Anda di halaman 1dari 19

Modul Seksualitas Dalam Perkawinan Katolik

Pengantar

Pedoman Modul Seksualitas Dalam Perkawinan Katolik ini merupakan


penyempurnaan dari pedoman Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) yang dibuat
sebelumnya, dengan menekankan pada 4 pokok utama sebagaimana dijabarkan
dalam tujuan di bawah ini. Modul ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
peserta KPP dalam mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan pernikahan
Katolik dan mampu memahami serta mengatasi masalah-masalah seksualitas
selama menjalani hidup berkeluarga.

Pemberi

Modul ini dibawakan oleh sepasang pasutri dan seorang dokter atau sarjana
kesehatan/bidan senior.

Waktu: 120 menit

Seksualitas menurut Pandangan Gereja Katolik – 30 menit

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar


Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka
(Kej. 1:27).

Allah menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga baik pria maupun


wanita memiliki kelebihan dan kekurangannya. Perbedaan pria dan wanita
bukanlah perbedaan derajat, melainkan perbedaan yang saling melengkapi
(komplementer) untuk mewujudkan diri sebagai manusia yang berpribadi,
yaitu gambar Allah. Secara fisik pria memang menunjukkan suatu kekuatan
dan kekuasaan, sedang wanita menunjukkan suatu kasih dan kelembutan,
namun kedua sifat itu sama-sama dibutuhkan manusia untuk menjadi
manusia yang utuh, agar mereka mampu melaksanakan tugas yang
diberikan oleh Sang Penciptanya. Karena itu, pria dan wanita saling
membutuhkan. Keduanya merupakan dua unsur yang bersama-sama
menggambarkan kemanusiaan secara utuh. Keduanya memiliki kedudukan
yang sama kuat dan sama pentingnya. Keduanya memiliki derajat yang
sama atau sepadan. Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh
Allah menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Yang satu tidak lebih tinggi
dan unggul daripada yang lain.

a. Makna Seksualitas

Segala sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin serta hasrat seks yang
terdapat pada manusia, yang ternyata berbeda pada pria dan wanita.
Semuanya ini bertujuan untuk melanggengkan kehidupan manusia di bumi,
yang diciptakan oleh-Nya. Seks dan juga seksualitas merupakan sesuatu
yang luhur. Kitab Kejadian melukiskan,” …… menurut gambaran Allah
diciptakan-Nya mereka, pria dan wanita diciptakan-Nya mereka. Lalu Allah
memberkati mereka dan berfirman: beranak-cuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi ini dan kuasailah ……” (Kej 1:27-28).

Kesatuan suami istri melalui hubungan seks dalam ikatan kasih setia
perkawinan akan membuahkan hidup baru. Hidup baru itu merupakan
gambar Allah sendiri. Maka juga diberkati. Suami-istri ikut ambil bagian
dalam karya penciptaan Allah dengan melahirkan kehidupan baru.
Singkatnya: menjadi pencipta bersama dengan Allah.

b. Fungsi Seksualitas

Dari sisi seksualitas, seorang pria berbeda sama sekali dengan seorang
wanita. Perbedaan seksualitas atau perbedaan jenis kelamin antara pria dan
wanita merupakan hal yang hakiki dalam perkawinan, yang justru
menyebabkan pria dan wanita saling tertarik dan akhirnya bersatu dalam
hidup perkawinan. Dengan perbedaan seksualitas ini, keduanya secara
bersama-sama melaksanakan tugas yang diberikan Allah, Sang Pencipta-
Nya.
“Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah …… (Kej. 1:28). Berikut akan ditunjukkan fungsi-fungsi
seksualitas itu.

1. Fungsi Pemersatu

Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai
perempuan, sebab ia dipanggil dari laki-laki. Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging (Kej. 2:23-24).

Secara kodrati pria dan wanita perlu saling tolong menolong dan saling
melengkapi. Kepriaan tidak lengkap tanpa didampingi kewanitaan, dan sebaliknya
kewanitaan tidak sempurna bila tidak berdampingan dengan kepriaan. Pria adalah
pria bila berhubungan dengan wanita. Wanita adalah wanita bila berhubungan
dengan pria. Secara naluriah keduanya saling tertarik justru karena perbedaan itu.
Semakin menonjol kepriaannya (semakin maskulin) atau kewanitaannya (semakin
feminin), daya tarik masing-masing semakin besar. Meskipun hal itu berarti
perbedaan mereka juga semakin besar.

Perbedaan kelamin atau seksualitas itu menyatukan pria dan wanita dalam
kehidupan perkawinan. Perbedaan itu mengarahkan dan menumbuhkan cinta kasih
pada pria dan wanita. Perbedaan kelamin atau seksualitas itu mempunyai fungsi
menyatukan. Sebab perbedaan diantara keduanya justru memampukan mereka
untuk saling melengkapi satu sama lain.

2. Fungsi Prokreasi
Seksualitas, khususnya hubungan seks antara pria dan wanita (senggama)
dalam ikatan perkawinan bukanlah sesuatu yang tertutup. Setiap hubungan seks
(hubungan intim suami-istri) selalu bersifat terbuka bagi kehadiran anak.
Hubungan seks (hubungan intim suami-istri) yang tertutup bagi kelahiran anak
membuat suami-istri jatuh dalam sikap egoism cinta diri. Oleh sebab itu, setiap
tindakan seksual suami-istri bersifat terbuka terhadap kelahiran anak.
Allah pencipta, memanggil laki-laki dan perempuan yang membangun
perkawinan dan hidup berkeluarga untuk menjadi pencipta bersama dengan Dia.
Seksualitas manusia, menjadikan manusia menjadi pencipta bersama dengan Allah.
Manusia, laki-laki dan perempuan dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam karya
penciptaan Allah. Fungsi ini adalah fungsi yang amat luhur. Seksualitas manusia
yang merupakan sesuatu yang sangat insane mempunyai fungsi illahi.

Maka tindakan seksual suami-istri selain merupakan ungkapan cinta yang


utuh dan total, juga mempunyai fungsi pro-kreasi. Fungsi pro-kreasi ini sangat
mendasar melihat pandangan Kitab Suci yang menjelaskan mengenai kenyataan
ini. (bdk. Kej. 1:27-28). Itu berarti fungsi pro-kreasi merupakan fungsi seksualitas
yang langsung berhubungan dengan Allah sebagai pencipta. Begitu hakikinya,
fungsi itu maka setiap tindak seksual suami-isteri harus selalu terbuka terhadap
anak. Dengan demikian, manusia dapat mengendalikan seksualitasnya. Artinya,
daya-daya destruktif dari seksualitas dapat dikendalikan.

3. Fungsi Penyelamatan

nilai-nilai manusiawi perkawinan oleh karya penebusan Kristus diberi nilai


baru. Fungsi ini yang biasanya banyak dilupakan orang. Seksualitas diangkat oleh
Kristus menjadi Sakramen, yaitu sarana memperoleh rahmat khusus, agar pasutri
mampu menjadi suami dan isteri Katolik yang melaksanakan panggilannya.
Seksualitas menjadi sesuatu yang suci dan disucikan oleh Kristus. Artinya,
seksualitas harus berperanan dalam saling membantu untuk menjadi manusia yang
semakin sempurna. Keselamatan manusia justru terletak pada kesempurnaan itu.

Seksualitas itu menyebabkan pria menjadi semakin pria dan wanita menjadi
semakin wanita. Fungsi penyempurnaan secara insani ini diangkat oleh Kristus agar
manusia menjadi sempurna sebagai citra Allah. Bagi orang katolik, menjadi
manusia sempurna adalah menjadi manusia seperti Kristus, yakni gambar cinta
kasih Allah. Dengan kata lain, kesempurnaan manusia itu terletak pada cinta kasih.
Ini tidak mudah, bahkan tidak mungkin tanpa pertolongan Ilahi, maka tugas suami
dan isteri adalah saling membantu dan mendorong proses menjadi sempurna.
Dalam praktek, tugas saling menyelamatkan ini banyak terjadi dalam interaksi
saling mengoreksi dan saling memberikan kritik, agar proses menjadi sempurna itu
tidak menyimpang. Kritik yang terasa ‘pahit’ dapat diterima ‘manis’ bila kritik
tersebut merupakan tanda cinta. Dalam rangka saling menyempurnakan ini
pulalah, seksualitas dapat berperanan.
Kenikmatan seksual tentu saja penting dalam kehidupan suami-isteri. Tetapi
kenikmatan tersebut tidak pernah boleh melanggar fungsi cinta kasih sebagai
pemersatu suami-isteri, terbuka terhadap kelahiran anak (pro-kreasi), dan fungsi
penyelamatan. Sebab fungsi-fungsi tersebut membuat martabat manusia sebagai
gambar cinta kasih Allah menjadi semakin utuh dan sempurna. Justru kenikmatan
itu dapat berperan menetralkan ketegangan, bila mereka harus saling mengoreksi.

Dari kodratnya pria dan wanita itu berbeda, baik secara fisik maupun secara
psikis. Namun demikian, perbedaan itu sendiri mengandung unsur ketegangan dan
dapat menyebabkan munculnya perasaan kegagalan. Agar ketegangan itu dapat
diatasi dan tidak mengganggu ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan keluarga,
pasutri perlu mendalami perbedaan itu serta perlu memahaminya secara utuh dan
benar, agar dapat semakin mendekatkan dan menyatukan diri.

Sharing Pasutri

Sharing dari pasutri mengenai tantangan yang dihadapi dalam menjaga hubungan
intim, baik secara fisik dan emosi, di tengah-tengah kehidupan modern.

Pertanyaan kepada pasutri :

1. Bagaimana menjaga keintiman secara fisik dan emosi di tengah kesibukan di


jaman modern ini?
2. Bagaimana menjaga keintiman secara fisik dan emosi ketika sedang
mengalami masalah berat?
3. Bagaimana mengatasi kejenuhan setelah lebih dari 5 tahun menikah?

Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi – 30 menit

a. Anatomi dan fisiologi alat reproduksi pria


b. Anatomi dan fisiologi alat reproduksi wanita, termasuk siklus haid dan ovulasi

1. Hubungan Intim Suami – Isteri, meliputi :

Hubungan intim yang baik:

a. Syarat hubungan intim yang baik


b. Hal-hal positif yang perlu dipenuhi dan hal-hal negative yang perlu dihindari
c. Orgasme pada pria dan wanita
d. Fore-play dan after-play

Gangguan pada hubungan intim suami-isteri:

a. Impotensia (gangguan ereksi)


b. Ejakulasi dini
c. Vaginismus
d. Dyspareunia (nyeri senggama)
e. Rujukan untuk masalah gangguan seksual

2. Pembuahan, Kehamilan dan Kemandulan

a. Proses Pembuahan dan Nidasi


Proses ini dijelaskan untuk menegaskan bahwa kehidupan sudah ada sejak
pembuahan.

b. Prinsip Pro Life dan Anti-Abortus


▪ Menghargai kehidupan sejak pembuahan

▪ Pandangan dan sikap Gereja tentang Abortus

c. Kehamilan dan Persalinan


▪ Mengenali faktor-faktor resiko dan upaya pencegahannya
▪ Manfaat pemeriksaan kehamilan dan jadwal pemeriksaannya
Materi ini diberikan karena angka kesakitan dan kematian ibu bersalin masih
sangat tinggi, bahkan tertinggi diantara Negara-negara Asean.

d. Kemandulan (Infertilitas)
▪ Pengertian Infertilitas
▪ Sebab-sebab infertilitas (pria dan wanita)
▪ Rujukan untuk masalah Infertilitas
Materi ini diberikan karena angka kemandulan cukup tinggi, yaitu terjadi
pada sekitar 10-15% pasutri dan ada mispersepsi tentang letak sebabnya
(isteri).
Sharing pasutri

Sharing dari Pasutri mengenai masalah seksualitas dalam kehidupan keluarga


Katolik. Pertanyaan kepada Pasutri:

 Banyak pasangan kurang berkomunikasi dan keterbukaan dalam masalah


seksual. Mereka merasa tabu dalam membahas masalah seksual dengan
pasangan. Bagaimana sebaiknya mengkomunikasikan masalah dan relasi
seksual dengan pasangan?

Pemeriksaan pra-nikah

Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilaksanakan bila ada keraguan terhadap


kesehatan salah satu anggota pasangan, baik mengenai kesehatan fisik maupun
kesehatan jiwa. Tujuan atau manfaat pemeriksaan ini adalah:

▪ memantapkan pilihan dan kepercayaan

▪ mengurangi kemungkinan ribut sesudah kawin

▪ memperkecil kesalahan (bdk KHK Kanon 1084 dan Kanon 1095.

Pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan urgensi dan kebutuhan dengan


memperhatikan kemampuan biaya yang bersangkutan, meliputi:

a. Anamnesa (untuk memastikan adanya keraguan yang perlu diteliti)


b. Pemeriksaan fisik (untuk memastikan adanya keraguan yang perlu diteliti)
c. Pemeriksaan laboratorium (untuk mendukung diagnosa)

Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan keraguan tersebut diatas adalah,


antara lain:

▪ Adanya dugaan kelainan yang mengarah pada ketidak mampuan untuk


melakukan sanggama, baik dari pihak pria maupun wanita, yang juga
merupakan halangan untuk melangsungkan perkawinan.
▪ Adanya dugaan kelainan mental atau kelainan jiwa (mental retardation,
schizophrenia)

▪ Adanya dugaan penyakit yang dapat ditularkan kepada pasangan atau bakal
anak yang akan dilahirkan (mis. penyakit menular seksual (PMS),
toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex/genitalis)

▪ Adanya dugaan penyakit keturunan yang dapat menurun dan berakibat jelek
kepada anak yang akan dilahirkan (mis. Erythro-blastosis foetalis karena
factor golongan darah Rhesus)

Vaksinasi Pra-Nikah

Tujuan vaksinasi pra-nikah adalah untuk memberi perlindungan, kepada pasangan


calon nikah maupun bakal anak yang akan dilahirkan terhadap beberapa penyakit
yang sering didapati, seperti Hepatitis B, Tetanus, Rubella. Bentuk vaksinnya
adalah, antara lain: Hepatitis B, Tetanus Toxoid, dan MMR (Measles, Mumps,
Rubella).

Pengertian, Tujuan dan Pandangan Gereja tentang KB

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mewujudkan keluarga bahagia dan


sejahtera melalui pengaturan kelahiran anak dengan cara menunda kelahiran anak
pertama, menjarangkan kelahiran anak berikutnya, maupun membatasi kelahiran
anak selanjutnya.

Metode Keluarga Berencana:

1. KB Alamiah, yaitu cara KB yang tidak memakai alat, obat atau tindakan
operatif tetapi berdasarkan adanya masa subur dan tidak subur.
2. KB Buatan, yaitu cara KB dengan memakai alat, obat atau tindakan operatif
dan tidak tergantung dari adanya masa subur atau tidak subur.
Pandangan Gereja tentang berbagai Metode KB

a. Metode yang dianjurkan: KB Alamiah;


b. Metode yang perlu dipertimbangkan (berdasarkan keputusan suara hati):
KBB (kondom/diafragma, jelly cream, tissue KB, pil, suntik, implant);
c. Metode yang dipersoalkan: IUD, vaksin, sterilisasi (vasektomi dan
tubektomi);
d. Metode yang dilarang: abortus, MR (Induksi Haid), morning-after pil; Di
Indonesia, metode ini tidak dianggap sebagai metode KB.
e. Metode yang tidak dianjurkan: coitus interruptus, walik kandungan, obat
tradisional yang mungkin bersifat abortif.

Berikut ini disampaikan beberapa catatan penting berkaitan dengan


Pandangan Gereja Katolik mengenai Keluarga Berencana.

1. Gereja setuju terhadap KB sebagai prinsip Keluarga Bertanggungjawab.


Artinya suami-isteri mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
mengatur dan merencanakan kesejahteraan keluarganya. Termasuk di
dalamnya ialah: merencanakan dan mengatur jumlah anak dan jarak
kelahirannya.
2. Gereja mempersoalkan cara-cara dalam mewujudkan Keluarga
Bertanggungjawab itu. Prinsip dasarnya adalah: tegas menolak setiap cara
KB yang bersifat abortif (menggugurkan) dan umumnya tidak mendukung
cara-cara kontrasepsi buatan.
3. Gereja Katolik menentang pola berpikir anti hamil dan kontrasepsi yang
seringkali didasari oleh pandangan serta sikap yang bertolak belakang
dengan ajaran agama mengenai martabat dan kedudukan isteri serta nilai-
nilai kehidupan.
4. “Apabila demi keutuhan kehidupan keluarga dan demi kesejateraan keluarga
yang sudah ada itu tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk menambah
jumlah anak, maka suami-isteri bertindak secara bertanggungjawab – dan
oleh karena itu tidak perlu merasa berdosa – bila mereka ber-KB, asal cara
itu tidak merendahkan martabat isteri atau suami, tidak berlawanan dengan
hidup manusiawi (misalnya pengguguran dan pemandulan tetap), dan dapat
dipertanggungjawabkan secara medis” (Pedoman Pastoral MAWI).
5. KBA dianjurkan Gereja Katolik dan KB-Buatan (Kontrasepsi) tidak didukung.

KB-Alamiah – 40 menit
KBA disetujui oleh Gereja bukan karena pertama-tama oleh karena tidak memakai
alat/obat-obatan akan tetapi karena KBA itu bukan kontrasepsi.

Gereja Katolik menganjurkan agar pasutri Katolik menggunakan metode KBA


dengan beberapa pertimbangan:

1. Cara ini lebih selaras dengan maksud Tuhan: Allah mengatur fungsi seks
dalam hidup melalui siklus bulanan. Dengan demikian “pantang berkala”
justru merupakan aphrodisiac (jalan dan perangsang) untuk meningkatkan
kualitas hubungan seks.
2. Cara ini adalah bentuk KB yang bertanggung jawab dan bermartabat (GS 87,
50-51; HV 10)
3. Setiap hubungan seks mesti terbuka untuk adanya keturunan (HV 11,
FC 29). Ajaran ini berdasarkan pada kehendak Allah yang menghendaki
supaya makna hubungan seksual yang unitif (menyatukan) dan prokreatif
(terbuka pada keturunan) tidak dipisahkan.
4. KBA mempersatukan dua unsur yang dipisahkan oleh kontrasepsi yaitu
hubungan seksual dan prokreasi (HV 12, 13)
5. KBA adalah metode yang aman: tidak memanipulasi hormon dan obat-
obatan, tidak ada bagian organ reproduksi yang dibuang atau dipotong, tidak
ada obat atau alat KB yang dimasukkan ke dalam tubuh. KBA, bebas dari
efek samping yang merugikan.
6. KBA melibatkan peran serta kedua belah pihak pasutri
7. Dalam melaksanakan cara ini, kita diajak untuk sekaligus menghayati
keutamaan iman yakni penyangkalan diri demi cinta pada pasangan, juga
sebagai wujud komitmen pada janji perkawinan (menghormati dan
memahami kondisi pasangan, tetap setia pada saat kondisi “tidak
menguntungkan”)

Manfaat KB Alamiah

1. Manfaat kontraseptif
▪ Jika dilakukan dengan taat dan benar, dapat untuk mencegah terjadinya
kehamilan.

▪ Sebaliknya, jika ingin hamil, maka metode ini dapat membantu untuk
menentukan saat terbaik untuk terjadinya kehamilan.

▪ Secara metode dan aspek klinik, tak ada resiko atau efek samping.

▪ Murah karena tidak menggunakan alat atau memerlukan pasokan ulang.


2. Manfaat non-kontraseptif
▪ Menambah wawasan dan pengetahuan tentang system dan kesehatan
reproduksi
▪ Mempererat tanggung jawab dan kerjasama kedua belah pihak
(pasangan) dalam kesehatan reproduksi
▪ Kepedulian dan keterlibatan pasangan atau suami dalam Keluarga
Berencana

Metode KB Alamiah (KBA) meliputi:

1. Cara Menyusui Penuh (ASI Eksklusif)


2. Metode Kalender (Ogino Knauss)
3. Metode Suhu Basal (Termal)
4. Metode Sympto-termal
5. Metode Keefe
6. Metode Lendir Serviks (Billings)
7. Ovutest

Ada beberapa cara untuk mengetahui masa subur itu, misalnya cara kalender,
lendir kesuburan (mucus) dan suhu basal. Hanya hubungan seks yang dilakukan
pada masa subur ini yang akan menghasilkan anak sedangkan hubungan seks yang
dilakukan pada masa tidak subur tidak akan menghasilkan anak.

Mengapa tidak menghasilkan anak? Karena tidak ada ovum yang matang yang siap
dibuahi. Ovum hanya hidup 24 jam saja sesudah ovulasi. Oleh karena tidak ada
ovum yang matang maka tidak akan ada konsepsi (pembuahan). Maka pengaturan
kelahiran alamiah (KBA) itu bukan kontrasepsi karena KBA itu tidak meniadakan
konsepsi (= yang seharusnya ada menjadi tidak ada). Konsepsi memang tidak ada
sehingga tidak perlu dilawan (kontrasepsi) ataupun ditiadakan.

1. Metode Laktasi Amenore (MLA, ASI Eksklusif)


a. MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian
ASI pada bayinya
b. Akan tetapi mempunyai efek kontraseptif apabila
▪ Menyusukan secara penuh (eksklusif)
▪ Belum haid
▪ Usia bayi kurang dari 6 bulan
c. Efektif hingga 6 bulan\
d. Bila ingin tetap belum ingin hamil, ganti atau kombinasikan dengan metode
KBA lain setelah bayi berusia 6 bulan.

Petunjuk:

▪ Memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan


(sekitar 6-10 kali per hari)

▪ Memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh lebih
dari 4-6 jam diantara 2 pemberian)

▪ Jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain

▪ Jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali per hari atau bayi tidur
semalaman tanpa menyusu (mendapat ASI), maka MLA kurang dapat
diandalkan untuk metode kontrasepsi

▪ Menggantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan atau suplemen


lainnya maka daya hisap bayi akan berkurang sehingga mengurangi
efektifitas mekanisme kerja kontraseptif MLA

2. Metode Kalender (Ogino Knauss)

Dalam metode ini dilakukan perhitungan untuk memperkirakan masa subur dan
masa tidak subur berdasarkan lamanya siklus haid dimana ovulasi diperkirakan
terjadi sekitar 14 hari sebelum haid berakhir:

▪ Pantau jumlah hari dari 6 siklus haid sambil menahan hasrat sanggama pada
periode subur. Kemudian hitunglah periode subur dengan melihat data atau
hasil penghitungan dibawah ini.

▪ Dari rata-rata hari siklus terpanjang dan dikurangi 11, maka inilah hari subur
terakhir dalam satu siklus menstruasi.

▪ Dari rata-rata hari siklus terpendek, kemudian dikurangi 18, maka inilah hari
subur pertama (awal) dari siklus menstruasi.
▪ Periode subur dihitung dari hari subur awal hingga subur terakhir (misalnya
ke 8-19 dari siklus menstruasi) sehingga diperlukan abstinensia atau hari
pantang sanggama selama 12 hari dalam 1 siklus menstruasi yang sedang
berlangsung.

▪ Metode ini sudah jarang digunakan karena lamanya masa pantang pada
wanita dengan haid yang tidak teratur.

Metode Suhu Basal

Aturan Pengukuran Suhu:

▪ Ukurlah suhu pada jam yang sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat
tidur) dan catat pada kertas grafik.

▪ Gunakan grafik nilai suhu dalam 10 hari pertama siklus haid untuk
mengindentifikasi suhu puncak harian “normal dan rendah” dalam pola tertentu
tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.

▪ Abaikan suhu yang tingginya abnormal yang disebabkan adanya demam atau
gangguan lainnya.

▪ Tariklah sebuah garis 0.05 hingga 0.1˚C melalui yang tertinggi dari semua nilai
suhu dalam 10 pertama ini. Garis ini disebut garis pelindung atau garis suhu.

▪ Periode tidak subur dimulai pada sore hari setelah tiga hari berturut-turut suhu
tubuh berada diatas garis pelindung/suhu basal (Aturan Perubahan Suhu).

▪ Hari pantang sanggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode tak subur).
Masa pantang sanggama untuk metode ini lebih panjang dari Metode Ovulasi
Billing. Perhatikan pula kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.

▪ Jika salah satu dari kenaikan diatas suhu basal yang seharusnya berurutan
ternyata terjadi penurunan hingga melewati ambang bawah garis pelindung, hal
ini dapat menjadi pertanda bahwa ovulasi belum terjadi. Kejadian ini tak dapat
diambil sebagai patokan fase tak subur.

▪ Bila periode tak subur telah terlewati pasangan boleh untuk tidak meneruskan
pengukuran suhu tubuh dan melakukan sanggama hingga akhir siklus haid dan
kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
3. Metode Keefe

Dilakukan perabaan sendiri terhadap leher rahim dengan satu jari tangan:

▪ Bila leher rahim terasa lunak dan mulut rahim terbuka, serta lendir leher rahim
bersifat encer, jernih, licin dan ulur, berarti sedang/telah terjadi ovulasi dan
wanita dalam keadaan subur.

▪ Bila leher rahim terasa kenyal dan mulut rahim tertutup, serta bersifat kering
maka ovulasi telah selesai dan wanita dalam keadaan tidak subur.

4. Metode Simpto Termal

Merupakan gabungan antara Metode Suhu Basal dengan pengamatan lendir


kesuburan:

▪ Setelah menstruasi berhenti, pasangan dapat melakukan sanggama hingga dua


hari kering berikutnya (periode tidak subur sebelum ovulasi)

▪ Setelah periode tidak subur awal tersebut, terjadi ovulasi yang ditandai dengan
mulai keluarnya lendir encer dan rasa basah pada vagina (sama dengan metode
lendir serviks), lakukan pantang sanggama karena ini menandakan periode
subur sedang berlangsung.

▪ Pantang sanggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berturutan
dan hari puncak lendir subur.

▪ Apabila kombinasi dua gejala ini tidak dapat menentukan periode tak subur
awal, periode subur, dan periode tak subur akhir maka ikuti penghitungan
periode subur yang terpanjang dimana masa pantang sanggama harus
dilakukan.

5. Metode Ovulasi Billings (MOB)

Wanita diajari untuk mengenal gejala-gejala kesuburannya dengan mengamati


keadaan lendir leher rahimnya: (lihat diagram pada halaman berikut)

▪ Secara normal, mukus (lendir) vagina dapat berubah beberapa kali dalam sehari
sehingga perlu dilakukan pengenalan sekresi normal harian sebagai patokan
penggunaan metode ini.
▪ Tentukan tingkat kesuburan berdasarkan hasil pengamatan lendir (setiap
malam) dan beri tanda atau symbol yang sesuai dengan tingkat kesuburan yang
sesuai (petunjuk tersendiri)

▪ Untuk mengetahui jenis lendir normal harian, paling tidak kedua pasangan tidak
melakukan sanggama selama 1 siklus.

▪ Selama hari-hari kering (tiada lendir) setelah menstruasi, sanggama pada dua
hari berikut masih tergolong aman.

▪ Lendir basah, jernih, licin dan elastic menunjukkan masa subur (hari pantang
sanggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa
tidak subur).

▪ Tandailah hari terakhir dari adanya lendir bening, licin dan elastic dengan huruf
X. ini adalah hari puncak dalam periode subur (fase paling subur)

▪ Pantang sanggama dilanjutkan hingga 3 hari setelah puncak subur, karena


kemampuan hidup sel telur masih berlanjut hingga periode tersebut dan bila
terjadi pertemuan dengan sperma, dapat terjadi pembuahan

▪ Hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur, mulai kembali periode
tak subur sehingga sanggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.

Ciri-ciri lendir subur dan lendir tidak subur adalah sebagai berikut:

Lendir Subur Lendir Tidak Subur

▪ Jernih ▪ Keruh

▪ Encer ▪ Kental

▪ Ulur (elastic) ▪ Tidak ulur (mudah putus)

▪ Kemaluan terasa basah ▪ Kemaluan terasa kering

Sharing Pasutri

Sharing dari pasutri mengenai ketidak tahuan tentang program Keluarga Berencana
yang diperbolehkan oleh Gereja Katolik dan mengenai aborsi.

Pertanyaan kepada pasutri:


1. Apakah pasutri mengerti mengenai program Keluarga Berencana yang
diperbolehkan oleh Gereja Katolik sebelum menikah dahulu?
2. Apakah pasutri mengerti mengenai pandangan Gereja Katolik mengenai
aborsi sebelum menikah dahulu?
3. Apakah memiliki pengalaman pribadi mengenai pemakaian program KB dan
aborsi?

Pandangan Gereja Katolik mengenai Aborsi – 15 menit


Pemutaran video mengenai perkembangan janin dalam tubuh

Prinsip Pro Life dan Anti Abortus

Yang pertama perlu diperhatikan adalah tanggung jawab terhadap hidup.


Makhluk hidup yang paling lemah (embrio) wajib kita lindungi. Perlu disadari
oleh Pasutri bahwa setiap mengadakan hubungan seks, hati mereka mesti
terbuka akan adanya keturunan (anak). Maka dari itu setiap upaya
mengatur kelahiran, selalu kembali ke dalam keputusan hati nurani sebagai
pasutri: apakah itu dilakukan dengan rasa cinta dan tanggung jawab?

Kalau Gereja memperjuangkan dan membela nilai kehidupan, itu selaras dengan
ajaran pokok iman Katolik yaitu cinta dan gembira akan adanya hidup baru,
percaya pada Allah yang campur tangan dan menyertai penjiarahan hidup
(warta Natal) dan pentingnya pengharapan dalam situasi yang nampaknya tidak
mungkin untuk berharap/situasi dalam batas daya kemampuan (warta paksa,
iman akan kebangkitan dan kehidupan).

Berdasarkan pertimbangan itulah, abortus provocatus dilarang dan siapapun


yang melakukannya (pelaku, pendukung, penganjur, orang yang tahu tetapi
diam saja) diancam dengan hukuman dosa berat yang hanya bisa diampuni oleh
Uskup (KHK Kan 1397-1398).

Sharing Pasutri

Persoalan umum yang dialami pasutri:


Pasutri tidak memiliki pengetahuan bahwa aborsi merupakan dosa yang sangat
besar dalam agama Katolik, sehingga pasutri bisa memilih aborsi dengan alas an-
alasan logis atau medis sebagaimana berikut:

1. Adanya kontrak kerja yang melarang wanita hamil dalam jangka waktu
tertentu.
2. Masalah ekonomi yang berkekurangan sehingga tidak mampu merawat anak.
3. Korban perkosaan.
4. Penyakit berbahaya yang dialami ibu sehingga harus mengorbankan
janinnya.
5. Tidak ada informasi mengenai institusi/yayasan/organisasi yang dapat
membantu pasutri yang mengalami kesulitan kehamilan sebagaimana contoh
diatas.

Metode KB Buatan

Cara ini dimasukkan “grey area”. Untuk mengambil keputusan diperlukan suara hati
bersama pasutri. Pertimbangannya adalah: Gereja Katolik Indonesia memahami
kondisi umat dalam konteks sosio-politik Negara. Yang menjadi pilihan politik
Negara dalam bidang kependudukan adalah : membatasi pesatnya pertumbuhan
penduduk dengan cara yang mudah (efektif, praktis) dilaksanakan secara serempak
dengan hasil yang bisa diprediksi adalah KBB. Menghadapi pilihan politik ini, umat
Katolik tidak boleh tertekan atau bingung menentukan pilihan (patuh pada Negara
atau pada agama). Untuk itulah gereja tidak mau menambah beban apalagi dengan
ancaman dosa, melainkan memberikan kebebasan pada keluarga katolik dengan
tetap memperhatikan suara hati dan penuh tanggung jawab.

Yang harus dijauhkan dari sikap hati dan pikiran pasutri: adalah pola pikir dan
perilaku “anti-hamil”, “kontra-(kon)sepsi”, “anti-anak”, jika ternyata ada anak lalu
merasa gagal dan anak dengan enteng harus dibuang (digugurkan), wanita/isteri
adalah alat pemuas nafsu yang selalu dan di manapun harus “siap pakai” dengan
syarat “asal jangan hamil”.

Metode KB Buatan (KBB) meliputi:

1. Metode KB Pria
 Kondom
 Sterilisasi Pria (vasektomi)

2. Metode KB Wanita
 Pil KB, Suntikan, Implant (cara hormonal)
 IUD (Spiral)
 Sterilisasi Wanita (tubektomi)
 Obat vaginal, Diafragma

Cara kerja KB Buatan disesuaikan dengan proses pembuahan sel telur. Sel sperma
diproduksi oleh buah pelir (testis) lalu disalurkan ke saluran air mani (vas deferens)
dan waktu sanggama masuk ke dalam liang sanggama (vagina). Selanjutnya,
sperma itu bermigrasi ke rongga rahim (uterus) dan saluran telur (tuba) dimana sel
sperma bertemu dan membuahi sel telur yang datang dari indung telur (ovarium).

Embrio sebagai hasil pembuahan sudah merupakan makhluk hidup, sehingga


upaya menghalangi proses nidasi atau implantasi embrio tersebut ke dinding rahim
untuk terus tumbuh melanjutkan kehidupannya, dapat dianggap sebagai
"pembunuhan" terhadap embrio. Inilah yang menjadi dasar penolakan terhadap
penggunaan kontrasepsi spiral atau IUD.

Mekanisme Kerja KB Buatan

Intervensi terhadap proses tersebut dapat dilakukan dengan cara: lihat diagram

▪ Mengikat atau memutus saluran air mani dengan cara operasi (sterilisasi)

▪ Pemakaian kondom, diafragma, dan spermisida sehingga menghalangi


perjalanan sperma melalui liang sanggama.

▪ Menghalangi perjalanan sperma melalui rongga rahim (perubahan suasana)


dengan pemakaian spiral atau IUD. Ada pendapat lain bahwa adanya IUD dalam
rongga rahim bersifat menghalangi nidasi dan implantasi sel telur yang sudah
dibuahi.

▪ Menghalangi perjalanan sperma melalui saluran telur dengan cara pengikatan


atau pemutusan saluran tersebut.
▪ Menghalangi pengeluaran sel telur dengan menghambat perkembangan folikel
dengan menggunakan hormon (pil KB, Suntikan, dan Implant)

▪ Metode yang mempengaruhi produksi sperma oleh testis masih dalam tahap
eksperimen dan belum disetujui untuk dipergunakan secara luas.

Daftar Kepustakaan

1. Buku Materi Kursus Persiapan Perkawinan, Dekenat Jakarta Utara


2. The Merck Manual, Seventeenth (Centennial) Edition, 1999
3. JNPK-KR dan STARH, Pelatihan Tehnologi Kontrasepsi Terkini (Contraceptive
Technology Update), 2003
4. Medical Health Encyclopedia, Internet (http://www.healthscout.com/)
5. Ralph C. Benson, Handbook of Obstetricks and Gynecology, 1971. (gambar-
gambar)

Anda mungkin juga menyukai