Anda di halaman 1dari 105

SEMINAR HASIL

PENGARUH PENAMBAHAN ABU KULIT KOPI PADA


TANAH LEMPUNG DENGAN UJI KUAT TEKAN BEBAS

DISUSUN

OLEH :

RICHAL ARMANDO LANTIUNGA


61 60505 17 0265

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

SAMPUL ………………………………………………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL TUGAS AKHIR ……………………….ii
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR HASIL ……….…………………….iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………….v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..viii
DAFTAR NOTASI ……………………………………………………………...ix
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………...2
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………3
D. Batasan Masalah ……………………………………………………….3
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..3
F. Sistematika penulisan ………………………………………………….4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Lempung ……………………..…………………………………6
B. Klasifikasi Tanah .……………………………………………………...7
1. Klasifikasi Tanah Unified Soil Classification System (USCS) ……8
2. Klasifikasi Tanah AASTHO ……………………………………..12
C. Abu Kulit Kopi ……………………………………………………….13
D. Perbaikan Tanah ……..……………………………………………….14
E. Stabilisasi Tanah Dengan Abu Kulit Kopi …………………………...15
F. Uji Sifat Fisik Tanah ………………………………………...………..16
1. Kadar Air Tanah (Water Content or Moisture)………….……….16
2. Berat Jenis (Specific Gravity) ………….…………………..….....16
3. Batas – batas Attrerberg ……………………………….………...16
4. Gradasi Butiran ………………………………………………….18
G. Pemadatan Tanah ……………………………………………………..19

iv
H. Kuat Tekan Bebas …………………………………………………….20
I. Kuat Geser Tanah …………………………………………………….21
J. Kerangka Pikir …………………………………………………..……22
K. Penelitian Sebelumnya ……………………………………………….22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Diagram Alir Penelitian ……………………………………………....25
B. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah dan Kulit Kopi …………...…….26
C. Metode Pengambilan Sampel Tanah dan Kulit Kopi ……………...…27
D. Jenis Penelitian …………………………………………….…………27
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………….………………...28
F. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………………………28
G. Prosedur Pengujian Laboratorium ……………………………………29
1. Uji Sifat Fisik Tanah …………………………………………….29
2. Pengujian Kompaksi (Modified Proctor) ASTM D-557 ………..37
3. Pengujian UCT (Unconfined Compression Test) ASTM D 2166-06
……………………………………………………………………38
H. Rancangan Benda Uji ………………………………………………...39
I. Pengujian Sampel …………………………………………………….40
J. Analisis Data ………………………………………………………….41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……………………………………………………….42
1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ……………………………………..42
2. Pengujian Kompaksi (Modified Proctor) ………………………..46
3. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) …52
B. Pembahasan Hasil Penelitian ….…..………………………………….54
1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ……………………………………..54
2. Pengujian Kuat Tekan Bebas dengan Penambahan Abu Kulit Kopi
……………………………………………………………………55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………...……………………………54
B. Saran …………………………………………………………………..55

v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan potensi pengembangan dengan indeks plastis ………….……7


Tabel 2. Simbol Klasifikasi Tanah Berdasarkan Unified System ………………...9
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah USCS 1 …………………...……………...…10
Tabel 4. Sistem Klasifikasi Tanah USCS 2 ……………………………...……...11
Tabel 5. Klasifikasi Tanah Untuk Tanah Dasar Jalan Raya, AASHTO ………...12
Tabel 6. Persentase senyawa abu kulit kopi (laboratorium kimia analitik, fakultas
mipa, universitas udayana, bali) ………………………………………14
Tabel 7. Berat Jenis Tanah (Specific gravity) …………………………………….16
Tabel 8. Nilai indeks plastisitas dan macam tanah …………...…………………..18
Tabel 9. Alat-alat Yang Digunakan ……………………………………………..28
Tabel 10. Rancangan Benda Uji …………………………………………………40
Tabel 11. Pengujian Sampel ……………………………………………………..40
Tabel 12. Hasil Pengujian Batas-Batas Atterberg ……………………………….43
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah ………………………45
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Rata-rata Pengujian Sift Fisik Tanah ……………..45
Tabel 15. Hasil Perhitungan Pemadatan Titik 1 Variasi 0% …………………….46
Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kompaksi Pada Titik 1 ………………..49
Tabel 17. Hasil Perhitungkan Pemadatan Titik 2 Variasi 0% …………………...49
Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kompaksi Pada Titik 2 ………………..52
Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas ……………………..53

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pikir ……………………………………………………….22
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian ...…………………………………………...25
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel ……………………...…………………26
Gambar 4 Lokasi Pengambilan Kulit Kopi ………………………………...……26
Gambar 5. Grafik Pembagian Butiran Tanah Titik 1 ……………………………44
Gambar 6. Grafik Pembagian Butiran Tanah Titik 2 ……………………………44
Gambar 7. Grafik Kompaksi (Modified Proctor) Titik 1 Variasi 0% …………...47
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Kulit Kopi dengan Kepadatan
Kering Titik 1 ………………………………………………………..49
Gambar 9. Gambar Kompaksi (Modified Proctor) Titik 2 Variasi 0% …………50
Gambar 10. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Kulit Kopi dengan Kepadatan
Kering Titik 2 ………………………………………………………..52
Gambar 11. Grafik Hubungan antara Nilai qu(kg/cm2) dengan Variasi Campuran
Abu Kulit Kopi Titik 1 ………………………………………………53
Gambar 12. Grafik Hubungan antara Nilai qu(kg/cm2) dengan Variasi Campuran
Abu Kulit Kopi Titik 2 ………………………………………………54
Gambar 13. Grafik Plasticity Chart ……………………………………………...55

viii
DAFTAR NOTASI

Atterberg Limits : Batas Konsistensi


Compaction : Pemadatan
Dry density : Volume Kering
Gs : Berat Jenis
Liquid Limit (LL) : Batas Cair
Plasticity Chart : Bagan Plastisitas
Plastis Limit (PL) : Batas Plastis
Shrinkage Limit (SL) : Batas Susust
Tanah (gr) T : Faktor koreksi suhu (°)
W : Kadar Air (%)
W1 : Berat Cawan + Tanah Basah (gr)
W2 : Berat Cawan + Tanah Kering (gr)
W3 : Berat Cawan (gr)
W4 : W1 – W2
W5 : W2 – W3
W2 : Berat Piknometer tambah air (gr)
W3 : Berat Piknometer tambah tanah (gr)
W5 : Berat Piknometer berisi air

ix
DAFTAR SINGKATAN
AASHTO : American Association Of State Highway And
Transpotation Official
ASTM : American Standar Testing Material
UCT : Unconfined Compression Test
USCS : Unified Soil Clasification System

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sedang melaksanakan pembangunan dengan pesat terutama pada

daerah-daerah yang padat penduduknya. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya

gedung-gedung dan banyaknya penambahan ruas-ruas jalan dalam mendukung

perkembangan daerah-daerah tersebut.

Dalam mendukung perkembangan pembangunan suatu daerah, diperlukan

suatu teknologi konstruksi yang memadai untuk mengatasi perkembangan yang

ada. Perkembangan teknik sipil sangat diharapkan untuk dapat menemukan suatu

teknologi konstruksi baru yang lebih efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun dalam pelaksanaan pembangunan gedung atau pembuatan jaringan

jalan sering menghadapi beberapa kendala. Salah satu kendala yang banyak

dihadapi di beberapa daerah adalah kondisi tanah dasar yang dilewati ruas jalan

atau tempat area bangunan secara teknis tidak memenuhi persyaratan sebagai tanah

dasar. Seperti yang terjadi pada Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten

Toraja Utara yang sedang dalam proses perbaikan dan pelebaran jalan yang

mengalami longsor akibat bekas galian. Akibat bekas galian ini mudah tergerus air

sehingga menurunkan daya dukungan tanah dan kuat geser tanah. Oleh karena itu

pada Desa Rantebua yang memiliki kondisi demikian perlu dicari solusi

pemecahnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan

pelaksanaan pekerjaan perbaikan tanah.


2

Salah satu metode perbaikan tanah adalah dengan metode kimiawi. Perbaikan

tanah dengan metode kimiawi yaitu menambahkan bahan kimia tertentu dengan

material tanah, sehingga terjadi reaksi kimia antara tanah dengan bahan

pencampurnya, yang akan menghasilkan tanah yang lebih baik. Salah satu bahan

kimia yang dapat digunakan dalam perbaikan tanah adalah abu kulit kopi dari hasil

pembakaran limbah kulit kopi.

Limbah kulit kopi merupakan limbah padat dari pabrik pengolahan buah kopi.

Di salah satu pabrik kopi di daerah Toraja Utara limbah kulit kopi banyak dibuang

atau ditumpuk begitu saja dalam lahan kosong dekat lokasi pabrik setempat, tanpa

ada warga yang berinisiatif untuk memanfaatkan atau mengelolah limbah kopi. Hal

ini tentunya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan

baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai perbaikan tanah dengan memanfaatkan abu kulit kopi dari hasil

pembakaran limbah kulit kopi sebagai bahan kimiawi untuk meningkatkan nilai

kuat tekan bebas (Unconfined Compression Test) dan daya dukung tanah dengan

menggunakan campuran tersebut dengan judul: PENGARUH PENAMBAHAN

ABU KULIT KOPI PADA TANAH LEMPUNG DENGAN UJI KUAT

TEKAN BEBAS.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat-sifat fisik tanah pada Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua,

Kabupaten Toraja Utara?


3

2. Bagaimana pengaruh penambahan abu kulit kopi terhadap kuat tekan bebas

pada tanah Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara

dengan uji UCT (Unconfined Compression Test)?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua,

Kabupaten Toraja Utara.

2. Mengetahui pengaruh penambahan abu kulit kopi terhadap kuat tekan bebas

pada tanah Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara.

D. Batasan Masalah

1. Pengujian karakteristik tanah berupa pengujian kadar air, berat jenis, batas-

batas atterberg, dan gradasi.

2. Dalam penelitian ini metode pengujian yang dilakukan mengacu pada American

Society for Testing Material (ASTM).

3. Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah lempung yang berasal

dari Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara sebanyak

20 kg masing-masing titik.

4. Bahan tambah yang digunakan merupakan kulit kopi yang diambil dari pabrik

kopi PT. Toarco Jaya, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara.

5. Variasi kadar abu kulit kopi yang dicampurkan sebesar 0%, 8%, 12% dan 16%

terhadap tanah kering total.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagaimana pengaruh penambahan abu kulit kopi pada

tanah pada uji kuat tekan bebas.


4

2. Meningkatkan daya dukung pada tanah sehingga memenuhi syarat dan

spesifikasi yang telah ditentukan.

3. Menjadi referensi bagi Mahasiswa yang akan melakukan kajian terhadap

penelitian-penelitian berikutnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini merupakan gambaran dari keseluruhan uraian agar

masalah - masalah yang akan dibahas menjadi jelas dan mudah dipahami.

Adapun garis besar penulisan ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini mengemukakan latar belakang permasalahan,

rumusan masalah dan tujuan penelitaian, pokok bahasan dan

batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini mengulas tentang teori-teori yang digunakan sebagai

dalam acuan skripsi ini. Tinjauan pustaka dilakukan pada buku-

buku referensi yang ada, jurnal, bahan kuliah dan sumber lain yang

mendukung penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini memaparkan dan menguraikan mengenai langkah-langkah

tahapan penelitian yang mencakup tentang penetapan metode

analisis, identifikasi data, pola pengumpulan data dan pengolahan

data.

BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan


5

Bab ini merupakan bagian analisis dan pembahasan dari data-data

yang diperoleh serta merupakan inti dari penulisan yang

membahas tentang “Pengaruh penambahan abu kulit kopi pada

tanah lempung dengan uji kuat tekan bebas”.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan menerangkan tentang kesimpulan beserta saran yang

diperlukan untuk penelitian lebih lanjut dari tugas akhir ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil atau

sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50% akan bersifat lengket (kohesif)

dan sangat lunak (Bowles, 1991).

Menurut (Hardiyatmo, 1992) sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah

memiliki ukuran butiran yang halus kurang dari 0,002 mm, permeabilitas rendah,

kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kemampuan kembang susut

yang tinggi, dan proses konsolidasi lambat.

Sifat dan perilaku lempung terlihat pada komposisi mineral, unsurunsur

kimianya, dan partike-partikelnya serta pengaruh yang ditimbulkan di lingkungan

sekitarnya. Sehingga untuk dapat memahami sifat dan perilakunya diperlukan

pengetahuan tentang mineral dan komposisi kimia lempung, hal ini dikarenakan

mineralogi adalah faktor utama untuk mengontrol ukuran, bentuk dan sifat fisis

serta kimia dari partikel tanah. Tanah lempung memiliki sifat yang khas yaitu

apabila dalam keadaan kering di akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat

lunak plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga

mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air.

Tanah yang akan dipergunakan dalam pekerjaan Teknik Sipil memiliki

beberapa kriteria, diantaranya haruslah mempunyai indeks plastisitas < 17 %,

karena sifat tanah tersebut mudah menyerap air, tanah dengan IP > 17 %

dikategorikan sebagai tanah lempung (Hardiyatmo HC,1992). Jenis tanah yang

6
7

perlu diperhatikan sebagai dasar struktur bangunan adalah jenis tanah lempung.

Salah satu jenis tanah yang memiliki stabilitas yang tidak mendukung adalah tanah

lempung ekspansif yang merupakan tanah yang memiliki kembang susut yang

tinggi dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh air. Proses kembang susut lempung

ekspansif dapat dipengaruhi oleh lingkungan diantaranya terjadi perubahan iklim,

curah hujan yang tinggi, sistem drainase dan fluktuasi muka air tanah.

Potensi pengembangan yang dimiliki suatu tanah lempung ekspansif dalam

kapasitas/tingkat pengembangan perlu diketahui. Hal ini penting karena potensi

bahaya yang diakibatkan oleh pengembangan tanah dapat menyebabkan kerusakan

pada konstruksi bangunan. Sejumlah usaha/percobaan telah dilakukan untuk

mendapatkan metoda identifikasi yang dapat diandalkan.

Tabel 1. Hubungan potensi pengembangan dengan indeks plastis


Potensi Pengembangan Indeks Plastisitas (%)

Rendah 0 – 15

Sedang 10 – 35

Tinggi 20 – 55

Sangat Tinggi > 55


(Sumber : Chen, 1975 dalam Agung Prihanto, 2001)

B. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah merupakan bagian dari pengelompokan tanah yang

disesuaikan dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu.

Klasifikasi tanah bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi tanah, untuk

menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu dan berguna untuk


8

menyampaikan informasi mengenai keadaan tanah dari suatu daerah dengan daerah

lainnya dalam bentuk suatu data dasar (Bowles,1991).

Tanah (soil) berasal dari bahasa latin “solum” yang berarti bagian teratas dari

kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah (Kalsim dan Sepei,

2003). Tanah merupakan akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau

lemah ketika mengikat antar partikel, yang disebabkan oleh pelapukan dari batuan.

Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori yang

berisi air dan atau udara.

Tanah diklasifikan menjadi 2 bagian yaitu tanah kohesif dan tanah non kohesif

yang biasa disebut dengan tanah berbutir halus dan berbutir kasar. Tanah yang akan

dipergunakan dalam pekerjaan teknik sipil memiliki beberapa kriteria, diantaranya

haruslah mempunyai indeks plastis <17% karena sifat tanah tersebut mudah

menyerap air, tanah dengan IP >17% dikategorikan sebagai tanah lempung

(Hardiyatmo HC,1992).

Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan yaitu sistem klasifikasi Unified

dan AASHTO sebagai berikut:

a. Klasifikasi tanah Unified Soil Classification System (USCS)

Sistem klasifikasi Unified paling banyak digunakan untuk pekerjaan teknik

pondasi seperti untuk bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis.

Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara dan untuk spesifikasi

pekerjaan tanah untuk jalan.

Klasifikasi berdasarkan Unified system (Das. Braja. M, 1995), tanah

dikelompokkan sebagai berikut :


9

1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) merupakan tanah kerikil dan

pasir yang dimana apabila kurang dari 50 % berat total contoh yang tertahan

dalam saringan No. 200. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh ukuran

butiran dan gradasi butiran.

2. Tanah berbutir halus (fine grained soil) yaitu tanah dimana lebih dari 50%

berat total contoh tanah yang lolos saringan No. 200.

Untuk klasifikasi yang tepat perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut :

1) pada persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (fraksi halus)

2) persentase fraksi kasar yang tertahan pada saringan No.200.

3) koefisien keseragaman dan koefisien gradasi untuk tanah dimana dengan

persentase 0-12% yang lolos saringan No. 200

4) batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos saringan

No. 4 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos saringan No. 200).

Selanjutnya tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan sub

kelompok seperti terlihat dalam tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Simbol Klasifikasi Tanah Berdasarkan Unified System


Jenis tanah simbol Sub kelompok simbol
Gradasi baik W
Kerikil G Gradasi buruk P
pasir S Berlanau M
Berlempung C

Lanau M
Lempung C LL<50% L
Organik O LL>50% H
Gambut PT

(Sumber : Bowles,1991)
10

Sistem klasifikasi tanah yang digunakan bisa dilihat pada tabel 3 dan 4
sebagai berikut :
Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah USCS 1
PEMBAGIAN UTAMA SIMBOL NAMA JENIS TANAH
1 2 3 4
KERIKIL Kerikil,kerikil campur pasir
Lebih dari setengah materialnya lebih kasar dari saringan

lebih dari GW bergradasi baik tanpaatau


Kerikil bersih (tanpa atau
setengah dengan sedikit bahan halus.
sedikit mengandung
fraksi Kerikil, kerikil campur pasir
bahan halus)
kasarnya GP bergradasi buruk tanpa atau
TANAH BERBUTIR KASAR

lebih besar dengan sedikit bahan halus.


dari saringan Kerikil lanauan, kerikil
Kerikil dengan bahan GM
No.4 campur pasir dan lanau
halus (banyak
Kerikil lempungan, kerikil
mengandung bahan halus) GC
No.200

campur pasir dan lempung


Pasir, pasir kerikilan
SW bergradasi baik tanpa atau
PASIR lebih Pasir bersih (tanpa atau
dengan sedikit bahan halus.
dari sedikit mengandung
setengah Pasir, pasir kerikilan
bahan halus)
fraksi SP bergradasi buruk tanpa atau
kasarnya dengan sedikit bahan halus.
lebih halus Pasir kelanauan, pasir
Pasir dengan bahan halus
dari saringan campur lanau Pasir
(banyak mengandung SM
No.4 kelmpungan, pasir campur
bahan halus)
lempung
Lanau organik dan pasir
Lebih dari setengah materialnya lebih halus dari saringan No.200

sangat halus, tepung batu,


pasir halus, tepung batu, pasir
ML
halus, kelanauan atau
kelempungan atau lanau
kelempungan sedikit plastis.
Lempung anorganik dengan
TANAH BERBUTIR HALUS

Batas cair kurang dari 50


plastisitas rendah sampai
LANAU CL sedang, lempung kerikilan,
DAN lempung pasiran, lempung
LEMPUNG lanauan, lempung humus.
Lempung organik dan
OL lempung lanauan organik
dengan plastisitas rendah.
Lempung anorganik, tanah
pasiran halus atau tanah
MH
lanauan mengandung mika
atau diatomo lanau elastis.
Batas cair lebih dari 50 Lempung anorganik dengan
CH plastisitas sedang sampai
tinggi,lanau organik.
Lempung anorganik dengan
OH plastisitas sedang sampai
tinggi, lanau organik.
TANAH ORGANIK Gambut dan tanah organik
PL
lainnya.
(Sumber : Geoteknik dan Mekanika Tanah, Ir.Shirley LH, hal:149
11

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Tanah USCS 2


SIMBOL KRITERIA KLASIFIKASI LABORATORIUM

D60
Cu = lebih besar dari 4
D10
GW D30
Cc = antara 1 dan 3
Tentukan persentase D10 𝑥 𝐷60
kerikil dan pasir dari
kurva pembagian butir.
GP Berdasarkan pada Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk GW
persentase bahan halus
(fraksi lebih halus dari Batas Atterberg di bawah Di atas garis “A” dengan PI
saringan No.200). tanah garis “A” atau PI kurang antara 4 dan 7 terdapat pada
GM berbutir kasar dari 4. garis batas dan menggunakan
diklasifikasikan sebagai simbol ganda.
berikut:
− Kurang dari 5% Batas Atterberg di atas
GW, GP, SW, SP garis “A” atau PI lebih
GC
− Lebih dari 12% GM, besar dari 7.
GC, SM, SC
− 5% sampai 12% D60
pada garis batas Cu = lebih besar dari 6
D10
SW D30
menggunakan Cc = antara 1 dan 3
simbol ganda D10 𝑥 𝐷60

Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk SW


SP

Batas Atterberg di atas Batas Atterberg yang masuk


SM garis “A” dengan PI pada daerah arsir dengan PI
lebih besar dari 7. antara 4 dan 7 disebut kasus
garis batas dan menggunakan
SC simbol ganda.

ML
60
CH
CL H
INDEKS PLASTISITAS

50
OL 40
MH 30
CL OH
CH &
20 MH
OH 10

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

BATAS CAIR (LL)


KLASIFIKASI LABORATORIUM UNTUK TANAH BERBUTIR HALUS
(Sumber: Geoteknik dan Mekanika Tanah,Ir.Shirley LH,hal: 151)
12

b. Klasifikasi tanah AASTHO

Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and

Transportation Officials Classification) berguna untuk menentukan kualitas

tanah untuk perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade.

Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah ke dalam 8 kelompok, A-1

sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya

dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus

empiris. Pengujian yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-batas

Atterberg.

Tabel 5. Klasifikasi Tanah Untuk Tanah Dasar Jalan Raya, AASHTO


Tanah Berbutir
Klasifikasi
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan
Umum
no200)
Klasifikasi A-1 A-3 A-2
kelompok A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis
ayakan no.
200
(%lolos)
No. 10 Maks 50
No. 40 Maks 30 Maks 50 Min 51
No. 200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi
yang lolos
ayakan no.
40
Batas cair
(LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks
Plastis (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Tipe
material Batu pecah, kerikil Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
yang paling dan pasir halus berlempung
dominan
Penilaian
sebagai Baik sekali sampai baik
tanah dasar
(Sumber : Braja M. Das, 1995)
13

Lanjutan Tabel 5

Tabel 5. Klasifikasi Tanah Untuk Tanah Dasar Jalan Raya, AASHTO


Klasifikasi Tanah Lanau-Lempung
umum (lebih dari 35% dari seluruh tanah lolos ayakan no. 200)
A-7
Klasifikasi
A-4 A-5 A-6 A-7-5*
kelompok
A-7-6’
Analisis ayakan
no. 200 (%lolos)
No. 10 - - - -
No. 40 - - - -
No. 200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi
yang lolos ayakan
no. 40
Batas cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastis (PI) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Tipe material
yang paling Tanah berlanau Tanah berlempung
dominan
Penilaian
sebagai Biasa sampai jelek
tanah dasar
* Untuk A-7-5 ≤ LL – 30
** Untuk A-7-6 < LL – 30
(Sumber : Braja M. Das, 1995)

C. Abu Kulit Kopi

Abu kulit kopi merupakan hasil pembakaran limbah kulit kopi dari hasil

pengolahan buah kopi, limbah ini jumlahnya sangat banyak di Indonesia, namun

belum dimanfaatkan secara optimal. Apabila limbah kulit kopi ini dapat

dimanfaatkan secara optimal dan penggunaanya dapat diaplikasikan pada dalam

perbaikan pada tanah, maka hal ini dapat mengurangi pencemaran dari limbah

tersebut dan dapat menjadi bahan untuk penelitian mengenai stabilisasi pada tanah.

Kandungan unsur yang terkandung dalam abu kulit kopi diperoleh berdasarkan

metode Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) di laboratorium Kimia

Analitik, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali. Dari unsur tersebut kemudian

dilakukan pendekatan dengan metode perbandingan massa atom relatif dan massa
14

molekul relatif untuk memperoleh persentase senyawa yang terkandung (Gusti

Ngurah Sasmitha, Ketut Sudarsana 2014).

Tabel 6. Persentase senyawa abu kulit kopi (Laboratorium Kimia


Analitik, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali)
Senyawa Persentase
CaO 39.39
SiO2 0.65
Al2O3 3.37
Fe2O3 2.07
Mg2O3 8.76
Senyawa lain 45.75
(Sumber : Deni Subagio, 2019)

D. Perbaikan Tanah

Perbaikan tanah (soil improvement) adalah suatu jenis stabilisasi tanah yang

dimaksudkan untuk memperbaiki dan/atau mempertahankan kemampuan dan

kinerja tanah sesuai syarat teknis yang dibutuhkan, dengan menggunakan bahan

additive (kimiawi), pencampuran tanah (re-gradation), pengeringan tanah

(dewatering) atau melalui penyaluran energi statis/dinamis ke dalam lapisan tanah

(fisik).

Perbaikan tanah (soil improvement), relevan dengan stabilisasi kimia dan

stabilisasi fisik. Namun apabila ditinjau dari proses yang terjadi dalam pelaksanaan

stabilisasi tanah, maka stabilisasi tanah dapat dibedakan atas tiga jenis, yakni :

1. Stabilisasi Kimiawi yaitu menambahkan bahan kimia tertentu dengan material

tanah, sehingga terjadi reaksi kimia antara tanah dengan bahan pencampurnya,

yang akan menghasilkan material baru yang memiliki sifat teknis yang lebih

baik.

2. Stabilisasi Fisik yaitu mengenakan energi dari beban dinamis atau beban statis

ke dalam lapisan tanah, sehingga terjadi dekomposisi baru dalam massa tanah,
15

yang akan memperbaiki karakteristik lapisan tanah sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai.

3. Stabilisasi Mekanis yaitu stabilisasi dengan memasukkan material sisipan ke

dalam lapisan tanah sehingga mampu meningkatkan karakteristik teknis dalam

massa tanah sesuai dengan tujuan Tindakan stabilisasi yang ingin dicapai.

E. Stabilisasi Tanah Dengan Abu Kulit Kopi

Perbaikan tanah dengan abu (soil ash) yaitu perbaikan tanah dengan

menggunakan bahan abu sebagai pencampuran. Perbaikan tanah dengan abu

merupakan stabilisasi tanah metode kimiawi. Abu kulit kopi merupakan bahan yang

berbentuk seperti bubuk (powder) yang dapat dilarutkan dengan air. Sehingga tanah

yang distabilkan dengan menggunakan abu kulit kopi tidak berpolusi terhadap

lingkungan.

Diharapkan dengan penambahan abu kulit kopi ini akan meningkatkan kohesi

tanah (c), sudut geser dalam tanah (), berat volume tanah (), sekaligus

memperkecil tekanan pori tanah (u), karena ukuran partikel abu kulit kopi yang

kecil dan ringan akan memperkecil angka porositas dalam massa tanah.

Peningkatan parameter-parameter tersebut, memberikan dampak signifikan

terhadap peningkatan daya dukung (qu) dan kuat geser tanah ().

F. Uji Sifat Fisik Tanah

1. Kadar air (Water Content or Moisture)

Kadar Air (water Content or Moisture) adalah perbandingan antara berat

air yang terkandung di dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut yang
16

dinyatakan dalam persen (%). Kadar air tanah dapat digunakan untuk

menghitung parameter sifat-sifat tanah.

Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur kadar air suatu

contoh tanah antara lain adalah :

a) Metode pengeringan dengan oven (oven drying method)

b) Pengeringan dengan pembakaran memakai Alcohol (Alcohol method)

c) Pengujian dengan Speedy (Speedy moisture tester)

2. Berat jenis (Specific Gravity)

Berat spesifik atau berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan

antara berat volume butiran padat, dengan berat volume air pada temperatur

suhu tertentu.

Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65 sampai 2,75. Nilai

berat jenis Gs = 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi.

Sedangkan untuk tanah kohesi tak organik berkisar di antara 2,68 sampai 2,72.

Tabel 7 Berat Jenis Tanah (Specific gravity)


Macam Tanah Berat Jenis (Gs)
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau anorganik 2,62 - 2,68
Lempung organik 2,58 - 2,65
Lempung anorganik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80
(Sumber : Hardiyatmo, H.C.,2002)

3. Batas – batas Atterberg

Pada awal tahun 1900, seorang Ilmuan dari Swedia bernama Atterberg

yang mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah

berbutir halus pada kadar air yang bervariasi.


17

Bila tanah berbutir halus tersebut mengandung mineral lempung, tanah

tersebut dapat diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat

kohesif ini disebabkan karena ada air yang terserap di sekeliling permukaan dari

partikel lempung. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran dan air akan

menjadi sangat lembek seperti cairan.

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara

keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.

Persentase kadar air yang dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7

mm pada dasar cawan sesudah 25 kali pukulan, didefinisikan sebagai batas

cair tanah tersebut.

Kadar air tanah asli relative pada kedudukan plastis dan cair dapat

didefinisikan oleh indeks cair (Liquidity Index), LI, dan dinyatakan menurut

persamaan :
𝑊𝑁 −𝑃𝐿 𝑊𝑁 −𝑃𝐿
𝐿𝐼 = = ………………………………………… (2.1)
𝐿𝐿−𝑃𝐿 𝑃𝐼

b. Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan

antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah

dengan diameter 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.

Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih

bersifat plastis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan

tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak


18

butiran lempung. Jika PI rendah seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air

berakibat tanah menjadi kering.

Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis :

𝑃𝐼 = 𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 ……………………………………………….... (2.2)

Tabel 8. Nilai indeks plastisitas dan macam tanah


Indeks
Sifat Macam Tanah Kohesi
Plastisitas

0 Non plastis Pasir Non kohesif

<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif


7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif

(Sumber : Hardiyatmo, H.C.,2002)

c. Batas susut (Shrinkage Limit)

Batas Susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan

antara daerah semi padat dan padat yaitu persentase kadar air dimana

pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume

tanah.

4. Gradasi butiran

Dua cara yang umum digunakan dalam mendapatkan distribusi ukuran

partikel tanah yaitu :

a. Analisa Ayakan

Analisa ayakan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah

melalui satu set ayakan dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil

secara berurutan. Ada dua macam cara untuk menentukan penyebaran

butiran tanah, yang pertama adalah cara kering (dry method) dan yang kedua

adalah cara basah (wet method).


19

b. Analisa Hidrometer

Analisa hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran

butir tanah berdasarkan sendimentasi tanah dalam air. Analisa hidrometer

bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir tanah yang berbutir

halus.

G. Pemadatan Tanah

Pemadatan adalah peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban

dinamis. Tiga komponen yang mempengaruhi pemadatan tanah, yaitu sifat dasar

dari tanah, dan energi pemadat yang diberikan. Tujuan pemadatan adalah untuk

memperbaiki sifat-sifat teknis massa tanah yaitu menaikkan kekuatannya,

memperkecil pemampatannya dan daya rembes airnya, serta memperkecil pengaruh

air terhadap tanah (Soedarmo dan Purnomo, 1997). Percobaan pemadatan di

laboratorium dilaksanakan untuk memperoleh kadar air optimum dan berat isi

kering maksimum.

Sedangkan menurut Craig (1994), pemadatan (compaction) adalah proses

naiknya kerapatan tanah dengan memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi

reduksi volume udara dan tidak terjadi perubahan volume air yang cukup berarti

pada tanah ini. Umumnya, makin tinggi derajat pemadatan, makin tinggi pula

kekuatan geser dan makin rendah kompresibilitas tanah. Derajat kepadatan tanah

diukur berdasarkan satuan berat volume kering (dry density) yaitu massa partikel

padat per satuan volume tanah.

Pemadatan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur tanah berkohesi.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan pada daya rembes, kemampuan-


20

mampatan, dan kekuatan tanah. Sifat-sifat satu dimensi tanah lempung yang

dipadatkan pada sisi kering dan sisi basah dari kadar optimum adalah pada tekanan

rendah, suatu tanah yang dipadatkan pada sisi basah dari kadar optimum akan lebih

mudah memampat dibandingkan tanah yang dipadatkan umumnya berkurang

dengan bertambahnya kadar air.

H. Kuat Tekan Bebas

Kuat tekan bebas adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan

oleh benda uji silinder tanah sebelum mengalami keruntuhan geser. Percobaan kuat

tekan bebas di laboratorium dilaksanakan untuk mengetahui besarnya kuat geser

tanah lempung jemuh air (kohesif).

Nilai kuat tekan bebas dari tanah lempung atau daya dukung tanah lempung

akan didapatkan dari uji kuat tekan bebas. Pada uji kuat tekan bebas, tegangan

aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda

uji mengalami keruntuhan. Dengan demikian proses pengujian harus berlangsung

cepat sampai mencapai keruntuhan. Sampel tanah benda uji merupakan tanah yang

mempunyai butiran yang sangat halus sehingga untuk uji kuat tekan bebas ini hanya

cocok untuk tanah lempung.

Cara melakukan pengujian ini adalah sama seperti uji triaksial tetapi tidak ada

tegangan sel (yaitu 3 = 0). Jika lempung tersebut mempunyai derajat kejenuhan

100% maka kekuatan gesernya dapat langsung ditentukan dari kekuatan unconfined

tanah tersebut.

Tekanan aksial yang bekerja pada tanah dapat dituliskan dengan persamaan :

𝑃
𝜎= ………..…………...…..…..……………..………………….. (2.3)
𝐴
21

Perhitungan daya dukung tanah lempung hampir selalu didasarkan pada

pengukuran Undrained Shear Strength dengan menganggap lempung tersebut

mempunyai harga:

C dan  = 0

Harga C dan  tersebut dimasukkan kedalam persamaan daya dukung

persamaan karena  = 0, maka persamaan tersebut menjadi:


𝑞𝑢
𝜏 = 𝐶 + 𝜎𝑡𝑎𝑛 = 𝐶 = 2
………………………........………………. (2.4)

I. Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang

timbul dalam tanah. Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen yaitu :

1. Bagian yang bersifat kohesi yang tergantung kepada macam tanah dan

kepadatan butirnya.

2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan (frictional) yang sebanding dengan

tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser.

Hipotesis mengenai kekuatan geser tanah pertama kali dikemukakan oleh

Coulomb sekitar tahun 1973 dengan persamaan berikut :

𝜏 = 𝑐 + 𝜎 tan  ……………………………………………… (2.5)

Keterangan :

𝜏 = Kekuatan atau tegangan geser

𝑐 = Kohesi

𝜎 = Tegangan atau tekanan normal

 = Sudut geser dalam tanah

Untuk mendapat parameter-paramater kekuatan geser tanah dapat dilakukan


22

percobaan-percobaan, antara lain:

a. Percobaan Geser langsung (direct shear test)

b. Percobaan triaksial (triaxial test)

c. Percobaan kuat tekan bebas (unconfined compression)

J. Kerangka Pikir

Berdasarkan acuan dalam penelitian, maka disusun kerangka pikir sebagai

pedoman dalam merancang tahapan dalam pelaksanaan penelitian.

Keadaan tanah pada jalan di Kecamatan Rantebua

Kondisi jalan di Kecamatan Rantebua mengalami


penurunan dan berlubang

Abu kulit kopi

Penelitian :
1. Pengujian Karakteristik Tanah
2. Pengujian Pemadatan Tanah
3. Pengujian Kuat Tekan Bebas

Hasil penelitian yang diperoleh untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan abu kulit
kopi pada tanah terhadap
Uji Kuat Tekan Bebas
Gambar 1. Kerangka Pikir

K. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian terkait yang dipublikasikan berupa jurnal sehingga dapat

memperluas teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang akan dilakukan.

Berikut beberapa penelitian sejenis yang terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan :

1) Muhamad Ikhsan, 2019 “Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung Sukodono


23

Sragen Yang Distabilisasi Dengan Kapur Dan Bubuk Arang Tempurung

Kelapa”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kapur

dan bubuk arang tempurung kelapa terhadap sifat fisis dan sifat mekanis pada

parameter kuat tekan bebas dengan menggunakan penambahan kapur 5% dan

kadar bubuk arang tempurung kelapa persentase 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%

dari berat sampel tanah.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji sifat fisis tanah asli yang

distabilisasi kapur dengan persentase tetap 5% dan bubuk arang tempurung

kelapa dengan persentase 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, 10% cenderung mengalami

penurunan untuk nilai kadar air, specific gravity (Gs), batas cair (LL), Indeks

Plastisitas (PI), lolos saringan No. 200 sedangkan pada batas susut (SL), batas

plastis (PL) mengalami kenaikan.

Sedangkan dari hasil uji mekanis di dapatkan nilai kuat tekan bebas pada

penambahan kapur dan bubuk arang tempurung kelapa pada tanah

mengakibatkan nilai kuat tekan bebas (qu) mengalami kenaikan seiring

penambahan persentase kapur dan bubuk arang tempurung kelapa serta

lamanya perawatan.

2) Leonard Felix W.S, 2019 “Pengaruh Penangbahan Abu Cangkang Kelapa

Sawit Pada Tanah Lempung Paccinongang Kabupaten Gowa”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah asli dari

Paccinongang Kabupaten Gowa. Dan untuk mengetahui pengaruh penambahan

Abu Cangkang Kelapa Sawit pada tanah lempung terhadap hasil uji kuat tekan
24

bebas (Unconfined Compression Test).

Dari Sampel tanah dari Paccinongang, Kabupaten Gowa menurtut USCS

merupakan tanah dan menurut AASTHO termasuk dalam kelompok A-7-5.

Dari pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) pada

tanah lempung Paccinongang, Kabupaten Gowa dengan penambahan abu

cangkang kelapa sawit dari kedua sampel terjadi peningkatan pada

penambahan 9% dan 12% dari tanah lempung normal.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pada penambahan campuran abu

cangkang kelapa sawit 15% dapat menurunkan nilai kuat tekan bebas karena

meningkatnya penambahan kadar abu cangkang kelapa sawit, maka untuk

stabilisasi tanah lempung dengan kadar abu cangkang kelapa sawit lebih dari

12% tidak disarankan untuk digunakan pada tanah lempung paccinongang

kabupaten gowa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini adalah serangkaian pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah


yang melalui beberapa tahapan. Langkah kerja dapat dilihat dari gambar berikut:

Mulai

Rumusan Masalah

Kajian Pustaka

Pengambilan sampel tanah


Pengambilan bahan tambah
Kulit kopi
Pengujian Sifat-sifat fisik tanah

1. Kadar air Pembakaran kulit kopi


2. Berat jenis
3. Batas-batas Atterberg Ya
4. Gradasi butiran Abu kulit kopi

Tidak
Tanah lempung

Pembuatan Benda uji tanah dicampur dengan Abu kulit kopi dengan variasi
0%, 8%, 12%, dan 16%

Kompaksi Proctor
(Penentuan Kadar Air Optimum)

Uji Kuat Tekan Bebas

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

25
26

B. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah dan Kulit Kopi

Lokasi pengambilan sampel tanah terdapat di Desa Rantebua, Kecamatan

Rantebua, Kabupaten Toraja Utara dan pengambilan sampel kulit kopi terdapat di

Pabrik kopi PT. Toarco Jaya, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara.

Dengan menggunakan transportasi umum sudah dapat sampai ke tempat

pengambilan sampel.

1. Lokasi pengambilan sampel tanah

(Sumber : Google Earth 2021)


Gambar 3. Lokasi Pengambil Sampel

2. Lokasi Pengambilan kulit kopi

(Sumber : Google Earth 2021)


Gambar 4. Lokasi Pengambil Kulit Kopi
27

C. Metode Pengambilan Sampel Tanah dan Kulit Kopi

1. Sampel Tanah

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pengambilan sampel tanah sebagai

berikut :

a. Pengambilan sampel tanah di Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua,

Kabupaten Toraja Utara. Dimana sampel tanah yang diambil sebanyak 2

titik dengan jarak masing-masing titik ± 30 m dan kedalaman masing-

masing titik 50 cm - 100 cm dari permukaan tanah.

b. Membersikan sampel dari akar rumput dan kotoran lainnya. Setelah

semunya selesai sampel tanah dibawa kembali ke laboratorium untuk

dianalisis sifat tanah aslinya dan mengetahui pertambahan kuat tekan pada

saat abu kulit kopi dicampur denga tanah yang di uji.

2. Kulit Kopi

Pengambilan bahan tambah kulit kopi di ambil di Pabrik Kopi PT. Toarco

Jaya di Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara menggunakan alat sekop

kemudian dimasukkan kedalam karung sebagai wadah sementara. Lalu kulit

kopi di bakar hingga menjadi abu kemudian dilakukan penyaringan.

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen atau percobaan.

Dimana metode ini dilakukan serangkaian pengujian-pengujian di laboratorium

untuk mencapai tujuan dari penelitian. Pengujian akan diawali dengan uji

karakteristik tanah. Objek penelitian ini adalah penambahan abu kulit kopi yang

dicampurkan pada sampel tanah dengan uji kuat tekan bebas.


28

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pengambilan sampel tanah dan kulit kopi

pada bulan Agustus 2021. Untuk proses pengujian sifat fisik tanah dan pengujian

mekanis tanah dilakukan pada bulan Agustus-September 2021 di Laboratorium

Mekanika Tanah, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Indonesia Paulus Makassar.

F. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang

terdapat di daerah Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja

Utara dan juga limbah kulit kopi yang terdapat di Pabrik kopi PT. Toarco Jaya

di Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara.

2. Alat Penelitian

Tabel 9. Alat-alat yang digunakan


No. Pengujian Alat - alat yang digunakan

- Piknometer
- Timbangan digital
1. Pengujian berat jenis tanah - Kompor elektrik
- Corong
- Wadah
- Shrinkage Dish
- Plat kaca
- Timbangan digital
2. Pengujian batas-batas Atterberg - Volume dish
- Cawan porselin
- Oven
- Saringan No. 40
29

Lanjutan Tabel 9

Tabel 9. Alat-alat yang digunakan


No. Pengujian Alat-alat yang digunakan
- Satu set saringan
- Timbangan digital
- Oven
- Talam
- Tabung gelas
Pengujian Analisa saringan dan kapasitas 1000 ml
3.
Hidrometer
- Gelas ukur
- Hidrometer
- Water heater
- Alat pengaduk
- Stopwatch
- Treaming Divici
- Unconfined
Compression
Machine
4. Pengujian kuat tekan bebas - Stopwatch
- Oven
- Timbangan digital
- Cawan

G. Prosedur Pengujian Laboratorium

Penelitian dilakukan dengan metode uji laboratorium maka dari itu terdapat

beberapa prosedur kerja yang harus diikuti sesuai dengan langkah-langkah kerja

yang telah ada dalam buku panduan, sehingga pengujian yang dilakukan sesuai

dengan ketentuan yang ada untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya.

1. Uji Sifat Fisik Tanah

a. Kadar Air (Water Content)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah

yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D 2216.

Prosedur percobaan :
30

1) Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji

kedalam cawan dan menimbangnya.

2) Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu

105º – 110º C selama 24 jam.

3) Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung

prosentase kadar air.

Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :
𝑤4
𝑤 = 𝑤5 × 100% ……………………………………………… (3.1)

Keterangan:

W : Kadar air %

W1 : Berat cawan + tanah basah (gr)

W2 : Berat cawan + tanah kering (gr)

W3 : Berat cawan (gr)

W4 : W1 – W2

W5 : W2 – W3

b. Berat Jenis (Spesific Gravity)

Tujuan Percobaan ini adalah untuk menetukan berat jenis suatu contoh

tanah. Percobaan ini mengacu pada standar ASTM D 854.

Prosedur percobaan sebagai berikut :

1) Contoh tanah kering disaring dengan saringan No. 40.

2) Piknometer dibersihkan kemudian ditimbang dengan tutupnya dalam

keadaan kosong.
31

3) Piknometer diisi dengan air kemudian ditimbang.

4) Contoh tanah dengan berat 25 gr dimasukkan ke dalam piknometer yang

telah ditimbang.

5) Contoh tanah ditambahkan air suling hingga kedua piknometer terisi dua

per tiga bagian.

6) Piknometer dipanaskan diatas kompor elektrik sehingga semua

gelembung udara keluar.

7) Setelah itu piknometer didinginkan dengan cawan yang berisi air

sehingga suhunya sama dengan suhu ruangan.

8) Kemudian tambahkan air suling sehingga kedua piknometer terisi

penuh, piknometer ditutup dan dibersihkan bagian luarnya kemudian

ditimbang.

Specific Gravity dapat dihitung dengan rumus :

𝑤5
𝐺𝑠 = 𝑤5+(𝑤2−𝑤3) …………………………………….……. (3.2)

𝐺𝑠 =. . . (𝑔𝑟⁄𝑐𝑚3 )

Keterangan :

Gs : berat jenis (gr/cm³)

W2 : berat piknometer + air (gr)

W3 : berat piknometer + tanah (gr)

W5 : berat piknometer berisi air dan tanah (gr)

c. Uji Analisa Saringan (Seive Analysis)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui presentase ukuran

butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM
32

D-422. Uji analisa saringan pada penelitian ini menggunakan dua cara,

yaitu:

a) Analisa ayakan cara basah (wet sieving)

Prosedur percobaan :

1) Ambil tanah kering yang akan diuji sebanyak 1000 gr, kemudian

dicuci di atas saringan No. 200 sampai air yang keluar dari ayakan

menjadi jernih (tidak keruh).

2) Tanah yang telah dicuci kemudian dimasukan ke dalam oven selama

±24 jam.

3) Bila tanah telah kering masukkan ke susunan saringan yang telah

disiapkan untuk disaring.

4) Tanah yang tertahan di masing-masing saringan ditimbang.

Berat yang tertahan di tiap saringan adalah untuk menetapkan

besarnya persentase tertahan dan lolos saringan, dapat dihitung sebagai

berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛


%𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100% ……..…. (3.3)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ

%𝐿𝑜𝑙𝑜𝑠 = 100% − %𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 ………………………...……… (3.4)

b) Analisa Hidrometer

Prosedur percobaan :

1) Siapkan dan rendam 50 gr contoh tanah yang telah lolos saringan

No. 200 dengan bahan dispersi Sodium Silikat sebanyak 5gr dan ±

125 ml air, aduk sampai merata dan biarkan selama 24 jam.


33

2) Sesudah perendaman campuran dipindahkan dalam mangkuk

pengaduk mekanis selama 15 menit,

3) Pindahkan campuran ke dalam tabung gelas dan tambahkan air

suling hingga 1.000 ml, mulut tabung ditutup rapat dan kocok dalam

arah horizontal selama satu menit,

4) Setelah dikocok, tabung diletakkan pada perendam (Water heater)

dan masukkan hidrometer dengan hati-hati dan biarkan terapung

bebas, lalu jalankan stopwatch. Angka hidrometer dibaca pada

waktu 0,5, 1, 2 menit dicatat pembacaan-pembacaan itu sampai

0,5gr/lt, yang terdekat atau mendekati 0,001 berat jenis.

5) Sesudah pembacaan pada menit kedua, hidrometer diangkat dengan

hati-hati, kemudian dicuci dengan air suling dan masukkan ke dalam

tabung yang bersisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu

tabung percobaan,

6) Hidrometer dimasukkan kembali ke dalam tabung dengan hati-hati

ke dalam tabung yang berisi campuran tadi dan lakukan kembali

pembacaan hidrometer pada saat 5, 15, 30, 60, 240 dan 1440 menit.

d. Uji batas-batas Atterberg

Batas – batas Atterberg bertujuan untuk menentukan nilai batas cair,

batas plastis, dan batas susut. Pengujian ini menggunakan standar ASTM

4318-95.

a) Batas Cair (Liquid Limit)

Prosedur percobaan :
34

1) Ambil contoh tanah ±150 – 200 gr, untuk tanah yang mengandung

banyak humus, tanah tersebut perlu diayak dengan saringan no. 40

2) Tempatkan tanah pada plat kaca dan campurkan dengan air suling

sedikit demi sedikit sambil diaduk memakai spatula sampai adonan

merata.

3) Masukkan adonan tanah dalam alat Casagrande dan ratakan.

4) Buat alur pada adonan menggunakan grooving tool tegak lurus pada

permukaan contoh.

5) Gerakkan tuas pemutar berlawanan arah jarum jam dengan

kecepatan 2 putaran (ketukan) per detik dan hitung jumlah putaran

sampai kedua dinding alur adonan tanah di dalam container menutup

sepanjang 1.27 cm (1/2 inch).

6) Ambil contoh tanah dan masukkan ke dalam salah satu cawan

alumunium yang sudah diketahui beratnya dan timbang.

7) Masukkan cawan dan tanah ke dalam oven yang mempunyai

temperatur 105º- 110º C, dan diamkan selama 24 iam.

8) Ulangi langkah ke-2 sampai dengan langkah ke-7 pada contoh tanah

yang mempunyai kadar air berbeda-beda.

9) Ambil semua sampel tanah dalam cawan dari oven, dinginkan dan

timbang.

Batas cair dapat dihitung dengan persamaan :

𝑁 𝑡𝑔𝛽
𝐿𝐿 = 𝑊𝑁 (25) …………………………………………….. (3.5)

Keterangan :
35

LL : Batas cair

N : Jumlah pukulan

𝑊𝑁 : Kadar air

b) Batas Plastis (Plastic Limit)

Prosedur percobaan :

1) Ambil contoh tanah yang sudah diayak dengan ayakan No. 40 dan

campur dengan air suling sampai merata dengan bantuan spatula.

2) Ambil contoh tanah kira-kira setengah ruas ujung jari kelingking dan

remas-remas sehingga berbentuk seperti bola.

3) Letakkan bola tanah tersebut di atas kaca datar dan gulung atau

gelintir (rolled) menggunakan telapak tangan berulangkali sampai

tanah berbentuk silinder dengan diameter 3 mm.

4) Amati tekstur tanah dengan seksama. Apabila contoh tanah yang

berbentuk silinder dengan diameter 3 mm tersebut terlihat mulai

retak, maka masukkan tanah tersebut ke dalam cawan alumunium

dan tutup cawan dengan rapat agar kadar air tidak berubah.

5) Jika tanah yang di gulung sampai diameter 3 mm belum terlihat

retak, maka tanah terlalu basah dan sebaliknya bila tanah sudah retak

sebelum mencapai diameter 3 mm, maka tanah terlalu kering. Ulangi

lagi proses ke 3 sampai dengan 7, sampai mendapatkan silinder

tanah yang mulai retak pada diameter 3mm.

6) Timbang contoh tanah dan cawan, kemudian masukkan ke dalam

oven selama 24 jam pada temperatur 105º-110º C.


36

7) Keluarkan contoh tanah dari oven dan timbang cawan yang berisi

tanah kering.

c) Batas Susut (Shrinkage Limit)

Prosedur percobaan :

1) Siapkan contoh tanah yang sudah diayak menggunakan saringan 40

±30 gr dalam keadaan kering udara. Tempatkan contoh tanah pada

plat kaca, tambahkan air dan diaduk sampai merata.

2) Timbang berat tabung shrinkage dish dalam keadaan kosong dan

kering.

3) Masukkan tanah ke dalam tabung shrinkage dish sedikit demi

sedikit, usahakan tidak ada gelembung udara yang terperangkap

didalam tanah dengan cara mengetuk-ketukan tabung shrinkage

dish.

4) Ratakan permukaan tanah setinggi tabung shrinkage dish dan

bersihkan pasta tanah yang menempel di bagian luar tabung.

Timbang tabung shrinkage yang berisi tanah.

5) Untuk menentukan volume dari tanah basah dalam cm³, tempatkan

volume dish dalam mangkok porselin, tuangkan mercury metal

kedalam gelas sampai penuh, dan tekan permukaan mercury metal

dengan memakai kaca datar yang berpaku. Bersihkan tumpahan

mercury metal dari volume dish yang tertampung dimangkok

poselin. Masukkan tanah basah ke dalam volume dish yang berisi

mercury metal, dan tekan tanah dengan kaca datar yang berpaku,
37

sehingga tanah terbenam dan mercury metal tumpah. Kemudian

mercury metal yang tumpah ditimbang.

6) Tanah basah kemudian di masukkan kedalam oven selama 24 jam.

7) Keluarkan contoh tanah dari oven dan timbang.

8) Untuk menentukan volume tanah kering ulangi langkah ke 5

Batas susut dapat dihitung dengan persamaan :

𝑚1−𝑚2 (𝑣𝑖−𝑣𝑓)𝑝𝑤
𝑆𝐿 = ( × 100) − ( × 100) …………………..… (3.6)
𝑚2 𝑚2

Keterangan:

SL : Shrinkage Limit

m1 : massa tanah basah

m2 : massa tanah kering (gr)

Vi : volume contoh tanah basah (cm³)

Vf : volume tanah kering sesudah dikeringkan dalam oven

ρw : kerapatan air (gr/cm³)

2. Pengujian kompaksi (Modified Proctor) ASTM D-1557

Pengujian kompaksi dilakukan menggunakan sampel tanah asli yang

dicampur dengan abu kulit kopi 0%, 8%, 12%, dan 16% dari berat tanah kering

lempung. Hasil pengujian ini berupa kadar air optimum/OMC (Optimum Moitre

Content) dan berat volume kering maksimum untuk setiap variasi campuran

yang akan digunakan untuk penelitian uji kuat tekan bebas.

Prosedur percobaan :

1) Contoh tanah dikeringkan dan kemudian disaring dengan saringan No. 4

(jika tanah tersebut mengandung batu dan humus),


38

2) Siapkan contoh tanah sebanyak 15 kg,

3) Benda uji dibagi menjadi 5 bagian dan masing-masing dicampur dengan

kadar air tertentu, sehingga didapat ± sebagian diatas 10 optimum dan

bagian bawah 10 optimum,

4) Masing-masing benda uji didiamkan selama ± 24 jam atau sampai jenuh,

5) Timbang cetakan berisi benda uji dengan ketelitian 5 gr,

6) Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan dengan alat

pemadat 1,5 kg dan tinggi jatuh 15,7 cm,

7) Ratakan kelebihan tanah sehingga rata dengan permukaan,

8) Timbang cetakan berisi benda uji dengan ketelitian 5 gr,

9) Ambil sebagian kecil contoh tanah untuk pemeriksaan kadar air.


𝐵2 −𝐵1
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝛾𝑤 = ………………………………………..….… (3.7)
𝑉

𝛾𝑤.100
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝛾𝑑 = (100+𝑤) ………………………………...… (3.8)

Keterangan :

B1 : Berat mold

B2 : Berat mold + berat tanah basah

V : Volume mold

W : Kadar air

3. Pengujian UCT (Unconfined Compression Test) ASTM D 2166-06

Pengujian kuat tekan bebas dilakukan menggunakan sampel tanah asli yang

dicampur dengan abu kulit kopi pada 0%, 8%, 12%, dan 16% dari berat tanah

lempung.

Prosedur percobaan :
39

1) Tanah diambil dengan ukuran tinggi 3” dan diameter 3/2”, kedua

permukaannya diratakan.

2) Keluarkan contoh tanah dari silinder dengan menggunakan piston plunger.

3) Letakkan contoh tanah tersebut pada alat Unconfined Compression Test

kemudian dicatat pembacaan mula-mula dari proving ring dial, arloji

pengukur regangan vertikal dan waktu.

4) Mulai diberikan tekanan vertikal dengan kecepatan regangan 1% per menit.

Dilakukan pembacaan proving ring dial setiap regangan 0.01 inci, sampai

contoh tanah mengalami kelongsoran.

5) Kemudian contoh tanah digambar bidang longsornya dari depan, belakang,

tengah (3 tampak).

6) Contoh tanah yang telah longsor kita remas-remas dalam kantong dan

masukkan dalam silinder, dengan ketentuan volumenya sama, untuk

menentukan kekuatan geser tanah teremas.

Untuk menghitung nilai kuat tekan bebas dapat dihitung dengan rumus :

𝑃
𝑞𝑢 = 𝐴 …………...………………………………………….. (3.9)

Keterangan :

qu : Tegangan

P : Beban (kg)

A : Luas benda uji

H. Rancangan Benda Uji

Rancangan benda uji pada tanah adalah untuk mengetahui jumlah sampel

benda uji yang akan digunakan dalam penelitian ini.


40

Tabel 10. Rancangan Benda Uji


Tambahan kadar abu kulit
Titik Jumlah
No. Benda Uji kopi
Benda Uji
(%) gr I II
1. Kadar air - - 3 3 6
2. Berat Jenis - - 2 2 4
3. Gradasi - - 1 1 2
Batas-batas
Atterberg
4. Batas Cair - - 4 4 8
Batas Plastis - - 3 3 6
Batas Susut - - 2 2 4
0 0 10 10 20
8 400 10 10 20
5. Kompaksi
12 600 10 10 20
16 800 10 10 20
0 0 1 1 2
Kuat Tekan 8 240 1 1 2
6.
Bebas (UCT) 12 360 1 1 2
16 480 1 1 2

I. Pengujian Sampel

Pengujian sampel pada tanah adalah untuk mengetahui sifat fisik pada tanah,

menentukan kadar air optimum dan mengetahui kuat tekan pada tanah.

Tabel 11. Pengujian Sampel


No. Pengujian Jumlah Benda Uji
1. Pengujian kadar air tanah asli 6
2. Pengujian berat jenis 4
3. Pengujian gradasi 2
Pengujian batas-batas Atterberg

4. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)


Pengujian Batas Susut (Shrinkage Limit) 8
Pengujain Batas Plastis (Plastic Limit) 4
6
5. Pengujian Kompaksi (Modified Proctor) 80
6. Pengujain UCT (Unconfined Compression Test) 8
41

J. Analisis Data

Pada tahap ini, dilakukan beberapa tahapan analisa data sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Karakteristik Tanah

Pemeriksaan sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui fisik tanah

tersebut apakah memenuhi syarat sebagai tanah lempung. Setelah semua data-

data sifat fisik tanah didapakan, kemudian data diolah menggunakan

persamaan rumus setiap variabelnya serta menggunakan program aplikasi

Microsoft Excel. Dalam penyajian data berbentuk tabel dan grafik dianalisis

secara deskriptif untuk setiap variabel pemeriksaan yang dilakukan.

2. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

Pengujian dilakukan pada tanah asli yang telah dicampur abu kulit kopi.

Uji kuat tekan bebas dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan bebas tanah

(qu dan dari hasil nilai qu diperoleh parameter geser tanah cu yaitu sebesar ½

qu). Setelah hasil pengujian kuat tekan bebas didapatkan, kemudian data diolah

menggunakan program aplikasi Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah


Pengujian sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisis dari

tanah asli agar dapat mengetahui jenis tanah tersebut melalui standar spesifikasi.

Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah

Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus.

Dari hasil pengujian sifat fisik tanah dilaboratorium yang telah dilakukan

didapatkan hasil dari tiap-tiap percobaan sebagai berikut :

a. Pengujian Kadar Air (ASTM D-2216)

Pengujian kadar air tanah asli didapatkan nilai kadar air yang

terkandung pada titik 1 sebesar 27,50%, titik 2 sebesar 26,33% dan rata-

ratanya 26,92%.

b. Pengujian Berat Jenis Tanah (ASTM D854-58)

Dari pengujian berat jenis tersebut didapatkan nilai berat jenis pada titik

1 yaitu 2,72 gr/cm3, titik 2 yaitu 2,68 gr/cm3 dan rata-ratanya 2,7 gr/cm3.

Menurut spesifikasi berat jenis tanah, angka ini menunjukkan tanah

yang telah diteliti termasuk kedalam golongan tanah lempung organik

(dapat dilihat pada tabel 7).

c. Pengujian batas-batas Atterberg (ASTM 4318-95)

Hasil pengujian batas-batas Atterberg pada sampel tanah asli yang telah

diteliti di laboratorium mekanika tanah pada pengujian batas cair, batas

42
43

plastis, dan batas susut dapat dilihat pada Tabel 12. berikut ini:

Tabel 12. Hasil Pengujian Batas-Batas Atterberg


Indeks
Batas cair Batas plastis Batas
Plastisitas
(LL) (PL) Susut (SL)
(IP)
Titik 1 39,83 24,25 9,675 15,58

Titik 2 37,61 23,38 9,755 14,23

Rata-rata 38,72 23,815 9,715 14,905

Dari hasil pengujian batas-batas Atterberg, diperoleh nilai rata-rata

batas cair (liquid limit) sebesar 38,72, batas plastis (plastic limit) sebesar

23,815, batas susut (shringkage limit) sebesar 9,715 dan indeks plastisitas

(plasticity indeks) sebesar 14,905. Bila dilihat dari nilai indeks plastisitas

dari tanah yang telah diteliti termasuk dalam golongan tanah lempung

berlanau (dapat dilihat pada tabel 8).

Sedangkan menurut klasifikasi tanah AASTHO bila dilihat dari nilai

batas cair dan indeks plastisitas dari tanah yang telah diteliti termasuk dalam

klasifikasi kelompok A-6 yaitu tanah berlempung (dapat dilihat pada tabel

5). Dan menurut klasifikasi tanah UCSC, tanah termasuk dalam tanah

lempung organik.

d. Pengujian Analisa Saringan (ASTM D422-63) dan Hydrometer (ASTM

D1682-90)

Pada pengujian analisa saringan, didapatkan nilai lebih dari 50% tanah

tersebut lolos saringan No. 200, yaitu pada titik 1 sebesar 80,372% dan pada

titik 2 sebesar 80,119%.

Pada analisa hydrometer, diperoleh diameter butiran pada tanah dan


44

presentase kehalusannya. Kedua hal tersebut lalu dihubungkan pada titik

koordinat tiap diameter saringan dihasilkan persentasi tanah yang tergolong

pasir, lanau dan lempung. Berikut perolehan tanah berpasir, berlanau dan

berlempung yang dapat dilihat pada grafik :

100
90
Lolos saringan (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
10,000 1,000 0,100 0,010 0,001
Diameter (mm)

Gambar 5. Grafik pembagian butiran tanah titik 1

Dari grafik pembagian butiran tanah pada titik 1 dapat ditunjukan

bahwa persentase pasir 19,628%, lanau 67,663%, dan lempung sebesar

12,709%.

100
90
80
Lolos saringan (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
10,000 1,000 0,100 0,010 0,001
Diameter (mm)

Gambar 6. Grafik pembagian butiran tanah titik 2


45

Dari grafik pembagian butiran tanah pada titik 2 dapat ditunjukan

bahwa persentase pasir 19,881%, lanau 65,821%, dan lempung sebesar

14,298%.

Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah


Sampel 1
No. Nilai
Pemeriksaan
1. Kadar Air () % 27,50
2. Berat Jenis (Gs) gr/cm3 2,72
Batas Cair (Liquid Limit) % 39,83
Batas-batas
Atterberg

Batas Plastis (Plastic Limit) % 24,25


3.
Batas Susut (Shrinkage Limit) % 9,675
Indeks Plastisitas (Plasticity Index) % 15,58
Persen Lolos Saringan No.200 % 80,372
Gravel (G) % 0,00
Gradasi

4. Sand (S) % 19,628


Silt (M) % 67,663
Clay (C) % 12,709

Sampel 2
No. Nilai
Pemeriksaan
1. Kadar Air () % 26,33
2. Berat Jenis (Gs) gr/cm3 2,68
3. Batas Cair (Liquid Limit) % 37,61
Batas-batas
Atterberg

Batas Plastis (Plastic Limit) % 23,38


Batas Susut (Shrinkage Limit) % 9,755
Indeks Plastisitas (Plasticity Index) % 14,23
4. Persen Lolos Saringan No.200 % 80,119
Gravel (G) % 0,00
Gradasi

Sand (S) % 19,881


Silt (M) % 65,821
Clay (C) % 14,298

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Rata-rata Pengujian Sifat Fisik Tanah


Rata - rata
No. Nilai
Pemeriksaan
1. Kadar Air () % 26,92
2. Berat Jenis (Gs) gr/cm3 2,7
Batas Cair (Liquid Limit) % 38,72
Batas-batas
Atterberg

Batas Plastis (Plastic Limit) % 23,815


3.
Batas Susut (Shrinkage Limit) % 9,715
Indeks Plastisitas (Plasticity Index) % 14,905
46

Lanjutan Tabel 14

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Rata-rata Pengujian Sifat Fisik Tanah


Rata-rata
No. Nilai
Pemerikasaan
Persen Lolos Saringan No.200 % 80,245
Gravel (G) % 0,00
Gradasi Sand (S) % 19,754
4.
Silt (M) % 66,742
Clay (C) % 13,503

2. Pengujian Kompaksi (Modified Proctor)

Dari hasil pengujian kompaksi yang telah dilakukan didapatkan hasil

sebagai berikut:

a. Pengujian Titik 1

Tabel 15. Hasil Perhitungan Pemadatan Titik 1 Variasi 0 %


5kg + 5kg + 5kg + 5kg + 5kg +
800 ml 900 ml 1000 ml 1100 ml 1200 ml
Berat Mold + Tanah
14015 14150 14335 14355 14365
Basah(Gr)

Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330

5685 5820 6005 6025 6035


Berat Tanah Basah (Gr)
Volume Mold (r = 7,65, t
4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
= 22,8) cm3
1,357 1,389 1,433 1,438 1,440
Kepadatan (Gr/cm3)
Kepadatan Kering
1,145 1,159 1,188 1,175 1,171
(Gr/cm3)
Berat Cawan + Tanah
16,570 16,183 15,263 15,406 16,399
Basah (Gr)
Berat Cawan + Tanah
14,129 13,667 12,816 12,766 13,508
Kering (Gr)

Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97

Berat Tanah Basah (Gr) 15,620 15,213 14,278 14,446 15,434

Berat Tanah Kering (Gr) 13,179 12,697 11,831 11,806 12,543

2,441 2,516 2,447 2,640 2,891


Berat Air (Gr)

Kadar Air (Gr) 18,523 19,812 20,686 22,361 23,049

ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,759 1,720 1,695 1,648 1,630


47

Kepadatan kering vs Kadar air


1,90
1,80
Kepadatan Kering (Gr/cm3) 1,70
1,60
1,50 y = -0,0286x + 2,288
1,40
1,30
1,20
1,10
1,00 y = -0,0045x2 + 0,1923x - 0,8835
0,90
0,80
0,70
0,60
17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00
Kadar Air (%)

Gambar 7. Grafik Kompaksi (Modified Proctor) titik 1 variasi 0%

Secara grafik, nilai kadar air optimum serta kepadatan kering, diperoleh

dengan melihat dimana top dari parabola yang dihasilkan dari grafik

hubungan kadar air dan kepadatan kering, lalu dapat ditarik garis lurus

secara vertical serta horizontal dari top parabola tersebut, sehingga

menghasilkan nilai untuk kadar air optimum sebesar 20,686 % dan

kepadatan kering 1,188 gr/cm3.

Sedangkan secara analisis, nilai untuk kadar air optimum dan kepadatan

kering diperoleh dari persamaan linear yang dihasilkan dari grafik diatas,

yaitu:

1) Untuk hubungan antara Kadar Air () dengan ZAV (Zero Air Void),

diperoleh persamaan :

ZAV = -0,0286 + 2,288

ZAV = -0,0286 + 2,288

Saat ZAV = 0, maka,

0 = -0,0286 + 2,288
48

0,0286 = 2,288

 = 2,288/0,0286

 = 79,930 %

Maksud dari ZAV 100% menunjukkan bahwa kondisi pori-pori

tanah sudah tidak mengandung udara lagi. Diperoleh hasil dari

persamaan di atas adalah 79,930 % sehingga dapat diketahui bahwa

masih terdapat udara dalam pori-pori pada tanah.

2) Untuk hubungan antara Kadar Air () dengan Kepadatan Kering (dry),

diperoleh persamaan :

dry = -0,0045 x2 + 0,1923 x – 0,8835

dry/dw = 0,009 + 0,1923

x = 0,1923/0,009

x = 21,367 %

Setelah diperoleh nilai x, maka : untuk nilai y sebagai berikut :

W opt = 21,367 %

yd = -0,0045 x2 + 0,1923 x – 0,8835

= -0,0045 (21,367)2 + 0,1923 (21,367) – 0,8835

= -2,054 + 4,109 – 0,8835

= 1,171 𝑔𝑟/ 𝑐𝑚3

Untuk hasil pengujian kompaksi dengan penambahan abu kulit kopi

yang telah dilakukan diperolehan hasil pengujian kadar air optimum (wopt),

γd dan ZAV dengan perhitungan dapat dilihat pada tabel 16.


49

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kompaksi Pada Titik 1

Abu Kulit Kopi Kepadatan Kering Kadar Air ZAV

0% 1,171 21,367% 79,930%


8% 1,210 22,045% 81,419%
12 % 1,158 24,603% 85,370%
16 % 1,102 26,455% 89,889%

K ADAR ABU K ULIT K OPI VS K EPADATAN


KERING TITIK 1
Kepadatan Kering (Gr/Cm3)

1,220
1,200
1,180
1,160
1,140
1,120
1,100
1,080
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%
PERSEN ABU KULIT KOPI ( % )

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Kulit Kopi dengan

Kepadatan Kering titik 1

b. Pengujian Titik 2

Tabel 17. Hasil Perhitungan Pemadatan Titik 2 Variasi 0 %


5kg + 5kg + 5kg + 5kg + 5kg +
850 ml 950 ml 1050 ml 1150 ml 1250 ml
Berat Mold + Tanah
Basah(Gr) 14120 14225 14350 14385 14415
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5790 5895 6020 6055 6085
Volume Mold (r = 7,65, t 4189,74 4189,74 4189,74 4189,74
= 22,8) cm3 4189,743 3 3 3 3
Kepadatan (Gr/cm3) 1,382 1,407 1,437 1,445 1,452
Kepadatan Kering
(Gr/cm3) 1,164 1,174 1,191 1,177 1,175

Berat Cawan + Tanah


Basah (Gr) 9,726 7,876 7,633 7,018 8,901
Berat Cawan + Tanah
Kering (Gr) 8,339 6,733 6,494 5,893 7,383
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
50

Lanjutan Tabel 17

Tabel 17. Hasil Perhitungan Pemadatan Titik 2 Variasi 0 %


5 kg + 5 kg + 5 kg + 5 kg + 5 kg +
850 ml 950 1050 ml 1150 ml 1250 ml
Berat Tanah Basah (Gr) 8,776 6,906 6,648 6,058 7,936
Berat Tanah Kering (Gr) 7,389 5,763 5,509 4,933 6,418
Berat Air (Gr) 1,387 1,143 1,139 1,124 1,517
Kadar Air (Gr) 18,766 19,830 20,684 22,793 23,639
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,750 1,718 1,693 1,634 1,612

Kepadatan kering vs Kadar air


1,800
1,700
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1,600
1,500 y = -0,0282x + 2,2781
1,400
1,300
y = -0,0032x2 + 0,1385x - 0,3014
1,200
1,100
1,000
0,900
0,800
17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00
Kadar Air (%)
Gambar 9. Grafik Kompaksi (Modified Proctor) titik 2 variasi 0%

Secara grafik, nilai kadar air optimum serta kepadatan kering, diperoleh

dengan melihat dimana top dari parabola yang dihasilkan dari grafik

hubungan kadar air dan kepadatan kering, lalu dapat ditarik garis lurus

secara vertical serta horizontal dari top parabola tersebut, sehingga

menghasilkan nilai untuk kadar air optimum sebesar 20,684% dan

kepadatan kering 1,191 gr/cm3.

Sedangkan secara analisis, nilai untuk kadar air optimum dan kepadatan

kering diperoleh dari persamaan linear yang dihasilkan dari grafik diatas,

yaitu:

1) Untuk hubungan antara Kadar Air () dengan ZAV (Zero Air Void),

diperoleh persamaan :
51

ZAV = -0,0282 + 2,2781

ZAV = -0,0282 + 2,2781

Saat ZAV = 0, maka,

0 = -0,0282 + 2,2781

0,0282 = 2,288

 = 2,2781/0,0282

 = 80,784 %

Maksud dari ZAV 100% menunjukkan bahwa kondisi pori-pori

tanah sudah tidak mengandung udara lagi. Diperoleh hasil dari

persamaan di atas adalah 80,784 % sehingga dapat diketahui bahwa

masih terdapat udara dalam pori-pori pada tanah.

2) Untuk hubungan antara Kadar Air () dengan Kepadatan Kering (dry),

diperoleh persamaan :

dry = -0,0032 x2 + 0,1385 x – 0,3014

dry/dw = 0,0064 + 0,1385

x = 0,1385/0,0064

x = 21,641 %

Setelah diperoleh nilai x, maka : untuk nilai y sebagai berikut :

W opt = 21,641

yd = -0,0032 x2 + 0,1385 x – 0,3014

= -0,0032 (21,641)2 + 0,1385 (21,641) – 0,3014

= -1,499 + 2,997 – 0,3014

= 1,197 𝑔𝑟/ 𝑐𝑚3


52

Untuk hasil pengujian kompaksi dengan penambahan abu kulit kopi

pada titik 2 yang telah dilakukan diperolehan hasil pengujian kadar air

optimum (wopt), γd dan ZAV dengan perhitungan dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kompaksi Pada Titik 2


Abu Kulit
Kepadatan Kering Kadar Air ZAV
Kopi
0% 1,197 21,641% 80,784%
8% 1,206 22,679% 83,411%
12 % 1,147 25% 86,969%
16 % 1,097 26,226% 88,935%

KADAR ABU KULIT KOPI VS KEPADATAN KERING


TITIK 2
Kepadatan Kering (Gr/cm3)

1,220
1,200
1,180
1,160
1,140
1,120
1,100
1,080
0% 5% 10% 15% 20%
PERSEN ABU KULIT KOPI ( % )

Gambar 10. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Kulit Kopi dengan

Kepadatan Kering titik 2

3. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

Hasil pengujian kuat tekan bebas pada sampel tanah dengan penambahan

abu kulit kopi yang telah diteliti di laboratorium mekanika tanah dapat dilihat

pada tabel 19 berikut ini :


53

Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas


Titik 1 Titik 2
Abu Kulit Kopi
qu (kg/cm2) Konsistensi qu (kg/cm2) Konsistensi
Lempung Lempung
0% 0,5151 0,5273
Sedang Sedang
Lempung Lempung
8% 0,5519 0,4275
Sedang Lunak
Lempung Lempung
12% 0,4415 0,5303
Lunak Sedang
Lempung Lempung
16% 0,5760 0,5345
Sedang Sedang

Abu kulit kopi vs qu (kg/cm2)


0,65 Titik 1

0,60

0,55
qu (kg/cm2)

0,50

0,45

0,40

0,35
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%
Persen Abu kulit kopi
Gambar 11. Grafik Hubungan antara Nilai qu (kg/cm2) dengan Variasi

Campuran Abu Kulit Kopi Titik 1

Pada titik 1 pencampuran tanah dan abu kulit kopi menunjukkan nilai kuat

tekan (qu) meningkat pada 8% dan saat penambahan abu kulit kopi dengan

penambahan 12% nilai kuat tekan (qu) mengalami penurunan dan pada

penambahan abu kulit kopi 16% meningkat kembali.


54

Abu kulit kopi vs qu (kg/cm2)


0,65 Titik 2

0,60
qu (kg/cm2)
0,55

0,50

0,45

0,40

0,35
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%
Persen Abu kulit kopi
Gambar 12. Grafik Hubungan antara Nilai qu (kg/cm2) dengan Variasi

Campuran Abu Kulit Kopi Titik 2

Sedangkan pada titik 2 pencampuran tanah dan abu kulit kopi menunjukkan

nilai kuat tekan (qu) menurun pada 8% dan meningkat saat penambahan abu

kulit kopi dengan penambahan 12% dan 16%.

B. Pembahasan Hasil Analisis

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

Dari hasil pengujian sifat fisik tanah diperoleh hasil pengujian kadar air

26,92%, Berat jenis 2,7 gr/cm3 angka ini menunjukan bahwa tanah ini termasuk

tanah lempung anorganik (dapat dilihat pada Tabel 7), Pengujian Batas-batas

Atterberg yang terdiri dari Batas cair diperoleh 38,72%, Batas Plastis 23,815%,

Batas susut 9,715%, dan Indeks Plastisitas 14,905%. Dan Pengujian Gradasi

Analisa Saringan dan Hydrometer, dimana persen lolos saringan no.200

sebesar 80,245%, serta pengujian hydrometer mendapatkan hasil bahwa

sampel tanah yang tergolong pasir sebesar 19,754%, lempung 66,742%, dan

lanau sebesar 13,503%.


55

Berdasarkan klasifikasi USCS, Tanah tergolong kedalam tanah berbutir

halus dimana persen tanah yang lolos saringan 200 lebih dari 50% dan nilai

batas cair (Liquid Limit) yang diperoleh lebih kecil dari 50%. Dilihat pada

gambar 12 bahwa tanah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Tanah

memiliki sifat plastisitas rendah sampai sedang CL (clay low).

Gambar 13. Grafik Plasticity Chart

Keterangan : Titik 1 (Garis warna merah)

Titik 2 (Garis warna kuning).

Pada klasifikasi tanah menurut AASHTO sampel tanah yang diuji termasuk

golongan A-6 yang ditentukan berdasarkan persen lolos saringan No. 200 lebih

besar dari 35%, nilai batas cair lebih kecil dari 40%, dan nilai indeks plastisitas

lebih besar dari 11%.

2. Pengujian Kuat Tekan Bebas dalam Penambahan Abu Kulit Kopi

Hasil pengujian dari kuat tekan bebas dengan penambahan abu kulit kopi

didapatkan hasil berdasarkan Tabel 18. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas

dengan penambahan abu kulit kopi pada titik 1 mengalami peningkatan pada

penambahan abu kulit kopi 8% sebesar 0,5519 dan penambahan abu kulit kopi
56

16% sebesar 0,5760. Dan mengalami penurunan pada penambahan abu kulit

kopi 12% sebesar 0,4415.

Sedangkan pada titik 2 juga mengalami penurunan pada persentase 8%

sebesar 0,4275 dan mengalami peningkatan pada penambahan abu kulit kopi

dari 12% sebesar 0,5303 hingga 16% sebesar 0,5345.

Dari kedua titik pengujian ini menunjukan bahwa dari sampel tanah

dengan penambahan 8% abu kulit kopi dan penambahan 12% abu kulit kopi

belum menunjukkan pengaruh besar pada tanah, karena pada pengujian masih

mengalami penurunan terhadap nilai kuat tekan pada tanah.

Sedangkan pada penambahan 16% abu kulit kopi pada tanah dari kedua

titik dapat meningkatkan kuat tekan (qu) pada tanah, hal ini disebabkan karena

abu kulit kopi memiliki ukuran partikel yang kecil dan ringan yang dapat

mengisi pori-pori pada tanah dan memiliki kemampuan mengikat dan

menyerap air sehingga meningkatkan kerapatan pada tanah. Dengan

meningkatnya kerapatan pada tanah maka kuat tekan tanah dan kuat geser

tanah juga meningkat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data yang di peroleh di laboratorium

makan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian sifat fisik tanah diperoleh jenis sampel penelitian sebagai

berikut:

a. Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO, material tanah yang lolos

saringan No.200 sebesar 80,245%, Dari hasil uji Atterberg, diperoleh Batas

Cair (Liquid Limit) sebesar 38,72%, Batas Plastis (Plastic Limit) sebesar

23,815% dan Indeks Plastisitas (Plasticity Index) sebesar 14,905%, maka

tanah sampel digolongkan pada kelompok A-6 (tanah berlempung). Jika

sebagai tanah dasar maka termasuk tanah yang sedang hingga buruk.

b. Berdasarkan Klasifikasi USCS, termasuk tanah berbutir halus karena lolos

ayakan No.200 sebesar 80,245%, karena LL sebesar 38,72% maka sampel

penelitian termasuk kelompok OL (Lanau organik dan lempung berlanau

organic dengan plastisitas rendah rendah), Hal ini ditunjang oleh hasil uji

berat jenis tanah sebesar 2,7.

2. Dari pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) pada tanah

lempung yang berasal dari Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten

Toraja Utara dengan penambahan abu kulit kopi dari kedua titik terjadi

peningkatan pada penambahan 16% dari tanah lempung normal (0%).

57
58

B. SARAN
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, pada penambahan campuran abu kulit kopi

16% dapat meningkatkan nilai kuat tekan bebas, maka untuk stabilisasi tanah

lempung dengan kadar abu kulit kopi di atas 16% disarankan digunakan pada

tanah lempung Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara.

2. Disarankan untuk pengujian dengan persen penambahan abu kulit kopi yang

lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J. E. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).


Jakarta. Erlangga.
Budi, G. S. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium (Penjelasan dan Panduan).
Yokyakarta. Graha Ilmu.
Craig, R.F., 2004, Mekanika Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Darwis Panguriseng. 2017. Dasar-Dasar Teknik Perbaikan Tanah. Yokyakarta,


Pustaka AQ.
Das, B. M. 1995. Mekaniak Tanah. (Prinsip-prinsip Rekayasa Goeteknis). Jilid I
Jakarta, Erlangga.
Deni Subagio, 2019. Abu Kulit Kopi.

Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah. Gramedia Pustaka Umum. Jilid I


Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah II. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Umum.
Leonard Felix W.S, 2019 “Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Kelapa Sawit
Pada Tanah Lempung Paccinongang Kabupaten Gowa”.
Muhamad Ikhsan, 2019 “Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung Sukodono Sragen
Yang Distabilisasi Dengan Kapur Dan Bubuk Arang Tempurung Kelapa”.
R. Eka Nugraha Aji & Zulkarnain, 1997 “Studi Eksperimental Stabilisasi Tanah
Lempung Dengan Bahan Kimia (Geosta)”.
Shirley, L. H. 1996. Geoteknik dan Mekanika Tanah. Pernerbit Nova, Bandung.
Soedarno, G. D. & Purnomo, S. J. E. 1997. Mekanika Tanah I. Yokyakarta:
Kanisius.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A-1

PERMERIKSAAN KADAR AIR


(NATURAL WATER CONTEN)
ASTM D-2216

Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik :I

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Dikerjakan : Richal Armando Lantiunga

NO.CAWAN I II III
KEDALAMAN 1 1 1
BERAT CAWAN (W1) 8,83 8,8 8,72
BERAT CAWAN+CONTOH BASAH (W2) 27,75 23,51 25,23
BERAT CAWAN+CONTOH KERING (W3) 23,28 20,76 21,56
BERAT AIR (W2-W3) 4,47 2,75 3,67
BERAT CONTOH BASAH (W2-W1) 18,92 14,71 16,51
BERAT CONTOH KERING (W3-W1) 14,45 11,96 12,84
KADAR AIR(W= 100%) 30,934 22,993 28,583
KADAR AIR RATA-RATA 27,503

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-2
PERMERIKSAAN KADAR AIR
(NATURAL WATER CONTEN)
ASTM D-2216
Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik : II

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Dikerjakan : Richal Armando Lantiunga

NO.CAWAN I II III
KEDALAMAN 1 1 1
BERAT CAWAN (W1) 8,83 8,8 8,72
BERAT CAWAN+CONTOH BASAH (W2) 19,71 20,93 19,2
BERAT CAWAN+CONTOH KERING (W3) 17,51 18,38 16,97
BERAT AIR (W2-W3) 2,2 2,55 2,23
BERAT CONTOH BASAH (W2-W1) 10,88 12,13 10,48
BERAT CONTOH KERING (W3-W1) 8,68 9,58 8,25
KADAR AIR(W= 100%) 25,346 26,618 27,030
KADAR AIR RATA-RATA 26,331

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-3
PEMERIKSAAN BERAT JENIS
(SPESIFIC GRAVITYBTEST)
ASTM D-854
Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik :I

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Dikerjakan : Richal Armando Lantiunga

Titik 1
NO.CONTOH SATUAN 50 ml 50 ml
NO.PIKNOMETER I II
BERAT PIKNOMETER+TANAH (W2) gram 50,06 48,7
BERAT PIKNOMETER (W1) gram 33,42 32,09
BERAT TANAH (W2-W1) gram 16,64 16,61
SUHU (T) ⸰c 27 27
BERAT PIKNOMETER + AIR (W4) gram 79,18 80,61
(W2-W1+W4) gram 95,82 97,22
BERAT PIKNOMETER + AIR + TANAH (W3) gram 89,72 91,11
ISI TANAH (W2-W1) - (W3-W4) 6,1 6,11
BERAT JENIS TANAH 2,728 2,72
RATA-RATA 2,72

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-4
PEMERIKSAAN BERAT JENIS
(SPESIFIC GRAVITYBTEST)
ASTM D-854
Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik : II

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Dikerjakan : Richal Armando Lantiunga

Titik 1
NO.CONTOH SATUAN 50 ml 50 ml
NO.PIKNOMETER I II
BERAT PIKNOMETER+TANAH (W2) gram 50,06 48,7
BERAT PIKNOMETER (W1) gram 33,42 32,09
BERAT TANAH (W2-W1) gram 16,64 16,61
SUHU (T) ⸰c 27 27
BERAT PIKNOMETER + AIR (W4) gram 79,18 80,61
(W2-W1+W4) gram 95,82 97,22
BERAT PIKNOMETER + AIR + TANAH (W3) gram 89,72 91,11
ISI TANAH (W2-W1) - (W3-W4) 6,1 6,11
BERAT JENIS TANAH 2,728 2,72
RATA-RATA 2,72

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-5

PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG


(ATTERBERG LIMIT)
ASTM D-4318
Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik :I

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Diperiksaan : Richal Armando Lantiunga

Batas Cair
Jumlah Pukulan Kali 40 37 27 24
No Cawan I II III IV
Berat Cawan + Tanah Basah gr 15,91 14,85 15,19 15,33
Berat Cwan +Tanah Kering gr 13,23 12,38 12,44 12,58
Berat Air gr 2,68 2,47 2,75 2,75
Berat Cawan gr 5,08 5,33 4,89 5,36
Berat Tanah Kering gr 8,15 7,05 7,55 7,22
Kadar Air % 32,88 35,04 36,42 38,09
Kadar Air Rata-rata % 35,61

Batas Plastis
No Cawan I II II
Berat Cawan + Tanah Basah gr 3,6 2,69 2,65
Berat Cawan + Tanah Kering gr 3,55 2,63 2,61
Berat Air gr 0,05 0,06 0,04
Berat Cawan gr 3,34 2,41 2,4
Berat Tanah Kering gr 0,21 0,22 0,21
Kadar Air % 23,81 27,27 19,05
Kadar Air Rata-rata % 23,38
Batas susut
No. Test Satuan I II
Tanah Dalam Kondisi Basah
Berat cawan Petri, W1 gram 27,19 26,62
Berat cawan + Tanah basah, W2 gram 62,56 61,26
Berat tanah basah, W3 = W2 - W1 gram 35,37 34,64
Berat air raksa yang dipindahkan, Wr1 gram 296,43 284,91
Volume isi tanah basah, V1 = (Wr1/13,6) gram 21,80 20,95
Tanah Dalam Kondisi Kering
Berat Tanah Kering, W4 gram 29,79 27,98
Berat air raksa yang dipindahkan, Wr2 gram 254,56 236,01
Volume isi tanah kering, V2 = (Wr2/13,6) gram 18,72 17,35
Berat air, W5 = (W3 - W4) gram 5,58 6,66
Kadar Air, W = W5 / W4 x 100 % gram 18,73 23,80
Batas susut (SL) % 8,40 10,95
shringkage ratio = SR = W/V2 1,00 1,37
Volume penyusutan (SV) 10,34 17,63
Linear Sharingkage (LS) % 312,40 555,20

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-6
PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT)
ASTM D-4318
Lokasi Sampel : Desa Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara

Titik : II

Kedalaman : 50 – 100cm

Tanggal : 13 Agustus 2021

Dikerjakan : Richal Armando Lantiunga

Batas Cair
Jumlah Pukulan Kali 40 37 27 24
No Cawan I II III IV
Berat Cawan + Tanah Basah gr 15,91 14,85 15,19 15,33
Berat Cwan +Tanah Kering gr 13,23 12,38 12,44 12,58
Berat Air gr 2,68 2,47 2,75 2,75
Berat Cawan gr 5,08 5,33 4,89 5,36
Berat Tanah Kering gr 8,15 7,05 7,55 7,22
Kadar Air % 32,88 35,04 36,42 38,09
Kadar Air Rata-rata % 35,61

Batas Plastis
No Cawan I II II
Berat Cawan + Tanah Basah gr 3,6 2,69 2,65
Berat Cawan + Tanah Kering gr 3,55 2,63 2,61
Berat Air gr 0,05 0,06 0,04
Berat Cawan gr 3,34 2,41 2,4
Berat Tanah Kering gr 0,21 0,22 0,21
Kadar Air % 23,81 27,27 19,05
Kadar Air Rata-rata % 23,38
Batas Susut
No. Test I II
Tanah Dalam Kondisi Basah
Berat cawan Petri, W1 27,19 26,62
Berat cawan + Tanah basah, W2 55,36 57,26
Berat tanah basah, W3 = W2 - W1 28,17 30,64
Berat air raksa yang dipindahkan, Wr1 311,6 324,2
Volume isi tanah basah, V1 = (Wr1/13,6) 22,91 23,84
Tanah Dalam Kondisi Kering
Berat Tanah Kering, W4 23,34 25,35
Berat air raksa yang dipindahkan, Wr2 279,31 283,24
Volume isi tanah kering, V2 = (Wr2/13,6) 20,54 20,83
Berat air, W5 = (W3 - W4) 4,83 5,29
Kadar Air, W = W5 / W4 x 100 % 20,69 20,87
Batas susut (SL) 10,52 8,99
shringkage ratio = SR = W/V2 1,01 1,00
Volume penyusutan (SV) 10,25 11,90
Linear Sharingkage (LS) 309,34 364,48

Makassar, September 2021

Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-7
UJI ANALISA BUTIRAN
(ASTM D 422-72) dan (ASTM D 1140-54)
TITIK I

BERAT JUMLAH BERAT PERSEN


DIAMETER
NO.SARINGAN TERTAHAN TERTAHAN
(mm) TERTAHAN LEWAT (%)
(gram) (gram)
4 4,750 13,97 13,97 1,397 98,603
10 2,000 49,12 63,09 6,309 93,691
20 0,850 23,70 86,79 8,679 91,321
30 0,600 12,55 99,34 9,934 90,066
40 0,425 18,27 117,61 11,761 88,239
60 0,250 4,48 122,09 12,209 87,791
80 0,180 15,25 137,34 13,734 86,266
100 0,150 12,09 149,43 14,943 85,057
200 0,075 46,85 196,28 19,628 80,372
WAKTU PEMBACAAN
DIAMETER KOREKSI SUHU N N'
JAM PERCOBAAN SUHU HYDROMETER Rh' + tm
o
SISTEM KLASIFIKASI UNIFIED
(Menit) ( C) (Rh) (mm) (tm) Rh' = Rh - 1 % % LEMPUNG D< 0,002 mm
8037,20%
0 0 27 0 0,0000 2 LANAU 0,002<D<0,075 mm
0,0083 0,5 27 37 0,1743 2 36 75,1125 60,3694 PASIR 0,075<D<4,75 mm
0,0167 1 27 30 0,1232 2 29 61,2760 49,2487 KERIKIL 4,75<D<75 mm 0%

0,0333 2 27 28 0,0871 2 27 57,3227 46,0714


0,0833 5 27 23 0,0551 2 22 47,4395 38,1281
0,25 15 27 17 0,0381 2 16 35,5796 28,5960 Makassar, September 2021
0,5 30 27 13 0,0225 2 12 27,6730 22,2414 Mengetahui
1 60 27 10 0,0159 2 9 21,7431 17,4754
4 240 27 7 0,0080 2 6 15,8132 12,7094
24 1440 27 2 0,0032 2 1 5,9299 4,7660

Irwan Lie Keng Wong, ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN A-8
UJI ANALISA BUTIRAN
(ASTM D 422-72) dan (ASTM D 1140-54)
TITIK II

PERSEN
BERAT JUMLAH BERAT
DIAMETER
NO.SARINGAN TERTAHAN TERTAHAN
(mm) TERTAHAN LEWAT (%)
(gram) (gram)
4 4,750 3,15 3,15 0,315 99,685
10 2,000 16,77 19,92 1,992 98,008
20 0,850 24,91 44,83 4,483 95,517
30 0,600 17,39 62,22 6,222 93,778
40 0,425 22,39 84,61 8,461 91,539
60 0,250 11,38 95,99 9,599 90,401
80 0,180 21,29 117,28 11,728 88,272
100 0,150 25,32 142,6 14,26 85,740
200 0,075 56,21 198,81 19,881 80,119
WAKTU PEMBACAAN
DIAMETER KOREKSI SUHU N N'
JAM PERCOBAAN SUHU HYDROMETER Rh' + tm
o
(Menit) ( C) (Rh) (mm) (tm) Rh' = Rh - 1 % % SISTEM KLASIFIKASI UNIFIED
0 0 27 0 0,0000 2 LEMPUNG D< 0,002 mm
0,0083 0,5 27 39 0,1743 2 38 79,0658 63,5468 LANAU 0,002<D<0,075 mm
PASIR 0,075<D<4,75 mm
0,0167 1 27 31 0,1232 2 30 63,2526 50,8374
KERIKIL 4,75<D<75 mm
0,0333 2 27 25 0,0871 2 24 51,3928 41,3054
0,0833 5 27 20 0,0551 2 19 41,5095 33,3620
0,25 15 27 16 0,0381 2 15 33,6030 27,0074 Makassar, September 2021
0,5 30 27 13 0,0225 2 12 27,6730 22,2414
1 60 27 10 0,0159 2 9 21,7431 17,4754 Mengetahui
4 240 27 8 0,0080 2 7 17,7898 14,2980
24 1440 27 4 0,0032 2 3 9,8832 7,9433

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN B-1
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK I VARIASI 0%

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 27,50% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,72 Berat Abu Kulit Kopi : -

5kg + 800 ml 5kg + 900 ml 5kg + 1000 ml 5kg + 1100 ml 5kg + 1200 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 14015 14150 14335 14355 14365
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5685 5820 6005 6025 6035
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,357 1,389 1,433 1,438 1,440
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,145 1,159 1,188 1,175 1,171

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 16,570 16,183 15,263 15,406 16,399
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 14,129 13,667 12,816 12,766 13,508
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 15,620 15,213 14,278 14,446 15,434
Berat Tanah Kering (Gr) 13,179 12,697 11,831 11,806 12,543
Berat Air (Gr) 2,441 2,516 2,447 2,640 2,891
Kadar Air (Gr) 18,523 19,812 20,686 22,361 23,049
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,759 1,720 1,695 1,648 1,630

Kepadatan kering vs Kadar air


1,90
1,80
Kepadatan Kering (Gr/cm3)

1,70
1,60
1,50 y = -0,0286x + 2,288
1,40
1,30
1,20
1,10
1,00 y = -0,0045x2 + 0,1923x - 0,8835
0,90
0,80
0,70
0,60
17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00
Kadar Air (%)
LAMPIRAN B-2
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK I VARIASI 8%

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 27,50% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,72 Berat Abu Kulit Kopi : 400 gr

5kg + 800 ml 5kg + 900 ml 5kg + 1000 ml 5kg + 1100 ml 5kg + 1200 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 14195 14400 14505 14470 14480
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5865 6070 6175 6140 6150
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,400 1,449 1,474 1,465 1,468
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,167 1,197 1,210 1,196 1,191

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 8,229 7,945 9,343 12,239 9,484
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 7,018 6,734 7,847 10,164 7,876
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 7,279 6,975 8,358 11,279 8,519
Berat Tanah Kering (Gr) 6,068 5,764 6,862 9,204 6,911
Berat Air (Gr) 1,212 1,211 1,496 2,076 1,608
Kadar Air (Gr) 19,969 21,012 21,794 22,551 23,264
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,716 1,686 1,664 1,643 1,624

1,800
1,700
Kepadatan Kering (kg/cm3)

1,600
1,500 y = -0,0279x + 2,2716
1,400
y = -0,0099x2 + 0,4365x - 3,5814
1,300
1,200
1,100
1,000
0,900
0,800
0,700
19,500 20,000 20,500 21,000 21,500 22,000 22,500 23,000 23,500
Kadar Air %
LAMPIRAN B-3
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK I VARIASI 12%

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 27,50% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,72 Berat Abu Kulit Kopi : 600 gr

5kg + 800 ml 5kg + 900 ml 5kg + 1000 ml 5kg + 1100 ml 5kg + 1200 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 13745 13960 14145 14260 14330
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5415 5630 5815 5930 6000
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,292 1,344 1,388 1,415 1,432
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,075 1,108 1,137 1,132 1,131

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 13,294 14,460 13,765 11,511 11,543
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 11,214 12,089 11,451 9,401 9,319
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 12,344 13,490 12,780 10,551 10,578
Berat Tanah Kering (Gr) 10,264 11,119 10,466 8,441 8,354
Berat Air (Gr) 2,080 2,371 2,314 2,109 2,224
Kadar Air (Gr) 20,264 21,325 22,108 24,990 26,619
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,707 1,677 1,655 1,580 1,540

2,000
1,900
1,800
Kepadatan Kering (kg/cm3)

1,700 y = -0,0262x + 2,2367


1,600
1,500
1,400
1,300 y = -0,0039x2 + 0,1919x - 1,1931
1,200
1,100
1,000
0,900
19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00
Kadar Air %
LAMPIRAN B-4
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK I VARIASI 16%

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 27,50% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,72 Berat Abu Kulit Kopi : 800 gr

5kg + 800 ml 5kg + 900 ml 5kg + 1000 ml 5kg + 1100 ml 5kg + 1200 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 13680 13780 14080 14100 14130
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5350 5450 5750 5770 5800
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,277 1,301 1,372 1,377 1,384
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,049 1,056 1,100 1,082 1,067

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 11,364 12,239 11,401 12,327 10,084
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 9,505 10,122 9,336 9,893 7,993
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 10,414 11,269 10,416 11,367 9,119
Berat Tanah Kering (Gr) 8,555 9,152 8,351 8,933 7,028
Berat Air (Gr) 1,859 2,117 2,066 2,433 2,091
Kadar Air (Gr) 21,735 23,127 24,736 27,239 29,745
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,665 1,628 1,586 1,525 1,469

1,800
1,700
1,600 y = -0,0244x + 2,1933
Kepadatan Kering gr/cm3

1,500
1,400
1,300
1,200
1,100
1,000 y = -0,0022x2 + 0,1164x - 0,4399
0,900
0,800
0,700
0,600
20,000 22,000 24,000 26,000 28,000 30,000
Kadar Air %
LAMPIRAN B-5
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK II VARIASI 0%

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 26,33% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,68 Berat Abu Kulit Kopi : -

5kg + 850 ml 5kg + 950 ml 5kg + 1050 ml 5kg + 1150 ml 5kg + 1250 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 14120 14225 14350 14385 14415
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5790 5895 6020 6055 6085
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,382 1,407 1,437 1,445 1,452
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,164 1,174 1,191 1,177 1,175

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 9,726 7,876 7,633 7,018 8,901
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 8,339 6,733 6,494 5,893 7,383
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 8,776 6,906 6,648 6,058 7,936
Berat Tanah Kering (Gr) 7,389 5,763 5,509 4,933 6,418
Berat Air (Gr) 1,387 1,143 1,139 1,124 1,517
Kadar Air (Gr) 18,766 19,830 20,684 22,793 23,639
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,750 1,718 1,693 1,634 1,612

Kepadatan kering vs Kadar air


1,800
1,700
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1,600
1,500 y = -0,0282x + 2,2781
1,400
1,300
y = -0,0032x2 + 0,1385x - 0,3014
1,200
1,100
1,000
0,900
0,800
17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00
Kadar Air (%)
LAMPIRAN B-6
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK II VARIASI 8%
Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg
Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 26,33% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,68 Berat Abu Kulit Kopi : 240 gr

5kg + 850 ml 5kg + 950 ml 5kg + 1050 ml 5kg + 1150 ml 5kg + 1250 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 14260 14390 14485 14500 14525
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5930 6060 6155 6170 6195
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
3
Kepadatan (Gr/cm ) 1,415 1,446 1,469 1,473 1,479
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,183 1,190 1,195 1,183 1,178

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 9,600 10,560 10,048 11,237 9,795
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 8,179 8,857 8,357 9,215 7,998
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 8,650 9,590 9,063 10,277 8,830
Berat Tanah Kering (Gr) 7,229 7,887 7,372 8,255 7,033
Berat Air (Gr) 1,421 1,703 1,692 2,022 1,797
Kadar Air (Gr) 19,650 21,589 22,948 24,497 25,545
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,723 1,667 1,630 1,590 1,564

1,800
1,700
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1,600
y = -0,027x + 2,2521
1,500
1,400
1,300
1,200
1,100 y = -0,0014x2 + 0,0635x + 0,4859
1,000
0,900
0,800
0,700
18,000 19,000 20,000 21,000 22,000 23,000 24,000 25,000 26,000 27,000 28,000
Kadar Air (%)
LAMPIRAN B-7
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK II VARIASI 12 %

Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg


Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 26,33% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,68 Berat Abu Kulit Kopi : 600 gr

5kg + 850 ml 5kg + 950 ml 5kg + 1050 ml 5kg + 1150 ml 5kg + 1250 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 13990 14095 14305 14375 14400
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5660 5765 5975 6045 6070
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
Kepadatan (Gr/cm3) 1,351 1,376 1,426 1,443 1,449
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,119 1,126 1,152 1,141 1,132

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 11,900 16,571 9,751 11,932 12,349
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 10,020 13,734 8,062 9,632 9,862
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 10,950 15,611 8,766 10,972 11,384
Berat Tanah Kering (Gr) 9,070 12,764 7,082 8,682 8,892
Berat Air (Gr) 1,880 2,837 1,688 2,301 2,487
Kadar Air (Gr) 20,728 22,229 23,839 26,499 27,965
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,691 1,649 1,607 1,540 1,506

1,800
1,700 y = -0,0255x + 2,2177
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1,600
1,500
1,400
1,300
1,200
1,100
1,000 y = -0,0017x2 + 0,085x + 0,0852
0,900
0,800
20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00
Kadar Air (%)
LAMPIRAN B-8
PENGUJIAN KOMPAKSI (MODIFIED PROCTOR)
ASTM D-1557
TITIK II VARIASI 16 %
Lokasi Penelitian : Lab. Mekanika Tanah Berat Mold : 8,37 kg
Lokasi Sampel Tanah : Desa. Rantebua, Kec. Rantebua, Kab. Toraja Utara Tinggi Mold : 22,8 cm
Lokasi Kulit Kopi : PT. Toarco Jaya Diameter Mold : 15,3 cm
Dikerjakan Oleh : Richal Armando Lantiunga Volume Mold : 4189,743 cm3
Dihitung Oleh : Richal Armando Lantiunga Berat Penumbuk : 1,5 kg
Tanggal Penelitian : 16 Agustus 2021 Tinggi Jatuh Penumbuk : 15,7 cm
Kadar Air Tanah : 26,33% Berat Tanah : 5000 gr
Berat Jenis Tanah : 2,68 Berat Abu Kulit Kopi : 800 gr

5kg + 850 ml 5kg + 950 ml 5kg + 1050 ml 5kg + 1150 ml 5kg + 1250 ml
Berat Mold + Tanah Basah(Gr) 13675 13950 14160 14200 14250
Berat Mold (Gr) 8330 8330 8330 8330 8330
Berat Tanah Basah (Gr) 5345 5620 5830 5870 5920
3
Volume Mold (r = 7,65 , t = 22,8) cm 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743 4189,743
Kepadatan (Gr/cm3) 1,276 1,341 1,391 1,401 1,413
3
Kepadatan Kering (Gr/cm ) 1,047 1,087 1,113 1,103 1,095

Berat Cawan + Tanah Basah (Gr) 9,704 10,718 11,512 11,358 11,098
Berat Cawan + Tanah Kering (Gr) 8,134 8,872 9,403 9,143 8,819
Berat Cawan (Gr) 0,98 0,97 0,98 0,95 0,97
Berat Tanah Basah (Gr) 8,754 9,748 10,527 10,398 10,133
Berat Tanah Kering (Gr) 7,184 7,902 8,418 8,183 7,854
Berat Air (Gr) 1,570 1,847 2,109 2,214 2,278
Kadar Air (Gr) 21,853 23,371 25,049 27,060 29,007
ZAV = Gs/(1+w/100*Gs) 1,660 1,619 1,576 1,527 1,483

1,800
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1,600
1,400
y = -0,0247x + 2,1967
1,200
1,000
y = -0,0031x2 + 0,1626x - 1,0324
0,800
0,600
0,400
0,200
0,000
21,000 22,000 23,000 24,000 25,000 26,000 27,000 28,000 29,000 30,000
Kadar Air (%)

Makassar, September 2020


Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN C-1
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK I VARIASI 0%

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 1 (Abu 0%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 13,98 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2575 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 832,43 gr qu : 0,5151 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,544 gr / cm3

Waktu REGANGAN
PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN
(%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Menit) 2
(Cm )
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 16 7,95 0,995 38,693 0,2055
24 1 25 12,43 0,990 38,889 0,3195
36 2 32 15,90 0,980 39,286 0,4048
48 3 36 17,89 0,970 39,691 0,4508
60 4 40 19,88 0,960 40,104 0,4957
72 5 42 20,87 0,950 40,526 0,5151
84 6 41 20,38 0,940 40,957 0,4975
96 7 40 19,88 0,930 41,398 0,4802

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan

0,5
Tegangan (Kg/cm2)

7 cm
0,4

0,3

14 cm
0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Regangan (%)
LAMPIRAN C-2
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK I VARIASI 8 %

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 1 (Abu 8%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 13,99 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2759 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 884,67 gr qu : 0,5519 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,641 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
2
(Cm )
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 16 7,95 0,995 38,693 0,2055
24 1 26 12,92 0,990 38,889 0,3323
36 2 33 16,40 0,980 39,286 0,4175
48 3 38 18,89 0,970 39,691 0,4758
60 4 43 21,37 0,960 40,104 0,5329
72 5 45 22,37 0,950 40,526 0,5519
84 6 43 21,37 0,940 40,957 0,5218
96 7 41 20,38 0,930 41,398 0,4922

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,6

0,5
Tegangan (Kg/cm2)

7 cm
0,4

0,3
14 cm

0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Regangan (%)
LAMPIRAN C-3
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK I VARIASI 12 %

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 1 (Abu 12%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 14,00 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2207 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 876,31 gr qu : 0,4415 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,626 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Cm 2)
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 16,5 8,20 0,995 38,693 0,2119
24 1 23 11,43 0,990 38,889 0,2939
36 2 30 14,91 0,980 39,286 0,3795
48 3 33 16,40 0,970 39,691 0,4132
60 4 35,5 17,64 0,960 40,104 0,4399
72 5 36 17,89 0,950 40,526 0,4415
84 6 35 17,40 0,940 40,957 0,4247
96 7 33 16,40 0,930 41,398 0,3962

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,5

0,45
Tegangan (Kg/cm2)

0,4
7 cm
0,35

0,3

0,25
14 cm
0,2

0,15

0,1

0,05

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Regangan (%)
LAMPIRAN C-4
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK I VARIASI 16%

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 1 (Abu 16%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 14,00 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2880 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 815,89 gr qu : 0,5760 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,514 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
2
(Cm )
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 9 4,47 0,995 38,693 0,1156
24 1 17 8,45 0,990 38,889 0,2173
36 2 24,8 12,33 0,980 39,286 0,3137
48 3 32 15,90 0,970 39,691 0,4007
60 4 37,5 18,64 0,960 40,104 0,4647
72 5 42 20,87 0,950 40,526 0,5151
84 6 46 22,86 0,940 40,957 0,5582
96 7 47 23,36 0,930 41,398 0,5643
108 8 48,5 24,10 0,920 41,848 0,5760
120 9 48 23,856 0,910 42,308 0,5639
132 10 47 23,359 0,900 42,778 0,5461

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,6

0,5 7 cm
Tegangan (Kg/cm2)

0,4

0,3 14 cm

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10

Regangan (%)
LAMPIRAN C-5
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK II VARIASI 0 %
LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara
NO. CONTOH : Titik 2 (Abu 0%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 14,00 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2637 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 854,47 gr qu : 0,5273 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,585 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Cm 2)
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 12 5,96 0,995 38,693 0,1541
24 1 25 12,43 0,990 38,889 0,3195
36 2 33 16,40 0,980 39,286 0,4175
48 3 36 17,89 0,970 39,691 0,4508
60 4 38,7 19,23 0,960 40,104 0,4796
72 5 43 21,37 0,950 40,526 0,5273
84 6 42 20,87 0,940 40,957 0,5097
96 7 40 19,88 0,930 41,398 0,4802

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,6

0,5
Tegangan (Kg/cm2)

7 cm
0,4

0,3
14 cm

0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Regangan (%)
LAMPIRAN C-6
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK II VARIASI 8 %

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 2 (Abu 8%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 14,00 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2138 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 848,80 gr qu : 0,4275 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,575 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Cm 2)
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 12 5,96 0,995 38,693 0,1541
24 1 22 10,93 0,990 38,889 0,2812
36 2 29,5 14,66 0,980 39,286 0,3732
48 3 33,5 16,65 0,970 39,691 0,4195
60 4 34,5 17,15 0,960 40,104 0,4275
72 5 33 16,40 0,950 40,526 0,4047
84 6 29,5 14,66 0,940 40,957 0,3580

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,5

0,45
Tegangan (Kg/cm2)

0,4
7 cm
0,35

0,3

0,25

0,2 14 cm
0,15

0,1

0,05

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Regangan (%)
LAMPIRAN C-7
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK II VARIASI 12 %

LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara


NO. CONTOH : Titik 2 (Abu 12%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 13,98 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2651 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 856,56 gr qu : 0,5303 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,589 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Cm 2)
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 11 5,47 0,995 38,693 0,1413
24 1 20,5 10,19 0,990 38,889 0,2620
36 2 29,5 14,66 0,980 39,286 0,3732
48 3 36,5 18,14 0,970 39,691 0,4570
60 4 40,5 20,13 0,960 40,104 0,5019
72 5 43 21,37 0,950 40,526 0,5273
84 6 43,7 21,72 0,940 40,957 0,5303
96 7 42 20,87 0,930 41,398 0,5042
108 8 39,5 19,63 0,920 41,848 0,4691

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,6

0,5
7 cm
Tegangan (Kg/cm2)

0,4

0,3
14 cm

0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Regangan (%)
LAMPIRAN C-8
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS
ASTM D 2166-06
TITIK II VARIASI 16 %
LOKASI : Desa Rantebua, Kecamatan Rantebua, Kabupaten Toraja Utara
NO. CONTOH : Titik 2 (Abu 16%)
DIKERJAKAN OLEH : Richal Armando Lantiunga

DIAMETER : 7,00 cm FAKTOR KALIBRASI : 0,497 Kg / cm2


TINGGI CONTOH : 14,00 cm Q : -
LUAS : 38,50 cm2 Cu : 0,2673 Kg / cm2
Berat Contoh Tanah : 818,82 gr qu : 0,5345 Kg / cm2
Volume Contoh Tanah : 539,00 cm3 ST :
Berat Volume Tanah : 1,519 gr / cm3

Waktu REGANGAN PEMB. BEBAN ANGKA LUAS TEGANGAN


(Menit) (%) ARLOJI (Kg) KOREKSI TERKOREKSI (Kg/Cm 2)
(Cm 2)
0 0 0 0 1,000 38,500 -
12 0,5 10 4,97 0,995 38,693 0,1284
24 1 17 8,45 0,990 38,889 0,2173
36 2 25 12,43 0,980 39,286 0,3163
48 3 32 15,90 0,970 39,691 0,4007
60 4 37,5 18,64 0,960 40,104 0,4647
72 5 40 19,73 0,950 40,526 0,4869
84 6 42,5 21,12 0,940 40,957 0,5157
96 7 44 21,87 0,930 41,398 0,5282
108 8 44,8 22,27 0,920 41,848 0,5321
120 9 45,5 22,614 0,910 42,308 0,5345
132 10 43,9 21,818 0,9 42,778 0,5100
144 11 41 20,377 0,89 43,258 0,4711

Grafik Hubungan Tegangan - Regangan


0,65

7 cm
0,55
Tegangan (Kg/cm2)

0,45

0,35 14 cm

0,25

0,15

0,05

-0,05 0 2 4 6 8 10 12

Regangan (%)

Makassar, September 2021


Mengetahui

Irwan Lie Keng Wong,ST.,MT.


Pelaksana Laboratorium
LAMPIRAN D-1

Proses Penjemuran Tanah

Proses Penumbukan Tanah


LAMPIRAN D-2

Proses pemadatan menggunakan Kompaksi Proctor Standar

Proses Mencuci Untuk Analisa Ayakan (Ayakan Basah)

Proses Penyaringa Tanah Untuk Analisa Ayakan


LAMPIRAN D-3

Pembacaan Analisa Hydrometer

Pengujian Batas-Batas Atterberg


LAMPIRAN D-4

Pencampuran Sampel Tanah dan Abu Kulit Kopi Untuk Pengujian


Kompaksi

Proses Pemadatan Menggunakan Kompaksi


LAMPIRAN D-5

Proses Pencampuran Sampel Tanah dan Abu Kulit Kopi untuk


Pengujian UCT

Proses Pencetakan Sampel Benda Uji UCT


LAMPIRAN D-6

Mengukur Diameter Sampel Benda Uji

Mengukur Tinggi Sampel Benda Uji


LAMPIRAN D-7

Menimbang Sampel Benda Uji

Proses Pemadatan Menggunakan Alat UCT

Anda mungkin juga menyukai