Anda di halaman 1dari 58

Dosen : Iskandar Zulkarnaen, S.Kep., Ns.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULAR (HIPERTENSI)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Risky Wulandari Rahmola (21806062)
Muhammad Nur Hatan (21806051)
Nursyafika (21806054)
Lady Pasanea (21806047)
Resty Enjelia Ibrahim (21806060)
Defilince (21806037)
Mohammad Irfani Rahayaan (21806050)
Keperawatan B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR
2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak nikmat-
Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas dengan judul Asuhan
keperawatan pada Hipertensi. Adapun tujuan penyusunan tugas ini kami buat dalam rangka
memenuhi salah satu tugas pembuatan Askep mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan
pastinya mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.

Makassar, 1 Desember 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
A. Pengertian.................................................................................................................3
B. Jenis Hipertensi........................................................................................................3
C. Klasifikasi................................................................................................................4
D. Epidemiologi dan Faktor Risiko Hipertensi.............................................................5
E. Etiologi.....................................................................................................................8
F. Patofisiologi.............................................................................................................8
G. Manifestasi Klinis....................................................................................................9
H. Komplikasi...............................................................................................................9
I. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................10
J. Penatalaksanaan ....................................................................................................10
K. Asuhan Keperawatan menurut Teori.....................................................................12
L. Pathway .................................................................................................................19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................21
A. Kasus......................................................................................................................20
B. Pengkajian..............................................................................................................21
C. Klasifikasi Data......................................................................................................28
D. Analisa Data...........................................................................................................29
E. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................32
F. Rencana Asuhan Keperawatan...............................................................................34
G. Implementasi Keperawatan....................................................................................38
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................53
A. Kesimpulan............................................................................................................53
B. Saran.......................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................54

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik pada seseorang > 140/90
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istrahat/Tenang. Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga
setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. (Kemenkes RI, 2013)
Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan Utama.
Jumlah penderita hipertensi dalam tiap tahunnya mengalami peningkatan, saat ini
diperkirakan jumlah penderita hipertensi di dunia sekitar 970 juta. Data World Health
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 miliar orang didunia
menyandang Hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang didunia terdiagnosis hipertensi dan
diprediksi pada tahun 2025 jumlah ini akan meningkat sampai dengan 1,56 miliar
penduduk didunia yang akan menderita hipertensi. secara keseluruhan, penyakit ini
dapat terjadi laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang sama. Akan tetapi jika
dilihat dari usia, jumlah hipertensi akan meningkat sesuai dengan peningkatan umur
seseorang. Pada usia kurang dari 45 tahun, hipertensi banyak diderita oleh laki-laki
dibanding dengan perempuan. Sedangkan pada usia lebih dari 65 tahun prevalensinya
banyak terjadi pada perempuan. (WHO, 2015).
Di indonesia, berdasarkan pada hasil Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013 didapatkan bahwa
prevalensi hipertensi pada penduduk diindonesia umur ≥18 tahun berdasarkan hasil
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4% dan berdasarkan hasil pengukuran tekanan
darah sebesar 25,8%. (Kemenkes RI, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh Tingkat hipertensi tertinggi berdasarkan hasil
diagnosis tenaga kesehatan terjadi diprovinsi Sulawesi Selatan 20,9%. dan
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah terjadi di provinsi kepulauan Bangka
Belitung sebesar 30,9%. Menurut data kabupaten/Kota prevalensi tertinggi
dikabupaten soppeng. (Depkes, 2016)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
2. Faktor resiko apa yang dapat menyebabkan hipertensi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit hipertensi ?
4. Komplikasi penyakit apa saja yang terjadi akibat hipertensi?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit hipertensi?
6. Bagaimana Asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada Tn “D” penderita
hipertensi dengan gangguan sistem Kardiovaskular?

1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui penyakit hipertensi dan mendapatkan gambaran secara umum
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Tn “D” dengan Hipertensi.
2. Mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada pasien Tn “D”
dengan Hipertensi.
3. Mampu menyusun rencana keperawatan Rencana Keperawatan pada
pasien Tn “D” dengan Hipertensi.
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan dan menyusun Evaluasi
Keperawatan pada pasien Tn “D” dengan Hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Berdasarkan teori Joiyce M. Blak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan
darah baik diastolik maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi
dapat terjadi secara esensial (primer, idiopatik) dimana dimana faktor penyebab tidak
dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang diderita.
Hipertensi primer terjadi sebesar 90-95% kasus dan cenderung bertambah seiring
dengan waktu, faktor risiko meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai, dan merokok.
Hipertensi sekunder cenderung muncul secara tiba-tiba dan menyebabkan kenaikan
tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer penyebabnya antara
lain penyakit ginjal, tumorkelenjar adrenal, koarktasio kongenital dan obstructive
sleep apnea. (Joyce M. Black, 2014).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,
sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia.Hipertensi arterial,
disederhanakan dengan sebutan, tekanan darah tinggi. didefinisikan sebagai elevasi
persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan
tekanan darah distolik ( TDD) pada level 90 mm Hg atau lebih. Hipertensi esensial
pada mayoritas terbesar kasus-kasus hipertensi . disebutkan pasien – pasien ini
dikatakan menderita hipertensi esensial .secara teoritis hipertensi dapat terjadi dapat
tejadi karena peningkatan curah jantungdan /atau resistensi perifer [ karena TD =
( CO/ CURAH curah jantung * RP/ resistensi perifer )] .Namun
demikian ,peningkatan curah jantung sebagai penyebab hipertensi esensial sangat
jarang terjadi .keadaan ini dapat terlihat pada beberapa pria muda dan ditandai oleh
hipertensi sistolik, takikardia serta palpitasi yang semuanya indikator untuk
overstimulasi simpatik. ( R.K Marya, 2013)

B. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Jenis hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui ini disebut dengan
hipertensi primer. Lebih dari 90% penderita hipertensi merupakan hipertensi
primer. Hipertensi jenis ini dimungkinkan akibat peran dari genetik seseorang.
Sehingga upaya tatalaksana pada pasien dengan hipertensi primer lebih kearah
pengontrolan gaya hidup sehari-hari maupun pengguaan obat-obatan.
b. Hipertensi Sekunder
Salah satu cotnoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis.Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baro resepter ginjal, perangsangan pelepasan
renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan TPR, dan secara tidak langsung dengan meningkatkan sintesis
aldosteron dan reapsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan
kembali normal.

3
Penyebab lain dari hipertensi sekunder antara lain adalah feokromositoma,
yaitu tumor penghasil epinerfin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan TPR karena hipersensitivitas sistem saraf simpatis.
Aldosteronisme primer ( peningkatan aldosteron tanpa diketahui
penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga
dianggap sebagai hipertensi sekunder.
Penyebab hipertensi sekunder dalam penggunaan obat-obatan dan lainnya
meliputi:
 Obat golongan NSAIDs (Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs) :
Ibuprofen, maproxen.
 Penggunaan Pil KB
 Obat golongan dekongestan : pseudoefedrin, phenylephrine
 Kokain
 Amfetamin
 Kortikosteroid : prednisolon, methylprednisolon, dexamethason,
hydrokortison.
 Makanan tinggi Sodium
 Alkohol.
c. Hipertensi pada Kehamilan.
Hipertensi pada wanita hamil berisiko untuk ibu dan janinnya. Empat kategori
hipertensi pada kehamilan telah diidentifikasi oleh national institutes of health
working group on high blood pressure in pregnancy. Hipertensi gestasional,
hipertensi kronis, preeklams-eklamasi, dan preeclampsia superimposed pada
hipertensi kronis.
Hipertensi gestasional adalah jenis sekunder karena, berdasarkan definisi,
peningkatan tekanan darah (≥140mmHg pada sistolik >90 mmHg pada
diastolic) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita nonhipertensi
sebelumnya, dan membaik dalam 12 minggu pasca partum. Hipertensi
Gestasional tampaknya terjadi akibat kombinasi dari peningkatan curah
jantung dan peningkatan TPR. Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu
pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk dalam
kategori hipertensi kronis.

(Elizabeth, J. Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi)

C. Klasifikasi
Seseorang dapat didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan pada pengukuran
tekanan darah minimal dua kali atau lebih pada kunjungan minimal dua kali atau
lebih. Berdasarkan pada join national communitte 8 (JNC 8). Klasifikasi tekanan
darah terbagi menjadi normal, prehipertensi, hipertensi tahap 1 dan hipertensi tahap 2.

4
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8 :
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistole Diastole
Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi tahap I 140-159 atau 90-99

Hipertensi tahap II ≥160 atau ≥100

( JNC, 2018. Organ System : Visual Nursing Kardiovaskular )


Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO :

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistole Diastole
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi 140-159 90-99
Ringan) 140-149 90-94
Sub-Group: Perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi ≥180 ≥110
Berat)
Hipertensi Sistol ≥140 <90
terisolasi (Isolated
systolic hypertension)
Sub-Group: Perbatasan 140-149 <90
( World Health Organization , 2018)
D. Epidemiologi dan Faktor Risiko Hipertensi
Hipertensi primer mencakup lebih dari 90% dari keseluruhan kasus hipertensi.
Kurang dari 5-8% klien hipertensi dewasa memiliki hipertensi sekunder;
bagaimanapun juga, terlepas dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat dari
serangkaian faktor-faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor risiko digolongkan
menjadi yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Edukasi dan perubahan gaya
hidup ditunjukan pada faktor-faktor yang dapat diubah.
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktoria-yaitu, pada seorang
dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi
dengan lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan
darah naik dari waktu ke waktu. Kecenderungan genetis yang membuat
keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi mungkin
berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan
penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih sering ditemukan pada

5
orang berkulit hitam. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi
berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usi muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia; 50-60% Klien yang berumur lebih
dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Penelitian epidemiologi, bagaimanapun juga, telah menunjukan
prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya mulai pada
usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang
yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan hampir 24% dari semua orang
terkena pada usia 80 tahun. Di antara orang dewasa, pembacaan TDS
lebih baik daripada TDD karena merupakan prediktor yang lebih baik
untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung
koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis Kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria
dan wanita hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun; kemudian,
setelah usia 74 tahun, wanita berisiko lebih besar.
4) Etnis
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada
wanita berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada
angka 4,7%; pria berkulit putih pada tingkat terendah berikutnya yaitu
6,3%, dan pria berkulit hitam pada tingkat terendah berikutnya yaitu
22,5%; angka kematian tertinggi pada wanita berkulit hitam pada
angka 29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi diantara orang
berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan
dengan kadar renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar
terhadap vasopresin, tingginya asupan garam, dan tingginya stres
lingkungan.
b. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah
1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipatan pada klien
diabetes menurut beberapa studi penelitian terkini. Diabetes
mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh karena itu hipertensi akan
menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun diabetesnya
terkontrol dengan baik. Ketika seorang kliendiabetes didiagnosis
dengan hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut
harus benar-benar individual dan agresif.
2) Stres
Stres meningkatkan resistansi vaskular perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke swaktu
hipertensi dapat berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara,
infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin,
trauma, pengerahan tenaga berkepanjangan, respons pada peristiwa

6
kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan, penyakit pembedahan dan
pengobatan medis dapat memicu respons stres. Rangsangan berbahaya
ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat menyebabkan
bahaya; kemudian, sebuah respons psikopatologis “melawan-atau-lari”
(fight or flight) diprakarsai didalam tubuh. Jika respons stres menjadi
berlebihan atau berkepanjangan, disfungsi organ sasaranatau penyakit
akan dihasilkan. Sebuah laporan dari lembaga Stress Amerika
(American Institute of Stress) memperkirakan 60% sampai 90% dari
seluruh kunjungan perawatan primer meliputi keluhan yang
berhubungan dengan stres. Oleh karena stres adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stresor dan respons stres.
3) Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk “apel”),
dengan meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan
perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan
kelebihan berat badan tetapi mempunyai kelebihan paling banyak
dipantat, pinggul, dan paha (tubuh berbentuk “pear”) berada pada
risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi sekunder
daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan
faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan risiko hipertensi.
4) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena
hipertensi akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin
menjadi penyebab pencentus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi
garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang
berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan
darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vasopresor di
dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukan bahwa
asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalagunaan Obat
Merokok sigares, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi.
Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti
kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung;
namun bagaimananpun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut
meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu. Kejadian
hipertensi juga tinggi di antara orang yang minum 3 ons etanol per
hari. Pengaruh dari kafein adalah kontrovesial. Kafeinmeningkatkan
tekanan darah akut tetapi tidak menghasilkan efek berkelanjutan.
(Jane H. Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah)

7
E. Etiologi
Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup,
dan TPR, Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi.Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan
saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA.Peningkatan volume
plasma direfleksikan dengan peningkatan volume diastolik aktif sehingga volume
sekuncup dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolik akhir
dihubungkan dengan peningkatan preload jantung. Peningkatan preload biasanya
berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan.
Selain peningkatan asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan
aldesteron atau penurunan aliran darah keginjal juga dapat mengganggu pengendalian
garam dan air.
Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf
simpatis atau hormon pada arteriol, atau resposivitas yang berlebihan dari arteriol
terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat, dan
dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah
melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan pada
afterload jantung, dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen ventrikel
semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah leb ih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang
disebutkan diatas dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)

F. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh daraf terletak
di pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah dan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Meningkatnya tekanan
darah dapat menyerang beberapa organ tubuh diantaranya Otak. Meningkatnya
tekanan darah menyebabkan suplai O2 menurun sehingga akan terjadi spasme otot
pada otak. Peningkatan tekanan darah juga menyebabkan terjadinya perubahan
vaskuler retina yang menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan

8
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu
vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan
intravaskuler.
(Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular)
G. Manifestasi Klinis
Hipertensi sering disebut dengan “silent killer” karena sering tidak memunculkan
tanda dan gejala pada seseorang, sering kali seseorang tidak merasakan gejala yang
muncul ketika mereka mengalami peningkatan tekanan darah, meskipun peningkatan
tekanan darahnya sudah sangat tinggi sehingga mereka tidak mengetahui jika mereka
sudah hipertensi, akan tetapi beberapa penderita hipertensi merasakan gejala yang
muncul antara lain:
 Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
 Terjadi perdarahan pada hidung.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
 Kenaikan Tekanan darah dari normal.
 Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
 Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
(Muttaqin, Arif. 2009)
H. Komplikasi
1. Stroke, dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi diotak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Strok dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak
yang di perdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat
melemah sehingga meingktakan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokard, dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokard atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi
kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak
dapat di penuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal, dpaat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke
unit fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomelurus, protein akan
keluar melalui urine sehinggga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (Kerusakan otak), dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkatcepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

9
cairan keruang intertisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang, dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.

(Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pastikan adanya Hipertensi : Pemeriksaan TD berulang atau pencatatan
selama 24 jam.
2. Uji Labolatorium
Uji labolatorium yang digunakan dalam pemeriksaan hipertensi termasuk
jumlah sel darah lengkap, Urinealisis, penentuan kadar kalium dan kadar
natrum, kadar Glukosa darah, kadar serum Kolesterol, kadar serum kreatin.
3. Lakukan pemeriksaan kerusakan organ target :
1) Elektrokardiogram
Digunakan untuk menilai apakah terjadi komplikasi seperti infark
miokard akut atau gagal ginjal.
2) Doppler Perifer
Digunakan untuk melihat struktur pembuluh darah, misalnya pada
thombosis vena dalam dan penyakit perifer.
3) USG, Radiografi Dada dan Ecocardiography
Untuk mencari massa ventrikel jantung dan fungsi Ginjal.
(Black, Joyce M . 2014. Keperawatan Medikal Bedah).
J. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan bagi klien hipertensi adalah mecegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah
140?90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
1. Terapi Nonfarmakologis (Modifikasi Gaya Hidup)
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
meliputi hal-hal dibawah ini :
1) Teknik-teknik mengurangi stress.
2) Penurunan berat badan
3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau.
4) Olahraga/Latihan (Meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).
2. Terapi farmakologis
Obat-obat antihipertensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur
dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi dibagi menjadi lima kategori
berikut ini.
1) Diuretik, Obat jenis diuretik yang biasa digunakan sebagai
antihipertensi terdiri atas hidrokortiazid dan penghambat beta.

10
2) Menekan Simpatetik ( Simpatolitik), Penghambat adrenergik yang
bekerja di sentral simpatolitik. Penghambat adrenergik alfa, dan
penghambat neuron adrenergik di klasifikasikan sebagai penekan
simpatetik, atau simpatolitik, penghambat adrenergik beta yang
dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta.
Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan
aliran darah ke ginjal. Obat-obatan golongan ini meliputi metildopa,
klinidin, guanabenz, dan guanfasin. yang di konsumsi untuk
mengontrol hipertensi.
3) Antagonis kanal kalsium (calcium channel), Vasodilator yang
menurunkan TD. Nifedipin (kemungkinan amlodipin) menyebabkan
takikardia refleks kecuali bila diberikan juga penghambat beta.
Diltiazem dan verampil menyebabkan bradikardia, yang bermanfaat
bila ada kontraindikasi penghambat beta.
(Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular)

11
K. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI
1. Hipertensi
a. Pengkajian
1) Pengukuran tekanan darah
Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral yang
sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang
rutin (Smeltzer & Bare, 2013).
2) Riwayat
Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang
menunjukan apakah system tubuh lainnya telah terpengaruhi oleh
hipertensi. Meliputi tanda seperti :
a. Perdarahan hidung
b. Nyeri angina
c. Napas pendek
d. Perubahan tajam pandang
e. Vertigo
f. Sakit kepala (Nokturia)
(Smeltzer & Bare, 2013)
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan
karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi
terhadap jantung dan pembuluh darah perifer (Smeltzer & Bare, 2013)
Pemeriksaan fisik menurut (Doenges, 2009) yaitu :
A. Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek,gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
B. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula
episode palpitasi serta perspirasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan
tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnostik).
Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan regimen
obat.
Nadi : Denyut jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyut radialis atau brakhialis, denyut
(popliteal,tibialis posterior, dan pedalis) tidak teraba atau
lemah.
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
Frekuensui/irama : Takikardia, sebagai distrimia.
Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel
kiri). Murmur stenosis valvular.

12
Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigasterium
(stenosis arteri).
DVJ (distensi vena jugularis dan kogesti vena).
Ekstremitas : Perubahan warna kulit. Suhu dingin (vasokontriksi periver),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasocontriksi).
C. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stres meliputi (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya
sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan
peningkatan pola bicara.
D. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
E. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol, (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori.
- Mual dan muntah.
- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun).
- Riwayat penggunanan obat diuretik.

Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum
atau tertentu), kongesti vena, DVJ, dan glikosuria (hampir 10% pasien
hipertensi adalah diabetik).
F. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
G. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angin (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah0.
Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen atau massa.
H. Pernapasan
Secara umum gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonall tahap
lanjut dari hipertensi menetap atau berat.

13
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal. Batuk dengan atau tanpa
pembentukan spuntum. Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi atau penggunan otot aksesori pernafasan Bunyi napas
tambahan (krakles/mengi), sianosis.
I. Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar.
Gejala : episode parestesia unilateral transient. Hipotensi potural.
J. Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga seperti hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, dan penyakit serebrovaskular
atau ginjal. Penggunaan pil KB atau hormon lain dan penggunaan
obat atau alkohol.

C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi menurut (Doenges, 2009)
Sebagai berikut :
1. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral, Vasokonriksi,Spasme otot pada otak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard.
3. Nutrisi yang tidak seimbang : Lebih dari yang diperlukan tubuh berhubungan
dengan tingginya asupan natrium, lemak dan total kalori.
4. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake tidak adekuat.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum.
6. Risiko Kekambuhan/Kepatuhan program perawatan diri yang berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan, aturan penanganan dan kontrol proses penyakit.
(Doenges, 2009)

D. Intervensi dan rasional


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Vasokonriksi,Spasme otot pada otak.
Tujuan : Mengurangi tingkat nyeri.
KH : mampu mengontrol nyeri, Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
Intervensi :
 Lakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 tingkatkan istirahat
 kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

14
Rasional :
 Untuk mengetahui penyebab nyeri
 Teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien.
 Dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
 Mengetahui perubahan tingkat nyeri.
 Istrahat dapat mengurangi intensitas nyeri
 Kolaborasi dengan dokter dilakukan apabila tindakan nyeri yang
dilakukan tidak berhasil.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,


vasokontriksi, iskemia miokard.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
KH : Klien ikut serta dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah,
memperlihatkan norma dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.
Intervensi :
 Pantau TTV terutama Tekanan darah klien
 Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
 Berikan lingkungan tenang, nyaman dan kurangi aktivitas.
 Pantau edema
 Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
 Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Rasional :
 Perbandingan dari tekanan yang meningkat adalah gambaran dari
keterlibatan vaskuler.
 S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertrofi ventrikel
dan kerusakan fungsi dan mengidentifikasi terjadinya gagal jantung
kronik.
 Untuk mengidentifikasi adanya dekompensasi/ penurunan curah
jantung.
 membantu meningkatkan relaksasi
 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler
 Menurunkan rangsangan yang dapat menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga menurunkan tekanan darah.
 Kolaborasi pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi untuk
menurunkan hipertensi.

15
3. Nutrisi yang tidak seimbang : Lebih dari yang diperlukan tubuh berhubungan
dengan tingginya asupan natrium, lemak dan total kalori.
Tujuan : Modifikasi diet khusus termasuk pembatasan natrium, lemak, dan
kalori.
KH : Menunjukan pengetahuan terhadap rejimen gizi yang dibuktikan
dengan menggambarkan modifikasi diet khusus ( termasuk
pembatasan natrium, lemak dan kalori ) dan menjelaskan alasan
alasan mereka (penurunan kadar natrium dalam urine dan kolestrol
darah, penurunan berat badan).
Intervensi :
 Kaji asupan pola makan
 Anjurkan klien untuk mengonsumsi makanan yang rendah garam,
kalori, kolesterol, dan lemak jenuh.
 diskusikan program diet yang diresepkan dengan anggota keluarga
yang menyediakan makanan.
 Lakukan pendekatan individual yang tinggi terhadap konseling diet.
Rasional :
 Mengetahui asupan Pola makan klien
 Agar klien dapat mengonsumsi makanan yang dapat mengurangi risiko
timbulnya hipertensi.
 Agar keluarga klien mampu memenuhi kebutuhan klien terutama
dalam pemberian makanan sesuai yang diresepkan.
 Pendekatan individual yang tinggi terhadap konseling diet sangat
penting bagi kepatuhan dan ketaatan klien.

4. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Intake tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi, Peningkatan nafsu makan
KH :Nutrisi klien terpenuhi dan Nafsu makan dapat meningkat,
Timbang BB.
Intervensi :
 Kaji Ulang Pola Makan Klien
 Motivasi Klien untuk makan
 Kolaborasi dengan Tim Gizi dalam pemenuhan Nutrisi bagi Klien
Rasional :
 Untuk mengetahui pola makan klien
 pemberian motivasi kepada klien penting agar klien mampu menerima
dan melakukan apa yg dianjurkan perawat/dokter.
 Kolaborasi dengan tim gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan klien.

16
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik.
Tujuan :Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
KH : Aktivitas dapat dilakukan sendiri secara optimal
Intervensi :
 Kaji Tingkat aktivitas Klien
 Dorong aktivitas kreatif yang tepat
 Bantu dalam aktivitas dan anjurkan untuk beraktifitas sesuai
kemampuan
 Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan.
 Kaji tanda-tanda Vital
Rasional :
 Mengetahui tingkat aktivitas klien
 Aktifitas yang tepat dapat meningkatkan kekuatan.
 Agar klien dapat mengetahui dan dapat melakukannya sendiri.
 Agar keluarga dapat memabntu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
 Perubahan tanda-tanda vital untuk mengetahui Kekuatan Klien.

6. Risiko Kekambuhan/Kepatuhan program perawatan diri yang berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan, aturan penanganan dan kontrol proses
penyakit.
Tujuan :Tidak terjadinya Peningkatan tekanan darah dan terpenuhinya
pengetahuan tentang program pengobatan dan kontrol penyakit.
KH : Klien mampu menjelaskan faktor-faktor yang meningkatkan tekanan
darah.
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal.
 Diskusikan dengan klien mengenai jenis makanan rendah garam dan
rendah lemak.
 Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko kambuh seperti rokok, konsumsi garam dan
berlebihan, stress.
 Berikan dukungan pada klien dan keluarga tentang pentingnya
program pemeliharaan tekanan darah.
 Pantau TTV terutama tekanan darah dan denyut nadi setelah klien
meminum obat antihipertensi.
Rasional :
 Diharapkan dapat mempermudah menerangkan penyakitnya.
 Diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan rendah
garam dan rendah lemak untuk mengurangi risiko kambuh.
 Agar klien dapat menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan
risiko kambuh dan keluarga dapat memberikan lingkungan yang
mendukung penyembuhan.

17
 Dukungan yang baik akan meningkatkan kemauan klien dan keluarga
untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah.
 Efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah
dan denyut nadi yang diinginkan.
(Arif Muttaqin, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular)

18
PATHWAY

Faktor Penyebab Hipertensi


(Gaya hidup, Merokok, Obesitas, Faktor Emosional, Penyalahgunaan
Obat-obatan)

Impuls Saraf simpatis ke Ganglia Simpatis

Neuron preganglion melepaskan asetilkolin

Merangsang serabut saraf dan


Melepaskan Norepineprin

Vasokontriksi

Peningkatan Tekanan Perifer

Peningkatan Tekanan Darah

Respon Gi Tract Retina Pembuluh Darah Otak

Nausea,Vomitus Penekanan Saraf Vasokontriksi Suplai O2


penglihatan menurun
Anoreksia afterload meningkat
Perubahan Vaskular retina Spasme
Otot
KETIDAKSEIMBANGAN COP
NUTRISI RISIKO CEDERA NYERI

Suplai darah yang membawa


nutrisi ke Jantung menurun
INTOLERANSI
AKTIVITAS
Lemah

PENURUNAN CURAH
JANTUNG

19
KASUS HIPERTENSI
Tn. “D” umur 43 tahun, beragama islam, nomor rekam medik : 343873, jenis kelamin : laki-
laki. Masuk dari IGD pada tanggal 29 november 2016 dengan diagnosa medis hipertensi.
Tanggal dilakukan pengkajian 29 november 2016. Klien masuk rumah sakit dengan keluhan
pusing, leher tegang, dan nyeri kepala, skala nyeri 4-6 (sedang) sejak 3 hari yang lalu. Saat
dilakukan pengkajian klien tampak lemah, klien tampak pusing dan menutup matanya.
Sesekali klien meringis. Klien mengatakan sangat pusing dan nyeri jika beraktifitas, dan
keluhan klien berkurang saat klien beristirahat. TTV, TD : 190/110 mmhg, N : 86x/i, S :
36,50c, P : 22x/i.
Pemeriksaan penunjang :
WBC : 11,0 103/µL, RBC : 2,49 103/µL, HB : 12 g/dL, HCT : 19,8 %, PLT : 138 10 3 u/L,
kolesterol : 135 mg/dL, kolesterol HDL : 21 mg/dL, triglesirida : 173 mg/dL.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
1. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Tn “D”
Umur : 43 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Maccini Raya
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
No. Rekam Medik : 343873
Tanggal Masuk : 29 November 2016
Tanggal Pengkajian : 29 November 2016
Diagnosa Medis : Hipertensi
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny “ N”
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan Klien : Istri

B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan Utama : Pusing
2. Riwayat Keluhan Utama :
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan pusing, leher tegang dan nyeri
kepala, Skala nyeri 4-6 (Sedang) sejak 3 hari yang lalu. Saat dilakukan
pengkajian klien tampak lemah, klien tampak pusing dan menutup matanya.
Sesekali klien meringis. Klien mengatakan sangat pusing jika beraktifitas, dan
keluhan klien berkurang saat klien beristirahat. TTV, TD : 190/110mmHg, N :
86x/menit, S : 36,5ºC, P : 22x/menit.
3. Riwayat Penyakit :
P : Kepala
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Nyeri kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 4-6 (Sedang)
T : Hilang timbul, Durasi 1-2 menit.

C. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Penyakit yang pernah dialami :Klien mengatakan belum pernah sakit sebelumnya.
Pengobatan yang pernah dilakukan :Belum pernah ada pengobatan yang dilakukan.
Riwayat Perawatan :Klien belum pernah dirawat di RS.

21
Riwayat Alergi :Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Operasi :Klien mengatakan tidak pernah di Operasi.

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Genogram

X X X X

? ? ?
X
43 30

? ?

Keterangan:
: laki-laki : garis keturunan

: perempuan : klien

: garis perkawinan : Tinggal Serumah

G1 : Orang tua dari Ayah dan Ibu klien telah meninggal dunia karena faktor usia.
G2 : Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang menderita penyakit
hipertensi.
G3 : klien memiliki 2 orang anak yaitu laki-laki dan perempuan dalam keadaan
sehat.

E. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. Pola Koping
Klien gelisah tentang penyakitnya, dalam mengambil keputusan, dibantu oleh
istrinya dan keluarga
2. Harapan Klien tentang penyakitnya
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumahnya
3. Faktor Stressor
Klien mengatakan stres
4. Konsep Diri
a. Gambaran Diri :Klien adalah Ciptaan Tuhan Yang Maha esa
b. Ideal Diri :Klien sangat berharap cepat sembuh dari penyakitnya
c. Harga Diri :Klien ingin dihargai dan disayangi sebagai manusia walaupun
dalam keadaan sakit.
d. Peran Diri :Klien berperan sebagai tulang punggung keluarga
e. Identitas Diri :Klien adalah seorang laki-laki

22
5. Pengetahuan Klien tentang penyakitnya
Klien mengatakan mengetahui penyakitnya tetapi tidak mampu untuk
mengatasinya.
6. Adaptasi
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter, dan orang-orang disekitarnya.
7. Hubungan dengan Keluarga
Hubungan Klien dengan kedua orang tua, istri, dan keluarganya harmonis
8. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara
Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara baik
10. Aktivitas Sosial
Klien aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
11. Bahasa yang sering digunakan
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dana bahasa Daerah
12. Keadaan lingkungan
Aman dan terjangkau
13. Kegiatan Keagamaan
Klien taat Beribadah
14. Keyakinan tentang Kesehatan
Klien yakin sakit yang dideritanya pasti sembuh

F. KEBUTUHAN DASAR/ POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Makan
Sebelum masuk Rumah Sakit
 Frekuenzi : 3 kali sehari
 Pola makan/komposisi :Nasi,Sayur,Lauk-pauk,Buah
 Makanan yang disukai :Gorengan
 Makanan pantangan :-
 Nafsu makan :Baik.

Selama masuk Rumah Sakit

 Frekuenzi :1 kali Sehari, ½ porsi


 Pola makan/komposisi :bubur,lauk-pauk yang disediakan
 Nafsu makan :Kurang baik
2. Minum
Sebelum masuk Rumah Sakit
 Frekuenzi :6-8 gelas/hari
 Volume :1800-2000 cc/hari
 Minuman yang disukai : -
 Minuman Pantangan :-

23
Setelah masuk Rumah Sakit

 Frekuenzi :3-4 gelas/hari


 Volume :750-1000 cc/hari
 Diet RS :-
3. Tidur
Sebelum masuk Rumah Sakit
 Kebiasaan tidur Malam :23.00-06:00
 Kebiasaan tidur siang :tidak menentu, kadang baring-baring saja
 Lama tidur : kurang lebih 6 jam
Setelah Masuk Rumah Sakit
 Kebiasaan tidur malam :20:00-06:00
 Kebiasaan tidur siang :Jarang tidur siang
 Kesulitan tidur :bila pusing dan nyeri datang
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum masuk Rumah sakit
 Frekuenzi :1-2 kali sehari
 Konsistensi :Padat
 Warna :Kuning
 Bau :Khas

Setelah masuk Rumah Sakit

 Frekuenzi : 2 kali selama dirawat


 Konsistensi :BAB encer
5. Eliminasi urine BAK
Sebelum masuk Rumah Sakit
 Frekuenzi :3-4kali/hari
 Warna :Kuning Jernih
 Bau :Amoniak

Setelah Masuk Rumah sakit

 Frekuenzi :4-5 kali/hari


 Warna :Kuning pekat
 Bau :Amoniak
6. Aktivitas dan latihan
Sebelum masuk Rumah Sakit
 Pengalaman kerja : Buruh bangunan
 Lama kerja : 10 tahun terakhir

24
 Lama jam kerja : tidak menentu
 Jarak tempat kerja : 2 km
7. Personal Hygine
Sebelum Masuk Rumah Sakit
 Kebiasaan moral:mandi :1-3 kali sehari
 Mencuci rambut :tergantung kotor
 Memotong kuku :tergantung panjang
 Kerapian :rapi
 Penampilan :sesuai usia
 Hambatan :-

Setelah masuk Rumah Sakit

 Kebiasaan mandi :1 kali sehari


 Mencuci rambut : tidak pernah
 Memotong kuku :tidak pernah

G. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : Lemah
Kelemahan : Klien tampak lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5H6)
Tanda-tanda vital : TD : 190/110 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,50C
P : 22x/menit

B. Pengkajian head to toe


 Kepala
Inspeksi : rambut tampak bersih, hitam, penyebaran rambut merata, tidak
tampak benjolan di kepala dan bentuk kepala mesochepal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba danya massa.

 Mata
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan dan konjungtiva merah muda
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.
 Hidung
Inspeksi :hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba benjolan.

25
 Telinga
inspeksi :simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
palpasi : tidak nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.
 Mulut dan gigi
Inspeksi :jumlah gigi lengkap, tidak tampak adanya peradangan pada gusi,
bibir sisnosis.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.
 Leher
Inspeksi :tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak Nampak
adanya pembesaran vena jugularis, tidak ada luka sekitar leher.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan.
 Dada
Inspeksi :bentuk dada normal, gerkan dada mengikuti irama pernafasan.
Palpasi :Tidak tampak adanya nyeri tekan
Perkusi : hipersonor.
Auskultasi :Suara nafas normal,tidak suara nafas tambahan.
 Abdomen
Inspeksi : Nampak kulit sama d engan sekitarnya
Palpasi : tidak ada nyerei tekan, tidak teraba adanya benjolan.
Perkusi :bunyi timpani.
 Genitalia
Tidak dikaji bagian Genitalia
 Ekstremitas atas dan bawah
Massa otot : kenyal
Tonus otot : aktif
Kekuatan otot : 4 4

3 3

Keterangan :
0 : Lumpuh Total
1 : Tidak ada gerakan, teraba/ terlihat.
2: Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi (hanya
bergeser).
3: Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan
pemeriksa.
4: Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang.
5: Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal.

26
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


WBC 11,0 10 /µL
3
3,5-10,0103/µL
RBC 2,49 103/ µL 3,80-5,80 103/ µL
Hemoglobin (HB) 12g/dL 13,2-17,3 g/dL
HCT 19,8% 35,0-50,0 %
PLT 138 10 u/L
3
150-450 103u/L
Kolesterol 135mg/dL < 200 mg/dL
Kolesterol HDL 21mg/dL > 60 mg/dL
Triglesirida 173mg/Dl < 200 mg/Dl

I. TERAPI
Infus RL 20gtt/i
dexametazone 5mg/8 Jam
Cefriaxone 1 gr/12 Jam
Carnevit 1 vial/24 Jam
Pemberian obat oral Angioten 1 Tablet 50mg

27
KLASIFIKASI DATA

No Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan nyeri pada kepala. 1. Nyeri bagian kepala (pusing)
2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan 2. Ekspresi tampak meringis
seperti di tusuk-tusuk. 3. Skala Nyeri 4-6 (Sedang)
3. Klien mengatakan Nyeri yang dirasakan 4. Klien tampak Lemah.
Hilang timbul dengan durasi 1-2 menit. 5. Klien tampak pusing dan menutup
Klien mengatakan pusing dan leher matanya.
4.
tegang. 6. TTV :
5. Klien mengatakan Sangat pusing pada TD : 190/110mmhg
saat beraktifitas dan berkurang pada N : 86x/menit.
saat istirahat. S : 36,5ºC
6. Klien mengatakan nafsu makan RR : 22x/menit.
menurun. 7. Makanan yang dihabiskan hanya ½
7. Istri klien mengatakan dahulu berat porsi.
badan klien 58kg. 8. Frekuensi cairan 750-1000cc/hari.
8. Klien mengatakan Gelisah. 9. Frekuensi BAK 4-5 kali/hari
10. Frekuensi BAB 2 Kali selama dirawat.
11. BB : 51 Kg
TB : 168 Cm
IMT : 18,2 Kg/m2
Hb :12g/dL
12. Klien tampak Bingung.
13. Klien selalu bertanya tentang
penyakitnya.
10. Klien tampak Pucat

28
ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Vasokontriksi Nyeri
 R:
Klien mengatakan Peningkatan tekanan Perifer
Nyeri pada bagian
Kepala . Peningkatan Tekanan darah
 Q:
Klien mengatakan Otak.
nyeri yang dirasakan
Retensi pembuluh darah
seperti di tusuk-tusuk.
otak meningkat
 T:
Klien mengatakan Suplai O2 Menurun
Nyeri yang dirasakan
Hilang timbul dengan Terjadi spasme Otot
durasi 1-2 menit.
 P: Nyeri
Klien mengatakan
pusing dan nyeri pada
saat beraktivitas.
 Klien mengatakan
pusing dan leher
tegang.
DO :
 Ekspresi wajah
Meringis.
 S:
Skala Nyer 4 (1-10)
 TTV :
TD : 190/110 mmhg
N : 86x/menit.
S : 37ºC
RR : 22x/menit.
2. DS : Peningkatan Tekanan darah Ketidakseimbangan
 Klien mengatakan nutrisi kurang dari
nafsu makan menurun. Respon Gi Tract kebutuhan tubuh.
 Istri klien mengatakan Meningkat
dahulu berat badan
klien 58kg. Nausea, Vomitus
DO :
Anoreksia
 Makanan yang
dihabiskan hanya ½
Ketidakseimbangan
porsi.
Nutrisi
 Frekuensi cairan 750-
1000cc/hari.

29
 Frekuensi BAK 4-5
kali/hari
 Frekuensi BAB 2 Kali
selama dirawat.
 BB : 51 Kg
TB : 168 Cm
IMT : 18,2 Kg/m2
Hb : 12g/dL
 Klien tampak Lemah
3. DS : Penurunan Curah
 Klien mengatakan Peningkatan Tekanan darah. Jantung
pusing.
 Klien mengatakan Pembuluh darah Koroner
Sangat pusing pada
Vasokontriksi
saat beraktifitas dan
berkurang pada saat Afterload Meningkat
istirahat.
 Klien mengatakan COP Menurun
merasa gelisah.
Suplai darah yang membawa
DO :
O2 Menrun
 Klien tampak pusing
dan menutup matanya. Penurunan curah Jantung
 Klien tampak pucat.
 Hb : 12 g/dL
 TD : 190/110 mmhg
N : 88x/menit.
S : 37ºC
RR : 22x/menit.

4. DS : Intoleransi Aktivitas
 Klien mengatakan Peningkatan Tekanan Darah
pusing dan leher
Afterload meningkat
tegang.
 Klien mengatakan COP Menurun
Sangat pusing pada
saat beraktifitas dan Suplai darah yang membawa
berkurang pada saat O2 Dan nutrisi menurun
istirahat.
Lemah
DO :
 Klien tampak Lemah. Intoleransi Aktivitas

30
5. DS :. Peningkatan tekanan Darah Defisien
 Klien mengatakan Pengetahuan
tidak mengetahui Perubahan Status Kesehatan
penyebab dari
penyakitnya.
DO : Kurang Pengetahuan
 Klien tampak bingung.
 Klien selalu bertanya Defisien Pengetahuan
tentang penyakitnya.

31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera Biologis. Ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan Nyeri pada bagian Kepala
 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk.
 Klien mengatakan Nyeri yang dirasakan Hilang timbul dengan durasi 1-2
menit.
 Klien mengatakan pusing dan leher tegang.

DO :
 Ekspresi wajah Meringis.
 Skala Nyeri 4-6 (Sedang)
 TTV :
TD : 190/110 mmhg
N : 86x/menit.
S : 36,5ºC
RR : 22x/menit
2. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
tidak adekuat. Ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan nafsu makan menurun.
 Istri klien mengatakan dahulu berat badan klien 58kg.
DO :
 Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi.
 Frekuensi cairan 750-1000cc/hari.
 Frekuensi BAK 4-5 kali/hari
 Frekuensi BAB 2 Kali selama dirawat.
 BB : 51 Kg
TB : 168 Cm
IMT : 18,2 Kg/m2
Hb : 12g/dL
 Klien tampak Lemah.

3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, Vasokontriksi.


DS :
 Klien mengatakan pusing.
 Klien mengatakan Sangat pusing pada saat beraktifitas dan berkurang pada
saat istirahat.
 Klien mengatakan merasa gelisah.
DO :
 Klien tampak pusing dan menutup matanya.
 Klien tampak pucat.
 Hb : 12 g/dL
 TD : 190/110 mmhg
N : 88x/menit.

32
S : 37ºC
RR : 22x/menit.

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik. Ditandai dengan :


DS :
 Klien mengatakan pusing dan leher tegang.
 Klien mengatakan Sangat pusing pada saat beraktifitas dan berkurang pada
saat istirahat.
DO :
 Klien tampak Lemah.
 Klien tampak pusing dan menutup matanya.

5. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurangnya Informasi. Ditandai dengan :


DS :
 Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari penyakitnya.
DO :
 Klien tampak Bingung
 Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.

33
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan
N Diagnosa
O keperawatan NOC NIC Rasional
1 Nyeri Akut Tujuan : 1. kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
berhubungan 1x 24 Jam Klien dan intensitas dan
dengan adanya diharapkan nyeri. mengidentifikasi
sedikit atau 2. Kaji tanda- perubahan nyeri.
spasme otot
bahkan tidak tanda Vital. 2. Perubahan nyeri
ditandai dengan : menunjukan 3. Berikan tehnik berefek pada tanda-
DS : nyeri. pengalihan tanda vital.
 Klien KH : nyeri. 3. Agar klien tidak
mengatakan Kontrol nyeri 4. Evaluasi terlalu fokus pada
Nyeri pada 1. Mengenali keefektifan nyeri yang
bagian Kepala. kapan nyeri nyeri dan dirasakan.
terjadi dari meningkatkan 4. Untuk mengetahui
 Klien skala satu istirahat. tingkat perubahan
mengatakan menjadi 5. Kolaborasi nyeri., Istrahat
nyeri yang skala 3 pemberian dapat mengurangi
dirasakan 2. Menggambar Obat intensitas nyeri.
seperti di tusuk- kan factor Analgetik. 5. Obat analgetik
tusuk. penyebab dapat menurunkan
nyeri dari nyeri.
 Klien skala 1
mengatakan 3. nyeri
Nyeri yang terkontrol
dirasakan dari skala 1-
Hilang timbul skala 4.
dengan durasi
1-2 menit.
 Klien
mengatakan
pusing dan
leher tegang.
DO :
 Ekspresi wajah
Meringis.
 Skala Nyeri 4-6
(Sedang)
 Klien tampak
pusing dan
menutup
matanya.
 TTV :
TD : 190/110

34
mmhg
N : 86x/menit.
S : 36,5ºC
RR : 22x/menit

2 Ketidakseimbanga Tujuan : 1. Kaji Nutrisi 1. Membantu


n nutrisi Kurang Dalam 1x 24 klien mengkaji nutrisi
dari kebutuhan Jam Kebutuhan 2. Identifikasi klien.
tubuh nutrisi klien perubahan BB 2. Memantau
berhubungan dapat terpenuhi, terakhir. perubahan BB.
dengan Intake peningkatan 3. Atur diit yang 3. Untuk
tidak adekuat. nafsu makan, diperlukan. memperbaiki
Ditandai dengan: tidak terjadi 4. Jelaskan status gizi pasien.
DS : penurunan BB. kepada klien 4. Klien dapat
 Klien kemungkinan memahami
mengatakan KH : penyebab penyebab
nafsu makan Nutrition hilangnya hilangnya nafsu
menurun. Management nafsu makan. makan.
 Istri klien 1. Nafsu makan 5. Kolaborasi 5. Kolaborasi
mengatakan dapat dengan ahli dengan ahli gizi
dahulu berat meningkat gizi dalam untuk
badan klien 2. dapat menetapkan menentukan
58kg. menghabiska kebutuhan jumlah kalori dan
DO : n diit dari kalori harian nutrisi yang
 Makanan yang RS. dan jenis dibutuhkan klien.
dihabiskan Nutrition makanan yang
hanya ½ Monitoring sesuai dengan
porsi. Adanya klien.
 Frekuensi peningkatan BB.
cairan 750-
1000cc/hari.
 Frekuensi BAK
4-5 kali/hari
 Frekuensi BAB
2 Kali selama
dirawat.
 BB : 51 Kg
TB : 168 Cm
IMT : 18,2
Kg/m2
Hb : 12g/dL
 Klien tampak
Lemah.

3 Penurunan Curah Tujuan : 1. Monitor TD, 1. Perubahan TTV


Jantung Dalam 1 x 24 nadi, suhu dan berefek pada
berhubungan Jam Afterload RR. penurunan curah
dengan tidak meningkat, 2. Catat adanya jantung.
peningkatan tidak terjadi tanda dan 2. cardiac output

35
afterload, vasokontriksi, gejala akan sangat
Vasokontriksi, tidak terjad, penurunan berpengaruh
Iskemia Miokard. iskemia cardiac terhadap sistemik
ditandai dengan: miokard. output. tubuh, mencatat
DS : 3. Ajarkan klien untuk
 Klien KH : untuk memberikan
mengatakan 1. TTV dalam melakukan pengarahan
pusing. rentang tekhnik dalam melakukan
 Klien normal. relaksasi tindakan.
mengatakan 2. Dapat 4. Kolaborasi 3. Tehnik relaksasi
Sangat pusing mentoleransi pemberian dapat
pada saat aktivitas,tida kalsium memberikan rasa
beraktifitas dan k ada antagonis. tenang dan
berkurang pada kelelahan. mengurangi rasa
saat istirahat. 3. Tidak ada pusing yang
DO : penurunan dirasakan.
 Klien tampak Kesadaran. 4. Memenuhi
pusing dan kebutuhan klien
menutup atas
matanya. pengobatannya.
 Klien tampak
pucat.
 Hb : 12 g/Dl
 TTV :
TD : 190/110
mmhg
N : 86x/menit.
S : 36,5ºC
RR :22x/menit

4 Intoleransi Tujuan : 1.Monitor tanda- 1. Perubahan


Aktivitas Dalam 1 x 24 tanda vital. Tanda-tanda vital
berhubungan Jam Klien dapat 2.Dorong untuk mengukur
dengan kelemahan memenuhi aktivitas kreatif kekuatan klien.
fisik. ditandai kebutuhannya yang tepat. 2. Aktivitas yang
dengan : secara optimal 3.Jelaskan tepat dapat
DS : KH : kepada klien meningkatkan
 Klien Activity utuk kekuatan.
mengatakan Tolerance melakukan 3. Klien dapat
Sangat pusing 1. Menunjukan aktifitas memahami dan
peningkatan konsisten yang menerapkan
pada saat
toleransi sesuai dengan aktivitas yang
beraktifitas dan terhadap kemampuan perlu dilakukan
berkurang pada aktivitas. fisik, psikologi untuk membatasi
saat istirahat. 2. Aktivitas dan sosial. energi.
dapat 4.Kolaborasi 4. Program terapi
DO : dilakukan dengan ahli aktivitas dapat
 Klien tampak secara terapi okupasi, melatih

36
Lemah. mandiri. fisik. ketahanan otot.
Vital sign
1. TTV
Normal
2. Sirkulasi
status baik.

5 Defisien Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Proses


pengetahuan Dalam 1 x 24 pengetahuan pembelajaran
berhubungan Jam klien/ orang sangat
dengan kurangnya Pengetahuan terdekat dan dipengaruhi oleh
Informasi. manajemen kemampuan/ kesiapan fisik dan
Ditandai dengan: Hipertensi, kesiapan mental klien.
DS : Pengetahuan belajar klien. 2. Memberikan
 Klien proses penyakit. 2. Berikan informasi yang
mengatakan penekanan terlalu luas tidak
tidak KH : penjelasan lebih bermanfaat
mengetahui 1. Pasien dan faktor risiko dari penjelasan
penyebab dari keluarga dan gejala ringkas dan
penyakitnya. menyatakan penyakit. penekanan pada
DO : pemahaman 3. Melakukan hal-hal penting.
 Klien tampak tentang edukasi 3. Edukasi pada
Bingung penyakit, kepada klien klien bermanfaat
 Klien selalu Kondisi, mengenai dalam proses
bertanya prognosis dan proses perawatan,
tentang program penyakit, dengan adanya
Penyakitnya pengobatan. perawatan informasi klien
2. Pasien dan penyakit, dan akan mampu
keluarga terapinya. mengidentifikasi
mampu 4. Diskusikan masalahnya.
menjelaskan dengan 4. Perubahan gaya
kembali apa klien hidup yang sehat
yang /keluarga untuk mencegah
dijelaskan klien terhadap terjadinya
perawat/tim perubahan komplikasi
kesehatan. gaya hidup penyakit.
yang mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang
akan datang.

37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi (SOAP)
tanggal tindakan
keperawatan
29 1 08.00 1. kaji tingkat dan 29 november 2016
November intensitas nyeri. S:
2016 H/  Klien mengatakan
 Skala Nyeri merasakan nyeri.
4-6  Klien belum
 Nyeri Hilang
mampu mengontrol
timbul durasi
nyeri dan
1-2 menit.
melakukan
2. Kaji tanda-tanda
manajemen nyeri
Vital.
H/ TTV : yang ajarkan.
TD : 190/110  Klien merasa
mmHg pusing dan tegang
N : 86x/i bagian leher
S : 36,5°C
RR : 22x/i O:
3. Berikan tehnik  Skala nyeri 4-6
pengalihan (Sedang)
nyeri.  Nyeri hilang timbul
H/ Klien
durasi 1-2 menit.
mengatakan
merasakan nyeri.  Dilakukan
4. Evaluasi pemberian obat
keefektifan nyeri Analgetik.
dan  TTV :
meningkatkan TD : 190/110
istirahat. mmhg
H/ N : 86x/i
 Klien belum S : 36,5ºC
mampu RR : 22x/i.
mengontrol A:
nyeri dan Masalah Belum
melakukan Teratasi
manajemen P:
nyeri yang Lanjutkan
ajarkan. Intervensi
 Klien merasa 1,2,3,4,5
pusing dan 1. kaji tingkat dan
tegang bagian intensitas nyeri
leher 2. Kaji tanda-tanda
5. Kolaborasi Vital.
pemberian Obat 3. Berikan tehnik
Analgetik. pengalihan nyeri.

38
H/ Dilakukan 4. Evaluasi
pemberian obat keefektifan nyeri
analgetik. dan meningkatkan
istirahat.
5. Kolaborasi
pemberian Obat
Analgetik.
2 13.00 1. Kaji nutrisi S:
klien.  Klien mengatakan
H/ Klien tidak nafsu makan.
mengatakan  Klien tidak
tidak nafsu mengetahui
makan. penyebab dari
2. Identifikasi hilngnya nafsu
perubahan BB makan.
terakhir. O:
H/  BB : 51kg
 BB : 51kg TB : 168Cm
TB : 168Cm IMT: 18,2
IMT: 18,2 Kg/m2
Kg/m 2
 Pemasukan diit
3. Atur diit yang klien tidak teratur.
diperlukan.  Dilakukan
H/ Pemasukan kolaborasi dalam
diit klien tidak pemenuhan nutrisi.
teratur. A:
4. Jelaskan kepada Masalah Belum
klien Teratasi
kemungkinan P:
penyebab Lanjutkan
hilangnya nafsu Intervensi
makan. 1,2,3,4,5.
H/ Klien tidak 1. Kaji nutrisi klien.
mengetahui 2. Identifikasi
penyebab dari perubahan BB
hilngnya nafsu terakhir.
makan. 3. Atur diit yang
5. Kolaborasi diperlukan.
dengan ahli gizi 4. Jelaskan kepada
dalam klien kemungkinan
menetapkan penyebab
kebutuhan hilangnya nafsu
kalori harian makan.
dan jenis 5. Kolaborasi dengan
makanan yang ahli gizi dalam
sesuai dengan menetapkan
klien. kebutuhan
H/ Dilakukan
kolaborasi

39
dalam
pemenuhan
nutrisi.

3 1. Monitor TD, S:
nadi, suhu dan  Klien merasa
RR. pusing dan tegang
H/ TTV : pada leher
TD : 190/110  Klien tampak
mmHg lemah.
N : 86x/i  Klien mengalami
S : 36,5°C kesulitan dapat
RR : 22x/i menerapkan tehnik
2.Catat adanya relaksasi.
tanda dan gejal O:
penurunan  TTV :
cardiac output.
TD : 190/110
H/
mmHg
 Klien merasa
pusing dan N : 86x/i
tegang pada S : 36,5°C
leher RR : 22x/i
 Klien tampak  Pemberian kalsium
lemah antagonis untuk
3.Ajarkan klien menurunkan TD.
untuk melakukan A :
tekhnik relaksasi Masalah Belum
H/ klien Teratasi
mengalami P:
kesulitan dapat Lanjutkan
menerapkan Intervensi 1,2,3,4
tehnik relaksasi. 1. Monitor TD, nadi,
4.Kolaborasi suhu dan RR.
pemberian 2.Catat adanya tanda
kalsium dan gejala
antagonis. penurunan cardiac
H/ pemberian output.
kalsium 3.Ajarkan klien untuk
antagonis untuk melakukan tekhnik
menurunkan TD. relaksasi.
4.Kolaborasi
pemberian kalsium
antagonis.
4 1. Monitor tanda- S :
tanda vital.  Klien mengatakan
H/ TTV : belum mampu
TD : 190/110 melakukan
mmHg aktivitas sendiri

40
N : 86x/i  Klien tidak
S : 36,5°C memahami
RR : 22x/i mengenaik
2. Dorong aktifitas konsisten
aktivitas kreatif yang dijelaskan .
yang tepat. O:
H/ Klien  TTV :
mengatakan TD : 190/110
belum mampu mmHg
melakukan
aktivitas sendiri. N : 86x/i
3. Jelaskan kepada S : 36,5°C
klien untuk RR : 22x/i
melakukan  Dilakukan
aktivitas kolaborasi untuk
konsisten yang latihan ketahanan.
sesuai dengan A:
kemampuan Masalah Belum
fisik, psikologi Teratasi
dan sosial. P:
H/ Klien tidak Lanjutkan
memahami Intervensi 1,2,3,4
mengenai 1. Monitor tanda-
aktifitas tanda vital.
konsisten yang 2. Dorong aktivitas
dijelaskan. kreatif yang tepat.
4. Kolaborasi 3. Jelaskan kepada
dengan ahli klien untuk
terapi okupasi, melakukan
fisik. aktifitas konsisten
H/ Dilakukan yang sesuai dengan
kolaborasi kemampuan fisik,
untuk latihan psikologi dan
ketahanan. sosial.
4. Kolaborasi dengan
ahli terapi okupasi,
fisik.
5 1. Kaji tingkat S:
pengetahuan  klien dan keluarga
klien/ orang belum mengetahui
terdekat dan tentang penyakit
kemampuan/ klien dan
kesiapan bagaimana
belajar klien. penyebab dari
H/ klien dan penyakit tersebut.
keluarga belum  klien dan keluarga
mengetahui mampu
tentang memaparkan
penyakitnya penjelasan dari
dan bagaimana perawat/tim

41
penyebab dari kesehatan
penyakit  Klien memahami
tersebut. proses penyakitnya
2.Pasien dan dan belum mampu
keluarga.mamp melakukan
u menjelaskan perawatan
kembali apa penyakit.
yang dijelaskan
perawat/tim O:
kesehatan.  Klien mampu
H/ dengan hasil melakukan
klien dan perubahan gaya
keluarga hidup yang sehat.
mampu A:
memaparkan Masalah Belum
penjelasan dari Teratasi
perawat/tim P:
kesehatan Lanjutkan
3. Melakukan Intervensi 1,2,3,4
edukasi kepada 1. Kaji tingkat
klien mengenai pengetahuan
proses penyakit, klien/ orang
perawatan terdekat dan
penyakit, dan kemampuan/
terapinya. kesiapan belajar
H/ Klien tidak klien.
memahami 2. Pasien dan
proses keluarga.mampu
penyakitnya dan menjelaskan
belum mampu kembali apa yang
melakukan dijelaskan
perawatan perawat/tim
penyakit kesehatan
hipertensi 3. Melakukan
4. Diskusikan edukasi kepada
dengan klien klien mengenai
/keluarga klien proses penyakit,
terhadap perawatan
perubahan gaya penyakit, dan
hidup yang terapinya
mungkin 4. Diskusikan
diperlukan dengan klien
untuk mencegah /keluarga klien
komplikasi di terhadap
masa yang akan perubahan gaya
datang. hidup yang
H/ Klien mungkin
mampu diperlukan untuk
melakukan mencegah
perubahan gaya komplikasi di

42
hidup yang masa yang akan
sehat. datang.

30 1 1. Kaji tingkat dan S:


November intensitas nyeri.  Klien mengatakan
2019 H/ nyeri yang
 Skala Nyeri dirasakan
4-6
berkurang.
 Nyeri Hilang
 Klien mampu
timbul durasi
mengontrol nyeri.
1-2 menit.
 Klien mengatakan
2. Kaji tanda-tanda
Vital. rasa pusing
H/ TTV : berkurang.
TD : 165/100
mmHg O:
N : 86x/i  Skala nyeri 4-6
S : 36,5°C (Sedang)
RR : 22x/i  Nyeri hilang timbul
3. Berikan tehnik durasi 1-2 menit.
pengalihan
 Dilakukan
nyeri.
H/ Klien pemberian obat
mengatakan Analgetik.
nyeri yang  TTV :
dirasakan TD : 165/100
berkurang. mmhg
4. Evaluasi N : 86x/i
keefektifan nyeri S : 36,5ºC
dan RR : 22x/i.
meningkatkan A:
istirahat. Masalah teratasi
H/ sebagian.
 Klien mampu Teratasi
mengontrol P:
nyeri dan Lanjutkan
melakukan Intervensi
manajemen 1,2,5
nyeri yang 1. Kaji tingkat dan
ajarkan. intensitas nyeri
 Klien 2. Kaji tanda-tanda
mengatakan Vital.
pusing yang 5. Kolaborasi
dirasakan pemberian Obat
berkurang. Analgetik.
5. Kolaborasi
pemberian Obat
Analgetik.
H/ Dilakukan

43
pemberian obat
analgetik.
2 1. Kaji nutrisi S:
klien.  Klien mengatakan
H/ Klien nafsu makan mulai
mengatakan meningkat.
nafsu makan  Klien mengatakan
mulai memahami
meningkat. penyebab nafsu
2. Identifikasi makan hilang yang
perubahan BB dijelaskan perawat
terakhir. O:
H/ BB : 51kg  BB : 51kg
TB : 168Cm TB : 168Cm
IMT: 18,2 IMT: 18,2
Kg/m2 Kg/m2
3. Atur diit yang  Pemasukan diit
diperlukan. klien teratur.
H/ Pemasukan  Dilakukan
diit klien kolaborasi dalam
teratur. pemenuhan nutrisi.
4. Jelaskan kepada A :
klien Masalah Teratasi
kemungkinan sebagian.
penyebab P:
hilangnya nafsu Lanjutkan
makan. Intervensi 2,5
H/ Klien 2. Identifikasi
mengatakan perubahan BB
memahami 5. Kolaborasi
penyebab nafsu dengan ahli gizi
makan hilang dalam
yang dijelaskan menetapkan
perawat kebutuhan
5. Kolaborasi kalori harian
dengan ahli gizi dan jenis
dalam makanan yang
menetapkan sesuai dengan
kebutuhan klien.
kalori harian
dan jenis
makanan yang
sesuai dengan
klien.
H/ Dilakukan
kolaborasi
dalam
pemenuhan
nutrisi.

44
3 1. Monitor TD, S:
nadi, suhu dan  Klien mengatakan
RR. rasa pusing yang
H/ TTV : dirasakan
TD : 165/100 berkurang.
mmHg  Klien dapat
N : 86x/i menerapkan tehnik
S : 36,5°C relaksasi.
RR : 22x/i O:
2.Catat adanya  TTV :
tanda dan gejala TD : 165/100
penurunan
mmHg
cardiac output.
H/ N : 86x/i
 Klien S : 36,5°C
mengatakan RR : 22x/i
rasa pusing  Pemberian kalsium
yang dirasakan antagonis untuk
berkurang. menurunkan TD.
3. Ajarkan klien A:
untuk melakukan Masalah Teratasi
tekhnik relaksasi Sebagian
H/ Klien dapat P:
menerapkan Lanjutkan
tehnik relaksasi. Intervensi 1,4
4.Kolaborasi 1. Monitor TD, nadi,
pemberian suhu dan RR.
kalsium 4. Kolaborasi
antagonis, pemberian kalsium
H/ Pemberian antagonis.
kalsium
antagonis untuk
menurunkan TD.

4 1. Monitor tanda- S:
tanda vital.  Klien mengatakan
H/ TTV : belum mampu
TD : 165/100 melakukan
mmHg aktivitas sendiri.
N : 86x/i  Klien mengatakan
S : 36,5°C memahami
RR : 22x/i mengenai
2. Dorong aktifitas konsisten
aktivitas kreatif yang dijelaskan.
yang tepat. O:
H/ klien  TTV :
mengatakan TD : 165/100
belum mampu
mmHg
melakukan
aktivitas sendiri. N : 86x/i

45
3. Jelaskan kepada S : 36,5°C
klien untuk RR : 22x/i
melakukan  Dilakukan
aktifitas kolaborasi untuk
konsisten yang latihan
sesuai dengan ketahanan.
kemampuan A:
fisik, psikologi Masalah teratasi
dan sosial. sebagian.
H/ Klien P:
mengatakan Lanjutkan
memahami Intervensi 1,2,4
mengenai 1. Monitor tanda-
aktifitas tanda vital.
konsisten yang 2. Dorong aktivitas
dijelaskan. kreatif yang tepat.
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi dengan
dengan ahli ahli terapi okupasi,
terapi okupasi, fisik.
fisik.
H/ Dilakukan
kolaborasi
untuk latihan
krtahanan.

5 1. Kaji tingkat S:
pengetahuan  Klien dan keluarga
klien/ orang mengetahui tentang
terdekat dan penyakit klien dan
kemampuan/ apa penyebab dari
kesiapan penyakit tersebut.
belajar klien.  klien dan keluarga
H/ klien dan mampu
keluarga memaparkan
mengetahui penjelasan dari
tentang perawat/tim
penyakit klien kesehatan
dan apa  Klien belum
penyebab dari memahami proses
penyakit penyakitnya dan
tersebut. belum mampu
2.Pasien dan melakukan
keluarga perawatan
mampu penyakit.
menjelaskan
kembali apa O:
yang dijelaskan  Klien mampu
perawat/tim melakukan
kesehatan. perubahan gaya
H/ Klien dan hidup yang sehat.

46
keluarga A:
mampu Masalah Teratasi
memaparkan Sebagian
penjelasan dari P :
perawat/tim Lanjutkan
kesehatan Intervensi 3
3. Melakukan 3. Melakukan edukasi
edukasi kepada kepada klien
klien mengenai mengenai proses
proses penyakit, penyakit,
perawatan perawatan
penyakit, dan penyakit, dan
terapinya. terapinya.
H/ Klien belum
memahami
proses
penyakitnya dan
belum mampu
melakukan
perawatan
penyakit
Hipertensi
4. Diskusikan
dengan klien
/keluarga klien
terhadap
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang.
H/ Klien
mampu
melakukan
perubahan gaya
hidup yang
sehat.
1 1 1. Kaji tingkat S:
Desember dan intensitas  Klien mengatakan
2016 nyeri. H/ nyeri yang
 Skala Nyeri 3 dirasakan
(0-10) berkurang.
 Nyeri hilang  Klien mampu
timbul durasi mengontrol nyeri
1-10 menit dan melakukan
2. Kaji tanda-tanda manajemen nyeri
Vital. yang ajarkan.

47
H/ TTV :  Klien
TD : 130/90 mengatakan
mmHg pusing yang
N : 86x/i dirasakan
S : 36,5°C berkurang.
RR : 22x/i O:
3. Berikan tehnik  Skala Nyeri 3 (0-
pengalihan 10)
nyeri.  Nyeri hilang
H/ Klien timbul durasi 1-
mengatakan 10 menit
nyeri yang  TTV :
dirasakan TD : 130/90
berkurang.
mmHg
4. Evaluasi
keefektifan nyeri N : 86x/i
dan S : 36,5°C
meningkatkan RR : 22x/i
istirahat.  Dilakukan
H/ pemberian obat
 Klien mampu analgetik.
mengontrol A:
nyeri dan Masalah Teratasi
melakukan
manajemen P:
nyeri yang Pertahankan
ajarkan. Int ervensi 1,2,3,4,5
 Klien
mengatakan
pusing yang
dirasakan
berkurang.
5. Kolaborasi
pemberian Obat
Analgetik.
H/ Dilakukan
pemberian obat
analgetik.
2 1. Kaji nutrisi S:
klien.  Klien mengatakan
H/ Klien nafsu makan
mengatakan meningkat.
nafsu makan  Klien mengatakan
meningkat. memahami
2. Identifikasi penyebab nafsu
perubahan BB makan hilang yang
terakhir. dijelaskan perawat
H/ O:
 Adanya  Adanya perubahan
perubahan BB BB

48
 BB : 55kg  BB : 55kg
TB : 168 Cm TB : 168 Cm
IMT :19,6 IMT :19,6
Kg/m2 . Kg/m2
3. Atur diit yang  Pemasukan diit
diperlukan. klien teratur.
H/ Pemasukan  Dilakukan
diit klien kolaborasi dalam
teratur. pemenuhan nutrisi.
4. Jelaskan kepada  Nutrisi Klien
klien terpenuhi.
kemungkinan A:
penyebab Masalah Teratasi
hilangnya nafsu P:
makan. Pertahankan
H/ Klien Intervensi
mengatakan 1,2,3,4,5.
memahami
penyebab nafsu
makan hilang
yang dijelaskan
perawat
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam
menetapkan
kebutuhan
kalori harian
dan jenis
makanan yang
sesuai dengan
klien.
H/
 Dilakukan
kolaborasi
dalam
pemenuhan
nutrisi.
 Nutrisi Klien
terpenuhi.
3 1. Monitor TD, S:
nadi, suhu dan  Klien mengatkan
RR. tidak merasa
H/ pusing.
TTV :  Klien dapat
TD : 130/90 menerapkan tehnik
mmHg relaksasi.
N : 86x/i O:
S : 36,5°C  TTV :

49
RR : 22x/i TD : 130/90
2.Catat adanya mmHg
tanda dan gejala N : 86x/i
penurunan S : 36,5°C
cardiac output. RR : 22x/i
H/ A:
 Klien Masalah Teratasi
mengatakan P:
tidak merasa Pertahankan
pusing. Intervensi 1,2,3,4
3.Anjurkan klien
untuk melakukan
tekhnik relaksasi.
H/ Klien dapat
menerapkan
tekhnik relaksasi.
4.Kolaborasi
pemberian
kalsium
antagonis.
H/ Pemberian
kalsium
antagonis untuk
menurunkan TD.
.
4 1. Monitor tanda- S:
tanda vital.  Klien mengatakan
H/ TTV : mampu
TD : 130/90 melakukan
mmHg aktivitas sendiri.
N : 86x/i  Klien mengatakan
S : 36,5°C memahami
RR : 22x/i mengenai
2. Dorong aktifitas konsisten
aktivitas kreatif yang dijelaskan.
yang tepat. O:
H/ klien  TTV :
mengatakan TD : 130/90
mampu
mmHg
melakukan
aktivitas sendiri. N : 86x/i
3. Jelaskan kepada S : 36,5°C
klien untuk RR : 22x/i
melakukan  Dilakukan
aktifitas kolaborasi untuk
konsisten yang latihan
sesuai dengan ketahanan.
kemampuan A:
fisik, psikologi Masalah teratasi
dan sosial. P:

50
H/ Klien Pertahankan
mengatakan intervensi 1,2,3,4
memahami
mengenai
aktifitas
konsisten yang
dijelaskan.
4. Kolaborasi
dengan ahli
terapi okupasi,
fisisk.
H/ Dilakukan
kolaborasi untuk
latihan
ketahanan.
5 1. Kaji tingkat S:
pengetahuan  klien dan keluarga
klien/ orang mengetahui tentang
terdekat dan penyakit klien dan
kemampuan/ apa penyebab dari
kesiapan belajar penyakit tersebut.
klien.  klien dan keluarga
H/ klien dan mampu
keluarga memaparkan
mengetahui penjelasan dari
tentang penyakit perawat/tim
klien dan apa kesehatan
penyebab dari  Klien memahami
penyakit proses penyakitnya
tersebut. dan belum mampu
2.Pasien dan melakukan
keluarga perawatan
mampu penyakit.
menjelaskan
kembali apa O:
yang dijelaskan  Klien mampu
perawat/tim melakukan
kesehatan. perubahan gaya
H/ Klien dan hidup yang sehat.
keluarga A:
mampu Masalah Teratasi
memaparkan P:
penjelasan dari Pertahankan
perawat/tim Intervensi 1,2,3,4,5
kesehatan
3. Melakukan
edukasi kepada
klien mengenai
proses penyakit,
perawatan

51
penyakit, dan
terapinya.
H/ Klien
mengetahui dan
memahami
proses penyakit
hipertensi dan
mampu
melakukan
perawatan
penyakit
Hipertensi
4. Diskusikan
dengan klien
/keluarga klien
terhadap
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang.
H/ Klien
mampu
melakukan
perubahan gaya
hidup yang
sehat.

52
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum diagnosa yang didapat pada penyakit Hipertensi ada 6 diagnosa
tetapi setelah dilakukan pengkajian , hanya 5 diagnosa yang diangkat yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis, Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan
dengan Intake tidak adekuat, Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan
Defisien penegtahuan berhubungan dengan kurangnya Informasi.
Pada klien Tn “D” yang menderita hipertensi memiliki komplikasi penyakit
yaitu pada bagian otak yang menyebabkan nyeri dibagian kepala, pusing dan tegang
bagian leher.
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan selama 3 hari pada Tn “D”
penderita Hipertensi didapatkan simpulan sebagai berikut :
 Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn “D” didapatkan hasil klien merasa
pusing, leher tegang dan nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Saat dilakukan
pengkajian klien tampak lemah, klien tampak pusing dan menutup matanya.
Sesekali klien meringis. Klien mengatakan sangat pusing jika beraktifitas, dan
keluhan klien berkurang saat klien beristirahat, Klien juga mengatakan bahwa
nafsu makannya menurun.
 Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu Nyeri berhubungan vasokontriksi,
Spasme Otot, Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat, dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Fisik.
 Intervensi keperawatan untuk diagnosa Nyeri yang lebih diutamakan yaitu Kaji
tanda-tanda Vital, Kaji tingkat dan intensitas nyeri,Berikan Tehnik pengalihan
Nyeri, dan Kolaborasi pemberian Analgetik. Diagnosa Ketidakseimbangan
nutrisi intervensi yang diutamakan yaitu Kaji status nutrisi klien,
mengidentifikasi perubahan BB terakhir, Pantau pemasukan diit, Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi pada klien. Diagnosa Intoleransi
aktivitas Intervensi yang dilakukan yaitu Dorong aktivitas kreatif yang tepat ,
ciptakan lingkungan yang tenang dan pertahankan tirah baring, Bantu klien
dalam melakukan aktivitas dan anjurkan beraktifitas sesuai kemampuan, beri
dukungan kepada pasien, monitor tanda-tanda vital.
 Hasil yang didapatkan setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3 hari
mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan Pasien.

B. Saran
Sebagai Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan ini memiliki harapan
agar pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar
dalam penyusunan ini terdapat begitu banyak kekurangan. Selain itu, disarankan
untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus membangun kerjasama antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu

53
menjaga pola makan, jangan terlalu banyak pikiran, dan selalu menerapkan pola
hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M. 2016. edisi enam Nursing Interventions
Classification (NIC) Indonesian Edition. Jakarta: EGC
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan. 2016. Mengenali Hipertensi dan perawatannya
Doenges. M.E dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Fikriana, Riza. 2018. Sistem Kardiovaskular. Yogyakarta: CV Budi Utami
Kemenkes RI, 2013. Angka Penderita Hipertensi Di indonesia
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Marya, R.K. 2013. Buku ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit. Medan:
Binarupa Aksara
Moorhead, Sue., Johnson, Marion, Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016. edisi lima
Nursing Outcomes Classification (NOC) Indonesian Edition. Jakarta: EGC
Nanda International. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi
11 editor T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Saputra, Lyndon. 2014. Organ System: Visual Nursing Kardiovaskular. Tanggerang Selatan:
Binarupa Aksara
Smeltzer & Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Monica Ester dkk, penerjemah).
Jakarta:EGC
Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization (WHO), 2015. Hipertensi.

54
55

Anda mungkin juga menyukai