GIGI
(Dental Health
Journal) Vol. 8 No.1
HUBUNGAN RASA TAKUT ANAK TERHADAP PERAWATAN GIGI DENGAN UMUR
DAN JENIS KELAMIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 3 PADANG
SAMBIAN KELOD 2019
Asep Arifin Senjaya1, Ni Ketut Ratmini2, Ni Made Sirat3, Ida Ayu Novita Pranata Sari4
1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar
4 Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar
aseparifinsenjaya@yahoo.com
Abstract
Most children are not cooperative during the treatment process so that the dentist has difficulty
handling the child. Research by Ida Ayu Novita Pranata Sari, at the State Elementary School
(SDN) 3 Padang Sambian Kelod Denpasar in 2019 concluded that most respondents who felt the
most fear was that their teeth had cavities and had to be patched at a dental clinic. The purpose of
this study was to determine the relationship of children's fear of dental care with age and sex in
students of SDN 3 Padang Sambian Kelod Denpasar in 2019. This type of research is cross
sectional, using secondary data from the research of Ida Ayu Novita Pranata Sari. The results of
the correlation test between age spearmen and the source of fear of dentists or dental nurses are
sig 0.032; age by being invited to check their teeth at the dental clinic with a sig value of 0.036. In
conclusion, there is a relationship between age and the source of fear for dentists or dental nurses
and being invited to have their teeth examined at a dental clinic.
Key words: fear, age, gender
1
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health
Journal) Vol. 8 No.1
muncul dalam benak anak – anak karena fenomena baru dalam bidang kedokteran gigi.
imajinasi anak itu sendiri.3 Rasa takut anak sering menjadi penghalang
Hasil penelitian yang dilakukan bagi dokter gigi untuk memberikan perawatan
Swastini, Tedjasulaksana, dan Nahak (2006), yang optimal. Oleh karena itu penting bagi
di Puskesmas IV Denpasar Barat menunjukan dokter gigi menjalin hubungan yang baik
gambaran rasa takut terhadap perawatan gigi dengan pasien khususnya pasien anak. Anak
pada usia sekolah yang berobat ke Puskesmas, yang memiliki interaksi positif terhdap dokter
dari 91 anak yang berobat ke Poli Gigi gigi dapat mengatasi rasa takutnya sehingga
Puskesmas IV Denpasar Barat, lima orang mereka tidak akan takut ke dokter gigi dan
(5,49%) anak laki-laki menyatakan tidak takut memiliki kesehatan gigi dan mulut yang
terhadap semua perawatan gigi, kemudian baik.1
delapan orang (8,79%) anak yang terdiri dari Rasa takut terhadap perawatan gigi
tiga orang anak laki-laki dan lima orang anak pada anak merupakan fenomena yang
perempuan menyatakan takut terhadap semua multifaktorial dan kompleks. Rasa takut akan
tindakan perawatan gigi dan 78 orang anak mempengaruhi tingkah laku anak dan dapat
(85,73%) yang terdiri dari 40 orang anak laki- menentukan keberhasilan kunjungan ke
laki dan 38 orang anak perempuan dokter gigi. Faktor-faktor yang dapat
menyatakan takut terhadap beberapa tindakan menimbulkan rasa takut pada anak ada dua
perawatan gigi.4 faktor yaitu faktor internal dan faktor
Hasil penelitian yang dilakukan eksternal Faktor internal berupa: usia,
Prianta di Sekolah Dasar Santo Yoseph 1 temperamen/ emosional, dan rasa sakit.
Denpasar menunjukan dari 84 responden anak Faktor eksternal meliputi: latar belakang
yang mengalami rasa takut terhadap social, rasa takut dari orang tua, dan tim
perawatan gigi, jenis rasa takut yang paling dokter.7
dominan adalah pada saat petugas kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan Ida
gigi mengebor giginya, sebanyak 59 anak Ayu Novita Pranata Sari, di Sekolah Dasar
(70,24). Berdasarkan jenis kelamin Negeri (SDN) 3 Padang Sambian Kelod
didapatkan frekuensi rasa takut anak laki-laki Denpasar tahun 2019, didapatkam 16 anak
(73,81%) lebih besar dibandingkan (20%) takut dengan petugas kesehatan
perempuan (64,29%) jika dokter gigi berseragam putih, 22 anak (27,5%) takut
memegang peralatan suntik beserta jarumnya. terhadap dokter gigi atau perawat gigi, 33
Sebanyak 57,14% anak laki-laki takut jika anak (41,25%) takut bila diajak
dokter gigi mencabut giginya, ini lebih besar memeriksakan giginya, 40 anak (50%) takut
dibandingkan anak perempuan (35,71%), jika giginya goyang dan harus dicabut di
namun rasa takut anak jika dokter gigi klinik gigi, dan 52 anak (65%) takut jika
menyuntiknya, pada anak perempuan lebih giginya berlubang dan harus ditambal di
besar (66,67%) dibandingkan anak laki-laki klinik gigi. Penelitian ini menyimpulkan
(64,29%).5 Hasil penelitian di Indonesia sebagian besar responden rasa takut yang
ditemukan sebanyak 22% menyatakan rasa paling banyak dirasakan adalah bila giginya
takut dan cemas terhadap perawatan gigi.1 berlubang dan harus ditambal di klinik gigi.8
Perasaan takut dan kecemasan yang
dialami anak selama perawatan gigi bukan
2
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health
Journal) Vol. 8 No.1
Metode
Jenis penelitian ini cross sectional.
Penelitian dilakukan di Jurusan Kesehatan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswa Berda-
sarkan Sumber Rasa Takut Terhadap
Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Perawatan Gigi
Denpasar pada bulan Januari 2021. Unit No Sumber Rasa Takut Tidak Takut
Takut f (%) f (%)
analisis pada penelitian ini adalah siswa SDN 1 Dokter gigi atau 22 27,5 58 72,5
3 Padang Sambian Kelod tahun 2019. Perawat gigi
2 Petugas kesehatan 16 20 64 80
Responden berjumlah 80 orang siswa, yang yang berseragam
diambil secara proporsional random sampling, putih
3 Diajak 33 47
jumlah siswa laki–laki 40 orang dan siswa memeriksakan gigi 41,25 58,75
perempuan 40 orang. Penelitian ini ke klinik gigi
4 Gigi goyang dan 40 50 40 50
menggunakan data sekunder dari penelitian harus dicabut di
Ida Ayu Novita Pranata Sari, yang dilakukan klinik gigi
5 Gigi berlubang dan 52 65 28 35
di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Padang harus ditambal di
Sambian Kelod Denpasar tahun 2019. klinik gigi
Sumber: Sari, IANP (2019)
Selanjutnya data yang ada dimasukan ke
komputer dengan menggunakan software Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui
pengolah data SPSS for Windows dan bahwa, sumber rasa takut yang paling besar
dilakukan analisis bivariat berupa uji korelasi adalah jika giginya berlubang dan harus di tambal
Spearmen di klikik gigi, yaitu sebanyak 52 anak (65%).
Sementara hasil penelitian Anwar, menunjukan
Hasil dan Pembahasan ketakutan terhadap anestesi lokal dan ekstraksi
Umur responden bervariasi dari 7 gigi adalah alasan paling umum yang
hingga 12 tahun. Siswa berasal dari kelas 2 menyebabkan anak-anak tidak menyukai
hingga kelas 6. Tabel 1 dan tabel 2 berikut perawatan gigi. ketakutan anak, ketakutan ini
adalah hasil penelitian Ida Ayu Novita terkait dengan injeksi (68,9%), pencabutan gigi
Pranata Sari.8 (15,5%), penambalan gigi (8,9%), dan instrumen
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden gigi (6,7%).9
Umur siswa (tahun) f % Berdasarkan data yang ada dapat dibuat tabel
7 12 15
8 13 16,25 silang antara umur dengan jenis rasa takut, seperti
9 12 15 pada tabel 3 di bawah ini.
10 13 16,25
11 14 17,5
12 16 20
Sumber: Sari, IANP (2019)
3
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health
Journal) Vol. 8 No.1
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Siswa Berdasarkan Sumber Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi
4
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health
usaha untuk mengatur situasi yang dia rasa Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Spearmans
mungkin menyakitkan baginya. Sebelum
Jenis Kelamin Dengan Sumber Rasa Nilai Sig
anak dapat meyakinnkan dirinya, rasa takut Takut
akan tetap berlangsung lama. Pengaruh orang Dokter gigi atau Perawat gigi 1,00
Petugas kesehatan yang berseragam 0,096
tua sangat penting terhadap pembentukan putih
perilau anak dalam menjalani perawatan gigi. Diajak memeriksakan gigi ke klinik 0,502
gigi
Orang tua harus menginformasikan kepada Gigi goyang dan harus dicabut di klinik 0,269
anak tentang apa yang sebaiknya dia lakukan gigi
Gigi berlubang dan harus ditambal di 0,816
selama berada di praktek dokter gigi. Anak klinik gigi
harus terlebih dahulu diberi gambaran
tentang dokter yang akan merawatnya serta Pada tabel 6 terlihat tidak ada sumber
situasi yang dapat timbulnya nanti sebelum rasa takut yang memiliki hubungan dengan
membuat janji bertemu dengan dokter gigi, jenis kelamin siswa. Menurut Adeputri dan
tidak perlu menceritakan rasa sakit yang Mouna Rasa takut objektif merupakan respon
begitu hebat kepada anak, tetapi diperlukan dari stimulus yang dirasakan, dilihat,
pernyataan yang jujur tanpa emosi yang didengar, dicium dan merupakan hal atau
dilebih-lebihkan.11 keadaan yang tidak enak atau tidak
menyenangkan. Rasa takut obyektif
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa ditimbulkan oleh rangsangan langsung yang
Berdasarkan Sumber Rasa Takut Terhadap diterima organ perasa dan secara umum
Perawatan Gigi
bukan bersumber dari orang lain. Rasa takut
Sumber Rasa Laki -laki Perempuan obyektif dapat disebabkan karena perasaan
Takut Tk TT Tk TT
Dokter gigi atau yang tidak menyenangkan terhadap
29 11 29 11
Perawat gigi perawatan gigi. 11
Petugas kesehatan
yang berseragam 29 11 35 5
Pertiwi dkk menyarankan pada saat
putih anak memasuki ruang perawatan gigi dengan
Diajak
memeriksakan 22 18 25 15 sejumlah perasaan takut, hal yang pertama
gigi ke klinik gigi harus dilakukan oleh dokter gigi adalah
Gigi goyang dan
harus dicabut di 22 18 17 23 menempatkan anak senyaman mungkin dan
klinik gigi
mengarahkan bahwa pengalamannya ini
Gigi berlubang
dan harus bukanlah hal yang tidak biasa. Tempat
ditambal di klinik 13 27 14 26
gigi praktik tidak terbatas hanya untuk pasoen
Keterangan: Tk = takut; TT = tidak takut anak-anak, salah satu metode yang efektif di
antaranya adalah dengan pembuatan ruang
Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihat tunggu yang dibuat sedemikian rupa
paling banyak sumber rasa takut terhadap sehingga anak merasa berada di lingkungan
petugas kesehatan yang berseragam putih dan rumahnya sendiri. Membuat ruang
ini pada siswa perempuan. Hasil uji korelasi penerimaan yang nyaman dan hangat
spearmans antara jenis kelamin dengan sehingga anak merasa tidak asing ketika
sumber rasa takut, disajikan pada tabel 6 di memasukinya, oleh karena itu dekorasi
bawah ini. ruangan sangat memegang peranan penting
dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis.
1
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health
2
JURNAL KESEHATAN
GIGI
(Dental Health