Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 4, November 2020


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

DAMPAK PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT TERHADAP


KESEHATAN
Melia Munasiah
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng,
Kec. Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung, Indonesia 35145
meliamunasiah94@gmail.com (+628993365733)

ABSTRAK
Monosodium glutamat atau MSG merupakan zat aditif makanan yang digunakan secara luas
diberbagai negara untuk memberi tambahan rasa pada makanan yang akan disajikan. Jika MSG
dikonsumsi oleh seseorang yang tidak toleransi dengan jumlah lebih dari 3gr/hari akan dapat
menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Gejala sindrom kompleks antara lain: rasa
terbakar pada daerah leher bagian belakang menjalar ketangan dan dada, mati rasa pada daerah
belakang leher, rasa kaku pada wajah, nyeri dada, mual, dan mengantuk. Penulisan artikel ini ini
menggunakan studi arikel review. Sumber pustaka yang digunakan dalam menyusun literatur ini
menggunakan buku pedoman dan penelitian-penelitian terbaru yang didapat melalui proses
literature searchingterkait hubungan pemberian MSG terhadap kesehatan. Tahun penerbitan
artikel yang digunakan adalah antara tahun 2000-2018 dari beberapa sumber yang
didapatkan.Berdasarkan review terhadap bukti-bukti ilmiah yang telah dilakukan
tentangkeamananan MSG menyimpulkan bahwa tidak ada buktiilmiah bahwa penambahan
MSG dalam makanan dalamjangka panjang menyebabkan kerusakan sel saraf.

Kata kunci: kesehatan; monosodium glutamate

IMPACT OF GIVING MONOSODIUM GLUTAMATE ON HEALTH

ABSTRACT
Monosodium glutamate or MSG is a food additive that is widely used in various countries to
add flavor to the food to be served. If MSG is consumed by someone who cannot tolerate the
amount of more than 3g / day, it will cause detrimental effects on health. Symptoms of the
complex syndrome include: burning sensation in the back of the neck spreading to the arms and
chest, numbness in the back of the neck, facial stiffness, chest pain, nausea, and drowsiness. The
writing of this article uses a review article study. The source of the literature used in compiling
this literature uses manuals and recent studies obtained through the process of literature
searching related to the relationship of MSG to health. The publication year of the articles used
is between 2000-2018 from several sources obtained. Based on a review of the scientific
evidence that has been conducted on the safety of MSG, it is concluded that there is no scientific
evidence that the addition of MSG in food in the long term causes nerve cell damage.

Keywords: health; monosodium glutamate

PENDAHULUAN paling sedikit mengonsumsi MSG yaitu


Monosodium glutamat atau MSG Amerika Serikat, dan yang paling
merupakan zat aditif makanan yang banyak yakni Cina, sedangkan di
digunakan secara luas diberbagai negara Indonesia, sekitar 77,6% populasi
untuk memberi tambahan rasa pada mengonsumsi MSG lebih dari satu kali
makanan yang akan disajikan (El- per hari. Setiap tahun produksi MSG
Shobaki et al., 2016). Negara yang Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun

451
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

dengan konsumsi mengalami kenaikan Konsumsi MSG melalui proses absorbsi


rata-rata sekitar 24,1% per tahun di usus, didistribusikan ke seluruh tubuh
(Riskesdas, 2018). Food and dan mengalami proses metabolisme di
Agriculture Organization (FAO) dan hepar dan selanjutnya diekskresikan
World Health Organization (WHO) melalui feses maupun urin. Ginjal
menyebutkan dosis harian MSG sekitar merupakan organ ekskresi utama yang
120 mg/kgBB/hari (Kurtanty et al., sangat penting untuk mengeluarkan
2019). (Food and Drug Administration, sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk
2012) menyatakan bahwa rata-rata zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk
konsumsi harian pada dewasa sekitar 13 ke dalam tubuh dapat menyebabkan
gram glutamat dari protein dalam efek pada ginjal. Metabolisme glutamat
makanan, sementara tambahan MSG ginjal yang berlebihan seperti pada
sekitar 0,55 gram. Survei yang asupan MSG kronis dapat menjadi
dilakukan oleh Persatuan Pabrik sumber ROS. Penurunan kadar enzim
Monosodium Glutamat dan Asam anti-oksidan utama dan peningkatan
Glutamat Indonesia memperkirakan peroksidasi lipid telah ditunjukkan pada
konsumsi MSG pada tahun 2004 ginjal tikus kronis yang terpapar
mencapai 1,53 gram/kapita/hari di MSG. Juga, dosis tinggi glutamat telah
Indonesia (Kurtanty et al., 2019). terbukti menginduksi toksisitas yang
Kementrian Kesehatan atau (Kemenkes, signifikan dalam sel-sel kultur ginjal
2018) menganjurkan untuk membatasi (diniz et al, 2004; Farombi & Onyema,
penggunaan MSG maksimal 1-2 sendok 2006; Pavlovic et al., 2009; Sharma,
teh/hari dimana dalam 1 sendok teh 2015).
setara dengan 4-6 gram.
MSG dikaitkan dengan
Monosodium glutamat bila dikonsumsi hipersensitivitas. Hasil penelitian yang
melampaui batas maksimum dan terus- terkait hal tersebut sangat bervariasi,
menerus dalam jangka waktu yang lama namun berbagai anggapan negatif
tentu akan menimbulkan berbagai masihramai di tengah masyarakat awam
macam efek samping tanpa disadari maupun kalangan intelektual. Seorang
(Alatas, 2011). Jika MSG dikonsumsi peneliti mempelajari fenomena ini
oleh seseorang yang tidak toleransi sebagai pseudo-foodallergy, dan
dengan jumlah lebih dari 3gr/hari akan menemukan sekitar 30% dewasa
dapat menimbulkan efek yang Amerika Serikat percaya bahwa mereka
merugikan bagi kesehatan. Gejala yang menderita alergi makanan. Padahal
timbul akibat konsumsi MSG disebut realitanya, hanya kurang dari 2% orang
dengan sindrom kompleks MSG. Gejala yang benar-benar sensitif terhadap
sindrom kompleks antara lain: rasa makanan tertentu maupun bahan
terbakar pada daerah leher bagian tambahan makanan. Berdasarkan hasil
belakang menjalar ketangan dan dada, penelitian oleh Dr. Daryl Altman
mati rasa pada daerah belakang leher, (konsultan medis pada Allerx
rasa kaku pada wajah, nyeri dada, mual, Incorporated and the Food Allergy
dan mengantuk (Kazmi et al., 2017). MSG juga dikaitkan dengan
hipersensitivitas. Hasil penelitian yang
Beberapa penelitian pada hewan coba terkait hal tersebut sangat bervariasi,
telah membuktikan bahwa MSG namun berbagai anggapan negatif masih
merupakan racun bagi berbagai organ ramai di tengah masyarakat awam
seperti hati, otak, timus, dan ginjal. maupun kalangan intelektual. Seorang

452
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

peneliti mempelajari fenomena ini beberapa artikel yang didapatkan adalah


sebagai pseudo-foodallergy, dan antara tahun 2000-2018 sebanyak 20
menemukan sekitar 30% dewasa sumber yang digunakan.
Amerika Serikat percaya bahwa mereka
menderita alergi makanan. Padahal HASIL
realitanya, hanya kurang dari 2% orang Monosodium glutamat atau MSG
yang benar-benar sensitif terhadap merupakan zat aditif makanan yang
makanan tertentu maupun bahan digunakan secara luas diberbagai negara
tambahan makanan. Berdasarkan hasil untuk memberi tambahan rasa pada
penelitian oleh Dr. Daryl Altman makanan yang akan disajikan (El-
(konsultan medis pada Allerx Shobaki et al., 2016).Monosodium
Incorporated and the Food glutamat bila dikonsumsi melampaui
AllergyCenter) menyampaikan, tidak batas maksimum dan terus-menerus
ada partisipan yang mengalami gejala dalam jangka waktu yang lama tentu
hipersensitivitas meskipun akan menimbulkan berbagai macam
mengonsumsi MSG dalam jumlah efek samping tanpa disadari (Alatas,
besar. Walau demikian, masyarakat 2011). Badan-badan kesehatan dunia
tetap saja percaya bahwa konsumsi saat ini, seperti JEFCA, Komunitas
MSG dapat menimbulkan Kesehatan Eropa, US FDA dan BPOM
masalah.Selama puluhan tahun MSG memberikan batas asupan harian dalam
masih dikaitkan dengan penyebab penggunaan MSG adalah NOT
penyakit kanker, serangan jantung, SPECIFIED atau secukupnya. Di
obesitas, asma, serta penyakit lainnya, Amerika, pengunaan MSG dimasukkan
bahkan berpengaruh pada kecerdasan dalam kategori GRAS sama seperti
(Riskesdas, 2018). penggunaan garam, gula dan soda kue.
FAO/WHO mencatat batas maksimum
Berdasarkan beberapa penelitian pada konsumsi MSG yang dapat diterima dan
hewan coba yang didapatkan dianggap memenuhi batas keamanan
membuktikan adanya pengaruh (safety level) adalah 120mg/kg berat
pemberian Monosodium glutamate badan per hari. Kadar glutamat dalam
terhadap kerusakan organ tubuh, tetapi darah baru akan meningkat signifikan
artikel yang menjelaskan mengenai hanya jika glutamate dikonsumsi dalam
dampak pemberian Monosodium jumlah besar (>5 g MSG), itupun akan
glutamate terhadap kesehatan manusia kembali ke kadar normal dalam waktu
sangat kurang. Penulisan artikel ini dua jam.
bertujuan untuk mengetahui bagaimana
dampak dari pemberian MSG terhadap Joint Expert Committee on Food
kesehatan manusia. Additive (JECFA-FAO/WHO) suatu
lembaga yang mengkaji tentang
METODE penggunaan dankeamanan Bahan
Penulisan artikel ini menggunakan studi Tambahan Pangan (BTP) dibawah
literatur review. Sumber pustaka yang FAOdan WHO dalam review tim
digunakan dalam menyusun literatur ini ahlinya pada tahun 1988menyimpulkan
menggunakan buku pedoman dan bahwa MSG aman, dan uji klinis
penelitian-penelitian terbaru yang dikontroldan secara acak buta ganda
didapat melalui proses literature tidak menunjukkan MSGmenimbulkan
searchingterkait monosodium glutamate Chinese Restaurant Syndrome dan MSG
dan kesehatan. Tahun penerbitan tidakmemperparah penyakit

453
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

asma.Komite ilmiah Masyarakat Eropa PEMBAHASAN


yang dikenal dengan sebutan The Monosodium glutamat atau MSG
Scientific Committee for Food of the merupakan zat aditif makanan yang
Commissionof the European digunakan secara luas diberbagai negara
Communities (SCF) juga melakukan untuk memberi tambahan rasa pada
kajianilmiah yang mendalam pada tahun makanan yang akan disajikan (El-
1991, dan menyimpulkanbahwa MSG Shobaki et al., 2016). Monosodium
aman dikonsumsi sebagai glutamat bila dikonsumsi melampaui
BTP.Selanjutnya Federation of batas maksimum dan terus-menerus
American Societies of Experimental dalam jangka waktu yang lama tentu
Biology (FASEB) pada tahun 1995 akan menimbulkan berbagai macam
berdasarkan review terhadap bukti-bukti efek samping tanpa disadari (Alatas,
ilmiah yang telah dilakukan 2011) Jika MSG dikonsumsi oleh
tentangkeamananan MSG seseorang yang tidak toleransi dengan
menyimpulkan bahwa tidak ada jumlah lebih dari 3gr/hari akan dapat
buktiilmiah bahwa penambahan MSG menimbulkan efek yang merugikan bagi
dalam makanan dalamjangka panjang kesehatan. Gejala yang timbul akibat
menyebabkan kerusakan sel saraf (Fao, konsumsi MSG disebut dengan sindrom
2000). kompleks MSG. Gejala sindrom
kompleks antara lain: rasa terbakar pada
Di Indonesia, lembaga yang berwenang daerah leher bagian belakang menjalar
dalam hal ini adalah Kementerian ketangan dan dada, mati rasa pada
Kesehatan dan Badan Pengawas Obat daerah belakang leher, rasa kaku pada
dan Makanan (BPOM). Pemerintah wajah, nyeri dada, mual, dan mengantuk
Indonesia berdasarkan reviewterhadap (Ardyanto, 2004).
kajian ilmiah dari mancanegara, dan
ketetapan oleh lembaga-lembaga yang
berwenang secara internasional tersebut, Food and Agriculture Organization
menetapkan melalui PerMenkes (FAO) dan World Health Organization
722/1988 bahwa MSG adalah BTP (WHO) menyebutkan dosis harian MSG
penguat rasa yang diizinkan dengan sekitar 120 mg/kgBB/hari (Kurtanty et
penggunaan secukupnya. Selanjutnya al., 2019).(Food and Drug
berbagai penelitian setelah kesimpulan Administration, 2012) menyatakan
berbagai lembaga tadi masih banyak bahwa rata-rata konsumsi harian pada
penelitian klinis dengan desain yang dewasa sekitar 13 gram glutamat dari
lebih kokoh dilakukan, seperti protein dalam makanan, sementara
penelitian multisenter oleh (Geha et al., tambahan MSG sekitar 0,55 gram.
2000) di Amerika dan penelitian klinis Survei yang dilakukan oleh Persatuan
oleh (Prawirohardjono et al., 2000) di Pabrik Monosodium Glutamat dan
Yogyakarta yang membuktikan bahwa Asam Glutamat Indonesia
penambahan MSG pada pangan adalah memperkirakan konsumsi MSG pada
aman dan terdapat segelintir individu tahun 2004 mencapai 1,53
yang sensitif. Individu yang sensitif, gram/kapita/hari di Indonesia (Kurtanty
seperti alergi, tidak dianjurkan untuk et al., 2019). Kementrian Kesehatan
menggunakan MSG pada makanannya. atau (Kemenkes, 2018), menganjurkan
untuk membatasi penggunaan MSG
maksimal 1-2 sendok teh/hari dimana

454
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

dalam 1 sendok teh setara dengan 4-6 rasa yang dibawa oleh MSG adalah
gram. berbeda dengan 4 macam rasa dasar.
(3)mempertinggi karakteristik rasa
Asam glutamat (asam bebas dari MSG) tertentu pada makanan dalam hal
adalah unsur pokok dari protein yang kontinuitas, pengaruh yang kuat,
terdapat secara alamiah pada kelembutan,dan kekentalan.
bermacam-macam sayuran seperti (4)mempertinggi rasa yang khas pada
kacang kedelai, daging, unggas, susu, makanan jenis daging (sapi atau ayam).
seafood, dan air susu ibu (ASI). Asam (5)mempunyai efek rasa yang sama
glutamat terdapat sekitar 8-10% pada pada air kaldu daging meskipun
makanan yang mengandung protein dikatakan MSG tidak memberikan efek
tidak termasuk glutamin. Akan tetapi, aroma. (6)menambah kelezatan pada
asam glutamat bebas hanya terdapat makanan.
pada kadar yang rendah di dalam
makanan kecuali pada beberapa Glutamat dalam sirkulasinya akan
makanan seperti tomat (246 mg/100 g memiliki reseptor yang bersifat
makanan,atau sekitar 300 mg dalam inotropic dan metabotropic. Inotropic
tomat ukuran sedang), jagung (106 memiliki tiga reseptor, yaitu N-methyl-
mg/100 g makanan, atau sekitar 150 mg D-aspartate-receptor (NMDA), α-
dalam jagung ukuran besar), dan amino-3-hydroxy-5-methyl-4-
beberapa keju (keju parmesan, isoxazolepropionate receptor (AMPA)
1520±1680mg/100 g makanan, atau dan kainite receptor (KA). Reseptor
152±168 mg dalam 2 sendok makan NMDA dapat ditemui pada organ dan
keju parut; keju Roquefort, 1620 jaringan ekstraneuronal. Organ yang
mg/100 g makanan, atau sekitar 500 paling dominan ialah otak pada bagian
mg/1 dalam sekali penyajian; keju cortex cerebral dan hippocampus,
gouda, 580 mg/100 g makanan, atau sedangkan jaringan ekstraneuronal
sekitar 175 mg/1 dalam sekali seperti sel ß pankreas, ginjal, limfosit
penyajian). Konsumsi tomat maupun (Gao et al., 2014; Zakaria et al., 2016).
satu atau dua macam keju di atas akan Reseptor NMDA, AMPA, kainite
meningkatkan jumlah MSG yang receptor dan metabotropic receptor
dimakan sebesar 10mg/kg. Jumlah ini akan teraktivasi oleh glutamat
lebih kecil dibandingkan kadar asam mengakibatkan pembukaan kanal ion
glutamat yang terdapat secara alami Ca2+ dan influks Na+, masuknya ion
dalam makanan yang mengandung Ca2+ akan memicu ekskresi beberapa
protein. Jumlah asam glutamat yang enzim seperti protease, phospolipase
melalui proses pencernaan dari sumber dan endonuklease. Enzim tersebut
alami yang berasal dari makanan sekitar berperan penting dalam penyusun
100±150 mg/kg/hari. Oleh karena itu, membran sel. Influks Na+
rerata asam glutamat yang terdapat pada mengakibatkan terjadinya fase osmotik
tubuh manusia terdiri atas 10 g glutamat awal pada kerusakan sel berupa lisis sel
bebas (2,3 g terdapat di otak) dan 2 g atau ledakan sel (Mehta et al., 2013).
dalam bentuk terikat. Peningkatan ekskresi enzim-enzim
tersebut mengakibatkan pelepasan
Adapun manfaat dari MSG bagi tubuh radikal oksigen bebas (ROS) dalam
sebagai berikut: (1)memperkuat rasa bentuk radikal superoxide (O2-),
pada makanan. (2)menambah total hydroxyl (OH-) dan perhydroxyl (H2O2)
intensitas rasa pada makanan. Kualitas yang dapat mengakibatkan kematian sel

455
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

secara exitotoksik dan terjadinya Yayasan Kampungkids Pejaten


peroksidasi lipid, peroksidasi protein Jakarta Selatan. 16–27.
dan kerusakan DNA. Kadar ROS yang
tinggi dan adanya gangguan regulasi Ardyanto, T. (2004). MSG dan
antioksidan mengakibatkan kerusakan Kesehatan : Sejarah, Efek dan
sel neuron sehingga memicu beberapa Kontroversinya. Inovasi, 1(XVI),
penyakit, yaitu penyakit saraf 52–56.
degeneratif. Penyakit saraf degeneratif
diniz YS, Fernandes AAH, Campos KE,
yang terjadi akan menyebabkan
Mani F, Ribas BO, N. E. (2004).
gangguan aktifitas tubuh termasuk
toxicity of hypercaloric diet and
keseimbangan memori, koordinasi,
monosodium glutamate: oxidative
pernafasan, pembicaraan dan fungsi
stress and metabolic shifting in
jantung (Lee et al., 2009).
hepatic. Food and Chemical
Toxicology, 42(2), 313–317.
Selama puluhan tahun, MSG memang
https://doi.org/10.1016/j.fct.2003.
masih selalu dikaitkan dengan penyebab
09.006
kanker, serangan jantung, obesitas
selain berbagai penyakit yang telah El-Shobaki, F. A., Mahmoud, M. H.,
dipaparkan di atas. Meskipun bukti Attia, A. E.-R. M., Refaat, O. G.,
penelitian yang diberikan menuai & El-Haggar, E. F. (2016). The
banyak kritik dan dianggap meragukan, Effect of Monosodium Glutamate
namun ada spekulasi bahwa dengan (msg) on Brain Tissue, Oxidation
mengonsumsi MSG dalam jumlah besar State, True Cholinesterase and
dalam makanan dapat meningkatkan Possible Protection against Health
reseptor glutamat dalam tubuh akan Hazards Using Natural Spices.
selalu dijadikan sebagai acuan. Bila Der Pharma Chemica, 8(23), 44–
terjadi gangguan fungsi pada reseptor 50.
glutamat maka dianggap akan
menyebabkan gangguan persarafan, Fao. (2000). Monosodium L-glutamate.
akan tetapi banyak ahli yang Journal or Nutrition.
menyatakan bahwa kondisi ini bukan
disebabkan oleh konsumsi glutamat Farombi, E. O., & Onyema, O. O.
dalam makanan. (2006). Monosodium glutamate-
induced oxidative damage and
SIMPULAN genotoxicity in the rat:
Berdasarkan review terhadap bukti- Modulatory role of vitamin C,
bukti ilmiah yang telah dilakukan vitamin E and quercetin. Human
tentang keamananan MSG and Experimental Toxicology,
menyimpulkan bahwa tidak ada bukti 25(5), 251–259.
ilmiah bahwa penambahan MSG dalam https://doi.org/10.1191/09603271
makanan dalamjangka panjang 06ht621oa
menyebabkan kerusakan sel saraf. Food and Drug Administration. (2012).
Questin and Answers on
DAFTAR PUSTAKA Monosodium glutamate (MSG).
Alatas, S. S. S. (2011). Status Gizi Anak U.S. Foof & Drug Administration.
Usia Sekolah (7-12 Tahun) dan
Hubungannya dengan Tingkat Gao, H., Mejhert, N., Fretz, J. A.,
Asupan Kalsium Harian di Arner, E., Lorente-Cebrián, S.,

456
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

Ehrlund, A., Dahlman-Wright, K., M. J., Nakanishi, S., Perry, G., &
Gong, X., Strömblad, S., Douagi, Smith, M. A. (2009). The effect of
I., Laurencikiene, J., Dahlman, I., mGluR2 activation on signal
Daub, C. O., Rydén, M., transduction pathways and
Horowitz, M. C., & Arner, P. neuronal cell survival. Brain
(2014). Early B cell factor 1 Research, 1249, 244–250.
Regulates adipocyte morphology https://doi.org/10.1016/j.brainres.
and lipolysis in white adipose 2008.10.055
tissue. Cell Metabolism, 19(6),
981–992. Mehta, A., Prabhakar, M., Kumar, P.,
https://doi.org/10.1016/j.cmet.201 Deshmukh, R., & Sharma, P. L.
4.03.032 (2013). Excitotoxicity: Bridge to
various triggers in
Geha, R. S., Beiser, A., Ren, C., neurodegenerative disorders.
Patterson, R., Greenberger, P. A., European Journal of
Grammer, L. C., Ditto, A. M., Pharmacology, 698(1–3), 6–18.
Harris, K. E., Shaughnessy, M. https://doi.org/10.1016/j.ejphar.20
A., Yarnold, P. R., Corren, J., & 12.10.032
Saxon, A. (2000). Glutamate
Safety in the Food Supply Review Pavlovic, V., Pavlovic, D., Kocic, G.,
of Alleged Reaction to Sokolovic, D., Sarac, M., & Jovic,
Monosodium Glutamate and Z. (2009). Ascorbic acid
Outcome of a Multicenter modulates monosodium glutamate
Double-Blind Placebo-Controlled induced cytotoxicity in rat
Study 1,2. J. Nutr, 130(April), thymus. Bratislava Medical
1058–1062. Journal, 110(4), 205–209.

Kazmi, Z., Fatima, I., Perveen, S., & Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I.,
Malik, S. S. (2017). Monosodium Astuti, I., Hadiwandowo, S.,
glutamate: Review on clinical Kristin, E., Muhammad, M., &
reports. International Journal of Kelly, M. F. (2000). The
Food Properties, 20(2), 1807– administration to Indonesians of
1815. monosodium L-glutamate in
https://doi.org/10.1080/10942912. Indonesian foods: An assessment
2017.1295260 of adverse reactions in a
randomized double- blind,
Kemenkes. (2018). Berbahayakah MSG crossover, placebo-controlled
Bagi Tubuh? Yankes Kemenkes. study. Journal of Nutrition, 130(4
SUPPL.), 1074–1076.
Kurtanty, D., Faqih, D. M., & Upa, N. https://doi.org/10.1093/jn/130.4.1
P. (2019). Review Monosodium 074s
Glutamat How to Understand it
Properly? In Journal of Chemical Riskesdas. (2018). Potret sehat
Information and Modeling (Vol. indonesia dari riskesdas 2018.
53, Issue 9). Riskesdas, 10(2), 1–15.
https://doi.org/10.1017/CBO9781
107415324.004 Sharma, A. (2015). Monosodium
glutamate-induced oxidative
Lee, H. gon, Zhu, X., Casadesus, G., kidney damage and possible
Pallàs, M., Camins, A., O’Neill, mechanisms: A mini-review.

457
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 451 – 458
Global Health Science Group

Journal of Biomedical Science,


22(1), 1–6.
https://doi.org/10.1186/s12929-
015-0192-5
Zakaria, A. E., Marwa, A. A., Manal, R.
A. E.-H., Reda, A. A. H., &
Hebatallah, H. A. (2016).
Spirulina protects against
tacrolimus-induced hepatic and
renal toxicity in rats: A
biochemical and histological
study. Journal of Toxicology and
Environmental Health Sciences,
8(7), 46–56.
https://doi.org/10.5897/jtehs2016.
0363

458

Anda mungkin juga menyukai