Anda di halaman 1dari 9

Permasalahan dan

Pemikiran Para Tokoh


Pendidikan Nasional
Yang Berpengaruh
ANGGOTA
KELOMPOK 3
Auliana Laili Fajri Zakya (1107621109)
Nadra Maulida Pasha (1107621105)
Ranti Dwi Agustin (1107621094)
Tessalonika Reinhard Putri (1107621089)
Permasalahan :
Salah satu upayanya membetulkan arah kiblat masjid Agung Yogyakarta yang menurutnya tidak tepat arah dan
tidak sesuai perhitungan ilmu falakiyah yang dikuasainya. Ia mengedepankan dialog dengan mengundang 17
ulama terkemuka di Yogyakarta untuk musyawarah tentah arah kiblat namun musyawarah terdebut tidak
membuahkan hasil. Sementara itu beberapa orang yang sepakat dengan ide Kiai Ahmad Dahlan membuat garis
putih di pengimaman Masjid Gedhe Kauman, tujuannya untuk meluruskan arah kiblat masjid itu. Hal itu pun
membuat heboh jamaah. Setelah kejadian itu, Ahmad Dahlan pun diberhentikan sebagai khatib di Masjid Agung
Yogyakarta. Kiai Ahmad Dahlan kemudian merealisasikan ijtihad tentang arah kiblat di surau milik keluarganya.
Ia merenovasi surau milik keluarganya itu sehingga arahnya sesuai dengan arah kiblat yang dimaksudnya.
Setelah digunakan beberapa hari, Ahmad Dahlan mendapat perintah dari Penghulu Keraton untuk membongkar
surau tersebut. Terlebih arah surau milik Ahmad Dahlan berbeda dengan majid agung. Karena tak juga dibongkar,
pada satu malam beberapa warga yang menolak surau milik Ahmad Dahlan membongkar paksa bangunan itu.

Solusinya : KH Ahmad Dahlan membangun kembali musala


tersebut sesuai dengan arah masjid besar setelah berhasil
dibujuk oleh saudaranya, sementara arah kiblat yang
sebenarnya ditandai dengan membuat garis petunjuk di
bagian dalam masjid
K. H. Ahmad
Dahlan
Permasalahan : Pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan
kemudian mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaruan islam di Nusantara.
Pendirian Muhammadiyah ini mendapatkan penolakan yang
besar baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar.
Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru dan
menyalahi ajaran islam, ada pula yang menuduhnya kiai
palsu karena meniru bangsa Belanda yang Kristen. Bahkan
ada pula orang-orang yang mengancam akan
membunuhnya.
Solusi : perjuangan KH. Ahmad Dahlan tidak pernah putus

K.H. AHMAD asa. Bahkan gagasannya disebarkan melalui tabligh ke


berbagai kota melalui semua relasi dagangnya sehingga

DAHLAN pada akhirnya gagasannya pun diterima oleh masyarakat


di berbagai daerah hingga menyebar ke berbagai pelosok.
Permasalahan : Pada 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan
mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda
untuk mendapat status sebagai badan hukum. Permohonan
inipun baru dikabulkan pada 1914, dengan Surat Ketetapan
Pemerintah No. 81 Tanggal 22 Agustus 1914 menimbulkan
kekhawatiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda. Akan
tetapi Belanda hanya mengizinkan Muhammadiyah melakukan
kegiatannya di Yogyakarta saja. Meskipun kemudian berdiri
cabang-cabang Muhammadiyah di daerah lain. Terhadap
berdirinya cabang-cabang Muhammadiyah ini, pemerintah
Hindia Belanda menunjukkan ketidakberpihakannya

Solusi : Untuk mengatasi masalah ini, Ahmad Dahlan


menyiasati dengan mengganti nama cabang-cabang
Muhammadiyah di luar Yogyakarta dengan nama lain, seperti
K. H. Ahmad Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang,

Dahlan Ahmadiyah di Garut. hingga Sidiq Amanah Tabligh Fathonah


(SATF) di Solo
a. Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme di Indonesia)
pada 25 Desember 1912 dengan tujuan untuk kemerdekaan Indonesia, kemudian ditolak oleh Belanda karena
dianggap dapat menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat. Setelah pendaftaran status badan hukum Indische Partij
ditolak, Ki Hajar Dewantara ikut membentuk Komite Boemipoetra pada November 1913. Komite ini sekaligus
sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa.

b. Pada masa Penjajahan hanya kaum bangsawan dan pejabat-pejabat pro kolonial yang boleh mengenyam
pendidikan. Maka dari itu Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah Perguruan Taman Siswa resmi didirikan pada 3
Juli 1922 di Yogyakarta. Di sekolah ini Ki Hajar Dewantara berusaha memadukan pengetahuannya tentang
pendidikan gaya Eropa yang modern dengan seni-seni Jawa tradisional. Perguruan ini mengubah metode
pengajaran kolonial yaitu dari sistem pendidikan “perintah dan sanksi” kependidikan pamong yang sangat
menekankan pendidikan mengenai pentingnya rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Ki Hajar
Dewantara
c. Berhubungan dengan rencana perayaan tersebut, Ki
Hajar Dewantara mengkritik melalui tulisannya yang
berjudul Een voor Allen maar Ook Allen voor Een yang
artinya (Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu
juga) dan Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku
Seorang Belanda). Akibat dari tulisan “Seandainya Aku
Seorang Belanda”, pemerintah kolonial Belanda
menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan,
berupa hukum interning (hukum buang) yaitu sebuah

KI HAJAR hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal


yang boleh bagi seseorang untuk ia bertempat tinggal.

DEWANTARA Ki Hajar Dewantara akhirnya dihukum buang di Pulang


Bangka.
d. Dalam membangun Taman Siswa, banyak rintangan yang dihadapi Ki Hajar Dewantara. Pemerintah kolonial Belanda
berusaha membatasi dengan mengeluarkan ordonansi sekolah liar pada 1 Oktober 1932. Di Indonesia, Ki Hajar Dewantara
mencurahkan perhatian di bidang Pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Perguruan
Taman Siswa sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai tanah air
dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara tetap
rajin berkarya dengan menulis. Tema tulisannya kemudian beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisannya itulah Ki Hajar Dewantara berhasil meletakkan dasar-dasar
pendidikan nasional bagi negeri Indonesia

e. Kolonial Belanda juga mengadakan usaha bagaimana cara melemahkan perjuangan gerakan politik yang dipelopori
oleh Taman Siswa. Tindakan kolonial Belanda tersebut adalah “Onderwijs Ordonantie (OO) 1932” (Ordonansi Sekolah Liar)
yang dicanangkan oleh Gubernur Jenderal pada 17 September 1932. Dan pada 15-16 Oktober 1932 MLPTS mengadakan
sidang istimewa di Tosari Jawa Timur untuk merundingkan ordinasi tersebut. Media massa Indonesia hampir semuanya
menentang ordonansi tersebut. Dengan adanya aksi tersebut maka Gubernur Jenderal pada 13 februari 1933
mengeluarkan ordinasi baru yaitu membatalkan “OO 1932” dan berlaku mulai 21 Februari 1933.

Perjuangannya di bidang pendidikan dan politik inilah membuat


pemerintah Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam

Ki Hajar pemerintahan Republik Indonesia. Di antaranya adalah mengangkat Ki


Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1950),

Dewantara mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gajah Mada (1959)
serta diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 1959.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai