DISUSUN OLEH :
ELTHON FARAKNIMELA
61 60505 16 0133
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR
2021
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL ............................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL ......................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR NOTASI ............................................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
D. Batasan Masalah ................................................................................. 2
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 4
iv
C. Pengambilan dan Persiapan Bahan ..................................................... 23
1. Agregat .......................................................................................... 23
2. Aspal ............................................................................................. 24
3. Styrofoam ...................................................................................... 24
D. Pemeriksaan Karakteristik Bahan ...................................................... 25
1. Pemeriksaan Karakteristik Agregat(Data Sekunder) ..................... 25
2. Karakteristik aspal ......................................................................... 26
3. Pemeriksaan Berat Jenis Filler (Data Sekunder) ........................... 27
E. Komposisi Campuran Untuk AC – BC .............................................. 27
F. Pembuatan Benda Uji Untuk Campuran AC – BC ............................ 29
G. Pengujian Marshall Konvensional Campuran AC – BC ................... 29
H. Pengujian Marshall Immersion .......................................................... 29
I. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 30
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Agregat Kasar ..................................................................... 8
Tabel 2. Spesifikasi Agregat Halus ..................................................................... 10
Tabel 3. Gradasi agregat untuk campuran aspal ................................................. 11
Tabel 4. Persyaratan aspal keras ......................................................................... 12
Tabel 5. Toleransi Komposisi Campuran............................................................ 13
Tabel 6. Metode Pengujian Agregat.................................................................... 14
Tabel 7. Metode Pengujian Filler ....................................................................... 15
Tabel 8. Ketentuan sifat-sifat Campuran Laston (AC) ....................................... 16
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat ............................................. 25
Tabel 10. Hasil pemeriksaan Karakteristik Aspal .............................................. 26
Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Filler .................................................. 27
Tabel 12. Perancangan Komposisi Campuran yang direncanakan ..................... 27
Tabel 13. Rancangan Komposisi Campuran dengan Styrofoam ........................ 28
Tabel 14. Jumlah Benda Uji untuk Marshall Test .............................................. 29
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir ...................................................................... 21
Gambar 2: Bagan Alir Penelitian ........................................................................ 22
Gambar 3: Lokasi Pengambilan material Sungai Pucak ..................................... 23
Gambar 4: Butiran Hasil Pecahan Styrofoam...................................................... 24
vii
DAFTAR NOTASI
viii
W4 : Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (gram)
W5 : Berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)
W6 : Bahan lolos saringan No.200(%)
W7 : Berat Contoh Kering Oven
W8 : Berat Contoh Kering Permukaan
W9 : Berat Contoh Dalam Air
W10 : Berat Tertahan (gram)
W11 : Berat Total Sampel (gram)
W12 : Berat total benda uji sebelum dites (gram)
W13 : Berat benda uji yang tertahan pada saringan No.12 sesudah di tes
(gr)
X : Persen lolos saringan (%)
Y : Persen Tertahan Saringan (%)
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Di era yang modern ini, styrofoam merupakan salah satu pilihan yang paling
popular untuk digunakan sebagai pengemas barang-barang yang rentan rusak maupun
makanan sekalipun. Styrofoam memiliki keunggulan yaitu praktis dan tahan lama. Hal
inilah yang menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen
makanan untuk menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya
secara alami. Styrofoam adalah salah satu jenis plastik yang paling sulit terurai secara
Saat ini, styrofoam sudah termasuk pada salah satu sampah padat kota yang
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh styrofoam ini terhadap kesehatan dan
lingkungan, maka perlu dicari solusi agar penggunaannya dapat diminimalisir atau
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sungai Pucak dan styrofoam sebagai bahan tambah melalui pengujian Marshall.
batu Sungai Pucak dengan bahan tambah styrofoam dan campuran non limbah.
D. Batasan Masalah
3. Material yang digunakan adalah batu Sungai Pucak, Kabupaten Maros yang telah
4. Karakteristik agregat kasar dan halus dari batu Sungai Pucak merupakan data
5. Kadar aspal yang digunakan adalah 5% karena kadar aspal yang rendah memiliki
7. Campuran yang di kaji dalam penelitian ini yaitu campuran Lapisan Antara (AC-
– BC.
Malingga, 2021).
10. Gradasi dan komposisi agregat kasar, halus dan filler sesuai dengan pengujian
11. Komposisi kimia pada agregat dan bahan additive dan pengaruhnya terhadap
Immersion.
13. Aspal yang digunakan adalah aspal lokal dengan penetrasi 60/70
15. Komposisi styrofoam yang digunakan adalah 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2%.
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penelitian
Sistematikan penulisan dalam tugas akhir ini disajikan dalam beberapa bagian yang
ditempatkan sebagai ber per bab, dengan maksud agar memberikan gambaran yang
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau acuan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun material penyusun dari pada beton aspal adalah aspal, agregat, bahan
a. Aspal
Aspal adalah suatu bahan berbentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam atau coklat gelap, bersifat sebagai bahan perekat (cementious) yang akan
melembek dan meleleh bila dipanaskan. Bahan utama penyusun aspal yaitu
bitumen dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi (ASTM, 1994). Aspal
sebagai bahan pengikat dan pengisi rongga agregat dalam campuran aspal beton
memberi pengaruh pada konstruksi jalan yaitu tahan terhadap pelapukan yang
b. Agregat
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 divisi 6 revisi 3 ukuran butiran agregat,
1. Agregat kasar adalah batuan yang diperoleh dari alam berupa kerikil atau
batu pecah yang tertahan di ayakan no.4 (4,75 mm) dan memiliki ukuran
2. Agregat halus adalah agregat besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari
alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus
yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan
atau cara lainnya dari batuan (SNI 03-6820-2002). Agregat halus yang
digunakan dalam campuran harus bersih, kering, kuat, bebas dari lumpur dan
zat-zat organik lain yang dapat mengganggu serta terdiri dari partikel tajam
dan permukaan kasar. Oleh sebab itu, agregat berpengaruh besar terhadap
Bahan Pengisi (filler) adalah material berupa soil cement, debu batu, kapur,
semen portland atau bahan lainnya yang lolos dari ayakan no.200 yang memiliki
butiran yang halus, filler sebagai bahan pengisi berfungsi untuk mengurangi
besarnya rongga pada agregat kasar dalam campuran beton aspal sehingga dapat
Pemilihan jenis dan proporsi filler sebagai bahan pengisi juga akan
kandungan filler yang terlalu sedikit juga akan membuat campuran menjadi lebih
Agregat kasar untuk campuran beton aspal yang memenuhi persyaratan sebagai
2018):
1) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan
No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet,
dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya yang
2) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran
sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan
muka bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7619:2012.
4) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka
bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka
Rakyat, 2018):
1) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm).
2) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
3) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan
4) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
Tabel 2.
Bahan pengisi atau filler untuk campuran beton aspal yang memenuhi
1). Bahan pengisi yang ditambahkan dapat berupa debu batu kapur (limestone
dust), atau debu kapur padam atau debu kapur magnesium atau dolomit yang
diizinkan untuk campuran beraspal panas dengan bahan pengikat jenis aspal
2). Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136:2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 tidak kurang 75%
terhadap beratnya.
11
3). Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added), untuk semen harus dalam
rentang 1% sampai dengan 2% terhadap berat total agregat dan untuk bahan
total agregat. Khusus untuk SMA tidak dibatasi kadarnya tetapi tidak boleh
menggunakan semen.
a. Agregat Campuran
persen terhadap agregat dan bahan pengisi, berikut adalah ketentuan – ketentuan
Aspal adalah material thermoplastik yang akan menjadi keras atau lebih
kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cari jika temperatur
bertambah.
Aspal untuk lapis aspal beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi
60/70 atau 80/100 yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai
175°C tidak berbusa, dan memenuhi persyaratan yang tercantum pada Tabel 4.
c. Komposisi Campuran
Campuran untuk lapis aspal beton pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, dan aspal. Masing-masing fraksi agregat terlebih dulu harus
a. Agregat
b. Aspal
Pada pemeriksaan aspal, metode yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4,
Metode pengujian yang dilakukan untuk bahan pengisi (filler) dapat dilihat
Peracangan campuran adalah salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton aspal. Suatu rancangan campuran dengan proporsi yang baik, akan
ketentuan sifat-sifat campuran beton aspal seperti yang terdapat pada Tabel 8
berikut:
a. Stabilitas
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur, dan bleeding
lintas tinggi dan dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan
jalan dengan stabilitas tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai
1). Gesekan internal, yang berasal dari kekasaran permukaan butiran agregat,
luas bidang kontak, bentuk butiran, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan
2). Kohesi, adalah gaya ikatan aspal yang berasal dari daya lekat aspal terhadap
b. Durabilitas
lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan
jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air,
atau temperatur.
c. Fleksibilitas
dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi beban lalu lintas,
ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat diatas tanah
aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang
berupa (ruting) dan retak. Hal ini dapat tercapai jika mempergunakan kadar aspal
yang tinggi.
17
oleh perkerasan sehingga kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan
dapat dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara
1. Stabilitas
sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai
stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu
2. Flow (Kelelehan)
Flow atau kelelehan merupakan perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal
yang terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau
18
0,01”. Nilai flow diperoleh dari hasil pembacaan pada alat Marshall Test sewaktu
volume rongga yang berisi udara didalam campuran beraspal dinyatakan dalam %
volume.
Rongga didalam agregat (VMA) adalah volume rongga yang terdapat diantara
butir-butir agregat dari suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, termasuk
didalamnnya adalah rongga udara dan rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan
dalam % volume.
Rongga terisi aspal (VFB) adalah bagian dari volume rongga didalam agregat
kelakuan suatu campuran beraspal dalam menerima beban. Nilai MQ diperoleh dari
perbandingan antara nilai stabilitas yang telah dikoreksi terhadap nilai kelelehan
Stabilitas marshall sisa dianalisis dari data-data hasil pengujian terhadap sifat-
sifat mekanik benda uji (stabilitas dan flow) dibagi dalam dua kelompok. Kelompok
pertama diuji Stabilitas Marshallnya dengan perendaman dalam air pada suhu 60°C
19
selama waktu T1 dan kelompok kedua diuji setelah perendaman pada suhu 60°C
G. Styrofoam
Styrofoam adalah salah satu jenis polimer plastik yang bersifat termoplastik dimana
jika dipanaskan akan meleleh atau menjadi lunak dan mengeras atau kembali menjadi
padat jika didinginkan (Dharma Giri, 2008). Limbah ini banyak digunakan dalam
Karena sifatnya tidak mudah hancur styrofoam akan membutuhkan waktu yang lama
untuk diurai oleh alam bahkan tidak dapat terurai secara sempurna, butuh waktu lebih
dari 1000 tahun untuk styrofoam terurai menjadi mikro plastik. Sehingga masalah
limbah styrofoam merupakan salah satu masalah ancaman terhadap lingkungan yang
serius dan dapat membahayakan kehidupan. Styrofoam memiliki sifat sama dengan
aspal, sehingga styrofoam dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan tambah
pada campuran beton aspal yang dapat meningkatkan daya rekat antara agregat dan
aspal sehingga dapat meningkatkan kualitas campuran beton aspal, dan dapat
lapis yaitu 0%, 0,5%, 1%; 1,5% dan 2% dari berat total aspal.
20
Untuk Campuran Laston Lapisan Aus” 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
agregat dari Sungai Pucak serta aspal penetrasi 60/70 untuk campuran Laston Aus
agregat kasar 42,45%, agregat halus 45,18%, filler (semen) 5,36%, dan kadar aspal
optimum 5%.
karakteristik agregat kasar dan halus dari batuan Sungai Pucak Maros, karakteristik
3. Tjitjik Wasiah Suroso (2009) “Pengaruh Penambahan Plastik LDPE (Low Density Poly
Ethilin) dengan Cara Basah dan Cara Kering Terhadap Kinerja Campuran Beraspal”.
Menjelaskan cara penambahan bahan tambah plastik LDPE ke dalam campuran beraspal
Plastik Kemasan Berjenis Low Density Polyethylene (LDPE) terhadap Campuran Laston
5. Sari, dan Kiki Loilita (2015), melakukan penelitian mengenai “Dampak Penambahan
Polyethylene Terepthalate dalam campuran lapisan AC – BC Ditinjau dari Batas Atas dan
Sebagai acuan dalam penelitian, maka disusun kerangka pikir sebagai pedoman
Limbah styrofoam
METODE PENELITIAN
A. Tahap Penelitian
Penelitian ini adalah serangkaian pengujian di Laboratorium Jalan dan Aspal yang
Mulai
Studi Literatur
Test Marshall
Selesai
Persiapan bahan (material) yang akan diteliti merupakan hal awal yang harus
1. Agregat
diambil dari Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros. Perkerasan yang digunakan
dari Kota Maros menuju lokasi pengambilan agregat adalah perkerasan lentur.
Lokasi
pengambilan
agregat
manual (menggunakan tangan) yang dikumpul dari beberapa titik di lokasi yang sama
dan dimasukan kedalam karung. Jumlah material yang dibutuhkan dalam penelitian
Makassar.
2. Aspal
3. Styrofoam
elektronik yang diperoleh dari tempat pengumpulan sampah di Jl. Biring Romang yang
butiran yang lebih kecil dan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
karakteristik agregat kasar dan agregat halus menggunakan batu Sungai Pucak
2. Karateristik aspal
aspal oleh Yospina Malingga’ (2021) sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 10
berikut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pemeriksaan Berat Jenis Filler
oleh Yospina Malingga’ (2021) sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Pemeriksaan SNI
Berat Jenis Filler ASTM - - % 3,09 Memenuhi
Semen 136:
2012
Sumber: Hasil penelitian sebelumnya Yospina Malingga’,2021.
merupakan komponen terbesar dalam campuran, aspal, dan bahan pengisi dengan
Kadar aspal yang digunakan memiliki kadar 5,0%. Setelah merancang komposisi
Styrofoam dilakukan dengan cara kering yaitu dimasukkan ke dalam agregat yang
Benda uji yang digunakan dalam pengujian Marshall ini adalah 18 buah, dengan
rincian tiga buah sampel untuk setiap kadar yang akan diuji Marshall Konvensional
dan tiga buah sampel dari satu kadar Styrofoam optimum yang akan diuji Marshall
Immersion.
nilai stabilitas, kelelehan (flow), VIM (Void In Mix) dan VMA (Void In Mineral
Agregate). Tahap ini mengacu pada Society for testing and Material 1989 (ASTM d-
1559). Jumlah benda uji yang digunakan pada pengujian ini adalah sebanyak 15
sampel.
terhadap lama perendaman, suhu, dan air. Yang prosedur pengujiannya sama dengan
jam dengan suhu 60°C, yang berdasarkan campuran dengan kadar optimum.
Pengujian ini mengacu pada Society for testing and Material 1989 (ASTM d- 1559).
Sungai Pucak dan styrofoam sebagai bahan tambah melalui pengujian Test
Marshall.
batu Sungai Pucak dengan bahan tambah styrofoam dan campuran non limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Asaryanti, D. W., Rahmawati, A., & Adly, E. (2012). Pengaruh Limbah Padat
Ida Bagus Dharma Giri 2008. Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Dengan
Penambahan Styrofoam.
Laboratorium Jalan dan Aspal., (2018). Panduan Praktikum Jalan dan Aspal Teknik
Sipil, UKIP Makassar.