Anda di halaman 1dari 28

RESUME KEPERAWATAN JIWA

“RESUME”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8

1.Desmi puspita ( P05120220007 )


2.kuspita ( P051202220019 )
3.septiani dwi utami ( P05120220036 )
4.syakira gita parera ( P05120220038 )
5.vitratal vika aini ( P05120220040 )

KELAS: 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
Konsep Kehamilan komplikasi

Apa itu Komplikasi Kehamilan?


Kehamilan bisa menjadi saat yang paling menyenangkan namun juga paling menantang
dalam hidup seorang wanita. Pengalaman memiliki seorang manusia baru tumbuh di
dalam tubuh mereka adalah suatu pengalaman yang tak ada bandingannya. Namun,
kehamilan juga merupakan saat di mana wanita paling rawan mengalami berbagai
gangguan kesehatan dan emosional.
Sekeras apapun wanita berusaha, tidak semua berjalan dengan semestinya. Komplikasi
dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah kehamilan. Beberapa komplikasi hanya ringan,
namun ada juga yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayinya.
Karena ada banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi kesehatan wanita dan
bayinya, kesehatan saat terjadi sesuatu yang bisa dijamin. Namun, jika ibu mengetahui
faktor risiko serta tanda dan gejala kemungkinan komplikasi, ia dapat melakukan
tindakan pencegahan atau mencari pertolongan medis dan menghindari risiko kesehatan
yang serius.

Penyebab Komplikasi Kehamilan


komplikasi kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor; mulai dari gen wanita
sampai lingkungan. Semua faktor tersebut dapat membahayakan kesehatan fisik dan
mental wanita.
Komplikasi kehamilan yang paling umum adalah tekanan darah tinggi, pre-eklamsia,
kelahiran prematur, diabetes gestasional, anemia , dan infeksi saluran kemih.
tekanan darah tinggi: Juga dikenal sebagai hipertensi, kondisi ini terjadi ketika terjadi
pertama kali pada pembuluh nadi, yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke berbagai
organ tubuh dan plasenta. Saat hal ini terjadi, organ tubuh tidak cukup mendapatkan
oksigen dan mineral yang dibawa darah. Ada kemungkinan janin tidak akan tumbuh
secara normal. Pada beberapa kasus, hipertensi akan menyebabkan kelahiran prematur
atau pra-eklamsia. Wanita yang telah didiagnosis dengan hipertensi bahkan sebelum
hamil harus mengawasi kondisi mereka secara teratur dan terus mengonsumsi obat-
obatan. Jika hipertensi saat kehamilan, maka kondisi ini terjadi pada hipertensi
gestasional. Kondisi ini biasanya akan menghilang setelah kehamilan, namun juga tetap
harus dimulai. Beberapa wanita yang mengalami hipertensi gestasional harus menjalani
operasi caesar darurat agar tidak membahayakan nyawa mereka dan bayi mereka. Pola
makan yang tepat, olahraga yang cukup, dan istirahat yang cukup dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi gestasional.
Kelahiran prematur : Kelahiran prematur adalah yang terjadi sebelum memasuki minggu
ke-37 kehamilan. Risiko kelahiran prematur dapat dikurangi dengan mencegah infeksi.
Pada beberapa kasus, obat-obatan dapat memperlambat atau memperlambat kondisi ini.
Keguguran : Jika kehamilan wanita tidak berkembang dalam 20 minggu, maka wanita
mengalami pernikahan. bila wanita mengalami setelah lahir 20 minggu, kondisi ini
“mati”. Sayangnya, banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh pasien,
misalnya kelainan, pertumbuhan janin yang buruk, dan kelainan kromosom.
selama kehamilan : Perubahan hormon kehamilan dapat mengganggu kemampuan
pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga menyebabkan diabetes gestasional.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan yang serius pada kesehatan ibu dan bayinya.
Infeksi Saluran Kemih : Infeksi saluran kemih adalah kondisi yang paling umum terjadi
saat kehamilan. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat disembuhkan
dengan antibiotik. Namun, dokter harus mengetahui bahwa pasien sedang hamil,
sehingga ia dapat memberikan antibiotik yang sesuai.

Gejala Utama Komplikasi Kehamilan


Komplikasi kehamilan dapat menyebabkan berbagai gejala. Beberapa gejala dapat
ringan, namun gejala lainnya harus segera ditangani.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang harus segera ditangani:


1. Pendarahan
2. Muntah dan sangat mual
3. Berkurangnya aktivitas bayi

Siapa yang Harus Ditemui & Jenis Pengobatan yang Tersedia


Dokter kandungan dan kebidanan dapat mengawasi kondisi ibu dan bayi secara teratur
untuk memastikan bahwa kandungan berkembang dengan baik. Namun, wanita yang
sedang hamil harus segera mencari pertolongan medis jika menyadari adanya gejala-
gejala yang disebutkan di atas.
Beberapa komplikasi yang dapat diobati dengan obat-obatan, namun ada juga
komplikasi kehamilan yang tidak dapat ditangani atau disembuhkan. Sebagai contoh,
apabila komunikasi disebabkan oleh pertumbuhan janin yang tidak normal, tidak ada
pertolongan medis yang dapat membantu kehamilan.
Jika nyawa ibu dan bayinya berada dalam bahaya, dokter dapat memilih untuk
melakukan operasi caesar (C-section).
Komplikasi kehamilan yang membutuhkan operasi ini adalah:
 Janin terlalu besar
 Proses persalinan tidak berjalan dengan baik
 Ada lebih dari satu janin di dalam kandungan
 Penyakit menular seksual atau infeksi
 posisi janin terbalik
 Gangguan plasenta
 Kesehatan bayi dalam bahaya
Kesehatan mental wanita juga berisiko mengalami gangguan selama dan setelah
kehamilan. Beberapa wanita dapat mengalami depresi berat saat hamil. Wanita harus
menyadari tanda dan gejala depresi serta mencari pertolongan profesional karena depresi
dapat membahayakan kesehatan fisik wanita dan bayi. Depresi yang terjadi setelah
terjadinya plesesi postpartum. Pada banyak kasus, wanita tidak menyadari bahwa
mereka sedang mengalami depresi, sehingga suami atau anggota keluarga lainnya harus
mencari pertolongan jika mereka menyadari adanya gejala depresi.
Karena Anda memiliki risiko yang berkaitan dengan kehamilan, pasangan suami istri
harus selalu siaga untuk menghadapi semua jenis kondisi darurat. tentukan rencana
darurat dengan dokter kebidanan dan kandungan mereka. mengikuti kelas latihan juga
merupakan langkah yang baik, karena kelas ini mengajarkan tentang tindakan darurat.
Harus diingat juga bahwa rencana darurat dapat berhasil hanya jika semua orang di
rumah sudah mengetahui rencana ini. Pastikan bahwa rencana darurat ada di tempat
yang mudah terjangkau, sehingga semua orang sudah tahu apa yang harus dilakukan
saat kondisi darurat.

KEHAMILAN LUAR KANDUNGAN

1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi,ovarium,serviks,dan abdimen. Namun
kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi  hasil konsepsi pada
tuba, terdapat kehamilan pars intersitisial tuba,  kehamilan pars ismika tuba
kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. 
Kehamilan diluar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter,
kehamilan servikal, dan kehamilan abdomintal yang bisa primer atau sekunder.
 
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah bannyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di
bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan
sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor – faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut.
1. Faktor dalam lumen tuba :
a) Endosalpingtis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu ;
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk – keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping ;
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit. 
2. Faktor pada dinding tuba :
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba ;
b) Divertikel tuba kongentinal atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor di luar dinding tuba : perlengketan pada tuba dan tumor
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri –
atau sebaliknya – dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus ; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.
b) Fertilisasi in vitro. 
 
3. Manifestasi klinis
Pada umumnya penderita menunjukan gejala – gejala kehamilan mudaa, dan
mungkin merasi nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda – beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba – tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diganosisnya. Gejala dan tanda tergantung
pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dari keadaan umum penderita sebelum
hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan etopik terganggu. Pada ruptur
tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba – tiba dan intensitasnya  disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok.
Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus–menerus. Rasa
nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk kedalam rongga
perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke bagian seluruh perut bawah.
Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan
nyeri bahu dan bila membentuk hemotokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri
karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak
dan berwaran cokelat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 – 93 %.
Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionis gonadotropin. Jika
plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum
haid berikutnya. Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan
berbagai penulis berkisar dari 23 hingga 97 %.
 
4. Patofisiologi dan WOC
Sujiyatini dkk (2009) menyebutkan terdapat gangguan mekanik  terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi
tuba. Ada kemungkinan akibat dari hal ini : 
a. Kemungkinan “tuba abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi
pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba. 
b. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba. 
c. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang
sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. 
 
5. Penatalaksanaan
a. Laparotomi
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut :
• Kondisi ibu pada saat itu
• Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
• Lokasi kehamilan ektopik
• Kondisi anatomis organ pelvis
• Kemampuan teknik bedah mikro dokter
• Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi.
 
b. Salpingektomi
Salpingektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat salah satu atau
kedua tuba fallopi, namun tetap membiarkan keberadaan rahim dan indung telur.
Umumnya, untuk mengangkat salah satu tuba fallopi dilakukan salpingektomi
unilateral, di mana pasien masih dapat hamil dan bereproduksi pasca prosedur.
Sedangkan, pengangkatan kedua tuba fallopi disebut salpingektomi bilateral dan
hanya dilakukan pada kasus yang termasuk parah.
 
2.2 Asuhan Keperawatan pada Klien Kehamilan Luar Kandungan
1. Pengkajian
➢ Identitas
➢ Riwayat menstruasi terakhir
➢ Jenis kontrasepsi
➢ Riwayat gangguan tuba sebelumnya
➢ Pemeriksaan fisik
Adanya bercak darah yang berasal dari vagina. Nyeri abdomen kejang
dan tumpul. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar
dan kadang – kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan . kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba
menunjukan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang – kadang naik,
sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
➢ Tanda-tanda vital
➢ Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada
tanda – tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak
mendadak biasanya ditemukan anemia ; tetapi, harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setalah 24 jam.
• Perhitungan leukosit secara berturut menunjukan adanya perdarahan
bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari
infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
melebihi 20.000 biasanya menunjukan pada keadaan yang terakhir. Tes
kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan
produksi human chorionicgenadotropin menurun dan menyebabkan tes
negatif.
• Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
• USG
• Laporoskopi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik 
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi
3. Dukacita berhubungan dengan abortus
ABORTUS
1. DEFINISI 
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015). Abortus merupakan
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010). Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000). Abortus adalah terminasi
kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obatobatan atau bedah, (Morgan,
2011). Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara
500 – 999 gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan,
(prawirohardjo, 2010). Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus
merupak suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
dengan usia kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019). 
2. ETIOLOGI 
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah : 
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X 6 Abnormalitas
embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks. 
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian
zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena
anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan. 
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya
tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya. 
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai
sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah
plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan
peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran. 
c. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus
dengan merangsang kontraksi uterus. Penyakit infeksi dapat menyebabkan
abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan
lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau 7 plasmodium dapat melalui plasenta masuk
ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.
d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat
robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan
(dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks),robekan serviks postpartum. 
e. Trauma. 
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
f. Faktor-faktor hormonal. 
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon. 
g. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat diketahui dapat
mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise. 
h. Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab secara umum: 
(1) Infeksi 
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. 
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus. 
c. Parasit, misalnya malaria 8 
(2) Infeksi kronis 
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. 
b. Tuberkulosis paru aktif. 
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll. 
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum 
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll. 
f. Trauma fisik.
3. Penyebab yang bersifat lokal: 
- Fibroid, inkompetensia serviks. 
- Radang pelvis kronis, endometrtis. 
- Retroversikronis. 
- Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin 
- Kematian janin akibat kelainan bawaan. 
- Mola hidatidosa. 
- Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi. 
- Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin. 
- Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal. 
- Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi
4. KLASIFIKASI 
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1) Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan.
Kata lainyang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah
setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan.
Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500
gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20
hingga 22 minggu atau kurang. 
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi limasubkelompok, yaitu: 
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens) Adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada usiakehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas
bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis
tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus tidak
terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai
pembukaan serviks. c.Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap) Pada
abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila
seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet. 
c. Missed Abortion Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang
telah meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin
terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan
ukuran, tetapi perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti
semula. 
d. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang) Keadaan ini
didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang
paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turutselama tiga
kali atau lebih 
2) Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila 10 kehamilan belum mencapai
100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu : 
a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus
karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 timdokter ahli. 
b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat 
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi 
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus 
e. Pemeriksaan ginekologi : 
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva 
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium 
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri 
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif 
 
6. KOMPLIKASI 
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah: 
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan. 
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah
seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan
adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan
dengan teliti. 
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus.
Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung
udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan 13 kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah
dapat memastikan dengan segera. 
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin. 
e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal
seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan
seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukanuntuk menegakkan diagnosis. 
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu. 
g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik. 
 
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus 
b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih
hidup 
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion 
8. PENATALAKSAAN 
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
a. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram : 
b. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti 
c. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina) 
d. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme 
 
Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital 
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis
dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,
bekuan darah, atau bagian – bagian janin 
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta
kondisi ketuban 
d. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita 
e. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal 
f. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau
hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal Terapi
yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi
hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti
Hipertensi kehamilan

Hipertensi adalah masalah medis yang umumditemui selama kehamilan. Inilah yang 
perlu diketahuiibu hamil agar lebih meningkatkan kesadaran merawatdiri. Penyakit Hipe
rtensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematianibu 
mau  pun janin. 
Tekanana darah yang tidak terkontrol selamamasa kehamilan dapat menyebabkan 
berbagaigangguan pada perkembangan janin. Semakin tinggitekanan darah dan semakin 
lama ibu mengalaminya, maka komplikasi pada janin akan semakin parah. Salah satu da
mpaknya yang
paling berbahaya adalahmeningkatnya kemungkinan keguguran pada trimester awal dan 
kematian janin mendadak (stillbirth).
Bila kehamilan berlanjut, tumbuh kembang janin akanterhambat, bahkan gagal. Masalah 
ini pun kemudiandapat berimbas pada gangguan kognitif anak yang lahir
 
Klasifikasi Hipertensi Kehamilan
Ada beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain:
a. Hipertensi kronis
Didapatkan sebelum kehamilan, usia kehamilan <
20 minggu, dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
• Preeklamsia_Eklamsia
Preeklampsia : hipertensi yang timbul setelahusia kehamilan 20 minggu disertai de
nganproteinuria
Ringan: TD≥140/90 mmHg , proteinuria 1+ 
Berat: TD >160/110 mmHg, proteinuria ≥2+ 
• Eklampsia : preeklampsia yang disertai kejang-kejang dan/atau koma
Hipertensi dan proteinuria yang didapat setelah usiakehamilan 20 minggu.
b. Hipertensi kronik dengan preeklamsia
 
c. Hipertensi gestational
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidakdisertai proteinuria hingga 12 mingg
u pascapersalinan.
 
 
Gejala Hipertensi Dalam Kehamilan
a. Ditemukannya kelebihan protein dalam urin(proteinuria) atau tanda-tanda tamba
han masalahginjal.
b. Sakit kepala yang parah.
c. Perubahan penglihatan, penglihatan menjadikabur atau sensitivitas cahaya.
d. Nyeri pada perut bagian atas, biasanya di bawahtulang rusuk Anda di sisi kanan.
e. Mual atau muntah.
f. Urin dari buang air kecil menurun.
g. Penurunan kadar trombosit dalam darah.
h. Gangguan pada fungsi hati.
i. Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.
j. Kenaikan tiba-tiba pada berat badan danpembengkakan (edema), khususnya di w
ajah dantangan, sering menyertai preeklampsia. Tapi hal-hal ini juga terjadi di ban
yak kehamilan normal, sehingga kadang tidak dianggap sebagai tanda-tanda preekl
ampsia.
Faktor Resiko
• Usia
Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 4
0 tahun
• Kehamilan pertama
Kehamilan pertama memiliki risiko hampir 3 kali lipat

• Jarak antar kehamilan
Wanita dengan jarak kehamilan sebelumnya lebihdari 10 tahun memiliki risiko hampi
r sama dengankehamilan pertama. Risiko preeklampsia semakinmeningkat sesuai denga
n lamanya interval dengankehamilan pertama.

• Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia sebelumnya merupakanfaktor risiko utama dengan peningkata
n risiko hingga7
kali lipat. Kehamilan pada wanita denganpreeklampsia sebelumnya berkaitan dengan kej
adianpreeklampsia berat, preeklampsia onset dini, danmembawa dampak yang buruk unt
uk janin

• Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga jugameningkatkan risiko hampir 3
kali lipat. Adanyariwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risikosebanyak 3.6
kali lipat.

• Kehamilan kembar
• Kehamilan kembar Diabetes Melitus TergantungInsulin
Meningkatkan risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat

• Obesitas sebelum hamil
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia.Semakin besar nilai Indeks Masa Tub
uh, semakinmeningkatkan risiko. Obesitas sangat berhubungandengan resistensi insulin
yang juga merupakan faktorrisiko preeclampsia. Risiko preeklapsia meningkathampir 4
kali lipat pada wanita dengan diabetes sebelum hamil
• Penyakit ginjal
Preeklampsia meningkat sebanding dengankeparahan penyakit pada wanita dengan p
enyakitginjal

• Sindrom antifosfolipid
Antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau keduanya) 
meningkatkanrisiko preeklampsia hampir 10 kali lipat

Tanda dan bahaya kehamilan

1. Perdarahan
2. Demam atau panas tinggi
3. Keluar air ketuban sebelum waktunya
4. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakitkepala dan atau kejang
5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurangatau tidak bergerak
6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
 
 
 
 
 
 
Komplikasi yang mungkin akan terjadi yaitu
 
Pertumbuhan janin terhambat
Preeklampsia memengaruhi pembuluh darah yang membawa darah. Jika plasenta tida
k mendapatkancukup darah, janin ajan menerima nutrisi, oksigen, dandarah lebih sedikit
. Hal ini menyebabkan pertumbuhanterhambat, berat lahir rendah, dan kelahiran premat
ur.

Risiko kematian ibu dan janin
Persalinan sebelum waktunya
Preeklampsia dengan gejala berat mungkindiharuskan untuk melahirkan janin seseger
a mungkinagar menyelamatkan hidup ibu dan bayi. Kelahiranpremature dapat menyebab
kan masalah pernapasanpada bayi. Dokter akan membantu Bunda menentukankapan wa
ktu ideal melahirkan.

Plasenta lepas di dalam rahim
Preeklapmsia meningkatkan risiko terhadapgangguan plasenta, kondisi dimana plasen
ta terlepasdari dinding rahim sebelum persalinann. Hal tersebutberisiko terhadap pendar
ahan hebat, dimana akanmengancam nyawa ibu dan bayi
HELLP Syndrome (hemolisis, peningkatan enzimhati, dan hitung trombosit rendah)
Sindrom ini lebih berat dan dapat dengan cepatmengancam jiwa ibu dan janin. Gejala
ya berupa mual, muntah, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan dapatmerusak organ tubuh

Peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantungiskemik, stroke, dan deep
vein thrombosis di masayang akan datang. Risiko ini bahkan lebih besar jikaibu mengal
ami preeklampsia lebih dari satu kali ataumelahirkan bayi premature. Untuk meminimali
sasirisiko jaga berat badan ideal, makan sayur dan buah-buahan, aktivitas fisik rutin, dan 
tidak merokok 
 

Pencegahan

1. Skrining risiko preeklampsia untuk setiap wanitahamil sejak awal kehamilan
2. Pola makan seimbang dengan nutrisi terpenuhi
3. Aktivitas fisik rutin
4. Manajemen stres
5. Kontrol kehamilan rutin
Pencegahan dengan obat dan suplemen

1. Aspirin
75mg/hari untuk mecegah preeklampsiapada wanita dengan risiko tinggi dan sebai
knyadiberikan sebelum usia kehamilan 20 minggu
2. Kalsium 1.000 -2.000 mg/hari
3. Zinc 200 mg/hari
4. Magnesium 365 mg/hari
Penanganan

1. Pengobatan antihipertensi.
2. Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegahkejang pada preeklampsia dan m
engontrol kejangpada eklampsia.
3. Pemantauan tekanan darah.
4. Pemantauan detak jantung janin.
5. Pertimbangan persalinan
6. Tetap terhidrasi
7. Konsultasikan ke dokter
.

Preeklampsia

A. LandasanTeori
1. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik padakehamilan yang ditan
dai dengan adanya disfungsi plasentadan respon maternal terhadap adany
a inflamasi sistemikdengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis pre
eclampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensispesifik yang diseba
bkan kehamilan disertai dengangangguan sistem organ lainnya pada usia 
kehamilan diatas20 minggu. 
Preeklampsia, sebelumnya selalu didefinisikan denganadanya hipert
ensi dan proteinuri yang baru terjadi padakehamilan (new onset
hypertension with
proteinuria).Meskipun kedua criteria ini masih menjad idefinisi klasikpre
eklampsia, bebera pawanita lain menunjukkan adanyahipertensi disertai g
angguan multisistem lain
yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeclampsia meskipun pasi
en tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak la
gi dipakai sebagai criteria
diagnostic karena sangat banyak ditemukan pada wanitadengan kehamila
n normal.
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya140
mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunak
an lengan yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekana
ndarah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik.
Rekomendasi pengukuran tekanan darah: 
a. Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam keadaantenang. 
b. Sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa atauyang setara,
yang sudah tervalidasi. 
c. Posisi duduk dengan manset sesuai level jantung. 
d. Gunakan ukuran manset yang sesuai. 
e. Gunakan bunyi korotk off V
(hilangnya suara) padapengukuran tekanan darah diastolik. 
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnyahubungan antar
a kuantititas protein urin terhadap luaranpreeklampsia, sehingga kondisi p
rotein urin massif
(lebihdari 5g) telah dieliminasi dari criteria pemberatanpreeklampsia (pre
eclampsia berat). Proteinuria merupakanpenanda objektif,
yang menunjukkan adanya kebocoranendotel yang luas, suatu cirri khas p
reeklampsia. Walaupunbegitu, jika tekanan darah meningkat signifikan, b
erbahayabagi ibu sekaligus janin jika kenaikan ini diabaikan karenaprotei
nuria belum timbul. Berdasarkan penelitian Chesley,
10% kejangeklampsia terjadi sebelum ditemukanproteinuria.  
Rekomendasi pemeriksaan protein urin: Proteinuriaditegakkan jika d
idapatkan secara kuantitatif produksiprotein urin lebih dari 300 mg per 24
jam, namun jika halini tidak dapa tdilakukan, pemeriksaan dapat digantik
andengan pemeriksaan semikuantitatif menggunakandipstikurin>1+. 4 
2. Diagnosis Preeklampsia
Terjadinya peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30
mmHg atau peningkatan tekanan sistolik 15
mmHg atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sekurangkurangnya 90
mmHg ataulebih dengan kenaikan 20
mmHg atau lebih, ini sudah dapatdibuat sebagai diagnosis preeklampsia. 
Kriteria terbaru sudah tidak mengkategorikan preeclampsia ringan, dikare
nakan setiap preeclampsia merupakan kondisiyang berbahaya dan dapat meng
akibatkan peningkatanmorbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam wakt
u singkat.Preeklampsia hanya ada dua criteria yaitu preeklampsia danpreeklam
psi aberat, dengan kriteria diagnosis sebagaiberikut:4,6,18
a. Preeklampsia
Jika hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebuttidak dapat dis
amakan dengan preeklampsia, harusdidapatkan gangguan organ spesifik 
akibat preeclampsia tersebut. Kebanyakan kasus preeclampsia ditegakkan
dengan adanya proteinurin, namun jika protein urin tidakdidapatkan, sala
h satu gejala dan gangguan lain dapatdigunakan untuk menegakkan diagn
osis preeklampsia. 
Kriteria minimal preeclampsia yaitu: 
1) Tekanan darah>140/90 mmHg
yang terjadi setelah20 minggu kehamilan pada wanita dengan teka
nandarah yang sebelumnya normal 
2) Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atautesurin dipstick
>+1. 
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapatdiikuti dengan sal
ah satu tanda gejala di bawah ini: 
1) Gangguan ginjal: keratin serum
1,2 mg/dLatau didapatkan peningkatan kadar kreatininserum 
pada kondisi dimana tidak ada kelainanginjal lainnya
2) Edema paru
3) Gangguan liver: peningkatan konsentrasitraminas 2 kali
normal dan atau adanya nyeriepigastrum/region kanan atas ab
domen 
4) Trombositopenia: trombosit< 100.000/microliter
5) Didapatkan gejala neurologis: nyeri kepala,
stroke, dan gangguan penglihatan
6)Gangguan pertumbuhan janin yang menjaditanda gangguan s
irkulasi uteroplacenta:oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR).  
b. Preeklampsia Berat
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas danmortalitas pada 
preeklampsia, dan jika gejala tersebutdidapatkan, dikategorikan menjadI 
kondisi pemberatanpreeclampsia atau disebut dengan preeclampsia berat.
Kriteria Preeklampsia berat,
diagnosis preeclampsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi kl
inisdibawah ini: 
1) Tekanan Darah >160/100 mm Hg 
2) Proteinuria: pada pemeriksaan carik celup (dipstrik)
>+2 atau 2,0 g/24 jam 
3) Gangguan ginjal: keratin serum
1,2 mg/dL ataudidapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada
kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4) Edema paru
5) Gangguan liver: peningkatan konsentrasi traminas 2 kali
normal dan atau adanya nyeri epigastrum/region kananatas abdom
en 
6) Trombositopenia: trombosit< 100.000/microliter
7) Didapatkan gejalan eurologis: nyeri kepala,
stroke, dan gangguan penglihatan
8) Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tandagangguan sirk
ulasi uteroplacenta :oligohidramnion, Fetal Growth Restriction
(FGR). 
3. Patofisiologi Preeklampsia
Meskipun penyebab preeclampsia masih belum diketahui, bukti manifest
asi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofisiol
ogi tersamar yang terakumulasisepanjang kehamilan dan akhirnya menjadi ny
ata secara klinis.Preeklampsia adalah gangguan multisystem dengan etiologik
omplek yang khusus terjadi selama kehamilan.
 
HIPEREMESIS GRABIDARIUM

Pengertian Hiperemesis Gravidarum 

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga
menggangu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
Biasanya terjadi pada kehamilan trimester I. Gejala tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Marmi dkk 2011).
Hiperemesis gravidarum didefenisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak dikendalikan
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, atau dehidrasi
nutrisi dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil
akan menjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendiriaan (self-
limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida
dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. 
 
 
2. Etiologi dan Faktor Presdisposisi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui, beberapa teori 
penyebab hiperemesis diajukan tetapi satu pun tidak memberikan penjelasan yang adekuat tentang
gangguan ini (Bobak 2004).
Faktor-faktor presdisposisi yang di kemukakan :
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic.
c. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut memikul tanggungjawab dan sebagainya.
d. Faktor endokrim lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
 
3. Gejala dan Tingkatan
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan lebih dari 10 kali muntah akan tetapi apabila keadaan umum
ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis.
Hiperemesis menurut berat ringgannya gejala dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :
a. Tinggkat I ( ringan )
Mual, muntah terus menerus menyebabkan pendrita lemah, tidak mau makan, berat badan turun,
rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali permenit tekanan darah turun,turgo kulit berkurang,
lidah kering dan mata cekung.
 
 
b. Tingkat II (sedang)
Mual dan muntah yang hebat dapat menyebabkan keadaan umum pendrita lebih parah, lemah,
apatis, turgo kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan badan mulai turun, mata
cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligoria dan konstipasi. Terdapat keton dan bilirubin dalam
urin.
c. Tingkat III (berat)
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi kecil, halus dengan
cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik dan tensi turun sakali, icterus. Komplikasi yang dapat
berakibat fatal terjadi pada susunan saraf pusat dengan adanya: nistagnus, diplopia, perubahan
mental.
 
4. Phatofisiologi
   Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh fisiologik homonek ini tidak jelas mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaiaan terjadi pada kebanyakan wanita hamil
meskipun demikian mual dan muntah berlangsung berbulan-bulan.
 Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil mudah, bila terjadi
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dengan
alkarosik hipokromik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama
 
disamping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita sebelum yang hamil sudah mendrita lambung
spastik dengan gejala tak suka makan dan mual akan mengalami emesis gravidarum yang sangat
hebat. 
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjado ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan
cairan yang di minum dan kehilangan cairan muntah menyebabkan hemokonsentrasi sehinggah
aliran darah kejaringan berkurang dan tertimbun zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekwensi mual-
mual yang lebih banyak dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lendir, esophagus dan lambung. Umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri. Jarang sampe di perlukan transfusi atau tindakan operatif

ANEMIA
1. DEFENISI
Pengertian Anemia Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb
(Hemoglobin), hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau
bisa disebut juga penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah
kadar hemoglobin (Hb) dibawah batas normal. Menurut American Society of
Hematology, anemia adalah menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering
lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan
mengakibatkan menurunnya aktivitas dan kurang konsentrasi.
2. GAMBARAN RISIKO ANEMIA 
Gambaran-Gambaran yang menyebabkan anemia pada suatu populasi dapat
melibatkan interaksi kompleks dari Gambaran sosial, politik, ekologi, dan
biologi. Penelitian Pala K dan Dundar N di Turki menunjukkan bahwa Gambaran
lama menstruasi berhubungan dengan kejadian anemia. Di samping itu kondisi sosial
ekonomi rumah tangga juga berkaitan dengan kejadian anemia, beberapa penelitian
menunjukkan kejadian anemia cenderung lebih tinggi pada rumah tangga
miskin. Pada anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh beberapa Gambaran yaitu
kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi
yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (nonheme iron)
adalah zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap oleh tubuh sehingga diperlukan porsi
yang besar untuk mencuckupi kebutuhan zat besi harian. Gambaran lain yang dapat
mempengaruhi anemia defisiensi besi antara lain pola haid pada wanita, pengetahuan
tentang anemia dan status gizi. Berdasarkan hasil penelitian di Meksiko, obesitas juga
merupakan Gambaran risiko anemia yang dapat meningkatkan risiko 2 - 4 kali pada
wanita dan anak-anak.
3. ETIOLOGI 
Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti dan Apoina
(2014) antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12,
dan asam folat. Menurut Agragawal S, penyebab utama anemia adalah gizi dan
infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi, hal
tersebut karena mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung
monoton dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates)
sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga
dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan
kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber
penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status
anemia. Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau
yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam, kopi,
teh, dan coklat.
4. KONSEP ANEMIA DALAM KEHAMILAN 
1) Pengertian Anemia dalam Kehamilan 
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
ekonomi utama di seluruh dunia dan berkontribusi terhadap morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin. Anemia kehamilan juga bisa memiliki sekuele jangka
pendek dan jauh yang mendalam untuk bayi baru lahir.Anemia adalah penurunan
jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi
darah.Kadar hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan
kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil.Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadarhemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau
kadar
5. KLASIFIKASI ANEMIA
dalam kehamilan sebagai berikut : 
a. Defisiensi Besi Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi
berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan
pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2
liter darah. Sebagian perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang
rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.
Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan
asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat besi selama 6 bulan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis selma kehamilan. Namun, banyak literatur
menganjukan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada
kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan
untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu postpartum. 
b. Defisiensi Asam Folat Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai
sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu kejanin
yang menyebabkan dilepasnyacadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar
dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia
hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan
tampaknya memeliki efek penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam
folat sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia
megabolik pada kehamilan. Anemia tipe megabolik karena defesiensi asam folat
merupakan penyebab kedua terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya
oleh gangguan sitesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang
khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan
dengan anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural
(neural tube defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan
pada jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainya. Penatalaksanaan
defesiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg
per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien
mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug
folat perhari. 
c. Anemia Plastik Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait
dengan kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa
kasus eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan
hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainya, aplasia
terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Terminasi
kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi
meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau
transplantasi sumsum tulang setelah persalinan. 
d. Anemia Penyakit Sel Sabit Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel
sabit (sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infar
pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian janin.
Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama
pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Beat lahir bayi dari ibu
yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi.
Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi
1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi
darah profilaktin belum terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien tampak
memberi hasil yang memuaskan. 
 
6. PENYEBAB ANEMIA 
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma 
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat
besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin. 
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan
tentang pola makan yang benar 
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan
perdarahan akibat luka 
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan 
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan 
g. Hamil saat masih remaja 
Tanda dan Gejalah Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Proverawati (2011) tanda dan
gejalah anemia pada ibu hamil sebagai berikut :
a. Kelelahan 
b. Penurunan energi 
c. Sesak nafas 
d. Tampak pucat dan kulit dingin 
e. Tekanan darah rendah 
f. Frekuensi pernapasan cepat 
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah 
h. Sakit kepala 
i. Tidak bisa berkonsentrasi 
j. Rambut rontok 
k. Malaise 
7. PATOFISIOLOGI ANEMIA 
dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain; kurang zat besi;
kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan,
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
Hb (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan
hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia
fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi
ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum
pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada
titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil.Penurunan
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu
ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika
titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010). Jumlah eritrosit dalam sirkulasi
darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar
1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume
plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi
selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan
selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada
trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).

Anda mungkin juga menyukai