Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Kelompok 4
Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Kelompok 4
Disusun Oleh
Muhammad Arya Fadila Nasution
Nur Shadrian Hashifa
Universitas Riau
Faklutas Ekonomi Bisnis
Akuntansi 2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah seminar akuntansi pemerintahan, mengenai penetapan
harga barang dan jasa pada pemerintah.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
seminar akuntansi pemerintahan ganjil tahun ajaran 2020/2021 Jurusan Akuntansi Universitas
Riau, serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan mahasiswa pada khususnya dalam memahami
dan mengerti Menyelesaikan pengujian penetapan harga barang dan jasa.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen Seminar Akuntansi Pemerintahan, Ibu
Dr.Yesi Mutia Basri, SE.,M.Si.,Ak.,CA,. yang telah memberikan arahan kepada penulis, serta
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah yang efektif sangat penting dalam
rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Sistem pengadaan yang
buruk mengakibatkan biaya-biaya tinggi bagi pemerintah maupun masyarakat. Sistem yang
demikian mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan proyek yang selanjutnya memperbesar
biaya,menghasilkan kinerja proyek yang buruk dan menunda manfaat proyek bagi
masyarakat. Ketidakberesan sistem pengadaan juga membuka peluang korupsi, menimbulkan
banyak protes dan kecurigaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi
lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Pengadaan Barang dan Jasa di K/L/D/I yang
bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Sehubungan
dengan hal tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ini
dimaksudkan untuk memberikan pedoman pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang
dan Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik.
Pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah dalam Peraturan
Presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja
negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD. Selain itu Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah yang berpedoman pada Peraturan Presiden ini ditujukan untuk meningkatkan
keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep pengadaan barang dan jasa pemerintah?
2. Apa sajakah tujuan pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah?
3. Bagaimana ruang lingkup pemberlakuan perpres 16 tahun 2018?
4. Apasajakah jenis barang dan jasa dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah?
5. Bagaimanakah cara pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah?
6. Apasajakah tujuan pengadaan barang dan jasa pemerintah?
7. Bagaimanakah prinsip pengadaan barang dan jasa pemerintah?
8. Bagaimanakah penetapan harga barang dan jasa di Indonesia?
9. bagaimanakah konsep pengadaan barang dan jasa metode penunjukan langsung dan
metode lelang?
Dalam pengadaan barang dan jasa (procurement) itu sendiri perlu diprogramkan oleh
pemerintah atau institusi swasta dikarenakan adanya kebutuhan akan suatu barang atau jasa.
Misalkan alat tulis kantor yang diperlukan oleh suatu instansi, atau obat obatan untuk
puskesmas dan rumah sakit daerah (RSUD), bahan bakar kendraan milik pemerintah,
perlengkapan untuk instansi militer dan kebutuhan akan barang dan jasa lainnya.
Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya adalah upaya pihak pengguna untuk
mendapatkan atau mewujudkan barang/jasa yang dibutuhkan, dengan menggunakan metode
dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan spesifikasi, harga, waktu, dan kesepakatan
lainnya.
Menurut Pasal 1 perpres nomor 16 tahun 2018, disebutkan bawhwa pengadaan barang dan
jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementrian /lembaga/ satuan kerja
perangkat daerah/institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaiknannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Kegiatan
pengadaan barang/jasa tersebut dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan
secara swakelola maupun oleh penyediaan barang dan jasa
▹ PBJB merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara sehingga perlu pengaturan
tata kelola (Good Governance) dan akuntabilitas
▹ Perlu pengaturan yang memberikan pemenuhan nilai mnafaat yang sebesar-besarnya dan
kontribusi dalam peningkatan pengguna produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha
Makro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah seta pembangunan berkelanjutan
2. Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan definisi peraturan presiden nomor 4 tahun 2015
menyatakan bahwa :
Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Contoh dari pekerjaan
konstruksi adalah seperti yang telah diterangkan di atas. Misalnya mobil dengan
spesifikasi khusus yang tidak ada di pasaran. Dapat juga kapal maupun pesawat, dan alat
transportasi lainnya dengan spesifikasi khusus.
Disamping itu, pembangunan properti seperti kantor, gedung, jembatan, dan sebagainya
juga masuk dalam kategori ini. Inti dari pekerjaan konstruksi adalah membangun atau
merakit wujud fisik sesuatu yang sesuai dengan si pemesan.
3. Jasa Konsultansi,
.
Dalam definisi peraturan presiden nomor 4 tahun 2015 menyebutkan sebagai berikut :
Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Contoh dari jasa konsultansi dalam kegiatan pemerintahan yang paling mencolok adalah
pekerjaan perencanaan. Entah itu perencanaan tata ruang, perencanaan sosial, dan
sebagainya.
Disamping itu, ada beberapa jasa konsultansi yang biasa ada pada kegiatan perencanaan.
Misalnya jasa arsitek yang biasa disebut dengan konsultan bangungan, dan ada pula
pembuatan sistem informasi teknologi.
Khusus tentang pembuatan sistem informasi, walaupun output dari kegiatan ini adalah
adanya barang tidak berwujud yang disebut software, namun pekerjaan pembuatan sistem
informasi masih dimasukkan dalam kategori jasa konsultansi.
4. Jasa lainnya
Seperti yang tercantum dalam peraturan presiden nomor 4 tahun 2015, disebutkan
bahwa ;
Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan
jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Sebenarnya, contoh dari kegiatan jasa lainnya ini sangatlah luas. Untuk mudahnya adalah
semua kegiatan yang tidak masuk dalam kategori 3 sebelumnya. Sedangkan contoh yang
paling sering ditemui dalam kegiatan pemerintahan adalah jasa kebersihan atau keamanan
gedung, jasa transportasi dan penyewaan kendaraan, hotel, penyelenggaraan pameran
kegiatan, dan sebagainya.
2. Penyedia
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur
dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.
2. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri.
3. Meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.
4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.
5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian.
6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif.
7. Mendorong pemerataan ekonomi.
8. Mendorong pengadaan berkelanjutan.
1. Efisien
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus memperhatikan penggunaan dana
APBN/APBD yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Efektif
Dalam pengadaan barang/jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah ditetapkan
(yang ingin dicapai) dan dapat memberikan manfaat yang tinggi dan sebenar-benarnya
sesuai dengan sasaran yang dimaksud.
3. Transparansi
K/L/PD menyampaikan semua informasi dan ketentuan mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil
evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, yang sifatnya terbuka kepada seluruh
peserta penyedia barang/jasa, serta bagi masyarakat luas pada umumnya.
4. Bersaing
Memberikan kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa yang setara dan
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan, untuk menawarkan barang/jasanya
berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku dan tidak terjadi kecurangan dan
praktek KKN.
5. Adil/tidak diskriminatif
Pemberian perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa yang berminat
mengikuti pengadaan barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan
kepada pihak tertentu dengan cara dan atau alasan.
6. Akuntabel
Pertanggung jawaban pelaksanaan pengadaan barang/jasa kepada pihak yang terkait
dan masyarakat berdasarkan etika, norma dan ketentuan peraturan perundang-
undangna yang berlaku. Dalam arti bahwa pengadaan barang/jasa harus mencapai
sasaran, baik secara fisik, maupun keuangannya serta manfaat atas pengadaan tersebut
terhadap tugas umum pemerintahan dan/atau pelayanan masyarkat sesuai dengan
prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Pada dasarnya Pemerintah terlibat dalam menentukan harga barang publik adalah
ingin meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya maupun keadilan dalam distribusi
pendapatan dalam menentukan berapa banyak barang yang dibeli oleh individu dan
mereka hanya akan mempertimbangkan manfaat yang diperolah secara pribadi,
sehingga kesempatan barang tersebut yang tersedia dipasar akan sanagt kecil. Dalam
mengatasi hal ini, pemerintah menjamin bahwa manfaat eksternal harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan jumlah yang akan dikonsumsi oleh
individu, juga pemerintah akan terlibat dalam penyediaan barang pribadi untuk
memproteksi masyarakat dari penipuan ( kebenaran iklan), kepastian tersedianya jasa
(jasa rumah sakit dan pos), maupun keseragaman kualitas jasa (pendidikan). Semua
keterlibatan pemerintah tersebut ditunjukan untuk mencapai penentuan harga yang
efisien.
Akan selalu ada tujuan- tujuan ekonomi dan non-ekonomi yang dapat diikuti pemerintah
melalui campur tangan, dalam meminimalkan biaya ekonomi guna mencapai sasaran-
sasaran yang diinginkan.
A. Penentuan Harga Barang Publik
1) Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan.
4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung (current
operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost).
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing, setidaknya
harus memperhitungkan :
Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan dan
Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan.
2. Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar.
Dalam mekanisme pasar barang pribadi yang bersifat persaingan sempurna, untuk
menentukan tingkat keseimbangan, berlaku hukum bahwa harga sama dengan biaya
marginal (marginal cost) dan sama dengan pendapatan marjinal (marginal revenue) bagi
produsen,
p = MC = MR
dimana:
p = harga
Pada dasarnya, tugas pemerintah adalah menyediakan barang untuk kepentingan orang
banyak dengan harga murah. Dengan demikian, pemerintah akan ditekan oleh kekuatan
politik untuk tidak mengambil keuntungan dari barang atau jasa yang dihasilkannya. Itulah
sebabnya, pemerintah seringkali menetapkan harga dibawah tingkat harga yang sebenarnya
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen barang tersebut. Konsekuensinya,
keputusan pemerintah ini menimbulkan ketidak efisienan atau terjadi pemborosan apabila
dipandang dari ilmu ekonomi, karena konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan
oleh pemerintah terlalu mudah diperoleh.
Contoh yang dapat digunakan adalah penyediaan publik utilities oleh pemerintah, seperti air
minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapkan untuk memperoleh keuntungan dari
penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak itu, sehingga pemerintah dapat
menetapkan harga tertinggi. Pemerintah hanya menutup biaya totalnya yang mengakibatkan
perusahaan- perusahaan pemerintah penyedia barang public utilities akan tetap dapat
berjalan tanpa mengalami kerugian. Akan tetapi, situasi penyediaan public utilities tersebut
tidak berlaku untuk seluruh barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah.
Organisasi sektor publik harus memutuskan berapa pelayanan yang dibebankan pada
masyarakat. Aturan yang biasa dipakai adalah beban (charge) dihitung sebesar total biaya
tersebut (full cost recorvery). Walaupun akan mengalami kesulitan dalam menghitung biaya
total dikarenakan:
1. Tidak diketahui secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga dapat
mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun tidak boleh terjadi
pencampur-adukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip different
costs for different purposes.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi, Karena jumlah biaya untuk melayani
satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka diperlukan perbedaan pembebanan tarif
pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah dari
lokasi rumah yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika
orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka mereka
harus disubsidi.
4. Biaya yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi langsung (current
operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost). Yang akan
memasukkan bukan saja biaya operasi dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian
barang modal yang sudah kadaluwarsa, dan biaya penambahan kapasitas Hal inilah yang
disebut marginal cost pricing.
2.9. Pengadaan Barang dan Jasa dengan metode penunjukan langsung dan metode
lelang
Pengadaan dengan metode penunjukan langsung tidak ada batasan maksimal nilai paket
pengadaan. Namun yang membatasi adalah karakter barang/jasa yang khusus dan keadaan
tertentu. Jika suatu barang/jasa memiliki kekhususan, atau dalam keadaan tertentu, maka
bisa menggunakan metode penunjukan langsung berapapun nilainya.
Diatur dalam pasal 38 ayat 5 Perpres 54/2010 dan perubahannya sebagai berikut.
▹ Pekerjaan konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan satu
kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak
dapat direncanakan/diperhitungkan sebelumnya (unforeseen condition).
▹ Pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan habis pakai dalam rangka
menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat yang jenis dan harganya telah ditetapkan oleh menteri yang bertanggung
jawab di bidang kesehatan
▹ Pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi, jagung, dan kedelai,
serta pupuk yang meliputi Urea, NPK dam ZA kepada petani dalam rangka menjamin
ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat dalam rangka pelaksanaan
peningkatan ketahanan pangan
▹ Pengadaan kendaraan bermotor dengan harga khusus untuk pemerintah yang telah
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat.
▹ Sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka dan dapat diakses oleh
masyarakat
▹ lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang terbuka atau tertutup lainnya
dengan ketentuan dan tata cara pembayaran serta penyesuaian harga yang dapat
dipertanggungjawabkan
▹ Pekerjaan pengadaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah yang dilaksanakan oleh pengembang/developer
bersangkutan
Sementara itu keadaan tertentu yang bisa dijadikan dasar menggunakan metode penunjukan
langsung adalah sebagai berikut
▹ Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan serta
kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh
Kapolri.
▹ Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan 1
penyedia karena satu pabrikan, pemegang hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin
dari pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk
mendapatkan izin dari pemerintah.
Sementara itu untuk jasa konsultansi, terdapat keadaan tertentu yang bisa djadikan dasar
untuk menggunakan metode penunjukan langsung yaitu:
▹ Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan serta
kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh
Kapolri.
▹ pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh 1 pemegang hak cipta yang telah terdaftar
atau pihak yang telah mendapat izin pemegang hak cipta
B) Metode Lelang
Sayembara digunakan untuk Pengadaan Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
▹ merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode
pelaksanaan tertentu;
▹ Penyusunan metode evaluasi dan pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh tim yang ahli
dibidangnya.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Pasal 1 perpres nomor 16 tahun 2018, disebutkan bawhwa pengadaan barang
dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementrian /lembaga/
satuan kerja perangkat daerah/institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaiknannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa. Kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut dibiayai dengan APBN/APBD,
baik yang dilaksanakansecara swakelola maupun oleh penyediaan barang dan jasa
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam mensukseskan
pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pelayanan publik baik pusat
maupun daerah. Tujuan pengadaan barang/jasa terdapat dalam Perpres No. 16 tahun
2018
Ruang lingkup pengadaan barang dan jasa meliputi :
- Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementrian / Lembaga / Perangkat Daerah
yang Menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD.
- Pengadaan barang/jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
yang Sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam negeri
dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
- Pengadaan barang/jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
termasuk yang sebagian atau seluruhnya di biayai dari pinjaman luar negeri atau
hibah luar negeri
Jenis barang dan jasa meliputi : barang, pekerjaan konstruksi,jasa konsultasi, jasa
lainnya.
Terdapat 2 cara pelaksanaan pengadan barang dan jasa yaitu : swakelola dan penyedia
Harga barang/pelayanan publik ditetapkan dari aturan yang biasa di pakai, yaitu dari
total biaya penyediaan barang/jasa. Tidak mengutamakan provit & lebih kepada
kesejahteraan masyarakat.
Harga dari barang/jasa yang dijual dapat langsung di tentukan dari besarnya biaya
dalam proses produksi/pelayanan jasa dan harga pasar. Mengutamakan provit &
harga harga bervariasi pada setiap customer ( masyarakat ).
Terdapat 2 metode pengadaan barang dan jasa, yaitu metode langsung ( Pengadaan
dengan metode penunjukan langsung tidak ada batasan maksimal nilai paket
pengadaan) dan metode lelang yang memiliki karakteristik yang telah disebutkan
pada bab 2
DAFTAR PUSTAKA
http://ariefendi2.blogspot.com/2015/02/penetapan-harga-pelayanan-barang-dan.html
https://wahyuhidayat600.wordpress.com/2014/05/30/makalah-penentuan-harga-barang-
publik/
https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/01/pengadaan-barang-dan-jasa.html?m=1
https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/02/22/jenis-jenis-pengadaan-barang-dan-
jasa-pemerintah/
https://www.khalidmustafa.info/2014/01/24/swakelola-atau-penyedia.php
https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/01/pengadaan-barang-dan-
jasa.html#:~:text=Tujuan%20Pengadaan%20Barang%20dan
%20Jasa&text=Meningkatkan%20penggunaan%20produksi%20dalam
%20negeri,pemanfaatan%20barang%2Fjasa%20hasil%20penelitian.