SKRIPSI
Oleh:
DYAH PUSPITA SARI
1410232001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI
SAWAH DAN TANAMAN JAGUNG DI NAGARI SUNGAI
KAMUYANG KECAMATAN LUAK KABUPATEN LIMA
PULUH KOTA
Oleh:
DYAH PUSPITA SARI
1410232001
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat, rahmat dan karunia yang diberikan Allah SWT
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EVALUASI
KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI SAWAH DAN TANAMAN
JAGUNG DI NAGARI SUNGAI KAMUYANG KECAMATAN LUAK
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. Azwar Rasyidin, MAgr sebagai pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Amrizal Saidi, MS sebagai pembimbing II terima kasih atas segala petunjuk, saran
masukan serta bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. Selanjutnya, ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada dosen-dosen Jurusan Tanah, teman-teman
dan semua pihak yang telah banyak membantu dan berpartisipasi serta memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat untuk pengembangan ilmu khususnya ilmu pertanian serta dapat
menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
D. P. S
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL............................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
A. Evaluasi dan Kesesuaian Lahan............................................... 4
B. Karakteristik Tanah Sawah...................................................... 8
C. Karakteristik Lahan Kering..................................................... 11
D. Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) dan Syarat
Tumbuh.................................................................................... 13
E. Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Syarat Tumbuh.............. 15
III. BAHAN DAN METODA........................................................... 16
A. Waktu dan Tempat.................................................................. 16
B. Alat dan Bahan........................................................................ 16
C. Metoda Penelitian................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 25
A. Keadaan Umum Daerah Penelitian………………………… 25
B. Kondisi Satuan Lahan Penelitian…………………………... 32
C. Sifat Fisika Tanah………………………………………….. 33
D. Sifat Kimia Tanah………………………………………….. 35
E. Evaluasi Kesesuaian Lahan………………………………... 45
V. PENUTUP 61
A. Kesimpulan………………………………………………... 61
B. Saran………………………………………………………. 61
RINGKASAN………………………………………………………. 63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 67
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis peta yang diperlukan di lapangan................................... 16
2. Peralatan utama yang diperlukan di lapangan......................... 17
3. Satuan Lahan Nagari Sungai Kamuyang dan Titik
Pengambilan Sampel............................................................... 20
4. Parameter sifat fisika dan kimia tanah yang dianalisis........... 23
5. Kelas Lereng di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak ……,, 26
6. Data curah hujan Nagari Sungai Kamuyang……………….. 31
7. Suhu udara pada tujuh satuan lahan di Nagari Sungai
Kamuyang………………………………………………….. 30
8. Hasil analisis tekstur tanah pada tujuh satuan lahan di Nagari
Sungai Kamuyang…………………………………………. 34
9. Hasil Berat Volume (BV) tanah di Nagari Sungai
Kamuyang………………………………………………….. 36
10. Hasil analisis pH tanah pada tujuh satuan lahan di nagari
Sungai Kamuyang……………………………...…………… 37
11. Hasil analisis C-organik tanah pada tujuh satuan lahan di
nagari Sungai Kamuyang………………………………......... 38
12. Hasil analisis N-total tanah di Nagari Sungai Kamuyang…... 39
13. Hasil analisis P-tersedia tanah pada tujuh satuan lahan di
Nagari Sungai Kamuyang…………………………………… 41
14. Hasil analisis KTK tanah pada tujuh satuan lahan di nagari
Sungai Kamuyang…………………………………………... 42
15. Hasil analisis KB tanah pada tujuh satuan lahan di nagari
Sungai Kamuyang………………………………………….. 43
16. Hasil analisis K-dd pada tujuh satuan lahan di Nagari Sungai
Kamuyang…………………………………………………... 44
17. Kualitas dan karakteristik lahan pada tujuh satuan peta lahan
di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak........................ 46
18. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Padi Sawah
Irigasi pada tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai Kamuyang
Kec. Luak................................................................................ 49
19. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Padi
Sawah Irigasi pada tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai
Kamuyang Kec. Luak………………………………..............
52
iii
20. Upaya perbaikan pada satuan lahan di Nagari Sungai
Kamuyang……………….......................................................
53
21. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Jagung pada
tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak...
22. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk tanaman jagung 56
pada tujuh satuan lahan di Nagari Sungai Kamuyang………..
23. Upaya perbaikan pada satuan lahan di Nagari Sungai 59
Kamuyang……………………………………………….......
60
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alur tahap pembuatan peta satuan lahan................. 17
2. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Nagari Sungai Kamuyang
Selama 10 tahun..................................................................... 28
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal kegiatan penelitian...................................................... 70
2. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.................. 71
3. Prosedur analisis tanah di laboratorium.................................. 74
4. Kriteria parameter analisis laboratorium................................ 82
5. Jumlah bulan basah dan bulan kering nagari Sungai
Kamuyang............................................................................... 84
6. Perhitungan tipe iklim nagari Sungai Kamuyang menurut
Schmidt-Ferguson................................................................... 85
7. Perhitungan Suhu Udara di Nagari Sungai Kamuyang.......... 86
8. Kriteria parameter kondisi fisik di lapangan........................... 88
9. Kualitas dan karakteristik lahan yang disarankan untuk
digunakan dalam evaluasi lahan.............................................. 92
10. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza
sativa L.).................................................................................. 93
11. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
(Zea mays L.).......................................................................... 94
12. Deskripsi Profil....................................................................... 95
13. Peta administrasi wilayah nagari Sungai Kamuyang skala 1 :
50.0000.................................................................... 102
14. Peta topografi nagari Sungai Kamuyang skala 1 :
50.000...................................................................................... 103
15. Peta kelas lereng nagari Sungai Kamuyang skala 1 :
50.000......................................................................................
104
16. Peta penggunaan lahan nagari Sungai Kamuyang skala 1 :
50.000......................................................................................
105
17. Peta jenis tanah nagari Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000….. 106
18. Peta geologi nagari Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000........... 107
19. Peta fisiografi nagari Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000........ 108
20. Peta satuan lahan nagari Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000... 109
21. Peta titik pengambilan sampel skala 1 : 50.000..................... 111
22. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Padi Sawah di Nagari Sungai
Kamuyang skala 1 : 50.000..................................................... 112
vi
23. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Padi Sawah di Nagari
Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000......................................... 113
24. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Jagung di Nagari Sungai
Kamuyang skala 1 : 50.000..................................................... 114
25. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Jagung di Nagari Sungai
Kamuyang skala 1 : 50.000..................................................... 115
vii
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI
SAWAH DAN TANAMAN JAGUNG DI NAGARI SUNGAI
KAMUYANG KECAMATAN LUAK KABUPATEN LIMA
PULUH KOTA
ABSTRAK
Padi sawah dan jagung merupakan tanaman pangan yang umum ditanam di
Kecamatan Luak khususnya di Nagari Sungai Kamuyang. Data BPS pada tahun
2012 – 2016 menunjukkan produksi padi sawah dan jagung di Kecamatan Luak
tercatat mengalami penurunan produksi pada tahun 2013. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah
dan Jagung di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh
Kota”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman padi sawah dan jagung di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak
Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu survei
lapangan di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak dan analisis tanah di
laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Pengklasifikasian evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan metoda matching
yaitu membandingkan nilai kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan
tumbuh tanaman. Hasil penelitian pada kesesuaian untun tanaman padi sawah
adalah pada satuan lahan SL1, SL3, dan satuan lahan SL4 termasuk kelas sesuai
marjinal (S3) subkelas S3tc,nr,eh dengan faktor pembatas temperatur rerata, retensi
hara, dan bahaya erosi dengan luas 142,68 ha. Pada satuan lahan SL2 termasuk
kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3tc,nr dengan faktor pembatas temperatur
rerata dan retensi hara dengan luas 35,35 ha. Pada satuan lahan SL5 termasuk kelas
sesuai marjinal (S3) subkelas S3rc,nr dengan faktor pembatas kedalaman tanah dan
retensi hara dengan luas 151,05 ha. Pada satuan lahan SL6 dan SL7 termasuk kelas
sesuai marjinal (S3) subkelas S3nr dengan faktor pembatas retensi hara dengan luas
981,56 ha. Sedangkan hasil penelitian pada kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
adalah pada satuan lahan SL1, SL2, SL3, SL4, dan SL7 termasuk kedalam kelas
sesuai marjinal (S3) subkelas S3wa,nr dengan faktor pembatas curah hujan dan
retensi hara dengan luas 689,18 ha. Pada satuan lahan SL5 tergolong kelas sesuai
marjinal (S3) subkelas S3wa,oa,rc,nr dengan faktor pembatas curah hujan, drainase,
kedalaman tanah, dan retensi hara dengan luas 151,05 ha. Pada satuan lahan SL6
tergolong kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3wa,oa,nr dengan faktor pembatas
curah hujan, drainase, dan retensi hara dengan luas 470,39 ha.
viii
EVALUATION OF LAND SUITABILITY FOR RICE AND MAIZE CROP
IN NAGARI SUNGAI KAMUYANG, LUAK DISTRICT, LIMA PULUH
KOTA REGENCY
ABSTRACT
Rice and maize are common crops planted in Luak District especially in Nagari
Sungai Kamuyang, Statistical data for the area (2012 – 2016) showed that the
production of rice and maize crop in Luak District decreased ini 2013. Therefore, a
research on “Evaluation of Land Suitability for Rice and Maize crop in Nagari
Sungai Kamuyang, Luak District, Lima Puluh Kota Regency” was conducted. This
study was aimed to evaluate land suitability for rice and maize crop in Nagari
Sungai Kamuyang, Luak District, Lima Puluh Kota Regency. The study consisted
of 2 (two) stages, those were field survey in Nagari Sungai Kamuyang, Luak
District and soil analysis at Laboratory of Soil Department, Agriculture Faculty of
Andalas University, Padang. Evaluation of land suitability was done with matching
method which compares the characteristics of land quality to the requirements for
rice and maize crop growth. The results of the research showed that land suitability
for rice plant was classified into S3 (marginally suitable), subclass S3tc,nr,eh with
limiting factors were average temperature, nutrient retention, and erosion for land
unit SL1, SL3, and SL4. The total area for SL1, SL3, and SL4 was 142.68 ha. The
SL2 was classified into S3 (marginally suitable) and subclass S3rc,nr with limiting
factors were soil depth and nutrient retention (151.05 ha). Land unit SL6 and SL7
were classified into S3 (marginally suitable) and subclass S3nr with limiting factor
was nutrient retention (981.56 ha). Then, land suitablity for maize crop was
classified as marginally suitable (S3) and subclass S3wa,nr with limiting factors
were rainfall and nutrient retention (698.18 ha) for land unit SL1, SL2, SL3, SL4,
and SL7. Land unit SL5 was classified into S3 (marginally suitable) and subclass
S3wa,oa,rc,nr with limiting factors were rainfall, drainage, soil depth, and nutrient
retention (151.05 ha). Land unit SL6 was classified into S3 (marginally suitable)
and subclass S3wa,oa,nr with limiting factors were rainfall, drainage, and nutrient
retention (470.39 ha).
ix
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi kesesuaian lahan untuk keperluan perencanaan memiliki
peran penting karena hampir tidak ada aktivitas yang dilakukan tanpa daya
dukung lahan. Pemanfaatan lahan sebagai sumber daya alam khususnya
dalam pengembangan komoditi pertanian perlu mempertimbangkan aspek-
aspek kelestarian lingkungan dan tingkat kesesuaian dan potensi lahan.
Lahan sebagai sumber daya alam yang terdiri atas tanah dan komponennya
memiliki keterbatasan dalam pemanfaatannya, sehingga diperlukan suatu
perencanaan yang matang dalam penggunaannya agar dapat dimanfaatkan
secara tepat dan berkesinambungan.
Penentuan kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuhnya
tanaman sangat diperlukan terutama dalam perencanaan pengembangan
komoditas pertanian. Hal ini penting karena untuk mengetahui potensi
pengembangan tanaman sangat diperlukan pewilayahan komoditas
berdasarkan kelas kesesuaian lahan sehingga tanaman tersebut mampu
tumbuh selaras dengan iklim dan kondisi lahan yang ada.
Menurut Sitorus (1995) salah satu dasar pertimbangan melakukan
perencanaan secara menyeluruh adalah tersedianya informasi lingkungan
fisik yang diperoleh dari kegiatan survei tanah yang diikuti dengan
pengevaluasian lahan pada suatu daerah. Hasil evaluasi lahan memberikan
informasi dan arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan
penggunaan seperti untuk pengembangan tanaman padi sawah dan jagung.
Dengan dilakukannya evaluasi kesesuaian lahan diharapkan akan
diperoleh data-data karakteristik lahan yang akan menunjukkan sifat-sifat
lahan sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaian lahannya terutama
terhadap tanaman padi sawah dan jagung. Kemudian dilakukan usaha-usaha
yang sesuai dengan karakteristik lahan yang pada akhirnya akan
mengoptimalkan produksi tanaman.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian kesesuaian lahan dalam rangka
perencanaan lahan pertanian berkelanjutan agar produktivitas lahan dapat di
tingkatkan sehingga dapat diatasi faktor-faktor penghambatnya dengan
2
tepat dan optimal terutama untuk tanaman padi sawah dan tanaman lahan
kering untuk komoditas jagung.
Padi sawah dan jagung merupakan tanaman pangan yang umum
ditanam di Kecamatan Luak khususnya di Nagari Sungai Kamuyang.
Berdasarkan data BPS pada tahun 2016 di Kecamatan Luak tercatat padi
sawah memiliki luas tanam 3235 Ha dengan produksi 4,91 ton/ha sedangkan
untuk tanaman jagung tercatat luas tanam sebesar 429 Ha dengan produksi
7,96 ton/ha. Walaupun kedua tanaman pangan ini merupakan tanaman yang
umum ditanam di daerah ini, besaran produksi dari kedua komoditas
tanaman pangan ini bersifat tidak stabil. Data BPS pada tahun 2012 – 2016
menunjukkan produksi padi sawah dan jagung di Kecamatan Luak tercatat
mengalami penurunan produksi pada tahun 2013 dan tidak mengalami
kenaikan produksi secara signifikan.
Pada tahun 2012, tercatat padi sawah memiliki produksi sebesar 5,6
ton/ha dengan luas panen 2724 Ha. Namun pada tahun 2013, terjadi
penurunan produksi menjadi 4,7 ton/ha dengan luas panen 3135 ha. Pada
tiga tahun berikutnya walaupun telah terjadi peningkatan luas panen padi
sawah mencapai 3.600 ha namun produksi paling tinggi hanya mencapai 4,9
ton/ha (BPS, 2016). Data tersebut menunjukkan produksi padi sawah di
Kecamatan Luak telah mengalami mengalami penurunan. Sedangkan untuk
tanaman jagung, sejak tahun 2014 produksi jagung tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Pada tahun 2013, terjadi penurunan produksi
dari 16,8 ton/ha menjadi 5,7 ton/ha. Pada tahun-tahun berikutnya, tidak
terjadi perubahan yang berarti dimana pada tahun 2015, tercatat produksi
jagung sebesar 6 ton/ha dengan luas panen 146 ha. Selain itu, pada tahun
2016 telah terjadi peningkatan luas panen jagung hingga 3 kali lipat menjadi
429 ha namun produksi yang dicapai hanya sebesar 6,5 ton/ha.
Selain penurunan dari produksi komoditas di atas, terbukti bahwa
daerah Kecamatan Luak umumnya memiliki angka produksi yang lebih
rendah dibandingkan Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Berdasarkan data
BPS tahun 2016 bahwa kecamatan Situjuah Limo Nagari memiliki angka
produksi padi sebesar 6,53 ton/ha dengan luas panen 3097 ha dan produksi
3
jagung sebesar 7,37 ton/ha dengan luas panen 236 ha. Dari data ini dapat
dinyatakan daerah ini memiliki angka produksi lebih tinggi daripada
Kecamatan Luak sehingga perlu dilakukan evaluasi lahan untuk
membandingkan nilai produksi.
Berdasarkan hal di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah dan Jagung di
Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota”.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini didapatkan analisis kesesuaian
lahan untuk tanaman padi sawah dan jagung sebagai pedoman dalam
pengembangan komoditi pertanian di Nagari Sungai Kamuyang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kelas kesesuaian lahan
aktual dan potensial untuk tanaman padi sawah dan jagung di Nagari Sungai
Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota.
4
4. Unit : Tingkat unit ini yang merupakan bagian dari tingkat sub
kelas, yang dibedakan masing-masing berdasarkan sifat-sifat yang akan
berpengaruh terhadap aspek produksi atau dalam lahan aspek
manajemen bersifat minor yang diperlukan (FAO, 1976 dalam
Djaenudin et al, 2011).
1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang sumber airnya berasal dari tempat lain
melalui saluran-saluran yang sengaja dibuat untuk itu. Dibedakan atas
sawah irigasi teknis, setengah teknis dan sawah irigasi sederhana.
2. Sawah tadah hujan, yaitu sawah yang sumber airnya tergantung atau
berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-bangunan irigasi
permanen. Umumnya terdapat pada wilayah yang posisinya lebih tinggi
dari sawah irigasi atau sawah lainnya sehingga tidak memungkinkan
terjangkau oleh pengairan. Waktu tanam sangat tergantung kepada
datangnya musim hujan.
3. Sawah pasang surut, yaitu sawah yang irigasinya tergantung pada
gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari
laut. Sumber airnya berasal dari air sungai yang karena adanya pengaruh
pasang dan surut air dimanfaatkan untuk mengairi melalui saluran
irigasi dan drainase.
4. Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan didaerah rawa
memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami,
sehingga dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem saluran air.
Kimia tanah sawah sangat penting hubungannya dengan teknologi
pemupukan yang efisien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun
cara pemupukan harus mempertimbangkan sifat kimia tersebut. Sebagai
contoh adalah pemupukan nitrogen dimana jenis, waktu dan cara pemberian
harus memperhatikan perubahan perilaku hara nitrogen pada lahan sawah
agar pemupukan lebih efisien. Sumber pupuk N disarankan dalam bentuk
ammonium dimasukkan ke dalam lapisan reduksi dan diberikan dua sampai
tiga kali (Prasetyo et al., 2004).
Tanah sawah memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain adanya lapisan
oksidasi dan lapisan reduksi, berkurangnya oksigen tanah, pH tanah
cenderung netral (6,7-7,2), Ferri direduksi menjadi ferro, ketersediaan P
lebih tinggi akibat penggenangan, keracunan sulfida terjadi bila
penggenangan cukup lama (Musa et al., 2006).
Penggenangan pada tanah sawah secara nyata akan mempengaruhi
transformasi kimia dan perilaku unsur hara esensial. Keadaan reduksi akibat
10
sebagian besar berlereng curam dan terjal sehingga mengalami erosi yang
cukup tinggi (Noor, 1996).
Pada tanah sangat masam Al menjadi sangat larut yang dijumpai
dalam bentuk kation Al3+ dan hidroksida-Al. Kedua ion Al itu lebih mudah
terjerap pada koloid liat daripada ion H. Aluminium yang terjerap berada
dalam keadaan seimbang dengan Al dalam larutan tanah. Oleh karena Al
berada dalam larutan mudah terhidrolisis, maka Al merupakan penyebab
kemasaman atau penyumbang ion H yang dapat ditunjukkan pada reaksi
berikut ini (Hakim et al, 1986):
Misel Al Al3+
Al3+ + H2O Al(OH)2+ + H+
Pada tanah berkemasaman sedang, senyawa Al dan H merupakan sumber
ion H dalam tanah. Dalam hal ini, basa-basa menyumbangkan sedikit OH-
sehingga Al tidak dalam bentuk ion Al3+ tetapi dalam bentuk Al(OH)2+.
Sebagian dari ion dapat terjerap dan sebagian lagi dapat dipertukarkan
dalam keseimbangan dengan larutan. Melalui proses hidrolisis Al akan
menyumbangkan ion H yang ditunjukkan pada reaksi di bawah ini (Hakim
et al, 1986):
Al3+ + OH- Al(OH)2+
Al(OH)2+ + OH- Al(OH)+
Al(OH)2+ + H2O Al(OH)2+ + H+
Al(OH)2+ + H2O Al(OH)3 + H+
Menurut Prasetyo et al (2006) lahan kering mempunyai potensi
yang tinggi untuk pengembangan pertanian. Namun demikian, pemanfaatan
tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan
baik. Terdapat beberapa kendala yang umum pada lahan kering adalah
kemasaman tanah tinggi, pH rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin
kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan
organik rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan
teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik.
13
C. Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei pada tingkat semi
detil dengan skala peta 1:50.000. Rangkaian penelitian terdiri dari tahap persiapan,
pra survei, survei utama, analisis tanah di laboratorium, serta pengolahan data.
Pengambilan sampel tanah akan dilakukan secara Purposive Random Sampling,
sampel tanah diambil berdasarkan satuan lahan pada luasan > 25 Ha. Sampel tanah
yang sudah diambil, dilakukan analisis di laboratorium sesuai dengan prosedur
yang disajikan pada lampiran 3.
1. Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain berupa
penelaahan daftar pustaka dan informasi yang tersedia yang dapat mendukung
perencanaan pengambilan sampel tanah. Tahap persiapan ini terdiri dari beberapa
kegiatan diantaranya:
a. Perencanaan lokasi penelitian
Perencanaan lokasi pengamatan tanah dilakukan di Nagari Sungai
Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota.
b. Penyediaan Peta
Pada tahap ini dilakukan persiapan yang meliputi penyediaan Peta
Topografi, Peta Lereng, Peta Fisiografi, Peta Geologi dan Peta Penggunaan Lahan.
Peta-peta tersebut berguna untuk membuat peta satuan lahan.
18
Tabel 3. Satuan Lahan Nagari Sungai Kamuyang dan Titik Pengambilan Sampel
SL Satuan Lahan Litologi Fisiografi Lereng (%) Penggunaan Lahan Great Group Luas (Ha) % Luas Titik
Sampel
1 Qamg.V1.3.B.Lk Qamg V.1.3 16 – 30 Lahan Kering Hydrandepts 24,55 1,39 1
2 Qamg.V1.2.A.Lk Qamg V.1.2 0 – 15 Lahan Kering Dystrandepts 35,35 2,00 1
3 Qamg.V1.2.B.Lk Qamg V.1.2 16 – 30 Lahan Kering Dystrandepts 54,00 3,06 1
4 Qamg.V1.2.B.H Qamg V.1.2 16 – 30 Hutan Dystrandepts 64,14 3,63 1
5 Qpt2.V1.3.A.Sw Qpt2 V.1.3 0 – 15 Sawah Hydrandepts 151,05 8,56 1
6 Qamg.V1.3.A.Sw Qamg V.1.3 0 – 15 Sawah Hydrandepts 470,39 26,65 1
7 Qamg.V1.3.A.Lk Qamg V.1.3 0 – 15 Lahan Kering Hydrandepts 511,17 28,96 1
8 Qpt2.V1.3.A.Lk Qpt2 V.1.3 0 – 15 Lahan Kering Hydrandepts 4,25 0,24 -
9 Qamg.V1.2.A.Sw Qamg V.1.2 0 – 15 Sawah Dystrandepts 4,18 0,24 -
10 Qamg.V1.2.B.P Qamg V.1.2 16 - 30 Pemukiman Dystrandepts 0,18 0,01 -
11 Qamg.V1.2.C.Lk Qamg V.1.2 31 - 50 Lahan Kering Dystransepts 1,52 0,09 -
12 Qamg.V1.2.C.H Qamg V.1.2 31 - 50 Hutan Dystrandepts 216,24 12,25 -
13 Qamg.V1.2.D.H Qamg V.1.2 51 - 75 Hutan Dystrandepts 113,11 6,41 -
14 Qamg.V1.2.E.H Qamg V.1.2 > 75 Hutan Dystrandepts 25,74 1,46 -
15 Qamg.V1.3.A.P Qamg V.1.3 0 – 15 Pemukiman Hydrandepts 84,29 4,78 -
16 Qamg.V1.3.B.P Qamg V.1.3 16 - 30 Pemukiman Hydrandepts 1,21 0,07 -
17 Qamg.V1.3.B.Sw Qamg V.1.3 16 - 30 Sawah Hydrandepts 3,65 0,21 -
Jumlah 1765,00 100 7
Keterangan:
Qamg : Andesit Gunung Malintang B : 16 – 30% P : Pemukiman
Qpt2 : Tuff Batu Apung C : 31 – 50% H : Hutan
V1.2 : Stratovolkan, D : 51 – 75% Sw : Sawah
V1.3 : Stratovolkan E : > 75%
A : 0 – 15% Lk : Lahan Kering
21
alat abney level, vegetasi dengan melihat jenis tanaman yang dominan di lokasi
penelitian, erosi, bahaya banjir, dan batuan permukaan.
Untuk pengamatan atau deskripsi profil tanah di lapangan adalah membuat
lubang profil tanah dengan ukuran 1,5 m (panjang) × 1,5 m (lebar) × 1,5 m (dalam),
dan kedalaman lubang profil dibuat mencapai lapisan bahan induk atau horison C.
Menurut Balai Penelitian Tanah tahun 2004 pemilihan lokasi profil sebaiknya:
- Berada jauh dari lokasi bekas penimbunan sampah, pupuk, tanah galian, atau bekas
bangunan, kuburan, tempat sampah, atau bahan lainnya.
- Berjarak > 50 m dari perumahan, pekarangan, gudang, pabrik, bengkel, jalan,
saluran air, atau bangunan lainnya.
- Agak jauh dari pohon besar agar akar pohon tidak menyulitkan penggalian profil
tanah.
- Pada lahan berlereng, profil tanah digali mengarah pada arah lereng sehingga
bidang pengamatan berada di bagian lereng atas.
b. Pengambilan sampel tanah
Pengambilan sampel tanah akan dilakukan secara Purposive Random
Sampling pada setiap satuan lahan dengan luas > 25 ha (Tabel 3). Pengambilan
sampel tanah dilakukan dengan dua cara yaitu: pengambilan sampel tanah satelit
dan pengambilan sampel tanah utuh. Sampel tanah satelit akan diambil dari tiap-
tiap horizon A dan B pada lubang profil. Pengambilan sampel tanah pada profil
dimulai dari horizon paling bawah agar tidak tercampurnya sampel tanah pada
setiap lapisan, sampel tanah diambil ± 2 kg pada setiap lapisan profil tanah. Profil
tanah dibuat sebanyak 1 profil pada tiap satuan lahan dengan luas > 25 ha.
Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan menggunakan ring sampel pada
horizon A dan horizon B pada lubang profil. Titik pengambilan sampel ditentukan
berdasarkan satuan lahan hasil overlay peta administrasi, peta geologi, peta
fisiografi, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Selanjutnya sampel tanah
dikering anginkan dan diayak 2 mm untuk dilakukan analisis laboratorium.
23
5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan analisis di
laboratorium tentang karakteristik lahan disusun secara sederhana dalam bentuk
tabel sebagai data kuantitatif dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan
tumbuh tanaman padi sawah irigasi (Lampiran 11) dan jagung (Lampiran 12).
Parameter yang dinilai yaitu rata-rata curah hujan, rata-rata temperatur tahunan,
bulan kering, drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif, kapasitas tukar
kation, pH tanah, lereng, singkapan batuan, batuan permukaan, bahaya banjir, dan
ketinggian tempat. Kualitas dan karakteristik lahan yang disarankan untuk
24
digunakan dalam evaluasi pada tingkat semi detil di Nagari Sungai Kamuyang
dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Tanah
Sebaran jenis tanah di daerah penelitian ini berdasarkan Peta Satuan Lahan
dan Tanah Lembar Solok (0815) skala 1 : 250.000 yang bersumber dari Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 1990 adalah tanah dengan great groups
Hydrandepts dan Dystrandepts. Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah tahun
1979, Dystrandepts dan Hydrandepts pada sistem klasifikasi 7th Approxionation
merupakan great group dari tanah Andept sebagai sub ordo Inseptisol. Nama sub
ordo Andept ini, digunakan dalam klasifikasi Soil Taxonomy A Basic System of
Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys pada tahun 1979.
Tahun 1978, Smith mengusulkan Andept sebagai satu ordo baru, yaitu Andisol.
Nama ini resmi digunakan dalam Soil Taksonomi 1990 hingga sekarang.
Andisol merupakan tanah yang terbentuk dari abu gunung api atau hasil
letusan gunung api lainnya dan mempunyai ≥60 % sifat tanah andik sampai
kedalaman 60 cm. Tanah ini memliki ciri khas berat volume ≤ 0,90 g/cm3, retensi
fosfat ≥85%, kadar air tersedia yang tinggi, kapasitas tukar kation sedang sampai
26
tinggi. Epipedon penciri dari tanah ini antara lain melanik, umbrik, atau okrik dan
memiliki horixon kambik pada lapisan bawah (Fiantis, 2015).
Menurut PPT (1990), Hydrandepts dan Dystrandepts merupakan tanah-
tanah muda yang telah mengalami perkembangan, berpenampang dalam,
bertekstur agak halus sampai sedang, drainase agak cepat, dan memiliki kesuburan
cukup tinggi dengan kandungan hara sedang sampai tinggi.
3. Kemiringan Lahan
Nagari Sungai Kamuyang memiliki luas 1765,04 Ha dengan sebaran
topografi datar sampai curam. Berdasarkan hasil interpretasi citra radar SRTM
5713, wilayah dengan topografi datar (lereng 0 – 15%) memiliki luas 1260,44 Ha,
topografi agak terjal (lereng 16 – 30%) memiliki luas 147,56 Ha, topografi terjal
(lereng 31 – 50%) memiliki luas 218,19 Ha, wilayah dengan topografi sangat terjal
(lereng 51 – 75%) memiliki luas 113,11 Ha, dan wilayah dengan topografi curam
(lereng >75%) memiliki luas 25,74 Ha. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel.
Tabel 5. Kelas Lereng di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak
No. Lereng (%)* Sub Kelas Luas (Ha)** % Luas
1 0 – 15 Datar 1260,44 71,41
2 16 – 30 Agak terjal 147,56 8,36
3 31 – 50 Terjal 218,19 12,36
4 51 – 75 Sangat terjal 113,11 6,41
5 >75 Curam 25,74 1,46
Jumlah 1765,04 100
)* Dessaunettes, 1976
)** Peta Kelas Lereng Nagari Sungai Kamuyang skala 1 : 50.000
Berdasarkan Tabel 5, lokasi pengambilan sampel berada pada topografi
datar dan agak terjal dengan lereng 0 – 15% dan 16 – 30%. Jika dimasukkan
kedalam kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah irigasi maka daerah
dengan kemiringan lereng 0 – 15% masuk dalam kelas cukup sesuai (S2) dan daerah
dengan kemiringan lereng 16 – 30% masuk dalam kelas sesuai marjinal (S3).
Sedangkan untuk kriteria kesesuaian tanaman jagung, daerah dengan kemiringan
lereng 0 – 15% digolongkan dalam kelas sangat sesuai (S1) dan daerah dengan
kemiringan lereng 16 – 30% digolongkan dalam kelas cukup sesuai (S2).
27
Pada kelerengan lebih dari 30% tidak dilakukan pengambilan sampel karena
berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman padi sawah dan jagung, kelerengan
>30% termasuk dalam kelas tidak sesuai (N) sehingga tidak memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai tempat budidaya padi sawah dan jagung.
4. Iklim
Iklim merupakan salah satu aspek karakteristik lahan yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam pengembangan wilayah pertanian. Hal ini dikarenakan
iklim merupakan faktor peubah dalam produksi hasil pertanian yang sulit untuk
dikontrol sehingga tanaman yang ditanam harus disesuaikan dengan iklim di
wilayah setempat. Terdapat dua buah unsur iklim yang digunakan sebagai aspek
pertimbangan pengembangan wilayah pertanian yaitu curah hujan dan suhu udara.
Curah hujan berpengaruh dalam aspek ketersediaan air bagi tanaman sedangkan
suhu udara berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman karena setiap
tanaman memiliki suhu minimum dan suhu maksimum dalam masa
pertumbuhannya.
a. Curah Hujan
Curah hujan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dalam hal ketersediaan air. Air merupakan unsur terpenting
sebab air berperan dalam pengangkutan hara dari tanah ke akar tanaman dan menuju
bagian-bagian tanaman lainnya.
Data curah hujan yang digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan
wilayah pertanian adalah data curah hujan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2017 yang selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 7 dengan pola curah hujan dapat dilihat pada Gambar 2.
28
400
350 350.7
300 297.3
Gambar 2. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Nagari Sungai Kamuyang Selama 10 tahun
Dari Gambar 2, dapat dilihat pola curah hujan yang didapat dari rata-rata
curah hujan selama 10 tahun (periode pengamatan 2008-2017) di Nagari Sungai
Kamuyang mengalami dua puncak curah hujan yaitu pada bulan April dengan curah
hujan rata-rata sebesar 242,6 mm/bulan dan bulan November dengan curah hujan
rata-rata sebesar 350,7 mm/bulan. Terjadi peningkatan curah hujan mulai dari bulan
Januari, Februari, dan Maret hingga mencapai puncak pada bulan April dan
mengalami penurunan pada bulan Mei, Juni, dan Juli. Kemudian pada bulan
Agustus, September, dan Oktober mengalami peningkatan kembali hingga
mencapai puncak pada November dan mengalami penurunan kembali di bulan
Desember.
Berdasarkan Tabel 6, kita dapat menentukan tipe iklim Nagari Sungai
Kamuyang menggunakan klasifikasi iklim Schmidt Fergusson. Klasifikasi iklim
Schmidt Fergusson didasarkan pada nilai Q (quotien) yaitu perbandingan jumlah
rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah selama periode pengamatan.
Selama 10 tahun periode pengamatan, didapat rata-rata bulan basah 9,1 maksimum
12 bulan dan rata-rata bulan kering 2,2 maksimum 12 bulan. Dari data yang didapat,
Nagari Sungai Kamuyang termasuk tipe iklim B (basah; 14,3% < Q < 33,3%)
dengan nilai Q yaitu 24,18%.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan di Nagari Sungai
Kamuyang Kecamatan Luak adalah 2247,3 mm/tahun. Menurut Siswanto (2006),
curah hujan tersebut termasuk dalam kelas sesuai marjinal (S3) untuk tanaman
jagung. Jagung merupakan tanaman C4 yang memerlukan sinar matahari lebih
29
panjang. Oleh karena itu curah hujan yang tinggi menjadi pembatas dalam
pertumbuhan dari tanaman jagung.
b. Suhu Udara
Tanaman padi sawah dapat tumbuh pada suhu 18oC – 35oC dengan suhu
tebaik 24oC – 29oC. Sedangkan tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan
ketinggian 200 – 2.000 m.d.p.l dengan suhu 15oC – 35oC (Djaenudin, 2011).
Suhu udara memiliki peranan yang penting didalam pertumbuhan tanaman
sebab suhu akan mengaktifkan proses fisik dan proses kimia pada tanaman. Energi
panas yang ditimbulkan oleh suhu dapat mempercepat reaksi-reaksi biokimia pada
tanaman. Selain itu, reaksi fisiologis yang terjadi didalam tanaman dipengaruhi oleh
suhu dengan rentang tertentu.
Ketinggian tempat menjadi aspek yang penting dalam menentukan suhu
sebab suhu dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Penambahan ketinggian
menyebabkan suhu udara semakin turun. Laju penurunan suhu umumnya sekitar
0,6°C setiap penambahan ketinggian sebesar 100 m.d.p.l. Namun hal ini berbeda-
beda tergantung pada tempat, musim, waktu, kandungan uap air dalam udara, dan
faktor lingkungan lain (Whitten et al., 1984).
Dengan hubungan suhu dan ketinggian tempat tersebut, maka suhu udara
didaerah penelitian dapat diprediksi menggunakan rumus Braak (Tan dan
Vansehuylenborgh, 1961) dengan perhitungan:
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
Keterengan:
t = suhu udara
h = ketinggian tempat dari permukaan laut yang dinyatakan dengan
hektometer (hm)
Dengan rumus tersebut diperoleh suhu udara di nagari Sungai Kamuyang
berada pada rentang nilai 12,95oC – 23,26oC. Perhitungan secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 7. Sedangkan suhu udara pada masing-masing lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
30
Tabel 8. Hasil analisis tekstur tanah pada 7 satuan lahan di Nagari Sungai Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon Persentase (%) Kriteria
Pasir Debu Liat Tekstur Kelas tekstur
1 Qamg.V1.3.B.Lk A 21,96 59,32 18,72 Lempung berdebu Sedang
B 14,48 14,31 71,21 Liat Halus
2 Qamg.V1.2.A.Lk A 25,03 29,5 41,26 Liat Halus
B 34,67 14,16 51,17 Liat Halus
3 Qamg.V1.2.B.Lk A 20,18 6,64 73,18 Liat Halus
B 15,65 11,16 73,19 Liat Halus
4 Qamg.V1.2.B.H A 20,42 30,25 49,33 Liat Halus
B 23,85 35,08 41,07 Liat Halus
5 Qpt2.V1.3.A.Sw A 19,4 27,26 53,34 Liat Halus
6 Qamg.V1.3.A.Sw A 36,23 16,24 47,53 Liat Halus
B 44,86 8,38 46,76 Liat Halus
7 Qamg.V1.3.A.Lk A 9,01 9,01 81,15 Liat Halus
B 9,89 14,72 65,39 Liat Halus
35
2. Berat Volume
Berat volume atau bobot isi merupakan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah. Berat volume merupakan
indicator dari padat atau tidak padatnya suatu tanah. Semakin padat tanah maka
tanah akan makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Hardjowigeno,
2015).
Tanah pada lokasi ini, berdasarkan peta satuan lahan dan tanah lembar
Solok tahun 1990 tergolong tanah dengan greatgroups Hydrandepts dan
Dystrandepts yaitu tanah yang tergolong ke dalam tanah andosol yang memiliki
sifat tanah andik. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, bahwa rata-rata
berat volume tanah pada lokasi penelitan adalah <1 g/cm3 yaitu sebesar 0,59 – 0,88
g/cm3 yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sukarman dan Dariah (2014) yaitu tanah Andosol merupakan tanah
yang memiliki salah satu sifat andik yaitu berat isi berkisar 0,37 – 0,90 g/cm3.
Tabel 9. Hasil Berat Volume (BV) tanah di Nagari Sungai Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon BV (g/cm3)
1 Qamg.V1.3.B.Lk A 0,82
B 0,77
2 Qamg.V1.2.A.Lk A 0,88
B 0,82
3 Qamg.V1.2.B.Lk A 0,69
B 0,59
4 Qamg.V1.2.B.H A 0,72
B 0,88
5 Qpt2.V1.3.A.Sw A 0,83
6 Qamg.V1.3.A.Sw A 0,87
B 0,74
7 Qamg.V1.3.A.Lk A 0,84
B 0,79
Tabel 10. Hasil analisis pH tanah pada 7 satuan lahan di nagari Sungai Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon pH Tanah Kriteria
2. C-organik
Bahan organik merupakan aspek yang penting di dalam kesuburan tanah
baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Sanchez (1976) menyatakan, bahan
organik di daerah tropis memiliki peranan sebagai penyedia unsur hara N, P, dan S
yang dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah masam,
menurunkan fiksasi P, membantu memantapkan agregat tanah, mempengaruhi
retensi air, serta membentuk komplek dengan unsur hara mikro.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium mengenai kadar C-organik maka
dapat ditentukan kadar bahan organik dalam tanah dan selanjutnya dapat diketahui
kesesuaian lahannya. Kadar C-organik yang diperoleh termasuk pada kriteria
sedang sampai tinggi. Hasil analisis C-organik dapat dilihat pada Tabel 11.
38
Tabel 11. Hasil analisis C-organik tanah pada 7 satuan lahan di nagari Sungai
Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon % C-Organik Kriteria % Bahan
Organik
1 Qamg.V1.3.B.Lk A 3,23 Tinggi 5,56
B 2,86 Sedang 4,92
2 Qamg.V1.2.A.Lk A 3,05 Tinggi 5,25
B 2,96 Sedang 5,01
3 Qamg.V1.2.B.Lk A 3,03 Tinggi 5,21
B 3,04 Tinggi 5,23
4 Qamg.V1.2.B.H A 3,25 Tinggi 5,59
B 2,9 Sedang 4,99
5 Qpt2.V1.3.A.Sw A 2,96 Sedang 5,09
6 Qamg.V1.3.A.Sw A 2,85 Sedang 4,9
B 2,85 Sedang 4,9
7 Qamg.V1.3.A.Lk A 3,15 Tinggi 5,42
B 3,08 Tinggi 5,3
Dapat dilihat dari Tabel 11, kadar C-organik pada masing-masing satuan
lahan berkisar antara 4,9 – 5,56% dengan kriteria sedang sampai tinggi. Tingginya
kadar bahan organik pada tanah dapat disebabkan karena tingginya fraksi liat tanah.
Tangketasik et al (2012) menyatakan, kadar bahan organik berkolerasi positif
dengan kadar liat tanah. Semakin tinggi kadar liat maka kadar bahan organik juga
akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena liat berfungsi dalam memegang air
yang berpengaruh terhadap pertukaran udara yang semakin tidak baik. Aerasi yang
kurang baik berpengaruh terhadap aktivitas mikrobia tanah dalam melapukkan
bahan organik menjadi terhambat.
Berdasarkan Tabel 11, apabila dihubungkan dengan kriteria kesesuaian
lahan untuk tanaman padi sawah dan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman
jagung maka dapat digolongkan kedalam kelas sangat sesuai (S1).
3. N-total
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil N-total di
lokasi penelitian tergolong kriteria sangat rendah hingga sangat tinggi dengan
rentang nilai 0,06 – 0,8% yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
39
4. P-Tersedia
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil P-tersedia
di lokasi penelitian tergolong kriteria sedang hingga sangat tinggi dengan rentang
nilai 16 – 39 ppm yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Ketersediaan P
didalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH). Hakim et al (1986)
mengemukakan tanah dengan pH mendekati normal memiliki kelarutan Fe dan Al
yang rendah sehingga sebagian fosfat akan dibebaskan.
Hanafiah (2013) juga mengemukakan ketersediaan P di dalam tanah
optimum pada kisaran pH 6,0 – 7,0. Pada tanah dengan di bawah 5,6 maka
kelarutan Fe dan Al akan meningkat sehingga memfiksasi dan mengendapkan P
larutan membentuk Al-P dan Fe-P (koloid) yang kemudian mengalami kristaslisasi
menjadi variscit (AlPO4.2H2O) dan strengit (FePO4.2H2O).
Bahan organik mempengaruhi ketersediaan P baik secara langsung melalui
proses mineralisasi atau secara tidak langsung melalui membantu pelepasan P yang
terfiksasi. Stevenson (1982) menjelaskan ketersediaan P di dalam tanah dapat
dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik melalui proses mineralisasi bahan
organik sehingga terjadi pelepasan P mineral (PO43-) dan melalui aksi dari asam
organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil dari dekomposisi sehinggaterjadi
pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk
terlarut, yang ditunjukkan pada reaksi berikut:
Al (Fe)(H2O)3 (OH)2 H2PO4 + Khelat ===> PO42- (larut) + Kompleks AL-Fe-Khelat
(Stevenson, 1982).
Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping akan
melepaskan fosfor anorganik (PO43-) juga akan melepaskan senyawa-senyawa P-
organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman
dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika
kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika
kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi
mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah, namun jika nisbah C/P tinggi lebih
dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).
41
Tabel 13. Hasil analisis P-tersedia tanah pada tujuh satuan lahan di Nagari Sungai
Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon P2O5 (ppm) Kriteria
Tabel 14. Hasil analisis KTK tanah pada 7 satuan lahan di nagari Sungai Kamuyang
SL Kode Satuan Horizon KTK Kriteria KTK Liat
Lahan (me/100g tanah) (me/100 g liat)
1 Qamg.V1.3.B.Lk A 23,73 Sedang 126,8
B 19,74 Sedang 27,72
2 Qamg.V1.2.A.Lk A 19,76 Sedang 47,89
B 19,6 Sedang 38,3
3 Qamg.V1.2.B.Lk A 17,78 Sedang 24,3
B 24,65 Sedang 33,68
4 Qamg.V1.2.B.H A 20,02 Sedang 40,58
B 25,52 Tinggi 62,14
5 Qpt2.V1.3.A.Sw A 18,32 Sedang 34,35
6 Qamg.V1.3.A.Sw A 24,79 Sedang 52,16
B 28,12 Tinggi 60,14
7 Qamg.V1.3.A.Lk A 33,51 Tinggi 41,29
B 28,01 Tinggi 42,84
Nilai kapasitas kation suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah lainnya,
salah satunya adalah tekstur dan kandungan bahan organik. Semakin tinggi jumlah
liat suatu tanah maka KTK juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan halusnya
tekstur tanah maka jumlah koloid liat dan organiknya juga akan semakin besar
sehingga KTK juga akan semakin besar. Selain itu, bahan organik yang tinggi juga
akan mengakibatkan KTK yang tanah semakin besar sebab bahan organik
mempunyai daya jerap kation yang lebih besar darpada koloid liat (Hakim et al.,
1986).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium mengenai kapasitas tukar kation
dan jumlah persen liat tanah, maka dapat ditentukan nilai kapasitar tukar kation
(KTK) liat sehingga didapat hasil yang dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan
data tersebut, jika dhubungkan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi
serta kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jagung maka dapat digolongkan
kedalam kelas sangat sesuai (S1).
Tabel 15. Hasil analisis KB tanah pada tujuh satuan lahan di nagari Sungai
Kamuyang
SL Kode Satuan Lahan Horizon Kejenuhan Basa (%) Kriteria
Berdasarkan nilai K2O yang didapat dari analisis, maka bila dihubungkan
dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah irigasi dan kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman jagung termasuk kedalam kelas sangat sesuai (S1).
45
Tabel 17. Kualitas dan karakteristik lahan pada tujuh satuan peta lahan di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak
Karakteristik lahan Satuan Lahan
1 2 3 4 5 6 7
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) 20,88 20.77 20,1 20,16 23,07 22,77 22,2
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 2247,3 2247,3 2247,3 2247,3 2247,3 2247,3 2247,3
Ketinggian tempat (mdpl) 904 922 1033 1023 538 588 683
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik Baik Baik Baik Terhambat Terhambat Sangat Baik
Media perakaran (rc)
Tekstur Lempung Liat (h) Liat (h) Liat (h) Liat (h) Liat (h) Liat (h)
Berdebu (s)
Bahan kasar (%) <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3
Kedalaman tanah (cm) >130 >89 >79 >110 30 >67 >50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 126,8 47,89 24,3 40,58 34,35 52,16 41,29
Kejenuhan basa (%) 21,73 26,02 25,47 25,7 37,94 26,99 20,95
pH H2O 4,65 5,16 4,62 6,75 6,28 5,67 4,75
C-Organik (%) 3,23 3,05 3,03 3,25 2,96 2,85 3,15
N-Total sedang sedang tinggi tinggi rendah rendah sedang
P2O5 sangat tinggi sedang tinggi sedang sedang sedang sedang
K2O tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 20 8 20 20 8 15 15
Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 F0 F0 F0 F0 F0 F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) 0% 0% 0% 8% 0,15% 2,10% 0%
Singkapan batuan 0% 0% 0% 2% 0% 0% 0%
47
Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah irigasi pada satuan lahan
SL7 termasuk kelas sesuai marjinal (S3) dengan subkelas S3nr dengan faktor
pembatas retensi hara berupa kejenuhan basa dengan nilai 10,47%.
Setelah dilakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual pada masing-
masing satuan lahan maka didapatkan pada tiap satuan lahan termasuk kelas
kesesuaian sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas yang umumnya berupa
temperatur udara, retensi hara, dan bahaya erosi pada satuan lahan SL1, SL2, SL3,
SL4, SL6, dan SL7, dan pada satuan lahan SL5 selain memiliki faktor pembatas
retensi hara juga terdapat faktor pembatas berupa kedalaman tanah.
49
Tabel 18. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Padi Sawah Irigasi pada tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak
Karakteristik lahan Satuan Lahan
1 2 3 4 5 6 7
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) S3 S3 S3 S3 S2 S2 S2
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
S2 S2 S2 S2 S1 S1 S2
Media perakaran (rc)
Tekstur S2 S2 S1 S1 S1 S1 S1
Bahan kasar (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) S1 S1 S1 S1 S3 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kejenuhan basa (%) S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
pH H2O S2 S2 S2 S2 S1 S1 S2
C-Organik (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
N-Total (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
P2O5 (ppm) S1 S2 S1 S2 S2 S2 S2
K2O (me/100 g tanah) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) S3 S2 S3 S3 S2 S2 S2
Bahaya erosi S3 S2 S3 S3 S2 S2 S2
Bahaya banjir (fh)
Genangan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Singkapan batuan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3 S2 S3
Sub-Kelas Kesesuaian S3tc,nr,eh S3tc,nr S3tc,nr,eh S3tc,nr,eh S3rc,nr S3nr S3nr
Lahan
50
tanah sehingga memacu turgor sel dan pembentukan klorofil sehingga proses
fotosintesi menjadi meningkat (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Faktor pembatas berupa bahaya erosi pada kesesuaian lahan tanaman padi
sawah irigasi adalah kemiringan lereng lahan. Faktor pembatas ini dapat diperbaiki
dengan upaya pembuatan teras. Pembuatan teras dapat dilakukan dengan cara
menggali lereng atas dan menimbun lereng bawah sehingga susunan horizon tanah
asalnya tidak hilang sama sekalin. Semakin curam lereng, maka teras akan semakin
sempit dan penggalian serta penimbunan akan semakin besar (Hardjowigeno dan
Rayes, 2005).
Setelah dilakukan perbaikan pada kondisi kesesuaian lahan aktual, terdapat
faktor pembatas lain yang muncul berupa ketersediaan oksigen yaitu drainase. Padi
sawah membutuhkan drainase yang terhambat dalam pertumbuhannya sebab padi
sawah membutuhkan ketersediaan air yang banyak dalam pertumbuhannya.
Kondisi drainase seperti dapat dicapat dengan cara pelumpuran. Pada saat
pelumpuran, agregat tanah akan hancur dan meningkatkan pori-pori mikro tanah
sehingga daya tahan air menjadi tinggi (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Dengan dilakukan usaha-usaha perbaikan diatas maka didapatkan kelas
kesesuaian potensial untuk tanaman padi sawah irigasi pada masing-masing satuan
lahan di Nagari Sungai Kamuyang dan upaya yang dilakukan pada masing-masing
subkelas kesesuaian lahan potensial yang disajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20.
52
Tabel 19. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Padi Sawah Irigasi pada tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak
Karakteristik lahan Satuan Lahan
1 2 3 4 5 6 7
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) S3 S3 S3 S3 S2 S2 S2
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahan kasar (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) S1 S1 S1 S1 S3 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kejenuhan basa (%) S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
pH H2O S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
C-Organik (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
N-Total (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
P2O5 (ppm) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
K2O (me/100 g tanah) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) S2 S1 S2 S2 S1 S1 S1
Bahaya erosi S2 S1 S2 S2 S1 S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Singkapan batuan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3 S2 S3
Sub-Kelas Kesesuaian S3tc S3tc S3tc S3tc S3rc S2tc,nr S2tc,nr
Lahan
53
Tabel 20. Upaya perbaikan pada satuan lahan di Nagari Sungai Kamuyang
Subkelas SL Faktor pembatas Upaya perbaikan Subkelas Luas (Ha) %Luas
Kesesuaian Lahan yang dilakukan Kesesuaian Lahan
Aktual Potensial
S3rc,nr SL5 Kedalaman tanah - S3rc 151,05 11,52
Retensi hara (Kejenuhan Basa)Penambahan
pupuk Ca dan Mg
S3tc,nr SL2 Temperatur rerata - S3tc 35,35 2,70
Retensi Hara (Kejenuhan Basa) Penambahan
pupuk Ca dan Mg
S3tc,nr,eh SL1, SL3, Temperatur rerata - S3tc 142,68 10,89
SL4 Retensi hara (Kejenuhan Basa) Penambahan
Bahaya Erosi pupuk Ca dan Mg
Terasering
S3nr SL6, SL7 Retensi Hara (Kejenuhan Basa) Pengambahan S2tc,nr 981,56 74,89
pupuk Ca dan Mg
Jumlah 1310,64 100
54
Kesesuaian lahan alktual untuk tanaman jagung pada satuan lahan SL7
termasuk kelas sesuai marjinal (S3) dengan subkelas S3wa,nr dengan faktor
pembatas curah hujan dengan nilai 2247,3 mm dan retensi hara berupa kejenuhan
basa dengan nilai 10,47%.
Setelah dilakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual pada masing-
masing satuan lahan maka didapatkan pada tiap satuan lahan termasuk kelas
kesesuaian sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas yang umumnya berupa
curah hujan dan retensi hara pada masing-masing satuan lahan, faktor pembatas
drainase pada dua satuan lahan yaitu SPL5 dan SPL6, dan pada satuan lahan SPL5
terdapat faktor pembatas berupa kedalaman tanah.
56
Tabel 21. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Jagung pada tujuh Satuan Lahan di Nagari Sungai Kamuyang Kec. Luak
Karakteristik lahan Satuan Lahan
1 2 3 4 5 6 7
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Ketinggian tempat (mdpl) S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase S1 S1 S1 S1 S1 S3 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahan kasar (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) S1 S1 S1 S1 S3 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kejenuhan basa (%) S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
pH H2O S3 S2 S3 S1 S1 S1 S3
C-Organik (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
N-Total (%) S1 S1 S1 S1 S2 S2 S1
P2O5 (ppm) S1 S2 S1 S2 S2 S2 S2
K2O (me/100 g tanah) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) S2 S1 S2 S2 S2 S1 S1
Bahaya erosi S2 S1 S2 S2 S2 S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Singkapan batuan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Sub-Kelas Kesesuaian Lahan S3wa,nr S3wa,nr S3wa,nr S3wa,nr S3wa,oa,rc,nr S3wa,oa,nr S3wa,nr
57
pengaturan pengairan. Saluran ini dapat dibuat pada saat penyiangan pertama
dengan cara dicangkul setiap dua baris tanaman agar lebih efisien.
Dengan dilakukan usaha-usaha perbaikan diatas maka didapatkan kelas
kesesuaian potensial untuk tanaman padi sawah irigasi pada masing-masing satuan
lahan di Nagari Sungai Kamuyang dan upaya perbaikan yang dilakukan pada tiap
subkelas kesesuaian lahan aktual yang disajikan pada Tabel 22 dan Tabel 23.
59
Tabel 22. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk tanaman jagung pada tujuh satuan lahan di Nagari Sungai Kamuyang
Karakteristik lahan Satuan Lahan
1 2 3 4 5 6 7
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Ketinggian tempat (mdpl) S1 S1 S1 S1 S2 S2 S1
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase S1 S1 S1 S1 S2 S2 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahan kasar (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) S1 S1 S1 S1 S3 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kejenuhan basa (%) S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
pH H2O S2 S1 S2 S1 S1 S1 S2
C-Organik (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
N-Total (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
P2O5 (ppm) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
K2O (me/100 g tanah) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya erosi S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1
Singkapan batuan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Subkelas Kesesuaian Lahan S3wa S3wa S3wa S3wa S3wa,rc S3wa S3wa
60
Tabel 23. Upaya perbaikan pada satuan lahan di Nagari Sungai Kamuyang
Subkelas SL Faktor pembatas Upaya perbaikan Subkelas Luas (Ha) %Luas
Kesesuaian Lahan yang dilakukan Kesesuaian Lahan
Aktual Potensial
S3wa,oa,rc,nr SL5 Curah Hujan - S3wa,rc 151,05 11,52
Drainase Saluran drainase
Kedalaman tanah -
Retensi hara (Kejenuhan Basa) Pengapuran
S3wa,nr SL1, SL2, Curah Hujan - S3wa 689,19 52,58
SL3, SL4, Retensi Hara (Kejenuhan Basa Pengapuran
SL7 dan pH H2O)
S3wa,oa,nr SL6 Curah Hujan - S3wa 470,39 35,90
Retensi hara (Kejenuhan Basa) Pengapuran
Drainase Saluran drainase
Jumlah 1310,64 100
61
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Nagari Sungai Kamuyang
Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota:
1. Pada satuan lahan SL1, SL3, dan satuan lahan SL4 termasuk kelas sesuai marjinal
(S3) subkelas S3tc,nr,eh dengan faktor pembatas temperatur rerata, retensi hara,
dan bahaya erosi dengan luas 142,68 Ha.
2. Pada satuan lahan SL2 termasuk kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3tc,nr
dengan faktor pembatas temperatur rerata dan retensi hara dengan luas 35,35 Ha.
3. Pada satuan SL5 termasuk kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3rc,nr dengan
faktor pembatas kedalaman tanah dan retensi hara dengan luas 151,05 Ha.
4. Pada satuan lahan SL6 dan SL7 termasuk kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3nr
dengan faktor pembatas retensi hara dengan luas 981,56 Ha.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk tanaman jagung pada Nagari Sungai
Kamuyang Kecamatan Luak tergolong kedalam kelas sesuai marjinal (S3) dengan
rincian:
1. Pada satuan lahan SL1, SL2, SL3, SL4, dan SL7 termasuk kedalam kelas sesuai
marjinal (S3) subkelas S3wa,nr dengan faktor pembatas curah hujan dan retensi
hara dengan luas 689,18 Ha.
2. Pada satuan lahan SL5 tergolong kelas sesuai marjinal (S3) subkelas
S3wa,oa,rc,nr dengan faktor pembatas curah hujan, drainase, kedalaman tanah,
dan retensi hara dengan luas 151,05 Ha.
3. Pada satuan lahan SL6 tergolong kelas sesuai marjinal (S3) subkelas S3wa,oa,nr
dengan faktor pembatas curah hujan, drainase, dan retensi hara dengan luas 470,39
Ha.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman padi sawah dan tanaman
jagung di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota,
disarankan pada faktor pembatas retensi hara (kejenuhan basa) pada kesesuaian
lahan tanaman padi sawah irigasi dilakukan dengan penambahan pupuk Ca dan Mg
62
dan kesesuaian lahan tanaman jagung agar dilakukan pengapuran, faktor pembatas
drainase pada kesesuaian lahan padi sawah irigasi agar dilakukan pelumpuran,
sedangkan faktor pembatas drainase pada kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
agar dilakukan pembuatan saluran irigasi. Selain itu dari hasil yang didapatkan dari
evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah irigasi dan kesesuaian lahan
untuk tanaman jagung diharapkan sebagai pedoman dalam penyusunan tata guna
lahan yang tepat bagi pemerintah setempat serta sebagai informasi pedoman
penggunaan lahan bagi petani dalam penanaman padi sawah maupun tanaman
jagung.
63
RINGKASAN
Pemanfaatan lahan sebagai sumber daya alam khususnya dalam
pengembangan komoditi pertanian perlu mempertimbangkan aspek-aspek
kelestarian lingkungan dan tingkat kesesuaian dan potensi lahan. Penentuan
kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuhnya tanaman sangat diperlukan
terutama dalam perencanaan pengembangan komoditas pertanian. Hal ini penting
karena untuk mengetahui potensi pengembangan tanaman sangat diperlukan
pewilayahan komoditas berdasarkan kelas kesesuaian lahan sehingga tanaman
tersebut mampu tumbuh selaras dengan iklim dan kondisi lahan yang ada. Dengan
dilakukannya evaluasi kesesuaian lahan diharapkan akan diperoleh data-data
karakteristik lahan yang akan menunjukkan sifat-sifat lahan sehingga dapat
diketahui tingkat kesesuaian lahannya terutama terhadap tanaman padi sawah dan
jagung. Kemudian dilakukan usaha-usaha yang sesuai dengan karakteristik lahan
yang pada akhirnya akan mengoptimalkan produksi tanaman.
Padi sawah dan jagung merupakan tanaman pangan yang umum ditanam di
Kecamatan Luak khususnya di Nagari Sungai Kamuyang. Berdasarkan data BPS
pada tahun 2016 di Kecamatan Luak tercatat padi sawah memiliki luas tanam 3235
Ha dengan produksi 4,91 ton/ha sedangkan untuk tanaman jagung tercatat luas
tanam sebesar 429 Ha dengan produksi 7,96 ton/ha. Walaupun kedua tanaman
pangan ini merupakan tanaman yang umum ditanam di daerah ini, besaran produksi
dari kedua komoditas tanaman pangan ini bersifat tidak stabil. Data BPS pada tahun
2012 – 2016 menunjukkan produksi padi sawah dan jagung di Kecamatan Luak
tercatat mengalami penurunan produksi pada tahun 2013 dan tidak mengalami
kenaikan produksi secara signifikan.
Pada tahun 2012, tercatat padi sawah memiliki produksi sebesar 5,6 ton/ha
dengan luas panen 2724 Ha. Namun pada tahun 2013, terjadi penurunan produksi
menjadi 4,7 ton/ha dengan luas panen 3135 ha. Pada tiga tahun berikutnya
walaupun telah terjadi peningkatan luas panen padi sawah mencapai 3.600 ha
namun produksi paling tinggi hanya mencapai 4,9 ton/ha (BPS, 2016). Data
tersebut menunjukkan produksi padi sawah di Kecamatan Luak telah mengalami
mengalami penurunan. Sedangkan untuk tanaman jagung, sejak tahun 2014
64
produksi jagung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pada tahun 2013,
terjadi penurunan produksi dari 16,8 ton/ha menjadi 5,7 ton/ha. Pada tahun-tahun
berikutnya, tidak terjadi perubahan yang berarti dimana pada tahun 2015, tercatat
produksi jagung sebesar 6 ton/ha dengan luas panen 146 ha. Selain itu, pada tahun
2016 telah dilakukan perluasan luas panen jagung hingga 3 kali lipat menjadi 429
ha namun produksi yang dicapai hanya sebesar 6,5 ton/ha.
Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Maret 2018 sampai Agustus 2018
yang terdiri dari dua tahap yaitu di Lapangan dan di Laboratorium. Penelitian di
lapangan dilaksanakan di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten
Lima Puluh Kota dan kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman padi sawah dan tanaman
jagung di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota,
disarankan pada faktor pembatas retensi hara (kejenuhan basa) pada kesesuaian
lahan tanaman padi sawah irigasi dilakukan dengan penambahan pupuk Ca dan Mg
dan kesesuaian lahan tanaman jagung agar dilakukan pengapuran, faktor pembatas
66
drainase pada kesesuaian lahan padi sawah irigasi agar dilakukan pelumpuran,
sedangkan faktor pembatas drainase pada kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
agar dilakukan pembuatan saluran irigasi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Sawah dan Lahan
Kering. Jakarta: Penebar Swadaya. 86 hal.
Agus, F, Undang K., Abdurachman A., dan Ai D. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya. Bogor: Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 282 hal.
Anda, M. 1993. Keterpaduan antara unsur iklim dan sifat tanah dalam penilaian
kesesuaian lahan untuk tanaman kapas di NTB. Jurnal Agromet volume IX No 1
: 1993.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 141 hal.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Luak dalam Angka 2016. Lima Puluh Kota:
BPS Lima Puluh Kota.116 hal.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Situjuah Limo Nagari dalam Angka 2016.
Lima Puluh Kota: BPS Lima Puluh Kota. 134 hal.
Barus, Junita. 2015. Efektivitas Dolomit dan Biochar Sekam terhadap Produktivitas
Dua VUB Padi Rawa. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015,
Palembang, 08 – 09 Oktober 2015.
Buckman, H., O., dan Brady, N., C. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit
Bhratharakarya Aksara. 788 hal.
Danarti, S dan Najiyati. 2009. Palawija, Budidaya dan Analisis Pasca Panen. Bogor:
Penebar Swadaya. 114 hal.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan Hidayat, A. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. 154 hal.
Enjang, S. 2012. Panduan Pengelolaan Sumber Daya Lahan Kering. Bogor: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Fiantis, D. 2015. Buku Ajar Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang: Minangkabau
Press. 264 hal.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong,
G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung. 488 hal.
Hakim, N. 2001. Panduan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Padang: Fakultas
Pertanian Universitas Andalas. 27 hal.
Hanafiah, K., A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press. 360 hal.
Hardjowigeno, S., dan Rayes, M., L. 2005. Tanah Sawah: Karakteristik, Kondisi, dan
Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing. 208
hal.
Hardjowigeno, S., Subagyo, H., dan Rayes M., L.,. 2004. Morfologi dan Klasifikasi
Tanah Sawah. Dalam: F. Agus, A. Adimihardja, S. Hardjowigeno, A. Mudzakir
68
Fagi, dan W. Hartatik (ed). Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolannya. Bogor:
Badan Pengembangan dan Penelitian Pertanian. 360 hal.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Media Sarana Perkasa. 237 hal.
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo. 288 hal.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Wilayah Edisi Revisi. Bogor: Jurusan Tanah IPB. 351 hal.
Herawati W. D. 2012. Budidaya Padi. Yogyakarta: Javalitera. 116 hal.
Iriany R. N., Yasin, M., dan Baehaki. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi
Jagung. Dalam Balai Pengembangan dan Penelitian Pertanian. Jagung. Bogor:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 500 hal.
Kartasapoetra, AG. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk
Merehabilitasinya. Jakarta: Bina Aksara. 237 hal.
Kartasapoetra, AG. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropika.
Jakarta: Bina Aksara.
Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering untuk Pengembangan
Pertanian Tanaman Pangan. Surakarta: UPT Perpustakaan UNS.
Murni, A. M dan Arief, R., W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Bogor: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 17 hal.
Musa, L., Mukhlis., dan Rauf A. 2006. Dasar Ilmu Tanah (Fundamentals of Soil
Science). Medan: Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Jakarta: Penebar Swadaya. 213 hal.
Notohadinegoro, T. 2000. Diagnostik Fisik Kimia dan hayati Kerusakan Lahan.
Makalah pada Seminar Pengusutan Kriteria Kerusakan Tanah/Lahan. Asmendep
I Lingkungan Hidup/ Bapedal 1-3 Juli 1999. Yogyakarta.
Prasetyo, B., H., Sri Adiningsih, J., Subagyono, K., dan. Simanungkalit, R., D., M.
2004. Mineralogi, Kimia, Fisika, dan Biologi Tanah Sawah. Dalam: F. Agus, A.
Adimihardja, S. Hardjowigeno, A. Mudzakir Fagi, dan W. Hartatik (ed). Tanah
Sawah dan Teknologi Pengelolannya. Bogor: Badan Pengembangan dan
Penelitian Pertanian. 360 hal.
Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D., A. 2006. Pengembangan Pertanian Lahan Kering
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 : 39-47.
Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: CV Andi. 300
hal.
Rukmana. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 112 hal.
Siswanto. 2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Jawa Timur: UPN Press. 120 hal.
Sofyan, Ritung., Wahyunto., Agus, F., dan Hidayat, H. 2007. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat.
Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center. 39 hal.
Sitorus, S. 1995. Evaluasi Sumber Daya Lahan Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.
69
Siswoputranto. 1976. Komoditi Ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia. 310 hal.
Setelah contoh dingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot
air.
Perhitungan :
tanah kering udara − bobot kering tetap
Kadar air (%) = × 100 %
bobot kering tetap
Koreksi kadar air (KKA) = 1 + kadar air
4. Penetapan pH H2O dan KCl dengan metode perbandingan dengan
larutan indikator Gelas pH meter (Sulaeman dan Eviati, 2009)
Alat dan Bahan :
Air suling (aquadest), larutan KCl 1 M (74,5 g KCl dalam 1 l
aquadest), larutan penyangga (buffer) pH 4 dan pH 7, timbangan, tabung
film, gelas ukur, mesin kocok, elektroda gelas pH meter, dan tissue.
Cara Kerja :
Ditimbang 10 g contoh tannah lalu masukkan ke tabung kocok,
tambahkan 10 ml aquadest dengan gelas ukur, dikocok 15 menit dengan
mesin pengocok, diamkan sebentar atau paling lama 1 jam. Lakukan hal
yang sama dengan larutan 1 M KCl.
Ukur pada pH meter yang telah dibakukan dengan larutan
penyangga pH 4 dan pH 5. Setelah pengukuran satu contoh selesai, bilas
elektroda dengan aquadest dan lap dengan tissue, ukur contoh tanah
berikutnya.
Perhitungan :
Kemasaman dapat ditukar (Al-dd dan H-dd dalam cmol/kg)
= (T1 – Tb1) X N NaOH X 100 X fk
Al-dd (cmol/kg) = (T2 – Tb2) X N HCl X 100 X fk
H-dd (cmol/kg) = kemasaman dapat ditukar – Al-dd
T1 = ml NaOH terpakai
Tb1 = blanko NaOH
T2 = ml HCl terpakai
Tb2 = blanko HCl
fk = faktor koreksi kadar air
Cara kerja:
Ditimbang 2,5 gram contoh tanah < 2 mm, ditambah 25 ml
pengekstrak Bray I dan Kurt, kemudian dikocok selama 15 menit. Disaring
dan bila keruh dikembalikan ke atas saringan semula. Dipipet 2 ml ekstrak
jernih ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 ml pereaksi
pewarna fosfat dan dibiarkan selama 30 menit. Diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm.
Perhitungan:
Kadar P2O5 tersedia (ppm)
= ppm kurva × ml ekstrak/1000 ml × 1000 g/g contoh × 142/190 × KKA
= ppm kurva × 25/1000 ml × 1000/2,5 × 142/190 × KKA
= ppm kurva × 10 × 142/190 × KKA
dengan H2SO4 0,1 N hingga warna merah muda. Dicatat volume titar contoh
(Vc) dan blanko (Vb).
Perhitungan:
Kadar nitrogen (%)
= (Vc – Vb) × N H2SO4 × bst N × 100/mg contoh × KKA
= (Vc – Vb) × 0,1 × 14 × 100/500 × KKA
= (Vc – Vb) × 0,28 × KKA
82
Nilai Q untuk menentukan tipe iklim nagari Sungai Kamuyang menurut Schmidt-
Ferguson, yaitu:
Q = Md/Mw X 100%
= 2,2/9,1 X 100%
= 24,18 %
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Q sebesar 24,18% sehingga dapat diketahui
tipe iklim di Nagari Sungai Kamuyang adalah tipe iklim B yang bersifat basah.
86
Lokasi penelitian terletak antara 538 – 1033 m.d.p.l, dengan demikian suhu
udara yang diperoleh untuk lokasi penelitian di Nagari Sungai Kamuyang dengan
menggunakan rumus Braak didapatkan nilai suhu udara dengan rentang nilai 20,1oC
– 23,07oC dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Ketinggian 538 m.d.p.l = 5,38 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – (5,38 × 0,61)oC
= 23,07 oC
2. Ketinggian 588 m.d.p.l = 5,88 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – (5,88 × 0,61)oC
= 22,77 oC
3. Ketinggian 683 m.d.p.l = 6,83 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – (6,83 × 0,61)oC
= 22,2 oC
4. Ketinggian 904 m.d.p.l = 9,04 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – (9,04 × 0,61)oC
= 20,88 oC
5. Ketinggian 922 m.d.p.l = 9,22 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – ( 9,22 × 0,61)oC
= 20,77 oC
6. Ketinggian 1023 m.d.p.l = 10,23 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61 )oC
= 26,3oC – ( 10,23 × 0,61 )oC
= 20,16 oC
7. Ketinggian 1033 m.d.p.l = 10,33 hm.d.p.l
t = 26,3oC – ( h × 0,61)oC
= 26,3oC – (10,33 × 0,61)oC
= 20,1 oC
88
7. Bahaya banjir
- Pendugaan kelas Kelas
- Tekstur lapisan Kelas
B. Persyaratan Pengolahan - Pendugaan kelas Kelas
1. Kemudahan Pengolahan - Kemiringan %
2. Potensi mekanisasi lereng/lahan
- Kemiringan lahan %
C. Persyaratan Konservasi
1. Bahaya erosi
Sumber : Tim PPT dan Agroklimat (1993)
93
Lampiran 10. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah irigasi
(Oryza sativa L.)
Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) 24 – 29 22 – 24 18 – 22 > 35
29 – 32 32 – 35 < 18
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban (%) 33 – 90 30 – 33 < 30; > 90
Ketersediaan oksigen
(oa) agak terhambat, sangat cepat
Drainase terhambat, baik, sedang terhambat,
sedang agak cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, sedang agak kasar kasar
agak halus
Bahan kasar (%) <3 3 – 15 15 – 35 > 35
Kedalaman tanah (cm) > 50+ 40 – 50 25 – 40 < 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 50 35 – 50 < 35
pH H2O 5,5 – 8,2 4,5 – 5,5 < 4,5
8,2 – 8,5 > 8,5
C-Organik (%) > 1,5 0,8 – 1,5 < 0,8
N-Total rendah sangat
rendah
P2O5 sangat sedang rendah
tinggi,
tinggi
K2O sedang rendah sangat
rendah
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 2–4 4–8 8 – 25 > 25
Bahaya erosi sangat rendah – berat sangat
rendah sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0,F1.1, F1.3, F2.2, F1.4, F2.4, F1.5, F2.5,
F1.2, F2.1, F3.3, F4.1, F3.4, F4.4 F3.5, F4.5
F3.1, F3.2 F4.2, F4.3
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 – 15 15 – 40 > 40
Singkapan batuan <5 5 – 15 15 – 25 > 25
Sumber : Siswanto (2006)
94
Lampiran 11. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jagung (Zea mays L.)
Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC) 25 – 27 27 – 30 30 – 35 > 35
18 – 25 15 – 18 < 15
Ketinggian tempat (mdpl) < 200 200 – 1.200 1.200 – 2.000 > 2.000
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 750 – 1.200 1.200 – 1.600 > 1.600 < 300
600 – 500 500 – 400 400 – 300
Kelembaban (%) < 75 75 – 85 > 85
Ketersediaan oksigen
(oa) baik, agak agak cepat, terhambat sangat
Drainase terhambat sedang terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak - agak kasar kasar
halus,
sedang