Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA)

GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN GARAM LAUT


DENGAN PEWANGI MINYAK JERUK NIPIS

Ahmad Fakhrul Rijal


19.7.04.067

TEKNIK KELAUTAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022
GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN GARAM LAUT
DENGAN PEWANGI MINYAK JERUK NIPIS

Ahmad Fakhrul Rijal


19.7.04.067

TEKNIK KELAUTAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Garam Laut


Dengan Pewangi Minyak Jeruk Nipis
Nama Taruna : Ahmad Fakhrul Rijal
NIT : 19.7.04.067

Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing

Dr. Anthon Anthonny Djari, MS DH. Guntur Prabowo, A.Pi., M.M


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Direktur


Teknik Kelautan Politeknik KP Karawang

Anasri Tanjung, A. Pi, M. Si DH. Guntur Prabowo, A.Pi., M.M


NIP. 19710101 200312 1 007 NIP. 19650811 198903 1 001

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke


khadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat melakukan penulisan proposal praktik akhir yang berjudul “Gel
Pengharum Ruangan Menggunakan Garam Laut Dengan Pewangi Minyak
Jeruk Nipis.” ini dapat diselesaikan sesuai dengan target dan waktu yang
direncanakan. Proses persiapan pelaksanaan, dan penyusunan proposal ini telah
melibatkan konstribusi pemikiran dan saran konstruktif banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :
1. DH. Guntur Prabowo, A.Pi., M.M, selaku Direktur Politeknik Kelautan dan
Perikanan Karawang.
2. Dr. Anthon Anthonny Djari. MS, selaku Dosen Pembimbing I
3. DH. Guntur Prabowo, A.Pi., M.M, selaku Dosen Pembimbing II
4. Anasri Tanjung, A. Pi, M. Si selaku Ketua Prodi Teknik Kelautan.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal kerja praktik akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis
berharap semoga proposal ini memberikan informasi dan manfaat bagi semua
pihak.

Karawang, Februari 2022

Ahmad Fakhrul Rijal

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
1. PENDAHULUAN...............................................................................................5
1.1 Latar belakang..........................................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................................6
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................6
2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................7
2.1 Garam.......................................................................................................................7
2.2 Gel Pengharum Ruangan..........................................................................................7
2.3. Minyak Jeruk Nipis.................................................................................................7
2.4. Karagenan...............................................................................................................8
2.5. Gom Xantan............................................................................................................8
2.6. Gelatin.....................................................................................................................8
3. METODOLOGI...............................................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................................10
3.2 Metode Penelitian...................................................................................................10
3.3 Alat dan Bahan.......................................................................................................10
3.3.1 Alat..................................................................................................................10
3.3.2 Bahan..............................................................................................................10
3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................................11
3.5 Alur Kerja..............................................................................................................12
4. PENUTUP.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Praktek.............................................................................10

iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 13.487
pulau yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang garis
katulistiwa dan 1.760 Km dari Utara ke Selatan. Keadaan tersebut menjadikan
Indonesia mempunyai garis pantai + 81.791 Km. Sehingga menjadikan Indonesia
memiliki banyak sumber daya dalam bidang kelautan seperti ikan, terumbu
karang, pohon mangrove, garam dan sebagainya yang dimanfaatkan sebagai salah
satu modal dalam pembangunan nasional.

Dalam pemanfaatanya garam merupakan mineral halide dengan komposisi


kimia sebagai NaCl (Natrium Clorida) terdiri dari berbagai kandungan Na
(natrium) sebanyak 39,3%, dan Cl (clorida) terdiri 60,7%. Setiap hari manusia
membutuhkan asupan garam minimal 0,3 gr dalam proses metabolisme dalam
tubuh. Selain itu garam juga dibutuhkan oleh industri untuk proses pengolahan
bahan dan Indrustri CAP (Chlor Plaant) seperti tekstil, kulit, kosmetik dan lain-
lain membutuhkan garam dengan kandungan NaCl yang lebih besar. Garam
dihasilkan melalui berbagai proses mulai dari kristalisasi air laut melaui berbagi
cara mulai dari tradisional mencakup perebusan garam dan penjemuran langsung
dengan menggunakan bantuan sinar matahari.

Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis antara lain, padat,
cair, semprot, dan gel. Pengharum berbentuk gel biasanya diletakan dengan cara
digantung atau diletakan di suatu tempat. Pengharum ruangan dalam bentuk
sediaan gel dalam penggunaanya lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan
pengharum ruangan dalam aerosol karena harus disemprot keruangan terlebih
dahulu. Selain itu, penharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah
dalam hal penyimpanan dan pengemasannya serta dapat menghambat pelepasan
zat volatile pada pengharum ruangan sehingga wanginya lebih tahan lama
(Rahmaisni, 2011).

Gel dapat dibuat dari bahan dasar yang berasal dari Indonesia dan alami,
seperti karagenan, kitosan, gelatin, gum dan pektin. Kappa karagenan merupakan
salah satu bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan gel, berasal dari
rumput laut Eucheuma cattonii atau yang sekarang dikenal dengan nama
Kappahycus alvarezii (Fitrah, 2013). Kappa karagenan membentuk gel yang keras
dan getas (Phillips dan Williams, 2000).

Gom xantan memiliki tiga sifat unggul yaitu, memiliki viskositas yang tinggi
pada konsentrasi rendah, bersifat pseudoplastik dan tidak peka terhadap
temperature, pH dan konsentrasi elektrolit. Ketiga sifat unggul tersebut
menjadikan gom xantan sangat berperan penting dalam industri makanan,
kosmetik, farmasi, kertas, cat, tekstil dan perekat. Selain itu juga berperan dalam
industri minyak dan industri gas (Jeeva, at al., 2011).

5
Gelatin biasa digunakan dalam sediaan farmasetis seperti sediaan topikal
maupun basis gel. Gelatin memiliki sifat fleksibel dengan bahan-bahan lain,
mengembang bila dicampur air, dan stabil dalam penyimpanan, mengandung
banyak ikatan protein sehingga meningkatkan kekuatan gel (Rowe, dkk., 2009).

Penggunaan gel pengharum ruangan menggunakan bahan-bahan alam dapat


dikembangkan melalui penelitian. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
untuk mengembangkan sediaan gel pengharum ruangan menggunakan garam laut,
karagenan, gom xantan dan gelatin dengan minyak jeruk nipis sebagai pewangi.
Pengharum ruangan berbentuk gel dikembangkan karena memiliki beberapa
kelebihan seperti tidak tumpah, lebih lama mengikat wangi, praktis, mudah dalam
pemakaian, bersifat elastis, dan bisa dikreasikan bentuknya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
 Apakah kombinasi garam laut, karagenan, gom xantan dan gelatin dapat
diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan?
 Apakah ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak jeruk nipis sebagai
pewangi pada gel pengharum ruangan?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesa dari penelitian ini adalah:
 Kombinasi garam laut, karagenan, gom xantan dan gelatin dapat
diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan.
 Ada pengaruh dari konsentrasi minyak jeruk nipis sebagai pewangi pada
gel pengharum ruangan.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah:
 Untuk mengetahui apakah kombinasi garam laut, karagenan, gom xantan
dan gelatin dapat diformulasikan sebagai basis gel pengharum ruangan.
 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari berbagai konsentrasi minyak
jeruk nipis sebagai pewangi pada gel pengharum ruangan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
 Memperoleh pengalaman tentang mengembangkan formulasi garam laut,
karagenan, gom xantan dan gelatin sebagai basis dalam pembuatan gel
pengharum ruangan
 Meningkatkan daya guna dari garam laut dengan minyak jeruk nipis dalam
gel pengharum ruangan.

6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Garam
Garam (NaCl) atau natrium klorida merupakan zat mineral yang sangat
penting bagi kesehatan manusia dan hewan, serta industri. Bentuk mineral halit ,
atau garam batu, kadang-kadang disebut garam biasa untuk membedakannya dari
kelas senyawa kimia yang disebut garam .
Garam sangat penting untuk kesehatan manusia dan hewan. Garam meja,
digunakan secara universal sebagai bumbu, berbutir halus dan memiliki
kemurnian tinggi. Untuk memastikan bahwa zat higroskopis ini (yaitu, menyerap
air) akan tetap mengalir bebas ketika terpapar ke atmosfer, sejumlah kecil natrium
aluminosilikat, tricalcium fosfat , atau magnesium silikat ditambahkan.

2.2 Gel Pengharum Ruangan


Gel pengharum ruangan adalah pengharum ruangan yang berbentuk gel yang
mengandung bahan pewangi. Saat ini dipasaran, produk pengharum ruangan
berbentuk gel sangat bervariasi dalam hal aroma, maupun kemasannya. Dengan
kemasan yang kecil dan penyimpanan yang mudah menjadikan pengharum
berbentuk gel ini lebih praktis dibandingkan dengan pengharum ruangan
berbentuk cair yang penggunaanya harus dengan penyemprotan (Wahyuni, 2016).
Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis, antara lain : bentuk
padat (untuk lemari dan toilet), cair, semprot, dan gel yang digunakan dengan cara
digantung atau diletakkan di suatu tempat. Bahan dasar pengharum ruangan ada
dua jenis yaitu air dan minyak. Biasanya pengharum yang menggunakan bahan
minyak dibuat dalam bentuk padat dan cair, sedangkan pengharum berbahan dasar
air memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, namun terurai sehingga aman
terhadap lingkungan. Bentuk pengharum ruangan dasar air dibuat dalam bentuk
gel, sedangkan dalam bentuk semprot biasanya menggunakan isobutane, n-butane,
propane atau campurannya (Sinurat, dkk., 2009).

2.3. Minyak Jeruk Nipis


Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini juga disebut sebagai minyak menguap, minyak eteris atau minyak
esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka
(Gunawan dan Sri, 2010).
Karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu
ruang. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti
daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Salah satu ciri
minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Karena itu minyak ini
banyak dijadikan wewangian dan kosmetika. Seperti yang sedang dikembangkan
saat ini yaitu pengharum ruangan.
Penggunaan minyak atsiri sebagai pengharum ruangan dapat membuat
udara di ruangan menjadi bersih, segar dan tidak pengap (Rusli, 2010). Limau

7
asam (jeruk nipis) asli dari golongan Key, Meksiko dan Hindia Barat merupakan
salah satu tipe dari spesies Citrus aurantifolia Swingle. Pada Universitas Sumatera
Utara13 zaman dahulu, tipe ini diklasifikasikan sebagai Citrus medica L., var.
acida Brandis. Pohonnya berukuran kecil, berduri dengan ranting halus dan daun
berukuran kecil, serta menghasilkan buah berukuran kecil dengan kulit yang
sangat tipis (Guenther, 1990).
Minyak limau digunakan sebagai ramuan untuk pemberi cita rasa dalam
minuman mengandung karbonat, tipe ginger ale nonalkoholat, yang sama
populernya dengan penggunaan dalam jenis minuman “Cola”, es krim, produk
panggang (roti dankue), kembang gula dan permen karet. Di samping itu,
digunakan juga minyak “presan dingin” atau minyak limau ecuelled, yang
memiliki bau yang sangat baik, seperti baud an flavor limau alamiah (Guenther,
1990).

2.4. Karagenan
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
hasil ekstraksi dari rumput laut. Karagenan terdapat dalam dinding sel rumput laut
atau matriks intraseluler nya dan merupakan bagian penyusun paling besar dari
rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain. Karagenan mengandung
natrium, kalium, magnesium dan kalsium yang dapat terkait pada gugus ester
sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak
digunakan pada sediaan makanan, farmasi, serta kosmetik sebagai bahan pembuat
gel dan pengental atau penstabil. Karagenan dapat digunakan dalam industri
pangan karena karakteristiknya yang dapat membentuk gel, bersifat mengentalkan
dan menstabilkan makanan (Rosmawaty, dkk., 2013).

2.5. Gom Xantan


Gom Xantan adalah polisakarida alami dan biopolar industri yang penting.
Diproduksi melalui kultur fermentasi murni dengan karbohidrat yang terjadi
secara natural, bakteri yang digunakan yaitu Xanthomonas campestris,
Xanthomonas malvacearum dan Xanthomonas axonopodis. Xanthan gum adalah
asam polimer terbuat dari subunit pentasaccharide membentuk tulang punggung
selulosa dengan trisakarida rantai samping terdiri dari mannosa (β 1,4) dan asam
glukuronat (β 1,2) (Padmaja, et al., 2013).

2.6. Gelatin
Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling
agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku
gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit) dan ikan (kulit) (Hastuti dan
iriane, 2007).
Gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi,
pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga
luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang

8
transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang
tinggi (Hastuti, 2007).

9
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Kerja praktik Akhir (KPA) akan dilaksanakan pada tanggal di
Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang.

Gambar 1. Lokasi praktek


3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, penelitian tahap pertama dengan cara
memformulasikan kombinasi garam laut, karagenan, xantan dan gelatin untuk
mendapatkan tekstur gel yang baik dan stabil. Penelitian tahap kedua adalah
memilih konsentrasi minyak jeruk nipis yang aromatik, unik dan disukai, dan
penelitian tahap ketiga adalah memilih konsentrasi minyak jeruk nipis yang akan
mempertahankan aroma gel pengharum ruangan.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, gelas beaker, gelas ukur,
pencetak gel, plastik, pipet tetes, spatula, sudip, termometer.

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah garam laut, karagenan, gom xantan, gelatin,
dan minyak jeruk nipis.

10
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Pada penelitian tahap pertama bertujuan
untuk mendapatkan tekstur gel yang baik. Formula yang digunakan antara lain
garam laut, karagenan, xanthan gum dan gelatin.
Tahap kedua untuk memilih rasa minyak jeruk nipis, untuk mendapatkan
konsentrasi minyak jeruk nipis yang memiliki aroma yang wangi, khas dan
disukai dengan menggunakan basis gel yang baik dan stabil.
Konsentrasi minyak jeruk nipis dengan aroma harum, khas dan disukai akan
digunakan pada penelitian tahap ketiga dengan memvariasikan konsentrasi garam
laut untuk mendapatkan konsentrasi wewangian. Konsentrasi garam laut yang
paling baik mempertahankan aroma minyak jeruk nipis ditentukan dengan uji
ketahanan aroma oleh panelis yang disimpan di berbagai lokasi selama 4 minggu.
Kriteria ruangan uji yang dipakai yaitu pada ruangan suhu kamar, ruangan AC
dan ruangan kipas angin.
Pengumpulan data yang diambil pada Praktik Kerja Akhir meliputi data primer
dan data sekunder sebagai berikut:
Data Primer
Pengumpulan data Primer meliputi:
a. Studi literature
yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan metode kerja
yang digunakan.
b. Metode eksperimental
Merupakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen (treatment/perlakuan) terhadap
variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendalikan
Data sekunder
Pengumpulan data sekunder meliputi:
a. Jurnal tentang pengharum ruangan
b. Arcgis

11
3.5 Alur Kerja
Alur Kerja yang akan dilaksanakan pada praktik adalah sebagai berikut :

Konsentrasi
Rasio
Perbandingan Uji Kestabilan
Garam laut, Gel
Karagenan,
Gom xantan Gel Uji Kesukaan
dan Gelatin
Pengharum
(Hedonic Test )
Ruangan

Konsentrasi
Minyak Uji Ketahanan
Jeruk Nipis Wangi Gel
Pengharum
Ruangan

12
4. PENUTUP
Demikian proposal Kerja Praktik Akhir dengan judul “Gel Pengharum
Ruangan Menggunakan Garam Laut Dengan Pewangi Minyak Jeruk Nipis”
dibuat dengan sebaik-baiknya dan sebagai syarat dalam melaksanakan Praktik
Kerja Akhir (KPA) di Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, sebagai
acuan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Akhir ( KPA), besar harapan penulis
untuk dapat melaksanakan Praktik Kerja Akhir di Politeknik Kelautan dan
Perikanan Karawang. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada pimpinan tempat Kerja Praktik Akhir. Akhirnya penulis berharap
semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi pertimbangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Cetakan I. Bandung: Penerbit ITB.


Halaman 128-130.

Anonim. (2016). Manfaat Pengharum Ruangan Menurut ‘Baunya’. Diakses


tanggal 07 September 2018.
https://www.rumahsae.com/2016/10/manfaatpengharum-ruangan-
menurut-baunya.html.

Ansel, H. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI


Press.Halaman 390-394.

Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau


Sensori. SNI-01-2346-200. Jakarta: Dewan Standarisasi Indonesia.
Halaman 5.

De Roos, K.B. (2003). Effect of Texture and Microstructure on Flavour Retention


and Release.International Dairy Journal.13(8): Halaman 593-605.

Ebookpangan. (2006). Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam Industri


Pangan. Diakses tanggal 30 Juli
2018.http://tekpan.unimus.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/Pengujian-
Organoleptik-dalam-Industri Pangan. pdf.

Fardiaz, D. (1989). Hidrokoloid. Bogor: Laboratorium Kimia dan Biokimia


Pangan Institut Pertanian Bogor.

Fitrah, A.N. (2013). Formulasi Gel Pengharum Ruangan menggunakan Karagenan


dan Glukomanan dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan Kenanga.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 1, 22, 24, 36, 38.

Funami, T. (2011). Next Target For Food Hydrocollooid Studies Texture Design
of Foods Using Hydrocolloid Technology. Food Hydrocoloids. 25 :
19041914.

Hargeaves, T. (2003). Chemical Formulation: An Overview of Surfactant-Based


Preparations Used in Everyday Life. England: Royal Society of Chemistry
Press. Halaman 119.

Herawati, H. (2018). Potensi Hidrokoloid sebagai Bahan Tambahan pada Produk


Pangan dan Nonpangan Bermutu. Jurnal Litbang Pertanian. 37 (1).
Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Halaman 17-25.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan.

14
Hidayat F. (2006). Pengaruh Kombinasi Karagenan dan Sodium Lauryl Sulfat
serta Penambahan Ekstrak Pemphis acidula terhadap Karakteristik Sabun
Mandi Cair. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 43.

Kariza, D.A. (2015). Ekstraksi Pektin dari Cincau Hijau (Premna oblongifolia.
Merr) untuk Pembuatan Gel Pengharum Ruangan. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. Halaman 2-3, 8-12.

Kaya,A.O.W., Suryani, A., Santoso, J., Rusli, M.S. (2015). The Effect of Gelling
Agent Concentration on The Characteristic of Gel Produced from The
Mixture of Semirefined Carragenan and Glukomanan.International
Journal of Science : Basic and Applied Research. 20 (1) : 313-324.

Kemenkes RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. Halaman 47, 905, 1070.

Ketaren, S. (1975). Minyak Atsiri. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian,


IPB. Halaman 36.

Lachman. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press. Halaman
49.

Li, J.M. danNie, S.P.(2016). The Functional and Nutritional Aspects of


Hydrocolloids in Foods. Food Hydroclloids 53 : 46-61.

Mas, S. (2013). Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap


Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Halaman 1, 5, 19.

Mulyono, E., Sumangat D., dan Hidayat T. (2012). Peningkatan Mutu dan dan
Efisiensi Produksi Minyak Akar Wangi melalui Teknologi Penyulingan
dengan Tekanan Uap Bertahap. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian.
8 (1).Halaman 36-37.

Pasaribu, M.S., Lubis Z., dan Ridwansyah. (2017). Pengaruh Perbedaan


Konsentrasi Xanthan Gum dengan Karagenan dan Lama Pemasakan
Terhadap Mutu Jelly Terong Belanda. J. Rekayasa dan Pert.5 (4).
Halaman 718.

Pors, J., and Fuhlendorff, R. (2003). Mapping of Chemical Substances in Air


Fresheners and Other Fragrance Iberating Products, Danish Enviromental
Protection Agency, Survey (30).

Pratiwi, A. (2010). Analisis Kandungan Formaldehid pada Pengharum Ruangan


Berbentuk Gel yang Beredar di Pasaran Kota Medan Tahun 2010.Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 7.

Sartono. (2002). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika. Halaman 10,
272.

15
Sharma, B.R., L. Naresh, Dhuldoya, N.C., Merchant S.U., Merchant U.C. (2006).
Xanthan Gum – A Boon to Food Industry. India: Food Promotion
Chronicle.1 (5). Halaman 27-30.

Sinurat, E., Murdinah, dan Rosmawaty P. (2009). Pengaruh Campuran Semi


Refined Carragenan (SRC) dan Locust Bean Gum (LGB) terhadap Sifat
Fisik dan Sensori Gel Pengharum Ruangan. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelatuan dan Perikanan. 4 (1). Halaman 13-14.

Suwandi. (1992). Isolasi dan Identifikasi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma
cottonii.Medan: Lembaga PenelitianUniversitas Sumatra Utara.

Tambun, M.U.D. (2017). Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan


Karagenan dan Pektin dengan Minyak Cendana sebagai Fiksatif dan
Minyak Kulit Kayu Manis sebagai Pewangi. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Halaman 22-25.

Vania, J., Utomo A.R., Trisnawati C.Y. (2017). Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Karagenan Terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Jelly
Drink Pepaya. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi.16 (1): 8-13.

16

Anda mungkin juga menyukai