Anda di halaman 1dari 47

TEOLOGIA

OLOGIA PERJANJIAN LAMA


(2 SKS)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA SUNERGEO


(STTS) BANTEN

Dosen pengampu:
pengampu
Dr. Efori Gulo, M.Th
PANDANGAN TERHADAP PENTATEUKH
DALAM SEJARAH PENELITIAN PL

1. SEJARAH TEORI SUMBER PENTATEUKH


SAMPAI DENGAN TAHUN 1900

1.1. Pengantar
Berabad-abad lamanya orang Yahudi dan orang Kristen meyakini pandangan
Alkitab sendiri mengenai Pentateukh ditulis oleh hamba Tuhan Musa pada
abad 15 BC.

Baru pada abad 18 (sesudah Masehi), pada masa pencerahan yang dikuasai
rasionalisme, keyakinan akan keaslian Pentateukh mulai bergoyang.

Bagi banyak sarjana, Alkitab tidak lagi firman Tuhan yang memiliki wibawa
mutlak.

Pada waktu itu muncul pandangan-pandangan bahwa Alkitab sebenarnya


buku yang ditulis oleh manusia saja, dan perlu dipandang sama seperti
buku-buku kuno yang lain.

2
Pandangan ini mendapat dukungan melalui penemuan bahwa di dalam Alkitab
rupanya terdapat beberapa “ketidak cocokan” ataupun ”kesalahan.”

Inti pandangan ini mengenai Pentateukh dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.1. Apa yang ditulis dalam Pentateukh tidak sungguh terjadi seperti itu, melainkan
campuran antara bahan dari bangsa lain serta ingatan sejarah, pandangan
hidup dan keyakinan teologi pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tertentu
dalam bangsa Israel, yang seringkali berlainan ataupun bertetangan satu
dengan yang lain.

1.2. Pentateukh dalam 5 kitab tidak dianggap asli..


Yang lebih diutamakan yaitu “sumber-sumber
sumber”/”naskah-naskah” (yang belum
pernah ditemukan) dan masing-masing masing mencerminkan pandangan
dan keyakinan suatu kelompok tertentu dalam bangsa Israel, dengan
demikian Nabi Musa tidak lagi diakui sebagai penulis Pentateukh.

3
1.3. Waktu penulisan “naskah - naskah” atau “sumber-sumber” tersebut ialah
ratusan tahun setelah kejadian-kejadian yang dilaporkan itu.
Semua naskah/sumber diatas bergabung menjadi Pentateukh seperti sekarang
ada, baru setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan.
pembuangan

1.4. Dengan demikian Pentateukh, tidak lagi firman Tuhan, yang mutlak benar,
dan berwibawa untuk manusia segala abad, melainkan diturunkan derajatnya
menjadi kumpulan pandangan manusia-manusia
manusia kuno.

Perkembangan yang fatal ini dilatarbelakangi


latarbelakangi teolog masa kini terhadap
Perjanjian Lama perlu dipelajari dan dimengerti secara lebih terperinci dalam
bagian-bagian sebagai berikut:

4
1.2. Perkembangan pertama
A. Jean Astruc
Salah seorang yang pertama kali mulai mempersoalkan keutuhan dan keaslian
Pentateukh ialah seorang dokter medis di Perancis Jean Astruc (1753). Ia
memperhatikan bahwa sebutan untuk Allah yang dipakai dalam Kejadian 1 selalu
“Elohim” (= Allah) menurut bahasa asli. Namun dalam Kejadian 2 sebutan yang
dipakai hampir seluruhnya Yahwe (= Tuhan).

Observasi ini membawa Astruc kepada suatu teori yang sangat berani, yaitu
Astruc merumuskan hipotesa, sbb:

(1). Musa menyusun riwayat penciptaan berdasarkan bahan yang sudah ada
sebelumnya.

(2). Bahan yang dipergunakannya ialah dua riwayat yang saling berlainan/
bertentangan dengan pandangan teologinya mengenai peristiwa penciptaan.

(3). Masing-masing dua naskah (yang ada menurut imaginasi Astruc) disebutnya
sumber:

5
Tanggapan:
Asumsi Astruc mengenai adanya dua sumber yang menggunakan sebutan
untuk Allah yang berbeda-beda tidak memperhatikan bahwa perbedaan
sebutan tersebut dalam kitab Kejadian 1 dan 2 disebabkan fakta kitab
Kejadian 1 Allah sebagai pencipta dan yang berkuasa secara mutlak
atas alam semesta, sehingga hanya dengan istilah Elohim yang
cocok.

Lain halnya dengan kitab Kejadian 2 dimana Allah bertindak sebagai


Allah yang mengadakan hubungan pribadi/perjanjianperjanjian dengan Adam
dan Hawa sehingga nama pribadi Allah yaitu Yahwe ditambah pada
istilah Elohim (Kejadian 2:4,5,6,7,8,9,15,16,19,21
21,22)

Kita perhatikan Astruc mengadakan syarat pertama untuk pembagian


sumber, yaitu nama-nama Allah yang berbeda, yang disebutnya: “E, J”

B. Eichhorn
Pada tahap yang berikut JOHANN GOTTERIED EICHHRORN (-1780)
membagi bukan hanya Kejadian 1 dan 2 dalam dua sumber melainkan
seluruh kitab Kejadian sampai dengan Keluaran fasal 2 dibagikannya atas
dua sumber itu sambil menyebut sumber yang satu “Elohist” (E)
dan sumber kedua “Yahwist” (J).

6
Menurut Eichhorn peristiwa itu sebenarnya terjadi hanya satu kali tetapi dilaporkan
dalam dua sumber dengan menggunakan nama yang berbeda.

Eichhorn berpendapat bahwa bukan Musa penulis kitab Pentateukh melainkan orang
tak ternama sebagai penulisnya.

Sumber-sumber yang diakui Eichhorn: E.J

C. De Wette
Teori sumber Pentateukh memasuki tahap ke 3 melalui WILHELM M.L. DE WETTE,
orang Jerman yang menjadi Prof. Theologi di Universitas Basel, Swis, pada zamannya
terkenal sebagai seorang yang tidak mempercayai hal-hal supranatural.
(1). Tentang kitab Kejadian s/d kitab Bilangan
De Wette berpendapat bahwa tidak ada satupun bagian dari kitab Kejadian
sampai dengan Bilangan yang ditulis sebelum zaman raja Daud (±1000 tahun
sebelum Masehi, berarti 400 tahun sesudah Musa).

( 2). Tentang Kitab Ulangan


Menurut laporan Alkitab sendiri maka kitab Ulangan merupakan bagian kitab
Pentateukh yang dicatat oleh nabi Musa (Ulangan 31:9-13, 24 dst)

7
Seluruh kitab Taurat ini sempat hilang dan dilupakan orang Israel sampai
ditemukan kembali oleh imam besar Hilkia pada zaman raja Yosia (2 Raja-raja
22:8). Kemudian kitab ini dijadikan pedoman untuk pelaksanaan reformasi ibadah di
Yehuda pada zaman Yosia.

Padangan De Wette, ia tidak segan-segan untuk memutarbalikan seluruh laporan


Alkitab. Menurut dia kitab Ulangan dari semula tidak ada melainkan baru diciptakan
pada zaman raja Yosia.

Raja Yosia dan para imam telah mempunyai tekad bersama untuk memberantas
segala ibadah dan persembahan korban kepada Tuhan yang dilakukan diluar kota
Yerusalem.

Pemikiran raja ialah, bila mana ibadah dipersatukan maka pastilah lebih mudah
untuk mempersatukan kerajaan.

8
Disamping itu akan lebih mudah untuk mengumpulkan pajak dari orang Israel bagi
para imam di Israel. Oleh sebab itu, maka kitab Ulangan ditulis (khususnya fasal
12, yang membicarakan pemusatan ibadah di satu tempat) demi kepentingan
kerajaan dengan perhitungan bahwa akan lebih mudah diterima rakyat bilamana
semua peraturan ini diberikan oleh nabi Musa (tokoh
tokoh sejarah dan pemimpin rohani
yang sangat terpandang itu). Kemudian “penemuan”” kitab itu diadakan pada saat
yang tepat untuk lebih meyakinkan bangsa Israel.

Dengan demikian menurut De Wette kitab Ulangan baru ditulis sekitar tahun 621
(800 tahun sesudah Musa) – pandangan ini dipegang sampai sekarang.

Lebih jauh De Wette menegaskan bilamana ada gagasan-gagasan


gagasan dalam kitab
Kejadian sampai dengan Bilangan yang senada dengan ajaran kitab Ulangan,
maka “pastilah” ayat-ayat dimasukkan ke dalam kitab-kitab
kitab itu setelah tahun 621
BC (tahun penulisan kitab Ulangan).

Aliran teologis yang menghasilkan kitab Ulangan (Deuteronomi) dijuluki


“Deuteronomist (D). Dengan demikian De Wette mengakui tiga sumber: E,J,D.

9
Menurut tradisi Yahudi dan Kristen kitab Pentateukh ditulis oleh Musa, tetapi di
antara para ahli PL memiliki pendapat yang berbeda sehingga meragukan bahwa
Musa sebagai penulisnya.

Terdapat 4 Teori sumber dalam Pentateukh:


1. Sumber Y (Yahweh) sebutan untuk Tuhan
2. Sumber E (Elohim) sebutan Allah
3. Sumber D (Deuteronomis) Ulangan
4. Sumber P (Priestcodex ) tradisi-tradisi para imam

Perkembangan selanjutnya muncul kritik bentuk, kritik teks sebagai bagian historis
kritis.

10
2. TANGGAPAN TEOLOG-TEOLOG YANG MEMPERTANYAKAN KEBENARAN
DAN OTORITAS PENTATEUKH
(1). Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan PL melawan dengan tegas teori “sumber”
(2) Semua para sarjana PL yang “Injili” langsung menyadari bahwa pembagian
Pentateukh dalam “sumber-sumber tidak dapat diterima.

Mereka melihat secara tajam teori ini menganut beberapa prinsip yang sama
sekali bertentangan dengan kebenaran dan kesucian/kekudusan
kesucian Allah.

Sarjana-sarjana di Jerman yang hidup se zaman dengan Wellhausen menentang


teori sumber, A.l: F.W HENGSTEBERG 1850 dan C.F. KEIL 1860, sarjana-
sarjana di Amerika juga menentang teori Wellhausen pada waktu itu ialah: W.H.
GREEN (“The Higker Criticim of the Pentateukh 1895) dan James Orr 1900.

11
(2) Argumen-argumen mengapa teori “sumber” ditolak
(a) Tidak ada bukti nyata
Perlu ditegaskan ulang bahwa seluruh pandangan ini benar-benar merupakan
“teori” yang sampai sekarang tidak dapat dibuktikan, sebab tidak ada
sepotong pun naskah kuno yang berisikan “sumber-sumber”
“sumber yang begitu
diyakini oleh para sarjana PL yang historis kritis.
kritis Saya sebut sebagai teori
paradigma.

Dengan demikian maka semua teori tentang “sumber-sumber”


“sumber Pentateukh
merupakan dugaan saja.

(b) Bukti-bukti bahwa Musa sebagai penulis Pentateukh


Keluaran 24:4
Keluaran 34:1, 27, 28
Bilangan 33:2
Ulangan 27:3, 8
Ulangan 31:22, 24

12
2. PENYINGKAPAN DIRI ALLAH
Dasar penyingkapan dalam PL.
1. Titik pusat penyingkapan Allah dalam PL adalah penyingkapan diri Allah sendiri
kepada umat-Nya.

Ahli PL telah menekankan penyingkapan Allah dalam pekerjaanNya yang perkasa,


telah memberikan kepada kita suatu pandangan yang lebih mendalam tentang sifat
Allah yang sebenarnya.

Allah tidak menyatakan diriNya dengan gagasan


agasan, tetapi di dalam dan melalui
kejadian-kejadian yang diartikanNya dengan perantaraan para nabiNya.

Allah sendiri menjadi terlihat dalam tindakan-tindakan


tindakan penyelamatanNya yang
penuh kuasa, (Allah menyingkapkan diri dalam tindakan-tindakanNya).
tindakan

13
Di dalam PL Allah menyingkapan diri-Nya melalui kejadian-kejadian melalui
perantaraan para nabi-Nya. Apa alasan Allah perlu menyingkapkan diri-Nya?
Karena bangsa Israel akan sangat kesulitan untuk mengerti maksud dan tujuan
Tuhan.

Selain itu ada maksud lain mengapa Allah harus menyingkapkan diri-Nya, karena itu
menggambarkan sebuah hubungan antara Allah dan umat-Nya. Penyingkapan diri
Allah ini juga sebagai perwujudan sifat Allah yang ingin memulihkan kembali
hubungan antara Allah dan umat-Nya yang sempat rusak karena ketidaktaatan
Adam.

Di dalam Kejadian 3:9 menggambarkan bahwa Allah menyatakan diri-Nya bukan


dalam rangka ingin mendapatkan laporan tentang keberadaan Adam dan Hawa,
tetapi Allah ingin menunjukkan kasih setia-Nya kepada mereka.

14
Penyingkan diri Allah kepada para leluhur yang memungkinkan bangsa Israel
mengerti perbuatan-perbuatan besar Allah. Musa mencatat di Keluaran 15:2
dengan menyebut – Ia Allah bapaku. Jadi peristiwa
eristiwa keluarnya bangsa Israel
dari Mesir dan berdasarkan penampakan diri Allah pada waktu silam sebagai
basic/dasar penyingkapan diri Allah.

Penyingkapan diri Allah dalam PL selalu membawa kepada suatu hubungan


pribadi antara Allah dengan umatNya.

Tidak mungkin kita memahami benar-benar penyingkapan diri Allah di dalam


PL, kecuali jika kita peka terhadap aneka ragam penyingkapan dalam bentuk
firman dan kejadian/peristiwa yang terjadi.

Penciptaan dunia adalah perwujudan dari sifat Allah, Ia membentuknya dengan


keakraban untuk menyatakan perhatianNya “ sungguh amat baik” (Kejadian.
1:31), dalam Kejadian 2, Allah sendiri memberikan pengarahan kepada Adam
untuk diam di taman Eden/Firdaus.

15
Kejadian 3:9 Allah datang kepada manusia dengan penyataan “dimanakah engkau?’,
secara menyedihkan Adam dan Hawa berusaha bersembunyi dihadapan Allah, karena
mengalami suatu perasaan yang baru, yaitu perasaan malu, terasa terasing dan
takut kepada Tuhan Allah. Mereka menyadari ketelanjangannya dihadapan
penciptanya.

Penyingkapan diri Allah bukanlah suatu permintaan akan informasi, melainkan suatu
usaha membawa Adam dan Hawa kembali kepada Allah, untuk menunjukkan kasih
setiaNya kepada mereka.

Setelah keselarasan ciptaan yang pertama tergan nggu oleh ketidak taatan, maka
diperlukan suatu penyingkapan diri Allah yang sama sekali baru.

Sejak saat itu penyingkapan harus bersifat memulihkan kembali hubungan yang
terputus,

16
Contoh-contoh utama penyingkapan diri Allah:
1. Kejadian 12
Diskusi tentang penyingkapan diri Allah secara tepat dimulai dengan kejadian
12 ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan negeri dan sanak-
saudaranya dan pergi kesuatu tempat yang akan ditunjukanNya.
ditunjukanNya
> Ayat 1 langsung dimulai dengan perintah
> Allah tidak mengindetifikasikan diriNya
> Allah hanya berkata pergilah
> Jelas tidak ada keraguan sedikit pun mengenai identitas dan kekuasaan
Allah, sebagaimana halnya dengan semua penampakan diri Allah dalam PL.
> Kita bertanya bagaimana Abraham tahu bahwa itu adalah Allah. Apakah ia
tidak pernah ragu? Kita tidak diberitahu tentang hal itu.
> Panggilan ilahi dimulai dengan perintah meninggalkan secara radikal semua
keterikatan alamiah.

17
> Sebuah janji menyusul ayat 2 “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati engkau”, perhatian Allah adalah semua bangsa, tetapi
dimulai dengan ditetapkannya hubungan dengan Abraham (secara pribadi) dan
keturunannya.

Disini terletak inti agama PL yaitu hubungan yang rukun antara Allah dan umatNya,
melalui umat yang demikian dan hubungan yang diberikan itulah Tuhan
memberikan semua bangsa.

KEJADIAN 12. Inti pusatnya ialah ketika Allah memanggil Abraham.


Di awali dengan sebuah perintah, dan Allah tidak mengidentifikasikan diri-Nya. Lalu
pada ayat berikutnya diikuti dengan janji berkat. Janji berkat yang Allah berikan
bukan hanya untuk Abraham saja, melainkan ditujukan kepada seluruh bangsa.
Dengan peristiwa ini kita dapat mengerti bahwa Allah menggunakan sebuah
hubungan yang baik untuk memberkati semua bangsa.
bangsa

18
2. Kejadian 15 dan 17
Dalam pasal ini Tuhan datang kepada Abraham untuk menetapkan janjiNya
secara formal, Kejadian 15:1 Datanglah firman Tuhan kepada Abraham dalam
suatu penglihatan.

Dalam pasal 12 kita tidak menemukan identifikasi diri Allah, kita dapat
menemukannya dalam 17:1, TUHAN menampakkan diri kepada Abram, dan
mengidentifikasikan diriNya dengan nama El Shaddai (Tuhan yang maha kuasa),
meskipun tidak kesepakatan bersama mengenai asal-usul arti dasar nama itu, tapi
bisa diartikan sebagai pernyataan kemahakuasaan Allah di tengah-tengah
manusia yang terbatas.

Setelah mengidentifikasi diri, Tuhan memberikan perintah sebagai syarat agar


hubungan yang baik itu terjaga, yaitu dengan “hiduplah
hiduplah dihadapanKu dengan tidak
bercela, Kejadian 17:1.

Kemudian Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abraham, sambil menyatakan


secara tidak langsung bahwa Tuhan menginginkan persekutuan tersebut tidak
bersifat sementara, melainkan untuk selama-lamanya
lamanya. Sifat selama-lamanya ini
harus ditandai oleh sunat (secara jasmani) secara turun temurun, Kejadian 17:10.

19
Pengungkapan nama Allah yang diberikan kepada Abraham merupakan hal yang
penting. Sama halnya dalam keadaan kita di zaman sekarang yang memiliki
pengertian tentang pentingnya arti sebuah nama, di mana nama itu menggambarkan
watak orangnya. Ketika manusia sudah mengenali nama Allah, maka itu
mempermudah untuk berkomunikasi dengan-Nya.

Adam sebagai penyandang gambar Allah, tercermin dalam memberi nama kepada
seluruh ciptaan, dengan memberi nama kepada ciptaan,
ciptaan berarti Adam menjadikan
ciptaan itu miliknya.

Dalam hal manusia memberi nama, menandakan kehadiran orang tersebut secara
aktif.

Nama paling erat hubungannya dengan pribadinya. Sedemikian


Sed eratnya hubungan ini
sehingga nama harus disesuaikan dengan keadaan orang itu, dalam Kejadian 17:4-6
Abram (“bapa yang dimuliakan”) harus menjadi Abraham (bapa sejumlah besar
bangsa).

20
Meskipun Tuhan Maha besar dan Maha mulia,
mulia Tuhan rela membiarkan dirinya
dikenal oleh manusia, dapat dikatakan menyerahkan dirinya untuk dikenal/diketahui
secara sfesifik.

Sekarang setelah manusia mengenal nama Allah, jalan terbuka lebar untuk datang
kepadaNya (tentu melalui pribadi Yesus Kristus)
Kristus untuk memohon kehadiranNya
dan tentu bukan untuk dihujat.

3. Kejadian 28:13
Tentang Arti nama Allah terlihat dalam acuan terhadap penyingkapan diri Allah dalam
Kejadian 28:12-13, Yakub mimpi melihat sebuah tangga yang ujungnya sampai
dilangit dan Allah berdiri diatasnya seraya berfirman,
berfirman "Akulah TUHAN, Allah Abraham,
nenekmu, dan Allah Ishak

Bagian ini, Allah memberikan sebuah informasi tentang diri-Nya kepada Yakub,
sebagai Allah Abraham, Allah nenekmu dan Allah Ishak.

Bdk. Yusuf Roni kalau berdoa, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub yang
telah menyatakan diri di dalam Yesus Kristus Tuhan.
Tuhan

21
Pada nama Allah ini dicantumkan hubungannya dengan Abraham, berarti Allah yang
telah menyatakan diriNya kepada ayah dan kakek Yabub. Lalu Allah memberikan janji
yang merupakan pengulangan janji terdahulu, Aku akan memberikan tanah ini
kepadamu.

Cara Tuhan menggunakan ini memang menarik enarik untuk dicatat bahwa :
- Kaum penyembah berhala/primitif mengidentifikasiikasi dirinya dengan sebuah tempat
- Tetapi Allah Israel mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orangNya, peristiwa-
peristiwa/kejadian-kejadian (Keluaran 20:1-2).

Kejadian 32: 29, Bertanyalah Yakub, "Katakanlah


Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya:
"Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.

Paling mendesak nama sebagai kebutuhan manusia dan segenap keberaniannya


dihadapan Tuhan.

Ayat 30 Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah
berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"

22
Allah tidak memberitahukan namaNya saat ditanyakan oleh Yakub, jawaban tidak
melalui nama melainkan langsung Allah memberkati Yakub. Justru disini sangat jelas
bahwa kesadaran dan pengalaman pribadi Yakublah dengan mengatakan “Aku telah
melihat Allah”

Allah tidak menjawab melainkan memberkati Yakub.


Yakub

Mengapa Allah tidak memberi jawaban, Allah tahu bahwa pertanyaan itu
mengandung untuk memakai nama itu sebagai senjata (jangan sampai nama
Tuhan yang kudus disalah gunakan). Jadi bagaimanapun
gaimanapun Allah tidak mengatakannya
dalam kebebasan yang dimilikiNya tentang namaNya yang benar.

Penyingkapan diri Allah terjadi secara bertahap di seluruh Alkitab, salah untuk dapat
memperkirakan bahwa iman dimulai dari tingkatan yang primitif dan sederhana lalu
meningkat terus sampai kepada tingkatan yang lebih tinggi.

23
4. Keluaran 3
Kita sampai kepada saat-saat yang paling mencolok dan menentukan dalam
penyingkapan diri Allah.

Keluaran 3:2 Allah menampakkan diri sebagai “Malaikat Tuhan,” untuk diketahui
bahwa Allah adakalanya menampakkan diri sebagai penengah dan kadang secara
langsung.

Apapun bentuk sarananya, penyingkapan yang terjadi adalah nyata.


Keluaran 3:6 memberikan formula perkenalan diri.
diri Perkenalan yang berwibawa ini
mendomindasi konsepsi teologis dalam PL.. Tuhan berfirman: Akulah Allah
ayahmu…… (Kel. 3:6)

Keluaran 6:13 Musa bertanya tentang nama apa yang akan dia berikan kepada
bangsa Israel. Melalui pertanyaan itu kita dapat melihat sebuah usaha dari Musa
yang ingin mengenal Allah yang sudah menjadi Allah dari nenek moyangnya. 14
Jawaban Allah adalah: AKU ADALAH AKU, atau AKU ADALAH YANG AKU YANG
ADA.

24
Pandangan:

1. Allah menghindar dari pertanyaan Musa dan menolak menyerahkan diriNya –


Karl Barth.

Mengutip Hakim-Hakim 13:16 “mengapa engkau juga menanyakan namaKu…”


Barth berkata: “Penyerahan diri Allah kepada manusia, seperti yang tersirat bila
manusia mengetahui akan namaNya yang khusus itu, tidak akan terjadi meskipun
dalam penyingkapan, akan tetapi penyingkapan itu adalah penyingkapan kasih setia
yang bebas dari Allah” (Church Dogmatics 1/1, 369-370)
369

Barth Menuntut trasendensi Allah dipertahankan dalam penyingkapan diriNya


sendiri. Allah tersembunyi di dalam penyingkapan.
penyingkapan

Sebenarnya harus diartikan sebagai ekspresi Allah untuk menghindar? Dalam


Keluaran 3:12 Allah telah menjanjikan kehadiranNya.
kehadiranNya

25
Menurut Barth, hal ini menggambarkan sebuah kebebasan yang Allah miliki dalam
menyingkapkan diri-Nya. Meskipun tadinya kita menemukan dalam Kel. 3:12 di
sana ada janji Allah tentang kehadiran-Nya.

Berdasarkan pada penafsiran LXX tentang ayat ini yang paling tepat ialah ‘AKU
ADALAH AKU YANG ADA’. Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat jelas,
bahwa keberadaan-Nya sangat identik dengan hakikat-Nya.
hakikat

Menurut pandangan Vriezen hal itu bukanlah sebagai sikap Allah yang mau
menghindarkan diri, tetapi justru menjadi jaminan bahwa Allah itu selalu ada. Jadi,
terjemahan yang paling tepat adalah, ‘Aku akan di sana seperti aku ada di sini’
atau ‘Aku ada di sini untukmu.’

Menurut saya peristiwa ini adalah gambaran bahwa Allah ingin menunjukkan
kebebasan yang Ia miliki dan kedaulatan-Nya yang dahsyat. Saya akan
menggunakan terjemahan yang digunakan dalam penafsiran LXX.

26
2. Penafsiran LXX (bahasa Yunani) tentang Keluaran 6:14 AKU ADALAH AKU paling
tepat diterjemahkan AKU ADALAH YANG ADA.

Pandangan ini memberikan arti dasar bagi kepribadianNya. Allah adalah


keberadaan itu sendiri.

3. Teolog dalam tradisi Katolik yakin bahwa inilah kunci filosofis bagi pengenalan
akan Allah yang keberadaannya identik dengan hakekakat diriNya yang secara
sempurna “ADA”

4. W.F Albright
Keluaran 6:14 AKU ADALAH AKU terjemahan yang menurutnya paling tepat “IA
YANG MENYEBABKAN ADA” – perkembangan gagasan dasar tentang Allah sang
pencipta, (Albright 259-260).

Dalam konteks kalimat AKU ADALAH AKU menandaskan bahwa yang dimaksud
bukan suatu penghindaran diri, melainkan suatu jaminan akan keberadaanNya
(yang terus menerus ada), artinya “Aku akan ada disana seperti aku ada disini”
atau Aku ada disini untukmu”

27
- Penyingkapan dalam pengertian Alkitabiah dapat diartikan bahwa Allah sendiri yang datang
kepada manusia, untuk mengungkapkan diriNya sendiri sebagai Allah yang ada dan hadir
untuk manusia.

- Allah mengungkapkan diriNya sekaligus Ia memperkenalkan diriNya dalam bentuk orang


pertama tunggal, dan firmanNya mengacu pada perbuatan-perbuatanNya:
perbuatan

Dalam Keluaran 3 nyatalah bahwa Allah ingin menegaskan kehadiranNya dan


kehadiranNya sebagai jaminan bagi janji-janjiNya.

28
5. Keluaran 6:1-2
Waktu Firaun menolak permintaan Musa, Allah meyakinkannya kembali tentang
kelepasan yang telah dijanjikanNya.

Untuk mendukung janjiNya, Ia memperkenalkan diriNya, “Akulah Tuhan” (Yahweh).


Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang
Mahakuasa (El Shaddai), tetapi dengan nama-Ku
Ku (Yahweh) Aku belum menyatakan
diri.

Tuhan meyakinkan Musa bahwa Ia telah menyatakan diriNya kepada nenek


moyangnya, sekaligus Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa dan bangsa Israel.

Paling tepat untuk dimengerti ayat ini adalah dengan melihat bahwa Tuhan tidak
memperkenalkan diri dengan sesuatu nama yang sama sekali baru, melainkan
sesuatu pengertian baru tentang kehadiranNya.

29
KELUARAN 6:1-2. Dalam ayat ini kita menemukan ungkapan diri Allah dalam kata El
Shaddai dan Yahweh.

Melalui ungkapan nama ini sebenarnya bukan Allah ingin merepotkan orang dengan
nama yang baru, tapi ingin memberitahukan kepada manusia tentang kehadiran-Nya.

Nama Yahweh berarti Allah yang mengadakan perjanjian, Allah yang menopang
hubungan yang lestari (harmonis) dengan umat-Nya Nya. Berdasarkan arti nama Yahweh
ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa Allah ingin menunjukkan kepada bangsa Israel
bahwa Ia adalah Allah yang selalu menopang dan mengingat janji-Nya.

30
Nama Tuhan berarti nama yang mengadakan perjanjian,
perjanjian Tuhan yang menopang
hubungan yang lestari dengan umatNya. Kini bangsa Israel akan mengalami realitas
nama tersebut, dalam cara yang tidak pernah terbayangkan oleh nenek moyang
mereka.

Tuhan mengatakan bahwa Ia sekarang memperkenalkan dirinya sebagai Tuhan


yang mengingat perjanjianNya, dan menggenapkanNya.
menggenapkanNya

Dengan demikian ayat ini berkaitan dengan cerita para leluhur sebagai
penggenapan janjiNya kepada bangsa Israel, dengan kata lain bahwa Nama
Yahweh berfungsi sebagai jaminan bahwa realitas Allah menyokong perjanjian, dan
akan melaksanakan penggenapannya.

31
6. Keluaran 19:3 dan 20:1-2
3 Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu
kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan
kepada orang Israel: 4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada
orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali
dan membawa kamu kepada-Ku.

Penegasan ini mengalami suatu kemajuan dalam cara penampilan Allah yang
semula berupa komunikasi langsung – pertemuan pribadi dengan pribadi,
menjadi penyingkapan melalui tindakan-tindakanNya
tindakanNya ayat 4 kamu sendiri telah
melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir.
Mesir

Keluaran 19 dan Keluaran 20 bukan sebagai perubahan melainkan sebagai suatu


kemajuan.

Penampilan Allah secara langsung tidaklah berhenti, tetapi sekarang lebih


mungkin bagiNya untuk menunjuk kepada berbagai perbuatanNya sebagai
jaminan bagi janji-janjiNya

32
Peristiwa keluaran tidak lepas dari penampilan-penampilan
penampilan Allah kepada Musa
dan para leluhur.

Tindakan-tindakan Allah dalam PL merupakan bukti, tanda, dan perluasan dari


kehadiran Allah yang tidak dapat dilepaskan dari latar belakang ini, sebab
dahulu Israel telah diperhadapkan dengan pribadi Allah, sekarang pengalaman
ini telah terisi (tentu saja tidak digantikan dengan penyingkapan-penyingkapan
penyingkapan
dan tindakan-tindakanNya yang mahabesar itu). Kini hukum Taurat akan
ditambahkan untuk memperkuat dan memperjelas hubungan yang ditetapkan
Allah dengan UmatNya.

33
7. Keluaran 33:18-23
Dalam ayat-ayat ini
1. Musa meminta Tuhan untuk memperlihatkan kemuliaanNya, untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai Allah.

2. Allah menolak memberikan manifestasi yang lebih jelas, bukan karena Allah tidak
mau terlihat, tetapi karena manusia yang berdosa tidak dapat bertahan
memandangNya dan tetap hidup (Keluaran 33:20 – Lagi firmanNya: "Engkau
tidak tahan memandang wajah-Ku, Ku, sebab tidak ada orang yang memandang
Aku dapat hidup."

Tuhan berjanji akan melewatkan kebajikanNya di depan Musa untuk menyatakan


nama Yahweh, ayat 19 TL Tetapi firman-Nya:
Nya: "Aku akan melewatkan segenap
kegemilangan-KuKu dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu:
Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan
mengasihani siapa yang Kukasihani."

34
Keluaran 33:19-23
19 Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari
depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: depanmu Aku akan memberi kasih
karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang
Kukasihani.“ 20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku,
sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.“ 21 Berfirmanlah
TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung
batu; 22 apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau
dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku,
sampai Aku berjalan lewat. 23 Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau
akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

3. Allah ingin memperlihatkan diriNya “dalam hubungannya dengan sifat-sifatNya,


dan bukan dengan penampilanNya”. Allah tidak secara mutlak menolak untuk
menyatakan diriNya, tetapi lebih ingin menampilkan sifatNya dan kebaikanNya.

35
KELUARAN 33:18-23. Dalam ayat ini, Allah tidak sedang memberikan sebuah
penolakan kepada Musa untuk menunjukkan diri-Nya,
Nya, tetapi itu karena dosa
manusia yang menjadi penghalang (ay. 20). Dalam part ini Allah sedang
menggunakkan metode yang baru, yaitu dengan sifat-sifat-Nya. Karena
keterbatasan manusia yang disebabkan oleh dosa, maka Allah harus dengan
sabar menuntun bangsa itu, dan menunjukkan kemuliaan-Nya
kemuliaan dengan cara yang
dimengerti oleh mereka.

4. Penyingkapan Allah tidak pernah berubah-ubah, tetapi sesuai dengan rencana


penebusanNya.

Diseluruh sejarah penyingkapan PL makin lama makin jelas bahwa penyingkapan


diri Allah kepada orang yang jatuh dalam dosa bersifat menebus.

Allah harus menyingkapkan diriNya sesuai keadaan manusia yang berdosa,


dengan tujuan membawa mereka kembali kepadaNya.
kepadaNya

36
8. Keluaran 34:5-10
Di sini Allah ingin menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang tidak pernah berubah
kasih setia-Nya, dan kehadiran-Nya yang tidak terbatas. Hal itu memberikan arti
sebuah hukuman/penghakiman terhadap orang yang bersalah. Pada bagian ini juga
menyingkapan sebuah hubungan yang unik antara Allah dan Musa, di mana suatu
kali Allah mendeskripsikan watak Musa (berarti bahwa Allah mengenal Musa).
Pertemuan Musa dengan Allah hanyalah dengan memperlihatkan bentuk saja,
bukan dari bentuk wajah-Nya.

Allah turun dalam awan dan berdiri dihadapan Musa untuk menyerukan namaNya, 6
Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah
penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
maksud dari penyungkapan ini adalah untuk meneguhkan perjanjian sebelumnya

10 Firman-Nya: "Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. Di depan seluruh


bangsamu ini akan Kulakukan perbuatan-perbuatan
perbuatan yang ajaib, seperti yang belum
pernah dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; seluruh bangsa, yang di
tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat perbuatan TUHAN, sebab apa yang
akan Kulakukan dengan engkau, sungguh-sungguh
sungguh dahsyat.

37
1. Allah adalah Allah yang teguh pada kasih setiaNya, tetapi pada saat yang sama,
akan menghukum siapa saja yang bersalah.

2. KehadiranNya dan KasihNya tak bersyarat, namun mengandung penghakiman


dan berkat, Kejadian 17: 1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun,
maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya:
"Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku
hadapan dengan tidak bercela.

Tidak bercela sebagai tanggapan moral yang dituntut oleh sifat Allah dinyatakan
dengan jelas.

38
3. Dalam kitab Keluaran, Musa memiliki hubungan yang unik dengan Allah, Musa
mengaku bahwa Allah mengenal namanya, "Memang Engkau berfirman
kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan
kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama
bersama dengan aku. Namun demikian
Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih
karunia di hadapan-Ku.

4. Pengakuan Tuhan tentang diri Musa,


Bilangan 12:7 Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam
segenap rumah-Ku.
8 Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-
teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai
hamba-Ku Musa?"

39
5. Musa menempati tempat yang unik dalam ketatalaksaan ilahi dan tidak tertandingi
dalam hubunganNya dengan Tuhan, kedudukan Musa ini menjadikan pola dasar
bagi nabi yang akan bangkit kemudian.

6. Keluaran 33 ada batasan pada hubungan Tuhan dengan Musa, dimana Tuhan
memperlihatkan bentuknya, bukan wajahNya.. Pengalaman itu disediakan bagi kita
melihat Tuhan di sorga,

“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar,
tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
muka Sekarang aku hanya mengenal
dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna,
seperti aku sendiri dikenal. 1 Korintus 13:12

40
7. Dengan kedatangan Yesus Kristus, didahului oleh hidup dalam Roh seperti di
2 Kontus 3:18- Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka
yang tidak berselubung.

Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita
diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar. Karena itu bersukacitalah karena nama kita terdaftar di sorga

Lukas 10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk
kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."

41
9. PENYINGKAPAN-DIRI ALLAH SELANJUTNYA.
Penyingkapan-diri Allah terus berlanjut sepanjang Perjanjian Lama. Seperti dalam
I Sam. 3:10-14, Allah memanggil Samuel. Dalam Yes.
Yes 6:1-5, Allah memanggil Yesaya
menjadi nabi.

1. Penyingkapan diri Allah berlanjut terus sepanjang PL, terutama kepada nabi.

2. Nabi menerima panggilan melalui firman Tuhan yang ditujukan langsung kepadanya
secara pribadi, dan hal itu mengakibatkan keadaan yang sama sekali baru untuk
nabi.

3. Dalam 1 Samuel 13:7-14 Allah memanggil Samuel tanpa memperkenalkan


dirinya dan memberitahukan bahwa Allah akan melakukan sesuatu yang baru di
Israel.

42
4. Amos 3:7 Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakannya kepada para nabi.
Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.

5. Panggilan Yesaya sebagai nabi didahului oleh penyingkapan pribadi dan sifat
Allah, Yesaya 6:1-5.

6. Nabi Yehezkiel diberi penglihatan tentang kemuliaan Tuhan, yang disertai dengan
penglihatan yang rumit dan terinci. Yehezkiel 1:28 Seperti busur pelangi, yang
terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang
mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku
melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.

43
7. Dalam setiap peristiwa terdapat unsur rasa heran, kadang takut, dan kejutan.
Inilah pengalaman yang tidak mudah difahami baik dahulu maupun sekarang.
Karena orang berdosa resah dihadapan Allah, maka semua penampilan Allah
harus bersifat melindungi, menenangkan dan meyakinkan.
meyakinkan

Dengan kata lain memberikan pengharapan, seperti pemazmur merindukannya,


Mazmur 17:15 - Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan
pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.

Kesimpulan
Pada saat Allah menampakkan diri kepada umatNya, nampak bahwa Allah yang
trasenden, yaitu kepribadianNya berada diluar batas-batas
batas pengertian dunia.
Meskipun hal ini bertentangan bahwa Allah dekat dan Allah juga jauh pada saat
yang sama hal itu bukan masalah bagi Tuhan.

44
Kita tidak pernah merasa bahwa Allah berada di luar tatanan dunia,
penampilanNya sesuai kehendakNya, karena itu bagiNya tidak sulit untuk “turun
ke dunia”.

Di pihak lain, Tuhan itu mahatinggi dalam sifat dan keberadaanNya, dunia sendiri
tidak dapat menampungnya, disini terletak peranan sarana, wajahNya,
kemuliaanNya, dan namaNya. Semua ini mengungkapkan betapa dekatnya
Tuhan, namun pada saat yang sama bahwa Tuhan itu Kudus dan mahamulia.

Perjumpaan dengan Tuhan menuntut suatu tanggapan yang sungguh-sungguh


dari manusia, dalam tanggapannya kepada Tuhan, manusia sadar dirinya milik
Tuhan yang menyajikan gambaran yang indah tentang jabatan meskipun
diprakasai oleh Tuhan, namun meliputi sebuah kepribadian manusia sejati.

45
Sifat penyingkapan Allah kepada seseorang sebagai suatu panggilan untuk berbuat,
mengikuti, menaati, sebab di dalam PL Allah sedang memanggil suatu bangsa untuk
diriNya dan bagi rencanaNya, sehingga hubungan baik dengan Allah dan umatNya
harus dijaga.

Penyingkapan Allah mengenai diriNya sama sekali tidak menuntut persetujuan, namun
meminta suatu kehidupan yang taat dan konkrit.
Tuhan tidak hanya memanggil kita untuk memahami firmanNya, melainkan
memerintahkan kita untuk mentaatinya.

46
47

Anda mungkin juga menyukai