyataan mengenai pendidikan sebagai fungsi sisa. Baginya pendidikan lebih
cenderung kepada “ organisasi yang ketertarikan mendalam terhadap tingkah laku dan
ketertarikan akan kebiasaan dalam tingkah laku dan aksi yang menempatkan individual pada
lingkungannya”. Teori perkembangan diartikannya sebagai susunan dasar dari pengalaman
mental untuk bertahan hidup. Pemikirannya ini dipengaruhi oleh insting dan pengalamannya
mempelajari psikologi hewan dan doktrin teori evolusi biologi. Ketertarikan James akan
insting dan pemberian tempat untuk itu dalam pendidikan, menjadikan para pembaca
bukunya percaya akan salah satu tujuan terpenting didalam pendidikan adalah memberikan
kebebasan kepada anak-anak untuk mengikuti instingnya. Yang nantinya akan menjadi
peribahasa teori pendidikan. “ Bekerjasamalah dengan insting, jangan melawannya”.
Pembaca yang lebih teliti dapat menemukan tulisan yang lebih menguatkan akan hal ini, tapi
ketidakraguannya ditunjukkannya melalui pernyataan-pernyataannya bahwa persatuan para
psikolog telah salah mengenali kekuatan insting didalam kehidupan manusia.
Teori James akan insting sangatlah bersifat individualis dan sangatlah kolot pada
pelaksanaannya. mengesampingkan pernyataannya mengenai perubahan insting, yang
berlawanan dengan diskusinya pada “Iron Law of Habit/Hukum Utama Kebiasaan” dan
kepercayaannya akan tujuan dasar pendidikan sebagai pengembangan awal kebiasaan
individual dan kelompok, dalam pembentukan masyarakat yang lebih sempurna. Singkatnya,
James menegaskan, dasar dari semua pendidikan adalah mengumpulkan semua insting asli
yang dikenal oleh anak-anak, dan tujuan pendidikan adalah organisasi pengenalan kebiasaan
seagai bagian dari diri untuk menjadikan pribadi yang lebih baik. Sumbangan James yan
paling berpenaruh terhadap metode pendidikan adalah hubungannya dengan susunan
kebiasaan. James mengtakan: `
“Hal yang paling utama, disemua tingkat pendidikan, adalah untuk membuat
ketakutan kita menjadi sekutu bukan menjadi lawan. Untuk menemukan dan mengenali
kebutuhan kita dan memenuhi kebutuhan dalam hidup. Untuk itu kita harus terbiasa, secepat
mungkin, semampu kita, dan menjaga diri dari jalan yang memberi kerugian kepada kita,
seperti kita menjaga diri dari penyakit. Semakin banyak dari hal itu didalam kehidupan
sehari-hari yang dapat kita lakukan dengan terbiasa, semakin banyak kemampuan pemikiran
kita yang dapat digunakan untuk hal yang penting lainnya.”
Pragmatisme merupakan sebuah gerakan pemikiran yang khas Amerika. Nama
pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti tindakan. Hal ini sesuai dengan
pola pemikiran pragmatisme sendiri, yang menitikberatkan pada tindakan manusia. Pada
dasarnya pragmatisme lebih menekankan kepada metode dan pendirian daripada suatu filsafat
sistematis, yaitu suatu metode penyelidikan eksperimental yang diterapkan dalam berbagai
bidang kehidupan. Salah satu pelopor pragmatisme adalah Charles S. Peirce.
2
pada satu ide : bahwa kesadaran manusia adalah sebuah kekuatan aktif, selektif, bertujuan,
yang dengannya manusia membentuk sebuah lingkungan yang religius dan lunak menjadi
pola-pola yang bermakna. Dari fondasi ini, tulisan-tulisan lima belas tahun terakhir dari hidup
James berpusat pada, arti penting pilihan dalam menentukan kepercayaan kita, penilaian
tentang hidup religius manusia, hakikat makna dan kebenaran, dan perkembangan sebuah
metafisika pluralistik (yakni sebuah pandangan yang menekankan otonomi dan independensi
hal-hal individual di alam semesta, hubungan dan ketergantungannya satu sama lain).
Ia juga meletakkan prinsip ini ke dalam praktek dan menunjukkan lima karakteristik
dasar kesadaran dan pikiran kita, yaitu :
1. Pikiran bersifat personal-pengalaman diatur, keduanya memiliki seseorang.
2. Pikiran dan pengalaman berada di dalam perubahan yang konstan. Tidak ada dua
pengalaman yang pernah identik, “sebuah keadaan yang telah berlaku tidak akan pernah
kembali dan identik dengan apa yang sebelumnya”. James tidak mengingkari bahwa
mengalami obyek yang sama sekali, tapi pengalaman kita tentang sebuah obyek memiliki
sifat yang berbeda pada kesempatan-kesempatan yang berbeda.
3. Ada keberlanjutan dan juga perubahan di dalam pikiran dan pengalaman
4. Pikiran bersifat kognitif, dan pikiran berkenaan dengan sesuatu selain dirinya sendiri
5. Kesadaran bersifat selektif, kesadaran berkonsentrasi pada beberapa hal dan mengingkari
beberapa hal yang lain.
3
diberikan ialah mengenai pandangan yang pasti tentang alam semesta. Pandangan ini tentu
saja suatu metafisika.
Pemikiran William James adalah empirisme yang radikal atau empirisis yang
pragmatis. Kepribadiannya dan pandangannya tentang manusia memerlukan suatu filsafat
yang dapat berlaku adil pada perasaan keagamaan, moral dan kepentingan manusia terdalam.
Ia memerlukan suatu filsafat yang pantas, yang dapat menghadapi kenyataan secara terus
terang. Ia mencurigai setiap sistem filsafat yang murni intelektual atau yang mengaku benar
secara absolut. Filsafat yang tidak selesai serta tidak absolut, itulah filsafat yang diakuinya,
tetapi filsafat itu harus menyertai kehidupan manusia dan masa depannya. Filsafat harus
membantu manusia menyelesaikan masalah yang dihadapinya, memberikan kepada manusia
harapan yang optimistis dalam kehidupan yang vital.
Bahwa pragmatisme James itu bersifat voluntaristis, penekanannya pada pentingnya
faktor usaha dan kesukarelaan dalam keputusan dan memperjelas sesuatu.
Tentang etikanya
Bahwa kaum pragmatis berpendapat bahwa yang baik adalah yang dapat dilaksanakan
dan dipraktekkan, mendatangkan yang positif dan kemajuan hidup. Karena itu, baik-
buruknya perilaku dan cara hidup dinilai atas dasar praktisnya, akibat tampaknya, dampak
positifnya, manfaatnya bagi orang yang bersangkutan.
Penutup
Bahwa dalam pemikiran William James ada beberapa pemikiran atau karya-karya
yang disitu telah menguraikan berbagai pendapatnya satu persatu tentang karya-karya
tersebut, di antaranya yaitu : 1) The Will to Believe, di situ James bertujuan hanya untuk
menggambarkan beberapa karakteristik dan mempertahankan pandangan bahwa arah
tindakan yang rasional. 2) The Varieties of Religious Experience, dia memuat tentang nilai
arti agama dalam kehidupan manusia. 3) Pragmatism, dia menjelaskan tentang kebenaran
datang, tetapi tidak menjelaskan apa kebenaran yang sesungguhnya. 4) Essay in Radical
Empirism A Pluralistic Universe, tentang pragmatisme di dalam metafisika, dan
epistemologi. 5) Dia membicarakan tentang manusia memerlukan suatu filsafat yang dapat
berlaku adil pada agama, dan moral.
DAFTAR PUSTAKA
James, William. Pragmatisme: and Four Essays from The Meaning of Truth. New York:
Meridian Book, 1959.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.
Titus, Harold H., Marilyn S. Smith, dan Richard T. Nolan. Persoalan-Persoalan Filsafat.
Terj. Prof. Dr. H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
A. Mangun Harjono, Isme-isme dari A sampai Z, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),
Yogyakarta, 1997.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
John K. Roth, Persoalan-persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
*)
Penyusun
Nama : Muchamad Yasin
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Afid Burhanuddin, M.Pd.
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Pacitan.