KK Jupe
KK Jupe
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
JUVENDRI PATABO
61 60505 17 0092
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR
2023
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR NOTASI ............................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... viii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................2
D. Batasan Masalah ..............................................................................................2
E. Manfaat Penelitian ...........................................................................................3
F. Sistematika Penulisan ......................................................................................3
BAB II .....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................5
A. Perkerasan Jalan .........................................................................................5
B. Lapisan Permukaan (Surface Course) .......................................................6
C. Agregat .......................................................................................................8
D. Bahan Pengisi (Filler) ..............................................................................11
E. Beton Aspal ..............................................................................................11
F. Pemeriksaan Karakteristik Aspal .............................................................20
G. Pemeriksaan Karakteristik Agregat .........................................................21
H. Penelitian Terkait / Sejenis ......................................................................25
I. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................27
BAB III ..................................................................................................................28
M ETODE PENELITIAN ...................................................................................28
A. Tahapan Penelitian ...................................................................................28
B. Jenis, Waktu, dan Tempat Penelitian .......................................................29
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lapisan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) ...................................8
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian.....................................................................27
Gambar 3: Bagan Alir Penelitian ...........................................................................28
Gambar 4. Grafik Kombinasi Agregat. ..................................................................39
v
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR NOTASI
% : Persen
ºC : Derajat celcius
± : lebih kurang
K : Keausan (%)
Sw : Penyerapan Air
vii
DAFTAR SINGKATAN
MQ : Marshall Quotient
SE : Sand Equivalent
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masa pembangunan sekarang ini merupakan kewajiban kita semua untuk
berkembang lagi dengan memperhatikan kualitas dan mutu lapisan bagian diatas
jalan agar keamanan dan kenyamanan dapat dirasakan oleh pengguna jalan tanpa
cacat yang terjadi pada konstruksi perkerasan jalan tersebut seperti lepasnya agregat
pada ikatan aspal sehingga agregat berserakan dimana-mana dan jalan menjadi
berlubang.
(Asphalt concrete - Base) sebagai lapisan pondasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
marmer yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan syarat yang ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik dari limbah marmer, karakteristik aspal dan berat jenis
Komversional.
Immersion.
D. Batasan Masalah
1. Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan diperoleh desa Tabo-tabo
3. Aspal penetrasi 60/70, yang didapatkan dari balai pengujian dan Penelitian
1968-1990).
E. Manfaat Penelitian
limbah marmer.
prasaranan jalan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini disajikan dalam 3 (tiga) bab yang
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkerasan Jalan
Lapisan aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan panas
serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, S.,1992). Lapis perkerasan suatu
jalan terdiri dari satu ataupun beberapa lapis material batuan dan bahan ikat. Bahan
batuan dapat terdiri dari berbagai fraksi batuan yang direncanakan sedemikian
Secara umum konstruksi perkerasan Jalan dibagi menjadi 3 (dua) jenis yaitu:
Perkerasan lentur terbuat dari bahan batuan dari berbagai fraksi membentuk
gradasi batuan yang sesuai dengan persyaratan dan diikat oleh bahan pengikat
aspal.
Perkerasan tegar adalah perkerasan yang terdiri dari komponen batuan (Agregat)
kerikil dan pasir yang dicampur dan diikat oleh bahan pengikat Semen Portland
(PC).
lapisan perkerasan lentur, kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam
Perbedaan utama dari perkerasan lentur dan perkerasan kaku adalah bagaimana
cara struktur tersebut melimpahkan beban lalu lintas ke tanah dasar (Subgrade).
Perkerasan kaku mampu menyebarkan beban pada tanah dasar dengan daerah
penyebaran yang luas, sehingga tekanan yang diterima tanah dasar persatuan luas
akibat beban beban lalu lintas menjadi sangat kecil. Kekakuan yang dimiliki oleh
yang berarti menaikkan mutu beton semennya. Berbeda dengan perkerasan kaku,
pada perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis, sehingga kemampuan untuk
melimpahkan beban lalu lintas ketanah dasar tergantung dari sifat - sifat penyebaran
beban oleh masing - masing lapisan. Berdasarkan kenyataan diatas maka kekuatan
dari Jenis perkerasan lentur ini ditentukan oleh kekuatan bahan penyusunnya, tebal
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi untuk
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke
3. Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
Lapisan permukaan terdiri dari lapisan aus (wearing course) dan lapisan antara
langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang kedap air, tahan
kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan
(getaran). Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh
Lapis Antara (Binder Course) merupakan bagian dari permukaan yang terletak
di antara lapis pondasi atas (Base Course) dengan lapis aus (Wearing Course).
2.) Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus
Lapis pondasi merupakan lapis perkerasan yang terletak dibawah lapis antara
(binder course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca. Fungsi
dari lapis pondasi (base) adalah mengurangi regangan dan tegangan dan
C. Agregat
mineral lainnya, baik berupa hasil dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen. Agregat sangat
karena merupakan bahan utama pembuatan konstruksi perkerasan jalan dan juga
konstruksi jalan. Sifat dan kualitas dari suatu agregat sangat mempengaruhi
beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cahaya. Kebersihan, kekerasan, ketahanan
agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, proporsi, daya serap air, dan berat jenis
serta daya lekat terhadap aspal merupakan sifat agregat yang berpengaruh terhadap
kualitas dari perkerasan. Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis
batuannya. Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur
dalam pekerjaan harus Memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam tabel
komposisi agregat dari setiap saringan yang digunakan oleh karena itu ukuran
umumnya digolongkan menjadi dua yaitu agregat kasar dan agregat halus.
mm- 150 mm. Agregat kasar adalah batuan yang tertahan di saringan 2,36 mm,
atau sama dengan saringan No.8 saat pengayakan. Dalam campuran, fungsi dari
agregat kasar ialah sebagai penahan mortar yaitu apabila ada tekanan terhadap
Agregat kasar secara umum harus memenuhi bentuk gradasi dibutuhkan dan
terdiri dari batu pecah dan kerikil alami yang bersih dan bebas dari tanah atau
zat-zat organik lainnya yang tidak dikehendaki dalam campuran beraspal, dan
harus sesuai persyaratan Bina marga 2018. Dalam pengujian ini terdapat
beberapa syarat yang diperlukan, berikut ini adalah Tabel 1 yang berisi ketentuan
2. Agregat Halus
Agregat halus harus terdiri dari pasir atau hasil ayakan dari batu pecah dan
terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). Agregat halus merupakan
bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya.
Pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai bahan lolos ayakan no.200
(0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai sand equivalent
kurang 40% tidak boleh digunakan untuk campuran AC. Berikut ini tabel
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%
Sumber: (Direktorat jendral bina marga 2018)
Bahan pengisi untuk AC-Base harus terdiri dari debu batu kapur (limestone
dust), semen portland, atau abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis
lainnya. Bahan tersebut garus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan
lempung dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK-SNI M-02-
1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 tidak kurang dari 75
% terhadap beratnya dan paling sedikit 95 % lolos saringan No.50 (0,279 mm).
sebagai bahan filler AC maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari
E. Beton Aspal
Beton Aspal (Hot mix) adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari
ditentukan berdasarkan jenis aspal apa yang akan digunakan (Silvia Sukirman,
kecairan (viskositas) yang tinggi agar dapat mendapatkan mutu campuran yang
baik dan kemudahan dalam pelaksanaan. Pemilihan jenis aspal yang akan
digunakan ditentukan atas dasar iklim, kepadatan lalu lintas dan jenis konstruksi
yang akan digunakan. Beton aspal terdiri dari beberapa material (direktorat
2. Aspal
Pada campuran beton aspal, aspal merupakan bahan pengikat campuran yang
berfungsi mengunci agregat satu dengan agregat yang lain sehingga agregat
3. Agregat
campuran beton aspal. Dimana agregat kasar dan halus berfungsi sebagai
penopang baban dan agregat halus akan mengisih selah- selah yang ada dalam
campuran.
Bahan pengisi (filler) dalam pengujian ini bahan pengisi yang digunakan ialah
semen dimana filler berfungsi mengisi selah-selah yang ada dalam campuran.
13
a. Agregat
Campuran harus mempunyai gradasi yang menerus dari butiran kasar sampai
1'' 25 90-100
3/4'' 19 76-90
Aspal minyak dikenal sebagai bahan atau padat, berwarana hitam yang
dihasilkan dari minyak bumi. Persyaratan untuk bahan pengikat (Aspal Minyak)
Temperatur yang
menghasilkan geser
15 dinamis (G*/sinδ) pada SNI 06-6442-2000 - 31 34
asilasi 10 rad/detik ≤,5000
kpa, (C)
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018
15
Campuran untuk lapis beton aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,
agregat halus dan aspal. Adapun toleransi komposisi campuran dapat dilihat pada
karakteristik tertentu agar dapat bertahan pada kondisi beban lalulintas dan iklim
sehingga dapat menghasilkan suatu perkerasan yang kuat, aman dan nyaman.
Adapun ketentuan sifat-sifat campuran beton aspal dapat dilihat pada Tabel 7.
16
Berikut ini adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran beton aspal.
a. Stabilitas
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang,
akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan beban lalulintas yang dilayani.
Jalan yang melayani volume lalulintas tinggi dan mayoritas kendaraan berat
jalan yang diperuntukkan untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak
perlu mempunyai nilai stabilitas yang tinggi. Stabilitas yang terlalu tinggi dan
tidak sesuai dengan kebutuhan dalam melayani lalu lintas diatasnya akan
menyebabkan lapisan menjadi kaku dan cepat mengalami retak, disamping itu
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang,
akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan beban lalulintas yang dilayani.
Jalan yang melayani volume lalulintas tinggi dan mayoritas kendaraan berat
agregat kurang, mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini
menghasilkan film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas
1) Gradasi rapat
cuaca, air, perubahan suhu, maupun keausan akibat gesekan roda kendaraan.
menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu maupun
1) Film atau selimut aspal. Selimut baspal yang tebal dapat menghasilkan lapis
yang tinggi.
2) VIM kecil sehingga hasil kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran
3) VMA besar sehingga aspal dapat menyelimuti agregat lebih baik. Jika VMA
dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadi pengumpalan aspal
di permukaan. Yang dimaksud dengan VIM (Void In Mix) adalah pori dalam
campuran yang telah dipadatkan atau banyaknya rongga udara yang ada dalam
campuran beton aspal. Sedangkan VMA (Void in Mix Aggregate) adalah ruang
udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang cukup
diserap agregat).
c. Fleksibilitas (Kelenturan)
dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat berat
sendiri tanah timbunan yang dibuat diatas tanah asli. Fleksibilitas dapat
besar.
3) Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
Tahan geser adalah kekerasan yang diberikan oleh perkerasan sehingga tidak
mengalami slip, baik diwaktu hujan atau basah maupun diwaktu kering,
kekerasan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dengan ban
kendaraan. Untuk mencapai kekesatan yang tinggi perlu pemakaian kadar aspal
yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding, dan penggunaan agregat kasar yang
Ketahanan terhadap kelelehan adalah ketahanan dari lapisan beton aspal dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur (Rutting)
1) VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
2) VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
bersifat termoplastis.
mengukur dalamnya suatu jarum masuk kedalam aspal pada suhu tertentu yang
Maksud pengujia menentukan atau mengetahui suhu dimana aspal mulai masuk
Dalam pengujian berat jenis aspal akan ditentukan berat jenis aspal terhap air
suling.
21
dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum putus.
Pengujian ini dilakukan u ntuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat kasar
dalam bentuk grafik yang dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu
W10 (gram)
Y(%) = ∑ W11 (gram)…………….………………………...………………..2
Dimana:
X = Lolos (%)
22
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air (SNI 1996:2016) / (SNI 1970:2016)
Maksud dari pengujian ini ialah menentukan nilai berat jenis dan penyerapan
Perhitungan:
W8
Ss = W8 - W9 …………………………..…....…….…………………....4
Penyerapan air
W8-W9
Sw = ……………………………………………………..6
W9
Rumus Perhitungan:
Sp
SE = Sl × 100% ….……………..………..………………..………………..7
KL = 100% - SE..............................................................................................8
Rumus perhitungan:
W12 - W13
A= …………………………………………….………………….....9
W12
Tujuan dari pengujian ini ialah menentukan indeks kepipihan dan kelonjongan
suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal yang dinyatakan
𝑊12 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
F (%) = 𝑊13 (𝑔𝑟𝑎𝑚) × 100% ........................................................................ 11
𝑊12 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
E (%) = 𝑊13 (𝑔𝑟𝑎𝑚) × 100% ....................................................................... 12
8. Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat (Kasar dan Halus) yang Lolos
dalam agregat yang lolos saringan No. 200 sehingga berguna bagi perencanaan
Uji tekan pada benda uji aspal beton untuk mengukur nilai stabilitas dan flow
marshall dilengkapi dengan cincin penguji berkapasitas 22,2 KN (500 lbf) dan
flow meter. Benda uji marshall berbentuk silinder dengan diameter 10,2 cm dan
tebal 6,35 cm. Prosedur pengujian marshall berdasarkan SNI 06-2489-1991 atau
ketahanan (Stabilitas) terhadap kelelehan plastis (Flow) dari campuran aspal dan
campuran mulai dari tanpa beban, sampai beban maksimum, dinyatakan dalam
beban dan pengaruh suhu) atau keutuhan suatu campuran, hasil dari pengujian
ini adalah rasio stabilitas. Rasio tersebut membandingkan stabilitas dari benda
uji Marshall setelah direndam dalam suhu 60oC dalam waterbath selama 24 jam
terhadap stabilitas benda uji Marshall dengan perendaman 30 menit yang biasa
disebut Indeks Perendaman (IP) atau Indeks Kekuatan Sisa (IKS). SNI-06-2489-
1991.
S2
IKS=S1 × 100 % …………………………………………..………..….13
Dimana:
menit.
menit.
Batu Marmer Sebagai Agregat Kasar 10/10 Pada Lapisan ATB (Asphalt
bahwa kadar limbah marmer yang digunakan adalah 25%, 50%, 75% dan
Fhitung > Ftabel. Nilai stabilitas pada kadar marmer 0% sebesar 1048,56 kg
dan pada kadar marmer 100% sebesar 938,32 kg. Nilai karakteristik yang
Dinas Bina Marga 2018 seperti nilai stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA, dan
MQ.
2. Afif Bagus Ansori. (2017) "Pengaruh Mutu Limbah Beton Sebagai Bahan
aspal 4%, 200,02 kg/mm pada kadar aspal 5%, 194,09 kg/mm pada kadar
aspal 6%, 188,60 pada kadar aspal 7% dan 151,48 pada kadar aspal 8%.
26
beton mutu f’c 35 menghasilkan nilai MQ 200,07 kg/mm pada kadar aspal
4%, 185,25 kg/mm pada kadar aspal 5%, 179,96 kg/mm pada kadar aspal
6%, 170,54 pada kadar aspal 7% dan 142,20 pada kadar aspal 8%.
3. Newman Andi Syaiful Amal dan Chairil Saleh, 2015. “Pemanfaatan Limbah
Marshall Quotient 2,5 KN/mm, volume air void 4,5% dan film thickness
8,8mm.
bahan pengisi yang berbeda yaitu bahan pengisi abu batu, semen dan kapur
dengan parameter Marshall. Pada pengujian filler abu batu didapatkan kadar
VFB (79,5%). Sedangkan untuk Lime Filler kadar aspal optimum adalah
6,6% dengan parameter Marshall yaitu Stability (1060 kg), Flow (3,7mm),
BAB III
M ETODE PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian
Mulai
Pengujian karakteristik aspal antara lain: Pemeriksaan karakteristik agregat antara lain:
Berat Jenis Filler
1. Penetrasi 250C (SNI 2456-2011) 1. Pemeriksaan Keausan/Abrasi (SNI 2417-2008)
(SNI ASTM C136:2012)
2. Penetrasi TFOT 250C (SNI03-6835- 2. Berat jenisdan Penyerapan Agregat Kasar (SNI1969-
2002) 2016)
3. Pengujian Daktalitas (SNI 2432-2011) 3. Berat jenisdan Penyerapan Agregat Halus (SNI1970-
4. Titik Nyala 0C (SNI 2433-2011) 2016)
5. Titik Lembek 0C (SNI 2434-2011) 4. Pemeriksaan Analisa Saringan (SNI ASTM C136-2012)
6. Berat Jenis Aspal (SNI 2441-2011) 5. Pemeriksaan lolos Saringan 200 (SNI ASTM C 117-
7. Berat yang hilang (SNI06-2441-1991) 2012)
6. Pemeriksaan Nilai setara pasir (SNI 03-4428-1997)
7. PemeriksaanPartikel Pipih dan Lonjong (ASTMD-4791-
Mengacu pada
spesifikasi Bina Marga 2018
Jika memenuhi
Merancang Komposisi Campuran AC-Base
Selesai
material dilakukan secara manual, Agregat yang telah diambil di lokasi kemudian
dimasukkan ke dalam karung beras. Material batu pecah sebanyak satu karung
pengujian selanjutnya.
Lokasi
Pengambilan
Agregat
2. Pengambilan Material
a. Agregat
b. Aspal
3. Persiapan Material
Limbah marmer yang telah diambil, diproses di Laboratorium Jalan dan Aspal
saringan agregat kasar dan gradasi saringan agregat halus sesuai dengan
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan, yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.12 (0,075 mm) terhadap
berat semula.
2. Pengujian Berat Jenis Curah ( Bulk ) dan Penyerapan Air Agregat Kasar (SNI
menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu
dari agregat, serta angka penyerapan dari agregat. Tujuan pengujian ini untuk
memperoleh berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh dan berat jenis
bahan dalam agregat yang lolos saringan No. 200 sehingga berguna bagi
Maksud atau tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk megetahui tingkat kadar
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana
ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada
suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji bentuk agregat.
dengan mengukur dalamnya suatu jarum masuk ke dalam aspal pada suhu
Dalam pengujan berat jenis aspal akan ditentukan berat jenis aspal
terhadap suling.
sebelum putus.
aspal panas (Hot mix) yang terdiri dari campuran agregat halus dengan kasar
dan bahan pengisi (Filler) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu
seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini untuk mendapatkan nilai gradasi
UkuranAyakan Laston
(mm)
AC-BASE
Spesifikasi Gradasi Gradasi Campuran
1½ 100 100
1 90 – 100 95
¾ 76 – 90 83
½ 60 – 78 69
3/8 52 – 71 61,5
4 35 – 54 44,5
8 23 – 41 32
16 13 – 30 21,5
30 10 – 22 16
50 6 – 15 10,5
100 4 – 10 7
200 3–7 5
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018 devisi 6
35
adalah pembuatan benda uji dan penyiapan bahan campuran sesuai dengan
Kadar aspal efektif min = 0,6 % (dapat dilihat pada table 6.)
Kadar aspal efektif maks = 1,2 % (dapat dilihat pada table 6.)
6,5%
=
1,2
= 5,43%
5,0%
=
0,6
= 8,3 %
KA
Berat Aspal (gr) = x1200 gr
(100%)
36
Keterangan :
KA = Kadar Aspal
5,50%
Berat aspal (gr) = 1200 gr
(100%)
= 66 gram
yang digunakan pada Laston Lapis Aus dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini.
No.100 0.150 -
No.200 0.075 2 - 9 7.53 21.84 20.92 251.08
Pan (filler) 7.53 6.61 79.36 6.61 Filler
Aspal 5.50 5.50 66.00 5.50 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.00
Sumber : Hasil Perhitungan Komposisi Campuran
37
No.100 0.150 -
No.200 0.075 6 - 10 8.75 34.44 33.44 401.28
Pan (filler) 8.75 7.75 93.00 7.75 Filler
Aspal 6.00 6.00 72.00 6.00 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.00
Sumber : Hasil Perhitungan Komposisi Campuran
Berat Berat
Gradasi Komposisi
Berat Dalam Dalam
Inchi mm Spesifikasi (%) Campura Campuran (%)
(%) Campuran Campuran
n (%)
(%) (gr)
1½” 37.500
1” 25.000 0 0 #REF!
3/4” 19.000 100 100 100 100.00 Agregat
15.28
1/2” 12.500 90 - 100 95.44 4.56 3.31 39.72 Kasar
3/8” 9.500 75 - 85 82.22 13.22 11.97 143.64
No.4 4.750 -
No.8 2.360 50 - 72 62.62 19.60 18.35 220.20
No.16 1.180 -
No.30 0.600 35 - 60 43.19 19.43 18.18 218.16 Agregat
69.72
No.50 0.300 - Halus
No.100 0.150 -
No.200 0.075 6 - 10 8.75 34.44 33.19 398.28
Pan (filler) 8.75 7.50 90.00 7.50 Filler
Aspal 7.50 7.50 90.00 7.50 Aspal
Total 100 100.00 1200.00 100.00
Sumber : Hasil Perhitungan Komposisi Campuran
39
Benda uji yang digunakan dalam pengujian Marshall ini adalah 18 buah, bahan
campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah gradasi yang berdasarkan
AC-Base
Kadar Aspal
(%) Ju mlah Benda Uji ( buah)
6,00 3 3
6,50 3
7,00 3
7,50 3
Total 15 3
Sumber: Hasil Rencana Benda uji.
40
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai stabilitas, kelelehan
campuran (VIM), dan rongga dalam agregat (VMA). Hasil pengujisn berdasarkan
spesifikasi umum Bina Marga 2018 untuk pekerjaan konstruksi jalan. (Suhardi,
(Stabilitas flow, VMA, VIM, VFB) terhadap variasi kadar aspal. Dari analisis grafik
ini didapatkan kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum adalah nilai rentang dari
kadar aspal yang memenuhi semua spesifikasi campuran. (Suhardi, Pratomo, dan
Ali 2016).
untuk mengetahui durabilitas pada perendaman air dan temperatur yang telah
(Kadar Aspal Optimum), dalam Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 nilai yang
disyaratkan untuk nilai Stabilitas Marshall sisa sebesar 90% (Iduwin, Dicki, dan
Hidayawanti, 2020).
41
pemeriksaan berikut:
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 yang telah di rekapitulasi dalam Tabel 13.
b. Komposisi untuk 6%
d. Komposisi untuk 7%
Marshall Konvensional juga harus sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga