Anda di halaman 1dari 6

PAPER 3

KITAB 1 TAWARIKH – ESTER

Disusun oleh:

Nama: Maria Injily Kalumata


Kelas A Teologi
Nim: 200201051

Dosen Pengampuh: Anita I. Tuela, M.Th

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO


FAKULTAS TEOLOGI
2021
SUDUT PANDANG KITAB TAWARIKH

Kira-kira setengah isi kitab tawarikh sebenarnya merupakan pengulangan kata demi
kata dari kitab-kitab perjanjian lama yang terdahulu.

Mengapa terjadi demikian? Sebenarnya hal ini tidak berbeda dengan adanya empat
kitab injil dalam perjanjian baru, yang masing-masing menceritakan kehidupan Yesus
dengan cara yang berbeda-beda. Demikian pulalah halnya dengan penulis-penulis
sejarah yang kedua. Mereka sering mengulangi bahan yang sudah terdapat dalam
sejarah yang pertama, kadang-kadang secara lengkap dan kadang-kadang disunting
lagi atau diringkas.

1. Sudut pandang Sejarah

Ada dua pertimbangan penting bagi seorang sejarawan, yakni kesinambungan dan
pemilihan bahan. Kesinambungan diperlukan karena factor sejarah yang saling
berhubungan. Setiap peristiwa berhubungan dengan peristiwa lain seperti benang
dalam tenunan dan tidak dapat dimengerti secara tersendiri. Pemilihan bahan perlu
dilakukan karena tidak seorang pun dapat mencatat segala sesuatu yang terjadi pada

2. Sudut pandang Politik

Perlu diperhatikan pandangan penulis yang mengagungkan Daud dan keturunannya.


Pemerintahan Saul (hanya diceritakan dengan singkat dalam 1 Taw 10) maupun dosa
Daud yang merampas Batsyeba serta membunuh Uria, sama sekali tidak diceritakan (2
Sam 11-12). Percobaan kudeta oleh Absalom (2 sam 14-19) dan Adonia (1 Raj 1-2)
juga tidak disebut-sebut.

3. Sudut pandang Teologi

Penulis kitab tawarikh yakni bahwa kebenaran mengangkat derajat bangsa dan hal ini
sesuai dengan penekanannya atas pembalasan terhadap perbuatan orang perorangan,
apakah itu hukuman atau imbalan. Prinsip ini merupakan bagian dari teologi kitab
Tawarikh (misalnya, penilaiannya secara moral atas kematian Saul.

KITAB EZRA-NEHEMIA

Dalam Alkitab Kristen Ezra dan Nehemia ditempatkan dalam kumpulan kitab sejarah
yang kedua, sesudah kitab I-II Tawarikh. Sedangkan dalam kanon Ibrani, kitab-kitab itu
termasuk dalam bagian ketiga (“kitab-kitab”) dan ditempatkan sebelum kitab Tawarikh,
meskipin secara kronologis isinya merupakan lanjutan kitab tawarikh itu.

1. Nama dan isi

Ada dua kitab Apokrifa yang juga diberi judul Ezra, atau dalam bahasa Yunani, Esdras.
Kitab Ezra-Nehemia menceritakan peristiwa-peristiwa dari dua kurun waktu yang
berbeda dalam pemulihan Israel ke negeri perjanjian setelah pembuangan.

 Kembali dari pembuangan

Dalam cerita itu terdapat pula sebuah daftar nama orang-orang yang “datang bersama-
sama zerubabel, Yesua. Dalam Ezra 3:1-6 disebutkan bahwa Yesua bin Yozadak,
imam itu, dan Zerubabel bin Sealtiel membangun kembali mezbah dan
mempersembahkan kurban secara teratur. Ayat-ayat selanjutnya menceritakan
persiapan untuk membangun kembali Rumah Allah dan meletakkan dasarnya.

 Pekerjaan Ezra dan Nehemia

Kembalinya Ezra; masalah perkawinan campuran (Ezr 7-10)

Kembalinya Nehemia; pembangunan tembok Yerusalem (Neh 1-7)

Pembacaan Taurat oleh Ezra; perayaan pondok daun, puasa dan perjanjian (Neh 8-10)

Pemukiman kembali Yerusalem; peresmian tembok; pembaruan Nehemia dalam


bidang sosial dan agama selama masa jabatannya yang kedua sebagai kepala daerah;
daftar statistic (Neh 11-13)

2. Latar belakang historis

Pada masa pemulihan ini Yehuda merupakan bagian kecil dari sebuah propinsi Persia
yang besar. Kehidupan politik serta agamanya bergantung pada kekuasaan dan
kebijakan Persia. Ketika Nebukadnezar, penakluk Yerusalem, meninggal pada tahun
562 sM, kekuatan Babel merosot dengan tajam di bawah pemerintahan beberapa
penguasa yang kurang cakap. Kerajaan babel berakhir di tangan Persia, suatu
kekuatan baru yang menonjol peranannya di Timur Tengah selama dua abad
berikutnya

3. Sifat sastra

Ada tiga bagian utama yang dapat dibedakan: cerita tentang Sesbazar dan Zerubabel
(Ezr 1-6); riwayat Ezra, sebagian besar dalam bentuk kata ganti orang pertama (Ezr 7-
10) dan Neh 8-10); dan riwayat Nehemia, juga sebagian besar dalam bentuk kata ganti
orang pertama ( sebagian besar dari Neh 1-7 dan 11-13.
Di dalam ketiga bagian utama ini dapat dibedakan berbagai sumber:

 Catatan-catatan pribadi Ezra dan Nehemia


 Dokumen dan surat
 Berbagai-bagai daftar

KITAB ESTER

1. Cerita dan latar belakangnya


a. Alur cerita

Dari segi sastra, cerita ester ini dijalani secara menganggumkan. Kisah itu dimulai dari
suatu pesta diistana raja Ahasyweros yang menampilkan “kemegahan dan kebesaran
sang raja”. Raja yang sedang mabuk memerintahkan ratunya, wasti, untuk
memperlihatkan kecantikannya. Namun, wasti menolak sehingga dia dihukum. Lalu
dicarilah seorang gadis yang akan menggantikannya sebagai ratu. Hadasa (ester),
yang dibesarkan dirumah pamannya, mordekhai, seorang yahudi, bersama dengan
banyak gadis yang lain dibawah keistana untuk bergabung dalam harem istana. Ia
menyenangkan hati sang raja dan diangkat menjadi permaisyurinya.

b. Historisitas

Para ahli sudah sejak lama berbeda pendapat mengenai persoalan ini. Sebagian
berpendapat bahwa kitab itu merupakan catatan sejarah yang akurat, sedangkan yang
lain beranggapan bahwa kitab itu hanyalah cerita rekaan. Akhir-akhir ini ada
kecenderungan untuk meninggalkan pandangan – pandangan yang ekstrem dan ada
kesediaan untuk mengakui bahwa meskipun cerita itu mungkin tidak benar-benar
terjadi, namun latar belakangnya mengandung banyak rincian yang akurat tentang
persia, sehingga kitab itu tentu didasarkan pada sejarah. Karena itu, kitab ini mungkin
merupakan cerita sejarah yang pendek. Jika ahysiweros adalah xerxes I, maka “tahun
ke 3” tahanannya adalah desember tahun 479 SM atau januari tahun 478 SM. Antara
tahun 483 dan 480 SM xerxes melakukan penyerangan terhadap yunani, yang berkhir
dalam pertempuran laut yang dahsyat di salamis. Menurut herodotus, permaisyurinya
adalah Amestris, yang tidak dapat disamakan dengan wasti dan sangat sulit pula
disamakan dengan ester. Namun, cerita ester menunjukkan bahwa raja memilki harem
besar dan mungkin sejumlah ratu yang disenanginya.

c. Apakah historisitas kitab ini penting ?

Jika dikatakan bahwa kitab ester tidak mempunyai dasar historis atau dasar faktual,
segera akan timbul keberatan. Sebagian orang berpendapat bahwa apabila sebagian
Alkitab dianggap tidak berdasarkan sejarah, akibatnya Alkitab secara umum tidak dapat
diterima Sebagai sejarah. Tetapi, penalaran ini tidak benar. Argumentasi yang sama
dapat dikemukakan untuk mempersoalkan dasar historis perumpamaan –
perumpamaan Tuhan Yesus.

2. Makna religius
a. Untuk mengesahkan hari raya purim

Beberapa ahli menganggap kitab ester memang disusun untuk menjelaskan dan
mengesahkan hari raya purim. Sekarang hari raya purim hampir merupakan perayaan
sekuler saja, biasanya diakhiri dengan meminum adloyada (ad lo yada’ sampai ia tidak
megetahui), yang didasarkan pada perintah dalam talmud : “minumlah anggur sampai
engkau tidak dapat lagi membedakan antara “diberkatilah mordekhai” dan terkutuklah
haman.

b. Mana yang lebih dulu : purim atau kitab ester ?

Pandangan yang menganggap kitab ester ditulis untuk mengesahkan hari raya purim
secara keagamaan, harus ditentang. Hari raya itu tidak ada hubungannya dengan
dongeng-dongeng persia, babel atau bangsa lainnya. Jika hari raya itu tidak berasal
dari suatu peristiwa sejarah, seprti yang diceritakan dalam kitab ester, maka hari raya
itu tentu muncul sebagai dampak cerita ester itu kalaupun cerita tersebut hanya fiktif.
Kitab itu umumnya diperkirakan berasal dari abad ke 2 SM, karena dalam II makabe
15 : 36 untuk pertama kalinya ada disebutkan “hari mordekhai”.

c. Ajaran tentang pemeliharaan Allah

Meskipun kitab ester tidak menyebut apa-apa tentang Allah, kitab itu memberitakan
kepercayaan akan perlindungan Allah atas umatnya. Haman berusaha memusnahkan
semua orang yahudi dinegeri itu. Oleh karena kekaisaran persia terbentang dari india
sampai ke ethiopia, meliputi hampir seluruh asia kecil, siria, palestina, dean negeri-
negeri yang lain,itu berarti rencana pemusnahan itu berlaku bagi hampir seluruh orang
yahudi. Ketika mordekhai mengetahui maklumat tersebut, ia lalu mengenakan kain
karung tanda berduka cita, menangis didepan umum dan berjalan menuju kepintu
gerbang istana raja. Semua orang yahudi turut berkabung pula sambil berpuasa,
menangis dan meratap.

d. Sikap anti-semit

Rasa permusuhan terhadap orang-orang yahudi kemudian berkembang sepenuhnya


dan menyebabkan adanya rencana untuk memusnahkan orang – orang yahudi.
Rencana jahat ini mungkin muncul jauh sebelum zaman haman. Pada zaman musa,
firaun berusaha memusnahkan budak-budak ibrrani. Sikap orang edom yang memusuhi
yehuda mungkin merupakan semacam sikap anti-semit.

Anda mungkin juga menyukai